PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “PERBEDAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS VII BILINGUAL DAN REGULER DI SMP NEGERI 2 WONOSARI, GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2012/2013”
ini telah
disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, 22 Juli 2013 Dosen Pembimbing,
Dra. Farida Mulyaningsih, M.Kes NIP. 19630714 198812 2 001
1
2
MOTTO Pandai-pandailah bersyukur atas apa yang kita dapat, dan berusahalah ikhlas meskipun sulit. (Ardiana Minelli Purwanto) Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR. Muslim).
Sesungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (QS. Az-Zumar:10).
3
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karya sederhana ini saya persembahkan kepada : Suami tercinta Rista Yanu Riadi yang telah memberikan arti kebahagiaan terindah dan semangat dalam menjalani hidup Kedua Orangtua, Bapak Edy Purwanto dan Ibu Sri Sukemi yang selalu mencurahkan kasih sayang, doa restu dan tetesan keringat serta air mata hingga menjadikan ananda kuat dalam menjalani segala hal hingga dapat mengenyam pendidikan tinggi. Mbok Uwo nenek tercinta, terimakasih atas wejangan dan kasih sayangnya. Adik-adik terkasih, Ardana Neswari Purwaningrum dan Nurhuda Shadam, kalian merupakan semangatku.
4
PERBEDAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS VII BILINGUAL DAN REGULER DI SMP NEGERI 2 WONOSARI, GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Ardiana Minelli Purwanto 09601241074
Abstrak Di SMP Negeri 2 Wonosari, para siswa kelas bilingual terlihat kurang antusias dalam mengikuti Penjasorkes dibandingkan siswa kelas reguler, dan pada saat upacara bendera maupun apel pagi siswa kelas bilingual sering terlihat pucat dan pingsan. Berbeda dengan siswa kelas regular, mereka aktif dalam Penjasorkes dan terlihat segar dan bugar dibandingkan siswa kelas bilingual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kesegaran jamani siswa kelas VII bilingual dan reguler di SMP Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 2 Negeri Wonosari, Gunungkidul Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 210 siswa. Jumlah sampel diambil secara cluster random sampling dengan hasil 30 siswa, untuk sampel kelas reguler, dan purposive sampling dengan hasil 30 siswa untuk sampel kelas bilingual. Teknik pengambilan data menggunakan survei yaitu tes dan pengukuran, dengan instrumen berupa TKJI untuk kesegaran jasmani. Teknik analisis data menggunakan analisis uji t, melalui uji prasyarat normalitas dan homogenitas. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII G yang merupakan kelas bilingual dengan siswa kelas VII A yang merupakan kelas reguler di SMP Negeri 2 Wonosari tahun pelajaran 2012/ 2013, dimana berdasarkan hasil analisis, terlihat bahwa Uji t memiliki nilai t hitung 2,704 dan nilai t tabel dengan df = 29 pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,045. Nilai t hitung > t tabel, maka kedua data tersebut berbeda signifikan. Jadi terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil TKJI siswa kelas VII G yang merupakan kelas bilingual dengan siswa kelas VII A yang merupakan kelas reguler di SMP Negeri 2 Wonosari, bahwa tingkat kesegaran jasmani siswa kelas regular di SMP Negeri 2 Wonosari lebih tinggi dibandingkan tingkat kesegaran jasmani siswa kelas bilingual. Kata kunci : kesegaran jasmani, kelas bilingual, kelas bilingual, SMP Negeri 2 Wonosari
5
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi “Perbedaan Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Kelas VII Bilingual dan Reguler di SMP Negeri 2 Wonosari tahun pelajaran 2012/ 2013” dengan lancar. Penulis menyadari tanpa sumbangan tenaga dan pemikiran dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk kuliah di FIK UNY.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga FIK UNY atas segala kemudahan yang diberikan. 3. Dosen pembimbing tugas akhir skripsi, yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pengarahan selama penulisan skripsi. 4. Dosen pembimbing akademik yang dengan sabar memberikan nasihat selama menempuh perkuliahan. 5. Kepala BAPEDDA Gunungkidul yang telah memberikan ijin penelitian untuk mengambil data di SMP Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul. 6. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul yang telah memberikan ijin penelitian untuk mengambil data di SMP Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul. 7. Guru SMP Negeri 2 Wonosari yang telah banyak membantu kelancaran pengambilan data pada kelas VII. 8. Siswa siswi kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul atas kesediaan dan partisipasinya untuk membantu pengambilan data.
Akhirnya penulis berharap, semoga tulisan yang sangat sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan Program Studi Pendidikan Jasmani
6
Kesehatan dan Rekreasi, Jurusan Pendidikan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas
Negeri
Yogyakarta
pada
khususnya
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Yogyakarta, 22 Juli 2013 Penulis
Ardiana Minelli Purwanto NIM. 09601241074
7
dan
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………
iv
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….
v
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ...... xiii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................... B. Identifikasi Masalah ............................................................... C. Batasan Masalah ..................................................................... D. Rumusan Masalah ................................................................... E. Tujuan Penelitian ...................................................................... F. Manfaat Penelitian ...................................................................
1 5 6 6 6 7
BAB II. KAJIAN TEORI A. Pengertian Kesegaran Jasmani ........................................................ B. Komponen-komponen Kesegaran Jasmani………………………. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani D. Manfaat Kesegaran Jasmani E. Cara Mengukur Tingkat Kesegaran Jasmani F. Penelitian Yang Relevan G. Kerangka Berfikir H. Hipotesis
8
8 9 13 14 14 14 16 18
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian .................................................................... B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................... C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................
19 19 20
D. Teknik Pengambilan Sampling ....................................................... E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data .....................................
21 24
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ........................................................ B. Uji Prasyarat Analisis.............................................................. C. Pengujian Hipotesis ................................................................ D. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................
28 29 31 32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................ B. Implikasi Hasil Penelitian ...................................................... C. Keterbatasan Penelitian .......................................................... D. Saran .......................................................................................
35 35 36 36
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
38
LAMPIRAN .............................................................................................
40
9
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Nilai TKJI Untuk Putra .......................................................
23
Tabel 2. Nilai TKJI Untuk Putri........................................................
23
Tabel 3. Norma TKJI Untuk Remaja Umur 13-15 Tahun ................
24
Tabel 4. Pengkatagorian Hasil TKJI kelas VII A dan VII G ............
28
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas ...........................................................
30
Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas.........................................................
30
Tabel 7. Hasil Uji t……………………………………………………
31
10
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Permohonan Ijin Penelitian Dari BAPPEDA... .............
51
Lampiran 2 Surat Pelaksanaan Penelitian dari SMP N 2 Wonosari..
52
Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan TKJI ..........................................
53
Lampiran 4. Surat Tera .....................................................................
67
Lampiran 5. Hasil TKJI.....................................................................
75
Lampiran 6. Hasil Statistik................................................................
78
Lampiran 7. Kartu Bimbingan ..........................................................
80
Lampiran 8. Dokumentasi ................................................................
81
11
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang diselenggarakan melalui sekolah diharapkan dapat mengantarkan anak agar dapat, menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dapat berguna bagi kehidupannya, juga diharapakan agar anak dapat menjadi warga negara yang baik, sopan, bertanggung jawab, disiplin, memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi, bermoral Pancasila dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seperti yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia, 2003, Bab I, pasal 1 ayat 1 Nomor 20 yang berbunyi “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Untuk mencapai tujuan tersebut disusunlah kurikulum yang harus dilaksanakan oleh sekolah. Di samping kurikulum yang bersifat formal tersebut ada juga yang bersifat tidak formal yang secara sadar atau tidak disadari oleh guru dalam proses belajar yang sama sekali tidak ada dalam kurikulum sekolah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan mata pelajaran yang diajarkan di jenjang SMP. Namun dari kebanyakan orang beranggapan bahwa mata pelajaran Penjasorkes adalah mata pelajaran pelengkap saja dan tidak mempengaruhi nilai laporan hasil belajar. Padahal olahraga pendidikan menjadi
12
dasar utama untuk kesehatan, kesegaran, dan olahraga prestasi. Tidak hanya itu, sumbangan pendidikan jasmani terhadap peningkatan keterampilan gerak olahraga memang tidak diragukan lagi, mengingat dalam pendidikan jasmani diberikan banyak sekali macam ragam pengayaan gerak agar terekam dalam memori psikomotorik yang pada suatu saat dapat dikeluarkan sehingga menunjang perluasan keterampilan teknik berolahraga. Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial (Undang-undang Republik Indonesia, 2005. Nomor 3, Bab I, Pasal 1, ayat 4). Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kesegaran jasmani. Di SMP Negeri 2 Wonosari membuka kelas bilingual, dimana kegiatan intrakurikulernya sampai jam 15:00 WIB, sehingga kebanyakan dari siswa bilingual tidak mempunyai waktu luang yang cukup untuk beristirahat maupun menyalurkan hobi mereka dalam wadah yang telah disediakan sekolah, seperti kegiatan ekstrakurikuler. Waktu istirahat di rumah lebih pendek dibanding waktu luang siswa kelas reguler yang pulang sekolah pukul 13:30 WIB. Dengan keadaaan kegiatan intrakurikuler sampai pukul 15:00 membuat siswa kelas bilingual cenderung kurang aktif bergerak dan hanya fokus pada target nilai pelajaran mate-matika dan IPA, yang mereka anggap dapat meningkatkan kecerdasan mereka.
13
Di SMP Negeri 2 Wonosari, para siswa kelas bilingual terlihat kurang begitu antusias dengan pelajaran olahraga, itu mungkin disebabkan daya saing terhadap teman satu kelas dalam bidang prestasi akademik yang sangat tinggi, mereka beranggapan Penjasorkes adalah mata pelajaran yang tidak begitu berpengaruh. Di samping itu di kelas bilingual mempunyai standar nilai yang lebih tinggi dibanding kelas reguler, sehingga daya saing untuk mempertahankan nilai dan mencapai target nilai antar teman juga tinggi. Kurangnya antusisme para siswa kelas bilingual terhadap mata pelajaran olahraga, juga disebabkan kekurang pahaman tentang pentingnya olahraga dan kesegaran jasmani. Anggapan mereka tentang Penjasorkes tidak begitu mempengaruhi nilai di rapot menjadikan mereka malas untuk berlomba-lomba menjadi anak yang aktif dalam pembelajaran Penjasorkes, mereka beranggapan Penjasorekes bukan pelajaran yang dapat menjadikan mereka lebih pandai dalam pencapaian prestasi di kelas, itu dikarenakan siswa kelas bilingual memiliki tuntutan daya saing terhadap sesama temannya dalam pelajaran mate-matika, IPA, IPS, dan bahasa. Alokasi waktu untuk Penjasorkes di SMP Negeri 2 Wonosari 2 x 40 menit dirasa tidak cukup apabila melihat kegiatan belajar siswa kelas bilingual sampai pukul 15:00, dengan tuntutan seperti itu, waktu dan ruang gerak bagi mereka terbatasi untuk sekedar mengolah tubuh dengan berolahraga bermain. Itu menjadikan tingkat kesegaran jasmani mereka kurang, terlihat ketika kelas bilingual berbaur dengan siswa kelas reguler di waktu istirahat, maupun saat apel pagi, siswa kelas bilingual terlihat tidak begitu semangat dibanding kelas reguler.
14
Menurut buku yang berjudul Mengenal Pusat Kesegaran Jasmani (1996: 5), “kesegaran jasmani bagi siswa sendiri sangatlah penting, karena dapat meningkatkan prestasi”. Apabila tubuh siswa segar-bugar, maka siswa akan mudah menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga prestasi belajar dapat maksimal. Berbeda dengan kondisi badan yang tidak fit, pada waktu menerima pelajaran
akan sulit dicerna oleh otak, sehingga kondisi siswa
diharapkan selalu segar bugar karena keadaan atau kondisi tubuh akan mempengaruhi kinerja otak dalam menyerap informasi, (Rusli Lutan, 2001: 5). Menurut buku yang berjudul Mengenal Pusat Kesegaran Jasmani (1996: 4), “kesegaran jasmani adalah kemampuan atau kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif dalam waktu yang relatif lama tanpa kelelahan yang berarti”. Kebugaran maupun kesegaran jasmani memiliki dasar pengertian yang sama, istilah lain yang sering digunakan adalah kesemampatan dan fitness, (Djoko Pekik Irianto, 2004: 2). Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani pada dasarnya keadaan tubuh yang masih dapat beraktifitas tanpa mengalami kelelahan yang dapat menghambat melaksanakan tugas atau kegiatan yang lain, setelah melakukan aktifitas sehari-harinya. Kelas bilingual merupakan kelas yang didirikan untuk meningkatkan kualitas generasi muda bangsa yang siap menghadapi era globalisasi. Kelas bilingual menggunakan dua bahasa sebagai pengantar dalam semua pembelajaran di kelas. Secara umum cara pandang kita, kelas bilingual merupakan kumpulan
15
siswa yang mempunyai kemampuan kognitif di atas rata-rata. Itu memang benar adanya, karena di kelas bilingual proses perekrutannya dengan jumlah NEM dan nilai ulangan mata pelajaran Bahasa Inggris. Siswa kelas bilingual cenderung terfokus pada mata pelajaran Mate-matika, Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan pelajaran dengan bobot pemikiran yang tinggi. Hampir setiap hari kelas bilingual menghabiskan waktu dikelas dan sebagian besar dihabiskan untuk memaksimalkan potensi akademik sehingga siswa dalam kelas bilingual kurang memperhatikan aktivitas jasmani yang mampu meningkatkan kesegaran jasmani mereka. Pola hidup secara nyata dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang. Kesegaran jasmani merupakan unsur yang penting bagi siswa untuk dapat mencapai prestasi yang maksimal. Karena dengan kondisi tubuh yang bugar, siswa akan mudah menjalani kegiatan sehari-hari tanpa mudah merasa lelah dan dapat melaksanakan tugas belajar dengan baik. Siswa yang tingkat kesegarannya baik, dapat melaksanakan tugas dengan produktif. Di SMP Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta belum ada evaluasi mengenai tingkat kesegaran siswa, padahal fungsi dari evaluasi ini dapat memberikan masukan dalam menentapkan program pendidikan berikutnya. Untuk itu akan diadakan survei tentang tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII billingual dan kelas VII reguler di SMP Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul tahun ajaran 2012/2013.
16
B. Identifikasi Masalah 1. Belum diketahuinya tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII billingual dan kelas VII reguler di SMP Negeri 2 Wonosari. 2. Apakah
faktor
padatnya
kegiatan
intrakurikuler
di
kelas
bilingual
mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani sehingga terjadi perbedaan dengan siswa kelas reguler di SMP Negeri 2 Wonosari? 3. Apakah faktor ketatnya persaingan di bidang akademik dalam kelas bilingual membuat siswa tidak antusias mengikuti pelajaran Penjasorkes? 4. Belum diketahuinya seberapa jauh perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa kelas bilingual dengan kelas reguler C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka Peneliti hanya membatasi pada seberapa jauh perbedaan tingkat kesegaran siswa kelas VII billingual dan kelas reguler di SMP Negeri 2 Wonosari tahun ajaran 2012/2013. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Adakah perbedaan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII billingual dan kelas VII reguler di SMP Negeri 2 Wonosari?”
17
E. Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa kelas bilingual dan siswa kelas reguler di SMP Negeri 2 Wonosari tahun ajaran 2012/2013. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi siswa, memberi gambaran tentang tingkat kesegaran jasmani siswa, sehingga memahami pentingnya aktivitas fisik untuk mendukung prestasi akademik. b. Bagi sekolah, memberi gambaran tentang tingkat kesegaran jasmani sehingga mendorong pembinaan serta peningkatan kesegaran jasmani. c. Bagi guru pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan, memberikan masukan agar meningkatkan dan mempertahankan tingkat kesegaran jasmani siswa. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi siswa, memberikan catatan penting untuk mengetahui seberapa baik kondisi tubuhnya.
18
b. Bagi sekolah, dapat menambah koleksi karya ilmiah yang disusun berdasarkan fakta tentang sekolah tersebut. c. Bagi guru pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan, menambah ilmu tentang standar kondisi anak didik ketika usia SMP, sehingga membantu menyiapkan kriteria silabus Penjasorkes yang dapat memenuhi kebutuhan gerak siswa.
19
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kesegaran Jasmani Menurut Djoko Pekik (2004: 2), “kesegaran menggambarkan suatu keadaan atau kondisi, istilah muncul ketika ada persamaan makna, seperti sehat, fitness, kesemampatan”. Kesegaran atau kebugaran jasmani (physical fitness) merupakan kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikamati waktu luangnya. Kesegaran juga diartikan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Menurut Charles B. Corbin (2007: 3), “physical fitness is the ability to your body system to work together afficiently to allow you to be healthy and efficient means being able to do daily activities with the least amount of effort”. Menurut Insell and Roth dalam Health and Wellness For Life (2007: 22), “physical fitness is away for measuring how well the body can perform moderate to vigorous levels of physical activity without becoming overly tired”. Kesegaran jasmani juga diartikan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibelitas, (Rusli Lutan, 2001: 7). Dari beberapa uraian di atas mengenai arti kesegaran jasmani, dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan pekerjaan sehari-hari dengan ringan dan mudah tanpa merasakan
20
kelelahan yang berarti dan masih mempunyai sisa cadangan tenaga untuk melakukan kegiatan yang lain. B. Komponen-komponen Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi tingkat kesegaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda sesuai dengan pola hidup seseorang. Kesegaran jasmani terdiri dari beberapa komponen yang dikelompokan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan dan kelompok yang berhubungan dengan keterampilan. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4), “komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari 4 komponen dasar, yaitu daya tahan paru dan jantung, kekuatan dan daya tahan otot, kelentukan, komposisi tubuh”. Menurut Rusli Lutan (2001: 8), “komponen kesegaran jasmani dibagi menjadi 2 yaitu yang berhubungan dengan kesehatan dan yang berhubungan dengan performa”. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu: daya tahan aerobic, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas. Komponen kebugaaran jasmani yang berhubungan dengan performa yaitu: koordinasi, keseimbangan, kecepatan, agilitas, power, waktu reaksi. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komponenkomponen kesegaran jasmani terdiri dari: 1. Kekuatan Menurut Djoko Pekik Irianto (2002: 66), “kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan”. Bentuk
21
latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan yaitu latihan-latihan tahanan dimana kita harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu beban. Beban itu bisa berasal dari anggota tubuh kita sendiri. Agar hasilnya baik, latihan tahanan harus maksimal untuk menahan beban tersebut dan hasilnya baik, latihan tahanan harus sedikiti demi sedikit bertambah berat agar perkembangan otot meningkat. Jadi kekuatan adalah kemampuan otot untuk menahan dan mengangkat suatu beban dengan kontraksi otot yang dicapai dalam sekali usaha maksimal. 2. Daya Tahan Kardiorespirasi Menurut Djoko Pekik Irianto (2002: 72), “daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan dari jantung, paru-paru, pembuluh darah, otot-otot besar untuk melakukan latihan-latihan yang keras dalam jangka waktu yang lama”. Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan paru-paru dan jantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam jangka waktu yang lama. Kualitas daya tahan paru-paru dan jantung yang dinyatakan dengan besarnya VO2Max atau jumlah oksigen maksimal yang dikonsumsi secara maksimal dalam satuan MkgBB/menit, daya tahan ada dua jenis yaitu daya tahan aerobik dimana dalam melakukan kerjanya tubuh memerlukan O2 dan daya tahan anerobik yang dalam kerja tubuhnya tidak memerlukan O2. Daya tahan kardiorespirasi lebih berperan pada olahraga yang banyak aktifitas fisiknya. Seperti sepak bola, basket, renang, sepeda, lari jarak jauh.
22
3. Daya Tahan Otot Daya tahan otot adalah daya maksimum otot selama periode waktu yang relatif lama terhadap sebuah tahanan yang lebih ringan dari pada beban yang bisa digerakkan oleh seseorang (Rusli Lutan, 2001: 56). Jadi daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan suatu kerja dalam periode tertentu. 4. Kecepatan (Speed) Kecepatan adalah perbandingan antara jarak dan waktu atau kemampuan untuk bergerak dalam waktu singkat (Djoko Pekik Irianto, 2002: 73). Jadi kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan dengan sesingkat-singkatnya secara cepat setelah menerima rangsang. 5. Kelentukan (Flexibility) Kelentukan adalah kemampuan persendian untuk melakukan gerakan melalui jangkauan yang luas, (Djoko Pekik Irianto, 2002: 74). Masih di halaman yang sama, menurut Djoko Pekik Irianto, kelentukan mempunyai istilah yang sama yaitu kelenturan, yaitu kemampuan otot untuk berubah ukuran menjadi panjang atau pendek. Jadi kelentukan adalah keleluasaan atau kemudahan gerakan seluasluasnya, terutama pada bagian otot-otot persendian.
23
6. Kelincahan ( Agility) Kelincahan adalah kemampuan merubah arah dengan cepat dan tepat, selagi tubuh bergerak dari satu tempat ke tempat lain (Mochamad Sajoto, 1988: 56). Jadi kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah posisi dan arah dalam keadaan tertentu sesuai dengan yang diinginkan. 7. Koordinasi (Cordination) Koordinasi adalah kemampuan melakukan gerakan pada berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien (Djoko Pekik Irianto, 2002: 77). Menurut Mochamad Sajoto (1988: 53), “koordinasi adalah kemampuan untuk menyatukan berbagai sistem syaraf gerak, yang terpisah, ke dalam satu pola gerak yang efisien”. Jadi koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk menggabungkan bermacam-macam gerakan menjadi satu gerakan tunggal secara efektif. 8. Keseimbangan (Balance) Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi, dalam bermacam-macam gerakan (Mochamad Sajoto, 1988: 54). Jadi keseimbangan adalah mempertahankan dan mengendalikan posisi tubuh dari suatu tekanan atau beban dalam keadaan diam atau sedang bergerak.
24
9. Power Power adalah kemampuan melakukan gerakan secara eksplosif, merupakan hasil perkalian kekuatan maksimal dengan waktu pelaksanaan (Mochamad Sajoto, 1988: 55). C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 7) faktor yang mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani ada tiga, yaitu: 1. Makan, untuk dapat mempertahankan hidup secara layak setiap manusia memerlukan makan yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas, yakni memenuhi syarat makanan sehat berimbang, cukup energi, dan nutrisi meliputi : karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Kebutuhan energi untuk kerja sehari-hari diperoleh dari makanan sumber energi dengan proporsi karbohidrat 60%, lemak 25%, dan protein 15%. Untuk kebugaran yang prima selain memperhatikan makan sehat berimbang juga dituntut meninggalkan kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok,minum beralkohol, dan makan berlebih dan tidak teratur. 2. Istirahat, tubuh manusia tersusun atas organ, jaringan, dan sel yang memiliki kemampuan kerja terbatas. Seseorang tidak akan mampu bekerja terus menerus sepanjang hari tanpa berhenti. Kelelahan adalah salah satu indikator keterbatasan fungsi tubuh manusia. Untuk itu istirahat sangat diperlukan agar tubuh memiliki kesempatan melakukan recovery (pemulihan) sehingga dapat melakukan kerja atau aktivitas sehari-hari dengan nyaman. Dalam sehari semalam, umumnya seseorang memerlukan istirahat 7 hingga 8 jam. 3. Berolahraga, banyak cara dilakukan oleh masyarakat untuk mendapatkan kebugaran, misalnya dengan melakukan massase, mandi uap (sauna, steam), berendam di pancaran air hangat (whirpool), dan berlatih olahraga. Berolahraga adalah salah satu alternatif paling efektif dan aman untuk memperoleh kebugaran sebab berolahraga mempunyai multi manfaat, antara lain manfaat fisik (meningkatkan komponen kebugaran), manfaat psikis (lebih tahan terhadap stress, lebih mampu berkonsentrasi), dan manfaat sosial (menambah percaya diri dan sarana berinteraksi).
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kesegaran jasmani yang baik perlu dipengaruhi beberapa faktor antara lain adalah aktivitas
25
gerak atau olahraga yang dilakukan secara teratur, adanya pemenuhan gizi, istirahat yang berkualitas dan cukup, dan pola hidup sehat. D. Manfaat Kesegaran Jasmani Tingkat kesegaran jasmani dari berbagai golongan tidak sama sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan aktivitas. Di dalam buku Mengenal Pusat Kesegaran Jasmani (1996: 5), secara umum manfaat kesegaran jasmani untuk berbagai golongan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Bagi pelajar dan mahasiswa, dapat meningkatkan prestasi belajar 2. Bagi karyawan, ABRI, dan pekerja berat, dapat meningkatkan prestasi kerja 3. Bagi olahragawan, dapat meningkatkan prestasi olahraga Aktifitas jasmani yang cukup amat bermanfaat bagi anak karena latihannya merangsang pertumbuhan tulang dan mengembangkan kapasitas paruparu, (Rusli Lutan, 2001: 72). E. Cara Mengukur Tingkat Kesegaran Jasmani Penelitian ini menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia dari Kementrian Penndidikan Nasional tahun 2010 untuk anak usia 13-15 tahun. TKJI di dalamnya ada 5 item tes, yaitu lari sprint 50 meter untuk mengukur kecepatan, tes gantung angkat tubuh putra dan gantung siku tekuk putri untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan dan bahu, tes baring duduk untuk mengukur ketahanan otot perut, tes loncat tegak untuk mengukur tenaga eksplosif dan tes lari 1000 meter putra dan 800 meter putri untuk mengukur daya tahan paru-paru dan jantung.
26
F. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu yang dilakukan oleh Catur Wahyu Priyanto (2011) dengan judul “Hubungan antara Kesegaran Jasmani dan Inteligensi dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian ini adalah penelititian adalah penelitian survei dengan teknik tes dan pengukuran. Instrumen yang digunakan adalah TKJI untuk umur 13-15 tahun. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2010/2011 yang berjumlah 225 siswa. Jumlah sampel diambil secara proporsional random sampling dengan hasil sebanyak 54 siswa, setiap kelas ada 9 siswa. Teknik pengambilan data menggunakan survey yaitu tes dan pengukuran, dengan instrumen berupa TKJI untuk kesegaran jasmani. 2. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu yang dilakukan oleh Andini Dwi Intani (2009) dengan judul “Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Kelas VII dan VIII yang mengikuti Ekstrakurikuler Sepakbola dan Bola Basket di SMP Negeri 14 Yogyakarta”. Penelitian ini adalah penelititian adalah penelitian survei dengan teknik tes dan pengukuran. Instrument yang digunakan adalah TKJI untuk umur 13-15 tahun. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan bola basket di SMP Negeri 14 Yogyakarta yang terdiri dari 50 siswa dengan rincian, 28 siswa anggota ekstrakurikuler sepakbola dan 22
27
siswa anggota ekstrakurikuler bola basket. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis statistika deskriptif dengan menggunakan uji –t. dari hasil uji –t diperoleh t hitung -0,950 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,011. Berarti penelitian menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas VII dan VIII yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan bola basket di SMP Negeri 14 Yogyakarta. Besarnya rata-rata tingkat kesegaran jasmani ekstrakurikuler sepakbola 14,75 sedangkan untuk ekstrakurikuler bola basket sebesar 15,72. 3. Penilitan lain yang relevan adalah penelitian oleh Sudamayanti (2010) dengan judul “Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Kelas V A dan V B SD Negeri Gedongkuning Kota Yogyakarta”. Penelitian ini adalah penelitian survey dengan teknik tes dan pengukuran. Instrumen yang digunakan adalah TKJI untuk umur 10-12 tahun. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VA dan VB SD Negeri Gedongkuning Kota Yogyakarta dengan jumlah sampel 68 siswa. Hasil penilitian menunjukan tingkat kebugaran jasmani siswa kelas VA lebih baik dari siswa kelas VB, kelas VA = 12,647 > 11,705. G. Kerangka Berpikir Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan pekerjaaan sehari-hari dengan ringan dan mudah tanpa merasa kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan kegiatan yang lain. Sehat dan bugar merupakan hal diinginkan oleh setiap orang, begitu juga dengan orang yang memiliki kegiatan padat. Melakukan aktivitas olahraga yang
28
benar merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Tetapi hal ini masih sebatas wacana yang dalam pelaksanaannya masih belum dilakukan secara komperhensif. Pola hidup yang salah merupakan salah satu sebab rendahnya tingkat kesegaran jasmani seseorang. Di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Gunungkidul, membuka kelas bilingual di hari-hari tertentu menjadi lebih sore dibanding kelas reguler. Ketatnya persaingan dalam mencapai nilai pelajaran, membuat siswa cenderung fokus pada hal akademik saja, tanpa memikirkan aktivitas fisik untuk kebugaran jasmani mereka. Padahal kebugaran jasmani yang baik sangat mendukung proses pencapaian prestasi akademik maupun nonakademik. Usia siswa SMP seharusnya diisi dengan kegiatan yang tidak menjenuhkan atau hanya berkutat pada buku pelajaran. Belajar yang menguras pikiran seharusnya diimbangi dengan refreshing agar otak tidak jenuh, dan badan juga sehat bugar, seperti berolahraga rekreasi ataupun kegiatan yang menantang, menyenangkan, dan kegiatan yang merangsang organ tubuh yang lain agar berkembang secara baik, karena di usia ini perkembangan dan pertumbuhan anak pesat. Untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani seseorang harus dilakukan tes dan pengukuran. Salah satu tes yang sering dilakukan dan sudah teruji adalah Tes Kesegaran Jasmani (TKJI). Tes ini mempunyai karakteristik yang berbeda melihat umur orang yang akan diukur tingkat kesegaran jasmaninya. Untuk usia
29
kelas VII tingkat Sekolah Menengah Pertama menggunakan TKJI untuk anak usia 13-15 tahun. H. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Penelitian ini memunculkan 1 variabel tunggal yaitu tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII bilingual dan kelas VII reguler, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ho: “Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII bilingual dengan siswa kelas VII reguler di SMP Negeri 2 Wonosari tahun pelajaran 2012/ 2013.” Ha: “Ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII bilingual dengan siswa kelas VII reguler di SMP Negeri 2 Wonosari tahun pelajaran 2012/ 2013.”
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Sukardi (2003: 4), “penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi”. Proses penelitian ditujukan untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani siswa kelas bilingual dan reguler tingkat VII di SMP Negeri 2 Wonosari. Konseptualisasi proses tersebut kemudian dituangkan menjadi satu metode penelitian lengkap dengan pola analisis observasi serta pengumpulan data yang diperlukan untuk melukiskan fenomena tersebut. Oleh karena itu penelitian ini merupakan penelitian komparatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Adapun operasional variabel yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani merupakan suatu kondisi tubuh yang tidak mengalami kelelahan berarti walaupun melakukan aktivitas yang berat. Kesegaran jasmani dalam penelitian ini diukur dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk anak usia 13-15 tahun dari Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani 2010. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat dan klasifikasi kesegaran jasmani siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wonosari yang selanjutnya untuk mengetahui perbedaan tingkat kesegaran jasmani antara siswa regular dan siswa bilingual.
31
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Menurut Sugiyono (2010: 61), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 2 Wonosari. 2. Sampel Penelitian Menurut Sugiyono (2010: 62) “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (2010:118). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII G dan siswa kelas VII A. 3. Teknik Pengambilan Sampling Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling dan purposive sampling. Cluster random sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara acak dalam populasi itu (Sugiyono, 2010: 121). Sedangkan purposive sampling adalah pengambilan sampling atau subjek penelitian dengan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan penelitian (Sugiyono, 2010: 124). Untuk pengambilan sampel kelas bilingual menggunakan teknik purposive sampling, sehingga yang menjadi sampel penilitian adalah kelas
32
VII G, karena kelas VII G merupakan kelas VII bilingual satu-satunya di SMP Negeri 2 Wonosari. Pada saat menentukan sampel untuk meneliti kelas regular, digunakan teknik cluster random sampling, dari enam kelas tingkat VII di SMP Negeri 2 Wonosari, yaitu VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F, dibuatkan kertas kecil untuk diundi. Setelah kelas-kelas tersebut dituliskan pada kertas kecil, kemudian digulung kecil, enam kertas yang sudah digulung tersebut diacak dan yang satu kertas yang keluar terlebih dahulu digunakan sebagai sampel kelas regular, dalam hal ini, kertas bertuliskan kelas VII A yang keluar, sehingga penelitian menggunakan sampel kelas VII A. D. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi sekolah yang bersangkutan. Meminta ijin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Selanjutnya berkoordinasi dengan guru pendidikan jasmani yang mengampu siswa kelas VII di SMP N 2 Wonosari untuk waktu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei dengan menggunakan tes pengukuran. Tes dan pengukuran digunakan untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani dengan menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI), untuk mengetahui perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa kelas bilingual dan
33
siswa kelas reguler. Tes dilaksanakan 2 hari, hari pertama untuk TKJI siswa kelas reguler dan hari kedua TKJI untuk siswa kelas bilingual. Langkah pertama, siswa yang ikut tes dibariskan dan diberi arahan. Setelah diberikan penjelasan apa yang harus dilakukan saat tes, dan yang tidak boleh dilakukan saat tes, siswa dikondisikan untuk pemanasan sekitar 10 menit. Siswa diwajibkan melakukan item tes secara berurutan. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengambil data tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII bilingual dan tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII regular di SMP N 2 Wonosari. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kesegaran jasmani menggunakan Tes Kesegaran Jasmani
Indonesia
dari
Kementrian
Pendidikan
Nasional
Pusat
Pengembangan Kualitas Jasmani tahun 2010 untuk SMP (usia 13-15 tahun). Instrumen ini mempunyai nilai validitas untuk putera 0,950 dan untuk putri 0,923 dan nilai realibilitas untuk putra 0,960 dan untuk putri 0,804. Cara tes dan pengukuran Kesegaran jasmani siswa: a. Untuk putra terdiri dari : 1) Lari 50 meter 2) Gantung angkat tubuh (pull up) selama 60 detik 3) Baring duduk (sit up) selama 60 detik 4) Loncat tegak (vertical jump) 5) Lari 1000 meter
34
b. Untuk putri terdiri dari : 1) Lari 50 meter 2) Gantung siku tekuk ( tahan pull up) 3) Baring duduk (sit up) selama 60 detik 4) Loncat tegak (vertical jump) 5) Lari 800 meter c. Nilai Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Umur 13-15 Tahun untuk putra dan putri menurut Kemendiknas Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani (2010:27)
Nilai
Nilai
Tabel 1. Nilai Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Umur 13-15 Tahun Untuk Putra Lari 50 Gantung Baring Loncat Lari 1000 meter angkat tubuh duduk tegak meter 5
S.d-6,7”
16–ke atas
38 – ke atas
66 ke atas
s.d-3’04”
5
4
6,8”–7,6”
11–15
28-37
53-65
3’05”-3’53”
4
3
7,7”–8,7”
6–10
19-27
42-52
3’54”-4’46”
3
2
8,8”-10,3”
2–5
8-18
31-41
4’47”-6’04”
2
1
10,4”–dst
0-1
0-7
0-30
6’05”-dst
1
Nilai
Tabel 2. Nilai Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Umur 13-15 Tahun Untuk Putri Lari 50 meter
Gantung siku Baring tekuk duduk
Loncat tegak
Lari 800 meter
Nilai
5
S.d-7,7”
41”–ke atas
28 – ke atas
50 ke atas
s.d-3’06”
5
4
7,8”–8,7”
22”-40”
19-27
39-49
3’07”3’55”
4
35
9-18
30-38
3’56”4’58”
3
10,0”-11,9” 3”-9”
3-8
21-29
4’59”6’40”
2
12,0”–dst
0-2
0-20
6’41”-dst 1
3
8,8”–9,9”
2 1
10”-21”
0”-2”
d. Hasil pelaksanaan tes diklasifikasikan dalam norma penilaian TKJI menurut Kemendiknas Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani (2010:28) Tabel 3. Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Remaja Putra dan Putri Umur 13-15 tahun Nomor Jumlah Nilai Kategori 1
22-25
Baik sekali
2
18-21
Baik
3
17-17
Sedang
4
10-13
Kurang
5
5-9
Kurang sekali
E. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat a. Normalitas Uji normalitas dapat dilakukan menggunakan rumus Chi Kuadrat (Sugiyono, 2010: 107) yaitu untuk mengetahui distribusi datanya menyimpang atau tidak dari distribusi normal.
36
Adapun rumusnya adalah :
Keterangan: X = Chi Kuadrat. Fo = Frekuensi yang diobservasi. Fh = Frekuensi yang diharapkan Taraf signifikakansi yang digunakan 5%, sehingga apabila Chi Kuadrat hitung (
obs)
, maka
datanya normal, bila sebaliknya berarti distribusinya tidak normal. Uji normalitas dalam penelitian ini mengunakan KolmogorovSmirnov Test pada taraf signifikasi 5% yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 16 For Windows Evolution. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu sebaran data adalah jika Asymp. SSig > 0,05 maka sebaran data dikatakan normal, sebaliknya jika Asymp. Sig < 0,05 maka sebaran data dikatakan tidak normal.
37
b. Homogenitas Uji Homogenitas (Sutrisno Hadi, 1994: 284) untuk mengetahui datanya homogen atau tidak, adalah sebagai berikut :
Keterangan : Fdbvb : dbvk = Derajat kebebasan tes awal dan tes akhir SD2bs = Standart deviasi tes awal SD2kt = Standart deviasi tes akhir Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Levene’s Test pada taraf signifikasi 5% yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 16 For Windows Evolution. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila sig hitung > 0,05 berarti populasi penelitian tersebut memiliki kesamaan varians atau homogen, sebaliknya apabila sig hitung < 0,05 berarti populasi penelitian tersebut tidak memiliki kesamaan varians atau tidak homogen 2. Uji Perbedaan Analisis data yaitu dengan cara menguji hipotesis menggunakan uji t yaitu dengan membandingkan mean antara hasil TKJI kelas bilingual dan kelas reguler pada taraf signifikan 5% dengan df =
38
. Apabila t hitung
lebih kecil dari t tabel maka H0 diterima, jika t hitung lebih besar dari t tabel maka H0 ditolak. Rumus yang digunakan dari Sugiyono (2010: 122), yaitu :
Keterangan : : Rata-rata sampel 1 : Rata-rata sampel 2 : Simpangan baku sampel 1 : Simpangan baku sampel 2 : Varian sampel 1 : Varian sampel 2 r
: Korelasi antara dua sampel
Uji perbedaan dalam penelitian ini menggunakan paired sampel t test pada taraf signifikasi 5% yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 16 For Windows Evolution. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara membandingkan hasil nilai t hitung dengan nilai t tabel, jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (t hitung > t tabel) pada df t tabel N-1, maka
39
hipotesis diterima, sebaliknya apabila nilai t hitung kurang dari nilai t tabel (t hitung < t tabel) pada df, t tabel N-1, maka hipotesis ditolak.
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Data yang dikumpulkan dan dianalisis adalah jumlah dari beberapa item tes kesegaran jasmani. Untuk dapat mengetahui perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII A dan VII G akan diuji sesuai dengan hipotesis penelitian. Adapun data yang akan diuji adalah: Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII A dan VII G tahun ajaran 2012/2013. Data penelitian lengkap dapat dilihat di lampiran. Berikut deskripsi data berdasar kelompok masing-masing: Tabel 4. Data Pengkatagorian Hasil TKJI antara Kelas VII A dan VII G
KELAS VII A KELAS VII G Keterangan :
K 23 17
K
: KURANG
KS
: KURANG SEKALI
S
: SEDANG
B
: BAIK
BS
: BAIK SEKALI
KATAGORI KS S B 2 4 1 8 5 0
BS 0 0
Untuk kelas VII A, terdapat 17 siswa putri yang berkatagori kurang, dan 1 siswa putri berkatagori sedang. Untuk putra ada 6 siswa berkatagori kurang, 2
41
siswa berkatagori kurang sekali, 3 siswa berkatagori sedang, dan 1 siswa berkatagori baik. Di kelas VII G, terdapat 12 siswa putri berkatagori kurang dan 6 siswa putri yang berkatagori kurang sekali. Untuk putra, terdapat 5 siswa yang berkatagori kurang, 2 siswa berkatagori kurang sekali, dan 5 siswa berkatagori sedang. Tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII G rata-rata dari 30 siswa adalah 10,97 dengan standar deviasi 2,526 dan kelas VII A memiliki jumlah ratarata 12,37 dengan standar deviasi 2,092. Rata-rata tingkat kesegaran jasmani kelas VII G lebih kecil dibanding dengan rata-rata tingkat kesegaran jasmani kelas VII A. Dengan demikian dapat diketahui bahwa siswa kelas VII A yang merupakan kelas regular memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi dibandingkan dengan tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII G yang merupakan kelas bilingual. B. Uji Persyaratan Analisis 1. Pengujian Normalitas Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil tes sebenarnya mengikuti pola sebaran normal atau tidak. Uji normalitas variabel dilakukan dengan menggunakan Kai Kuadrat. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal tidaknya suatu sebaran adalah jika
42
2 hitung < 2 tabel, maka normal dan jika 2 hitung > 2 tabel sebaran dikatakan tidak normal. Uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 5. Hasil Uji Normalitas Kelompok VII G VII A
Kai Kuadrat (
2
Hitung 0,591 1,174
Df 5 5
)
Signifikan
Keterangan
0,876 0,127
Normal Normal
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa data kedua kelompok data memiliki 2 hitung < 2 tabel, maka kempat kelompok data berdistribusi normal. Dari sisi lain dapat dilihat pada nilai signifikannya, yaitu masingmasing 0,876 untuk kelas VII G dan 0,127 untuk kelas VII A. Karena dari kedua nilai signifikan semuanya lebih besar dari 0,05 (Signifikan > 0,05) maka hipotesis yang menyatakan data yang berdistribusi normal diterima. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kenormalaan distribusi terpenuhi. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan variansi atau untuk menguji bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang homogen. Kriteria pengambilan keputusan diterima apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (signifikan > 0,05). Hasil uji homogenitas adalah sebagai berikut : Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Kelompok
Signifikan
Keterangan
0,396
Homogen
kelas VII G dan VII A
43
Berdasarkan hasil uji homogenitas variabel penelitian diketahui nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,396. Karena harga signifikan lebih besar dari 0,05 maka hipotesis yang menyatakan bahwa data diperoleh dari populasi yang homogen diterima. C. Pengujian Hipotesis 1. Hasil Uji-t Untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan yang signifikan dari gingkat kesegaran jasmani kelas VII G dan VII A, maka dilakukan uji t. Hasil uji t terangkum dalam tabel berikut: Tabel 7. Hasil Uji t Uji t Variabel
Keterangan Hitung
Kelas VII G dan VII A
-2,704
Df
Tabel 29
2,045
Signifikan
Dari tabel diatas terlihat bahwa t hitung lebih besar secara terbalik dari t tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil TKJI siswa kelas VII A dengan siswa kelas VII G. Karena hasil t hitung negatif hal ini berarti bahwa siswa kelas VII A memiliki tingkat kesegaran jasmani lebih tinggi dibandingkan tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII G. Hipotesis awal (Ho) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII G yang merupakan
44
kelas bilingual dengan siswa kelas VII A yang merupakan kelas reguler di SMP Negeri 2 Wonosari tahun pelajaran 2012/2013. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) mengatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII G yang merupakan kelas bilingual dengan siswa kelas VII A yang merupakan kelas reguler di SMP Negeri 2 Wonosari. Berdasarkan hasil analisis, terlihat bahwa Uji t antara tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII G yang merupakan kelas bilingual dengan siswa kelas VII A yang merupakan kelas reguler di SMP Negeri 2 Wonosari memiliki nilai t hitung 2,704 dan nilai t tabel dengan df = 29 pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,045. Nilai t hitung > t tabel, maka kedua data tersebut berbeda signifikan. Jadi hipotesis yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil TKJI siswa kelas VII G yang merupakan kelas bilingual dengan siswa kelas VII A yang merupakan kelas reguler di SMP Negeri 2 Wonosari, diterima. D. Pembahasan Hasil Penelitian Kesegaran jasmani merupakan unsur yang penting bagi siswa untuk dapat mencapai prestasi yang maksimal. Karena dengan kondisi tubuh yang bugar, siswa akan mudah menjalani kegiatan sehari-hari tanpa mudah merasa lelah dan dapat melaksanakan tugas belajar dengan baik. Siswa yang tingkat kesegarannya baik, dapat melaksanakan tugas dengan produktif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesegaran siswa kelas bilingual dan kelas regular. Dengan TKJI usia 13-15 tahun, siswa mengikuti
45
tes dan dicatat hasil tes per butirnya. Kemudian dijumlahkan dan dikategorikan menurut nilai keseluruhan. Dari penelitian tersebut dapat diketahui tingkat kesegaran jasmani siswa kelas bilingual (kelas VII G) memiliki tingkat kesegaran jasmani lebih rendah dibandingkan kelas regular (VII A). perbedaan ditunjukkan dengan nilai rerata kelas VII G sebesar 10,97 dan kelas VII A memiliki mean 12,37. Perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu makan, istirahat, dan olahraga (Djoko Pekik Irianto 2004: 7). Dari hasil penelitian siswa kelas regular (VII A) memiliki tingkat kesegaran jasmani yang lebih tinggi dibandingkan kelas bilingual (VII G). Hal tersebut disebabkan kurang pahamnya siswa kelas bilingual akan pentingnya berolahraga dan bermain untuk refreshing. Mereka cenderung terfokus pada kegiatan belajar dan tugastugas dari guru pelajaran selain Penjasorkes, dan Penjas di sekolah bagi mereka bukan pelajaran yang menunjang nilai rapot, hanya pelajaran yang tidak berbobot, itu yang mungkin menjadikan mereka malas dan cenderung tidak maksimal jika mengikuti pelajaran Penjas. Di samping itu, siswa kelas bilingual tidak menggunakan jam istirahat di sela-sela pelajaran seperti siswa kelas regular yang setiap jam istirahat selalu meluangkn waktu untuk sekedar bergerak maupun berolahraga ringan. Siswa kelas bilingual mengisi jam istirahat mereka dengan membaca di perpusatakaan atau duduk-duduk si ruang kelas membaca buku pelajaran.
46
Berdasarkan uraian di atas siswa kelas bilingual harus dibiasakan untuk berolahraga
dan
bermain,
karena
kesegaran
mempengaruhi kualitas hidup seseorang itu.
47
jasmani
seseorang
akan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII G yang merupakan kelas bilingual dengan siswa kelas VII A yang merupakan kelas reguler di SMP Negeri 2 Wonosari. Hal ini menunjukkan siswa kelas VII G yang merupakan kelas bilingual memiliki tingkat kesegaran jasmani lebih rendah dari pada siswa kelas VII A yang merupakan kelas reguler di SMP Negeri 2 Wonosari. B. Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan di atas, hasil penelitian ini berimplikasi pada: 1. Timbulnya inisiatif dari guru Penjas untuk memberikan arahan kepada siswa tentang pentingnya hidup sehat dan bugar. 2. Timbulnya inisiatif dari guru Penjas untuk mengajar dengan nuansa kompetisi di saat menagajar di kelas bilingual. 3. Timbulnya semangat dari siswa dalam mengikuti pelajaran Penjas dan bertambahnya jumlah siswa yang aktif berolahraga baik saat pelajaran Penjas maupun di saat jam istirahat.
48
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dengan semaksimal mungkin, namun tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang ada, yaitu: 1. Penelitian ini hanya sebatas membandingkan tingkat kesegaran jasmani siswa kelas VII regular dan bilingual di SMP Negeri 2 Wonosari tahun ajaran 2012/ 2013, sehingga hasil penelitian hanya berlaku pada sampel tersebut. 2. Peneliti kesulitan mengatur bentuk lapangan untuk pelaksanaan tes, karena tidak tersedianya lahan atau lapangan yang lengkap dan memenuhi beberapa item tes, sehingga harus membuat dan memodifikasi tata letak tes. 3. Terbatasnya jumlah petugas tes, sehingga kurang memperhitungkan masalah waktu, jeda istirahat antar item tes dan keadaan tempat pada saat dilaksanakan tes. 4. Penelitian dilaksanakan dengan alat dan sarana prasarana yang sudah ada di sekolah, sehingga pelaksanaan tes menggunakan fasilitas seadanya. 5. Peneliti kurang memperhatikan detail hasil tes, sehingga hasil tes yang dikategorikan sudah dibulatkan. D. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, ada beberapa saran yang dapat disampaikan yaitu: Ada beberapa saran yang perlu disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian ini, antara lain:
49
1. Bagi guru, hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani siswa, tidak memaksakan untuk membuat kurikulum yang membebani siswa demi target KKM. 2. Bagi siswa agar menambah olahraga dan kegiatan olah tubuh atau gerak di waktu luang. 3. Bagi peneliti selanjutnya agar sampel yang digunakan lebih besar lagi serta melakukan kontrol terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani.
50
DAFTAR PUSTAKA Corbin, Charles B & Lindsey, Ruth. (2007). Fitness For Life. United Kingdom: Human Kinestetic. Djoko Pekik Irianto. (2004). Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset. _________________ (2002). Dasar Kepelatihan. Yogyakarta : FIK-UNY. Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Mochamad Sajoto. (1988). Pembinanaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud. Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. (1996). Mengenal Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. Jakarta : Depdikbud. Roth & Insell (2007). Health and Wellness For Life. United Kingdom: Human Kinestetic . Rusli Lutan. (2001). Menuju Sehat dan Bugar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukardi. (2003). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan.
51
Sistem