Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
PERSPEKTIF FENOMENOLOGI DAN APLIKASINYA DALAM PENELITIAN SOSIOLOGI OLAHRAGA Oleh: Shodiq Hutomono ABSTRAK Karakteristik dari studi ilmu keolahragaan adalah fenomena manusia dalam konteks keolahragaan menjadi amat kompleks karena mengandung muatan aspek biologis, psikologis, budaya dan antropologis. Sosiologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat, tidak sebagai individu yang terlepas dari kehidupan masyarakat. Fokus bahasan sosiologi adalah interaksi manusia, yaitu pada pengaruh timbal balik di antara dua orang atau lebih dalam perasaan, sikap, dan tindakan. Sosiologi olahraga mula-mula tumbuh dengan meminjam konsep sosiologi. Cangkokan konsep dari disiplin induknya itu kemudian berkembang dengan memanfaatkan „bahan mentah‟ dari pengalaman secara empirik mengenai aktivitas olahraga yang dipandang sebagai sebuah fenomena sosial. Perspektif fenomenologis untuk rumpun ilmu social-behavioral dalam hal ini sosiologi olahraga (sport sociology) digunakan sebagai pendekatan untuk memperoleh pengetahuan dan dikaji dalam tulisan ini. I. Pendahuluan A. Olahraga Aspek ontologi ilmu keolahragaan yang telah ditetapkan oleh Komisi Disiplin Ilmu Keolahragaan (KDI-Keolahragaan) adalah seperti berikut ini. Pembahasan dari aspek ontologi berusaha menjawab pertanyaan yaitu apa objek studi ilmu keolahragaan yang dianggap unik dan tidak dikaji oleh disiplin ilmu lainnya. Karakteristik dari studi ilmu keolahragaan adalah fenomena manusia dalam konteks keolahragaan menjadi amat kompleks karena mengandung muatan aspek biologis, psikologis, budaya dan antropologis. Olahraga adalah bentuk perilaku gerak manusia yang spesifik. Arah dan tujuan orang berolahraga, termasuk waktu dan lokasi kegiatan dilaksanakan sedemikian beragam sehingga sebagai bukti bahwa olahraga itu merupakan sebuah fenomena yang relevan dengan kehidupan sosial, olahraga juga ekspresi budaya berkarya pada manusia. Oleh sebab itu olahraga menunjukkan kecenderungan khas dalam kaitannya yang begitu
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
1
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
erat dengan ideologi, profesi, organisasi, pendidikan, dan sains. Olahraga juga merupakan bagian dari budaya yang bersifat internasional; keragaman sosial budaya dan kondisi geografis yang spesifik juga menyebabkan keanekaragaman olahraga. Secara lebih spesifik arah kajian ilmu keolahragaan adalah ilmu tentang manusia berkenaan dengan perilaku gerak insani yang diperagakan dalam adegan bermain, berolahraga dan berlatih. Karena itu esensi dan fokus studi ilmu keolahragaan adalah studi dan pendidikan manusia dalam gerak. Itulah sebabnya ditegaskan arah pengkajian adalah gerak manusia (human movement), sehingga objek formalnya tak lain adalah gerak manusia dalam rangka pembentukan (forming) dan pendidikan. Hal ini selaras dengan pengertian olahraga itu sendiri yang dipahami sebagai proses pembinaan sekaligus pembentukan melalui perantaraan raga, aktivitas jasmani, atau pengalaman jasmaniah (body experience) dalam rangka menumbuhkembangkan potensi manusia secara menyeluruh untuk menuju kesempurnaan. B. Sosiologi Istilah sosiologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani socius (kawan) dan logos (ilmu), lalu dinyatakan obyek material sosiologi adalah manusia dan obyek formalnya adalah hubungan antar orang. Dalam kaitan dengan ini, sosiologi kemudian mempelajari pelbagai bentuk relasi sosial yag mempengaruhi tindakan manusia (S. Usman, 2004:8). Secara definitif Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal (Zamroni, 1992:54). Sosiologi, sebagaimana layaknya suatu disiplin ilmu sosial yang lain berusaha menghindari apa yang lazim disebut common prejudices (prasangka). Salah satu cara yang diyakini paling efektif untuk menghindarinya adalah dengan melakukan pengujian ide di lapangan (S. Usman, 2004:52). Obyek studi atau kajian sosiologi adalah masyarakat, yakni hubungan antara manusia dan proses sebab akibat yang timbul dari hubungan masyarakat (Basrowi, 2005: 12). Studi sosiologi pada umumnya membahas bagian dari masyarakat (parts of a society), jadi bukan masyarakat secara keseluruhan (S. Usman, 2004:18). Sosiologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat, tidak
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
2
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
sebagai individu yang terlepas dari kehidupan masyarakat. Fokus bahasan sosiologi adalah interaksi manusia, yaitu pada pengaruh timbal balik di antara dua orang atau lebih dalam perasaan, sikap, dan tindakan (B. Suyanto, 2006:3-4). Sosiologi selalu tidak percaya pada apa yang tampak sekilas dan selalu mencoba menguak serta membongkar apa yang tersembunyi (latent) di balik realitas nyata (manifest) karena sosiologi berkeyakinan bahwa “dunia bukanlah sebagaimana nampaknya”, tetapi dunia yang sebenarnya baru bisa dipahami jika dikaji secara mendalam dan diinterpretasikan (Berger dan Kellner, 1985: 5). Sosiologi tidak hanya sebatas membuat deskripsi tetapi juga berusaha melakukan evaluasi, interpretasi, bahkan juga prediksi (S. Usman, 2004: 16-17). C.Sosiologi Olahraga Berdasarkan hasil riset dan publikasi ilmu keolahragaan di Indonesia, maka tampak bahwa perkembangan sosiologi olahraga sudah sampai pada taraf kemandirian dengan ciri khas berupa pemanfaatan pendekatan lintas disiplin dan inter-disiplin. Analisis olahraga sebagai fenomena sosial mulai berkembang dalam payung sosiologi olahraga. Sosiologi olahraga mula-mula tumbuh dengan meminjam konsep sosiologi. Cangkokan konsep dari disiplin induknya itu kemudian berkembang dengan memanfaatkan „bahan mentah‟ dari pengalaman secara empirik mengenai aktivitas olahraga yang dipandang sebagai sebuah fenomena sosial (R. Lutan dan A. Ma‟mun, 1999/2000: 3). Dalam konteks epistemologi tentang bagaimana memperoleh pengetahuan dalam ilmu keolahragaan ada tiga posisi yang lazim diterapkan (1) positivistic-empirik untuk rumpun disiplin ilmu pengetahuan alam, seperti misalnya dalam kedokteran olahraga (sport medicine) dan biomekanika olahraga (sport biomechanics) (2) fenomenologis untuk rumpun ilmu social-behavioral, seperti dalam sosiologi olahraga (sport sociology) dan pedagogi olahraga (sport pedagogy) dan (3) hermeneutic untuk rumpun humaniora atau hermeneutic-normative seperti sejarah olahraga (sport history) dan filsafat olahraga (sport philosophy). Sosiologi olahraga sebagai subdisiplin ilmu yang masih sangat muda, pendekatan dalam pengembangan batang tubuh keilmuannya pun masih dalam fase
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
3
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
embrio. Karena itu pendekatan fenomenologis atau ethnografis yang sering juga disebut pendekatan naturalistik menjadi rujukan utama ( Lutan, 1999/2000:1). Fenomenologis berarti mengungkapkan sesuatu gejala secara empiris dan bersamaan dengan itu fenomena yang diamati, ditafsirkan dan diberi makna (KDI-Keolahragaan, 2000: 16). II. Perspektif Fenomenologis atau Kualitatif-Naturalistik. Para peneliti yang menganut paham fenomenologi berusaha memahami apa makna kejadian dan interaksi bagi orang biasa pada situasi tertentu. Sosiologi fenomenologi terutama sekali dipengaruhi oleh ahli-ahli filsafat seperti Edmund Husserl dan Alfred Schutz (G. Ritzer, 2004), selain itu juga dipengaruhi oleh tradisi Weber yang menekankan konsep verstehen. Pengikut paham fenomenolog tidak menganggap diri mereka mengetahui apa makna sesuatu (atau interaksi social ) bagi orang-orang yang dipelajari (Douglas, 1976). Penyelidikan fenomenologis dimulai dari „diam‟ (Psathas,1973). Keadaan „diam‟ ini merupakan upaya untuk menangkap makna apa gerangan yang sedang dipelajari. Oleh karena itu yang ditekankan oleh kaum fenomenolog adalah segi subjektif tingkah laku orang. Fenomenolog berusaha untuk dapat masuk ke dalam dunia konseptual subjek penyelidikannya (Geertz, 1973), agar dapat memahami bagaimana dan apa makna yang disusun subjek tersebut di sekitar kejadian-kejadian dalam kehidupan kesehariannya. Fenomenologi berkeyakinan bahwa banyak cara penafsiran pengalaman yang tersedia bagi kita masing-masing melalui interaksi dengan orang lain, dan makna dari pengalamannya itulah yang membentuk kenyataan atau realitas (Greene, 1978). Sebagai akibatnya kenyataan itu merupakan suatu bentukan sosial (Berger dan Lukman, 1967) dari (Bogdan dan Biklen, 1990:38-39) dalam ( Dyson , 2006:199-200). Para peneliti yang tergolong dalam pendukung phenomenologis ini percaya bahwa untuk memecahkan permasalahan penelitian suatu subyek atau obyek, seorang peneliti perlu mampu menggambarkan subyek atau obyek yang diteliti secara total. Disamping itu mereka juga percaya bahwa untuk memahami gejala sosial yang paling tepat adalah apabila mereka mampu memperoleh fakta pendukung yang sumbernya berasal dari persepsi dan ungkapan dari pelaku itu sendiri (Sukardi, 2006:5). Dalam perspektif fenomenologis yang dicari dalam penelitiannya adalah
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
4
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
bagaimana meneliti, menginterpretasi, menafsirkan hasil penelitian dan itu semuanya tergantung pada perspektif teori yang dipilih oleh peneliti (S. Aminah, 2007:229). Perspektif fenomenologi ini mempunyai dua implikasi. Pertama, yang penting untuk diketahui ialah apa yang dialami orang dan bagaimana ia menafsirkan dunia. Inilah pokok perhatian penyelidikan fenomenologis. Kedua, satu-satunya cara agar kita benar-benar mengetahui apa yang dialami orang lain adalah langsung mengalaminya sendiri. Di sinilah pentingnya observasi partisipasif (D. Oetomo, 2007:179). M. Idrus (2007: 79) menyatakan bahwa konsep fenomenologi meyakini bahwa sesungguhnya objek ilmu tidak terbatas pada hal-hal yang empirik (sensual, terindera), tetapi juga mencakup fenomena yang berada di luar itu seperti persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subjek tentang „sesuatu‟ di luar dirinya. Harvey dan
MacDonald
yang dikutip
oleh
Y.
Sugandhi
(2002:111),
mengemukakan bahwa fenomenologi (phenomenology); menekankan pengetahuan mengenai proses sosial yang diperoleh dari hasil interpretasi makna. Dengan kata lain, metodologi fenomenologis lebih memfokuskan pada penginterpretasian (interpreting) dunia dari pada menjelaskannya (explaining). Sebagai suatu epistemologi, fenomenologi menggunakan intuisi (kemampuan untuk memahami sesuatu tanpa dipelajari) sebagai sarana untuk mencapai kebenaran ( Santoso, 2007: 173). Dari beberapa pendapat nara sumber di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa data yang nampak kelihatan di permukaan (manifes) harus diungkap makna sebenarnya dari yang tersembunyi (laten). Tampaknya aliran fenomenologis akan menjadi alat ampuh untuk membangun teori-teori ilmu sosial baru secara induktif. Ada peluang untuk menerapkan cara berpikir fenomenologi dalam mengkaji gejala sosial seperti seni, bahasa dan perilaku nilai yang sangat abstrak (inter-subjektif). Dengan demikian teori-teori ilmu sosial dapat diwawas dari dua aliran berpikir, karena kedua aliran itu bertolak dari kepentingan yang sama, yaitu untuk „menangkap makna empiris‟ guna memperjelas kedudukan bangunan teori (A. Salim, 2006:5). Menurut Noeng Muhadjir (2004:v), ada “dua tahapan perkembangan ilmu. Pertama, dari positivisme yang hanya mengakui empirisme sensual, memasuki tahapan
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
5
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
postpositivisme yang meta-science, yaitu: mencari makna dibalik yang empiri sensual”. Secara ontologis, cara pandang aliran post-positivisme bersifat critical realism. Sebagaimana cara pandang kaum realis, aliran ini juga melihat realitas alam, namun menurut aliran ini, adalah mustahil bagi manusia (peneliti) untuk melihat realitas secara benar. Oleh karena itu, secara metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi dipandang tidak mencukupi, tetapi harus dilengkapi dengan metode trianggulasi yaitu penggunaan beragam metode, sumber data, periset dan teori (A. Salim, 2006:70). Dilihat dari segi aksiologi, kebenaran empiris tak hanya bisa diukur dengan menggunakan indera, tetapi juga dapat diukur kebenarannya dengan ketajaman berpikir manusia dalam memaknai indikasi-indikasi empiris dan melalui ketajaman akal budi (Muhadjir, 1989), karena masih ada kebenaran yang dapat ditangkap dari pemaknaan manusia atas empiris (S. Aminah, 2006:229). Postpositivisme, menurut S. Nasution (2003: 5): “mengikuti jalan yang lain daripada metode positivisme. Oleh sebab penelitian dilakukan dalam situasi yang wajar atau dalam natural setting maka metodenya disebut metode naturalistik. Kebanyakan metode ini mengumpulkan data yang bersifat kualitatif dan karena itu disebut juga metode kualitatif”. Penelitian naturalistik mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah (natural setting) mereka. Oleh karena itu, situasi yang alamiah, bukan situasi buatan seperti eksperimen atau wawancara formal, harus menjadi sumber data (D. Mulyana, 2006:159). Beberapa penulis lain mengidentikkan penelitian naturalistik dengan penelitian fenomenologis. Peneliti naturalistik memasuki arena penelitian yang diminatinya untuk menafsirkan fenomena yang ditemuinya, tidak memanipulasi atau mengontrolnya, dan berusaha mencampurinya sesedikit mungkin. Peneliti naturalistik menekankan logics in action, yakni logika-logika individu yang diteliti (D. Mulyana, 2006:159). Bisa dikatakan, metode kualitatif menelaah bagaimana mendekati persoalan secara fenomenologis, artinya bagaimana cara mengumpulkan data dalam bentuk (kata-kata, lisan, dan tulis), ucapan, isyarat, pengalaman dan perilaku yang dapat diamati (S. Aminah, 2007:228).
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
6
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
D. Mulyana (2006:161) menambahkan bahwa “temuan penelitian naturalistik bersifat tentatif. Hasil penelitian naturalistik bersifat ragu untuk membuat generalisasi yang luas karena realitas bersifat ganda dan berbeda karena temuan bergantung interaksi antara peneliti dengan responden dan mungkin tidak dapat ditiru karena melibatkan nilai-nilai, lingkungan, pengalaman, dan orang-orang khusus. S. Nasution (2004:12) menyatakan bahwa “salah satu ciri penelitian naturalistik adalah desain penelitian tampil dalam proses penelitian”. Adapun penjelasan yang lebih terperinci adalah sebagai berikut:”Pada penelitian naturalistik pada awalnya belum dapat direncanakan desain yang terinci, lengkap dan pasti, yang menjadi pegangan selanjutnya selama penelitian. Oleh sebab itu belum ada langkah-langkah yang jelas, yang dapat diikuti dari awal sampai akhir, seperti halnya pada penelitian kuantitatif. Bahkan masalah yang akan diteliti pun tidak dapat dirumuskan dengan jelas dan tegas. Yang ada paling-paling suatu gambaran umum dan bersifat sementara”. Pendapat yang senada juga dilontarkan oleh D. Oetomo (2005:185-186) yang mengatakan bahwa “ penelitian kualitatif terbuka pada kemungkinan penyesuaian penyelidikan sementara, terjadi pendalaman pemahaman dan/atau perubahan situasi. Ia menghindarkan diri dari terperangkap ke dalam desain-desain kaku yang mengeliminasi keresponsifan. Ia menempuh jalur-jalur penemuan baru sembari mereka muncul”. Dengan adanya pendapat yang demikian, maka di dalam penelitian ini, desainnya dilakukan dalam proses penelitian untuk menjaga keresponsifan desain tersebut. Sedangkan menurut B. Bungin (2007:60-61): “Secara esensial terdapat beberapa kesulitan di dalam membuat desain kualitatif dengan menggunakan model umum. Hal ini disebabkan oleh tiga hal yaitu desain penelitian kualitatif adalah penelitinya sendiri, masalah dan tujuan penelitian kualitatif amat beragam dan kasuistik, serta ragam ilmu sosial variannya bermacam-macam sehingga memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda”. Akan tetapi berdasarkan pengalaman empiris dan kebutuhan terhadap setiap penelitian kualitatif, B. Bungin (2007:61) mengemukakan “ada tiga format desain penelitian kualitatif yang umum digunakan saat ini, yaitu desain deskriptif, desain verifikatif, dan desain grounded research”. Penelitian grounded theory ini-sebagaimana umumnya penelitian-penelitian kualitatif lainnya yang ingin memperoleh pemahaman komprehensif tentang objek
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
7
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
kultural-simbolis yang tengah dikaji dengan demikian akan bekerja lebih jauh dan lebih lanjut dari sekadar mengamati dan mengukur indikator-indikator, melainkan akan bekerja sepenuhnya untuk membongkar seluruh black box (Soetandyo W., 2005:194). Tujuan penelitian naturalistik bukanlah untuk menguji hipotesis yang didasarkan atas teori tertentu, melainkan untuk menemukan pola-pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi teori. Teori ini lambat laun mendapat bentuk tertentu berdasarkan analisa data yang kian bertambah sepanjang berlangsungnya penelitian. Yang ingin dicapai ialah teori yang grounded, yakni yang dilandaskan atau didasarkan atas data (S. Nasution, 2003: 11). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perspektif fenomenologis menggunakan pendekatan naturalistik dengan metode kualitatif dan desain yang bermacam-macam salah satunya adalah grounded research. Menurut A. Strauss dan J. Corbin (2007:5), metode kualitatif “dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikit pun belum diketahui”. Menurut Jary dan Jary (1987), penelitian kualitatif adalah sebagai setiap penelitian di mana peneliti mencurahkan kemampuan sebagai pewawancara atau pengamat yang empatis untuk mengumpulkan data yang unik tentang permasalahan yang ditelitinya, sementara itu Gubrium dan Holstein (1992) menjelaskan bahwa metode kualitatif adalah cara-cara mengkaji kualitas-kualitas kehidupan keseharian yang mencakup rentang luas, yaitu from life’s action and narratives to its signs, circumstances, and sense of reality” (S. Aminah, 2007:228). Salah satu keunggulan metode-metode kualitatif, adalah strategi penyelidikan yang naturalis dan induktif dalam mendekati suatu suasana (setting) tanpa hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Teori muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar (grounded) dalam data (D. Oetomo, 2005: 183). H. Usman dan Purnomo, S.A (2007:81), menyatakan bahwa “metodologi penelitian kualitatif bisa disebut dengan istilah lain yaitu the postpositivistic, etnografic, phenomenological, subjective, case study, qualitative, and humanistic “. Sedangkan S. Usman (2004:89-90) tidak menggunakan istilah postpositivisme tetapi non-positivisme yang menawarkan metodologi yang lebih menekankan pada
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
8
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
pemahaman makna dengan cara melakukan empati (an emphatic understanding of meaning) terhadap suatu tindakan, dan menempatkan aktivitas tersebut sebagai bagian dari keseluruhan tindakan yang ada dalam masyarakat. Ditambahkan oleh S. Usman (2006:199), sekurang-kurangnya ada tiga prinsip dasar yang dikembangkan oleh non-positivisme dalam membaca fenomena sosial, yaitu: (1) individu menyikapi apa saja yang ada dalam lingkungannya berdasarkan makna yang diperolehnya; (2) makna tersebut diperoleh melalui interaksi social yang dijalin dengan individu lain; dan (3) makna tersebut dipahami dan dimodifikasi oleh individu melalui proses interpretative yang berkaitan dengan hal-hal lain yang dijumpainya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa perspektif fenomenologis berangkat dari pandangan postpositivisme atau non-positivisme bukan dari pandangan positivisme. A. Karakteristik Penelitian Menurut Bogdan dan Biklen (1982) yang dikutip oleh Sugiyono (2005:9-10), karakteristik penelitian kualitatif adalah: 1. Dilakukan pada kondisi
yang alamiah, langsung ke sumber
data dan
peneliti adalah instrument kunci. 2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. 3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk 4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif 5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati). Sedangkan menurut Taylor & Bogdan, 1984; Mrshll& Rossman, 1989; Silverman, 1993, yang dikutip oleh E. S. Hendrarso (2007:169), karakteristik khusus penelitian kualitatif adalah: 1. Bersifat induktif 2. Melihat pada setting dan manusia sebagai suatu kesatuan 3. Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka sendiri 4. Lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil penelitian 5. Menekankan validitas data sehingga ditekankan pada dunia empiris 6. Bersifat humanistis, yaitu memahami secara pribadi orang yang diteliti dan ikut
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
9
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
mengalami apa yang dialami orang yang diteliti dalam kehidupannya sehari-hari 7. Semua aspek kehidupan social dan manusia dianggap berharga dan penting untuk dipahami karena dianggap spesifik dan unik. Adapun S. Nasution (2003:9-12) dan H. Usman & P.S. Akbar (2006:90-91) menggunakan istilah cirri-ciri metode kualitatif adalah: 1. Sumber data berada dalam situasi yang wajar (natural setting). 2. Laporannya sangat deskriptif 3. Mengutamakan proses dan produk 4. Peneliti sebagai instrument penelitian (key instrument) 5. Mencari makna, dipandang dari pikiran dan perasaan responden 6. Mementingkan data langsung (hand first), oleh sebab itu pengumpulan datanya mengutamakan observasi partisipasi, wawancara, dan dokumentasi 7. Menggunakan triangulasi, yaitu memeriksakan kebenaran data yang diperoleh dari pihak lain 8. Menonjolkan rincian yang kontekstual, yaitu menguraikan sesuatu secara rinci tidak terkotak-kotak 9. Subyek yang diteliti dianggap berkedudukan sama dengan peneliti, peneliti bahkan belajar kepada respondennya 10. Mengutamakan perspektif emic, yaitu pendapat responden, dari pada pendapat peneliti sendiri (etic) 11. Mengadakan verifikasi melalui kasus yang bertentangan 12. Sampel dipilih secara purposif 13. Menggunakan audit trail yaitu memeriksa data mentah, analisis, dan kesimpulan kepada pihak lain, biasanya pembimbing 14. Partisipasi peneliti tidak mengganggu natural setting 15. Analisa data dilakukan sejak awal sampai penelitian berakhir 16. Desain penelitian tampil selama proses penelitian (emergent). B. Teorisasi Induktif Menurut N.N. Sujana (2007: 11), ilmu pengetahuan modern sangat mendasarkan diri pada bentuk logika induktif, informasi diperoleh melalui pengetahuannya yang diobervasi di lapangan.
Jurnal 10
Ilmiah
SPIRIT,
ISSN;
1411-8319
Vol.
15
No.
1
Tahun
2015
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
Peneliti tak perlu tahu tentang sesuatu teori, namun datalah yang paling penting. Peneliti harus memfokuskan perhatiannya pada data di lapangan sehingga segala sesuatu tentang teori yang berhubungan dengan penelitian menjadi tak penting. Data menjadi amat sangat penting, sedangkan teori akan dibangun berdasarkan temuan data di lapangan. Data merupakan segalanya yang dapat memecahkan semua masalah penelitian. Posisi peneliti benar-benar bereksplorasi terhadap data, dan apabila peneliti secara kebetulan telah memiliki pemahaman teoritis tentang data yang akan diteliti, proses pembuatan teori itu harus dilakukan. Peneliti berkeyakinan bahwa data harus terlebih dahulu diperoleh untuk mengungkapkan misteri penelitian dan teori baru akan dipelajari apabila seluruh data sudah diperoleh (B. Bungin, 2007:31). C. Metode Metode penelitian haruslah melayani peneliti dan bukan peneliti yang menjadi pelayan dari metode penelitian (E. S. Hendrarso, 2007:175). Aspek metode adalah berkaitan dengan teknik-teknik mengumpulkan serta menganalisis data yang kita peroleh (S. Usman, 2004:85). Metode kualitatif dilakukan melalui pendekatan historis, kajian dokumen, interpretasi peristiwa, merekam satu kejadian, pemotretan, hingga menafsir satu fenomena social melalui pelbagai pencatatan lapangan yang kemudian dipaparkan dalam bentuk terolah (A. Sachari, 2002:8). Metode observasi, sebagai cara untuk memperoleh pengetahuan, menjadi cara yang sangat penting dalam dunia ilmu (N.N. Sujana, 2007:11). Metode pengamatan berperan-serta, wawancara mendalam, dan analisis dokumen (metode historis) dalam penelitian kualitatif bersifat fundamental dan sering digunakan bersama-sama (D. Mulyana, 2007:155). 1. Teknik Pengumpulan Data. a. Wawancara Mendalam (Indepth Interview) Menurut Bogdan (1984) dalam Sukardi (2006: 145), wawancara mendalam biasanya mengarah kepada pernyataan, dan pendapat responden dalam situasi yang spesifik dan relevan dengan tujuan yang hendak diteliti. Interviu mendalam dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyan terbuka, yang memungkinkan responden memberikan jawaban secara luas. Pertanyaan diarahkan
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
11
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
pada mengungkap kehidupan responden, konsep, persepsi, peranan, kegiatan, dan peristiwa-peristiwa yang dialami berkenaan dengan focus yang diteliti. Pertanyaan bervariasi dalam beberapa format: aplikasi-nya, isi, urutan pertanyaan (N. S. Sukmadinata, 2007: 112). Isi pertanyaan interviu minimal bisa dibedakan enam macam: 1) pertanyaan tentang pengalaman atau kegiatan, mengungkap apa yang telah atau biasa dilakukan pleh responden, 2) pertanyaan tentang pendapat atau nilai, menanyakan pendapat, pemikiran responden tentang pengalamannya, harapan, tujuan, nilai-nilai, dsb., 3) pertanyaan tentang perasaan, mengungkap perasaan-perasaan rsponden tentang pengalamannya,
aktivitasnya.
4)
Pertanyaan
pengetahuan,
mengungkap
informasi-informasi factual tentang pengalaman, kegiatan , peristiwa, dll., 5) pertanyaan pengindraan, mengungkap apa yang dilihat, didengar, rasakan , lakukan, dari lingkungan tempat dia berada atau melakukan kegiatan. 6) pertanyaan tentang latar belakang, mengungkap hal-hal yang melatarbelakangi kegiatan, pikiran, perasaan, pendirian, pendapat, dsb, meliputi usia, pendidikan , pekerjaan, tempat tinggal, dll (N. S. Sukmadinata, 2007:113). Peran peneliti sebagai pewawancara mendalam, peneliti menjalin hubungan dengan partisipan dan mengadakan wawancara mendalam berkenaan dengan kegiatan yang datanya dikumpulkan. Penelitian demikian sangat cocok untuk penelitian kualitatif, dan banyak digunakan dalam studi fenomenologis, teori dasar dan studi kritis (N. S. Sukmadinata, 2007:112). Dalam penelitian ini, wawancara mendalam adalah teknik pengumpulan data yang paling utama, oleh karena situasi kondisi yang dihadapi oleh responden kebanyakan pada saat mereka dalam melaksanakan tugas di lapangan. b. Pengamatan berperan serta Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan pengamatan berperan serta ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak (Sugiyono, 2005:64).
Jurnal 12
Ilmiah
SPIRIT,
ISSN;
1411-8319
Vol.
15
No.
1
Tahun
2015
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
Menurut
Bruyn
dalam
D.
Mulyana
(2006:171),
metode
pengamatan
berperan-serta adalah prosedur riset yang dapat memberikan basis yang memadai untuk menangkap makna, yakni makna mengenai eksistensi manusia dilihat dari sudut pandang orang dalam. Sedangkan dalam pandangan Zelditch, pengamatan berperan serta merupakan bentuk riset terbaik untuk memahami peristiwa dan proses social. c. Analisis Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya, misalnya karya seni, olahraga, film, dan sebagainya (Sugiyono, 2005:82). 2. Analisis kualitatif Analisis kualitatif berangkat dari pendekatan fenomenologisme yang sebenarnya lebih banyak alergi terhadap pendekatan positivisme yang dianggap terlalu kaku, hitam-putih, dan terlalu taat asas, berubah-ubah dan sebagainya. Dengan demikian pendekatan analisis kualitatif menggunakan pendekatan logika induktif, dimana silogisme dibangun berdasarkan pada hal-hal khusus atau data di lapangan dan bermuara pada hal-hal umum. Analisis kualitatif umumnya digunakan untuk mencari data dalam arti frekuensi, tetapi digunakan untuk menganalisis makna dari data yang tampak di permukaan itu. Dengan demikian, analisis kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta, bukan untuk menjelaskan fakta tersebut (B. Bungin, 2007:65-66). D. Trianggulasi Istilah triangulasi diciptakan oleh Webb dkk (1965), karena tidak ada ukuran eksternal yang khas untuk memeriksa temuan baru, orang melihat kepada indeks-indeks internal lain yang dapat memberikan bukti yang sesuai (M.B. Miles & A. M. Huberman, 1992: 434). Menurut Moleong (1988:295), trianggulasi tidak lain adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu kejadian yang diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data yang ada”.
Jurnal 13
Ilmiah
SPIRIT,
ISSN;
1411-8319
Vol.
15
No.
1
Tahun
2015
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2005:85), menyatakan bahwa “tujuan dari trianggulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih kepada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan”. Sedangkan menurut S. Nasution (2003:10), tujuan trianggulasi ialah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang kepercayaan data. Cara ini juga mencegah bahaya subjektivitas. Sukardi (2006:107) menambahkan, tujuan trianggulasi digunakan adalah “untuk melakukan cross check data yang diperoleh di lapangan”. Selanjutnya Mathison dalam Sugiyono (2005:85), mengemukakan bahwa “ nilai dari teknik pengumpulan data dengan trianggulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti”. Sedangkan Patton (1980) dalam Sugiyono (2005:85), menyatakan bahwa “dengan trianggulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan. Beberapa kelebihan dalam penggunaan trianggulasi menurut Sukardi (2006:107) adalah: 1. Trianggulasi memberikan hasil yang tidak menimbulkan keragu-raguan informasi dari fenomena yang diseleksi. 2. Trianggulasi menyediakan kemungkinan tambahan metode bagi para peneliti yang menekuni bidang penelitian social. 3. Dengan menggunakan lebih dari satu metode dimungkinkan bagi para peneliti untuk menggunakan norma dan teknik interpretasi yang bervariasi. E. Kredibilitas Kredibilitas ialah kesesuaian antara konsep peneliti dengan konsep responden. Kredibilitas dapat terpenuhi bila a) waktu yang digunakan penelitian harus cukup lama, b) pengamatan yang terus menerus, c) mengadakan trianggulasi, d) diskusi dengan teman seprofesi, e) menganalisis kasus negative, yaitu kasus-kasus yang bertentangan dengan hasil penelitian pada saat-saat tertentu, f) menggunakan alat-alat bantu dalam mengumpulkan data seperti taoe recorder, tustel, video, dan sebagainya, dan g) menggunakan member check, yaitu memeriksa kembali informasi responden dengan mengadakan pertanyaan ulang atau mrngumpulkan sejumlah responden untuk dimintai pendapatnya tentang data yang telah dikumpulkan (H. Usman dan P. S. Akbar, 2006: 89)
Jurnal 14
Ilmiah
SPIRIT,
ISSN;
1411-8319
Vol.
15
No.
1
Tahun
2015
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
F. Transferabilitas Hasil penelitian dapat diterapkan di tempat lain, mana kala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian (Sugiyono, 2005: 8). G. Dependabilitas dan Konfirmabilitas Karena desain penelitiannya emergent, lahir selama penelitian berlangsung, untuk memenuhi dependabilitas maka perlu disatukan dengan konfirmabilitas dengan cara audit trail. H. Audit Trail Audit trail dilakukan untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan (S. Nasution, 2003:11). Menurut H. Usman dan P.S. Akbar (2006:89) “yang berhak melakukan audit trail adalah pembimbing/promotor”. III. Penutup Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Sosiologi Olahraga adalah subdisiplin ilmu keolahragaan yang bertujuan menganalisis olahraga sebagai fenomena sosial. 2. Fenomenologis berarti mengungkapkan sesuatu gejala secara empiris dan bersamaan dengan itu fenomena yang diamati, ditafsirkan dan diberi makna. 3. Perspektif fenomenologis menggunakan pendekatan naturalistik dengan metode kualitatif dan masuk dalam aliran postpositivisme atau non-positivisme. 4. Metode kualitatif mendasarkan diri pada bentuk logika induktif dan salah satu desainnya adalah grounded research. 5. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan analisis dokumen. 6. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi di dalam menggunakan penelitian kualitatif seperti karakteristik, kredibilitas, dependabilitas, transferabilitas, triangulasi, audit trail, dan lain-lain.
Daftar Pustaka Aminah, S. 2006. “Metodologi Ilmu Politik”. Suyanto, B. dan Sutinah. (Ed.). Metode Penelitian Sosial: Berbagai alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana. Jurnal 15
Ilmiah
SPIRIT,
ISSN;
1411-8319
Vol.
15
No.
1
Tahun
2015
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia. Bungin, B. 2007. “Aspek Moral di dalam Membuat Laporan Penelitian”. Bungin, B. (Ed.). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Bungin, B. 2007. “Format Desain Dan Model Kualitatif”. Bungin, B. (Ed.). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Bungin, B. 2007. “Teorisasi dalam Penelitian Kualitatif”. Bungin, B. (Ed.). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dyson P.L., 2006. “Etnometodologi”. Suyanto, B. dan Sutinah. (Ed.). Metode Penelitian Sosial: Berbagai alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana. Hendrarso, E.S. 2007. “Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar”. Bungin, B. (Ed.). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Huberman, A.M. and Miles, M.B. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press. Idrus, M. 2007. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: UII Press. Irianto, H. 2007. “Hal-hal Penting dalam Membuat Laporan Penelitian”. Bungin, B. (Ed.). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Irianto, Y. 2007. “Metode Pengumpulan Data dan Kasus Penelitian”. Bungin, B. (Ed.). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jurnal 16
Ilmiah
SPIRIT,
ISSN;
1411-8319
Vol.
15
No.
1
Tahun
2015
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
Komisi Disiplin Ilmu Keolahragaan. 2000. Ilmu Keolahragaan dan Rencana Pengembangannya. Jakarta: Dirjendikti, Depdiknas.
Lutan, R. 1991. “Pendekatan Sosiologis dalam pembinaan Olahraga”. Makalah disajikan dalam pertemuan ilmiah di IKIP Yogyakarta. Lutan, R. dan Ma‟mun, A. 1999/2000. Sosiologi Olahraga. Jakarta: Depdikbud. Lutan, R., Ibrahim, R., Suherman, A. dan Saputra, Y.M. 2002. Supervisi Pendidikan Jasmani: Konsep dan Praktik. Jakarta: Dirjen Olahraga, Depdiknas. Mulyana, D. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mutohir, T.C. 2001. “Olahraga dan Transformasi Nilai”. Lutan, R. (Ed.). Olahraga dan Etika Fairplay. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Iptek Olahraga, Dirjen Olahraga, Depdiknas. Mutohir, T.C. 2001. “Menelusuri Makna Olahraga”. Lutan, R. (Ed.). Olahraga dan Etika Fairplay. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Iptek Olahraga, Dirjen Olahraga, Depdiknas. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Oetomo, D. 2006. “Penelitian Kualitatif: Aliran dan Tema”. Suyanto, B. dan Sutinah. (Ed.). Metode Penelitian Sosial: Berbagai alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana. Oetomo, D. 2007. “Teori Sosial Mikro”. Bungin, B. (Ed.). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ritzer, G.. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jurnal 17
Ilmiah
SPIRIT,
ISSN;
1411-8319
Vol.
15
No.
1
Tahun
2015
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
Sachari, A. 2002. Sosiologi Desain. Bandung : ITB. Salim, A. 2006. Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana. Salim, A. 2006. Bangunan Teori. Metodologi Penelitian untuk Bidang Sosial, Psikologi, dan Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana. Sugandhi, Y. 2002. Rekonstruksi Sosiologi Humanis menuju Praksis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. Sujana, N.N. 2006. “Berpikir Ilmiah”. Suyanto, B. dan Sutinah. (Ed.). Metode Penelitian Sosial: Berbagai alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana. Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif-Naturalistik Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Usaha Keluarga. Sukmadinata, N.S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Surbakti, R.A. 2006. “Teori dalam Penelitian Sosial”. Suyanto, B. dan Sutinah. (Ed.). Metode Penelitian Sosial: Berbagai alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana. Suriasumantri, J.S. 1994. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Susanto, T. 2007. “Etnometodologi dan Kasus beberapa Penelitian Sosial”. Bungin, B. (Ed.). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Susilo, B. 2006. “Penulisan Laporan Penelitian”. Suyanto, B. dan Sutinah. (Ed.). Metode Penelitian Sosial: Berbagai alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Jurnal 18
Ilmiah
SPIRIT,
ISSN;
1411-8319
Vol.
15
No.
1
Tahun
2015
Perspektif Fenomenologi Dan Aplikasinya Dalam Penelitian Sosiologi Olahraga Oleh: Shodiq Hutomono
Suyanto, B. 2006. “Menetapkan Fokus dan Merumuskan Masalah yang Layak Diteliti”. Suyanto, B. dan Sutinah. (Ed.). Metode Penelitian Sosial: Berbagai alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana. Usman, H. dan Akbar, P.S. 2007. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, S. 2004. Sosiologi: Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta: Cired. Usman, S. 2006. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Biodata Penulis Dr. Shodiq Hutomono, M.Kes Dosen POK-FKIP Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta.
Jurnal 19
Ilmiah
SPIRIT,
ISSN;
1411-8319
Vol.
15
No.
1
Tahun
2015