PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN INFORMASI OBAT TANPA RESEP DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MAGELANG TENGAH KOTAMADYA MAGELANG Erica Miftachul Fajrin*, Dwi Pudjaningsih* dan Yulianto* *Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang 14,5, Yogyakarta email:
[email protected] INTISARI Peran dan tanggungjawab apoteker mengalami pergeseran orientasi dari drug oriented menjadi patient oriented. Peran dan tanggungjawab ini tidak hanya muncul pada pelayanan resep tetapi juga pelayanan non resep, bentuk interaksi itu antara lain pada pemberian informasi. Apoteker harus mampu memberikan informasi kepada konsumen dengan memperhatikan apoteker berinteraksi dalam memberikan informasi, sehingga informasi yang diberikan bisa diterima oleh konsumen dengan mudah dan mampu membentuk suatu persepsi yang baik terhadap peran apoteker dalam pelayanan informasi obat di apotek tersebut. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap peran apoteker, serta peran peran apoteker dalam pelayanan informasi obat tanpa resep di apotek Wilayah Kecamatan Magelang Tengah Kotamadya Magelang. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan dengan membagikan kuisioner kepada 207 konsumen dengan metode accidental sampling dalam waktu 1 bulan di 4 apotek wilayah Kecamatan Magelang Tengah Kotamadya Magelang. Berdasarkan hasil penelitian yang diolah dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16 for Windows, mayoritas konsumen memberikan persepsi netral terhadap peran apoteker dalam pelayanan informasi obat tanpa resep di apotek yaitu dengan total presentase 50% dan 37,5% baik, dan sebanyak 84,69% dari total informasi tentang obat telah disampaikan oleh apoteker kepada konsumen. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa apoteker sudah sangat baik dalam menjalankan peran dalam pelayanan informasi obat di apotek wilayah kecamatan Magelang Tengah Kotamadya Magelang. Keyword: Persepsi, Pelayanan Informasi Obat, Obat Tanpa Resep, Apotek ABSTRACT Roles and responsibilities of pharmacists to shift its orientation from a patient oriented drug oriented. Roles and responsibility not only appear on prescription services but also non-prescription services. The other forms of interaction between the provision of information. In providing information, the pharmacist should be able to provide information to consumers with regard to pharmacists who interact so that the information provided could be easily accepted by consumers and is able to form a good perception of the role of the pharmacist in the drug information service at the pharmacy. The purpose of this study was to determine consumer perceptions of the role of pharmacists and the role of the pharmacist in the drug information service at a pharmacy without a prescription Region Central District of Magelang Magelang Municipality. This research is a descriptive study conducted by distributing questionnaires to 207 customers with accidental sampling method in 4 pharmacy Middle Magelang Municipality of the District of Magelang. Based on the results of the study were processed using SPSS version 16 for Windows, majority of consumers give a neutral perception of the role of the pharmacist in the drug information service at a pharmacy without a prescription is for a total percentage of 50% and 37.5% good. And as much as 84.69% of the total information about the drug has been delivered by pharmacists to consumers. It can be said that the pharmacist has
2
been very good in their role in the pharmacy information services districts Central Magelang Magelang Municipality Keyword: Perception, Drug Information Services, Drugs Without Prescription, Pharmacy A. PENDAHULUAN Peran apoteker lambat laun berubah dari peracik obat (compounder) dan suplai sediaan farmasi ke arah pemberian pelayanan dan informasi(1). Apoteker memiliki peran dan tanggungjawab yang besar pada swamedikasi sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan. Peran dan tanggungjawab apoteker didasarkan pada filosofi pharmaceutical care, dimana kegiatan apoteker yang sebelumnya berorientasi pada obat menjadi berorientasi pada pasien. Didasarkan pada filosofi tersebut, maka tanggungjawab apoteker adalah mengidentifikasi, memecahkan, dan mencegah terjadi masalah yang berhubungan dengan obat (drug–related problems), sehingga dapat tercapai keluaran terapi yang optimal. Tanggung jawab tersebut tidak hanya muncul pada pelayanan resep tetapi juga pada pelayanan tanpa resep(2). Pelayanan yang bermutu untuk mengurangi terjadi medication eror, juga harus sesuai dengan standar dan kode etik profesi. Pelayanan yang baik selain memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat sehingga dapat memberikan persepsi yang baik(3). Persepsi pengunjung apotek terhadap pelayanan informasi obat yang diberikan oleh apoteker masih belum diketahui dengan jelas, demikian juga apoteker juga belum mengetahui apa yang diharapkan pengunjung apotek mengenai informasi obat. Diperlukan suatu analisis kebutuhan pelayanan informasi obat yang dilakukan apoteker dalam upaya memenuhi kebutuhan pengunjung apotek. Kebutuhan seseorang dipresentasikan dalam bentuk tindakan, yang antara lain dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikapnya(4). Kebutuhan informasi obat erat kaitannya dengan pengetahuan dan sikap pengunjung apotek(5). B. METODE PENELITIAN Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut juga merupakan penelitian observasional, dimana kita terjun langsung ke lapangan dengan memberikan kuisioner kepada masyarakat di Wilayah Kecamatan Magelang Tengah, Kotamadya Magelang. Pengambilan sampel yang dilakukan dengan menggunakan metode accidental sampling, yaitu dengan kebetulan atau siapapun yang ditemui ketika melakukan penelitian(6). Dalam hal ini menggunakan 207 konsumen pada 4 apotek di wilayah Kecamatan Magelang Tengah, Kotamadya Magelang(7). C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Reliabilitas dan validitas Hasil uji reabilitas kuesioner untuk penelitian tersebut memiliki nilai alpha Cronbach 0,760. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan butir kuisioner dinyatakan reliabel. Dan dinyatakan valid karena memiliki nilai r hitung > r tabel (0,361). 2. Karakteristik responden Jenis kelamin konsumen merupakan salah satu karakteristik populasi yang perlu untuk diketahui. Berdasarkan dari diagram Pie Chartdapat diketahui bahwa presentasi perempuan lebih banyak (52%) dibandingkan dengan laki-laki (48%). Dari hasil umur, dapat lihat bahwa konsumen terbanyak adalah 18-25th sebanyak 37%, 26-35th sebanyak 25%, sedangkan pada usia 36-45th dan >45th memiliki presentasi yang sama yaitu sebanyak 19%.
3
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, diharapkan persepsi yang terbentuk akan semakin komprehensif. Dari data diatas menunjukan bahwa pendidikan terakhir terbanyak adalah SLTA/Sederajat yaitu sebanyak 51%. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar konsumen merupakan wiraswasta (23%). 22% sebagai PNS/TNI/Polri, 6% sebagai butuh/tukang/petani, 16% sebagai ibu rumah tangga, 7% sebagai pelajar/mahasiswa dan 16% sebagai pensiunan. Tingkat pendapatan seseorang dapat menunjukan keadaan perekonomian seseorang. Hal ini yang akan mempengaruhi pola penilaian seseorang dan keputusannya dalam pembelian obat di apotek. Mayoritas konsumen memiliki pendapatan 500.0001.000.000 dan >1.000.000 yaitu sebanyak 26%. 3. Deskripsi persepsi konsumen terhadap peran apoteker dalam pelayanan informasi obat tanpa resep di apotek a) Tingkat pengetahuan konsumen mengenai penggunaan obat Dari data dapat diketahui bahwa pada pertanyaan penggunaan obat yang tidak benar dapat membahayakan pasien secara umum konsumen menanggapi dengan baik dan mayoritas konsumen beranggapan setuju yaitu 80,2%. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka mengerti akibat dari penggunaan obat yang tidak benar dapat membahayakan mereka. Tabel XI. Distribusi jawaban responden terhadap faktor tingkat pengetahuan konsumen mengenai penggunaan obat Jawaban Konsumen No Pertanyaan
1 2 3 4a 4b 4c
Benar SS N 166 92 71 62 47
S
TS
% N 80,2 36 Total: 97,6% 44,4 108 Total: 96,6% 34,3 129 Total: 96,6% 30 129 Total: 92,3%
% 17,4
N 5
52,2
6
62,3
6
62,3
14
22,7
57,5
41
119
Total: 80,2% 71
34,3
Jumlah
Salah
96
STS
% N 2,4 0 Total: 2,4% 2,9 1 Total: 3,4% 2,9 1 Total: 3,4% 6,8 2 Total: 7,8 19,8
0
% 0 0,5 0,5 1 0
Total: 19,8% 46,6
Total: 80,9%
36
17,4
4
Total: 19,1%
1,7
N
%
207
100
207
100
207
100
207
100
207
100
207
100
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat, bahwa sebanyak total presentase yang diperoleh adalah 97,6% konsumen menjawab benar pada pertanyaan pertama, dan 96,6% konsumen benar pada pertanyaan kedua.Pada pertanyaan ketiga, total 96,6% mayoritas konsumen menyatakan setuju bahwa resiko efek samping dan tingkat keamanan dalam pengunaan obat memiliki tingkat yang berbeda-beda. Hal-hal yang dapat menyebabkan penyalahgunaan obat dikemukakan oleh mayoritas konsumen bahwa 92,3% dapat disebabkan karena pasien mendapatkan informasi dan konsultasi obat yang tidak benar, 90,2% disebabkan karena pasien lupa terhadap informasi dan konsultasi yang diberikan, dan 80,9% disebabkan karena pasien tidak mendapatkan informasi dan konsultasi obat yang digunakan. Namun jika dilihat berdasarkan dari total skor jawaban konsumen dapat diketahui bahwa pengetahuan mereka tentang penggunaan obat dapat dikatakan sangat tidak baik.
4
Latar belakang pengetahuan tersebut yang mampu membangun suatu persepsi yang erat kaitannya dengan informasi-informasi yang diterimanya itu akan membentuk persepsi terhadap pelayanan informasi obat di apotek. b) Persepsi konsumen terhadap peran apoteker dalam pelayanan informasi obat Persepsi terhadap peran apoteker dalam pelayanan pelayanan informasi obat. TabelXIV. Total jawaban responden terhadap faktor fungsi dan peran apoteker dalam pelayanan informasi obat Sangat Baik
Total Skor
Kategori
5 6 7 8 9 10 13 14
594 631 676 530 493 502 725 555
Baik Baik Baik Netral Netral Netral Sangat Baik Netral
1 item pertanyaan termasuk kategori sangat baik mencapai total presentase sebanyak 12,5%. 3 item pertanyaan termasuk kategori baik mencapai total presentase sebanyak 37,5%. 4 item pertanyaan termasuk kategori netral mencapai total presentase sebanyak 50%. c) Macam informasi obat yang dibutuhkan Tabel XV. Distribusi jawaban responden terhadap faktor macam informasi obat yang dibutuhkan No 11a 11b 11c 11d 11e 11f 11g 11h 11i 11j 11k 11l 11m
Pertanyaan Khasiat obat Dosis obat Cara Pemakaian Frekuensi pemakaian Waktu pemakaian (pagi/siang/malam) Lama pemakaian Efek samping obat Penggunaan obat lain yang harus dihindari Makanan dan minuman yang harus diperhatikan saat minum obat Aktivitas yang harus diperhatikan Cara penyimpanan Cara pembuangan obat sisa Cara penggunaan saat hamil dan menyusui
Rata-rata
Presentase (%) Ya Tidak 89,4 10,6 90,3 9,7 99 1 89,9 10,1 99,5
0,5
88,9 91,3 81,2
11,1 8,7 18,8
81,6
18,4
63,3 81,2 56,5 88,9
36,7 18,8 43,5 11,1
84,69
15,31
Berdasarkan tabel hasil distribusi diatas, informasi waktu pemakaian obat lebih sering disampaikan yaitu sebesar 99,5%. Sedangkan informasi yang masih jarang sekali disampaikan adalah tentang cara pembuangan obat dengan total presentase sebesar 56,5%. Namun secara keseluruhan dapat diketahui bahwa 84,69% informasi tentang obat telah disampaikan kepada pasien. Dalam hal ini berarti apoteker dapat dikatakan sudah baik dalam menjalankan perannya dalam memberikan pelayanan informasi-informasi obat yang dibutuhkan oleh pasien.
5
d) Uang jasa konsumen terhadap pelayanan informasi obat yang diterimanya Tabel XVI. Distribusi jawaban responden terhadap faktor penghargaan konsumen terhadap pelayanan informasi obat yang diterimanya No Pertanyaan 12
SS N 17
% 8,2
Jawaban Responden S TS N % N % 55 26,6 85 41,1
STS N 50
% 24,2
Jumlah N 207
% 100
Penghargaan merupakan suatu persepsi konsumen terhadap profesionalitas apoteker dalam memberikan pelayanan informasi obat kepada konsumen. Berdasar tabel distribusi jawaban responden diatas, 41,1% konsumen menyatakan tidak setuju memberikan uang jasa bagi pelayanan konsultasi dan informasi obat yang diberikan apotek. D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a) Persepsi konsumen terhadap peran apoteker dalam pelayanan informasi obat tanpa resep di apotek dapat dikatakan 50% netral. b) Peran apoteker dalam pelayanan informasi-informasi obat yang diberikan kepada konsumen sudah baik. Hal ini dapat dilihat bahwa 84,9% dari total keseluruhan informasi sudah disampaikan oleh apoteker kepada pasien. Ini menunjukkan bahwa apoteker di apotek Wilayah Kecamatan Magelang Tengah mampu menjalankan perannya sebagai penyedia pelayanan kesehatan terutama dalam hal pelayanan informasi obat(8). 2. Saran a) Untuk apoteker, diharapkan mampu menggali lebih dalam lagi informasi yang dibutuhkan oleh konsumen yang datang ke apotek. Selain itu mampu berkomunikasi langsung dengan pasien, agar konsumen lebih mengenal peran apoteker di masyarakat terutama di apotek. b) Jika ingin mengambil penelitian yang sama, diharapkan sampel dan apotek yang digunakan lebih banyak sehingga data yang diperoleh benar-benar mewakili data dari keseluruhan wilayah penelitian. E. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, 2008b., PerkembanganPraktek Kefarmasian Dikutip dari laporan kertas kerja WHO dan FIP , edisi 2006, available at http://www.isfinational.or.id/artikel/25/153-perkemnbangan-praktek-kefarmasian (Diakses tanggal 4 Januari 2009) 2. Newton, G. D., 2000, Ambulatory Patient Care. In: A.R. Gennaro (Ed.). Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 20th Ed., Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, p. 1893-1894. 3. Handayani, R.S., danGitawati, R., 2009,Persepsi Konsumen Apotek Terhadap Pelayanan Apotek di Tiga Kota di Indonesia dalam Makara Kesehatan, Vol 13, No. 1, 22-26. 4. Martin, B. 2005., Quality Customer Service, Penerbit PPM,Jakarta 5. Green, Lawrence W, dkk, 1980,Health Education Planning, a Diagnostic Approac,.California: Mayfield Publishing Company, 14–15. 6. Nasution, S., 2006, Metode Research, PT Bumi Aksara, Jakarta. 7. Sastroasmoro, S., 1995, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta. 8. Anonim, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
6