PERSEPSI MASYARAKAT DESA JIWAN ………| 165
PERSEPSI MASYARAKAT DESA JIWAN TERHADAP KALENDER JAWA DALAM MEMBANGUN RUMAH
Berti Fitri Permatasari & Novi Triana Habsari* Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat Desa Jiwan terhadap adanya Primbon dan Kalender Jawa dalam membangun rumah. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian interaksi simbolik yaitu terdapat makna-makna sosial yang akan diwariskan dan dilestarikan oleh masyarakat selanjutnya. Sumber data yang digunakan adalah sumber dara primer yaitu masyarakat yang dianggap paling memahami pengetahuan tentang tradisi Jawa atau sesepuh dan masyarakat Desa Jiwan pada umumnya. Sedangkan sumber sekunder adalah dokumen berupa profil desa. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Teknik analisis data menggunakan komponen model interaktif melalui proses pemilihan data, penyajian data kemudian baru disimpulkan. Pandangan masyarakat Jiwan terhadap kelender Jawa dalam membangun rumah masih dianggap penting. Terbukti bahwa ketika akan membangun atau pindah rumah masyarakat menentukan hari baik berdasarkan weton dari kalender Jawa dengan menghindari hari naas yaitu hari meninggalnya orang tua atau nenek. Mereka mempercayai hal tersebut dengan alasan mengikuti nasihat orang tua yang telah berpengalaman dan merupakan suatu adat sebagai masyarakat yang tinggal di tanah Jawa. Terdapat balutan kain berwarna merah putih sebagai ciri khas Bangsa Indonesia. Masyarakat melakukan slametan ketika membuat pondasi dan setelah rumah berdiri dengan menyiapkan sesaji berupa ayam panggang beserta perlengkapannya yang kemudian mengundang tetangga terdekat untuk melakukan doa bersama. Kata Kunci : Masyarakat Desa Jiwan, Kalender Jawa, Membangun Rumah Pendahuluan
untuk merawat dan melestarikannya.
Setiap manusia pada dasarnya mempunyai banyak kebutuhan, dalam pemenuhan
kebutuhan
tersebut
manusia memiliki cara tersendiri untuk mendapatkannya. Sejak jaman nenek moyang
seperti
berburu,
mengumpulkan makanan, bertanam dan lain sebagainya. Lambat laun pola tersebut
mulai
berubah
mengikuti
perkembangan jaman yang berlaku di masyarakat.
Pada
intinya
manusia
bergantung pada alam begitu pula sebaliknya alam membutuhkan kita
Dengan adanya kebiasaan itu maka terbentuklah suatu kebudayaan yang nantinya
akan
generasi
penerusnya.
diteruskan
diwariskan
dari
kebudayaan bereksistensi
“Kebudayaan
waktu
yang pada
kepada
ke
waktu,
telah
lalu
masa
kini
dan
kebudayaan masa kini disampaikan ke masa yang akan datang” (Abraham dan Yudi, 2008:40). Indonesia masyarakat
yang
multikultural,
memiliki hal
ini
membuktikan bahwa wilayah Indonesia
* Berti Fitri Permatasari adalah Alumni Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN * Novi Triana Habsari adalah Dosen Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN
166 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
memiliki kebudayaan yang berbeda
diwariskan akan terus dipertahankan.
dengan ciri khas masing-masing. Salah
Beberapa ciri masyarakat desa yang
satu diantaranya adalah di daerah pulau
pertama, “mereka memiliki sifat yang
Jawa. Masyarakat Jawa terkenal dengan
homogen dalam hal mata pencaharian,
adat Kejawennya.
nilai-nilai
kebudayaan,
sikap
dan
“Masyarakat Jawa adalah salah
tingkah laku, kedua kehidupan di desa
satu masyarakat yang sangat setia dan
lebih menekankan anggota keluarga
menjunjung
etika,
sebagai unit ekonomi, ketiga hubungan
estetika, adat istiadat dan budaya yang
sesama anggota masyarakat lebih intim
diwariskan
dan awet daripada di kota”.
tinggi
norma,
secara
turun
temurun”
(Muhammad Zaairul, 2011: 15). Adat atau
kebudayaan
dari
memiliki kepribadian seperti memiliki
keraton
sifat menentang terhadap orang luar,
karena merupakan tempat keramat dan
artinya jika mereka sampai menyakiti
bersemayamnya
yang
perasaan dengan mencela adat mereka
dipercaya sebagai tangan kanan atau
hal yang dapat terjadi adalah tidak
perwujudan
dan
mudah untuk merubah pendiriannya,
memiliki kekuatan-kekuatan magis yang
masyarakat desa sangat toleran dengan
mengalir ke daerah dan membawa
nilai-nilai yang dimilikinya dan memiliki
ketentaman, keadilan dan kesuburan
sikap pasrah pada yang Maha Kuasa
(2011, 6-7).
(Jefta Leibo, 1990: 3-4).
lingkungan
dimulai
Selain itu masyarakat desa juga
kerajaan
atau
seorang
Tuhan
di
raja dunia
Hal inilah kemudian dipercayai
Masyarakat apabila
yang tinggal di seputar wilayah kerajaan
diciptakan
untuk mengikuti tradisi yang telah ada
dilakukan maka dalam kehidupannya
di Kerajaan. Sehingga tradisi yang
akan mendapatkan berkah dan kebaikan
berawal
dari sang pencipta.
Kerajaan
dapat
tradisi
meyakini
oleh sebagian besar masyarakat Jawa
dari
suatu
desa
oleh
yang
telah
leluhurnya
terus
berkembang luas. Daerah yang mudah
Menurut Suprihadi dan Soehartono,
menerima tradisi dan pengaruh dari
1984: 6 mengatakan bahwa :
sebuah adat adalah masyarakat desa.
Salah satu ciri masyarakat desa
Masyarakat desa identik dengan rasa
adalah keeratan dan kepatuhan
kekeluargaan yang tinggi, mempunyai
mereka terhadap adapt istiadat
rasa saling memiliki dan tidak mudah
masyarakatnya. Mereka
untuk menerima perubahan-perubahan
masyarakat yang terikat erat oleh
baru
kebiasaan-kebiasaan
membuat
tradisi
yang
telah
adalah dan
PERSEPSI MASYARAKAT DESA JIWAN ………| 167
tradisinya.
Oleh
siapapun
dan
sebab
itu,
bagaimanapun
sebagai
dasar
dibuktikan
pemaknaan
melalui
khusus,
ungkapan
rasa
keadaan mereka biasanya akan
syukur kepada sang Pencipta alam
menjunjung tinggi adat istiadat
semesta. Nilai ini yang menjadi dasar
mereka.
Keterikatan
mereka
sebagian
terhadap
tradisi
adapt
menjaga,
cukup
mempertahankan budaya yang telah
menyebabkan
dan
mereka
masyarakat
untuk
tetap
melestarikan
tangguh untuk tetap memegang
diwariskan
teguh apa kata nenek moyang dan
sebelumnya. “Nilai-nilai budaya adalah
apa
jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar
yang
diterima
sebagai
kebenaran oleh masyarakatnya.
dari
nenek
dan moyang
segenap wujud kebudayaan. Di samping
Dari adanya tradisi akan muncul suatu
nilai-nilai
kebudayaan,
kebiasaan yang mereka laksanakan
diwujudkan dalam tata hidup yang
dihari khusus dengan maksud dan
merupakan
tujuan tertentu. Salah satunya seperti
mencerminkan
melakukan upacara-upacara selamatan.
dikandungnya” (Abraham dan Yudi,
Dengan tradisi yang sedemikian ini
2008: 40).
kegiatan
kebudayaan
manusia
yang
budaya
yang
nilai
maka masyarakat menyebut sebagai
Salah satu contoh adat Jawa
budaya lokal dengan memiliki ciri khas
yang berhubungan dengan pemenuhan
yang berbeda.
kebutuhan
Menurut Abraham dan Yudi (2008:
38)
“kebudayaan
dikatakan
riil
seperti
membangun atau mendirikan rumah. Karena
rumah
merupakan
tempat
dimana manusia dapat belajar mewarisi
kehidupan dari masyarakat yang tidak
dan melestarikan segala sesuatu yang
hanya mengenai sebagian tata cara
telah diberikan orang-orang terdahulu.
kehidupan saja yang dianggap paling
Manusia wajib memiliki rumah sebagai
tinggi
tempat berlindung dan juga sebagai
menunjuk
seluruh
lebih
cara
dan
adalah
bahwa
yang
diinginkan. pada
Kebudayaan
berbagai
aspek
kehidupan meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap dan
awal
pembelajaran Untuk
mendirikan
masyarakat
untuk suatu masyarakat tertentu atau
penentuan
kelompok penduduk tertentu”.
mempertimbangkan
juga
suatu
budaya yang ada.
juga hasil kegiatan manusia yang khas
Kebudayaan
adanya
percaya
akan
hari segala
rumah adanya baik, sesuatu
memiliki
yang dianggap baik bahkan sampai
nilai-nilai yang diyakini masyarakat
memberikan sesaji agar nantinya rumah
168 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
tersebut menjadi aman dan sejahtera
khususnya orang Jawa enggan untuk
bagi
Dalam
meninggalkan upacara mendirikan atau
mendirikan rumah masyarakat tersebut
membangun rumah dan pindah rumah
berpedoman pada suatu catatan yang
karena mereka memiliki hubungan erat
dibuat oleh nenek moyang berdasarkan
antara
pengalaman
dengan ungkapan rasa syukur kepada
para
penghuninya.
disesuaikan
dengan
kepercayaan
sang
orang-orang
kehidupan bahagia sejahtera di dalam
sebagai
primbon. Sehingga dengan kata lain para pendahulu teliti dan hati-hati
dan
moyang
kejadian pada setiap harinya yang menyebutnya
Pencipta
nenek
menginginkan
rumah. Seiring
berjalannya
waktu
dalam bertindak agar tidak terulang
dengan kehidupan manusia yang lebih
kembali
mendapatkan
modern dan dibuktikan dengan adanya
kebaikan. “Nenek moyang orang Jawa
teknologi yang semakin canggih, pola
beranggapan bahwa semua benda yang
pikir manusia yang mulai berubah
ada di sekelilingnya itu bernyawa, dan
mempengaruhi
semua yang bergerak dianggap hidup
sehingga
dan mempunyai kekuatan gaib atau
meninggalkan tradisi mereka. Hal-hal
mempunyai roh yang berwatak baik
yang dianggap penting oleh masyarakat
maupun jahat” Kuntjaraningrat (dalam
jaman dulu mulai terabaikan oleh
Budiono, 1987: 98).
masyarakat jaman sekarang karena
dan
selalu
pergeseran
mulai
banyak
budaya yang
Daldiono, Wistodiyono (2010:
tidak adanya bukti konkrit sehingga
49) menyatakan bahwa “rumah tidak
hanya dianggap sebagai mitos belaka.
hanya sebuah bangunan untuk tempat
Akibatnya budaya setempat mengalami
berteduh dan beristirahat akan tetapi
guncangan. “Guncangan budaya yaitu
menurut nenek moyang Jawa digunakan
ketidaksesuaian
sebagai
manembah
saling berbeda sehingga menghasilkan
kepada Sang Hyang Maha Wasesa. Jika
suatu pola kehidupan sosial yang tidak
diperhatikan
serasi fungsinya bagi masyarakat yang
teratas
perlambangan lebih
rumah
pertemuan melambangkan
seksama
selalu
dua
merupakan
bidang
dua
bagian
tangan
yang
bersangkutan”
(Abraham
yang
dan Yudi,
2008: 84).
yang
bertemu terkatup pada jari tangan
unsur-unsur
Kajian Pustaka 1. Persepsi
kanan dan jari tangan kiri dengan
Menurut Sarlito Wirawan (2002:
telapak tangan terbuka satu sama lain”.
94) “persepsi adalah proses pencarian
Dengan
informasi untuk dipahami. Alat untuk
demikian
masyarakat
desa
PERSEPSI MASYARAKAT DESA JIWAN ………| 169
memperoleh informasi tersebut berupa
sebagai satu kesatuan sosial dengan
pengindraan (penglihatan, pendengaran,
batas-batas tertentu”. Menurut Mac Iver
perabaan dan sebagainya) sedangkan
dan Page (dalam Dadang Supardan,
alat
2008:
untuk
memahaminya
adalah
28)
dijelaskan
bahwa
kesadaran atau kognisi.” Dijelaskan
“masyarakat ialah suatu sistem dari
bahwa Persepsi atau sudut pandang
kebiasaan dan tata cara dari wewenang
ialah “suatu titik tolak pemikiran yang
dan
tersusun dari seperangkat kata-kata
kelompok
yang
pengawasan
digunakan
untuk
memahami
kerja
sama dan
antara
berbagai
penggolongan,
tingkah
laku
dari serta
kejadian atau gejala dalam kehidupan”
kebebasan-kebebasan manusia”. “Dalam
(Elly dkk, 2007: 32). Persepsi juga
bahasa Inggris disebut society yang
merupakan
aktivitas
berasal dari bahasa Latin socius yang
yang
artinya ‘kawan’. Dalam bahasa arab, kata
dengan
masyarakat berasal dari kata syaraka
“sejenis
pengelolaan
informasi
menghubungkan
seseorang
lingkungannya” (Fattah, 2010: 34). dapat
yang
berarti
Dari pendapat tersebut diatas
berpartisipasi.
disimpulkan
sekumpulan
merupakan pemahaman fenomena
ikut
serta
atau
Masyarakat
bahwa
persepsi
pandangan
atau
‘bergaul’ atau saling ‘berinteraksi’. Lebih
terhadap
lengkapnya bahwa definisi masyarakat
seseorang yang
terjadi
dalam
manusia
adalah
merupakan
yang
saling
sebagai kesatuan hidup
lingkungan kehidupannya melalui alat
manusia yang berinteraksi menurut
pengindraan
untuk
suatu kesatuan sistem adat istiadat
mengelola informasi penting. Dalam hal
tertentu yang bersifat kontinu dan yang
ini persepsi yang dibutuhkan mengenai
terikat
pemahaman seseorang terhadap suatu
bersama”
realitas sosial atau yang disebut sebagai
116,118).
secara
sadar
persepsi sosial (Fattah, 2010: 34). maka
suatu
rasa
idenitas
(Koenjaraningrat,
Dari
2. Masyarakat 1986:
oleh
ketiga
dapat
2009:
pendapat diatas
diketahui
bahwa
Ralp Lonton (dalam Harsojo
masyarakat adalah sekumpulan manusia
126)
mengemukakan
bahwa
yang
merupakan
setiap
wilayah tertentu dalam waktu yang
kelompok manusia yang telah cukup
cukup lama, saling membutuhkan satu
lama hidup dan bekerja sama sehingga
sama lain dan menghasilkan suatu
mereka
kebudayaan
“masyarakat
dapat
mengorganisasikan
dirinya dan berpikir tentang dirinya
hidup
bersama
atau
dalam
suatu
kebiasaan
berdasarkan nilai dan norma yang
170 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
berlaku. Masyarakat erat kaitannya
pada kesatuan manusia tersebut.
dengan kebudayaan, karena kebudayaan
Kategori sosial tidak terikat oleh
diciptakan
kesatuan adat, sistem nilai atau
oleh
manusia
dengan
mengandalkan rasa dan karsa mereka.
norma tertentu, tidak mempunyai
a. Ciri-ciri Masyarakat
organisasi dan pimpinan, contohnya
Anderson dan parker (dalam
kategori warga di bawah umur 18
Abraham dkk, 2009: 48) menyatakan
tahun.
bahwa ciri-ciri masyarakat adalah
merupakan suatu kesatuan manusia
sebagai berikut :
yang ditandai oleh suatu ciri tertentu
1. Adanya sejumlah orang
yang terikat oleh sistem nilai, sistem
2. Bertempat tinggal dalam suatu
norma dan adat istiadat, contohnya
daerah tertentu
Kedua
golongan
sosial
golongan pemuda. Ketiga komunitas
3. Mengadakan hubungan satu sama lain
dan keempat adalah kelompok dan perkumpulan.
4. Saling terikat satu sama lain karena mempunyai kepentingan
(Koentjaraningrat,
2009: 115,120-125). 3. Kalender Jawa
bersama
Kalender Jawa disebut juga
5. Merupakan sehingga
satu
kesatuan
mereka
mempunyai
perasaan solidaritas
dengan
Petangan
“perhitungan
baik
Jawi
yaitu
buruk
yang
dilukiskan dalam lambang dan watak
6. Adanya saling ketergantungan
suatu hari, tanggal, bulan tahun pranata
7. Merupakan
yang
mangsa, wuku dan lain sebagainya”
diatur oleh norma-norma atau
(Purwadi, 2009: 23). Menurut Suwardi
aturan-aturan tertentu
(2010: 102) “petung atau perhitungan
satu
sistem
8. Menghasilkan suatu kebudayaan b. Unsur-unsur Masyarakat Unsur
dalam
merupakan
pertimbaangan
(sungguh-sungguh),
memet
memanfaatkan
suatu
nalar jelas, disertai laku tertentu ...
masyarakat meliputi lima bagian
petungan didasarkan atas peredaran
diantaranya adalah sebagai berikut,
matahari, bulan, bintang dan planet lain
pertama
yaitu
untuk meramal nasib”. Dari tersebut
kesatuan manusia yang terwujud
dapat disimpulkan bahwa kalender Jawa
karena adanya suatu ciri atau suatu
adalah perhitungan dari nenek moyang
kompleks
atau
orang Jawa yang didasarkan atas adanya
dikenakan kepada pihak luar tanpa
fenomena alam dalam meramal hal baik
kategori
ciri-ciri
sosial
obyektif
disadari oleh yang bersangkutan
PERSEPSI MASYARAKAT DESA JIWAN ………| 171
dan buruk ketika akan bertindak dalam hidup.
Hari dalam perhitungan Jawa berjumlah tujuh yang disebut dina pitu
Masyarakat Jawa menganggap
dan pasaran berjumlah lima disebut
bahwa petungan merupakan sebuah jati
pasaran lima, atau sering disingkat dina
diri sehingga sulit dihilangkan dalam
lima
benar
menentukan
mereka
dan
selalu
dina
pitu.
Keduanya
jumlah
akan
neptu
dina
memperhitungkan gerak dan langkah
(hidupnya hari dan pasaran). Pasaran
hidup agar mereka selamat dan selalu
yang dimaksud meliputi Pon (7), Wage
mendapat perlindungan dari Sang Maha
(4), Kliwon (8), Legi (5) dan Pahing (9),
Kuasa. Kalender Jawa ini sudah ada
sedangkan harinya adalah seperti hari
sebelum masuknya agama Hindu di
biasa dari Senin hingga Sabtu. Dengan
Indonesia
menentukan perhitungan antara hari
Mangsa.
dengan
nama
Kalender
masyarakat jawa
ini
Pranata digunakan
dan
pasaran
kemudian
akan
khususnya kaum
mendapatkan jawaban atau ramalan
petani sebagai pedoman bekerja. Ketika
dari berbagai hal sesuai yang diinginkan
Jawa mendapat pengaruh dari Hindu
(Suwardi, 2010: 103).
dan terdapat sebuah kerajaan bernama
Metode Penelitian
Mataram kemudian kalender diganti
Lokasi penelitian ini adalah di
menjadi kalender saka atau tahun saka.
Desa
Tahun saka ini adalah nama seorang raja
Sedangkan
bernama Raja Sariwahana Ajisaka yang
digunakan bulan februari sampai Juli
menciptakan
2012.
huruf
Jawa
atau
Jiwan
Kecamatan
waktu
penelitian
Pendekatan
Dentawiyanjana (ha na ca ra ka).
menggunakan
Kalender saka dimulai pada tahun 78
yang
Masehi.
dilatarbelakangi
Madiun. yang
penelitian
pendekatan
merupakan
kualitatif penelitian
oleh
aktivitas
Pada masa pemerintahan Isalam
masyarakat dan berbagai kegiatan sosial
kalender Jawa disebut juga kalender
lainnya. Dalam pendekatan kualitatif
Sultan Agung yang mengikuti sistem
yang menjadi sasaran penelitian adalah
lunair
kehidupan
(Komariah)
yaitu
perjalanan
sosial
atau
masyarakat.
bulan mengitari bumi seperti kalender
Landasan berpikir untuk memahami
Hijriyah. Nama-nama kalender Jawa
suatu
sebagai berikut : Sura, Sapar, Mulud,
penelitian ini adalah interaksi simbolis
Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil
atau hubungan yang memiliki makna
Akhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Syawal,
simbolis. Dari sudut pandang teori dan
Dulkangidah dan Besar.
pendekatan
gejala
yang
interaksi
sesuai
dalam
simbolis
ini
172 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
mengacu pada semua perilaku manusia
memberikan
yang
wawancara
memiliki
dasar
makna-makna
informasi disebut
nara
Dalam
manusia yang melekat pada dunia
dilakukan
sekitarnya itu penting untuk dipahami,
orang yang dipercaya sebagai sesepuh
(Emy
dan masyarakat Jiwan yang telah
dalam
Bagong
dan
ini
sumber.
sosial. Makna-makna sosial dari perilaku
Susanti
penelitian
dalam
dengan
wawancara
perangkat
Sutinah, 2008: 167). Artinya masyarakat
melakukan
pindah
percaya bahwa apa yang dilakukan
membangun rumah.
sebelum beraktifitas seperti syarat-
2. Sumber Data Sekunder
desa,
ataupun
syarat dalam membangun atau pindah
Data sekunder adalah sumber
rumah memiliki makna khusus sehingga
yang tidak langsung memberikan data
enggan untuk ditinggalkan. Tradisi ini
kepada
dimulai dari mulut ke mulut sehingga
dokumen, foto, (Sugiyono, 2007: 225).
melalui proses interaksi tersebut.
Data
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Ekologis, menurut Roger Barker dan
Herbert
Wright
(dalam
pengumpul yang
data,
dikumpulkan
seperti dalam
penelitian ini adalah profil desa dan demografi desa Jiwan.
Dede
Teknik pengumpulan data yang akan
Oetomo, 2008: 180-181) memandang
digunakan dalam penelitian ini adalah
bahwa “individu dan lingkungannya
sebagai berikut :
saling bergantung, masyarakat mulai
1. Observasi
pemerian yang murni dan rinci tentang
Menurut Husaini dan Purnomo
individu dalam lingkungannya .... yang
(2004:
kemudian di analisis dalam kaitannya
pengamatan
dengan
yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang
dianggap diarahkan oleh tujuan-tujuan
diteliti. Teknik ini hasrus sesuai dengan
tertentu”. Sumber data yang digunakan
tujuan penelitian dan dapat dikontrol
dalam penelitian meliputi:
keandalannya dan kesahihannya”.
tindakan-tindakan
1. Sumber Primer
54)
“observasi dan
“Observasi
Sumber primer atau sumber
pencatatan
atau
ialah yang
pengamatan
adalah kegiatan keseharian manusia
utama yaitu sumber data yang langsung
dengan
memberikan data kepada pengumpul
sebagai alat Bantu utamanya selain
data (Sugiyono, 2007: 225). Artinya
panca indra lainnya seperti telinga,
dalam pengumpulan data dilakukan
penciuman, mulut dan kulit” (Burhan
melalui wawancara dengan pihak yang
Bungin, 2007: 115). Menurut Nasution
bersangkutan.
(dalam
Orang
yang
akan
menggunakan
Sugiyono,
panca
2007:
indra
26)
PERSEPSI MASYARAKAT DESA JIWAN ………| 173
menyatakan bahwa observasi adalah
dibutuhkan
dasar semua ilmu pengetahuan, sebab
mendalam.
dengan
dapat
wawancara yang digunakan dalam
mengetahui fakta yang diteliti dalam
penelitian ini, pertama wawancara
lingkungan masyarakat.
semistruktur dan kedua wawancara
adanya
observasi
Observasi atau pengamatan juga
2.
tidak
oleh
peneliti
Terdapat
lebih
dua
berstruktur.
macam
Wawancara
dapat didefinisikan sebagai ‘perhatian
semiterstruktur
yang terfokus terhadap kejadian, gejala
wawancara yang pelaksanaannya lebih
atau
bebas
sesuatu’
(Emzir,
2011:
37).
adalah
dengan
jenis
tujuan
untuk
Sehingga dari keempat pendapat diatas
menemukan informasi secara lebih
dapat disimpulkan bahwa observasi
terbuka
adalah suatu kegiatan pengamatan
mengemukakan pendapat dan ide-
untuk mendapatkan informasi bagi
idenya. Sedangkan wawancara tidak
para peneliti dengan fakta-fakta yang
berstruktur adalah wawancara yang
telah
bebas
terungkap
yang
terjadi
di
dimana
di
responden
mana
peneliti
dapat
tidak
lingkungan masyarakat.
menggunakan pedoman wawancara,
Wawancara
hanya
Menurut Suharsimi, 1989: 126
menggunakan
masalah
yang
garis
akan
ditanyakan
“wawancara atau kuisioner lisan adalah
(Sugiyono,
sebuah dialog yang dilakukan oleh
penelitian ini orang-orang yang terlibat
pewawancara
(interviewer)
adalah para sesepuh Desa Jiwan dan
memperoleh
informasi
untuk dari
terwawancara”.
“Wawancara
merupakan
dua
pertemuan
2007:
besar
233).
Dalam
Masyarakat Jiwan. 3. Dokumentasi
orang
Dokumentasi
merupakan
untuk bertukar informasi dan ide
catatan peristiwa yang sudah berlalu
melalui tanya jawab, sehingga dapat
berupa tulisan, gambar atau karya-
dikonstruksikan makna dalam suatu
karya
topik
(Sugiyono,
tertentu”
(Esterberg
dalam
Sugiyono, 2007: 231).
Husaini
Menurut kedua pendapat diatas maka
dapat
disimpulkan
bahwa
monumental 2007: dan
pengambilan melalui
peneliti
yang
Keuntungan
untuk
dokumentasi
mengadakan memperoleh
responden
tanya
jawab
informasi
yang
seseorang
240).
Menurut
Purnomo
(2004,73)
mendefinisikan dokumentasi sebagai
wawancara ialah bertemunya antara dengan
dari
data
yang
diperoleh
dokumen-dokumen. menggunakan ini
biayanya
relative
murah, waktu dan tenaga lebih efisien.
174 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
Sedangkan kelemahannya data yang
dari rumusan masalah. Temuan
diambil cenderung lama dan kalau
dapat
salah cetak maka peneliti ikut salah
gambaran
dalam mengambil datanya.
sebelumnya samara menjadi jelas
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis interaktif. Komponen
analisis
data
berupa
deskripsi
atau
objek
yang
suatu
setelah diteliti (Sugoyino, 2010: 345).
dengan
Dari keterangan diatas dapat
menggunakan model interaktif tersusun
ditunjukkan dalam bagan sebagai
atas tiga hal yaitu :
berikut : Pengumpula n data
1. Reduksi data Reduksi sebagai
data
“proses
pemusatan
diartikan pemilihan,
perhatian
pada
penyederhanaan, pengabstakan dan transformasi muncul
dari
data
‘kasar’
catatan
yang
lapangan”
(Matthew B, 1992: 16). Dengan demikian
Penyajian data
peneliti
Reduksi data
Penarikan kesimpulan/ Verifikasi Bagan 1. Komponen Model Interaktif (Matthew B, terjemahan Tjetjep Rohendi,
harus
1992: 20).
merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada halhal yang penting saja.
A. Persepsi
2. Penyajian Data
Masyarakat
Desa
Jiwan
tentang Kalender Jawa
Penyajian data merupakan “sekumpulan
Hasil Penelitian
informasi
Primbon
merupakan
sebuah
tersusun
catatan yang dibukukan oleh nenek
yang memberi kemungkinan adanya
moyang berisi tentang ramalan-ramalan
penarikan
tindakan
kesimpulan
dan
manusia.
Dalam
primbon
pengambilan data” (Matthew B,
terdapat pemaknaan dari simbol-simbol
terjemahan Tjetjep Rohendi, 1992:
tradisional
17). Penyajian ini dapat berupa
tingkah laku, angan-angan dan mimpi.
grafik, tabel dan lain sebagainya.
Nenek moyang jaman dahulu sangat
Penyajian data ini memudahkan
memperhatikan segala sesuatu dengan
untuk memahami yang telah diteliti.
teliti. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi
3. Verifikasi Verifikasi yaitu kesimpulan dari keseluruhan atau menjawab
yang
berkaitan
dengan
hal buruk di kemudian hari (wawancara. Karjoko: 20 Mei 2012).
PERSEPSI MASYARAKAT DESA JIWAN ………| 175
Keberadaan difungsikan pedoman
primbon
sebagai orang
melakukan
Jawa
hal-hal
misalnya menjodohkan
patokan
atau
Karena menurut mereka apabila tidak
ketika
akan
dilaksanakan atau diabaikan percaya
seperti
tidak percaya pantangan itu menjadi
pernikahan,
kenyataan (wawancara. Sumarmi: 14
mendoakan
Mei 2012).
penting
hajatan anak,
dengan mengundang tetangga dekat.
keluarga yang sudah meninggal dan
Banyak contoh hal-hal buruk
ketika akan mendirikan rumah atau
yang telah terjadi, oleh sebab itu mereka
pindah rumah. Sebelum melaksanakan
mulai berhati-hati dan mengikuti apa
segala aktivitas yang dilakukan pertama
yang telah diramalkan dalam buku.
kali adalah mempertimbangkan hal baik
Ketika akan melakukan sesuatu yang
agar nantinya berjalan lancar sesuai
dianggap
dengan rencana yang telah ditetapkan.
membangun rumah, untuk menemukan
Akan tetapi primbon hanya sebagai
hari baik mereka menghindari hari naas
ramalan
(hari
saja
benar atau
tidaknya
penting
misalnya
meninggalnya
orangtua
dan
apabila
akan
tergantung pada kepercayaan masing-
nenek).
masing dan manusia hanya berserah diri
membangun
pada
keluarga yang mengandung mereka
sang
Pencipta
(wawancara.
Hartini: 20 Mei 2012)
Selain
dalam
rumah
menyarankan
Kepercayaan terhadap warisan
itu
apabila
untuk
menundanya
terlebih dahulu demi keselamatan Ibu
nenek moyang atau sesepuh seperti
maupun
hanya selalu mempertimbangkan hal
Sumarmi: 14 Mei 2012).
baik dan menghindari hal buruk melalui tuntunan dari buku harian jaman dahulu masyarakat
(wawancara.
di Desa Jiwan Kepercayaan terhadap primbon
Masih
oleh sebagian masyarakat Jiwan masih
banyak masyarakat yang mempercayai
dianggap penting karena di dalamnya
keberadaannya tetapi mereka tidak
terdapat ramalan penting berkaitan
meninggalkan ajaran agama (percaya
dengan
pada Allah SWT). Walupun tidak teliti
sebagai pedoman masyarakat dalam
seperti orang-orang jaman dahulu untuk
bertindak. Dalam hal ini yang enggan
memenuhi syarat, masyarakat sekarang
mereka
hanya mengambil bagian-bagian inti
penentuan
saja seperti ucapan syukur melalui
melaksanakan
hajatan
pernikahan,
selamatan
menjodohkan
anak,
mendoakan
(berdoa
Jiwan.
janinnya
B. Bentuk Implementasi Kelender Jawa
(primbon) masih dianggap penting oleh sebagian
ada
kepada
Tuhan)
perhitungan
tinggalkan
kalender
Jawa
halnya
baik
dalam
hari
seperti
176 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
keluarga
yang
sudah
meninggal,
akan digunakan, menentukan hari baik,
mendirikan rumah bersamaan dengan
melakukan peletakan batu pertama dan
pembuatan sumur (sumber air) dan
melakukan selamatan, mendirikan tiang
pindah rumah sampai saat panen tiba
utama (soko guru), mendirikan molo
(methil). Dalam menentukan hari ketika
(atap kayu) disertai kain putih atau
akan melakukan hajatan, perjodohan
merah yang dibalutkan pada kayu dan
yang diingat adalah menghindari hari
yang
naas yaitu hari dan tinggal dimana ada
selamatan
keluarga yang meninggal.
berdiri.
Setelah menentukan hari baik
terakhir
Pada
adalah
melakukan
kembali
setelah
rumah
jaman
dahulu
rumah
atau
selatan
memberikan syarat berupa sesaji dan
menghadap
melakukan selamatan sebagai ucapan
dengan
syukur kepada Tuhan adalah wajib
matahari dari arah timur dan barat.
dilaksanakan oleh masyarakat Jiwan.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu
Pada dasarnya suatu tradisi dilakukan
hal tersebut mulai ditinggalkan. Untuk
untuk memeproleh keselamatan dari
menentukan arah rumah menghadap
Sang
memperoleh
arah jalan utama. Rumah-rumah yang
kebahagiaan jiwa dan raga mereka.
ada di Desa Jiwan juga mengalami
Mayoritas masyarakat Jiwan percaya
perubahan. Banyak rumah yang tidak
bahwa
menggunakan soko guru dan bentuk
Pencipta
dan
lingkungan
disekitarnya
dianggap hidup dan sebagai manusia
rumah
biasa pasti akan mengalami berbagai
arsitektur
cobaan dari Sang Maha Kuasa. Oleh
modern.
ke
utara
alasan
tidak
banyak Eropa
menghadang
dipengaruhi sehingga
dari
semakin
sebab itu mereka melakukan yang
Seperti contoh hampir semua
terbaik demi keselamatan keluarga dan
rumah di Dusun Bagag, arah rumah
berusaha
selagi
menghadap jalan utama yaitu ke arah
mereka mampu. Kegiatan atau tradisi ini
Timur dan Barat. Pendirian soko guru
hanya
pada
hanya terdapat pada rumah tradisional
akhirnya semua hanya kehendak Tuhan.
jawa yaitu di rumah Bapak Narto, Bapak
melaksanakannya
sebagai Hasil
simbol dari
yanag
wawancara
Djawawi dan Bapak Totok. Sedangkan
menyebutkan mayoritas mempercayai
rumah-rumah yang berdiri sekarang ini
tradisi
dalam
bentuknya
dalam
pendirian soko guru tergantung bentuk
diantaranya
rumah dan sesuai dengan keinginan
mempersiapkan bahan bangunan yang
pemilik rumah. Tradisi yang mereka
Jawa
mendirikan mendirikan
khususnya
rumah. rumah
Kriteria
sudah
modern
sehingga
PERSEPSI MASYARAKAT DESA JIWAN ………| 177
lakukan hanya selamatan pada saat
yang ada di dalam buku seperti syarat-
peletakan batu pertama dan saat rumah
syarat dalam sesaji mulai berkurang,
sudah berdiri.
sehingga hanya sebagian yang dianggap
Pembahasan
penting seperti mempertimbangkan hal
A. Pandangan Masyarakat Desa Jiwan
baik dan mengadakan slametan sebagai
Terhadap Kalender Jawa Dalam
ungkapan rasa syukur. Pada dasarnya
Membangun Rumah
tradisi yang mereka lakukan hanya
Keberadaan
primbon
yang
sebagai simbol karena mereka masih
didalamnya terdapat makna simbolis
berpegang teguh pada ajaran agama
orang-orang jaman dahulu berkaitan
(percaya pada Allah SWT). Mereka
dengan tingkah laku, angan-angan dan
beranggapan karena merasa tinggal di
mimpi masih dianggap penting oleh
tanah Jawa maka mau tidak mau harus
sebagian
Jiwan.
mengikuti tradisi yang telah diturunkan
Jiwan
oleh nenek moyang.
masyarakat
Mayoritas
Desa
masyarakat
mempercayai
tradisi-tradisi
Jawa
B. Penerapan Kepercayaan Masyarakat
khususnya dalam membangun rumah.
Jiwan Tentang Kalender Jawa Dalam
Alasan mereka masih mempercayai
Tradisi Membangun Rumah
keberadaan
ramalan
disebabkan
banyak
jaman
dahulu
kejadian
buruk
Rumah tinggal
yang
merupakan
dalam
waktu
jangka
oleh
sebuah
apabila mengabaikan nasihat dari orang
panjang
yang lebih tua yang berpedoman pada
keluarga. Tradisi Jawa menjelaskan
primbon tersebut.
bahwa
Dari
hasil
penelitian
juga
akan
tempat
dihuni
ketika
membangun
seseorang rumah
akan harus
menyebutkan bahwa sebagian besar
memperhatikan segala sesuatu demi
masyarakat
keselamatan
Jiwan
percaya
dengan
baik
anggota
keluarga
alasan banyak terbukti adanya halangan
maupun harta benda. Dalam sub bab ini
buruk
tidak
akan diuraikan tentang syarat-syarat
Primbon,
ketika akan membangun rumah. Kriteria
merupakan pengalaman orang tua yang
dalam mendirikan rumah diantaranya
tidak ada salahnya apabila dilaksanakan,
mempersiapkan bahan banguan yang
merupakan adat Jawa yang telah turun
akan digunakan, menentukan hari baik,
temurun dan suatu kepercayaan pribadi
melakukan peletakan batu pertama
yang enggan bila ditinggalkan.
bersamaan dengan acara slametan (doa
yang
mengikuti
terjadi
ramalan
Pedoman
apabila dari
yang
mereka
terapkan tidak sama persis dengan apa
bersama),
membuat
pondasi,
mendirikan tiang utama (soko guru),
178 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
mendirikan molo (atap kayu) disertai
6.
Kerta
kain putih, merah atau merah putih
7. Jasa
yang dibalutkan pada kayu, melakukan
8. Candi
ritual dengan mengumpulkan bunga
9. Rogoh
setaman (bunga mawar dan bunga
10. Sempoyongan
mayang) dan yang terakhir adalah
11. Kerta
melakukan slamatan kembali setelah rumah berdiri. Dalam menentukan hari
Karena jumlahnya 11 maka
baik mereka mempertimbangkan hal-
perhitungan hanya sampai ke 11 yaitu
hal yang dianggap penting dengan
jatuh pada kerta begitu pula selanjutnya
menghindari hari-hari naas yaitu hari
sesuai jumlah neptu masing-masing
dan tanggal dimana bertepatan dengan
orang.
meninggalnya orang tua atau nenek.
menghindari arti dari Rogoh yang
Setelah mendapatkan hari baik
Perhitungan
ini
untuk
berarti buruk bagi pemikil rumah.
yang dihitung berdasarkan weton dari
Keterangan:
orang
1. Kerta artinya mendapat banyak
yang
punya
hajad
dalam
mendirikan rumah. Di dalam buku
rejeki
primbon terdapat ramalan agar rumah
2. Jasa artinya kuat sentosa
kelak menjadi aman sebagai pertanda
3. Candi artinya selamat sejahtera
untuk meminta pertolongan dengan
4. Rogoh artinya seringkali dimasuki
menggunakan perhitungan neptu yaitu
pencuri atau kematian
jumlah hari ditambah dengan jumlah
5. Sempoyongan artinya kerap kali
pasaran dalam kalender Jawa. Sebagai
pindah, jatuh dan tidak tahan lama
contoh dalam menentukan hari baik
untuk didiami.
apabila seseorang akan mendirikan
Langkah selanjutnya adalah
rumah pada hari Jumat Legi nilainya
penentuan waktu. Dalam penentuan
adalah Jumat berjumlah 6 dan Legi
waktu ini hanya sebagai syarat saja
berjumlah 5 sehingga 6 + 5 = 11,
sehingga dapat dilanjutkan kembali ke
kemudian dihitung dengan cara adalah
esokan
sebagai berikut :
pembangunan pondasi harus membuat
1. Kerta
takir sebanyak 5 buah yang di dalamnya
2. Jasa
berisi rempah-rempah, telur, bunga dan
3. Candi
uang
4. Rogoh
sengkala. Takir ini diletakkan di sudut-
5. Sempoyongan
sudut
harinya.
koin
disertai
rumah
1
Kemudian
dengan takir
saat
jenang
diletakkan
PERSEPSI MASYARAKAT DESA JIWAN ………| 179
ditengah.
Takir
tersebut
biasanya
tumpeng,
ayam
panggang
didampingi kendi kecil yang diisi air
perlengkapannya,
yang berfungsi sebagai agar di dalam
pisang raja dan buah palapendem. Acara
rumah menjadi dingin. Diberikannya
slametan ini adalah upacara sedekah
takir-takir ini sebagai penolak bala yaitu
makanan sebagai ungkapan rasa syukur
penolak
kepada
halangan
buruk,
penolak
jenang
dan
Tuhan
sengkala,
karena
telah
penyakit dan atau terjadi kejahatan di
terselesaikannya pembangunan rumah
dalam rumah.
dengan disuguhi dari hasil tanaman
Di
dalam
rumah
biasanya
bumi
(palapendem)
dan
jenang
terdapat balutan kain berwarna merah
sengkala, jenang sengkala adalah bubur
putih
beras
disertai
dengan
paku
emas
berwarna
merah
dan
diletakkan pada kayu atap rumah (molo)
sebagai
memberikan
(halangan/kejahatan/penyakit). Syarat
arti
bahwa
ciri
khas
penolak
putih
bendera Indonesia dan watak orang
membangun
yang mempunyai rumah dapat berjiwa
dengan pindah rumah. Ketika orang
pemberani, di dalam rumah menjadi
akan pindah rumah/boyongan yang
bersih
emas
perlu dilakukan adalah membawa tikar
seseorang
dan bantal untuk tidur dirumah yang
agar bersinar seperti emas (wawancara.
akan ditempati dengan alasan agar
Sumarmi: 14 Mei 2012).
nantinya nyaman atau betah berada di
dan
suci.
menandakan
Sedangkan
kewibawaan
Syarat lain seperti misalnya utama
rumah
mulai
sama
Seiring berjalannya waktu dalam
jarang
melakukan
jaman
dahulu
masyarakat
yang hanya menyiapkan
atau
selatan
ayam
panggang
ditemukan.
Rumah
menghadap
ke
utara
alasan
tidak
dengan
hampir
rumah tersebut.
tiang utama (soko guru) yang terdapat di ruang
rumah
bala
menghadang
selamatan
perlengkapannya
saja
banyak beserta kemudian
matahari dari arah timur dan barat.
mengundang tetangga terdekat sesuai
Akan tetapi seiring berjalannya waktu
kemampuan yang punya rumah. Karena
hal tersebut mulai ditinggalkan. Untuk
dengan mengungkapkan rasa syukur
menentukan
melalui doa yang dipimpin oleh Bapak
arah
rumah
mereka
memperhatikan arah jalan utama. Slametan
dilakukan
Haji atau ustad sudah merupakan syarat ketika
membuat pondasi dan setelah pendirian
utama sebelum dan setelah rumah berdiri.
kerangka atap rumah. Dalam slametan
Orang-orang yang mengikuti
yang perlu disediakan adalah nasi
syarat-syarat di dalam primbon adalah
180 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
mereka yang belum terpengaruh oleh
menyebabkan banyak rejeki yang halal.
kehidupan
yang
Lima dhepa disebut Nraka yang artinya
berada di pinggir kota atau jalan besar
air mudah keruh dan berhawa panas
sudah
(Suwardi Endraswara, 2010: 130-131).
kota.
mulai
Masyarakat
meninggalkan
tradisi
karena menurut mereka terlalu banyak materi yang harus disiapkan dan tidak
Simpulan dan Saran Simpulan
mau repot. Di Desa Jiwan muncul perumahan-perumahan pemborong
ini
baru,
hanya
melakukan
Dari uraian analisis diatas maka dapat disimpulkan tentang persepsi masyarakat
Desa
kalender
untuk syarat-syarat lain seperti sesaji
rumah bahwa mayoritas masyarakat
tidak lagi diterapkan.
Desa Jiwan masih memperhitungkan hal
membangun
juga
baik dengan melihat kalender Jawa yang
bersamaan dengan membuat sumur.
dihubungkan dengan Primbon/ramalan
Sumur merupakan sumber rejeki, air
nenek
merupakan bagian dari kehidupan. Air
pengalaman orang tua yang tidak ada
sumur akan dipakai selamanya bahkan
salahnya apabila dilaksanakan. Hal ini
secara turun temurun. Dengan demikian
diturunkan kepada penerusnya agar
orang Jawa untuk membuat sumur ada
tidak terjadi lagi halangan buruk yang
perhitungannya
akan menimpa keluarganya. Selain itu
menghitung dilakukan (dengan
rumah
dalam
terhadap
slametan saat peletakan batu pertama
Membangun
Jawa
Jiwan
sendiri.
Cara
pembuatan dengan
bentangan
proses tangan)
moyang
sebab
sumur
apabila
mengabaikan
ndepani
tersebut
banyak
yang
merupakan
dari
terbukti
ramalan adanya
halangan buruk yang terjadi, seperti
dihitung dari rumah pokok. Didalam
misalnya
membangun
ramalan terdapat perhitungan sampai
terdapat
keluarga
enam (5) dhepa, satu dhepa disebut Sri
mengandung, bayi tersebut tidak akan
yang memiliki arti hasil pembuatan
selamat. Ada juga masyarakat yang
sumur bagus, air mengalir terus dan
mempercayai
banyak rejeki. Dua dhepa dinamakan
karena merupakan adat Jawa yang telah
Donya artinya mudah kehilangan barang
turun temurun dan suatu kepercayaan
berharga di sumur. Tiga dhepa disebut
pribadi yang enggan bila ditinggalkan.
Artha sumur sering kering. Empat dhepa
rumah yang
keberadaan
Kepercayaan
saat
sedang
primbon
masyarakat
dinamakan Swarga artinya air bagus
tentang keberadaan Primbon terutama
dan bening, jika pemilik rumah mau
menentukan
bekerja
melakukan acara penting seperti hajatan
keras,
sumur
itu
akan
hal-hal
baik
dalam
PERSEPSI MASYARAKAT DESA JIWAN ………| 181
pernikahan, mendoakan keluarga yang meninggal dan dan khususnya dalam membangun rumah. Untuk membangun rumah mereka mencari hari baik dengan menghindari hari-hari naas. Kerangka atap rumah (molo) selalu terdapat balutan kain berwarna putih atau merah putih sebagai ciri khas bangsa Indonesia dan
watak orang yang mempunyai
rumah dapat berjiwa pemberani dan suci. Balutan kain tersebut diberi paku emas
menandakan
kewibawaan
seseorang agar bersinar seperti emas. Selain itu mereka menyiapkan sesaji berupa
ayam
panggang
dan
perlengkapannya yang nantinya akan dibagikan kepada tetangga terdekat setelah dibacakan do’a oleh sesepuh. Tradisi ini merupakan simbol untuk menolak hal-hal buruk (tolak bala/ kejahatan/penyakit/halangan)
akan
tetapi mereka tidak melupakan ajaranajaran agama (percaya kepada Allah). Daftar Pustaka Abraham dan Yudi Hartono. 2008. Pengantar Antropologi (Bahan Ajar Untuk Perguruan Tinggi). Magetan: Lembaga Edukasi Swastika. Abraham Dkk. 2009. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Magetan: LE-swastika Press. Bamambang dan Melia. 2008. Social Mapping-Metode Pemetaan Sosial. Bandung: Rekayasa Sains. Budiono Herusatoto. 1987. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT. Hanindita. . 2008. Simbolisme Jawa. Yogjakarta: Ombak
Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. Dadang Supardan. 2008. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Daldiono dan Wistodiyono. 2010. Ilmu Slamet (Merangkai Mutiara Filsafat Jawa di Era Modernisasi dan Globalisasi). Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Dede Oetomo (Eds). Metode Penelitian Sosial (Berbagai Pendekatan Alternatif). Jakarta: Kencana. Djoko Suryo, dkk. 1985. Gaya Hidup Masyarakat di Pedesaan: Pola Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Budaya. Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara. Elly dkk. 2007. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Kencana prenada Media Group. Emy Susanti (Eds). 2008. Metode Penelitian Sosial (Berbagai Pendekatan Alternatif). Jakarta: Kencana. Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo. Fattah Hanurawan. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Harsojo. 1986. Pengantar Antropologi. Bandung: Binacipta. Husaini dan Purnomo. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Irawan Soehartono. 1999. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Jefta Leibo dan Nasikun, B. 1990. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Andi Offset. Koenjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Mardalis. 2007. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi Aksara. Miles, Matthew B. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI- Press. Muhammad Zaairul. 2011. Mutiara Hidup Manusia Jawa. Yogyakarta: Aditya Media Publishing. Purwadi. 2009. Petungan Jawa. Yogyakarta: Pinus.
182 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial (Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial). Jakarta: Balai Pustaka. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. . 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara. Suprihadi dan Soehartono. 1984. Desa Kita (Sosiologi Pedesaan). Banbung: Alumni. Suwardi Endraswara. 2010. Falsafah Hidup Jawa. Yogyakarta: Cakrawala. Thomas Wiyasa. 1988. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: PT. Intermasa