PERSEPSI IBU TENTANG PERAN SUAMI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI DI KELUARGA DAN TINDAKAN IBU DALAM MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI Ana Setiyorini1 1
Akademi Keperawatan Panti Rapih
ABSTRACT Background: In Indonesia, men’s role in health reproductive are still very difficult to seen.1 Lowering of husband role on Family Planning and Reproductive Health, primary health care of mother before pregnancy, during pregnancy, delivery process and post-partum will lead for poor woman’s reproductive health. Furthermore, those
are will increase the number mortality of mother, post-partum, and neonatal. Hence, people have image about gender discrimination to family planning and reproductive health. Objective: To get information about relationship between mother perception on husband’ role in family reproductive health and mother action to take care her reproductive health.
Method: Analytic Descriptive Research with cross sectional. A total number of sample are 50, with accidental sampling. Sample are post-partum’s mother who gravida 2, parity 2, and have 2 live children at Panti Rapih Hospital Yogyakarta. Analyse used univariabel, bivariabel with statistical test correlation of Spearman Rank. Result And Conclusion: There are 84% husband’s role are good before her wife pregnance, 88% are good during her wife pregnant, 94% are good during delivery process, 88% are good post-partum, 94% are good during take care of their child, 90% are good to keep family reproductive health well, 88% are keeping good her reproductive well. Hence, as much as good husband’s roles in reproductive health, as much as good mother take care of her reproductive health. Keyword:
Husband’s
role,
Reproductive health, Mother perception. PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.4 Peran suami adalah perilaku yang telah ditentukan atau diharapkan dari seorang pria yang berstatus suami/telah menikah
yang mempunyai fungsi atau posisi tertentu. Di Indonesia, peran pria dalam kesehatan reproduksi masih sangat sulit dilihat. Faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah budaya yang menyatakan bahwa sudah selayaknya wanita memperhatikan kesehatan sendiri termasuk kesehatan reproduksinya.1 Partisipasi pria dalam ber KB dan kesehatan reproduksi diharapkan dapat memungkinkan untuk 70
setiap keluarga menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Dengan peningkatan partisipasi pria diharapkan akan mampu mendorong peningkatan kualitas pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi, peningkatan kesetaraan dan keadilan gender, peningkatan penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia.5 Rendahnya peran suami terhadap Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, utamanya kesehatan ibu pada masa sebelum kehamilan, pada saat hamil, bersalin dan pada saat nifas, akan berakibat rendahnya kesehatan reproduksi ibu. Rendahnya kesehatan ibu dapat berakibat meningkatnya angka kematian ibu bersalin, ibu nifas, kematian bayi, sehingga terkesan adanya diskriminasi gender pada pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Penelitian lain yang terkait dengan peran suami dalam keluarga yang berjudul Peran suami selama proses kehamilan sampai nifas istri adalah dikatakan bahwa peran suami yang baik pada saat masa kehamilan, persalinan dan masa nifas istri adalah sebagian besar ditemukan pada suami yang memiliki tingkat pendidikan SMU, tidak bekerja, suami dengan istri yang mengalami gangguan kehamilan, persalinan maupun nifas, serta pada suami dengan paritas istri lebih dari 3, dan pada mereka yang berpenghasilan ≥ Rp. 640.000,00.10 Peran suami dalam kesehatan reproduksi keluarga dapat dilihat dari kemanfaatannya dan praktik yang dilakukan oleh istri dalam menjaga kesehatan reproduksi. Suami yang berperan pada masa istri hamil salah satu manfaatnya adalah istri melakukan pemeriksaan kehamilannya secara baik, lebih dari 4 kali didampingi oleh suami.10 Dari studi pendahuluan pada 10 pasien yang memeriksakan kehamilan
di Poli Klinik Rumah Sakit Panti Rapih, ada 6 (60%) pasien yang tidak didampingi suaminya dengan alasan suami tidak dapat cuti kerja, masih dapat pergi sendiri maupun suami bekerja di kota yang berbeda, di Yogyakarta hanya ingin melahirkan saja. Dari 10 pasien ibu nifas yang dirawat di Ruang Perawatan Carolus 4 Bedah Kandungan, ada 5 (50%) pasien tidak didampingi suami saat melahirkan dengan alasan suami tinggal di tempat yang berbeda, terlambat datang karena belum mendapat cuti. Dari data Medical Record Rumah Sakit Panti Rapihm Tahun 2013, di Rumah Sakit Panti Rapih, Ibu hamil yang memeriksakan diri pada tahun 2011 ada 2.796 orang, tahun 2012 ada 2.212 orang dan Januari-Juli 2013 ada 1.194 orang. Adapun ibu yang melahirkan di Rumah sakit Panti Rapih di tahun 2011 ada 1.330 orang, tahun 2012 ada 1.339 orang dan Januari-Juli 2013 ada 720 orang. Jumlah persalinan ibu dengan status obstetri minimal Gravida 2, Paritas 2 dan Anak Hidup 2 pada tahun 2011 ada 607 orang, tahun 2012 ada 647 orang dan Januari-Juli 2013 ada 351 orang sehingga rata-rata perbulan ada 52 kelahiran. Rumusan Masalah Bagaimana persepsi ibu tentang peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga dan tindakan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi? Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Memberikan gambaran mengenai hubungan antara persepsi ibu tentang peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga dan tindakan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi 2. Tujuan Khusus
71
a. Mendapatkan gambaran tentang karakteristik responden dan suami responden di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta b. Mendapatkan gambaran mengenai persepsi ibu tentang peran suami pada masa istri sebelum hamil, istri hamil, istri menjalani proses persalinan, istri nifas/setelah melahirkan, mengasuh anak (Pola Asuh) c. Mendapatkan gambaran mengenai persepsi ibu tentang peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga d. Mendapatkan gambaran mengenai tindakan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi Variabel bebas
e. Mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara persepsi ibu tentang peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga dan tindakan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan rancangan
Variabel terikat
Persepsi ibu tentang peran
Tindakan ibu dalam
suami
menjaga
dalam
kesehatan
reproduksi di keluarga
kesehatan
reproduksi
Faktor yang Mempengaruhi Peran Suami 1. Umur 2. Pekerjaan 3. Tingkat pendidikan 4. Tingkat pengetahuan Variabel Penelitian Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu Persepsi ibu tentang peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga, variabel terikat
yaitu Tindakan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi
Populasi dan Sampel 72
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dalam masa nifas/setelah melahirkan dengan status obstetri minimal Gravida 2, Paritas 2, dan Anak Hidup 2 yang sedang di rawat di Ruang Perawatan Carolus 4 Bedah Kandungan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. 2. Populasi dari studi pendahuluan didapatkan 52. Sampel dalam penelitian ini ada 50 responden, ditentukan dengan rumus yang dikemukakan oleh Issac & Michael. n= Np (1–p) (N–1) D + p (1–p) Keterangan: n = besar sampel yang diinginkan N = taksiran besar sampel z = nilai standar normal diulang sesuai dengan derajat kemaknaan (a = 0,05) adalah 1,96 p = proporsi adanya kejadian yang diharapkan, jika belum diketahui maka digunakan p = 0,5 q = (1–p) B = besarnya penyimpangan (5% = 0,05), Dimana D = B2 = (0,05 x 0,05) = 0,000625 4 4 Teknik pengambilan sampel dengan non random sampling yaitu dengan accidental sampling sampai besar sampel terpenuhi. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data Peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria dan melakukan pengambilan data yang didahului dengan penjelasan alasan melakukan penelitian kepada responden sesuai dengan etika penelitian. Data diambil setelah responden menyatakan setuju
sebagai sumber data yang dibuktikan dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Peneliti mengambil data dengan cara memberikan surat permohonan menjadi responden, lembar persetujuan menjadi responden dan kuesioner kepada responden. Peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk mengisi kuesioner dengan cara tidak menunggui responden. Setelah kuesioner diisi, peneliti segera memasukkan surat permohonan menjadi responden, lembar persetujuan menjadi responden yang telah ditandatangani dan kuesioner yang telah diisi ke dalam amplop tertutup untuk menjaga kerahasiaan jawaban responden. Peneliti juga melengkapi data dengan mengambil data yang ada di Medical Record Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada saat responden dirawat. Instrumen penelitian dibuat oleh peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi ibu tentang peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga dengan Skala Likert yang terdiri dari 5 sub variabel yaitu persepsi ibu tentang peran suami pada masa istri sebelum hamil, persepsi ibu tentang peran suami pada masa istri hamil, persepsi ibu tentang peran suami pada masa istri menjalani proses persalinan, persepsi ibu tentang peran suami pada masa istri nifas/setelah melahirkan, persepsi ibu tentang peran suami pada masa mengasuh anak (Pola Asuh) dan dari 5 sub variabel tersebut tersusun sejumlah 47 pernyataan. Skala Likert disusun dalam lima nilai dengan label bergerak mulai dari ”Tidak pernah sampai dengan selalu” dan menggunakan kriteria penghitungan yaitu nilai 1: Tidak pernah, nilai 2: Hampir tidak pernah, nilai 3: Kadangkadang, nilai 4: Sering, nilai 5: Selalu dan telah diuji validitas dan
73
reliabilitasnya. Dalam uji validitas dan reliabilitas, peneliti menggunakan responden sejumlah 20 orang agar distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal. Validitas dan reliabilitas diuji dengan Cronbach’s Alpha dengan taraf signifikansi 5%. Instrumen dikatakan valid dan reliabel jika nilai Cronbach's Alpha if Item Deleted lebih kecil dari Cronbach's Alpha. Nilai Cronbach's Alpha 0,958. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tindakan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi dengan Skala Guttman yang terdiri dari 5 pertanyaan. Instrumen disusun dalam dua nilai dengan opsi jawaban “Ya dan Tidak” dan menggunakan kriteria penghitungan yaitu nilai 0: Tidak, nilai 1: Ya. Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan proses editing, coding, data entry dan cleaning. Software yang digunakan adalah SPSS for Window. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini, dengan uji statistik yang meliputi 2 macam: 1. Analisis univariabel digunakan untuk menganalisis secara deskriptif karakteristik masingmasing variabel dengan distribusi frekuensi yang ditampilkan dalam bentuk narasi dan tabel. Gambaran karakteristik subjek penelitian yang dihasilkan meliputi usia ibu, pekerjaan ibu, usia suami, pendidikan suami, pekerjaan suami, usia anak sulung, gravida, partus, anak hidup, riwayat abortus, jenis persalinan, persepsi ibu tentang peran suami pada masa istri sebelum hamil sampai masa mengasuh anak dan tindakan ibu dalam menjaga kesehatan
reproduksi. Data hasil penghitungan distribusi frekuensi dan hasil prosentase dari variabel disajikan dalam bentuk narasi dengan kategori 0% : Tidak ada, 124% : Sebagian kecil, 25-49% : Kurang dari separuh, 50% : Separuh, 51-74% : Lebih dari separuh, 75-99% : Sebagian besar, 100% : Seluruh. 2. Analisis bivariabel dilakukan untuk mengetahui hubungan 2 variabel antara variabel bebas yaitu persepsi ibu tentang peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga dan variabel terikat yaitu tindakan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi. Uji statistik yang digunakan adalah teknik statistik korelasi Spearman Rank. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, 18 Januari-23 April 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Penelitian tentang persepsi ibu tentang peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga dan tindakan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dengan menggunakan data primer. Berdasarkan penghitungan besar sampel dengan rumus yang dikemukakan oleh Issac & Michael hanya dibutuhkan 46 responden. Peneliti mengambil sampel lebih banyak yaitu 50 responden. Teknik pengambilan sampel dengan non random sampling yaitu dengan accidental sampling sampai besar sampel terpenuhi. 1. Analisis Univariabel 74
a. Gambaran karakteristik responden Dari hasil penelitian yang terdiri dari 50 responden, ada 35 responden atau lebih dari separuh responden (70%) berusia 20-35 tahun yang merupakan usia reproduksi, ada 25 responden atau separuh dari responden (50%) bekerja sebagai wiraswasta dan karyawan swasta, ada 34 responden atau lebih dari separuh responden (68%) mempunyai suami berusia 31-40 tahun dan ini sepadan dengan usia ibu yang lebih dari separuh (70%) berusia reproduksi, ada 25 responden atau separuh dari responden (50%) mempunyai suami dengan tingkat pendidikan sarjana, ada 46 responden atau sebagian besar responden (92%) mempunyai suami dengan pekerjaan sebagai wiraswasta dan karyawan swasta dan data ini sesuai dengan pekerjaan responden yang separuh (50%) mempunyai pekerjaan yang sama dengan suaminya, ada 50 responden atau seluruh responden (100%) tinggal bersama suami yang mana hal ini memang disengaja mendapatkan data responden yang tinggal bersama suami karena diasumsikan bahwa peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga dapat dilaksanakan dengan baik jika tinggal satu rumah dengan istri, ada 24 responden atau kurang dari separuh responden (48%) mempunyai anak sulung berusia 05 tahun yang mana hal ini dapat diasumsikan bahwa responden dapat mengisi kuesioner dengan baik karena masih ingat bagaimana peran suaminya dalam masa mengasuh anak, ada 32 responden atau lebih dari separuh responden b. Gambaran sub variabel dan variabel
(64%) mengandung anak yang ke dua yang mana hal ini dapat dikatakan bahwa suami pernah mempunyai pengalaman mendampingi kehamilan anak pertama sehingga dapat diasumsikan menambah peran suami lebih baik dalam masa istri hamil, ada 39 responden atau sebagian besar responden (78%) melahirkan anak yang ke dua yang mana hal ini merupakan syarat utama untuk menjadi responden karena dalam penelitian ini memotret peran suami dalam mengasuh anak sehingga hasil penelitian mendekati obyektif, ada 39 responden atau sebagian besar responden (78%) memiliki anak hidup minimal dua termasuk anak yang dilahirkan sekarang yang mana hal ini merupakan syarat utama untuk menjadi responden karena dalam penelitian ini memotret peran suami dalam mengasuh anak sehingga hasil penelitian mendekati obyektif, ada 42 responden atau sebagian besar responden (84%) tidak memiliki riwayat mengalami abortus dalam kehamilannya, ada 26 responden atau lebih dari separuh responden (52%) menjalani persalinan secara spontan untuk anak yang dilahirkan terakhir. Dengan responden yang berkarakteristik masih dalam masa nifas/setelah melahirkan dengan status obstetri minimal Gravida 2, Paritas 2, dan Anak Hidup 2 diharapkan mendapatkan data yang obyektif mengingat dalam penelitian ini yang dilihat adalah persepsi ibu tentang peran suami pada masa istri sebelum hamil sampai masa mengasuh anak.
75
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu Tentang Peran Suami Pada Masa Istri Sebelum Hamil Persepsi Ibu Tentang Peran Suami Frekuensi % Pada Masa Istri Sebelum Hamil Tidak Berperan 0 0,0 Kurang Berperan 8 16,0 Berperan Baik 42 84,0 Total 50 100,0 Dari hasil penelitian yang terdiri dari 50 responden, ada 42 responden atau sebagian besar responden (84%) memiliki persepsi bahwa suaminya berperan baik pada masa istri sebelum hamil. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Henny Purwanti (2011) dan Ulfahkania (2012) bahwa suami dapat melakukan delapan peran pada masa istri sebelum hamil yaitu dimulai dengan mencari dan mendapatkan
informasi tentang hak-hak reproduksi sampai dengan menghindarkan diri dari infeksi menular seksual.5,9 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suami telah melakukan perannya dengan baik pada masa istri sebelum hamil karena berdasarkan persepsi ibu yang diukur dengan delapan pertanyaan, peran suami pada masa istri sebelum hamil dinilai baik.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu Tentang Peran Suami Pada Masa Istri Hamil Persepsi Ibu Tentang Peran Suami Pada Masa Istri Frekuensi Hamil Tidak Berperan 1 Kurang Berperan 5 Berperan Baik 44 Total 50 Dari hasil penelitian yang terdiri dari 50 responden, ada 44 responden atau sebagian besar responden (88%) memiliki persepsi bahwa suaminya berperan baik pada masa istri hamil. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Henny Purwanti (2011) dan Ulfahkania (2012) bahwa suami dapat melakukan sebelas peran pada masa istri hamil yaitu dimulai dengan memberikan perhatian, .
% 2,0 10,0 88,0 100,0
perlindungan dan kasih sayang istri yang hamil sampai dengan memberikan perhatian kepada istri menjelang persalinan.5,9 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suami telah melakukan perannya dengan baik pada masa istri hamil karena berdasarkan persepsi ibu yang diukur dengan dua belas pertanyaan, peran suami pada masa istri hamil dinilai baik.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu Tentang Peran Suami Pada Masa Istri Menjalani Proses Persalinan Persepsi Ibu Tentang Peran Suami Pada Frekuensi % 76
Masa Istri Menjalani Proses Persalinan Tidak Berperan Kurang Berperan Berperan Baik Total
0 3 47 50
0,0 6,0 94,0 100,0
dukungan moril.2,9 Hal yang dapat dilakukan antara lain menciptakan suasana yang nyaman, membantu ibu mengatasi ketidaknyaman fisik. Orang yang paling utama dalam pendampingan ini adalah suami.2 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suami telah melakukan perannya dengan baik pada masa istri menjalani proses persalinan karena berdasarkan persepsi ibu yang diukur dengan delapan pertanyaan, peran suami pada masa istri menjalani proses persalinan dinilai baik. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu Tentang Peran Suami Pada Masa Istri Nifas/Setelah Melahirkan Persepsi Ibu Tentang Peran Suami Pada Frekuensi % Masa Istri Nifas/ Setelah Melahirkan Tidak Berperan 0 0,0 Kurang Berperan 6 12,0 Berperan Baik 44 88,0 Total 50 100,0
Dari hasil penelitian yang terdiri dari 50 responden, ada 47 responden atau sebagian besar responden (94%) memiliki persepsi bahwa suaminya berperan baik pada masa istri menjalani proses persalinan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bonny Danuatmaja, Mila Meiliasari (2004); Anonim (1990) dan Ulfahkania (2012) bahwa suami dapat melakukan dua peran pada masa istri menjalani proses persalinan yaitu dimulai dengan mendampingi istri saat melahirkan sampai dengan memberikan
Dari hasil penelitian yang terdiri dari 50 responden, ada 44 responden atau sebagian besar responden (88%) memiliki persepsi bahwa suaminya berperan baik pada masa istri nifas/setelah melahirkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ulfahkania (2012) bahwa suami dapat melakukan lima peran pada masa istri nifas/setelah melahirkan dimulai dengan membantu
kebutuhan istri merawat diri dan balita sampai dengan selalu memperhatikan istri di masa nifas.9 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suami telah melakukan perannya dengan baik pada masa istri nifas/setelah melahirkan karena berdasarkan persepsi ibu yang diukur dengan sebelas pertanyaan, peran suami pada masa istri nifas/setelah melahirkan dinilai baik.
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu Tentang Peran Suami Pada Masa Mengasuh Anak (Pola Asuh)
77
Persepsi Ibu Tentang Peran Suami Pada Frekuensi % Masa Mengasuh Anak (Pola Asuh) Tidak Berperan 0 0,0 Kurang Berperan 3 6,0 Berperan Baik 47 94,0 Total 50 100,0 M Dengan demikian dapat dikatakan Dari hasil penelitian yang terdiri dari 50 bahwa suami telah melakukan responden, ada 47 responden atau sebagian perannya dengan baik pada masa besar responden (94%) memiliki persepsi mengasuh anak (Pola Asuh) karena bahwa suaminya berperan baik pada masa berdasarkan persepsi ibu yang diukur mengasuh anak (Pola Asuh). Hal ini sesuai dengan delapan pertanyaan, peran dengan hasil penelitian Henny Purwanti suami pada masa mengasuh anak (2011) bahwa suami dapat melakukan lima (Pola Asuh) dinilai baik. Suami yang peran pada masa mengasuh anak (Pola terlibat dalam pengasuhan anak, akan Asuh) dimulai dengan mengetahui tumbuh memberikan pengaruh terhadap kembang anak sampai dengan menjadi kebahagiaan perkawinan. Kestabilan sumber informasi tentang infeksi menular dalam perkawinan, akan seksual termasuk HIV/AIDS bagi anak 3 memunculkan perasaan bahagia. remajanya. 5
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu Tentang Peran Suami Dalam Kesehatan Reproduksi Di Keluarga Persepsi Ibu Tentang Peran Suami Dalam Frekuensi % Kesehatan Reproduksi Di Keluarga Tidak Berperan 0 0,0 Kurang Berperan 5 10,0 Berperan Baik 45 90,0 Total 50 100,0 Dari hasil penelitian yang terdiri dari 50 responden, ada 45 responden atau sebagian besar responden (90%) memiliki persepsi bahwa suaminya berperan baik dalam menjaga kesehatan reproduksi di keluarga. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Henny Purwanti (2011) dan Ulfahkania (2012) bahwa suami dapat melakukan peran dalam menjaga kesehatan reproduksi di keluarga dimulai dari masa sebelum
mempunyai anak sampai dengan tahap mengasuh anak.5,9 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suami telah melakukan perannya dengan baik dalam menjaga kesehatan reproduksi di keluarga karena berdasarkan persepsi ibu yang diukur dengan 47 pertanyaan, peran suami masa sebelum mempunyai anak sampai dengan tahap mengasuh anak dinilai baik.
78
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Dalam Menjaga Kesehatan Reproduksi Tindakan Ibu Dalam Menjaga Frekuensi Kesehatan Reproduksi Tidak Baik 1 Kurang Baik 5 Baik 44 Total 50 Dari hasil penelitian yang terdiri dari 50 responden, ada 44 responden atau sebagian besar responden (88%) menjaga kesehatan reproduksinya secara baik. Sebagai ibu yang sadar akan kesehatan reproduksi, maka dalam setiap kondisi yang sedang dialami baik pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa menjalani proses persalinan, masa setelah melahirkan dan masa mengasuh anak akan selalu melakukan tindakan yang dapat mendukung kesehatan reproduksinya. Dengan adanya peran suami dalam menjaga kesehatan reproduksi di keluarga akan meningkatkan dan menguatkan ibu untuk bertindak lebih baik. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi terlepas dari peran suami adalah dengan mengikuti program KB sampai dengan memberikan ASI secara eksklusif.7 Berdasarkan informasi yang diberikan oleh responden yang diukur dengan enam indikator perilaku, mereka menilai baik sehingga dapat dikatakan bahwa mereka telah melakukan tindakan dalam menjaga kesehatan reproduksi secara baik. 2. Analisis Bivariabel Dari hasil uji normalitas data didapatkan bahwa kedua variabel yaitu persepsi ibu tentang peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga
% 2,0 10,0 88,0 100,0
dan tindakan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi merupakan data berdistribusi normal, maka dalam melakukan uji korelasi menggunakan teknik uji statistik korelasi Spearman Rank. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa Sig. (2-tailed) 0,000 yang berarti bahwa ada hubungan antara persepsi ibu tentang peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga dan tindakan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi. Dari nilai koefisien korelasi didapatkan positif 0,705 sehingga persepsi ibu tentang peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga dan tindakan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi memiliki keeratan korelasi yang kuat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin baik peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga yang dipersepsikan ibu, semakin baik ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Engelina Nabuasa (2006) bahwa dukungan suami terhadap istri selama masa kehamilan, saat persalinan memberikan kekuatan pada istrinya. Suami membantu melaksanakan pekerjaan rumah tangga, membantu perawatan ibu dan bayi dapat mempercepat
79
pemulihan kesehatan istrinya.4 Penelitian lain yang dilakukan Riza Umami, Nunik P, (2007) mendukung untuk hasil penelitian ini adalah bahwa peran suami dalam kesehatan reproduksi keluarga dapat dilihat dari kemanfaatannya dan praktik yang dilakukan oleh istri dalam menjaga kesehatan reproduksi. Suami yang berperan pada masa istri hamil salah satu manfaatnya adalah istri melakukan pemeriksaan kehamilannya secara baik, lebih dari 4 kali didampingi oleh suami.10 Peran keluarga dalam mengasuh anak ditanggung bersama-sama antara ayah dan ibu di mana mereka berperan sebagai model dalam sikap dan perilaku.6 Peran penting sebagai ayah dapat digambarkan sebagai mencari nafkah, mendidik anak, melindungi keluarga dan memberi kasih sayang, kepala keluarga dan sebagai teladan.3 Kesehatan ibu dalam periode reproduksi akan dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Menurut Sartika W., (2011) dan Riza Umami, Nunik P., (2007) peran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, pekerjaan, tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan.8,10 Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak dilakukan analisa yang menghubungkan faktor-faktor tersebut dengan peran suami. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Karakteristik responden Lebih dari separuh responden (70%) berusia 20-35 tahun yang merupakan usia reproduksi. Separuh dari responden (50%) bekerja sebagai wiraswasta dan karyawan swasta. Lebih dari separuh responden (68%) mempunyai suami berusia 31-40 tahun dan ini sepadan dengan usia ibu yang lebih dari separuh (70%) berusia reproduksi. Separuh dari responden (50%) mempunyai suami dengan tingkat pendidikan sarjana. Sebagian besar responden (92%) mempunyai suami dengan pekerjaan sebagai wiraswasta dan karyawan swasta. Seluruh responden (100%) tinggal bersama suami yang mana hal ini merupakan kriteria inklusi mendapatkan data responden yang tinggal bersama suami karena diasumsikan bahwa peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga dapat dilaksanakan dengan baik jika tinggal satu rumah dengan istri. Kurang dari separuh responden (48%) mempunyai anak sulung berusia 0-5 tahun yang mana hal ini dapat diasumsikan bahwa responden dapat mengisi kuesioner dengan baik karena masih ingat bagaimana peran suaminya dalam masa mengasuh anak. Lebih dari separuh responden (64%) mengandung anak yang ke dua yang mana hal ini dapat dikatakan bahwa suami pernah mempunyai pengalaman mendampingi kehamilan anak
80
pertama sehingga dapat diasumsikan menambah peran suami lebih baik dalam masa istri hamil. Sebagian besar responden (78%) melahirkan anak yang ke dua yang mana hal ini merupakan syarat utama untuk menjadi responden karena dalam penelitian ini memotret peran suami dalam mengasuh anak sehingga hasil penelitian mendekati obyektif. Sebagian besar responden (78%) memiliki anak hidup minimal dua termasuk anak yang dilahirkan sekarang yang mana hal ini merupakan syarat utama untuk menjadi responden karena dalam penelitian ini memotret peran suami dalam mengasuh anak sehingga hasil penelitian mendekati obyektif. Sebagian besar responden (84%) tidak memiliki riwayat mengalami abortus dalam kehamilannya. Lebih dari separuh responden (52%) menjalani persalinan secara spontan untuk anak yang dilahirkan terakhir 2. Sebagian besar responden (84%) memiliki persepsi bahwa suaminya berperan baik pada masa istri sebelum hamil. Sebagian besar responden (88%) memiliki persepsi bahwa suaminya berperan baik pada masa istri hamil. Sebagian besar responden (94%) memiliki persepsi bahwa suaminya berperan baik pada masa istri menjalani proses persalinan. Sebagian besar responden (88%) memiliki persepsi bahwa suaminya berperan baik pada masa istri nifas/setelah melahirkan. Sebagian besar
responden (94%) memiliki persepsi bahwa suaminya berperan baik pada masa mengasuh anak (Pola Asuh) 3. Sebagian besar responden (90%) memiliki persepsi bahwa suaminya berperan baik dalam menjaga kesehatan reproduksi di keluarga 4. Sebagian besar responden (88%) menjaga kesehatan reproduksinya secara baik hubungan antara 5. Terdapat persepsi ibu tentang peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga dan tindakan ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi. Semakin baik peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga yang dipersepsikan ibu, semakin baik ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi. Saran 1. Bagi Rumah Sakit Panti Rapih Pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi pada pasangan suami istri yang memeriksakan diri ke Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta perlu digalakkan, mengingat hasil penelitian ini adalah semakin baik peran suami dalam kesehatan reproduksi di keluarga yang dipersepsikan ibu, semakin baik ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi 2. Bagi peneliti selanjutnya Perlu penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi suami yang mampu berperan baik dalam kesehatan reproduksi di keluarga yang berdampak pada ibu
81
bertindak baik dalam menjaga kesehatan reproduksi DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. (2012). Peran Pria Dalam Kespro. files.wordpress.com. Diakses Tanggal 19 Agustus 2013. 2. Danuatmaja, Bonny, Mila Meiliasari. (2004). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Penerbit Puspa Swara, Anggota IKAPI. Jakarta. 3. Hidayati, Farida, Dian Veronika Sakti Kaloeti, Karyono. (2011). Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak. Jurnal Psikologi. Undip. Vol. 9. No. 1 4. Nabuasa Engelina. (2006). Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Kehamilan, Persalinan, Dan Masa Nifas Berdasarkan Etnis Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang. MKM. Vol. 01. No. 01. 5. Purwanti, Henny. (2011). Upaya Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi Sebagai Wujud Kesetaraan Gender. Argumentum. Jurnal Hukum. Volume 10. No. 2. ISSN. 14121751.
6. Reeder, Sharon J., Leonide L. Martin, Deborah Koniak-Griffin. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Alih Bahasa Yati Afiyanti, Imami Nur Rachmawati, Sri Djuwitaningsih. Edisi 18. Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 7. Saifuddin, A.B., Adriaansz, G., Wiknjosastro, G.H. & Waspodo D. (eds). (2000) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi Pertama. JNPKKR-POGI. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiriharjo. Jakarta. 8. Sartika, W. (2011). Peran Serta Suami Selama Proses Persalinan Istrinya Di Klinik Nirmala Medan. 9. Ulfahkania. (2012). Peran Pria Dalam Kesehatan Reproduksi. http://ulfahkania.wordpress.com. Diakses Tanggal 19 Agustus 2013 10. Umami, Riza, Nunik Puspitasari. (2007). Peran Suami Selama Proses Kehamilan Sampai Nifas Istri. The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 3, No. 3, Maret 2007: 101-107
82