“PERSEPSI OPERATOR TERHADAP PENERAPAN SISTEM SAFETY DALAM OPERASIONAL ALAT BERAT PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI”
DISUSUN OLEH :
NAMA
: DONNY YUSRA
NIM
: 41105120053
Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana ( Strata-1 ) Teknik Sipil
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
ABSTRAK Nama
: Donny Yusra
NIM
: 41105120053
Judul
: Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat Pada Proyek Konstruksi.
Dalam pekerjaan – pekerjaan bangunan sipil yang berskala besar, penyelesaian yang cepat dan tepat sering kali jadi tuntutan dalam pekerjaan tersebut. Untuk itu, diperlukan pertimbangan dalam penggunaan alat – alat berat yang sesuai dengan kondisi pekerjaan yang bersangkutan. Hal ini sudah tidak dapat dihindari lagi, mengingat dengan adanya kemajuan teknologi yang pesat, apalagi pemanfaatan tenaga manusia secara manual ataupun dengan alat-alat konvensional sudah tidak efisien lagi. Sehubungan dengan hal tersebut dan makin beragamnya alat-alat berat baik itu merk, jenis maupun tipenya yang digunakan pada sebuah proyek dan makin komplek dalam pengoperasiannya, menuntut semua pihak yang terlibat dalam sebuah proyek tersebut untuk menerapkan peraturan-peraturan mengenai safety yang mencakup keteknikan, keamanan, keselamatan, kesehatan, perlindungan tenaga kerja serta tata lingkungan yang bebas dari polusi atau kerusakan akibat pekerjaan proyek tersebut. Kebanyakan kecelakaan ketika bekerja kebanyakan disebabkan karena sioperator tidak
mengindahkan
tindakan
pencegahan
dan
aturan-aturan
safety.
Dalam
mengoperasikan alat-alat berat harus cukup berhati-hati untuk menghindari kecelakaan. Salah mengoperasikan, melumasi atau memelihara dan menservice mesin sangat berbahaya karena bisa menyebabkan cedera parah atau meninggal dunia, karena itu semua
tindakan
pencegahan
seperti
tanda-tanda
CATATAN
BERBAHAYA,
PERINGATAN dan HATI-HATI di dalam manual, maupun yang ditempel pada mesin (alat) atau lokasi proyek harus dibaca dan dipahami sebelum mulai bekerja. Seiringan dengan semakin meningkatnya jumlah alat berat (excavator) yang digunakan ini akan mempertinggi angka tingkat kecelakaan, maka dari itu perlu diterapkan system safety. Dan perlu juga diketahui bagaimana persepsi sioperator terhadap system safety yang ada. Persepsi Operator terhadap sistem safety yang dimaksud adalah ketika operator mengoperasikan suatu alat berat (Excavator), bagaimana pandangan mereka terhadap resiko kecelakaan yang akan terjadi di sekitar areal kerjanya dan disekitar alat berat tersebut. Apakah mereka betul – betul memperhatikan atau sama sekali mengabaikan tentang keselamatan atau sistem safety. Dengan kata lain didapat rumusan masalah yaitu ; pengaruh persepsi operator terhadap penerapan system safety dalam operasional alat berat, yang selanjutnya diangkat sebagai hipotesis dalam penelitain ini. Melalui data yang didapat dari menyebarkan kuesioner kepada operator alat berat excavator dan diolah dengan menggunakan SPSS versi 13.0 mulai
dari pengujian
validitas, analisa faktor, analisa regresi termasuk uji model mengambarkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara variabel persepsi operator dengan variabel penerapan system safety yang berarti bahwa semakin baik persepsi operator maka semakin baik penerapan system safetynya, selanjutnya dari olah data terbukti adanya pengaruh antara variabel persepsi operator dengan variabel penerapan sestem safety melalui uji model.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang berkat rahmad dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, yang dengan perantaranyalah kita semua dapat merasakan nikmatnya kehidupan. Dalam Tugas Akhir ini penulis mengambil tema “Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi”, merupakan suatu penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh persepsi operator terhadap penerapan sistem safety dalam mengoperasikan alat berat, untuk mengetahui hal tersebut dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner ke operator-operator alat berat yang selanjutnya data yang diperoleh diolah secara statistik dengan memakai software SPSS versi 13.0. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada Ayahanda Armet Datuk Talelo Basa (Alm) dan pengakuan atas jasa-jasa baik beliau, bukan hanya sekedar persembahan. Saya sangat berhutang budi karena beliau telah mendidik saya dan telah menanamkan harapan dalam diri saya untuk terus berjuang menempuh pendidikan dan kehidupan ini. Spesial terima kasih teruntuk Ibunda Lhatyusma yang selalu mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya. Kepada pembimbing Tugas Akhir, yakni Bpk Ir. Mawardi Amin, MT yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing dari awal hingga selesainya penulisan Tugas akhir ini. Selanjutnya kepada keluarga Uncu (Imbangtri) yang selalu memberikan
iii
semangat dalam penyelesaian Tugas akhir ini. Kepada Tsuda Sensei terima kasih karena telah memberikan motivasi agar selalu berusaha dan berpikir. Bpk.Priyanto, Bpk Eril, Sdri Lisa E.Yanti (Medan), Sdri Ria A.Yani (Palembang) dan Sdr Rosyid (Palembang) dalam lingkup PT. Daya Kobelco, terima kasih atas konstribusinya dalam perolehan data kuesioner. Terima kasih atas bimbingan setting-layout penulisan kepada Bpk Aksan Kurdin dan Sdr Rifki dan kepada rekan-rekan Bpk Yanto di Kebun Jeruk, Sdr Imam Wahyudi,Bpk Sony Nurindra, Wanibuchi san, Bpk Bambang Budi, Ai Marlina, Stefhanie DWS, Dhini, Susan, Mugi, Ina, Darsono,Desi, Tommy, Heri Susanto, Zulkasman, Supri, Rofman, Agus Setyo atas segala macam bentuk bantuan dan kerjasamanya. Penulis berharap, agar Tugas akhir ini dapat memberikan konstribusi pada penerapan sistem safety dalam operasional alat berat dalam rangka terwujudnya keselamatan kerja dan bagi rekan rekan setelah penulis, sebagai referensi keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai manusia, penulis menyadari bahwa apa yang tersaji dalam Tugas akhir ini belum sempurna. Karena itu, penulis akan menerima dengan hati terbuka segala saran dan kritikan yang konstuktif demi penyempurnaan lebih lanjut.
Jakarta, 29 November 2008.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN………………………………………………….
i
LEMBARAN ASISTENSI………………………………………………………
ii
LEMBARAN PERNYATAAN............................................................................
iii
ABSTRAK……………………………………………………………………….
iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...
vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………….....
viii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….
I - 1
I.1
Latar Belakang…………………………………………………………...
I - 1
I.2
Perumusan Masalah……………………………………………………...
I - 4
I.3
Metode Penelitian………………………………………………………..
I - 6
I.4
Ruang Lingkup…………………………………………………………..
I - 6
I.5
Sistematika Penulisan……………………………………………………
I - 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….
II - 1
2.1
Sistem Safety…………………………………………………………….
II - 1
2.2
Ketentuan – ketentuan Hukum Tentang Safety atau Keselamatan Dalam Bidang Konstruksi……………………………………………………….
2.3
II - 4
Standar Sistem Safety Bagi Operasional Alat Berat “Versi Kobelco
v
Excavator………………………………………………………………… II - 11 2.4
Hipotesis…………………………………………………………………
II - 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………….
III - 1
3.1
Obyek Penelitian………………………………………………………..
III - 1
3.2
Teknik Pengumpulan Data………………………………………………
III - 1
3.3
Proses Penelitian…………………………………………………………
III - 2
3.4
Pelaksanaan Penelitian dan Penulisan…………………………………… III - 3
3.5
Pembuatan Model....................................................................................... III - 5
3.6
Variabel Penelitian...................................................................................... III - 6
3.7
Teknik Analisa Data Penelitian................................................................... III - 10
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN………………………………………. IV - 1 4.1
Pengumpulan Data……………………………………………………….
IV - 1
4.2
Pentabulasi Data………………………………………………………….
IV - 1
4.3
Analisa Dan Pembuatan Model.................................................................. IV - 2
4.4
Uji Model.................................................................................................... IV - 7
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………...
V - 1
5.1
Kesimpulan................................................................................................. V - 1
5.2
Saran............................................................................................................ V - 2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Secara filosofis, pembangunan merupakan suatu orientasi dan proses tanpa akhir. Pembangunan supaya menjadi suatu proses yang bergerak maju atas kekuatan sendiri tergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM) , termasuk SDM pekerja. Kemampuan manusia dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menempatkannya sebagai modal penting dan strategis, sebab keberhasilan suatu perusahaan atau sebuah proyek dalam era pasar bebas ditentukan oleh produktivitas dan motor pengeraknya adalah tenaga kerja yang profesional dan berkualitas tinggi serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Karena itu, peran manusia (tenaga kerja) dalam perusahan atau proyek sangat penting dan strategis. Dalam membangun SDM tenaga kerja yang berkualitas (memiliki daya saing dan daya adaptasi), produktif dan sehat (fisik, mental dan social) perlu adanya manajemen yang baik, khususnya yang berkaitan dengan masalah Safety termasuk kesehatan kerja, karena dengan meningkatnya penggunaan teknologi termasuk penggunaan alat-alat berat dalam sebuah proyek dapat pula mengakibatkan semakin tinggi resiko terjadinya kecelakaan kerja (occupational accident) yang mengacam keselamatan tenaga kerja.
Disebutkan dalam Undang-undang Jasa Konstruksi No.18 Tahun 1999, tenaga kerja konstruksi harus memiliki kompetensi di bidangnya ditunjukkan dengan sertifikat melalui uji kompetensi terlebih dahulu. Dalam pekerjaan konstruksi, peran pengelola alat berat sangatlah besar, sebab investasi pada pekerjaan konstruksi sebagian besar terletak pada alat-alat berat yang dioperasionalkan. oleh karena itu, apabila pengelola alat berat mampu merawat dan mengoperasionalkan alat-alat berat yang dimiliki, maka pekerjaan konstruksi akan efisien dan efektif . Dalam pekerjaan – pekerjaan bangunan sipil yang berskala besar, penyelesaian yang cepat dan tepat sering kali jadi tuntutan dalam pekerjaan tersebut. Untuk itu, diperlukan pertimbangan dalam penggunaan alat – alat berat yang sesuai dengan kondisi pekerjaan yang bersangkutan. Hal ini sudah tidak dapat dihindari lagi, mengingat dengan adanya kemajuan teknologi yang pesat, apalagi pemanfaatan tenaga manusia secara manual ataupun dengan alat-alat konvensional sudah tidak efisien lagi. Sehubungan dengan makin beragamnya alat-alat berat yang digunakan pada sebuah proyek dan makin komplek dalam pengoperasiannya. Menuntut semua pihak yang terlibat dalam sebuah proyek tersebut untuk menerapkan peraturanperaturan mengenai safety. Dalam penyelenggaraan pekerjaan pada suatu proyek dengan melibatkan pemakaian alat-alat berat, wajib memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan keselamatan
kerja atau
safety
yang
mencakup
keteknikan,
keamanan,
keselamatan, kesehatan, perlindungan tenaga kerja serta tata lingkungan yang bebas dari polusi atau kerusakan akibat pekerjaan proyek tersebut. Kebanyakan kecelakaan ketika bekerja disebabkan karena tidak mengindahkan tindakan pencegahan dan aturan-aturan safety. Dalam mengoperasikan alat-alat berat
harus
cukup
berhati-hati
untuk
menghindari
kecelakaan.
Salah
mengoperasikan, melumasi atau memelihara dan menservice mesin sangat berbahaya karena bisa menyebabkan cedera parah atau meninggal dunia, karena itu semua tindakan pencegahan seperti tanda-tanda CATATAN BERBAHAYA, PERINGATAN dan HATI-HATI di dalam manual, maupun yang ditempel pada mesin (alat) atau lokasi proyek harus dibaca dan dipahami sebelum mulai bekerja. Jadi jika tidak atau melalaikan hal tersebut akan berakibat terhadap kerugian materi/financial yang diderita perusahaan dalam bentuk rusaknya atau tidak berfungsinya alat dan ini membutuhkan biaya perbaikan yang tidak sedikit. Biaya perawatan dan pengobatan serta santunan bagi korban yang meninggal dunia, selain itu kerugiannya yaitu terhentinya proses dan kehilangan waktu kerja. Sebaliknya jika safety dapat diwujudkan maka kerugian yang timbul akibat kecelakaan kerja dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga dapat meningkatkan keuntungan sekaligus terwujudnya kesejahteraan pekerja beserta keluarganya. Pentingnya safety dalam hal ini seperti yang dilukiskan oleh Louis Allen dalam ungkapan yang indah, “ Minimizing loss is as much as improvement maximizing of profit”. Artinya, mengurangi kerugian (akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja) sama dengan meningkatkan keuntungan.
I.2 Perumusan Masalah Dalam meminimalkan peluang terjadinya kecelakaan kerja dan untuk meningkatkan produktifitas kerja pada operasional alat-alat berat, salah satu upaya yang dilakukan adalah menerapkan sistem safety. Berdasarkan pernyataan diatas maka didapat permasalahan yang akan dirumuskan yaitu ; seberapa jauh/besar penerapan sistem safety dalam operasional alat berat berdasarkan persepsi dari operator.
I.3 Maksud dan Tujuan Penulisan Maksud dari pada penulisan Tugas Akhir yang berjudul Persepsi Operator Terhadap Penerepan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi adalah : 1. Dengan menerapkan sistem safety sehingga dapat mengadakan pengawasan dan inspeksi dini untuk mengetahui potensi kecelakaan kerja; menyusun sistem pencegahan kecelakaan; meminimalkan dampak bencana kecelakaan dan menyusun rencana penyelamatan darurat jika terjadi kecelakaan. 2. Dengan menerapkan sistem safety dalam rangka mengendalikan resiko yang berkaitan dengan operasional alat berat sehingga terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. 3. Dengan adanya penerapan sistem safety ini diharapkan pekerja memiliki perilaku positif (positive safety attitude) dalam mengoperasikan alat-alat berat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tak dikehendaki.
4. Dapat mengetahui hal – hal lain yang berkaitan dengan keselamatan kerja seperti kemampuan menganalisis kecelakaan (accident analysist) dan keterampilan untuk menggunakan alat-alat berat. Hal ini penting bukan saja untuk mengurangi tingkat kerusakan alat, tetapi juga sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas pekerja dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan uraian maksud diatas tidak terlepas dari tujuan yaitu: 1. Dapat mengetahui persepsi/pandangan Operator alat berat terhadap sistem safety. 2. Dengan disebarkannya kuistioner ke operator-operator alat berat dapat mengetahui sejauhmana penerapan sistem safety pada operasional alat-alat berat. 3. Kerugian yang timbul akibat kecelakaan kerja dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga dapat meningkatkan keuntungan sekaligus terwujudnya kesejahteraan pekerja beserta keluarganya.
I.3
Metode Penelitian I.3.1
Studi literature untuk mendapatkan landasan teori yang akan dipergunakan untuk membahas penulisan tugas akhir ini.
I.3.2
Pengumpulan data lapangan melalui kusioner
I.3.3
Pembuatan persepsi operator terhadap penerapan system safety pada operasional alat berat di proyek konstruksi.
I.3.4
Pengambilan kesimpulan.
I.4
Ruang Lingkup Batasan pembahasan ruang lingkup penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : I.4.1
Pengumpulan data lapangan diambil melalui kusioner yang disebarkan ke beberapa operator alat berat di proyek konstruksi.
I.4.2
Fokus pada persepsi operator terhadap penerapan system safety pada pengoperasian alat-alat berat, baik itu terhadap pemeliharaan alat, service alat, penggunaan alat maupun kondisi lingkungan di sekitar alat.
I.5
Sistematika Penulisan Hasil dari kajian dan analisa yang dilakukan akan dituangkan dalam bentuk penulisan secara sistematis dengan susunan sebagai berikut : KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang dan pokok – pokok masalah, uraian singkat tentang metode penelitian dan analisa yang akan dipakai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memberikan kajian terhadap pustaka atau teori termasuk ketentuan-ketentuan hukum tentang keselamatan (safety) dalam bidang konstruksi yang ada kaitannya untuk mendukung analisa penulisan yang akan dilakukan.
BAB III
DATA TENTANG SISTEM SAFETY PENGOPERASIAN ALAT BERAT Pada bab ini akan diuraikan data – data tentang penerapan system safety yang berkaitan dengan pengoperasian alat-alat berat, mencakup informasi umum tentang safety, kewaspadaan tentang safety, safety selama mengoperasikan alat/mesin, safety pada pemeriksaan
dan
pemeliharaan,
label-label
peringatan,
mengoperasikan alat/mesin yang dilarang dan safety ketika pekerjaan selesai dan ketika shift. BAB IV
PERSEPSI OPERATOR TERHADAP PENERAPAN SISTEM SAFETY DALAM PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PROYEK KONSTRUKSI Dalam bab ini khusus dibahas bagaimana padangan mengenai penerapan system safety pada operasional alat berat berdasarkan kuisioner yang telah disebarkan kepada operator-operator alat-alat berat, yang diolah dengan memakai metode statistika. sehingga dengan penerapan system safety ini dapat meminimalkan terjadinya kecelakaan kecelakaan kerja.
BAB V
PENUTUP Bab yang terakhir ini akan disampaikan kesimpulan dari hal – hal yang telah dibahas dalam bab – bab sebelumnya. Selain itu akan disampaikan pula saran – saran penulis.
LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA.
FLOW CHART DALAM PEMBUATAN TUGAS AKHIR “PERSEPSI OPERATOR TERHADAP PENERAPAN SISTEM SAFETY DALAM OPERASIONAL ALAT BERAT PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI”
START
IDENTIFIKASI MASALAH Latar belakang Maksud dan tujuan
STUDI PUSTAKA
KUESIONER + Penyebaran Kuesioner + Pengumpulan Kuesioner PENGUMPULAN DATA OLAH DATA Metoda SPSS
ANALISA PERSEPSI Kajian mengenai seberapa jauh operator alat berat telah menerapkan system safety
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Safety Sistem adalah suatu jaringan yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu dari perencanaan yang ditetapkan sebelumnya.
Sistem safety adalah suatu usaha untuk mencapai sasaran dengan melakukan tahapantahapan berupa identifikasi masalah, pencegahan, pelaksanaan, pengawasan dan penanganan terhadap keselamatan kerja.
Dari tahun ke tahun ribuan kecelakaan kerja terjadi di negeri ini. Tidak sedikit korban melayang sia-sia dan ribuan pekerja usia produktif menderita cacat total, sehingga keluarga dan anak-anak mereka kehilangan masa depan. Kerugian materi yang diderita perusahaan dalam bentuk biaya perawatan dan pengobatan serta santunan bagi korban yang meninggal dunia mencapai ratusan miliar rupiah. Seperti yang terjadi pada akhirakhir ini mulai dari kecelakaan pesawat udara, kapal laut, kereta api, kendaraan, mesin dan lain-lain.
Tingginya tingkat kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya : pertama, minimnya kesadaran dan keengganan pihak perusahaan untuk menerapkan sistem safety (K3) dalam lingkungan kerjanya. Dari ribuan perusahaan di Indonesia, yang terdaftar di PT. Jamsostek hanya 50 persen. Ini berarti perusahaan yang sadar akan
jaminan keselamatan karyawan atau pekerja hanya setengah dari perusahaan yang ada di tanah air. Kedua, tidak adanya sanksi hukum yang berat bagi perusahaan yang melanggar standar K3 yang ditetapkan oleh pemerintah. Banyak kasus yang tidak tersentuh hukum, karena pasal-pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tenaga kerja belum maksimal. Perusahaan juga dengan seenaknya menerapkan kebutuhan sangat minimal dalam sistem safety. Meskipun saat ini telah diterapkan UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yakni, penyegelan asset perusahaan jika melanggar ketentuan K3, namun dalam prakteknya ketentuan itu belum terlaksana dengan baik dan konsisten. Ketiga, sumber daya manusia (SDM) pekerja yang kurang terampil mengoperasikan peralatan kerja (mesin, bahan kimia dan alat elektronik lainnya). Pada umumnya pendidikan para pekerja, terutama pekerja kasar dan buruh pabrik tergolong rendah, pada hal merekalah yang beresiko tinggi terhadap kecelakaan kerja. Mereka juga tidak memiliki keahlian dan ketrampilan mengoperasikan mesin-mesin yang berteknologi tinggi. Keempat, sikap dan perilaku pekerja yang enggan menggunakan alat keselamatan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan oleh, selain pekerja berpendidikan rendah juga mental dan budaya K3 yang belum dihayati oleh para pekerja. Berbeda kalau dibandingkan dengan tenaga kerja di negara-negara lain dikawasan Asia seperti Singapura, Malaysia, Jepang, China, Korea Selatan yang memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya keselamatan diri pada saat bekerja. Kelima, kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam sistem safety, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan sistem safety yang baik dan optimal. Kapasitas kerja seperti status kesehatan kerja, gizi yang baik dan kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja apat melakukan pekerjaannya dengan baik. Namun kapasitas kerja dan kemampuan fisik para pekerja kurang memadai sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaaan kerja dan penyakit akibat kerja cukup besar. Beban kerja yang terlalu berat dan tidak didukung kondisi fisik serta mental yang prima juga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Demikian juga dengan kondisi lingkungan kerja yang tidak kondusif. Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, terlalu dingin, bising, debu, zat-zat kimia dan lain-lain) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan kerja.. Keenam, fasilitas safety yang tidak memadai. Penyediaan fasilitas belum dipahami pengusaha atau pemilik perusahaan. Padahal, sarana dan prasarana itu mampu memperpanjang usia kerja para karyawan dan meningkatkan produktivitas kerja. Penyebab adalah belum diperhatikannya factor keselamatan oleh sejumlah perusahaan, karena berkaitan dengan cost. Biaya untuk membeli peralatan safety relative mahal. Misalnya, untuk alat penutup telinga saja harganya Rp 600.000,. per unit. Secara ekonomis, biaya yan ditanggung perusahaan tentu kian besar. Ketujuh, alat-alat atau fasilitas perlindungan kerja yang digunakan sudah tidak aman lagi atau kadaluwarsa dan tidak memenuhi standar. Kedelapan, factor kelalaian pengawasan internal perusahaan dan penegakan hokum keselamatan kerja yang sangat lemah. Banyak kasus kecelakaan kerja terjadi atau indikasi kemungkinan terjadinya bencana kerja tidak dilaporkan karena lemahnya pengawasan
internal perusahaan. Apalagi penegakan hukum K3 di negeri ini masih jauh dari harapan, ibarat masih jauh panggang dari api. Kesembilan, pemilik perusahaan masih terjebak pada paradigma yang salah, bahwa pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan komponen biaya (cost) dan bukan investasi. Mereka belum melihat manfaat dari pelaksanaan program (K3).
Dari data-data sebagaimana diungkapkan di atas, jelas bahwa tingkat kecelakaan kerja dan rendahnya derajat kesehatan para pekerja di Indonesia termasu yang paling buruk di kawasan ASEAN. Indonesia menduduki urutan ke-5 se-ASEAN atau terburuk dibandingkan Singapura yang menduduki urutan pertama, disusul Malaysia, Thailand dan Philipina (kutipan dari Bali Pos, 13 mei 2005).
2.2
Ketentuan – ketentuan Hukum Tentang Safety atau Keselamatan Dalam
Bidang
Konstruksi
Undang – undang dasar 1945 pasal 27 ayat (2) mengamanatkan bahwa : „Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan“. Ketentuan ini kemudian dijabarkan lagi dalam undang – undang No 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja, khususnya pasal „tiap-tiap tenaga kerja berhak atass pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusian“. Dalam rumusan-rumusan tersebut terkandung dua makna yang sangat penting yaitu : 1. Hak atas pekerjaan yang layak bagi kemanusian.
2. Hak atas penghasilan yang layak agar memperoleh penghidupan yang layak bagi kemanusian.
Roh Mukadimah UUD 1945 tersebut mengandung dimensi yang cukup luas diantaranya menyangkut pelindungan buruh atau tenaga kerja. Selanjutnya, perlindungan terhadap tenaga kerja dijabarkan lebih detail dan operasional dalam berbagai peraturan perundangundangan atau yang dikenal dengan hukum perburuhan (hukum ketenagakerjaan). Prof Imam Supomo mendefinisikan hukum perburuhan (hukum ketenagakerjaan) sebagai himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Menurut ketentuan yang ada, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik dalam maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa dan barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan hak atas pekerjaan yang layak bagi kemanusian diatur dengan pasal 9 UU No.14 tahun 1969. “Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesusilaan, pemeliharaan, moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama”.
Dalam penjelasan umum menyatakan agar supaya aman melakukan
pekerjaannya sehari-hari, untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nasional, maka tenaga kerja harus dilindungi dari berbagai soal sekitarnya pada dirinya dan pelaksanaan pekerjaan. Bahaya yang timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara-cara melakukan pekerjaan,
karakteristik fisik dan mental dari pada pekerjaannya harus sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan. Ada dalam beberapa pasal dalam UU No.12 tahun 1948 tentang Kerja yang mengandung materi perlindungan terhadap tenaga kerja yang masih relevan, diantaranya menyangkut waktu kerja dan waktu istirahat serta tempat kerja dan perumahan buruh. a. Mengenai waktu kerja dan waktu istirahat. Pasal 10 ayat (1), buruh tidak boleh menjalankan pekerjaan lebih dari 7 jam/hari dan 40 jam/minggu. Jikalau pekerjaan dilaksanakan pada malam hari atau berbahaya bagi kesehatan atau keselamatan buruh, waktu kerja tidak boleh lebih dari 6 jam/hari dan 35 jam/minggu.(kalimat kedua belum berlaku). Ayat (2), setelah buruh menjalankan pekerjaan selama 4 jam terus-menerus, harus diadakan waktu istirahat yang sedikitdikitnya setengah jam lamanya; waktu istirahat itu tidak termasuk pada ayat (1). Ayat (3), tiap minggu harus diadakan sedikit-dikitnya satu hari istirahat. Ayat (4), dalam peraturan pemerintah akan ditetapkan pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan buruh termasuk pada ayat (1). Ayat (5), dalam peraturan pemerintah dapat pula diadakan aturan lebih lanjut tentang waktu kerja dan waktu istirahat untuk pekerjaan dan perusahaan tertentu yang dipandang perlu untuk menjaga keselamatan dan kesehatan buruh (lihat PP No.13/1950). Pasal 11, buruh tidak boleh menjalankan pekerjaan pada hari raya (baca : libur) yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah, kecuali jika pekerjaan itu menurut sifatnya harus dijalankan terus pada hari raya (libur) itu. Pasal 12 ayat (1), dalam hal dimana pada suatu waktu atau biasanya pada tiap waktu atau pada masa yang tertentu ada pekerjaan yang bertimbun-timbun yang harus lekas
disesuaikan, boleh dijalankan pekerjaan dengan menyimpang dari yang ditetapkan pada pasal 10 dan 11, akan tetapi waktu kerja tidak boleh lebih dari 54 jam/minggu. Aturan ini tidak berlaku terhadap pekerjaan yang berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan buruh (lihat PP No.13/1950)
Selanjutnya dalam konsiderans UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja antara lain dinyatakan : 1. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas. 2. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. 3. Bahwa untuk pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam undangundang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.
Undang-undang tersebut mengatur keselamatan kerja disegala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun di udara, yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Adapun tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya , dengan demikian tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1), maka ruang lingkup berlakunya Undangundang No. 1 Tahun 1970 ditentukan oleh unsur-unsur :
1. Tempat dimana dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha. 2. Adanya tenaga kerja di tempat itu. 3. Terdapatnya bahaya kerja di tempat itu. Khususnya keselamatan kerja dibidang konstruksi yang diatur oleh undang-undang No. 1 Tahun 1970 terdapat pada pasal 2 ayat (2),; yaitu ketentuan keselamatan kerja ditempat kerja dimana dilakukan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bagunan lainnya termasuk bangunan-bangunan perairan, saluran atau persiapan-persiapan. Disamping itu juga tempat kerja dimana dilakukan pekerjaan yang
mengadung bahaya, tertimbun tanah, kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh atau terpelosok, serta tempat kerja dimana dilakukan pekerjaan didalam tangki, sumur atau lubang. Kebijaksanaan
pemerintah
dalam
pengaturan
syarat-syarat
keselamatan
kerja
sebagaimana terdapat pada pasal 3 ayat (1) ditetapkan untuk : •
Mencegah, mengurangi kecelakaan
•
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
•
Mencegah, mengurangi bahaya peledakan
•
Memberi alat-alat pelindung diri
•
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikologis, peracunan, infeksi dan penularan
•
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan proses kerjanya.
•
Dan lain-lain
Selanjutnya sebagai persyaratan teknis pelaksanaan peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980, tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi bangunan ditetapkan suatu “ Pedoman Pelaksanaan Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi”, yang merupakan keputusan bersama antara Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum. Isi pedoman bagi semua pihak yang terkait pada kegiatan konstruksi, pemimpin proyek atau pemilik proyek, pengawas, kontraktor dan tenaga kerja tentang tata cara kerja yang aman pada kegiatan konstruksi yang meliputi : 1. Pemimpin proyek atau pemilik proyek diwajibkan memberikan petunjuk mengenai syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dilaksanakan kontraktor dan harus tertuang jelas dalam bestek. 2. Pengawas, diwajibkan mengawasi agar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana tertuang dalam bestek benar-benar dilaksanakan oleh kontraktor. 3. Kontraktor diwajibkan melaksanakan secara baik syarat-syarat mengenai keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan syarat-syarat dalam bestek. 4. Tenaga kerja, diwajibkan disiplin dalam menggunakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja dan menaati peraturan-peraturan yang berlaku.
STANDAR SISTEM SAFETY BAGI OPERASIONAL ALAT BERAT.
A. INFORMASI UMUM TENTANG SAFETY. 1. Sebagian besar kecelakaan yang terjadi selama mengoperasikan alat berat, disebabkan oleh kelalaian melakukan tindakan pencegahan dan menaati ketentuan-ketentuan safety. Kesalahan dalam mengoperasikan, melumasi atau service serta pemeliharaan berbahaya sekali, dan bisa berakibat cedera parah atau maut.
Karena
itu
semua
langkah-langkah
pencegahan
seperti
PEMBERITAHUAN, BAHAYA, PERINGATAN, dan HATI-HATI yang tercantum pada manual atau pada alat harus dibaca dan dipahami oleh semua operator sebelum memulai suatu pekerjaan. 2. Mengoperasikan, memeriksa dan memelihara alat harus cermat dan berhati-hati, safety harus mendapat prioritas utama. Pesan-pesan mengenai safety disampaikan dengan simbol-simbol waspada dan kata-kata isyarat safety. Informasi tentang safety yang tercantum didalam manual dimaksudkan hanya sebagai ketentuanketentuan safety tambahan, persyaratan-persyaratan asuransi, undang-undang dan peraturan pemerintah setempat. 3. Pesan-pesan safety yang diperagakan pada alat. Semua pesan-pesan bisa dikenal dari kata-kata “BAHAYA”, “PERINGATAN”,”PENTING”. a. Pesan dibawah ini menunjukkan situasi berbahaya yang sudah mengancam, yang jika tidak dihindari, akan berakibat kematian atau cedera parah.
BAHAYA
b. Pesan dibawah ini menunjukkan situasi berbahaya yang potensial, yang jika tidak dihindari, akan berakibat kematian atau cedera parah. PERINGATAN HINDARI CEDERA ATAU MAUT c. Pesan dibawah ini menunjukkan situasi berbahaya, yang jika tidak dihindari, akan berakibat cedera ringan atau sedang. Pesan ini juga digunakan untuk memperingatkan kerusakan yang mungkin terjadi pada alat dan komponen-komponennya. HATI-HATI
d. Pesan dibawah ini adalah instruksi atau prosedur, yang jika tidak dipatuhi, bisa berakibat mesin rusak parah. PENTING
4. Sulit untuk meramalkan setiap bahaya yang mungkin terjadi selama mengoperasikan alat. Tetapi safety bisa dijamin jika sepenuhnya memahami prosedur mengoperasikan alat dengan benar sesuai dengan metoda yang dianjurkan di dalam manual alat berat tersebut. 5. Selagi mengoperasikan alat hendaklah yakin melaksanakannya dengan sangat hati-hati, sehingga alat tidak rusak dan kecelakaan tidak terjadi. 6. Pelajari terus manual alat berat sampai semua prosedur safety, pengoperasian dan pemeliharaan bena-benar dipahami oleh semua orang yang bekerja dengan alat ini.
B. TINDAKAN PENCEGAHAN DI BIDANG SAFETY Dibawah ini diperinci pokok-pokok yang menjelaskan sikap siaga (berhati-hati) fundamental yang harus selalu dipatuhi. 1. Baca dan pahami semua pelat-pelat dan label-label peringatan sebelum mengoperasikan, memelihara pada alat. 2. Pakai selalu kacamata pelindung dan sepatu safety bila bekerja di sekitar alat. 3. Lepaskan baterei dan gantu papan tanda bertulisan “JANGAN DIOPERASIKAN” didalam kompartemen operator. Lepaskan anak kunci dari starter switch. 4. Parkir alat diatas tanah yang rata dan keras. Ganjal mesin sedemikian, sehingga tidak bergulir selagi bekerja dibawah mesin. 5. Jangan bekerja diatas mesin yang hanya ditopang dengan lift, dongkrak atau hoist (kerekan). Gunakan selalu ganjal atau jack stand, yang mampu menopang mesin. 6. Buang semua tekanan dari sistem udara, minyak atau air sebelum memutus atau melepas saluran-saluran atau alat-alat lain. Jangan lupa mengganjal komponenkomponen lain yang terangkat dengan benar, dan waspadalah terhadap tekanan yang mungkin keluar ketika memutus hubungan suatu alat dari sistem yang menggunakan tekanan. 7. Turunkan bucket atau attchement lain ketanah sebelum melakukan kerja apa saja di atas mesin. Jika hal itu tidak mungkin bucket atau attachment tersebut diganjal dengan benar agar tidak tertimpa bila alat-alat itu diluar dugaan terjatuh. 8. Gunakan anak-tangga (step) dan pegang kuat-kuat handel bila naik-turun mesin. Bersihkan lumpur, grease, minyak kotoran dari anak tangga atau walkway sebelum naik.
9. Jangan sampai mengalami cedera punggung. Gunakan kerekan bila mengangkat beban 23 kg (50lb) atau lebih. 10. Untuk menghindari luka bakar, waspadalah terhadap bagian mesin-mesin yang panas, yang baru saja dihentikan, cairan panas didalam saluran-saluran, pipa-pipa. 11. Gunakan selalu perkakas yang tepat, yang baik kondisinya dan cocok untuk pekerjaan yang sedang dilakukan. 12. Berbahaya jika pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan dilakukan selagi bucket dalam posisi terangkat, karena atachment mungkin terjatuh. Jangan lupa menurunkan attachment ke tanah sebelum mulai bekerja. 13. Mesin jangan dioperasikan
bila ada bagian yang berputar rusak atau saling
sentuh dengan bagian lain. Setiap komponen dengan putaran tinggi, yang rusak atau diubah harus diperiksa keseimbangannya sebelum digunakan lagi.
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Penelitian mengenai persepsi operator terhadap penerapan system safety dalam operasional alat berat pada pelaksanaan proyek konstruksi mengacu kepada data-data hasil studi literature yang membahas tentang safety yang ditujukan atau menjadi obyeknya adalah operator alat berat (excavator).
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terdiri dari : a. Observasi Lapangan. Teknik ini dilakukan dengan cara menyebarkan quisiner ke beberapa operator alat berat (excavator). b. Studi pustaka. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan teori – teori dari berbagai referensi seperti, buku, modul dan laporan penelitian yang relevan untuk mendukung dan memperkuat argumentasi dari penelitian ini.
III -1
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat 3.3 Proses Penelitian. Proses penelitian dilakukan sesuai dengan diagram alir seperti pada gambar dibawah ini :
Mulai
Observasi Interview StudiLiteratul Awal
Tujuan Pustaka dan Kerangaka Pemikiran
Identifikasi Masalah dan Penempatan Judul
Manfaat dan Kontribusi Persiapan dan Penulisan Awal
Penempatan Hipotesa
Metode Penelitian : 1. Meyode Analisa ................................ 2. Pola Penetapan & Pengumpulan Data 3. Analisa & MOdel 4. Ujicoba Model & Hipotesa 5. Temuan & Kesimpulan Perencanaan dan Penulisan
................................................
Pengumpulan Data
Analisis Kuantitatif
Pelaksanaan Penelitian dan Penulisan
Ujuicoba Model & Hipotesa
Temuan & Kesimpulan
Pengolahan Data Menggunakan SPSS 11.0
Pembuatan Model Kombinasi dari: 1. Analisis korelasi 2. Analisis Faktor 3.Analisis Regresi
Penulisan Hasil Penelitian
........................................................................................................................
Selesai
Gambar 3.1. Proses Penelitian ( Sumber : Latief, Y, Trigunarsyah, B, Setiani, N, dan Abidin, LS,. “Dasar Penulisan Tesis yang Bernilai Tinggi”, Program Pasca Sarajana Teknik Sipil Manajemen Konstruksi, Jakarta, 1999, hal 8)
III -2
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat 3.4 Pelaksanaan Penelitian dan Penulisan. a. Pengumpulan data. 1. Data Primer adalah data yang didapat dari lembar kuisioner yang telah diisi dan wawancara yang dilakukan kepada operator alat berat excavator. 2. Data sekunder adalah proses memperoleh data dalam bentuk yang sudah jadi, telah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain dan biasanya dalam bentuk publikasi. b. Pengolahan data. Dalam penelitian pengolahan datanya menggunakan metode analisis regresi, analisis korelasi, analisis factor serta uji model, uji validasi, uji hipotesis untuk pengolahan datanya. Data yang sudah terkumpul apabila ada yang menyimpang maka jumlah data yang diproses perlu diseleksi lagi sampai memperoleh hasil akurat. Namun apabila proses data dapat dilakukan, maka dapat dilanjutkan dengan pembuatan model kombinasi dari analisis korelasi dan analisis factor tetapi apabila proses data tidak dapat dilakukan maka langkah selanjutnya kembali ke pengumpulan data. c. Analisis. •
Kuantitatif adalah data yang berupa angka atau bilangan numerik dalam arti sebenarnya, sehingga berbagai operasi matematika dapat dilakukan dengan data jenis ini.
III -3
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat •
Kualitatif adalah proses data yang bukan berupa angka atau non numeric sehingga berbagai operasi matematika tidak bisa dilakukan penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
d. Pembuatan model kombinasi dari ; analisis korelasi dan analisis factor. Proses pembuatan modelnya dengan cara membuat suatu tabel dan grafik setelah penyajian data selesai diproses dengan hasil yang akurat, apabila pembuatan modelnya sesuai maka dapat dilanjutkan ke penulisan hasil tetapi apabila tidak sesuai harus kembali lagi pada tahap analisis. e. Uji coba. •
Uji Model adalah proses pengujian dengan memenuhi syarat linieritas dan homoskedastisitas.
•
Uji hipotesis adalah proses pengujian dalam bentuk ada atau tidaknya antara hubungan linier antara variabel bebas (independent) dan terhadap variabel terikat (dependent).
f. Pembuatan model kombinasi dari : •
Analisis korelasi, salah satu teknik statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif.
•
Analisis faktor, salah satu teknik statistik yang digunakan untuk mencari faktor penghubung.
g. Kesimpulan dan saran. Dari hasil uji coba dapat ditarik kesimpulan tentang persepsi operator alat berat excavator terhadap penerapan sistem Safety.
III -4
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat h. Penulisan hasil. Proses penulisan hasil yang didapat dari penelitian persepsi operator terhadap unsur-unsur penerapan sistem safety dalam operasional alat berat excavator.
3.5 Pembuatan Model. Model matematika yang dapat dijelaskan antara persepsi operator alat berat excavator terhadap penerapan sistem safety berdasarkan standar safety alat berat excavator tersebut, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Y Bagus Y = F ( Xijkl ) Penerapan Sistem Safety
X Buruk
Baik Persepsi Operator
Gambar 3.2 Grafik Model Penelitian
III -5
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
Dari gambar diatas secara sederhana dapat dirumuskan kedalam sebuah fungsi matematika sebagai berikut : Y = f ( X ijkl ) ………………………………………………( 3.1 ) Dimana :
Y
= Penerapan Sistem Safety
X
= Persepsi Operator
i
= Variabel – variabel bebas
J
= Sampel Alat Berat.
k
= Variabel k yang mempunyai keterkaitan terhadap variabel i
l
= Sampel proyek l yang mempunyai keterkaitan terhadap sampel alat berat j.
3.6 Variabel Penelitian. Persepsi operator terhadap penerapan sistem safety dalam operasional alat berat pada proyek konstruksi meliputi berbagai aspek. Persepsi – persepsi tersebut adalah faktor yang dianggap memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan/penerapan sistem safety. 3.6.1 Jenis Variabel Bebas. Variabel ini diambil untuk mengetahui sejauhmana persepsi operator terhadap penerapan sistem safety dalam operasional alat berat. Variabel bebas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
III -6
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
TABEL 3.1
VARIABEL BEBAS
Xi
SAFETY SEBELUM START
1
Memakai alat pelindung diri, ketika akan memulai pekerjaan.
2
Membaca dan memahami manual operator sebelum mesin/alat dioperasikan.
3 4
Menggunakan racun api dan letak kotak P3K. Memperhatikan ciri-ciri tanah dan lapangan guna mencegah mesin terjatuh atau ambruk.
5
Melakukan Inspeksi atau memeriksa alat berat terlebih dahulu sebelum di start.
6
Memasang tanda-tanda pada bahu jalan dan tanah yang lunak.
7
Menjauhkan bahan bakar dan minyak dari api
8
Membersihkan, memperbaiki dan mengganti komponen-komponen yang bocor untuk mencegah kebakaran
SAFETY KETIKA BEKERJA 9
Membunyikan Klakson untuk memperingatkan orang-orang disekitar bahwa engine akan di start dan memastikan tidak ada orang didekat alat.
10
Melarang orang lain menumpang diatas mesin/alat.
11
Tidak membelokkan mesin secara mendadak dilapangan yang tidak rata Memastikan letak rintangan - rintangan didaerah kerja sehingga alat/mesin tidak sampai
12
menyentuh rintangan-rintangan itu. 13
Tidak melakukan swing atau memutar mesin dilereng atau ditanjakkan.
14
Menjaga jarak yang cukup aman dari saluran-saluran gas, air, telepon, listrik.
15
Menggunakan alat pengangkat sesuai dengan kapasitasnya.
16
Memastikan kondisi lapangan stabil dan mampu menahan bobot mesin selama bekerja
17
Menjaga jarak antara mesin dengan bangunan ( terowongan, jembatan, kerangka bagunan ) untuk mencegah kerusakan dan cedera manusia.
18
Dalam mengoperasikan alat berat ada petugas pemberi aba-aba untuk membimbing Operator di lapangan.
19
Mengencangkan sabuk pengaman saat didalam kabin
20
Menempatkan alat berat di bahu jalan saat parkir, agar lalu lintas tidak terhambat.
III -7
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
SAFETY KETIKA INSPEKSI DAN PEMELIHARAAN 21
Memasang label "Jangan dioperasikan", pada alat-alat kontrol agar orang lain tidak menstart mesin saat melakukan inspeksi dan pemeliharaan.
22
Menggunakan pekakas yang cocok untuk pekerjaan yang sedang dilakukan dan mempelajari cara menggunakannya sebelum memulai pemeriksaan/perawatan.
23
Memakai pakaian yang pas, helm, sepatu safety dan sarung tangan serta melepaskan perhiasan sebelum melakukan pemeriksaan/perbaikan mesin.
24 25
Mematikan mesin sebelum melakukan pemeriksaan dan perbaikan. Butuh waktu yang cukup sampai sistem-sistem/mesin menjadi dingin, sebelum melakukan
26
pemeriksaan dan perbaikan mesin. Beri penopang yang cukup kuat, jika melakukan inspeksi atau perbaikan di bagian kolong mesin yang diangkat.
27
Menggunakan kacamata pelindung / pelindung muka yang memenuhi syarat, selama pekerjaan inspeksi dan pemeliharaan
28
Melepaskan kabel negatif ( - ) batery dari terminal - terminal jika melakukan inspeksi
29
atau perawatan sistem kelistrikan atau pengelasan. Mengetahui maksud dari semua label - label dan decal - decal yang ditempel pada mesin.
PEMAKAIAN MESIN YANG DILARANG 30
Menggunakan alat berat sesuai dengan fungsinya masing-masing.
31
Tidak menggunakan alat berat melampaui kapasitas atau bebannya.
PENURUNAN TINGKAT KECELAKAAN 32
Mengikuti pelatihan dan pendidikan Safety atau K3
33
Memperhatikan tanda - tanda safety ketika bekerja
34
Pengalaman tentang kejadian kecelakaan kerja.
III -8
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
Masing – masing variabel bebas diatas diberi suatu ukuran skala sebagai berikut : 1
2
3
4
5
Sangat rendah
Rendah
Cukup
Baik
Sangat baik
( Sumber : Arikunto, s. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, 1993, hal. 258 )
3.6.2 Jenis Variabel Terikat. Penerapan Sistem Safety adalah variabel terikat yang ditinjau dari persentase penerapan sistem safety oleh operator dalam operasional alat berat. Variabel tersebut dapat dijabarkan pada tabel 3.2 berikut ini : TABEL 3.2
VARIABEL TERIKAT
PENERAPAN SISTEM SAFETY 35
Tingkat penerapan sistem safety dalam operasional alat berat
Dari variable terikat diatas diberi suatu ukuran skala, yaitu : Skala
Keterangan
1
Sangat buruk : belum menerapkan sistem safety sama sekali
2
Buruk
: persentase penerapan sekitar 25 %
3
Sedang
: persentase penerapan sekitar 50 %
4
Baik
5
Sangat baik : sudah menerapakan secara keseluruhan / 100 %
: persentase penerapan sekitar 75 %
III -9
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat 3.7 Teknik Analisa Data Penelitian. Data yang sudah terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan menggunakan metoda SPSS ( Statistical Program for Service Solution ).
Start
INPUT DATA
ANALISIS KORELASI Output : Variabel X dengan r > 0,4 terhadap Y
ANALISIS FAKTOR Output : Kelompok Variabel X sesuai faktor
ANALISIS VARIABEL PENENTU Output : Variabel X penentu untuk model regresi
ANALISIS REGRESI Output : Model regresi linier
UJI MODEL Output : Hasil uji adiusted R2.F.t.d (Durbin Watsan), normalitas
tidak
ya MODEL TERPILIH
Stop Gambar 3.3 Proses Analisa Data (Sumber : Andi, Model Penelitian dan Penggolahannya dengan SPSS)
III -10
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
3.7.1
Input Data. Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS sesuai dengan format yang digunakan dalam software tersebut. Kemudian dilakukan analisis – analisis statistik serta menentukan model regresi yang sesuai dengan hipotesa. Input data yang diolah dengan software dapat dilihat pada tabel 3.3 Tabel 3.3 INPUT DATA Variabel Y
Variabel X
Y
X1
X2
"
"
"
Xk
1
Y1
X11
X21
"
"
"
Xk1
2
Y2
X12
X22
"
"
"
Xk2
3
Y3
X13
X23
"
"
"
Xk3
Sampel
"
"
"
"
"
"
"
"
J
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
n
Yn
X1n
X2n
"
"
"
Xkn
3.7.2
Analisa Korelasi. Menurut Siegel, S (1990) analisa korelasi bertujuan untuk mengetahui dan menemukan ada tidaknya hubungan antara beberapa variabel yang telah ditetapkan untuk penelitian hingga dapat mengukur karakteristik hubungan serta arti maupun implikasinya dari hubungan ( + ) maupun sample ( - ).
III -11
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat Metode yang digunakan untuk menghitung karakteristik besarnya korelasi adalah metode korelasi multivariat yaitu metode statistik yang dapat menggambarkan dan menemukan hubungan antara beberapa variabel. Hubungan antara variabel menghasilkan nilai positif atau sample dengan batasan nilai koefisien korelasi r ( Pearson Correlation Coefficient ) adalah 1 untuk hubungan positif dan -1 untuk hubungan sample. Apabila nilai koefisien korelasi mendekati nol, hubungan antara variabel tersebut dapat dinyatakan tidak ada hubungan secara linier. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi momen produk (product moment correlation), pearson, yaitu : jika sepasang variabel kontinu, X dan Y, mempunyai korelasi, maka derajat korelasi dapat dicari dengan menggunakan koefisien korelasi pearson yang dirumuskan sebagai berikut :
n
Rumus I
r=
∑x i =1
n
i
yi .................................................. ( 3.2 ).
n
∑x ∑y i= 1
2
i
i =1
2 i
Atau n
Rumus II
r=
i =1
n
∑x i= 1
Dimana :
n
n
i =1
i =1
n∑ x i yi − ∑ x i ∑ yi ⎛ ⎞ − ⎜∑ xi ⎟ ⎝ i =1 ⎠ n
i
2
n
∑y i =1
2 i
⎛ ⎞ − ⎜ ∑ yi ⎟ ⎝ i =1 ⎠ n
2
............. ( 3.3 ).
r = Koefisien korelasi yang dicari n = Jumlah sampel.
III -12
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
x i = X i − X, X =
1 n ∑ xi n i =1
y i = Yi − Y, Y =
1 n ∑ Yi n i =1
Y = Nilai rata – rata variabel Yi X = Nilai rata – rata variabel Xi
Pengujian hipotesis / model tentang korelasi :
•
r = 0, maka tidak ada hubungan antara dua variabel tersebut.
•
r > 0, maka ada hubungan positif.
•
r < 0, maka ada hubungan negatif.
Menurut Dillon, W.R. dan Goldstein, M (1984) jenis koefisien korelasi bivariate pada program SPSS yang digunakan adalah pearson correlation coeficient, sedangkan untuk sample kurang dari 100, angka korelasi terkecil yang dapat dipertimbangkan adalah ± 0,40.
Dari hasil korelasi dipilih variabel-variabel Xi untuk diproses lebih lanjut, yaitu variabel Xi yang mempunyai hubungan berarti dengan variabel Y yang dipilih berdasarkan sampel dengan tingkat hubungan yang sedang sampai tinggi, seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
III -13
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
Tabel 3.4 Tabel Besaran Hubungan
Korelasi Pearson r
NO
R ( koefisien korelasi )
keterangan
1
0.0 < r < 0.2
sangat rendah
2
0.2 < r < 0.4
rendah
3
0.4 < r < 0.6
sedang
4
0.6 < r < 0.8
kuat
5
0.8 < r < 1.0
sangat kuat
( Sumber : Arikunto, S., Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, 1993, hal 258 )
Output dari interkorelasi pearson ini digunakan untuk melihat koefisien interkorelasi antara variabel Xij terhadap Xkl, dimana adanya tingkat korelasi yang besar akan dapat mengganggu stabilitas model yang ada pada model regresi dianggap bahwa masing – masing variabel bebas tidak ada interkorelasi. Dalam pembuatan model dianggap interkorelasi yang diijinkan adalah yang mempunyai korelasi bertingkat rendah kebawah.
3.7.3 Analisa Faktor. Menurut Dillon, W.R dan Goldstein (1994), penyederhanaan jumlah variabel yang cukup besar menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil dilakukan dengan analisis faktor, berdasarkan faktor yang sama dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin informasi aslinya. Ada beberapa tipe dari analisis faktor, sedangkan dalam penelitian ini analisis faktor principal component analysis digunakan untuk mentransformasikan himpunan variabel asli menjadi himpunan linear yang lebih kecil berdasarkan sebagian besar dari himpunan variabel asli. III -14
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat Komponen – komponen (principal component analysis) yang dihasilkan kemudian dibuat supaya masing – masing komponen ini menjadi bervariasi berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, oleh karena itu jika suatu variabel mempunyai loadings yang tinggi pada satu komponen, maka dibuat loadings nol pada komponen – komponen lainnya. Hal ini dapat dicapai dengan merotasi sumbu – sumbu komponen dengan menggunakan metode varimax rotation. Prosedur dari metode ini adalah mencari untuk merotasi sedemikian rupa sehingga variasi dari component loadings untuk suatu komponen tertentu dibuat besar. Hal ini dapat dicapai dengan mendapatkan loadings yang besar, medium, dan kecil kedalam suatu komponen tertentu. Sedangkan metode untuk menetapkan berapa banyak komponen yang akan diambil adalah dengan menggunakan kriteria Kaiser, yaitu root greater than one dimana kriteria ini menggambil komponen – komponen yang mempunyai eigenvalue lebih besar dari satu. Output yang diharap dari analisis faktor oleh SPSS adalah rotated component matrix, yaitu matrik principal component hasil ekstraksi yang dirotasi berdasarkan
metode varimax rotation dan jumlah komponen yang diambil adalah komponen yang mempunyai eigenvalue lebih besar dari satu, dimana eigenvalue menyatakan nilai dari information content yang diperoleh oleh factor tertentu (1,2,3,…..n) dari variable – variable Xi dalam penelitian.
III -15
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat 3.7.4 Analisa Variabel Penentu. Menurut Dillon, W.R dan Goldstein (1994), analisis ini digunakan untuk mendapatkan variabel – variabel penentu terhadap persepsi operator dari variabel penerapan sistem safety dalam operasional alat berat pada proyek konstruksi. Variabel penentu yang terpilih akan menjadi variabel dari model hubungan persepsi operator tehadap penerapan sistem safety. Variabel – variabel penentu ini dipilih dari hasil pengelompokkan yang didapat dari analisis faktor, yang dipilih masing – masing mewakili tiap faktor.
3.7.5 Analisis Regresi Berganda Variabel yang dipilih dari analisis variabel penentu dipakai sebagai variabel dalam membuat analisis regresi, analisis regresi berfungsi untuk mengetahui bagaimana variabel terikat dapat diprediksi dari variabel bebas secara individual. Regresi adalah suatu teknik statistik untuk menentukan persamaan garis atau kurva dengan meminimalisasi deviasi antar data observasi dan nilai dari persamaan regresi. Analisis regresi yang digunakan adalah regresi berganda yang digunakan yaitu metode stepwise, metode stepwise digunakan dengan tujuan pokok mencari variabel predictor yang paling berpengaruh. Dalam analisis regresi terdapat beberapa ukuran yang dicari yaitu : o Garis regresi yaitu garis yang menyatakan dan mengambarkan
karakteristik hubungan antara variabel – variabel dalam penelitian.
III -16
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat o Standart error of estimate yaitu pengukuran penyebaran tiap-tiap titik
(data) terhadap garis regresinya atau merupakan standar deviasi dari harga – harga variable pengaruh (Y) terhadap garis regresinya..
3.7.6 Uji Model Menurut Supranto, J (1988) dari model regresi yang diperoleh baik model linier maupun model non linier, kemudian dilakukan beberapa uji model yaitu : a) Coefficeint of determination test atau R2 Test
Menurut Supranto, J (1988), R2 Test digunakan untuk mengukur besarnya konstribusi variabel bebas X terhadap variasi (naik turunnya) variable terikat Y. variasi Y yang lainnya disebabkan oleh factor lain yang juga mempengaruhi Y dan sudah termasuk dalam kesalahan pengganggu (disturbance error).
R2 Test juga digunakan untuk mengukur seberapa dekat garis regresi terhadap data. Daerah nilai R2 adalah dari nol sampai satu, semakin dekat nilai Y dari model regresi kepada titik – titik data, maka nilai R2 semakin tinggi. Rumus R2 adalah :
∑ (Y
−Y
∑ (Y
− Yc )
n
R 2 =1-
i
i =1 n
i −1
i
)
2
……………………......
(3.4)
2
Keterangan : R2 = Koefisien penentu
III -17
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat Yi = Nilai Y actual (sample) Yc = Nilai Y yang dihitung dari model regresi. Y = Nilai Y rata – rata. Output SPSS ini juga menghasilkan adjusted R square (R2 yang disesuaikan) dan merupakan koreksi dari R2 sehingga gambarannya lebih mendekati mutu penjajagan model dalam populasi. Adjusted R2 ( Ra2) dirumuskan sebagai berikut : k (1 - R 2 ) .......................................................... (3.5) Ra = R n - k -1 2
2
Keterangan : R2 = Koefisien penentu K = Variabel bebas dalam model regresi berganda n = Jumlah sampel.
b) Uji F ( F – test ). Menurut Supranto, J (1988) maksud dari uji ini adalah untuk mengetahui kuat tidaknya korelasi yang telah diperoleh melalui persamaan regresi. Uji F digunakan untuk menguji hipotesis nol (H0) bahwa seluruh nilai koefisien variable bebas Xi dari model regresi sama dengan nol, dan hipotesis alternatifnya (Ha) adalah bahwa seluruh nilai koefisien variable X tidak sama dengan nol. Hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut : H 0 : β1
=
β2
=
β3
= …………=
βk = 0
H a : β1
≠
β2
≠
β3
≠ …………≠
βk ≠ 0
III -18
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
Apabila hipotesis nol tersebut diterima atau benar, maka seluruh model tidak significant untuk menjelaskan variable terikat (Y) dan nilai penyesuaian R2 secara significant tidak berbeda dengan nol. Sedangkan criteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : o H0 ditolak jika F0 hitung > Fα(k-1)(n-k) tabel. o H0 diterima jika F0 hitung < Fα(k-1)(n-k) tabel.
Keterangan :
α = Adalah tingkat signifikasi ( significant level ) = 0.05 n = Jumlah sample k
= Variabel bebas dalam model regresi berganda.
F0 diperoleh dengan menggunakan tabel analisis varians ( ANOVA) yang terlihat pada tabel 3.5 dibawah ini :
Tabel 3.5 ANOVA Sumber Variasi
Jumlah Kuadrat
Derajat
Rata - rata
Kebebasan
kuadrat
Regresi X1,X2,….XK
β X Y = Y Y(R )
k-1
Y Y (R2)/(K-1)
Residu
eTe = YTY(1-R2)
n-k-1
YTY(1-R2)/(k-1)
YTY=Σyi2
n-1
Total
T
T
2
T
Dari analisis varians didapatkan nilai Fo berdasarkan rumus sebagai berikut : Y T Y (R 2 ) / (k - 1) R2 /k F0 = T ....................... = Y Y(1 - R 2 ) / (n - k - 1) (1 − R 2 ) /(n - k - 1)
(3.8).
III -19
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat c) Uji t ( t – test ). Menurut Supranto, J (1988) uji t merupakan pengujian yang dilakukan pada koefisien regresi untuk membuktikan dari data yang diperoleh, apakah cukup bukti untuk menunjukan X memberikan konstribusi (sumbangan) informasi untuk meramalkan Y, dimana pengujian ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dengan demikian dapat dinyatakan sebagai berikut : H0 : β0 = 0, β1 = 0, β2 = 0, β3 = 0…………= βk = 0 Ha : β0 ≠ 0, β1 ≠ 0, β2 ≠ 0, β3 ≠ 0 …………≠ βk ≠ 0 Jika hipotesis nol diterima berati model yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai Y, sebaliknya jika hipotesis nol ditolak, maka model yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk memprediksi nilai Y. Nilai t dari koefisien variabel X dan konstanta regresi dapat dicari dengan menggunakan rumus : 1. t0 untuk koefisien variabel X (βi) : tβ 0 =
β0
..............................................................
(3.9)
Sb
2. t0 untuk koefisien konstanta (β0) : tβ 0 =
Dimana :
β0
..............................................................
(3.10)
Sa
Sb = Kesalahan baku dari koefisien variabel X. Sa = Kesalahan baku dari konstanta regresi.
III -20
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
Kriteria pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut : o H0 ditolak jika t0 hitung > ta(n-k-1) tabel. o H0 diterima jika t0 hitung ≤ ta(n-k-1) tabel.
d) Uji Auto Korelasi (Durbin-Watson Test) Menurut Katz, D.A. (1982) (Durbin-Watson Test), dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya auto korelasi anatara variabel – variabel yang diteliti. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus :
∑ (e m
d=
j=1
− e j-1 )
2
j
………………………………………………
m
∑e
(3.11)
2 j
j-1
Statistik pengujian Durbin-Watson untuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) adalah sebagai berikut : H0 ; ada auto korelasi positif dan negatif, Ha ; tidak ada auto korelasi positif dan negatif. Kriteria pengujian :
•
H0 akan diterima atau nilai d adalah nyata (significant) dan ada korelasi (positif ataupun negatif) jika d > d1, dan du < d < ( 4 – du ).
•
H0 akan ditolak / tidak ada autokorelasi jika d < d1, dan ( 4 – du ) > d. Dan hasil pengujian tidak dapat disimpulkan.
III -21
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat e) Pembahasan hasil Hasil dari analisis regresi dan model regresi yang didapat kemudian akan diamati
temuan-temuan
yang
diperoleh
untuk
menjelaskan
dan
menguraikan lebih lanjut tentang arti nilai statistik dari model yang mempunyai hubungan hipotesis yang diajukan.
III -22
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
III -23
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN
4.1 Pengumpulan Data. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada Operator atau mekanik alat berat di beberapa tempat yaitu : Medan, Palembang dan Kalimatan. Dari hasil penyebaran kuesioner sebanyak 40 exemplar telah kembali 33 exemplar kuesioner. Dari hasil seleksi kuesioner didapatkan 30 exemplar sample yang memenuhi syarat, yang digunakan untuk mewakili operator alat berat untuk dianalisis dan 30 exemplar tersebut digunakan untuk pengolahan data dengan SPSS, sedangkan kuesioner – kuesioner yang tidak terpilih untuk dianalisis sebagai sampel penelitian dikarenakan data yang diisi tidak lengkap.
4.2 Pentabulasi Data Semua data kuesioner yang telah diisi oleh responden tentang persepsi operator terhadap
penerapan sistem safety dalam operasional alat berat ditabulasikan
seperti terlihat pada lampiran , yang terdiri dari satu variabel terikat dan tiga puluh empat variabel bebas. Data tersebut kemudian digunakan sebagai input data kedalam program SPSS versi 13.0 untuk dilakukan analisa lebih lanjut.
IV-
1
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat 4.3 Analisa dan Pembuatan Model. 4.3.1 Input Data. Hasil tabulasi data diformat untuk digunakan sebagai input data dari proses analisis dengan menggunakan software SPSS versi 13. Format hasil tabulasi data yang digunakan sebagai input tersebut terdiri dari “ Penerapan Sistem Safety dalam operasional alat berat “, sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh 34 variabel bebas. Dari 30 sampel hasil perolehan kuisioner yang telah disebar ke operator alat berat excavator, berdasarkan hal tersebut ada hubungan yang dapat diformat sebagai berikut : Model hubungan antara persepsi operator terhadap penerapan system safety dalam operasional alat berat pada pelaksanaan proyek konstruksi. 4.3.2 Analisis korelasi dan Interkorelasi. Analisis korelasi pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur kekuatan antara variabel terikat yaitu “penerapan system safety pada operasional alat berat” dengan variabel bebas yaitu “persepsi operator”. Analisis korelasi dilakukan dengan metode korelasi Pearson (Product momen correlation). Dengan menggunakan software SPSS versi 13, perhitungan metoda korelasi Pearson menghasilkan korelasi bivarate. Kemudian dari output SPSS tersebut (lihat lampiran), dipilih variabel – variabel bebas yang mempunyai korelasi positif terhadap variabel terikat dan mempunyai nilai korelasi r > 0,40 terhadap variabel terikat (artinya mempunyai hubungan
IV-
2
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat korelasi sedang), variabel – variabel bebas tersebut dirangkum secara rinci pada tabel 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1 Variabel independen yang memiliki nilai korelasi > 0.40 No
Variabel X2
Uraian Membaca dan memahami manual operator sebelum mesin/alat dioperasikan.
1
r 0.415
2
X6
Memasang tanda-tanda pada bahu jalan dan tanah yang lunak.
0.669
3
X 10
Melarang orang lain menumpang diatas mesin/alat.
0.535
4
X 15
0.619
5
X 16
6
X 17
7
X 20
Menggunakan alat pengangkat sesuai dengan kapasitasnya. Memastikan kondisi lapangan stabil dan mampu menahan bobot mesin selama bekerja Menjaga jarak antara mesin dengan bangunan ( terowongan, jembatan, kerangka bagunan ) untuk mencegah kerusakan dan cedera manusia. Menempatkan alat berat di bahu jalan saat parkir, agar lalu lintas tidak terhambat.
0.459
0.400 0.776
Analisis interkorelasi dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan interkorelasi antara variable bebas yang satu terhadap variabel bebas lainnya. Hal ini dimaksudkan apabila antara variabel – variabel bebas tersebut memiliki interkorelasi yang cukup berarti (koefisien korelasi > 0.40) maka akan menganggu kestabilan model. Untuk itu variabel yang terdapat didalam persamaan model adalah variabel yang memiliki nilai interkorelasi kecil (koefisien korelasi < 0.40) terhadap variabel-variabel lainnya sehingga variabel tersebut dapat dianggap mewakili variabel – variabel bebas lainnya tanpa menimbulkan gangguan pada model. Dalam matrik interkorelasi terlihat bahwa nilai koefisien korelasi “r” antara variabel-variabel bebas (lihat lampiran) hampir sebagian besar mempunyai nilai yang sangat berarti r > 0.4 dan berpotensi menimbulkan
IV-
3
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat gangguan (noise ) pada model, sehingga perlu dilakukan analisa lebih lanjut dari variabel – variabel tersebut.
4.3.3 Analisis Faktor. Untuk menyederhanakan jumlah variabel bebas yang mempunyai koefisien korelasi r > 0.40 terhadap penerapan system safety, maka dilakukan analisis faktor dengan cara mengelompokkan variabel bebas menjadi beberapa faktor. Analisa faktor ini menggunakan metode Principal Component Analiysis dan metode rotasi Varimax dengan kriteria Kaiser yaitu mengambil komponen yang mempunyai eigenvalue > 1, seperti terlihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Total Variance Explained Initial Eigenvalues xtraction Sums of Squared Loading Rotation Sums of Squared Loadings Componen Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % 1 3.624 51.766 51.766 3.624 51.766 51.766 2.858 40.826 40.826 2 1.228 17.543 69.309 1.228 17.543 69.309 1.994 28.483 69.309 3 .694 9.917 79.226 4 .464 6.629 85.855 5 .411 5.878 91.733 6 .351 5.019 96.752 7 .227 3.248 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Analisa factor dari variabel bebas yang mempunyai koefisien korelasi r > 0.40 terhadap penerapan system safety, untuk eigenvalue > 1 telah
IV-
4
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat menghasilkan 11 komponen atau factor seperti terlihat pada total variance explained maupun rotated component matrix (lihat lampiran). Hasil analisis factor oleh SPSS versi 13.0 dalam bentuk Rotated Component Matrix diuraikan pada table 4.3. Setiap factor yang terbentuk akan diberikan penamaan sesuai dengan gambaran karakteristik umum dari variabel bebas yang masuk ke dalam factor. Tabel 4.3 Karakteristik Umum Faktor
Faktor
Variabel
I
X2
I
X6
I
X 10
I
X 15
I
X 16
II
X 17
II
X 20
Uraian Kegiatan Membaca dan memahami manual operator sebelum mesin/alat dioperasikan. Memasang tanda-tanda pada bahu jalan dan tanah yang lunak. Melarang orang lain menumpang diatas mesin/alat. Menggunakan alat pengangkat sesuai dengan kapasitasnya. Memastikan kondisi lapangan stabil dan mampu menahan bobot mesin selama bekerja Menjaga jarak antara mesin dengan bangunan (terowongan, jembatan, kerangka bagunan ) untuk mencegah kerusakan dan cedera manusia. Menempatkan alat berat di bahu jalan saat parkir, agar lalu lintas tidak terhambat.
Rotated Component Matric 0.829 0.781 0.754 0.476 0.588
0.875 0.511
4.3.4 Analisis Variabel Penentu. Dalam menentukan variabel – variabel penentu yang akan dipilih, dilakukan analisis variabel penentu dengan cara menganalisis berbagai kombinasi antara setiap variabel bebas yang potensial dari setiap factor, dengan criteria bahwa variabel bebas dari setiap factor tersebut mempunyai koefisien interkorelasi r < 0,4 dan dipilih kombinasi yang
IV-
5
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat mempunyai koefisien interkorelasi terendah, sehingga kombinasi tersebut menghasilkan variabel – variabel penentu yang optimal terhadap model regresi persepsi operator, dalam artian mempunyai nilai adjusted R2 dan stabilitas model yang optimal, serta memenuhi semua criteria proses pengujian model regresi seperti uji F, uji T, Durbin Watson dan uji Normalitas. Berdasarkan criteria analisis variabel penentu tersebut diatas, diambil 2 variabel bebas yang mewakili model hubungan Persepsi Operator Terhadap Penerapan System Safety, yaitu mewakili dari variabel bebas dari faktor I dan faktor II dengan koefisien interkorelasi r seperti terlihat pada tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 4.4
Koefisien Interkorelasi r Variabel X2 X17
X2
X17 1,000 -,124
-,124 1,000
4.3.5 Analisis Regresi Berganda Linear. Tujuan dari analisis regresi berganda adalah untuk memprediksi seberapa besar pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Analisis regresi berganda linear ini dilakukan terhadap kombinasi variabel penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda secara linear (lihat lampiran) sebagai berikut : IV-
6
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
Y = 2,477 + 0,125 X2 + 0,146 X17. Dimana : Y
= Penerapan sistem safety.
X2
= Membaca dan memahami manual operator sebelum mesin/alat dioperasikan.
X17
= Menjaga jarak antara mesin dengan bangunan ( terowongan, jembatan, kerangka.
Konstanta sebesar 2,477 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel X2 dan X17, tingkat penerapan sistem safety adalah 2,477. koefisien regresi sebesar 0,125 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan X2 akan menambahkan tingkat penerapan sistem safety sebesar 0,125. koefisien regresi sebesar 0,146 menyatakan setiap penambahan 1 satuan X17 juga akan menambahkan tingkat penerapan sistem safety sebesar 0,146.
4.4
Uji Model. 4.4.1 Coeffisient of Determination Test (Adjusted R Square – Test) Dengan menggunakan metode stepwise pada SPSS versi 13.0 dihasilkan (model summary) yang memperlihatkan urutan kombinasi variabel bebas penentu dalam memberikan konstribusi terhadap nilai adjusted R2 dalam model regresi linear untuk penerapan system safety dapat dilihat pada tabel 4.5
IV-
7
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
Tabel 4.5 Adjusted R2 Model Regresi Linear Model Summaryc Model 1 2
R R Square .415a .172 b .595 .354
Adjusted R Square .143 .306
Std. Error of the Estimate .16903 .15207
DurbinWatson 2.219
a. Predictors: (Constant), X2 b. Predictors: (Constant), X2, X17 c. Dependent Variable: Y
Dari hasil perhitungan, didapat angka korelasi antara persepsi operator dengan system safety sebesar 0.595 artinya hubungan kedua variabel cukup kuat, korelasi positif menunjukan bahwa hubungan antara persepsi operator dengan penerapan system safety searah, artinya jika persepsi operator semakin baik maka penerapan system safety akan semakin baik atau meningkat. Untuk menghitung besarnya pengaruh persepsi operator terhadap penerapan system safety kita menggunakan angka R square (angka korelasi yang dikuadratkan). Angka R square disebut juga Koefisien Determinan (KD). Besarnya angka Koefisien Determinan dalam perhitungan diatas ialah 35,4 % atau sama dengan 0,354 ( KD = r2 X 100 % ). Angka tersebut mempunyai arti bahwa sebesar 35,4% pengaruh variabel persepsi operator terhadap penerapan system safety. Sedangkan
IV-
8
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat sisanya, yaitu 64,6 harus dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya yang berasal dari luar model regresi ini. 4.4.2 Uji F (Analisys of Variance / ANOVA) Uji F (Analisys of Variance / ANOVA) ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh beberapa variabel independent penentu terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan metode stepwise pada SPSS versi 13.0 dihasilkan ANOVA yang memperlihatkan nilai F hitungan dan signifikansinya dapat dilihat pada table 4.6
Tabel 4.6 Nilai F hitung dan Signifikansinya
ANOVAc Model 1
2
Regression Residual Total Regression Residual Total
Sum of Squares .167 .800 .967 .342 .624 .967
df 1 28 29 2 27 29
Mean Square .167 .029
F 5.833
Sig. .023a
.171 .023
7.402
.003b
a. Predictors: (Constant), X2 b. Predictors: (Constant), X2, X17 c. Dependent Variable: Y
Pengujian F test biasa dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Dengan memperhatikan tingkat signifikansi a. Hipotesis :
IV-
9
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat Ho : tidak terdapat pengaruh item-item independen terhadap nilai dependen. Ha : terdapat pengaruh item-item independent terhadap nilai. dependen. b. Dasar pengambilan keputusan Jika signifikansi < α 0.05 ; maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika signifikansi > α 0.05 ; maka Ho diterima dan Ha ditolak. c. Kesimpulan Dari tabel 4.6 didapat harga signifikansi untuk model 2 sebesar 0,003, sesuai dengan ketentuan jika signifikansinya < α 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas penentu ( X2 dan X17 ) mempunyai pengaruh terhadap penerapan sistem safety. Sehingga model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi penerapan sistem safety dalam operasional alat berat.
2. Dengan membandingkan F hitung dengan F tabel : a. Hipotesis : Ho : tidak terdapat pengaruh item-item independen terhadap nilai dependen. Ha : terdapat pengaruh item-item independent terhadap nilai. dependen. d. Dasar pengambilan keputusan
I V - 10
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat Jika F hitung > F tabel α (k-1 ) (n – k ) maka Ho ditolak, Ha diterima. Jika F hitung < F tabel α (k-1 ) (n – k ) maka Ho diterima, Ha ditolak. Keterangan : α = Tingkat signifikansi, 0,05 n = Jumlah sampel k = Variabel bebas dalam model regresi c. Kesimpulan Dari tabel 4.6 didapat F hitung untuk model 2 sebesar 7,402, sedangkan harga F tabel sebesar 3,328 untuk α = 0,05, (k-1) = 1 dan (n-1) = 29. sesuai dengan ketentuan Jika F hitung > F tabel α (k-1 ) (n – k )
maka Ho ditolak, Ha diterima. Dapat disimpulkan
bahwa variabel bebas penentu ( X2 dan X17 ) mempunyai pengaruh terhadap penerapan sistem safety. Sehingga model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi penerapan sistem safety dalam operasional alat berat.
4.4.3 Uji T (t - test) Uji t dilakukan dengan tujuan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel independent terhadap nilai dependent. Dengan menggunakan metode stepwise pada SPSS versi 13.0 dihasilkan coefficient yang memperlihatkan nilai t hitungan dan nilai signifikansinya dapat dilihat pada tabel 4.7 :
I V - 11
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
Tabel 4.7 Nilai t hitung dan signifikansinya Coefficientsa
Model 1 2
(Constant) X2 (Constant) X2 X17
Unstandardized Coefficients B Std. Error 3.467 .209 .111 .046 2.477 .405 .125 .042 .193 .070
Standardized Coefficients Beta .415 .469 .430
t 16.563 2.415 6.109 3.006 2.756
Sig. .000 .023 .000 .006 .010
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1.000
1.000
.985 .985
1.016 1.016
a. Dependent Variable: Y
Seperti Uji F, Uji T tidak jauh berbeda, yaitu ; 1. Dengan memperhatikan tingkat signifikansi a. Hipotesis : Ho : Koefisien tidak regresi signifikan Ha : Koefisien regresi signifikan b. Dasar pengambilan keputusan Jika signifikansi < α 0.05 ; maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika signifikansi > α 0.05 ; maka Ho diterima dan Ha ditolak. c. Kesimpulan Dari tabel 4.7 didapat harga signifikansi untuk model 2 sebesar 0,006 dan 0,01, sesuai dengan ketentuan jika signifikansinya < α 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas penentu ( X2 dan X17 ) mempunyai pengaruh terhadap penerapan sistem safety. Sehingga model
I V - 12
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi penerapan sistem safety dalam operasional alat berat. 3. Dengan membandingkan t hitung dengan t tabel : a. Hipotesis : Ho : Koefisien tidak regresi signifikan Ha : Koefisien regresi signifikan b. Dasar pengambilan keputusan Jika t hitung > t tabel α (n – 1 ) maka Ho ditolak, Ha diterima. Jika t hitung < t tabel α (n – 1 ) maka Ho diterima, Ha ditolak. Keterangan : α = Tingkat signifikansi, 0,05 n = Jumlah sampel c. Kesimpulan Dari tabel 4.7 didapat t hitung untuk model 2 sebesar 3,006 dan 2,756, sedangkan harga t tabel sebesar 1,699 untuk α = 0,05, (k1) = 1 dan (n-1) = 29. sesuai dengan ketentuan Jika t hitung > t tabel
α (n – 1)
maka Ho ditolak, Ha diterima. Dapat disimpulkan
bahwa variabel bebas penentu ( X2 dan X17 ) mempunyai pengaruh terhadap penerapan sistem safety. Sehingga model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi penerapan sistem safety dalam operasional alat berat.
I V - 13
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat 4.4.4 Uji Autokorelasi (Durbin Watson test) . Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1. Jika ada korelasi maka dikatakan ada masalah autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Nilai Durbin - watson Model Summaryc Model 1 2
R R Square .415a .172 .595b .354
Adjusted R Square .143 .306
Std. Error of the Estimate .16903 .15207
DurbinWatson 2.219
a. Predictors: (Constant), X2 b. Predictors: (Constant), X2, X17 c. Dependent Variable: Y
Untuk menguji ada atau tidak ada autokorelasi pada model regresi yang terbentuk, nilai Durbin – Watson yang didapat dari hasil model regresi harus dibandingkan dengan nilai Durbin – Watson tabel.
I V - 14
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat Kriteria pengujian Durbin – watson :
Hipotesis nol Tdk ada autokorelasi positif
Keputusan Tolak
Jika 0 < DW < dl
DTdk ada autokorelasi positif
No decision
dl ≤ DW ≤ du
eTdk ada korelasi negative
Tolak
4 – dl ≤ DW ≤ 4
nTdk ada korelasi negative
No decision
4 – du ≤ DW ≤ 4 – dl
gTdk ada autokorelasi, Positif atau negatif D
Tdk ditolak
du < Dw < 4 – du
Dengan menggunakan signifikansi 5% dan besarnya sampel 30 serta variabel indenpenden satu buah (k=2), diperoleh dl = 1,27 dan du = 1,56 jadi 4 – du = 4 – 1,56 = 2,44. Dan nilai DW hitung pada model summary menunjukkan angka 2,219 . maka nilai Durbin – Watson hitung berada pada nilai selang antara du < Dw < 4 – du atau 1,56 < 2,219 <2,44. sesuai dengan kriteria pengujian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dari model regresi yang terbentuk. Sehingga model regresi yang terbentuk layak digunakan untuk memprediksi tingkat penerapan system safety dalam operasional alat berat. 4.4.5 Uji Normalitas . Tujuan pengujian normalitas adalah untuk menguji apakah sebuag model regresi, variabel independent, variabel dependent atau keduanya mempunyai distribusi normal/persyaratan normalitas ataukah tidak. Dengan menggunakan metoda SPSS versi 13.0 dihasilkan Normal Probability Plot yang memperlihatkan apakah model tersebut mengalami
I V - 15
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat distribusi normal/persyaratan normalitas atau tidak, seperti terlihat pada gambar 4.1
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Y 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.1 Normal Probability Plot
Dari grafik diatas terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi penerapan system safety.
I V - 16
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
I V - 17
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Data diambil dengan cara menyebarkan kuesioner ke operator alat berat, dasar dalam penentuan kuesioner adalah dari Standar Sistem Safety Bagi Operasional alat Berat “Versi Kobelco Excavator”
2.
Persepsi operator berpengaruh terhadap penerapan system safety dalam operasional alat berat pada pelaksanaan proyek konstruksi, hal ini telah diuji yang diwakili oleh X2 (Membaca dan memahami manual operator sebelum mesin/alat dioperasikan) dan X17 (Menjaga jarak antara mesin dengan bagunan-terowongan, jembatan, kerangka bangunan- untuk mencegah kerusakan dan cedera manusia).
3.
Hubungan antara persepsi operator dengan model linear dalam meningkatkan penerapan system safety mempunyai nilai adjusted R2 sebesar 0,595 angka ini tergolong kecil karena disebabkan oleh responden sedikit yaitu 30 responden, jika responden diperbanyak ada kemungkinan nilai adjusted R2 bisa meningkat. Nilai adjusted R2 sebesar 0,595 dikatakan bahwa jika pemahaman baik pada variabel X2 (Membaca dan memahami manual operator sebelum mesin/alat dioperasikan) dan pelaksanaan pada variabel X17 (Menjaga jarak antara mesin dengan bagunan-terowongan, jembatan,
V-1
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat kerangka bangunan- untuk mencegah kerusakan dan cedera manusia) akan meningkatkan penerapan system safety sebesar 35,4%. 4.
Model regresi yang didapat antara persepsi operator terhadap penerapan system safety adalah sebagai berikut : Y (Penerapan sistem safety) = 2,477 + 0,125 X2 + 0,146 X17 Konstanta sebesar 2,477 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel X2 dan X17, tingkat penerapan sistem safety adalah 2,477.Berdasarkan skala dari penerapan sistem safety yaitu : skala 1 sangat buruk, skala 2 buruk, skala 3 sedang, skala 4 baik dan skala 5 sangat baik. Berarti dengan nilai 2,477 tingakat penerapan safetynya buruk. Begitu juga jika untuk variable X2 dan X17 mengalami perubahan, akan mempengaruhi penerapan sistem safety. koefisien regresi sebesar 0,125 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan X2 akan menambahkan tingkat penerapan sistem safety sebesar 0,125. koefisien regresi sebesar 0,146 menyatakan setiap penambahan 1 satuan X17 juga akan menambahkan tingkat penerapan sistem safety sebesar 0,146. jika variable X2 dan X17 telah mencapai skala 5 “Sangat Baik” Namun variable penerapan sistem safety sampai pada skala 4 “Baik”, sisanya disebabkan oleh factor lain.
5.2 Saran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Persepsi operator terhadap penerapan system safety sangat dipengaruhi oleh bagaimana sioperator dalam Membaca dan memahami manual operator, dari hal
V-2
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat ini perlu adanya training atau pelatihan bagi operator agar dapat mengerti secara keseluruhan dari isi manual operator terutama yang berkaitan masalah keselamatan atau safety. Selain pengaruh diatas juga dipengaruhi oleh kondisi saat bekerja harus selalu hati – hati terutama bekerja diantara bangunan lainya seperti terowongan, jembatan gedung dan lain –lain. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui persepsi lainnya dari operator yang sangat mempengaruhi penerapan system safety dalam operasional alat berat pada pelaksanaan proyek konstruksi. 3. Untuk kedepannya seorang operator alat berat harus mempunyai sertifikat untuk mengoperasikan alat berat.
.
V-3
DAFTAR PUSTAKA
1. Danggur Konradus, SH, MH, ‘ Kesehatan Keselamatan Kerja Membangun SDM Pekerja Yang Sehat, Produktif dan Kompetitif ’, 2006. 2. Jonathan Sarwono, ‘Analisa Data Penelitian Mengunakan SPSS ‘ 2006. 3. Kobelco, ‘Manual Pengoperasian dan Perawatan‘ PT.Daya Kobelco Contuctions Machinery Indonesia, 2005. 4. Oktarina, ‘SPSS 13.0 untuk orang awam’ 2006. 5. Santosa, Purbayu Budi, ‘Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS’ 2005. 6. Warsowiwoho, ‘Pedoman Keselamatan Untuk Operator Motor Grader’, 1999. 7. Warsowiwoho, ‘Pedoman Keselamatan Untuk Operator Road Roller’, 1999. 8. Arikunto, Suharsimi, ‘Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik’ Edisi Revisi V, 2002
KUISIONER
Data Nama Perusahaan
: ______________________________________________
Alamat
: ______________________________________________ ______________________________________________
No. Telp / Fax
: _____________________Fax : _____________________
Nama Responden
: ______________________________________________
Jabatan
: ______________________________________________
Alamat
: ______________________________________________
1
A.SAFETY SEBELUM START
1
Saya telah memakai alat pelindung diri, ketika akan mau memulai pekerjaan. 1. tidak memakai 2. ya, Kadang-kadang 3. ya, memakai 4. ya, sering memakai 5. ya, selalu memakai
2
Sebelum mesin dioperasikan, saya sudah membaca dan memahami manual operator agar mesin digunakan dengan efektif dan aman. 1. tidak membaca dan memahaminya 2. ya, kurang membaca dan memahaminya 3. ya, cukup membaca dan memahaminya 4. ya, membaca dan memahami namun belum sempurna 5. ya, melaksanakan dengan baik dan sempurna
3
Saya sudah tau bagaimana menggunakan racun api dan letak kotak P3K, agar mudah diambil dalam keadaan darurat. 1. sama sekali tidak tahu 2. kurang tahu 3. tahu 4. cukup tahu 5. sangat tahu Sebelum mesin dioperasikan, saya sering memperhatikan ciri-ciri tanah dan lapangan
4
guna mencegah mesin terjatuh atau ambruk. 1. tidak memperhatikan 2. ya, kurang memperhatikan 3. ya, cukup memperhatikan 4. ya, memperhatikan 5. ya, selalu memperhatikan dengan baik dan benar.
2
5
Sebelum mesin di start, saya melakukan Inspeksi / memeriksa mesin terlebih dahulu. 1. tidak memeriksa 2. ya, kurang memeriksa 3. ya, cukup memeriksa 4. ya, memeriksa tapi tidak sempurna 5. ya, memeriksa dengan baik dan benar
6
sebelum mulai bekerja, saya memasang tanda-tanda pada bahu jalan dan tanah yang lunak. 1. tidak memasang sama sekali 2. ya, kurang memasangnya 3. ya, cukup memasangnya 4. ya, memasang pada tempat yang saya anggap penting 5. ya, selalu harus saya pasang.
7
Bahan bakar dan minyak saya jauhkan dari api 1. tidak saya jauhkan 2. ya, saya jauhkan sedikit 3. ya, cukup dijauhkan saja 4. ya, dijauhkan 5. ya, harus saya jauhkan sejauh-jauhnya
8
Saya membersihkan mesin dan memperbaiki atau menganti komponen-komponen yang bocor untuk mencegah kebekaran. 1. tidak pernah 2. pernah 3. kadang – kadang 4. sering 5. sering sekali
3
SAFETY KETIKA BEKERJA
9
Saya membunyikan klakson untuk memperingatkan orang-orang disekitar bahwa engine akan di start dan memastikan tidak ada orang didekat mesin. 1. tidak pernah membunyikan 2. pernah membunyikan 3. kadang-kadang 4. sering 5. sering kali membunyikan
10
Saya melarang orang lain menumpang diatas mesin. 1. tidak pernah 2. pernah melarang menumpang 3. kadang-kadang melarang menumpang 4. melarang menumpang 5. sering kali melarang menumpang
11
Saya tidak membelokkan mesin secara mendadak dilapangan yang tidak rata. 1. tidak pernah 2. pernah tidak membelokan 3. kadang-kadang tidak membelokan 4. selalu tidak membelokan 5. sangat sering sekali tidak membelokan Saya memastikan letak rintangan – rintangan didaerah kerja sehingga alat/mesin tidak
12
sampai menyentuh rintangan – rintangan itu. 1. tidak pernah saya perhatikan 2. pernah saya perhatikan 3. kadang – kadang saya perhatikan 4. saya perhatikan 5. selalu saya perhatikan.
4
13
Mengoperasikan mesin ditanjakkan atau turunan bisa menyebabkan mesin tidak stabil atau tidak seimbang. Jangan sekali-kali melakukan swing atau memutar mesin dilereng atau tanjakkan. Buat unggukkan tanah yang rata dan kokoh untuk landasan mesin. 1. tidak peranah saya lakukan sama sekali. 2. pernah saya lakukan 3. kadang –kadang saya lakukan 4. saya lakukan 5. selalu saya lakukan
14
Jika akan bekerja dekat saluran – saluran gas, air, telepon, listrik, saya jaga jarak yang cukup amandari saluran tersebut selama bekerja. 1. saya sama sekali tidak jaga jarak 2. pernah saya jaga jarak 3. kadang – kadang saya jaga jarak 4. saya jaga jarak 5. harus selalu jaga jarak
15
Dalam mengangkat benda atau beban saya gunakan alat pengangkat yang kapasitasnya sesuai untuk mengangkat beban tersebut. 1. saya sama sekali tidak menggunakannya 2. pernah saya gunakan 3. kadang –kadang gunakan 4. saya gunakan 5. selalu saya gunakan Bila mesin digunakan dibahu jalan atau daerah timbunan tanah, mesin jadi tidak stabil
16
sehingga rawan kecelakaan. Saya pastikan kondisi lapangan stabil dan mampu menahan bobot mesin selama bekerja. 1. sama sekali tidak saya pastikan kondisi lapangan 2. pernah saya pastikan kondisi lapangan 3. kadang – kadang saya pastikan kondisi lapangan 4. saya pastikan kondisi lapangan sehingga mampu menahan bobot mesin 5. selalu harus saya pastikan kondisi lapangan di areal kerja
5
17
Dilapangan dimana tinggi dan putaran alat terbatas seperti didalam terowongan, jembatan, didalam kerangka bangunan. Saya exstra hati-hati menjaga jarak antara mesin, bangunan untuk mencegah cedera manusia. 1. tidak hati – hati 2. pernah hati – hati 3. kadang – kadang hati – hati 4. cukup hati hati 5. selalu hati – hati
18
Pendapat saya jika dalam mengoperasikan alat berat da petugas pemberi aba-aba untuk membimbing operator. 1. sangat tidak setuju 2. tidak setuju 3. ragu – ragu 4. setuju 5. setuju sekali mengencangkan sabuk pengaman merupakan keharusan mutlak, karena mungkin akan
19 terbanting didalam kabin, terlempar keluar kabin atau tergencet dibawah mesin bila mesin terjungkir akibatnya luka parah atau kematian. 1 sangat tidak setuju 2 tidak setuju 3
ragu – ragu
4 setuju 5 setuju sekali
20
Jika mesin diparkir di jalan raya tempatkan dibahu jalan agar lalu lintas tidak terhambat. Dipasang tanda peringatan yang memantulkan cahaya dan tanda – tanda lain dalam jarak tertentu dari mesin untuk memperingatkan kendaraan bermotor. 1. tidak pernah saya lakukan 2. pernah saya lakukan 3. kadang –kadang saya lakukan 4. saya lakukan 5. harus selalu saya lakukan
6
SAFETY KETIKA INSPEKSI DAN PEMELIHARAAN
Sebelum melakukan inspeksi dan pemeliharaan mesin, saya tulis dan pasang label
21
„Jangan di Operasikan“, pada alat – alat kontrol agar orang lain tidak menstart mesin. 1. tidak pernah saya pasang label 2. pernah saya pasang label 3. kadang – kadang saja saya pasang label 4. saya pasang label 5. saya selalu pasang label
22
Saya gunakan pekakas dan alat-alat yang cocok untuk pekerjaan yang sedang saya lakukan dan saya pelajari cara menggunakannya sebelum memulai pemeriksaan dan perawatan mesin. 1. tidak saya gunakan dan tidak saya pelajari 2. ya, pernah saya gunakan dan pernah saya pelajari 3. kadang-kadang saya gunakan dan kadang-kadang saya pelajari 4. ya, saya gunakan dan saya pelajari 5. ya, harus saya gunakan dan harus saya pelajari.
23
Pakai pakaian yang pas, helm, sepatu safety dan sarung tangan, ikat yang ringkas rambut yang panjang serta lepaskan semua perhiasan sebelum melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan atau perbaikan mesin. 1. sama sekali tidak saya patuhi 2. pernah saya patuhi 3. kadang – kadang saya patuhi 4. saya patuhi 5. selalu saya patuhi. Sebelum melakukan pemeriksaan dan perbaikan mesin saya tidak lupa mematikan mesin.
24
1. tidak pernah saya mematikan mesin 2. pernah saya mematikan mesin 3. kadang-kadang saya mematikan mesin 4. saya mematikan mesin 5. saya selalu mematikan mesin.
7
25
Sebelum melakukan pemeriksaan dan perbaikan mesin, berikan waktu yang cukup sampai sistem-sistem / mesin menjadi dingin. 1. saya tidak pernah mendinginkan mesin 2. pernah saya dinginkan mesin 3. kadang – kadang saya dinginkan mesin 4. saya mendinginkan mesin 5. saya selalu mendinginkan mesin. Jika melakukan inspeksi atau perbaikan dikolong mesin yang diangkat, saya berikan
26
penopang yang cukup kuat. 1. tidak pernah saya lakukan 2. pernah saya lakukan 3. kadang - kadang saya lakukan 4. saya lakukan 5. harus selalu saya lakukan. Saya menggunakan kacamata pelindung / pelindung muka, sarung tangan, helm, sepatu
27 safety dan pakaian kerja yang memenuhi syarat, selama pekerjaan inspeksi dan pemeliharaan. 1. sama sekali tidak saya gunakan 2. sebagian saja saya gunakan 3. kadang-kadang saya gunakan 4. selalu saya gunakan tapi sebagian 5. semua selalu saya gunakan. Sebelum melakukan inspeksi atau perawatan sistem kelistrikan atau melakukan
28
pengelasan, saya lepaskan kabel negatif (-) batery dari terminal – terminal. 1. sama sekali tidak saya lepaskan 2. sebagian saya lepaskan 3. kadang-kadang saya lepaskan 4. saya lepaskan 5. selalu saya lepaskan
8
29
Semua label – label dan decal - decal yang ditempelkan pada mesin. 1. saya tidak tau apa maksudnya. 2. sebagian saya tau maksudnya 3. kadang – kadang saya paham dan mengerti 4. saya tau maksudnya 5. semua saya tau maksudnya
PEMAKAIAN MESIN YANG DILARANG
Alat – alat berat dirancang dan dibuat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saya
30
tidak gunakan untuk pekerjaan lain selain dari fungsinya. 1. saya gunakan untuk pekerjaan lain 2. kadang – kadang saya gunakan 3. tidak saya gunakan 4. sering tidak saya gunakan 5. sama sekali tidak saya gunakan Saya tidak menggunakan alat – alat berat melampaui kapasitas atau bebannya.
31 1. selalu saya gunakan melampaui bebannya 2. sering saya gunakan melampaui bebannya 3. kadang – kadang saya gunakan melampaui batasnya 4. tidak saya gunakan melampaui batasnya 5. sama sekali tidak saya gunakan melampaui batasnya
9
PENURUNAN TINGKAT KECELAKAAN
32 Saya mengikuti Pelatihan dan pendidikan Safety atau K3. 1. Selalu saya ikuti. 2. sering saya ikuti. 3. kadang – kadang saya ikuti. 4. tidak saya ikuti. 5. sama sekali tidak pernah saya ikuti.
33 Saya memperhatikan tanda – tanda safety ketika bekerja. 1. selalu saya perhatikan dan patuhi. 2. sering saya perhatikan dan patuhi 3. kadang – kadang saya patuhi dan perhatikan. 4. tidak saya patuhi dan ikuti. 5. saya abaikan.
34 Apakah pernah mengalami kecelakaan kerja, baik kecelakaan ringan maupun kecelakaan berat. 1. Selalu mendapat kecelakaan. 2. sering mendapat kecelakaan. 3. kadang – kadang ada kecelakaan terjadi. 4. tidak ada kecelakaan. 5. sama sekali tidak pernah mendapat kecelakaan.
PENERAPAN SISTEM SAFETY
35 Apakah saya sudah menerapkan sistem safety/keselamatan kerja dalam operasional alat berat/excavator ? 1. Belum diterapkan sama sekali. 2. baru menerapkannya 25 %. 3. baru menerapkannya 50 %. 4. baru menerapkannya 75 % 5. sudah menerapkannya secara keseluruhan dan sempurna.
10
11
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat 1. Bekerja tinggi dari permukaan tanah.
-
Lokasi : tangki bahan bakar dan counterweight. Bahaya terjatuh kebawah bila bekerja di tempat yang tinggi diatas permukaan tanah. -
jangan mendekat ketepi tebing.
-
Gunakan alat yang tepat seperti tangga bila bekerja tinggi diatas tanah.
-
Hindari tumpahan minyak / oil.
-
Jangan tinggalkan alat-alat disekitar tempat kerja.
-
Hati-hati jangan sampai tergelincir ketika berjalan.
-
Jangan melompat ke atau dari mesin.
2. Bekerja tinggi dari permukaan tanah. Lokasi dikaki mesin dan cover. Bahaya terjatuh kebawah bila bekerja di tempat yang tinggi diatas permukaan tanah. -
jangan mendekat ke tepi tebing.
-
Gunakan alat yang tepat seperti tangga bila bekerja diatas tanah.
-
Hindari tumpahan minyak atau grease.
-
Jangan tinggalkan alat-alat disekitar tempat kerja.
-
Hati-hati jangan sampai tergelincir ketika berjalan.
-
Jangan melompat ke atau dari mesin.
II - 16
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat 3. Minyak panas bertekanan tinggi Lokasi di tangki hidrolik. Minyak panas bertekanan tinggi bisa mengakibatkan luka bakar. 4. Swing Lokasi pada setiap sisi dibelakang counterweight. Jangan memasuki daerah swing (ayunan alat kerja). Ketika mesin sedang mengayun hati-hati agar anda tidak terjepit diantara struktur bagian atas mesin. 5. Menangani Baterei Mencegah baterei meledak : Jauhkan bunga api, api yang menyala dan rokok dari baterei, jauhkan barangbarang yang terbuat dari logam dari baterei, semua tutp ventilasi dikencangkan erat-erat, jangan mengecek muatan baterei dengan meletakan benda logam diantara terminal, selalu ada bahaya luka bakar atau buta karena percikan asam belerang encer cuci segera dengan air bersih dan segera berobat ke dokter. 6. Cairan Pendingin panas. Lokasi di puncak engine fan shroud. Uap cairan pendingin yang panas bisa mengakibatkan cedera atau kebutaan. Jangan kendorkan atau buka radiator cap ketika cairan pendingin masih panas dan sebelum
II - 17
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat Membuka radiator cap dinginkan engine sampai benar-benar dingin, tutup radiator dengan kain, kendorkan cap lambat-lambat untuk membuang tekanan. 7. Engine Stop. Lokasi diatas engine fan shroud. Jangan coba melakukan PEMELIHARAAN selagi engine hidup. Matikan selalu engine dan biarkan mesin menjadi dingin untuk menghindari cedera. Bila diabaikan, ada kemungkinan bahaya tangan terjepit diantara cooling fan atau fan belt sehingga cedera. 8. Menyetel tegangan track Lokasi di Crawler Frame. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati oleh dua orang. Jangan dioperasikan
boom,arm
atau
bucket
selagi
melepaskan atau memasang crawler belt. Sebelum melepaskan crawler belt,pastikan lebih dulu tekanan didalam silinder penegangan track telah dibuang seluruhnya. Barulah sprocket diputar. Jika prosedur membuang tekanan didalam selinder penegangan track tidak dipenuhi, grease mungkin menembus kulit dan mengakibatkan cedera parah.
II - 18
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat 9. Parts Panas Lokasi engine oil filter bracket. Engine mungkin panas, mengakibatkan luka baker. Jangan sentuh engine sebelum menjadi dingin. 10. Menangani Baterei. Lokasi frame sisi kiri baterei. Perkakas dan bendabenda dari logam bisa menimbulkan ledakan karena dicetuskan oleh hubungan pendek diantara terminalterminal baterei. Jangan letakkan perkakas atau benda-benda logam diatas baterei. 11. Booster Cable Lokasi Baterei relay cover. Bencana sengatan listrik bisa menyebabkan cedera bila salah dalam menangani kabel. 12. Mengangkat Mesin. Lokasi frame sebelah kiri. Angkat mesin dalam posisi seperti gambar sebelah kanan ini. 13. Kontak Bucket dengan Cabin Lokasi didalam kabin sebelah kanan. Bucket bisa membentur dan merusak kabin bila mesin dilengkapi dengan
beberapa
attachment.
Pastikan
bucket
dioperasikan didepan kabin
II - 19
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat 14. Tangan jangan sampai terjepit. Lokasi pada penyangga kursi operator. Jangan masukkan tangan diantara bagian-bagian mesin yang sedang bergerak. Tangan mungkin akan terjepit diantara bagian-bagian mesin yang sedang bergerak dan menyebabkan cedera parah. 15. Tangan jangan sampai terjepit. Lokasi
didalam
kabin
sebelah
kanan.
Jangan
masukkan tangan diantara bagian-bagian mesin yang sedang bergerak. Tangan mungkin akan terjepit diantara bagian-bagian mesin yang sedang bergerak dan menyebabkan cedera parah. 16. Kunci jendela depan pada posisi mesin disimpan didalam bagunan. Lokasi didalam kabin disebelah kanan. Kunci jendela depan dalam posisi didalam gedung. Selalu ada kemungkinan
jendela
depan
terluncur
jatuh
mengakibatkan cedera parah. 17. Switch untuk membebaskan swing brake. Lokasi Rear kover. Bila parker brake tidak bisa dibebaskan ketika melakukan swing, tempatkan toggle switch ke posisi “RELEASE”, maka parking brake akan bebas.
II - 20
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat 18. Power boost switch Lokasi didalam kabin disebelah kanan. Membebaskan power boost switch ketika mengangkat beban bisa menyebabkan
beban
mendadak
turun,
yang
mengakibatkan cedera parah atau maut. Jangan gunakan power boost swicth untuk mengangkat beban. 19. Kabel
tenaga
listrik,
baca
manual
operator,
meninggalkan mesin. Lokasi didalam kabin sebelah kanan. Kontak dengan kabel tenaga listrik bisa berakibat cedera parah atau maut. Jaga jarak yang selamat antara mesin dan attachment dengan kabel tenaga listrik sesuai dengan instruksi-instruksi berikut ini : baca manual operator hingga paham dengan sempurna. Jangan lalai membaca
manual
operator
sebelum
mengoperasikannya. Memelihara , mendisassembly dan mentransportasi mesin. Menanggani safety lock lever. Selalu ada kemungkinan terjepit, terlindas dan kecelakaan yang berakibat cedera karena mesin bergerak diluar dugaan. Jangan lupa menurunkan attachment ke tanah, mengunci control lever dan mencabut anak kunci bila meninggalkan mesin.
II - 21
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat 20. Daerah kerja bebas hambatan. Lokasi Arm. Pastikan bahwa daerah kerja bebas hambatan
dan
orang-orang,
sebelum
mulai
mengoperasikan mesin. Pandanglah selalu sekeliling anda sebelum mulai melakukan swing. Pastikan setiap orang sudah menyingkir dari lapangan. Bunyikan klakson sebelum mulai melakukan swing. 21. Posisi mengoperasikan nibbler dan braker. Lokasi didalam kabin disebelah kanan. Jangan menetapkan tombol ini ke nibbler operasi arus dikombinasikan memposisikan ketika menggunakan breaker. 22. Work mode select switch. Lokasi didalam kabin sebelah kanan. Memilih mode kerja yang salah ketika menggunakan attachment nibbler atau breaker hidrolik bisa berakibat kerusakan parah pada sistem hidrolik. 23. Engine auto idling stop. Lokasi didalam kabin disebelah kanan. Sistem auto idle stop (AIS) akan menghentikan engine dan semua tenaga pengerak dan bisa menimbulkan kecelakaan kalau mesin digunakan untuk pekerjaan mengangkat.
II - 22
Persepsi Operator Terhadap Penerapan Sistem Safety Dalam Operasional Alat Berat
II - 23
Correlation Matrix Correlation X2 X6 X10 X15 X16 X17 X20
X2 1.000 .488 .387 .180 .331 -.124 .352
X6 .488 1.000 .642 .510 .358 .266 .633
X10 .387 .642 1.000 .526 .601 .260 .584
X15 .180 .510 .526 1.000 .578 .459 .582
X16 .331 .358 .601 .578 1.000 .285 .464
X17 -.124 .266 .260 .459 .285 1.000 .414
X20 .352 .633 .584 .582 .464 .414 1.000
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.785 78.929 21 .000
Anti-image Matrices Anti-image CovarianceX2 X6 X10 X15 X16 X17 X20 Anti-image Correlation X2 X6 X10 X15 X16 X17 X20
X2 .620 -.181 -.002 .075 -.135 .213 -.073 .664a -.363 -.004 .139 -.244 .330 -.138
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
X6 -.181 .402 -.163 -.094 .114 -.044 -.120 -.363 .755a -.397 -.218 .256 -.084 -.281
X10 -.002 -.163 .418 -.013 -.187 .020 -.066 -.004 -.397 .820a -.030 -.412 .037 -.152
X15 .075 -.094 -.013 .467 -.180 -.121 -.097 .139 -.218 -.030 .830a -.374 -.217 -.210
X16 -.135 .114 -.187 -.180 .493 -.050 -.023 -.244 .256 -.412 -.374 .734a -.086 -.049
X17 .213 -.044 .020 -.121 -.050 .671 -.134 .330 -.084 .037 -.217 -.086 .728a -.243
X20 -.073 -.120 -.066 -.097 -.023 -.134 .453 -.138 -.281 -.152 -.210 -.049 -.243 .875a
Communalities Initial 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
X2 X6 X10 X15 X16 X17 X20
Extraction .790 .681 .697 .703 .536 .766 .679
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings Component Total % of VarianceCumulative % Total % of VarianceCumulative % Total % of VarianceCumulative % 1 3.624 51.766 51.766 3.624 51.766 51.766 2.858 40.826 40.826 2 1.228 17.543 69.309 1.228 17.543 69.309 1.994 28.483 69.309 3 .694 9.917 79.226 4 .464 6.629 85.855 5 .411 5.878 91.733 6 .351 5.019 96.752 7 .227 3.248 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.
a Component Matrix
X2 X6 X10 X15 X16 X17 X20
Component 1 2 .503 -.733 .795 -.222 .824 -.132 .783 .299 .732 .027 .484 .729 .822 .056
Extraction Method: Principal Component Analy a. 2 components extracted.
Rotated Component Matrixa
X2 X6 X10 X15 X16 X17 X20
Component 1 2 .829 -.320 .781 .267 .754 .357 .476 .690 .588 .436 -.012 .875 .647 .511
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 3 iterations.
Regression
Descriptive Statistics Mean 3.9667 4.5000 4.8000
Y X2 X17
Std. Deviation .18257 .68229 .40684
N 30 30 30
Correlations Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Y 1.000 .415 .371 . .011 .022 30 30 30
Y X2 X17 Y X2 X17 Y X2 X17
X2 .415 1.000 -.124 .011 . .257 30 30 30
X17 .371 -.124 1.000 .022 .257 . 30 30 30
Variables Entered/Removedb Model 1 2
Variables Entered X2a X17a
Variables Removed . .
Method Enter Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y
Model Summaryc Model 1 2
R R Square .415a .172 .595b .354
Adjusted R Square .143 .306
a. Predictors: (Constant), X2 b. Predictors: (Constant), X2, X17 c. Dependent Variable: Y
Std. Error of the Estimate .16903 .15207
DurbinWatson 2.219
ANOVAc Model 1
2
Regression Residual Total Regression Residual Total
Sum of Squares .167 .800 .967 .342 .624 .967
df 1 28 29 2 27 29
Mean Square .167 .029
F 5.833
Sig. .023a
.171 .023
7.402
.003b
a. Predictors: (Constant), X2 b. Predictors: (Constant), X2, X17 c. Dependent Variable: Y
a Coefficients
Model 1 (Constant) X2 2 (Constant) X2 X17
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 3.467 .209 .111 .046 .415 2.477 .405 .125 .042 .469 .193 .070 .430
a. Dependent Variable: Y
t 16.563 2.415 6.109 3.006 2.756
Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .000 .023 1.000 1.000 .000 .006 .985 1.016 .010 .985 1.016
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Y 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Scatterplot
Dependent Variable: Y
Regression Studentized Residual
2
0
-2
-4
-6 -4
-3
-2
-1
0
Regression Standardized Predicted Value
1