PERSEPSI REMAJA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA DI BANDAR LAMPUNG Kurniati Septia1, Widyatuti2 2.
1. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Departemen Jiwa dan Komunitas, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas tentang hubungan antara persepsi remaja dengan perilaku merokok pada siswa SMA di Bandar Lampung. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling. Total responden yang digunakan dalam penelitian sebanyak 93 siswa. Responden mengisi kuesioner berupa data demografi, 18 pernyataan terkait persepsi dan 12 pernyataan terkait perilaku merokok. Penelitian ini dianalisis menggunakan uji chi square. Dari hasil analisis univariat didapatkan hasil sebanyak 59,1% siswa berpersepsi positif dan sebanyak 52,7% berperilaku tidak merokok. Sedangkan hasil analisis bivariat didapatkan diperoleh hasil p value 0,000 dimana disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi remaja terhadap perilaku merokok. Kata kunci: persepsi, remaja, dan perilaku merokok ABSTRACT This study discussed the relationship between youth perceptions of smoking behavior in high school students in Bandar Lampung. This research used survey methods with cross sectional analytic. The sampling technique used was quota sampling. Total respondents were used in the study of 93 students. Respondents filled out a questionnaire in the form of demographic data, 18 statements and 12 statements related to perceptions related to smoking behavior. This study was analyzed used the chi square test. From the results of the univariate analysis showed as much as 59.1% of students with positive perception and behave much as 52.7% do not smoke. While the results of bivariate analysis of the results obtained p value of 0.000 which concluded that there was a significant association between adolescents' perceptions of smoking behavior. Keyword: perceptions, adolescents, and smoking behavior.
Pendahuluan Fenomena rokok selalu menjadi masalah yang belum ada habisnya. Meskipun WHO sudah mengingatkan bahwa rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia, pada kenyataannya produksi rokok tetap menyebar luas diseluruh dunia dengan konsumen yang terus meningkat. Rokok sebagai produk utama hasil olahan tembakau, merupakan alat penyebab kematian yang
diproduksi dan dijual secara bebas (Mackay, 2002 dalam Amalia, S., 2010). Merokok membunuh hampir enam juta orang setiap tahun, dengan jumlah total perokok dunia adalah 1,3 milyar (WHO, 2011). Berdasarkan hasil laporan WHO (2008), Indonesia merupakan negara dengan urutan ketiga di dunia setelah China dan India dengan jumlah perokok terbanyak.
Persepsi remaja..., Kurniati Septia, FIK UI, 2014
Persepsi Remaja Dengan Perilaku Merokok
Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 62,3 juta perokok di Indonesia. Jumlah ini meningkat dari tahun 2011 dengan jumlah perokok sebanyak 61,4 juta perokok (TCSCIAKMI, 2011). Data terbaru dari Riskesdas 2013 menyatakan perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari 34,2 persen tahun 2007 menjadi 36,3 persen tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Peningkatan jumlah tersebut menjadi salah satu indikator yang merefleksikan peningkatan angka perokok khususnya pada remaja. Data tersebut diperkuat dengan hasil Riskesdas 2013 dimana angka kebiasaan merokok tertinggi di Indonesia adalah tamatan SMA yaitu sebanyak 28,7 persen (Riskesdas, 2013). Peningkatan angka perokok usia remaja ini tentunya mempunyai dampak masalah yang timbul. Hasil penelitian Nationwide Children’s Hospital Columbus menyatakan bahwa remaja yang merokok penyebabkan berprilaku impulsif, dan prilaku ini berakibat tidak baik bagi remaja untuk mengambil suatu keputusan (Reynolds, Penfold & Patak, 2008). Pada tahun 2009 prevalensi tertinggi jumlah perokok di Indonesia adalah Lampung (34,3%). Sedangkan dalam data Riskesda (2013), provinsi Lampung menjadi urutan kelima setelah Kepulauan Riau, Jawa Barat, Bengkulu dan NTB. Walaupun mengalami penurunan pada jumlah perokok, namun jumlah tersebut justru mengalami peningkatan pada remaja. Remaja merupakan generasi penerus bangsa sehingga penting untuk dijaga kesehatannya. Agar derajat kesehatan remaja optimal, maka remaja perlu menerapkan kemampuan hidup sehat sejak dini. Salah satunya adalah dengan tidak merokok. Persepsi atau pandangan yang dipercayai mengenai merokok pada remaja menjadi penyebab tingginya perilaku merokok. Seperti yang dijelaskan dalam Notoatmodjo (2007) bahwa persepsi menjadi stimulus yang
menyebabkan individu berperilaku dan berespon. Berdasarkan hasil penelitian terkait persepsi siswa yang dilakukan oleh Nurhidayat (2012), hasilnya menyebutkan bahwa persepsi positif remaja tentang perilaku merokok lebih tinggi yaitu 51,9 persen dari pada persepsi negatif tentang bahaya merokok itu sendiri. Sedangkan fakta bahaya negatif dari merokok jelas terpapar dimana-mana bahkan disetiap kemasan bungkus rokok. Diketahuinya persepsi negatif ataupun positif akan sangat membantu mengubah persepsi yang salah dilingkungan siswa SMA.
Metode Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional, penelitian yang mencoba melihat bagaimana fenomena kesehatan terjadi. Objek penelitian dalam desain ini yaitu variabel sebab (terikat) dan variabel akibat (bebas) dikumpulkan secara simultan yaitu dalam waktu yang bersamaan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 10 dan 11 SMA Negeri X Bandar Lampung lakilaki dan perempuan, baik yang merokok maupun yang tidak merokok. Populasi total berjumlah 536 siswa dengan rincian siswa kelas 10 sebanyak 279 siswa dan kelas 11 sebanyak 257. Dengan sampel sebanyak 93 responden berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Solvin. Sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik quota sampling. Penelitian ini menggunakan dua buah instrumen, yaitu skala persepsi dan perilaku merokok. Instrumen yang digunakan sudah dilakukan uji validitas dengan uji teknik korelasi pearson product moment sementara untuk uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alfa cronbach. Uji validitas dilakukan secara internal dan ekternal. Secara ekternal didapatkan 20 dari 35 pernyataan yang dinyatakan valid dengan skor hasil (r = 0,379-0,797) dan nilai alpha cronbach sebesar 0,789. Maka instrumen ini
Persepsi remaja..., Kurniati Septia, FIK UI, 2014
Persepsi Remaja Dengan Perilaku Merokok
Persepsi siswa Persepsi negatif Persepsi positif Total
Jumlah
Presentase
38
40,9
55
59,1
93
100
Persepsi
Negatif
dinyatakan reliabelnya tinggi. Untuk 15 Positif kuesioner yang belum valid dilakukan uji validitas secara internal dengan melakukan Total konsultasi kepada pembimbing sehingga soal dimodifikasi. Data dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat dilaksanakan untuk mendapatkan nilai kemaknaan hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square.
Hasil Tabel 5.1 menunjukkan bahwa usia responden hampir keseluruhan (97,8%) ≤ 17 tahun. Responden paling banyak (54,8%) berjenis kelamin laki-laki. Distribusi responden terbanyak berdasarkan masa studi adalah kelas XI yaitu sebanyak 55 siswa (59,1%). Tabel 5.1 Karakteristik siswa SMA 3 Bandar Lampung Tahun 2014 (n = 93)
No 1
Variabel Usia
2
Total Jenis kelamin
3
Total Masa studi Total
Kategori ≤ 17 tahun > 17 tahun Laki-laki Perempuan Kelas X Kelas XI
Jumlah 91 2 93 51 42 93 38 55 93
Persentase 97,8 2,2 100 54.8 45.2 100 40.9 59.1 100
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas siswa SMA 3 Bandar Lampung memiliki persepsi positif. Siswa berpersepsi positif berjumlah 55 orang sementara yang memiliki persepsi negatif 38 orang. Tabel 2 Persepsi siswa SMA 3 Bandar Lampung terhadap perilaku merokok Tahun 2014 (n = 93)
Perilaku Merokok Tidak Merokok Frek Persen Fek Persen 29 31.28 9 9.7
Total
Frek 38
OR (95% CI)
Nilai p
5.639
0.000
Persen 40.98
20
21.5
35
37.6
55
59.1
49
52.7
44
47.3
93
100
Tabel 3 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden berperilaku tidak merokok. Perilaku siswa yang merokok sebanyak 44 orang (47,3%), sementara yang tidak merokok sebanyak 49 orang (52,7%). Tabel 3 Perilaku merokok siswa SMA 3 Bandar Lampung Tahun 2014 (n = 93)
Perilaku merokok Merokok Tidak merokok Total
Jumlah
Presentase
44 49
47.3 52.7
93
100.0
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 29 (31,28%) siswa yang memiliki persepsi negatif berperilaku merokok. Sedangkan siswa yang berpersepsi positif ada 20 (21,5%) yang berperilaku merokok. Hal ini berarti siswa yang memiliki persepsi negatif lebih banyak yang berperilaku merokok dibandingkan dengan siswa yang berpersepsi positif, diperlihatkan dengan persentasenya yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan antara persepsi terhadap perilaku merokok (p value < α). Dari hasil analisis diperoleh nilai Odds ratio (OR) = 5,639, artinya siswa yang berpersepsi negatif mempunyai peluang untuk berperilaku merokok sebesar 5,639 kali lebih besar dibandingkan dengan siswa yang memiliki persepsi positif.
Persepsi remaja..., Kurniati Septia, FIK UI, 2014
Persepsi Remaja Dengan Perilaku Merokok
Tabel 4 Hubungan Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Merokok
Pembahasan Usia responden didominasi oleh usia ≤ 17. Remaja pertengahan berkisar antara 15-17 tahun sehingga seluruh responden secara tahap perkembangan baik fisik, kognitif, dan psikososialnya berada pada level yang sama. Dalam masa ini perkembangan perkembangan remaja ditandai dengan kemampuan berfikir yang baru, mampu mengarahkan diri sendiri, mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan diri dan membuat keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai (Hockenberry & Wilson, 2009). Pada penelitian ini jumlah responden laki-laki lebih banyak jumlahnya daripada responden perempuan. Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak siswa yang berasal dari kelas XI. Pengaruh teman kelas maupun teman sekolah sangat besar terhadap pembentukan persepsi seseorang. Hal tersebut dikarenakan persepsi juga dipengaruhi oleh tekanan sosial (Kozier, 2005). Persepsi adalah sebuah proses yang bertujuan untuk menganalisis, menginterpretasikan atau memberikan penilaian terhadap stimulus yang diterima oleh indera manusia yang menghasilkan sebuah pandangan mengenai stimulus tersebut (Sundeen, Stuart & Laraia, 2005). Dalam hal ini stimulus tersebut adalah perilaku merokok. Dari 93 responden distribusi antara persepsi positif dan negatif bersifat heterogen karena satu sama lain hanya berbeda sedikit. Namun perspepsi responden didominasi oleh persepsi positif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Song, Welch, David, & Richie (2009) dimana hasilnya menyatakan bahwa remaja yang mempunyai persepsi positif risiko merokok mempunyai nilai 2,68 kali lebih tinggi untuk memulai merokok.
Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan individu untuk merespon stimulus yang berasal dari internal maupun eksternal (Notoatmodjo, 2010). Perilaku merokok merupakan suatu kegiatan membakar rokok dan menghisap asap rokok. Siswa dikatakan merokok apabila sudah masuk dalam kategori tahapan menjadi perokok dalam tahapan perilaku merokok, merokok minimal satu batang rokok dalam satu hari, intensitas merokok termasuk sering, serta jeni rokok yang dihisap memiliki kandungan tar dan nikotin yang tinggi. Muslihin (2006) menyebutkan bahwa faktor lingkungan memiliki hubungan yang sangat bermakna bagi para remaja untuk berperilaku merokok. Lingkungan yang dimaksudkan disini adalah perngaruh iklan rokok dan berada di lingkungan teman sebaya yang merokok. Masih di tahun yang sama, hasil penelitian Ariani menunjukkan hasil bahwa karakteristik remaja dan keluarga serta pola asuh keluarga sangat berpengaruh dengan perilaku merokok remaja. Data mengenai persepsi terhadap perilaku merokok diolah dengan menggunakan analisis bivariat. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap perilaku merokok. Nilai OR=5,639 yang berarti responden yang memiliki persepsi negatif memiliki peluang berperilaku merokok 5,639 kali dibandingan dengan responden yang memiliki persepsi positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2012) yang berjudul Hubungan Persepsi Terhadap Bahaya Merokok Dengan Frekuensi Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana. Dimana hasil yang didapatkan dari 43 orang mahasiswi merokok, hasil korelasi sebesar 0,023 dengan p < 0,05 yang berarti ada hubungan yang negatif antara persepsi terhadap bahaya merokok dengan frekuensi perilaku merokok. Melihat hasil penelitian tersebut jelas tergambar bahwa hasil persepsi akan menentukan perilaku seseorang.
Persepsi remaja..., Kurniati Septia, FIK UI, 2014
Persepsi Remaja Dengan Perilaku Merokok
Penelitian lain terkait persepsi memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian tersebut dilakukan oleh Nurlailah (2010) terhadap 120 mahasiswa perokok dan didapatkan hasil korelasi pearson product moment 0,916 dengan p<0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi tentang dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku merokok pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perbedaan hasil penelitian ini dapat diasumsikan karena responden penelitian tidak melihat karateristik responden dari jenis kelamin karena total responden semuanya berjenis kelamin perempuan. Sehingga persepsi yang didapatkan akan jelas berbeda. Sedangkan dalam teori sudah tergambar jelas bahwa jenis kelamin menjadi salah satu faktor terbentuknya persepsi seseorang. Dari penjelasan beberapa konsep tentang perilaku merokok dapat disimpulkan bahwa tipe perokok dapat dilihat dari dua hal. Pertama tipe perokok yang didasarkan oleh efek yang ditimbulkan dari rokok tersebut yaitu efek psikologis diantaranya adalah perasaan positif, negatif, kebiasaan dan kecanduan. Sedangkan tipe perokok yang kedua dapat dilihat dari kecanduan biologis dimana tergambarkan oleh seberapa banyak batang rokok yang dihisap perharinya. Sehingga tipe perokok ini diklasifikasikan menjadi perokok ringan, sedang dan berat. Melihat tipe perokok tersebut jelas terlihat bahwa seseorang berperilaku merokok terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya (Mu’tadin, 2002; Nasution, 2007; Notoatmodjo, 2007; & Soetjiningsih 2007).
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari 93 responden didapatkan hasil hampir keseluruhan berusia kurang dari 17 tahun, mayoritas berjenis kelamin laki-laki dan didominasi dari siswa kelas XI. yang Hasil
analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki persepsi positif terhadap rokok, dan rata-rata responden berperilaku tidak merokok. Dari hasil analisis bivariat, didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa siswa yang memiliki persepsi negatif mempunyai peluang lebih besar untuk berperilaku merokok dibandingkan dengan siswa yang memiliki persepsi positif. Sehingga didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi dengan perilaku merokok. Disarankan kepada institusi pendidikan agar mengadakan program pencegahan terhadap rokok diantaranya dengan cara bekerjasama dengan instansi kesehatan memberikan edukasi mengenai efek berbahaya dari perilaku merokok serta mengeluarkan peraturan undang-undang kawasan bebas rokok di sekolah. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan melakukan penelitian kualitatif dengan cara memberikan intervensi terhadap persepsi negatif siswa agar menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka Amalia, S. (2010). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok Tahun 2010. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Badan Penelitian dan Perkembangan DepKes RI. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) Nasional 2007. November 30, 2013. http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id. Badan Penelitian dan Perkembangan DepKes RI. (2011). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA). November 30, 2013. http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id .
Persepsi remaja..., Kurniati Septia, FIK UI, 2014
Persepsi Remaja Dengan Perilaku Merokok
Hockenberry, M.J. & Wilson, D. 2009. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing, Eighth Edition. US; Mosby Elsevier.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Psikologi. UIN Jakarta.
Kasjoyo, H., S., & Yasril. (2009). Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Potter P.A & Perry A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kozier, B., Erb, G. & Blais, K. (2005). Fundamental of Nursing; Concepts, Process, nd Practice. Fifth Edition. USA: Addison Wesley. Muslihin, A. (2006). Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Perilaku Merokok Pada Agregat Remaja di Kelurahan Gumpang Sukoharjo Jawa Tengah. Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nurhidayat. (2012). Persepsi Siswa Putra Bangsa Terhadap Perilaku Merokok Di Kelurahan Kemiri Muka, Depok. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Nurlailah, N. (2010). Hubungan Antara Persepsi Tentang Dampak Merokok Terhadap Kesehatan Dengan Tipe Perilaku Merokok Mahasiswa
Reynolds, Pefold & Patak. (2009). Dimensions of Impulsive Behavior in Adolescent Smokers and Nonsmokers. Research Institute at Nationwide Children’s Hospital, Columbus. November 29, 2013. http://www.proquest.com Song, A.V., Welch, David, & Richie, D. (2009). Perceptions of Smoking-Related Risk and Benefit as Predictor of Adolescent Smoking Initiation. American Public Health Association. Desember 19, 2013. http://www.search.proquest.com Sundeen, S.J., Stuart, G.W., & Laraia, M.T. (2005). Stuart & Sundeen’s Principle of Psychiatric Nursing. St. Louis, Missoury: Mosby. TCSC-IAKMI. (2011). Tobacco Atlas 2009. November 30, 2013. http://www.tcscindonesia.org WHO. (2012). GATS (Global Adult Tobacco Survey). Desember 5, 2013. http://www.who.int/tobacco/surveillance/s urvey/gats/indonesia_factsheet_8_february _2012.pdf
Persepsi remaja..., Kurniati Septia, FIK UI, 2014