PERSEPSI GURU PAUD TERHADAP FAKTORFAKTOR YANG MENGHAMBAT DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI PAUD SEKECAMATAN UJAN MAS KABUPATEN KEPAHIANG
SKRIPSI
Oleh Prety Citra Pratesi NPM A1I010010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2015
PERSEPSI GURU PAUD TERHADAP FAKTORFAKTOR YANG MENGHAMBAT DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI PAUD SEKECAMATAN UJAN MAS KABUPATEN KEPAHIANG
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Ilmu Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD)
Oleh Prety Citra Pratesi NPM A1I010010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2015
HALAMAN PENGESAHAN
PERSEPSI GURU PAUD TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI PAUD SE-KECAMATAN UJAN MAS KABUPATEN KEPAHIANG
SKRIPSI
Oleh: Prety Citra Pratesi A1I010010
Disahkan Oleh: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Dekan FKIP
Prof. Dr. H. Rambat Nur Sasongko, M.Pd. NIP. 196112071986011001
Ketua Jurusan
Dr. Manap Soemantri. M.Pd. NIP. 195905201986031001
PERSEPSI GURU PAUD TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI PAUD SE-KECAMATAN UJAN MAS KABUPATEN KEPAHIANG PERNYATAAN “Skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuwan. pernyataan saya ini, saya siap menanggung resiko dan sanksi jika di kemudian hari ditemukan pelanggaran dalam karya saya ”
Bengkulu, Januari 2015 Penulis,
Prety Citra Pratesi NPM A1I010010
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Nina Kurniah, M.Pd NIP. 196210141986012001
Dr. Sumarsih, M.Pd NIP. 196005261987032004
Mengetahui Ketua Program Studi PAUD FKIP Universitas Bengkulu
Drs. H. M. Nasirun, M.Pd NIP. 195808191985031021
PERSEPSI GURU PAUD TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI PAUD SE-KECAMATAN UJAN MAS KABUPATEN KEPAHIANG SKRIPSI Oleh: Prety Citra Pratesi NPM A1I010010 Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu Hari/Tanggal Pukul Tempat
: Selasa, 13 Januari 2015 : 13.00-14.00 WIB : Ruang Prodi PG PAUD FKIP UNIB
Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh dosen pembimbing: Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Nina Kurniah, M.Pd NIP. 196210141986012001
Dr. Sumarsih, M.Pd NIP. 196005261987032004
Penguji I II III IV
Nama Dosen Drs. H.M. Nasirun, M.Pd. NIP. 195808191985031021 Drs. H.Norman Syam, M.Pd. NIP. 195109191976031007 Dr. Nina Kurniah, M.Pd NIP. 196210141986012001 Dr. Sumarsih, M.Pd NIP. 196005261987032004
Tanda Tangan
Tanggal
LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi :
Persepsi Guru Paud Terhadap Faktor-Faktor Yang Menghambat Dalam Melaksanakan Pembelajaran Di Paud Se-Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang
Nama Mahasiswa : Prety Citra Pratesi NPM : A1I010010
PERSETUJUAN PANITIA UJIAN No. Nama dan Kedudukan Tanda Tangan 1. Drs. H.M. Nasirun, M.Pd. Ketua/Ketua Program Studi 2. Dra. Sri Saparahayuningsih, M.Pd. Sekretaris/Sekretaris ProgramStudi
No. 1. 2.
3. 4. 5. 6.
Tanggal
PERSETUJUAN PERBAIKAN DAN PENYEMPURNAAN DARI DEWAN PENGUJI SKRIPSI Nama dan Kedudukan Tanda Tanggal Tangan Drs. H.M. Nasirun, M.Pd. Ketua/Ketua Program Studi Dra. Sri Saparahayuningsih, M.Pd. Sekretaris/Sekretaris Program Studi Dr. Nina Kurniah, M.Pd Pembimbing I Dr. Sumarsih, M.Pd Pembimbing II Drs. H.M. Nasirun, M.Pd. Penguji Ahli I Drs. H.Norman Syam, M.Pd Penguji Ahli II
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Prety Citra Pratesi
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Mahasiswa
Prodi
: PG Pendidikan Anak Usia Dini
NPM
: A1I010010
Menyatakan dengan sesungguhnya Skripsi ini yang saya tulis adalah karya saya sendiri dan bebas dari segala macam bentuk plagiat atau tindakan yang melanggar etika keilmuan. Jika dikemudian hari ternyata pernyataan saya ini tidak benar, semua akibat yang ditimbulkannya sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sendiri dan saya bersedia menerima sanksi sesuai hukum yang berlaku.
Bengkulu, Januari 2015 Yang membuat pernyataan,
Prety Citra Pratesi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: “LEBIH BAIK BERAWAL DI AKHIR DARIPADA BERAKHIR DI AWAL. Jangan menyerah ketika terhambat, hambatan
adalah
kepribadianmu
batu
dan
batu
asah
untuk
loncatan
menajamkan
untuk
mencapai
keberhasilan.” PERSEMBAHAN: Alhamdulillahirabbilalamin... Rasa syukur yang tiada hentinya kuucap untuk-Mu ya Rabb, serta shalawat dan salam kepada suri tauladan ku, Rasulullah SAW. Telah sampailah aku pada titik ini, sebuah keberhasilan kecil yang engkau hadiahkan padaku, semoga karya ini dapat menjadi amal soleh yang bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. ku persembahkan kepada: 1. My dearest Mom, Herni Yuliana dan Dad, Muhiwal Kodri. Tiada kata yang dapat mewakili rasa terima kasihku untuk semua kasih sayang, do’a, dan motivasi yang tiada berbatas untukku. 2. My sweetheart brothers, Aldiano. Z, Abi Khurairah, dan RJ. Al-Hafidz.
Pangeran-pangeran
yang
telah
menjadi
penyemangat yang luar biasa bagiku, semoga dapat mencapai keberhasilan yang lebih di kemudian hari. 3. My bestiess, Mrs. Kim An-Jhun (Anggun), Kim Nam Byeol (Intan),
dan
Chacin
(Elsa
Cindrya,
S.Pd)
yang
selalu
mensupport dan kesediaan menerima dan melakukan kegilaan bersamaku. 4. My preciouss, NB DongHae dan Lee SeHee, atas perjuangan dan support yang luar biasa. 5. Teman seperjuangan (uni Marliana, ayuk Desi, Bella, Wika, Rika) NG Nakayoshi, “Idiwh Family”. 6. Almamater PAUD FKIP UNIB 2010
PERSEPSI GURU PAUD TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI PAUD SE-KECAMATAN UJAN MAS KABUPATEN KEPAHIANG Prety Citra Pratesi A1I010010 Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran pada aspek pengelolaan kelas, aspek media dan sumber belajar, aspek metode dan strategi pembelajaran, serta aspek bahan belajar dan penilaian pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling, dengan sampel yang berjumlah 34 guru PAUD di Kecamatan Ujan Mas. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan kuisioner. Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Persepsi guru PAUD pada aspek pengelolaan kelas tergolong tinggi, 2. Persepsi guru PAUD pada aspek media dan sumber belajar tergolong tinggi, 3. Persepsi guru PAUD pada aspek metode dan strategi pembelajaran tergolong tinggi, dan 4. Persepsi guru PAUD pada aspek behan belajar dan penilaian pembelajaran tergolong sangat tinggi. Dari kesimpulan ini, disarankan kepada guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi melaksanakan pembelajaran. Kata kunci: Persepsi, Guru PAUD, Pembelajaran.
EARLY CHILDHOOD EDUCATION TEACHERS PERCEPTIONS OF FACTORS THAT INHIBIT LEARNING IMPLEMENTING AT PAUD IN UJAN MAS DISTRICT KEPAHIANG REGION
Prety Citra Pratesi A1I010010 Abstract
The problem in this research is how early childhood teachers' perceptions of the factors that hinder the learning implement in classroom management aspects, media and learning resources aspects, methods and learning strategies aspects, as well as learning materials and assessment of learning aspects. The purpose of this study was to describe early childhood teachers' perceptions of the factors that hinder the learning implement. The method used in this research is quantitative descriptive. This study used a total sampling technique, with 34 early childhood teachers in Ujan Mas District as samples. Data were obtained by using questionnaire. Based on the results and discussion of research results can be summarized as follows: 1. Perception of early childhood teachers in classroom management aspect is high, 2. Perception of early childhood teachers on aspects of media and learning resources is high, 3. Perception of early childhood teachers on aspects of teaching methods and strategies classified high, and 4. Perceptions of early childhood teachers on aspects of learning materials and learning assessment of classified as very high. From this conclusion, it is suggested to teachers to attend trainings to improve the competence of implementing learning.
Keyword: Perceptions, Early Childhood Edication Teacher, Learning
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Guru PAUD Terhadap Faktor-Faktor Yang Menghambat dalam Melaksanakan Pembelajaran”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu. Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Rambat Nur Sasongko, M.Pd. sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sekaligus sebagai Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis selama perkuliahan. 2. Dr. Manap Somantri, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Ilmu pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Drs. H. M. Nasirun, M.Pd. selaku ketua prodi PGPAUD. 4. Dr. Hj. Nina Kurniah, M.Pd. sebagai pembimbing utama yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, masukan, nasehat dan bimbingan dari awal sampai selesainya skripsi ini. 5. Dr. Hj. Sumarsih, M.Pd. selaku pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, masukan, nasehat dan bimbingan dari awal sampai selesainya skripsi ini. 6. Dra. Sri Saparahayuningsih, M.Pd. sebagai dosen penguji seminar proposal.
7. Drs. H. Norman Syam, M.Pd. sebagai dosen penguji seminar proposal. 8. Validator Instrumen: a. Prof. Dr. H. Rambat Nur Sasongko, M.Pd. b. Prof. H. Riyanto, M.Pd. c. Drs.H.M. Nasirun, M.Pd. 9. Bapak dan Ibu dosen prodi PGPAUD yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat. 10. Karyawan
prodi PGPAUD yang telah banyak membantu penulis dalam
penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan kemampuan dalam hal pengetahuan, penganalisaan masalah, maupun cara pemecahannya. Menyadari akan hal itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Kemudian harapan penulis semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Akhirnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis, mudah-mudahan karya sederhana ini menjadi tambahan ilmu bagi semua pihak.
Bengkulu, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii KATA PENGANTAR .................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................ 5 C. Pembatasan Masalah ............................................................... 6 D. Rumusan Masalah .................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
BAB II. KAJIAN TEORI A. Persepsi Guru PAUD ................................................................ 9 1. Definisi Persepsi ................................................................. 9 2. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi ................... 9 3. Proses Terjadinya Persepsi ................................................. 10 4. Bentuk-Bentuk Persepsi ...................................................... 11 5. Persepsi Guru PAUD ........................................................... 11 B. Pembelajaran di PAUD ............................................................ 12 1. Definisi Pembelajaran PAUD .............................................. 12 2. Prinsip-prinsip Pembelajaran PAUD ................................... 14 3. Komponen-komponen Pembelajaran................................... 14 C. Pelaksanaan Pembelajaran PAUD ........................................... 18 1. Pengelolaan kelas ................................................................. 18 2. Media dan Sumber belajar ................................................... 26 3. Metode dan Strategi Pembelajaran ...................................... 34 4. Bahan Belajar Dan Penilaian Pembelajaran ........................ 38 D. Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran.......... 45 E. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 47 BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian .................................................................... 48 B. Populasi dan Sampel................................................................. 48 1. Populasi................................................................................ 48 2. Sampel ................................................................................. 49 C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 49 D. Data dan Sumber Data ............................................................. 49 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 40 F. Teknik Analisis Data .............................................................. 53
G. Tingkat Kriteria Penilaian Angket ........................................... 54 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ........................................................................ 55 B. Pembahasan ............................................................................. 70 BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................. 79 B. Saran ........................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Guru PAUD Di Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang Tahun Ajaran 2014/2015 ........................................................................... 48 Tabel 3.2 Kisi Instrumen Penelitian ................................................................ 51 Tabel 3.3 Tingkat Kriteria Penilaian Angket .................................................. 54 Tabel 4.1 Persepsi Guru Pada Aspek Pengelolaan Kelas ............................... 56 Tabel 4.2 Persepsi Guru Pada Aspek Media Belajar ...................................... 59 Tabel 4.3 Persepsi Guru Pada Aspek Sumber Belajar .................................... 61 Tabel 4.4 Persentase Rata-Rata Persepsi Guru Pada Aspek Media Dan Sumber Belajar ............................................................................................. 62 Tabel 4.5 Persepsi Guru Pada Aspek Metode Pembelajaran .......................... 63 Tabel 4.6 Persepsi Guru Pada Aspek Strategi Pembelajaran .......................... 65 Tabel 4.7 Persentase Rata-Rata Persepsi Guru Pada Aspek Metode Dan Strategi Pembelajaran ..................................................................... 66 Tabel 4.8 Persepsi Guru Pada Aspek Bahan Belajar ...................................... 67 Tabel 4.9 Persepsi Guru Pada Aspek Penilaian Pembelajaran ....................... 68 Tabel 4.10 Persentase Rata-Rata Persepsi Guru Pada Aspek Behan Belajar Dan Penilaian Pembelajaran ................................................................... 69
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabulasi Data Hasil Kuisioner ...................................................... 84 Lampiran 2. Persentase Jawaban Responden .................................................... 85 Lampiran 3. Kuisioner Sebelum Validasi ........................................................... 86 Lampiran 4. Kuisioner Setelah Validasi ............................................................ 89 Lampiran 5. Surat Keterangan Validasi Instrumen ........................................... 96 Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas ................................................ 97 Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Dari Diknas Kabupaten ................................ 98
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan dilaksanakan secara formal, umum atau informal, dapat berlangsung di sekolah, keluarga juga di masyarakat. Pelaksanaan pendidikan tersebut ditujukan untuk melahirkan generasi yang tumbuh dengan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai corak perkembangan bangsa dan negara di masa yang akan datang. Sebagaimana dicantumkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan,
yang
dirumuskan
dengan
mempertimbangkan karakteristik penyelenggaraan PAUD, Standar PAUD terdiri atas 4 kelompok, yaitu: (1) Standar Tingkat pencapaian perkembangan; (2) Standar pendidik dan tenaga kependidikan; (3) standar isi, proses, dan penilaian; dan (4) standar sarana, prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Pada standar pendidikan dan tenaga kependidikan, dinyatakan bahwa seorang pendidik PAUD harus memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1. Sehingga pendidik yang
belum memiliki kualifikasi tersebut tidak termasuk
dalam strandar pendidik, melainkan tenaga kependidikan lainnya seperti guru pendamping maupun pengasuh. Namun dalam penelitian ini penulis mengacu pada Permendiknas No. 58 tahun 2009, tanpa melihat kualifikasi pendidikannya, maka setiap profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pengasuhan, dan perlindungan anak didik dapat dinyatakan sebagai guru PAUD. Fadlillah (2012:87) menyebutkan bahwa Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan berkompeten dalam melakukan tugasnya dan hasilnya pun tidak akan optimal. Kompetensi yang hendaknya dimiliki oleh guru antara lain kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi-kompetensi
ini
berperan
penting
bagi
guru
dalam
melaksanakan proses pembelajaran di sekolah. Menurut Grasser dalam Fadlillah (2012:89), ada 4 hal lagi yang harus dikuasai guru, yaitu (a) menguasai bahan pelajaran, (b) kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa, (c) kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan (d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa. Menurut Fadlillah (2012: 131) Proses pembelajaran merupakan suatu hal yang paling penting dalam kegiatan pendidikan. Pada tahap inilah materi yang menjadi tujuan pendidikan disampaikan atau diberikan kepada peserta didik. Oleh karenanya, pelaksanaan pembelajaran perlu dirancang dan diformat dengan sebaik-baiknya, sehingga pada pelaksanaannya, pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik dan apa yang disampaikan terserap dan dipahami dengan baik dan mendapatkan hasil yang optimal. Menurut Rusman dalam Fadlillah (2012:150), kegiatan pembelajaran ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode dan strategi pembelajaran. Pengelolaan kelas meliputi mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Ini merupakan langkah awal dalam membentuk kegiatan pembelajaran. Selanjutnya penggunaan media dan sumber belajar yang berperan penting untuk menyampaikan isi pembelajaran pada anak. Media belajar terdiri dari media yang bersifat visual, audio, dan audio-visual. Penggunaan media yang bervariasi akan membuat anak merasa lebih tertantang dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang disampaikan guru. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru berpengaruh dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di pendidikan anak usia dini hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan karakteristik anak. Pembelajaran biasanya dibuat menyenangkan sehingga anak merasa nyaman dan dapat mengikuti pembelajaran dengan maksimal. Tidak dapat dipungkiri, dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, guru tentu menemui hambatan-hambatan pada setiap aspeknya. Dalam aspek pengelolaan kelas dan penciptaan iklim kelas, hambatan dapat timbul pada saat pengaturan pola tempat duduk siswa, peletakan perlengkapan kelas, maupun dalam sirkulasi udara dan pencahayaan yang disebabkan kondisi sarana dan prasaran yang kurang mendukung dan atau kurangnya ide guru untuk
menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Hambatan juga dapat dialami guru dalam membina perilaku anak didik karena kurang mampu menciptakan iklim pembelajaran serta hubungan yang kurang harmonis dengan peserta didik. Pada aspek penggunaan media dan sumber belajar, hambatan seringkali berupa kurangnya media dan sumber yang tersedia atau kurangnya keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan media dan sumber belajar yang ada. Hambatan lainya yang dialami oleh guru dapat berasal dari aspek metode dan penilaian pembelajaran yang digunakan. Hambatan ini berkaitan dengan kurangnya ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan metode dan stategi pembelajaran. serta alat penilaian dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Munculnya hambatan-hambatan tersebut dipicu oleh faktor-faktor yang berasal dari berbagai pihak, baik itu siswa, guru, sekolah, masyarakat, maupun lembaga yang terkait di dalamnya. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran perlu juga diketahui faktorfaktor yang mempengaruhi munculnya hambatan tersebut. Sebagai contoh, salah satu faktor yang menghambat dalam pelaksanaan pembelajaran dapat berasal dari guru itu sendiri. Latar belakang pendidikan yang tidak sesuai atau kurangnya pengetahuan mengenai pelaksanaan pembelajaran di PAUD tentu menjadi salah satu hambatan. Karena kompetensi yang harusnya dikuasai untuk melaksanakan pembelajaran tidak dimiliki oleh guru. Hambatan yang dihadapi bisa saja sama atau berbeda dengan yang dialami oleh guru yang lain. hal ini tergantung bagaimana guru mempersepsi hambatan yang muncul. Pendapat guru mengenai suatu hambatan dapat berbeda dari guru lainnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Guru PAUD Terhadap Faktor-Faktor Yang Menghambat dalam Melaksanakan Pembelajaran”, pada aspek pengelolaan kelas, media dan sumber belajar, serta metode dan strategi pembelajaran, juga bahan belajar dan penilaian pembelajaran yang berlokasi di Kecamatan Ujan Mas. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti secara singkat pada beberapa PAUD di Kecamatan Ujan Mas, adapun permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Sebagian besar guru PAUD di kecamatan Ujan Mas belum memiliki kualifikasi S1, terlihat dari 34 orang guru PAUD, hanya 11 guru yang telah berpendidikan S1 sementara 21 orang guru masih berpendidikan SMA dan 2 guru berpendidikan D2. 2. Sebagian besar guru masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan pembelajaran seperti RKM, RPP/RKH. 3. Sebagian besar guru menghadapi kesulitan dan hambatan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Hambatan-hambatan ini muncul dalam aspek pengelolaan kelas, media dan sumber belajaran, serta metode dan strategi pembelajaran juga bahan belajar dan penilaian pembelajaran. 4. Kondisi sarana dan prasarana yang kurang mendukung, dapat dilihat dari keadaan bangunan sekolah dan perlengkapan APE yang kurang memadai sehingga pembelajaran tidak dapat berlangsung secara maksimal.
5. Perkembangan anak belum optimal, baik pada aspek perkembangan bahasa, kognitif, sosial emosional, nilai agama dan moral, serta fisik motorik.
C. Pembatasan Masalah Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas agar pokok permasalahan terarah dan dapat dikaji secara mendalam. Adapun pembatasan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya membahas mengenai hambatan yang dialami guru PAUD dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. 2. Hambatan – hambatan yang akan dibahas hanya meliputi hambatanhambatan pada aspek pengelolaan kelas, media dan sumber belajar, serta metode dan stratgi pembelajaran juga bahan belajar dan penilaian pembelajaran. 3. Ruang lingkup penelitian terbatas hanya pada PAUD
yang berada di
Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran pada aspek pengelolaan kelas? 2. Bagaimanakah persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran pada aspek media dan sumber belajar? 3. Bagaimanakah persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat pada aspek metode dan strategi pembelajaran? 4. Bagaimanakah persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat pada aspek bahan belajar dan penilaian pembelajaran? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini ialah: 1. Mendeskripsikan persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat guru PAUD pada aspek pengelolaan kelas dalam melaksanakan pembelajaran. 2. Mendeskripsikan persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat guru PAUD pada aspek media dan sumber belajar dalam melaksanakan pembelajaran. 3. Mendeskripsikan persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat guru PAUD pada aspek metode dan penilaian pembelajaran. 4. Mendeskripsikan persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat guru PAUD pada aspek bahan belajar dan penilaian pembelajaran.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan ilmiah tentang pembelajaran PAUD serta sebagai referensi ilmiah khususnya bagi lembaga terkait. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Pengawas Sekolah, yaitu mendapat informasi dalam membantu membuat program supervisi untuk guru dan kepala sekolah. 2. Kepala sekolah dan guru, yaitu sebagai refleksi dan pertimbangan untuk mencari solusi dalam mengantisipasi dan menyelesaikan hambatan yang dialami. 3. Peneliti, yaitu mendapat pengetahuan lebih dalam mengenai pembelajaran di PAUD dan, sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya.
BAB II KAJIAN TEORI A. Persepsi Guru PAUD 1. Definisi Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga proses sensoris (Walgito, 2004:87). Selanjutnya Walgito (2004:88) menyatakan dalam persepsi, stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang dari dalam individu sendiri. Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi itu bersifat individual. (Davidoff dalam Walgito, 2004:89) Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis menyimpukan persepsi adalah pendapat/pandangan
individu terhadap suatu stimulus, yang didasarkan pada
perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman yang dimilikinya. 2. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi Walgito (2004:89) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang berperan dalam persepsi adalah sebagai berikut: a. Objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf. Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu harus ada syaraf sensoris yang berfungsi meneruskan stimulus ke pusat susunan syaraf. Kemudian syaraf smotoris untuk mengadakan respon. c. Perhatian. Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan kegiatan pemusatan konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan pada sesuatu atau sekumpulan objek.
3. Proses Terjadinya Persepsi Walgito (2004:90) menjelaskan proses terjadinya persepsi dimulai dengan adanya objek yang menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus yang diterima resptor diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak yang merupakan pusat kesadaran sehingga individu dapat menyadari apa yang dilihat, didengar, atau yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak ini disebut proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari persepsi ialah individu menyadari apa yang dilihat, didengar, atau diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan proses persepsi sebenarnya. Respon sebagai bentuk akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.
Pengalaman seseorang akan berperan dalam mempersepsi sesuatu. Persepsi merupakan aktivitas yang integrated, karena persepsi tidak hanya ditentukan oleh stimulus secara objektif, tetapi juga akan ditentukan atau dipengaruhi oleh kesadaran diri orang yang mempersepsi. 4. Bentuk-Bentuk Persepsi Persepsi menentukan cara kita berprilaku terhadap suatu objek atau permasalahan. Persepsi seseorang memberi pengaruh pada perilaku yang dipilih oleh individu. Meskipun stimulus yang diterima sama, namun belum tentu setiap individu akan merespon dengan cara yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan persepsi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya terdapat dua bentuk persepsi, yaitu: a) persepsi positif, ialah persepsi terhadap status objek dan menuju pada suatu keadaan dimana individu yang mempersepsi cenderung menerima objek yang menstimulasi karena sesuai dengan pribadinya, dan b) persepsi negatif, ialah persepsi terhadap status objek dan menuju pada suatu keadaan dimana individu yang mempersepsikan cenderung menolak objek yang menstimulasi karena tidak sesuai dengan pribadinya
5. Persepsi Guru PAUD Pendidik menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 6 adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Guru PAUD menurut Permendiknas No. 58 tahun 2009 adalah profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pengasuhan dan perlindungan anak didik. Persepsi adalah bagaimana suatu individu menafsirkan suatu stimulus yang didapat oleh alat indera dan diproses di dalam otak. Penafsiran itu sendiri berbeda-beda antara individu satu dengan yang lain, hal ini karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama. Dari definisi-definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa persepsi guru PAUD adalah pendapat/tanggapan guru PAUD yang dipengaruhi oleh pengetahuan, kemampuan berpikir, perasaan dan pengalaman-pengalaman, dan bersifat individual. Karena itu, persepsi guru PAUD mengenai hambatanhambatan yang dialaminya pada saat melaksanakan pembelajaran di kelas juga berbeda-beda. Meski aspek yang mengalami hambatan sama, namun setiap guru memiliki pendapat yang berbeda tentang faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan pembelajaran. B. Pembelajaran di PAUD 1. Definisi Pembelajaran PAUD Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna pembelajaran diambil dari kata ajar, yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut. Dengan kata lain, pembelajaran berarti proses, cara,
perbuatan menjadikan orang lain atau makhluk hidup belajar (Fadlillah, 2012:132). Pembelajaran berasal dari kata belajar, yaitu suatu aktivitas atau suatu proses
untuk
memperoleh
pengetahuan,
meningkatkan
keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengukuhkan kepribadian (Suyono dan Hariyanto, 2011:9) Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran dinyatakan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Fadlillah (2012: 67) pembelajaran anak usia dini ialah proses pembelajaran yang ditujukan untuk anak usia 0-6 atau 0-8 tahun. Pembelajaran ini dimaksudkan supaya anak usia dini dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan optimal. Konsep pembelajaran menurut Rusman (2012:116) pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks, karena dalam kegiatan pembelajaran senantiasa mengintegrasikan berbagai komponen dan kegiatan, yaitu siswa dan lingkungan belajar untuk diperolehnya perubahan perilaku (hasil belajara) sesuai dengan tujuan (kompetensi) yang diharapkan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan peserta didik yang dilakukan melalui interaksi antara guru dan peserta didik dalam lingkungan belajar. 2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD Suyanto pembelajaran di
(2005:8-30)
menyebutkan
beberapa
prinsip-prinsip
PAUD, yaitu: 1)Konkret dan dapat dilihat langsung, 2)
Hendaknya menggunakan berbagai benda nyata untuk belajar anak, 3) Bersifat pengenalan, 4) Seimbang antara kegiatan fisik dan mental, 5) Berhati-hati dengan pertanyaan “mengapa’, 6) Sesuai tingkat perkembangan anak, 7) Sesuai kebutuhan individual, 8) Mengembangkan kecerdasan, 9) Sesuai langgam belajar anak, 10) Kontekstual dan multi konteks, 11) Terpadu, 12) Menggunakan esensi bermain, dan 13) Multikultur. Prinsip-prinsip pembelajaran di atas berkaitan dengan cara berpikir anak, sehingga penting bagi guru untuk berpegang pada prinsip-prinsip tersebut. Dengan demikian, setiap kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak.
3. Komponen-Komponen Pembelajaran Fathono
dan
Riyana
(2011:147)
menjelaskan
bahwa
konsep
pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen yaitu kurikulum, tujuan, materi atau bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik dan adanya pendidik. Sebagai
suatu sistem, masing-masing komponen tersebut membentuk sebuah integritas atau satu kesatuan yang utuh. Masing-masing komponen saling berinteraksi atau berhubungan aktif dan saling mempengaruhi. Komponen-komponen tersebut secara keseluruhan berada dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, ketiganya akan saling mempengaruhi sehingga tiap aspeknya tak dapat dipisahkan. Berikut proses pembelajaran beserta komponen yang terlibat didalamnya : a. Perencanaan Pembelajaran Komponen pembelajaran dalam perencanaan adalah tujuan dan kurikulum. Hal ini dikarenakan dalam merencanakan pembelajaran guru akan membuat tujuan pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang digunakan. Menurut Degeng dalam Uno (2011:3) perencanaan pembelajaran merupakan
kegiatan
memilih,
menetapkan,
mengembangkan
hasil
pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Perencanaan pembelajaran di
PAUD
dapat dilihat dari Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran atau RPP yang telah disusun oleh guru. Selanjutnya Rusman (2011:76) menyebutkan aspek perencanaan pembelajaran terdiri dari alokasi waktu tiap pertemuan, menentukan kompetensi dasar, hasil belajar yang diharapkan, indikator hasil belajar, merumuskan langkah-langkah pembelajaran, menentukan alat dan sumber yang diperlukan dan menentukan cara menilai hasil belajar berdasarkan hasil pembelajaran.
Berdasarkan pengertian diatas perencanaan pembelajaran bisa diartikan sebagai kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan tujuan dan kurikulum untuk mencapai hasil belajar. b. Pelaksanaan Pembelajaran Menurut Mulyasa (2012:21) pelaksanaan adalah kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan dari membuka sampai menutup pelajaran. Menurut Darmawan dan Permasih (2011:133) kegiatan tersebut meliputi: 1) Kegiatan awal yaitu melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan bila dianggap perlu melakukan pretest; 2) Kegiatan inti, yaitu kegiatan utama yang dilakukan guru dalam memberikan pengalaman belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang dianggap sesuai dengan tujuan dan materi yang akan disampaikan; 3) Kegiatan akhir, yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah bila dianggap perlu. Lebih lanjut Darmawan dan Permasih menyatakan pada pelaksanaan pembelajaran
guru
harus
menguasai
beberapa
komponen
proses
pembelajaran untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pembelajaran, yaitu : 1) Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. 2) Media yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. 3) Materi atau Bahan ajar yang digunakan. Komponen lain yang terdapat dalam pelaksanaan pembelajaran adalah siswa dan guru. Dalam pelaksanaan
pembelajaran guru memberi informasi dan siswa menangkap informasi yang telah dirancang dan disampaikan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. c. Evaluasi pembelajaran Evaluasi pembelajaran merupakan muara dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan merupakan suatu komponen proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2008:77) evaluasi pembelajaran merupakan suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar peserta didik setelah ia mengelami proses belajar dalam periode tertentu. Sudiono (2011:2) menambahkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk menentukan kemajuan dari tujuan yang telah ditentukan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prgram evaluasi adalah perincian terhadap tujuan evaluasi dalam lembaga, tujuan evaluasi dalam tiap aspek perkembangan, metode yang digunakan, alat evaluasi yang digunakan, kriteria dan skala yang dipergunakan serta jadwal evaluasi. Dalam penelitian kali ini, komponen pembelajaran yang akan diamati lebih dalam hanya pada proses pelaksanaan pembelajaran. Aspek yang akan dibahas meliputi pengelolaan kelas, media dan sumber belajar, serta metode dan strategi pembelajaran juga bahan belajar dan penilaian pembelajaran yang digunakan oleh guru.
C. Pelaksanaan Pembelajaran PAUD Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, aspek-aspek dalam proses pelaksanaan pembelajaran yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Pengelolaan kelas Made Pidarta dalam Djamara dan Zain (2010:176) mengatakan, pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki,dan memelihara sistem/organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuan, bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual. Sedangkan menurut Sudirman N, dkk. dalam Rusydie (2011:30), Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena itu kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari dan bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu berubah. Karena itu, kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap mental, dan emosional anak didik. Rusdinal dan Elizar (2005:10) berpendapat bahwa pengelolaan kelas dilakukan oleh guru secara sistematis dimulai dari merencanakan aktivitas pembelajaran, menyiapkan sarana pendukung, mengatur waktu aktivitas anak, menata ruang kelas, serta membangun iklim kelas yang kondusif bagi pembelajaran anak secara efektif.
Beberapa prinsip dalam melaksanakan pengelolaan kelas menurut Hasibuan (1993) dalam Sunhaji (2009:102) yaitu: a. Kehangatan dan keantusiasan. b. Penggunaan bahan-bahan yang menantang bagi usaha meningkatkan motivasi belajar siswa. c. Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, gaya mengajar, dan pola interaksi. d. Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi mengajarnya untuk mencegah gangguan-gangguan yang timbul. e. Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan memberi contoh dalam perbiuuatan guru sehari-hari. Mengacu pada pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan segala usaha yang dilakukan oleh guru secara sistematis dalam mendayagunakan potensi untuk mewujudkan terciptanya lingkungan pembelajaran yang kondusif, efektif dan menyenangkan bagi anak. Pengelolaan kelas mencakup tiga aspek, yaitu penataan ruang kelas dan pengorganisasian anak didik yang meliputi pembinaan perilaku anak dan penciptaan iklim kelas. a. Pengaturan Ruangan Kelas. Ruangan kelas diatur sedemikian rupa, sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana seefisien mungkin. Dalam pengaturan ruangan kelas ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Susunan meja, kursi anak bersifat fleksibel dan dapat berubah-berubah
2) Pada waktu mengikuti kegiatan, anak tidak selalu duduk dikursi, tetap dapat juga duduk di tikar/ karpet 3) Penyediaan alat bermain/ sumber belajar harus disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan 4) Pengelompokan meja disesuaikan dengan kebutuhan sehingga cukup ruang gerak bagi anak didik Hubbard
(1986)
dalam
Rusdinal
dan
Elizar
(2005:57)
mengemukakan bahwa dalam menata ruang fisik kelas, guru perlu memperhatikan kemudahan pelaksanaan aktivitas belajar terutama hal yang berkaitan dengan: 1) akses ke ruang kerja, 2) akses ke alat-alat permainan, dan 3) akses ke anak-anak. Kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sehari-hari dapat dilaksanakan dalam bentuk: 1) Kegiatan klasikal, 2) Kegiatan kelompok, dan 3) Kegiatan individual. Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak didesain untuk memungkinkan anak belajar. Setiap kegiatan harus mencerminkan jiwa bermain, yaitu senang, merdeka, sukarela, dan demokratis. Setiap permainan yang diberikan harus diberi muatan pendidikan sehingga anak dapat belajar. Untuk itu guru di Taman Kanak-kanak harus kreatif melihat potensi
lingkungan
menyenangkan anak.
dan
mendesain
kegiatan
pembelajaran
yang
b. Pembinaan Perilaku Anak. Menurut Rusdinal dan Elizar (2005:96) pembinaan perilaku anak didik
merupakan
salah
satu
kegiatan
guru
dalam
mewujudkan
kompetensinya dalam melakukan pengelolaan kelas. Upaya yang dapat dilakukan adalah memelihara dan meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi atau menghilangkan perilaku anak yang tidak diinginkan. Paciorek dalam Rusdinal dan Elizar (2005:99) mengemukakan bahwa untuk pembinaan perilaku anak dapat dilakukan dengan lima langkah berikut: 1) menyampaikan kepada anak pernyataan tentang perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima di dalam kelas, 2) menetapkan konsekuensi dengan menyediakan ganjaran/hadiah untuk perilaku yang dapat diterima dan konsekuensi perilaku yang tidak dapat diterima, 3) berpegang teguh pada konsekuensi dan ganjaran yang telah ditetapkan, 4) melakukan pemeliharaan terhadap perilaku siswa yang diharapkan, dan 5) bersedia melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan. Memelihara dan meningkatkan perilaku anak dapat dilakukan dengan penerapan prosedur penguatan (reinforcement). Penguatan positif (positive reinforcement) merupakan cara terbaik untuk memperkuat kecenderungan perilaku berulang. Penguatan positif yang dapat dilakukan guru dalam menjaga agar perilaku anak agar dapat ditingkatkan adalah dengan pemberian persetujuan, penghargaan, dan hadiah.
Sedangkan untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan dapat dilakukan dengan penghapusan (extentions), pemberian hukuman (punishment), pembatalan kesempatan (time out), dan pengurangan hak (respon cost). Pada pelaksanaan pembelajaran, guru akan mendapatkan perilakuperilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima. Pembentukan perilaku ini bertujuan agar terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif. Pembinaan perilaku meliputi kegiatan memelihara atau meningkatkan
perilaku
yang
diinginkan,dan
menghilangkan
atau
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, serta mengajarkan anak perilaku yang baru. c. Penciptaan Iklim Kelas Rusdinal dan elizar (2005:115) menyatakan penciptaan iklim kelas sebagai usaha guru untuk menciptakan suasana kelas yang serasi dan bebas dari gangguan sehingga anak merasa aman dan senang untuk belajar. Upaya penciptaan iklim kelas yang baik selain mempersyaratkan hubungan yang efektif antara guru dengan anak, juga menekankan pentingnya hubungan yang baik antara anak dengan anak. Iklim kelas yang baik ditandai dengan hubungan yang baik. Penciptaan iklim kelas yang kondusif juga melalui upaya guru dalam
menerapkan
kepemimpinannya.
Pola
kepemimpinan
yang
diharapkan diterapkan untuk anak adalah pola kepemimpinan yang demokratis. Hurlock dalam Rusdinal dan Elizar (2005:116) menyatakan
bahwa cara mendidik anak yang demokratis akan menimbulkan suasana yang santai (relax) yang akan menunjang bagi ekspresi emosi yang menyenangkan pada anak dalam pembelajaran. Selanjutnya Rusdinal dan Elizar (2005:117-129) menyebutkan pembinaan suasana yang demokratis dapat dilakukan guru dengan berbicara ramah pada anak, membimbing anak dengan menggunakan ajakan, membangun keberanian anak, menolong anak, dan memecahkan tanggung jawab dengan tepat pada anak. Untuk pengembangan hubungan baik guru dengan anak adalah dengan menunjukkan sikap terbuka, memahami kesulitan anak, melindungi anak, sikap hangat, dan menerima anak apa adanya. Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam membina hubungan baik antara anak dengan anak dapat dilakukan dengan menciptakan suatu interaksi belajar dan menanamkan sikap yang penuh keakraban, tolong menolong sesama teman, tenggang rasa, mengendalikan emosi, menerima teman apa adanya, serta menjauhi rasa benci, dendam dan permusuhan. Menurut Rusdinal dan Elizar (2005: 177) teknik pengelolaan kelas dapat dikelompokkan ke dalam teknik preventif dan kuratif. Sikap dan tindakan guru dalam masing-masing teknik sebagai berikut: 1) Teknik Pengelolaan Kelas Preventif. Teknik preventif adalah teknik untuk mencegah timbulnya tingkah laku anak yang dapat mengganggu kegiatan pembelajaran. Penerapan preventif dilakukan dengan maksud tersedianya suatu
kondisi yang nyaman dan aman bagi anak untuk beraktivitas di kelas (Rusdinal dan Elizar, 2005: 177). Dengan kata lain, teknik preventif merupakan prosedur pencegahan yang menyangkut segala tindakan guru sebelum tingkah laku yang menyimpang dan mengganggu proses pengajaran muncul. Tindakan yang dapat dilakukan guru seperti mengatur anak didik, lingkungan dan peralatan kelas, serta format pembelajaran sehingga mendukung terhadap suasana belajar yang menyenangkan dan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Hasibuan
dalam
Rusdinal
dan
Elizar
(2005:
178)
mengemukakan sejumlah sikap dan tindakan guru yang preventif adalah: a) sikap terbuka, b) sikap menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, c) sikap empati, d) sikap demokratis, e) mengarahkan anak pada tujuan kelompok, f) menghasilkan aturan kelompok yang disepakati bersama, g) memperjelas komunikasi, dan h) menunjukkan kehadiran. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan kelas. Konsekuensinya adalah tindakan guru dalam menentukan langkah-langkah untuk mengelola kelas harus merupakan langkah yang efektif dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 2) Teknik Pengelolaan Kelas Kuratif. Rusdinal dan Elizar (2005: 177) mengemukakan teknik kuratif adalah teknik untuk menanggulangi perilaku anak yang mengganggu
kegiatan belajar. Teknik kuratif merupakan tindakan korektif yang dilakukan guru terhadap perilaku anak yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi kelangsungan aktivitas anak di kelas. Dalam teknik kuratif ini tindakan penanggulangan yang dilakukan guru bisa saat terjadi gangguan, dan tindakan penyembuhan terhadap perilaku anak yang menyimpang terlanjur terjadiagar penyimpangan tersebut tidak berulang-ulang. Menurut Hasibuan dalam Rusdinal dan Elizar (2005: 182) dengan menggunakan teknik kuratif guru dapat melakukan beberapa hal, yaitu: a) penguatan negatif, b) penghapusan, c) penghukuman, d) pembicaraan situasi pelanggaran dan bukan pelaku pelanggaran, e) pemasabodohan terhadap pelanggaran anak, f) pemberian tugas yang memerlukan keberanian (bagi anak yang menunjukkan tingkah laku menguasai), g) pemberian tugas yang menuntut kekuatan fisik (bagi anak yang menunjukkan tingkah laku menguasai), h) penghilangan respon, ekspresi wajah tetap wajar (bagi anak yang menunjukkan tingkah laku membalas dendam), i) penyalahan anak secara tidak langsung, dan menunjukkan segi-segi keberhasilan (bagi anak yang menunjukkan
tingkah
laku
ketidakmampuan),
j)
peningkatan
partisipasi anak dalam beraktivitas, k) meratakan partisipasi anak, l) pengurangan
ketegangan,
dan
antarpribadi atau antarkelompok.
m)
penyelesaian
pertentangan
Teknik pengelolaan kelas yang bersifat kuratif merupakan tindakan yang dilakukan guru sebagai respon untuk mengatasi tingkah laku anak yang menyimpang atau mengganggu. Dalam hal ini, guru dituntut untuk berusaha menumbuhkan kesadaran anak dan tanggung jawab memperbaiki tingkah lakunya sehingga yang bersangkutan bisa kembali berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, untuk menciptakan kondisi kelas yang kondusif bagi pembelajaran, sebaiknya guru menggunakan teknik pengelolaan yang bersifat preventif sebelum teknik yang bersifat kuratif. Hal ini diharapkan apabila guru merencanakan pembelajaran sejak awal, maka dapat mencegah munculnya perilaku anak yang mengganggu proses pelaksanaan pembelajaran. Proses pencegahan lebih baik daripada mengatasi setelah perilaku tersebut muncul. Semua rangkaian kegiatan pengelolaan
kelas
yang
dilakukan
guru
dengan
maksud
untuk
menyediakan kondisi yang optimal bagi proses pembelajaran anak di kelas. Kondisi pengelolaan kelas yang mendukung kegiatan pembelajaran anak ditandai dengan adanya suasana pembelajaran yang demokratis dimana terciptanya hubungan yang baik antara guru-anak, dan anak-anak. 2. Media dan Sumber belajar. a. Media Belajar. Syaodih dalam Fadlillah (2012:206) menjelaskan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses
pembelajaran. Menurut Miarso (2007) media pembelajaran ialah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. Sedangkan Gerlach dan Ely dalam
Fadlillah (2012:206),
menyebutkan bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alatalat mekanik untuk menyajikan, memproses,dan menjelaskan informasi lisan atau visual. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang berupa media grafik, elektronik, maupun mekanik
yang digunakan untuk menyampaikan,
menyajikan isi belajar kepada siswa baik informasi lisan atau visual. Menurut Kemp dan Dayton dalam Fadlillah (2012:207), diantara manfaat
media dalam
pembelajaran
adalah
sebagai
berikut:
1)
Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, 2) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, 3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif, 4) Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi, 5) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, 6) Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, 7) Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan, dan 8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
Mansur dalam Fadlillah (2012:209) Suatu media akan dapat berfungsi dengan baik apabila digunakan dengan baik dan benar. Ketepatan dalam pemilihan juga sangat mempengaruhi, apalagi dalam pembelajaran untuk anak usia dini, media yang digunakan hendaknya khusus mengacu pada karakteristik anak. Beberapa prinsip dalam penggunaan media: 1) Penggunaan media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran, bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan. 2) Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar. 3) Guru hendaknya menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang digunakan. 4) Guru seharusnya menghitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media pengajaran. 5) Penggunaan media pengajaran harus diorganisasi secara sistematis bukan sembarang menggunakannya. 6) Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media, guru dapat memanfaatkan multimedia yang menguntungkan dan memperlancar proses pembelajaran dan dapat merangsang siswa dalam belajar.
Media pembelajaran untuk anak usia dini dapat digolongkan menjadi tiga golongan (Fadlillah, 2012:211-212), yaitu : 1) Media audio, media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pendengaran), serta hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio dan kaset. Media ini dapat digunakan untuk memutar lagu-lagu atau sebuah cerita. Melalui media ini anak diminta untuk menyimak, mendengarkan, atau bahkan menirukan dari apa yang mereka dengar. Media ini bermanfaat untuk merangsang imajinasi dan perkembangan bahasa anak. 2) Media visual, media ini hanya mengandalkan indera penglihatan. Contohnya media grafis dan media proyeksi. Dengan media ini, anak akan dapat mengetahui persis tentang sesuatu yang dipelajari. Contoh untuk media visual grafis antara lain gambar, poster, kartun,dan komik. Sedangkan utnuk media proyeksi, seperti OHP, slide, dan filmstrips. 3) Media audiovisual, media memiliki dua unsur, yaitu suara dan gambar. Media ini dibedakan menjadi dua, yaitu : a) Media audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai,film rangkai suara, dan film cetak suara. b) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video kaset.
Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audiovisual, yang membantu guru dalam memperkaya wawasan anak didik. Menurut Sudjana dan Rivai (2005: 4) dalam pemilihan media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapkan. 2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa. 3) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. 4) Keterampilan guru dalam menggunakannya; artinya apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakan dalam proses pengajaran. 5) Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
6) Sesuai dengan taraf berfikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
Media sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, salah satu tujuan penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran adalah untuk membantu siswa lebih cepat mengetahui, memahami, dan upaya terampil dalam mempelajari materi yang disampaikan guru. Selain itu, juga untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, aktif, efektif, dan efisien. Guru diharapkan dapat mengembangkan media sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini akan terkait dengan kecermatan guru memahami kondisi psikologis siswa, tujuan metode, dan kelengkapan alat bantu. Kegagalan seorang guru dalam mengembangkan media akan terjadi jika penguasaan terhadap karakteristik media itu sendiri sangat kurang. Cara memanfaatkan media tergantung dari jenis dan karakteristik suatu media. Cara kerja media visual tentu berbeda dengan cara kerja media audiovisual. Cara pemakaiannya tidak mesti harus guru, tetapi juga bisa, selama untuk mencapai tujuan pengajaran. (Djamarah dan Zain, 2010:139) b. Sumber Belajar Sumber belajar merupakan bagian yang tak terpisahkan lagi kegiatan belajar anak dan sangat membantu dalam aspek perkembangan anak baik aspek kognitif, sosial, bahasa, motorik, afeksi, moral dan sebagainya yang merupakan suatu sistem proses pembelajaran. Sumber belajar sebagai salah satu komponen atau unsur pembelajaran di
PAUD
memegang peranan penting dalam rangka
terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi
anak. Penyajian sumber belajar untuk anak
PAUD
harus nyata dan
sederhana agar dapat membantu pengembangan kemampuan berfikir anak dan sesuai dengan taraf kemampuannya. Dalam Djamarah dan Aswan Zain (2010:48) yang dimaksud dengan sumber belajar adalah sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (Winataputra dan Ardiwinata, 1991:165). Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi pelajar. Menurut Wijaya (1992) dalam Sunhaji (2009:79), sumber belajar dapat berupa manusia, kebudayaan, alam, dan ilmu pengetahuan, yang semuanya dapat dipakai sebagai alat untuk memudahkan siswa dalam belajar. Sedangkan Rivai (sunhaji, 2009:82) mengklasifikasikan sumber belajar sebagai berikut : 1) Tercetak: buku, majalah, brosur, peta,dan lain-lain. 2) Non-cetak: slides/transparan, model, dan sebagainya. 3) Fasilitas: perpustakaan, ruang belajar, studio, dan sebagainya. 4) Kegiatan: wawancara, kerja kelompok, observasi, permainan. 5) Lingkungan dalam masyarakat: taman, pabrik, pasar, toko, museum, dan sebagainya. Sudirman N, dkk. (1991:203) mengemukakan macam-macam sumber belajar, sebagai berikut: a. Manusia (people); b. Bahan (materials); c. Lingkungan (setting); d. Alat dan perlengkapan (tools and
equipments); e. Aktivitas (activities) : Pengajaran berprogram, Simulisasi, Karyawisata, Sistem pengajaran modul. Aktivitas sebagai sumber belajar meliputi: tujuan khusus yang harus dicapai oleh siswa; materi ( bahan pelajaran) yang harus dipelajari; dan aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan menurut Reostiyah, N.K. (1989) dalam Djamarah (2010:49), sumber belajar adalah: manusia (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat); buku/perpustakaan; media massa (majalah, surat kabar, radio, tv, dan lain-lain); dalam lingkungan; alat pengajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, kapur, spidol, dan lainlain); dan museum(tempat penyimpanan benda-benda kuno). Beberapa prinsip penggunaan sumber belajar menurut Sunhaji (2009:85-87) antara lain: 1) Penggunaan sumber belajar harus senantiasa mengacu kepada tujuan instruksional/tujuan pembelajaran/indikator, 2) Berorientasi kepada siswa, 3) Proses pemanfaatan berjenjang, 4) Sumber belajar harus terkombinasikan dan menyatu dengan proses belajar mengajar. Sumber belajar mendukung siswa untuk lebih banyak melakukan kegiatan belajar yaitu selain mendengarkan uraian dari guru tetapi juga mengamati, melakukan, mendemontrasikan dan lain-lain. Guru hendaknya pandai memanipulasi media sebagai sumber pembelajaran dan sebagai
penyaluir informasi dari bahan yang disampaikan kepada anak didik dalam proses pembelajaran. 3. Metode Dan Strategi Pembelajaran a. Metode Pembelajaran Tim
Pengembang
Pusat
Kurikulum
Balitbang
Pendidikan
(2008:12) menyebutkan bahwa Metode merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Menurut Fadlillah (2012:161) metode pembelajaran adalah suatu cara yang sistematis untuk melakukan aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang tujuannya mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Metode pembelajaran berhubungan dengan teknik-teknik yang digunakan dalam menyajikan pembelajaran. Beberapa metode yang dapat diterapkan dan digunakan dalam proses pembelajaran menurut Fadlillah (2012: 163-178) yaitu: metode ceramah, metode tanya jawab, metode pembiasaan, metode keteladanan, metode bermain, metode bercerita, metode bernyanyi, metode wisata alam, metode pemecahan masalah, dan metode simulasi. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan di Taman Kanak-kanak, diantaranya seperti menurut Direktorat PADU tahun 2001 dikutip dari Nuruljannah (2013) Pembelajaran pada anak usia dini dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode diantaranya: 1) Bercerita, 2) Bernyanyi, 3) Berdarmawisata, 4) Bermain peran, 5) Peragaan/Demonstrasi,
6)
Pemberian
Tugas,
7)
Metode
Proyek
/Pengamatan, 8) Metode Pembiasaan, 9) Metode Bercakap-cakap, dan 10) Latihan. Terdapat beberapa teknik dan metode yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Mager (1977) menyampaikan beberapa faktor yang dapat digunakan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut : 1) Berorientasi pada tujuan pembelajaran,
pertimbangan pertama
penggunaan strategi pembelajaran adalah berorentasi pada tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai. 2) Efektivitas. Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. 3) keterlibatan peserta didik, dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. Pemilihan metode yang tepat akan sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan, maka guru perlu mengetahui dan mempelajari beberapa metode pembelajaran, serta dipraktikkan pada saat proses pelaksanaan pembelajaran. Metode
pembelajaran
merupakan
bagian
dari
strategi
pembelajaran. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada
siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut Djamarah dan Zain (2010:73) dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman mutlak dalam pemilihan metode. Sehingga dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik, jalan pembelajaran pun tampak kaku. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Perlu dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain itu, menurut Roestiyah dalam Djamarah dan Zain (2010:74) dalam pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah guru harus menguasai teknik-teknik penyajian yang disebut metode mengajar. b. Strategi Pembelajaran Sudjana dalam Sunhaji (2009:1) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan tindakan guru melaksanakan rencana belajar
mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, metode,alat, serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, strategi pembelajaran adalah usaha nyata guru dalam proses belajar mengajar yang dinilai lebih efektif dan efisien atau politik dan taktik guru yang dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas. Strategi pembelajaran merupakan bentuk upaya guru menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar, serta pilihan pola kegiatan pembelajaran yang diambil agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Disebutkan dalam Uno (2011:18-18) ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: (a) strategi pengorganisasian pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan pembelajaran. Beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam
memilih
strategi
pembelajaran
secara
tepat
dan
akurat,
pertimbangan tersebutmesti berdasarkan pada penetapan: 1) Tujuan pembelajaran, penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan dalam menyajikan materi pengajaran. 2) Aktivitas dan pengetahuan awal siswa, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya
terbatas pada aktivitas fisik saja akan tetapi juga aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental. 3) Integritas bidang studi/pokok bahasan, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara terintegritas. 4) Alokasi waktu dan sarana penunjang. 5) Jumlah siswa, di dalam kelas perlu mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi. Dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan untuk memilih metodemetode dan strategi pembelajaran sebelum ia menyampaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ketidakberhasilan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dipengaruhi metode dan strategi yang dipilih dan digunakannya. Setiap metode dan strategi memiliki kelebihan dan kekurangan. Guru akan lebih mudah menetapkan metode dan strategi yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi kelas apabila mengetahui karakteristik tiap-tiap metode dan strategi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode dan strategi menjadi hambatan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran.
4. Bahan Ajar dan Penilaian Pembelajaran a. Bahan Ajar Sunhaji (2009:42) menyebutkan bahwa bahan ajar adalah obyek yang dialami siswa dalam pengalaman belajarnya. Dengan kata lain,tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa diwarnai dan dibentuk oleh bahan
belajarnya. Bandono (2009) menyebutkan bahan ajar adalah segala bentuk bahan
yang
digunakan
untuk
membantu
guru/instruktor
dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa
berupa
bahan
tertulis
maupun
bahan
tidak
tertulis.
(National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training). Dalam konteks pengajaran, bahan belajar memiliki sifat-sifat berikut ini: 1) Bahan pengajaran dapat tergolong sukar, dan mudah dikuasai siswa, 2) Bahan dapat tergolong abstrak dan bahan yang didukung oleh pengalaman hidup siswa sehari-hari, 3) Bahan dapat bersifat teori dan praktis, 4) Bahan dapat bersifat dasar dan pengembangan (Samana dalam Sunhaji, 2009:43). Di PAUD penyampaian bahan ajar dilakukan sesuai dengan tema-tema pembelajaran yang telah ditentukan kurikulum. Bahan ajar yang dipilih oleh guru hendaknya disesuaikan pada tema belajar yang pelajari. Guru berperan penting dalam memilih dan menentukan bahan belajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain: 1) Kesesuaian dengan sasaran belajar, 2) Tingkatan kesukaran bahan belajar untuk siswa, 3) Metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan belajar, 4) Kesesuaian hasil evaluasi belajar dangan bahan belajar.
Beberapa Jenis Bahan Ajar menurut Makmur (2011) antara lain: 1) Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket. 2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. 3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. 4) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials). Selanjutnya Makmur (2011) menyebutkan pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran, antara lain: 1) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak, Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. 2) Pengulangan akan memperkuat pemahaman, dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep.
3) Umpan
balik
positif
akan
memberikan
penguatan
terhadap
pemahaman siswa, respon yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. 4) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. 5) Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu. Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. 6) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan, Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas. Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, dll. Demikian pula
materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami. b. Penilaian Pembelajaran Menurut Fadlillah (2012:221) penilaian ialah serangkaian kegiatan yang dilakukan setiap saat oleh pendidik dalam rangka pengumpulan dan pengelolaan informasi tentang aktivitas pembelajaran guna menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak. Dalam konteks pembelajaran di PAUD, penilaian merupakan prosedur sistematis yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kinerja dan atau kemajuan berbagai aspek perkembangan yang dapat dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Adapun prinsip-prinsip penilaian pembelajaran PAUD yang dikemukakan oleh Fadillah (2012:226) antara lain, yaitu: sistematis, menyeluruh, berkesinambungan, objektif, mendidik, dan kebermaknaan. Selain itu ditambahkan lagi beberapa prinsip seperti terpadu, akuntabel, dan terbuka. Anita (2005:48) mengatakan bahwa penilaian dapat dilihat dari dua sisi. Bila dilihat dari keberadaan yang dinilai, penilaian terdiri dari penilaian proses dan penilaian hasil. Jika dilihat dari waktu penilaian yang dikaitkan dengan pelaksanaan dan materi pembelajaran, dikenal dengan penilaian formatif dan sumatif. Bila dilihat dari metode/cara atau alat yang digunakan diketahui tes dan non-tes.
Pada pelaksanaannya, terdapat dua jenis penilaian, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil (produk), penilaian proses adalah penilaian bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran yang telah dilakukan mencapai tujuan. Menurut W.S Winkel dalam Djamarah dan Zain (2010:51) penilaian hasil adalah penilaian pada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan siswa dan bagaimana penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran yang telah guru berikan pada proses pembelajaran. Bentuk-bentuk penilaian PAUD yang biasa digunakan pada pelaksanaan kegiatan belajar menurut Anita (2005:57) antara lain: 1) Pemberian tugas, suatu cara penilaian yang dilakukan dengan pemberian tugas-tugas tertentui sesuai dengan kemampuan yang akan diungkap. 2) Percakapan, penilaian yang dilakukan melalui percakapan atau cerita antara anak dengan guru atau antara anak dengan anak. 3) observasi, yaitu pengamatan yang dilkukan secara langsung dan alamiah untuk mendapatkan data dan informasi tentang perkembangan anak dalam berbagai situasi dan kegiatan yang dilakukan. 4) Catatan anekdot, yaitu catatan yang lebih memfokuskan pada sikap dan perilaku anak yang terjadi secara khusus atau peristiwa yang terjadi secara insidental/tiba-tiba. 5) Percakapan, dilakukan untuk mendapat informasi tentang pengetahuan atau penalaran anak mengenai sesuatu hal. Percakapan dapat dilakukan dengan wawancara kepada peserta didik.
6) Skala penilaian (rating scale), digunakan untuk pencatatan hasil pengamatan. Skala penilaian memuat daftar kata-kata atau pertanyaan mengenai tingkah laku, sikap dan atau kemampuan siswa. 7) Portofolio, yaitu kumpulan atau rekam jejak berbagai hasil kegiatan atau catatan-catatan guru tentang berbagai aspek perkembangan anak dalam kurun waktu tertentu. 8) Penilaian diri sendiri, penilaian ini dilakukan anak dengan bantuan guru. Penilaian bisa dilakukan setelah anak memiliki kumpulan hasil kerjanya. Lebih lanjut Anita (2005:49) menyatakan penilaian dipengaruhi beberapa faktor seperti guru sebagai pelaksana penilaian (penilai), anak sebagai sasaran penilaian, dan alat yang digunakan untuk memperoleh data penilaian, serta tempat dan waktu pelaksanaan penilaian. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan secara cermat sebelum melaksanakan penilaian, agar nilai yang diperoleh benar-benar menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari subjek (anak) yang dinilai. Guru harus memahami konsep penilaian sehingga guru mampu merancang dan memilih penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi, dan aktivitas anak. Bagaimana melakukan penilaian dengan efektif dan efisien serta berkelanjutan sehingga dapat dijadikan gambaran untuk proses pembelajaran selanjutnya. Di PAUD, banyak teknik yang dapat digunakan dalam penilaian, mulai dari observasi, wawancara, catatan
anekdot, maupun portofolio. Kegiatan penilaian akan lebih baik bila memadukan antara penilaian proses dengan penilaian hasil. D. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Menurut Roestiyah (1994) dalam Susita (2001:10-12) guru akan menemui hambatan-hambatan seperti : 1. Perencanaan proses belajar mengajar, guru kurang memiliki keterampilan dalam: berorientasi kepada tujuan pelajaran, mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa, memahami cara merumuskan tujuan umum dan khusus, menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuandan kebutuhan siswa, merumuskan intraksional dengan jelas. 2. Kesulitan dalam menguasai materi pembelajaran seperti:
guru kurang
menguasai materi, materi yang disajikan tidak relevan dengan tujuan, materi yang diberikan terlalu luas, guru kurang mampu dalam menyesuaikan penyajian bahan dengan waktu yang ada, kurang mampu mengembangkan materi pelajaran yang disampaikannya, dan kurang mempertimbangkan urutan tingkat pelajaran yang disampaikannya. 3. Penentuan metode pembelajaran. Agar guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang menarik dan berhasil, maka perlu direncanakan metode pengajarannya, juga dapat memilih sistem penyajian yang tepat untuk setiap materi tertentu yang disajikan, atau memvariasikan metode tersebut. Namun, guru menemukan masalah-masalah seperti: kurang menguasai sistem penyajian yang menarik dan efektif, pemilihan metode kurang relevan dengan tujuan pelajaran dan materi pelajaran, kurang terampil
dalam menggunakan metode, dalam menggunakan metode kurang bervariasi, cara menyajikan kurang meningkatkan motivasi sangat terikat pada satu metode saja, serta guru tidak memberikan feedback pada tugas yang akan dikerjakan siswa. 4. Guru juga menemukan masalah dalam media pengajaran yang dapat menghambat proses pembelajaran yaitu: pemilihan media kurang relevan dengan materi, penggunaan media kurang menumbuhkan motivasi, dan guru kurang memahami media yang menarik dan efektif. 5. Guru menemukan masalah dalam evaluasi pembelajaran seperti : guru dalam menyusun kriteria keberhasilan tidak jelas, prosedur evaluasi tidak jelas, guru tidak melaksanakan prisip-prinsip evaluasi yang efektif dan efisien, kebanyakan guru memiliki cara penilaian yang tidak seragam, dalam merumuskan tujuan evaluasi tidak jelas, guru kurang menguasai teknik-teknik evaluasi, guru tidak melakukan administrasi hasil penilaian dengan baik, guru tidak memanfaatkan analisa hasil evaluasi sebagai bahan feedback. Pada umumnya, setiap guru yang melaksanakan pembelajaran tentu akan menghadapi hambatan-hambatan, semua guru pada jenjang pendidikan yang berbeda, baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Tidak perduli apakah hambatan itu muncul disebabkan oleh faktor yang dapat berasal dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Dalam penelitian ini, hambatan yang akan diteliti hanya mencakup hambatan yang dialami guru PAUD terfokus pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran saja.
E. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian Kenedi (skripsi tahun 2002) yang berjudul “Permasalahan Yang Dialami Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Ka-Ga-Nga di SD Negeri sekecamatan
Rimbo
Pengadang”.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
permasalahan yang dihadapi guru meliputi kurikulum yang kurang jelas, buku sumber yang terbatas serta media pengajaran yang masih belum memadai. Hiramawati (skripsi tahun 2005) dengan judul “Problematik Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas 1 SD Negeri 36 Kota Bengkulu”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan yang ditemukan berupa kurangnya penggunaan media belajar dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru, serta perhatian dari pihak sekolah dan pemerintah daerah. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran mengalami hambatan baik yang berasal dari dirinya sendiri maupun di luar dirinya seperti sekolah, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Hasil penelitian ini mendukung permasalah penelitian yang akan peneliti lakukan. Penelitian-penelitian di atas mendukung penelitian Persepsi Guru PAUD Terhadap Faktor-Faktor Yang Menghambat Dalam Melaksanakan Pembelajaran, namun tingkatan pendidikan dan pembelajarannya berbeda. Meskipun demikian, pada
dasarnya
dalam
melaksanakan
pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran tentu mengalami hambatan.
semua
guru
yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif diartikan sebagai penelitian yang bermaksud untuk memaparkan data dengan menganalisis data yang diperoleh sehingga mendapatkan gambaran yang jelas. Metode kuantitatif digunakan dalam penelitian ini untuk melihat seberapa besar persentase hambatan yang dialami oleh guru PAUD dalam melaksanakan pembelajaran.(Rahidiasmara, 2003:25). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Arikunto (2010:173) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Atas dasar tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru PAUD di Kecamatan Ujan Mas kabupaten Kepahiang tahun ajaran 2014/2015. Tabel 3.1. Guru PAUD Di Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang Tahun Ajaran 2014/2015 No Sekolah Populasi Jumlah D 1V/S1 D II/D III SMA 1 Tunas Cendikia 1 1 2 2 TK Hidro PT.PLN 4 4 3 TK Tunas Meranti 1 1 4 TK Aisyiyah 03 3 3 5 Roudhotun Nasihin 1 4 5 6 Bunda Putri 2 2 7 Doa Ibu 2 2 8 Bunda SKB 2 2 4 9 Edelweiss 2 2 10 Al-Istiqamah 3 3 11 Ash-shobar 2 4 6 11 2 21 34 Jumlah Sumber: Dinas DIKPORA Kab. Kepahiang, 2014.
2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. (Sugiyono, 2010:91). Dalam penelitian ini peneliti menerapkan sampel total, dimana semua anggota populasi diambil sebagai sampel, yaitu berjumlah 34 orang guru PAUD di kecamatan Ujan Mas. C. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di wilayah Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang yaitu seluruh PAUD di Kecamatan Ujan Mas. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober dan November tahun 2014. D. Data dan Sumber Data Data merupakan fakta-fakta tertentu sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dalam menarik suatu keputusan (Wikipedia, 2014). Dalam penelitian ini, data yang akan diolah antara lain: 1) Data tentang persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor
yang
menghambat guru PAUD pada aspek pengelolaan kelas akan diperoleh dari guru dengan menggunakan kuisioner. 2) Data persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat guru PAUD pada aspek media dan sumber belajar akan diperoleh dari guru dengan menggunakan angket atau kuisioner. 3) Data persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat guru PAUD pada aspek metode dan strategi pembelajaran akan diperoleh dari guru dengan menggunakan angket atau kuisioner.
4) Data persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat guru PAUD pada aspek materi dan penilaian pembelajaran akan diperoleh dari guru dengan menggunakan angket atau kuisioner.
E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel yaitu persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran. Pengumpulan data persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran diperoleh dengan menyebarkan instrumen kuisioner dalam bentuk skala Likert dengan poin 1 s/d 5 yang dijabarkan menjadi tanggapan sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). 1. Definisi konseptual Persepsi guru PAUD adalah pendapat atau pandangan guru PAUD berdasarkan perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman yang dimiliki oleh guru, dan bersifat individual. Faktor faktor yang menghambat guru pada saat melaksanakan pembelajaran di kelas, khususnya dalam aspek pengelolaan kelas, media dan sumber belajar, serta metode dan strategi pembelajaran juga aspek materi dan penilaian pembelajaran. 2. Definisi operasional Persepsi guru PAUD dalam penelitian ini adalah pendapat guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat guru pada saat melaksanakan
pembelajaran yang digali melalui kuisioner yang diisi oleh guru PAUD di kecamatan Ujan Mas yang menjadi populasi penelitian. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan
dituangkan dalam angket
yang harus diisi guru sesuai persepsi guru secara individual. 3. Kisi-kisi Instrumen Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian “Persepsi Guru PAUD Terhadap Faktor-Faktor Yang Menghambat dalam Melaksanakan Pembelajaran” (Studi Deskriptif Kuantitatif di PAUD SeKecamatan Ujan Mas) N o 1
Aspek pelaksanaan pembelajaran 2
1.
Pengelolaan kelas a. Penataan ruang kelas
2.
3.
Sub-aspek 3
1. Pola tempat duduk 2. Peletakan perlengkapan kelas b.Pembinaan perilaku 1. memelihara dan anak didik meningkatkan perilaku yang diinginkan. 2. mengurangi dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. c. Penciptaan iklim 1. Teknik pengelolaan kelas preventif 2. Teknik pengelolaan kuratif Media dan sumber belajar a. Media belajar 1. Jenis media a. Visual b. Audio c. Audiovisual 2. Pemilihan media b.Sumber belajar 1. Jenis sumber belajar yang digunakan 2. Penggunaan sumber Metode dan strategi pembelajaran
No item 4
Jumlah
1,2
2
3,4
2
5,6
2
7-11
5
12-14
3
5
a. Metode pembelajaran
b.Strategi pembelajaran 4.
Bahan Belajar dan Penilaian Pembelajaran a. Bahan Belajar
b. Penilaian Pembelajaran
1. Pemilihan metode a. Berorientasi pada tujuan pembelajaran b. Efektivitas c. Keterlibatan peserta didik 2. Penggunaan metode 1. Pemilihan strategi pembelajaran 2. Jenis strategi
15-18
4
19-23
5
1. Kesesuaian dengan 24-30 sasaran belajar. 2. Tingkatan kesukaran bahan belajar untuk siswa. 3. Metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan belajar. 4. Kesesuaian hasil evaluasi belajar dangan bahan belajar. 1. Pemberian tugas 31-34 2. Percakapan 3. Observasi 4. Catatan anekdot 5. Skala penilaian 6. Portofolio 7. Penilaian diri sendiri
7
3
4. Kalibrasi instrumen Instrumen penelitian yang telah disusun divalidasi oleh dosen pembimbing dan 3 orang Pakar yang ditunjuk oleh Program Studi. Validasi yang dilakukan adalah validasi content. Hasil validasi dari Pakar, terjadi perubahan isi, tata tulis dan jumlah item. Pada tata tulis, terjadi perubahan bentuk dari skala persepsi gruru. Sebelum validasi, skala yang digunakan adalah Selalu (S). Kadang-kadang (K), dan Tidak pernah (T).
Setelah validasi, skala menjadi Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dam Sangat Tidak Setuju (STS). Sebelum validasi terdapat 40 item pertanyaan, setelah validasi menjadi 34 item. Perubahan jumlah item terjadi pada aspek media dan sumber belajar, metode dan strategi pembelajaran, dan aspek bahan belajar dan penilaian pembelajaran. Pada aspek media belajar, jumlah item berubah dari 8 item menjadi 5 item pertanyaan. Pada aspek sumber belajar, 8 item menjadi 3 item pertanyaan. Aspek metode pembelajaran tidak mengalami perubahan jumlah item. Aspek strategi pembelajaran berubah dari 6 item menjadi 5 item. Pada aspek bahan belajar, 4 item berubah menjadi 7 item, dan pada aspek penilaian pembelajaran, 4 item menjadi 3 item. Selanjutnya
dalam
proses
perbaikan
dengan
pembimbing,
kuisioner dibuat menjadi dua bentuk. Kuisioner I dalam bentuk skala Likert dengan jumlah item 34 pertanyaan, dan kuisioner II dalam bentuk pertanyaan terbuka dengan jumlah seluruh 13 pertanyaan. F.
Teknik Analisis Data Penelitian
Persepsi
Guru
PAUD
Tentang
Faktor-Faktor
Yang
Menghambat dalam Melaksanaan Pembelajaran di Kecamatan Ujan Mas menggunakan
teknik
analisa
data
kuantitatif
non-parametrik
dengan
menggunakan persentase dan selanjutnya dilakukan penjabaran terhadap hasil persentase tersebut. Penjabaran dan analisis tersebut ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi guru terhadap hambatan yang dialami guru PAUD
dalam melaksanakan pembelajaran pada aspek pengelolaan kelas, menggunakan media dan sumber belajar, menggunakan metode dan strategi pembelajaran, serta bahan ajar dan penilaian pembelajaran. Untuk menetapkan besarnya persentase persepsi guru terhadap faktorfaktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran pada tiap item (aspek) digunakan rumus sebagai berikut:
F x 100% N Keterangan : P=
P : Persentase F : Frekuensi N : jumlah responden (Anggoro dalam Fariani, 2013:53) G. Tingkat Kriteria Penilaian Angket Adapun kriteria penilaian angket yang digunakan untuk menetukan tingkat persepsi guru terhadap faktor-faktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran pada aspek pengelolaan kelas, menggunakan media dan sumber belajar, menggunakan metode dan strategi pembelajaran, serta bahan belajar dan penilaian pembelajaran adalah sebagai berikut: Tabel 3.3. Tingkat Kriteria Penilaian Angket Persepsi Guru PAUD Tentang Faktor-Faktor Yang Menghambat dalam Melaksanakan Pembelajaran Di Kecamatan Ujan Mas. Persentase Kriteria 80% - 100% 60%-79% 40%-59% 0%-39%
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah
(Arikunto, 1997:267)
S.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Kecamatan Ujan Mas terletak di Kabupaten Kepahiang, berdiri sejak tahun 2003. Kecamatan Ujan Mas terdiri dari 16 desa dan 1 kelurahan, dan terdapat 15 PAUD yang tercatat di Dinas Pendidikan Kabupaten. Namun pada pelaksanaan penelitian, peneliti hanya menemukan 12 PAUD yang masih beroperasi. Diantaranya terdapat 3 PAUD yang sudah berdiri cukup lama, dan yang lainnya masih tergolong baru beroperasi. Peneliti mengalami sedikit kesulitan untuk menemukan lokasi beberapa PAUD karena letaknya yang cukup jauh dari jalan utama dan cukup terpencil. Peneliti membutuhkan waktu 4 hari dimulai dari menyebarkan kuisioner ke sekolah dan mengumpulkan kembali kuisioner dari guru-guru. Peneliti terhambat karena letak lokasi PAUD yang berjauhan dan waktu kegiatan pembelajaran yang singkat. Sajian hasil penelitian ini terdiri dari 4 aspek yang meliputi aspek pengelolaan kelas, aspek media dan sumber pembelajaran, aspek metode dan strategi pembelajaran, dan aspek bahan belajar dan penilaian pembelajaran. Untuk mengetahui persepsi guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran, maka data yang diperoleh dari penelitian dianalisis mengacu pada rumusan masalah di BAB I.
1. Persepsi Guru PAUD Terhadap Faktor-Faktor Yang Menghambat Dalam Melaksanakan Pembelajaran Pada Aspek Pengelolaan Kelas. Pendapat guru mengenai hambatan yang dialami dalam melaksanakan pembelajaran pada aspek pengelolaan kelas meliputi penataan ruang kelas, pembinaan perilaku anak didik, dan penciptaan iklim kelas. Data yang telah diperoleh disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Persepsi Guru Pada Aspek Pengelolaan Kelas. Jumla h
JAWABAN N O
ASPEK
ITEM KE-
SS (5)
S (4)
R (3)
TS (2)
STS (1)
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
N
1
1
1
3%
6
18%
1
3%
14
41%
12
35%
34
2
2
2
6%
6
18%
4
12%
13
38%
9
26%
34
3
1
3%
0
0%
4
12%
14
41%
15
44%
34
4
8
24%
14
41%
2
6%
9
26%
1
3%
34
5
5
0
0%
0
0%
4
12%
19
56%
11
32%
34
6
6
13
38%
17
50%
1
3%
1
3%
2
6%
34
3 4
Pengelo laan Kelas
Jumlah Rata-rata (%)
25
33 12%
16 21%
60 8%
204
40 34%
25%
100%
Sumber: lampiran 1 Berdasarkan tabel di atas, guru yang sangat mengalami hambatan pada penataan ruang kelas sebanyak 4% guru, 18% guru mengalami hambatan, 7% guru cukup mengalami hambatan, 40% guru kurang mengalami hambatan dan 29% guru tidak mengalami hambatan. Guru yang mengalami hambatan berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh keadaan bangunan yang kurang baik, ukuran ruangan yang sempit sehingga sulit untuk ditata, atau fasilitas yang kurang memadai. Penempatan alat permainan luar ruangan di dalam ruang kelas juga menyulitkan guru untuk mengatur posisi tempat duduk dan perabotan. Ruang kelas yang ukurannya kurang akan menyebabkan anak
kurang leluasa untuk bermain dan beraktivitas. Kondisi ruang kelas yang terbatas akan mengurangi keterlibatan anak dalam beraktivitas dan kegiatan sosial mereka akan berkurang. Keterbatasan ukuran ruang kelas dapat diatasi dengan kreativitas pihak sekolah dan guru dalam mendesain dan mengatur perabot kelas yang ada. Alternatif lainnya yaitu menambah tempat di luar ruangan sebagai upaya untuk memenuhi aktivitas belajar anak. Selanjutnya pada pembinaan perilaku anak didik, sebanyak 13% guru sangat mengalami hambatan, 21% guru mengalami hambatan, 9% guru cukup mengalami hambatan, 34% guru kurang mengalami hambatan, dan 23% guru tidak mengalami hambatan. Sebanyak 50% guru berpendapat bahwa latar belakang anak yang berbeda-beda adalah salah satu penyebab guru kesulitan dalam mengelola kelas. Guru mengalami kesulitan mengatasi perilaku anak yang suka merengek karena dimanjakan di lingkungan keluarga, perilaku anak yang selalu mengganggu teman yang lain. guru merasa terhambat karena lingkungan keluarga anak kurang bekerjasama dalam mengatasi masalah ini. Tindakan pembinaan yang dilakukan guru di sekolah tidak dilanjutkan oleh orang tua di rumah, membuat perilaku anak yang mengganggu tidak mudah untuk dihilangkan. Anak-anak cenderung menunjukkan perilaku negatif untuk mendapatkan perhatian, perilaku yang ditunjukkan dapat berupa perilaku mengambil perhatian orang lain dengan membadut, perilaku menguasai, perilaku membalas dendam dan perilaku pasif dengan menunjukkan ketidakmampuan.
Perilaku-perilaku
ini
dapat
menganggu
kegiatan
pembelajaran. Menghadapi perilaku seperti ini, guru dapat mengambil tindakan
dengan menemukan, mengetahui, mengendalikan perilaku menyimpang, mengetahui sebab-sebab dasar ketidakpatuhan, serta berusaha menemukan penyesuaiannya. Guru perlu memberikan perhatian khusus pada anak yang menunjukkan perilaku mengganggu pembelajaran. Pada penciptaan iklim kelas, guru yang sangat mengalami hambatan sebanyak 21% guru, 25% guru mengalami hambatan, 7% guru cukup mengalami hambatan, 29% guru kurang mengalami hambatan, dan 19% guru tidak mengalami hambatan. Hambatan berkaitan dengan penggunaan teknik preventif dan kuratif. Hanya sedikit guru yang merencanakan strategi dalam menciptakan iklim kelas, dan kewalahan dalam mengatasi masalah yang muncul saat pembelajaran. Penciptaan iklim kelas yang kondusif dapat membuat anak menjadi lebih terbuka dan luwes. Iklim kelas yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang baik, antara anak dengan guru dan anak dengan anak lainnya. Hubungan yang baik memerlukan interaksi antara guru dan anak, tanpa adanya interaksi guru akan kesulitan menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang baik. Sedangkan secara keseluruhan, hasil di atas apabila dipersentase dan dirata-ratakan, dapat ketahui bahwa sebesar 12% guru sangat mengalami hambatan dalam aspek pengelolaan kelas, dan sebesar 21% guru setuju bahwa mereka mengalami hambatan, 8% guru cukup mengalami hambatan, dan 34% guru kurang mengalami hambatan, serta 25% lainnya tidak mengalami hambatan. Selanjutnya apabila dijumlahkan, maka 75% guru menjawab mengalami hambatan, dan 25% guru menjawab tidak mengalami hambatan
dalam aspek pengelolaan kelas. Tujuan pembelajaran yang tidak jelas, materi pelajaran yang tidak sistematis, dan media belajar yang tidak tersedia adalah masalah-masalah pembelajaran, dan siswa yang terlambat, suka mengganggu teman, kelas yang kotor,dan sebagainya adalah masalah dalam pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang tidak efektif akan dapat memunculkan masalahmasalah dalam pelaksanaan pembelajaran, seiring dengan muncul dan meningkatnya perilaku anak yang tidak diinginkan.
2. Persepsi Guru PAUD Terhadap Faktor-Faktor Yang Menghambat Dalam Melaksanakan Pembelajaran Pada Aspek Media Dan Sumber Belajar. Pendapat guru mengenai hambatan yang dialami dalam melaksanakan pembelajaran pada aspek media belajar dan sumber belajar. Data yang telah diperoleh terlebih dahulu dianalisis secara terpisah, kemudian dianalisis secara keseluruhan. Data untuk aspek media belajar disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Persepsi Guru Pada Aspek Media Belajar. JAWABAN N O
ASPEK
ITEM KE-
SS (5)
S (4)
R (3)
TS (2)
STS (1)
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
1
7
2
6%
0
0%
4
12%
21
62%
7
21%
2
8
2
6%
1
3%
10
29%
9
26%
12
35%
9
2
6%
3
9%
6
18%
16
47%
7
21%
4
10
1
3%
10
29%
4
12%
15
44%
4
12%
5
11
0
0%
1
3%
9
26%
21
62%
3
9%
3
Media Belajar
Jumlah Rata-rata (%)
Sumber: lampiran 1
7
15 4%
33 9%
82 19%
N 34 34 34 34 34 170
33 48%
Jumla h
19%
100%
Berdasarkan tabel di atas, pada aspek media belajar, persentase rata-rata guru yang sangat mengalami hambatan sebanyak 4%, 9% guru mengalami hambatan, 19% guru cukup mengalami hambatan, 48% guru kurang mengalami hambatan, dan 19% lainnya tidak mengalami hambatan. Apabila dijumlahkan, maka 81% guru menjawab mengalami hambatan dan 19% tidak mengalami hambatan dalam aspek media belajar. Hambatan yang dialami guru berupa kurangnya media yang dapat digunakan dalam melaksanaan pembelajaran. Media yang tersedia kurang mencukupi kebutuhan karena tidak sesuai dengan jumlah anak, kurang menarik minat anak, serta sulit untuk digunakan. Hambatan dari guru sendiri seperti kesulitan untuk menciptakan media untuk pembelajaran karena keterbatasan dana, kurangnya keterampilan untuk menciptakan media yang baru, serta kurang menguasai cara menggunakan media yang ada. Kondisi kelas yang terbatas, juga menghambat penggunaan media, contohnya ketiadaan sambungan listrik ke ruang kelas, membuat guru tidak dapat menggunakan media elektronik. Media memiliki arti yang penting, dengan perantara dari media dapat membantu menjelaskan bahan yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Bahan yang rumit dapat disederhanakan dengan bantuan media. Anak didik dapat lebih mudah mencerna bahan yang disampaikan guru dengan bantuan media. Namun, penggunaan media dalam pembelajaran terkadang sulit dilakukan oleh guru, karena ketersediaan media yang kurang, dan dana yang terbatas untuk membelinya.
Selanjutnya untuk aspek sumber belajar, data disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Persepsi Guru Pada Aspek Sumber Belajar. JAWABAN N O
ASPEK
ITEM KE-
1 2
Sumber Belajar
3
SS (5)
S (4)
R (3)
TS (2)
STS (1)
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
12
0
0%
1
3%
6
18%
18
53%
9
26%
13
0
0%
3
9%
1
3%
22
65%
8
24%
14
0
0%
2
6%
2
6%
24
71%
6
18%
Jumlah Rata-rata (%)
0
6 0%
9 6%
64 9%
N 34 34 34 102
23 63%
Jumla h
22%
100%
Sumber: lampiran 1 Berdasarkan tabel di atas, pada aspek sumber belajar, persentase ratarata guru yang sangat mengalami hambatan sebanyak 0% atau tidak ada, 6% guru mengalami hambatan, 9% guru cukup mengalami hambatan, 63% guru kurang mengalami hambatan, dan 22% lainnya tidak mengalami hambatan. Apabila dijumlahkan, maka 78% guru mengalami hambatan dan 22% guru tidak mengalami hambatan dalam aspek sumber belajar. Hambatan yang dihadapi berupa kurangnya sumber yang dapat digunakan untuk pembelajaran, sumber belajar yang ada terbatas dan kurang menarik bagi anak, guru kurang menguasai keterampilan menggunakan sumber belajar yang ada. Sumber belajar yang selalu digunakan adalah guru, buku dan alat tulis. Penggunaan alat sumber pembelajaran lain sangat jarang. Guru jarang mengajak anak untuk turun ke lingkungan sekitar secara langsung atau mengajak anak pergi ke tempat-tempat seperti museum, kebun binatang, kantor pos, puskemas, dan lain-lain.
Tabel 4.4 Persentase (%) Rata-Rata Persepsi Guru Pada Aspek Media Dan Sumber Belajar. No Aspek Pilihan jawaban Jumlah SS S R TS STS 1 Media dan 100% sumber 3% 8% 14% 54% 21% Belajar
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dalam aspek media dan sumber belajar secara keseluruhan,
3% guru yang sangat mengalami
hambatan, dan 8% guru mengalami hambatan, 14% guru cukup megalami hambatan, sebesar 54% guru kurang mengalami hambatan, dan 21% guru tidak mengalami hambatan. Apabila dijumlahkan, maka 79% guru mengalami hambatan dan 21% guru tidak mengalami hambatan dalam aspek media dan sumber belajar. Media dan sumber belajar sesungguhnya terdapat dimanamana, di sekolah, di lingkungan rumah, halaman, kota, pedesaan, dan sebagainya. Guru tidak perlu memaksakan diri untuk membeli media dan sumber belajar, cukup dengan membuat yang sederhana selama media dan sumber tersebut dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Banyak bahan mentah untuk membuat media dan sumber belajar dapat ditemukan di sekitar, dan dengan keterampilan yang memadai, maka permasalahan karena keterbatasan media dan sumber belajar dapat diatasi.
3. Persepsi Guru PAUD Terhadap Faktor-Faktor Yang Menghambat Dalam Melaksanakan Pembelajaran Pada Aspek Metode Dan Strategi Pembelajaran. Pendapat guru mengenai hambatan yang muncul pada metode pembelajaran dan strategi pembelajaran. Data yang telah diperoleh terlebih dahulu dianalisis secara terpisah, kemudian dianalisis secara keseluruhan. Data untuk aspek metode pembelajaran disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.5 Persepsi Guru Pada Aspek Metode Pembelajaran. Jumlah
JAWABAN N O
ASPEK
ITEM KE-
1 2 3
Meetode Pembelaj aran
4
SS (5)
S (4)
R (3)
TS (2)
f
%
f
%
f
%
15
1
3%
2
6%
0
16
3
9%
8
24%
17
0
0%
1
18
0
0%
2
Jumlah Rata-rata (%)
4
13 3%
f
%
f
%
0%
16
47%
15
44%
10
29%
12
35%
1
3%
3%
0
0%
13
38%
20
59%
6%
1
3%
20
59%
11
32%
11 9%
STS (1)
61 8%
34 34 34 34 136
47 45%
N
35%
100%
Sumber: lampiran 1 Berdasarkan tabel di atas, pada aspek metode pembelajaran, persentase rata-rata guru yang sangat mengalami hambatan sebanyak 3%, 9% guru mengalami hambatan, 8% guru cukup mengalami hambatan, 45% guru kurang mengalami hambatan, dan 35% guru tidak mengalami hambatan. Apabila dijumlahkan, maka 65% guru mengalami hambatan dan 35% guru tidak mengalami hambatan dalam aspek metode pembelajaran. Hambatan yang muncul pada saat melaksanakan pembelajaran berupa kesulitan membagi waktu untuk metode pembelajaran yang digunakan, guru cenderung menggunakan metode yang sama setiap harinya atau metode yang digunakan untuk meyampaikan materi pembelajan kurang bervariasi. Kegiatan yang
dilakukan hampir selalu sama setiap hari, seperti hanya menulis, menebalkan, dan mewarnai. Hal ini menyebabkan anak menjadi mudah bosan dan kurang bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Sementara metode yang paling sulit menurut guru untuk dilakukan adalah metode darmawisata, hal ini disebabkan kegiatan darmawisata membutuhkan dana yang besar, orang tua yang kurang bisa diajak bekerjasama, dan sulit mengontrol anak di luar ruangan dengan jumlah guru yang terbatas. Penyampaian materi ajar tanpa memperhatikan penggunaan metode akan membuat guru kesulitan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Kegagalan pencapaian tujuan salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat (Djamarah dan Zain, 2010:76). Metode merupakan aspek yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan metode yang kurang tepat dapat membuat kondisi kelas yang kurrang bergairah dan anak menjadi kurang kreatif. Anak didik tidak mampu berkonsentrasi, lesu, dan membuat gaduh, serta tidak menguasai bahan yang telah guru sampaikan,
bisa jadi merupakan kondisi yang muncul akibat
pemilihan dan penggunaan metode oleh guru kurang atau tidak efektif. Bahan pelajaran menjadi terbuang percuma karena penggunaan metode menurut kehendak guru mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran juga terjadi apabila guru memilih dan menggunakan metode tanpa mengenali karakteristik dari setiap metode pembelajaran. Akan sangat membantu jika guru mengetahui kelebihan dan kekurangan dari beberapa metode pembelajaran.
Selanjutnya untuk aspek strategi pembelajaran, data disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.6 Persepsi Guru Pada Aspek Strategi Pembelajaran. Jumlah
JAWABAN N O
ASPEK
ITEM KE-
1 2 3
Strategi pembelaj aran
4
SS (5)
S (4)
f
%
f
%
19
0
0%
3
20
0
0%
21
1
22
1
Jumlah Rata-rata (%)
2
TS (2)
STS (1)
f
%
f
%
f
%
9%
11
32%
18
53%
2
6%
3
9%
4
12%
25
74%
2
6%
3%
1
3%
9
26%
18
53%
5
15%
3%
10
29%
7
21%
15
44%
1
3%
17 1%
R (3)
31 13%
76 24%
34 34 34 34 136
10 55%
N
7%
100%
Sumber: lampiran 1 Berdasarkan tabel di atas, pada aspek strategi pembelajaran, persentase rata-rata guru yang sangat mengalami hambatan sebanyak 1%, 13% guru mengalami hambatan, 24% guru cukup mengalami hambatan, 55% guru kurang mengalami hambatan, dan 7% guru tidak mengalami hambatan. Apabila dijumlahkan, maka 93% guru mengalami hambatan dan 7% guru tidak setuju mengalami hambatan dalam aspek metode pembelajaran. Hambatan yang dialami guru berupa strategi yang dipilih kurang mendorong anak untuk beraktivitas, dan tidak sesuai dengan alokasi waktu pembelajaran. Hal ini disebabkan guru kurang memahami mengenai strategi pembelajaran dan kurang menguasai strategi yang digunakan. Latar belakang pendidikan guru mempengaruhi kompetensi guru dalam menentukan dan melaksanakan strategi pembelajaran. Guru yang berlatar belakang non-pendidikan atau yang berlatar belakang pendidikan namun masih minim pengalaman, cenderung kesulitan untuk memilih strategi yang tepat. Meski ada guru yang dapat menentukan
strategi dengan tepat, namun dalam pelaksanaannya menemui kendala karena kurangnya penguasaan atas strategi yang digunakan. Tabel 4.7 Persepsi Guru Pada Aspek Metode Dan Strategi Pembelajaran. No 1
Aspek Metode dan strategi pembelajaran
SS
S
2%
11%
Pilihan jawaban R TS 15%
50%
Jumlah STS 21%
100%
Berdasarkan tabel di atas, secara keseluruhan hanya 2% guru yang sangat mengalami hambatan dalam aspek metode dan strategi pembelajaran, dan 11% guru setuju bahwa mereka mengalami hambatan, 15% guru cukup megalami hambatan, sedangkan separuh atau sebesar 50% guru kurang mengalami hambatan, dan 21% guru tidak mengalami hambatan. Kemudian jika dijumlahkan, maka 79% guru mengalami hambatan dan 21% guru tidak mengalami hambatan dalam aspek metode dan strategi pembelajaran. Seorang guru akan kesulitan dalam melaksanakan pemebelajaran bila tiadak menguasai metode dalam strategi pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, metode diperlukan guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada akhir kegiatan. 4. Persepsi Guru PAUD Terhadap Faktor-Faktor Yang Menghambat Dalam Melaksanakan Pembelajaran Pada Aspek Bahan Belajar Dan Penilaian Pembelajaran. Pendapat guru mengenai hambatan yang muncul pada bahan belajar dan penilaian pembelajaran yang digunakan guru. Data yang telah
diperoleh
terlebih dahulu dianalisis secara terpisah, kemudian dianalisis secara keseluruhan. Data untuk aspek bahan belajar disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8 Persepsi Guru Pada Aspek Bahan Belajar. Jumlah
JAWABAN N O
ASPEK
ITEM KE-
SS (5)
S (4)
R (3)
f
%
f
%
f
%
TS (2)
STS (1)
f
%
f
%
1
23
0
0%
2
6%
2
6%
27
79%
3
9%
2
24
0
0%
10
29%
2
6%
18
53%
4
12%
3
25
0
0%
2
6%
6
18%
20
59%
6
18%
26
1
3%
7
21%
2
6%
20
59%
4
12%
27
5
15%
16
47%
3
9%
8
24%
2
6%
6
28
0
0%
9
26%
7
21%
11
32%
7
21%
7
29
0
0%
2
6%
2
6%
15
44%
15
44%
8
30
1
3%
0
0%
1
3%
14
41%
18
53%
4 5
Bahan belajar
Jumlah Rata-rata (%)
7
48 3%
25 18%
133 9%
49%
N 34 34 34 34 34 34 34 34 272
59 21%
100%
Sumber: lampiran 1 Berdasarkan tabel di atas, pada aspek bahan belajar, persentase rata-rata guru yang sangat mengalami hambatan sebanyak 1% guru, 13% guru mengalami hambatan, 24% guru cukup mengalami hambatan, 55% guru kurang mengalami hambatan, dan 7% guru tidak mengalami hambatan. Apabila dijumlahkan, maka 93% guru mengalami hambatan dan 7% guru tidak mengalami hambatan dalam aspek bahan belajar. Hambatan yang muncul berupa guru kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar, sehingga bahan ajar yang digunakan sulit untu dipahami oleh anak,bahan ajar yang dikembangkan tidak sesuai dengan kemampuan anak. Penggunaan bahasa daerah juga menghambat guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, karena anakanak yang masih kesulitan memahami bahasa Indonesia. Pada penyampian bahan ajar melalui tema-tema pembelajaran, guru paling banyak mengalami kesulitan dalam menyampaikan bahan ajar pada tema tanah airku, dan rekreasi.
Guru hendaknya menguasai bahan ajar yang akan disampaikan pada anak didik sebelum kegiatan pembelajarn berlangsung. Kegagalan dalam menyampaikan bahan ajar dapat disebabkan kurang menguasai materi yang ingin disampaikan dan cara mengajar yang mengabaikan prinsip-prinsip mengajar. Anak didik menjadi kurang bergairah untuk beraktivitas apabila bahan pelajaran yang disampaikan guru kurang atau tidak menarik perhatiannya. Bahan belajar hendaknya disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan anak didik. Minat siswa akan muncul bila bahan belajar yang disampaikan sesuai dengan kebutuhannya. Penyampaian bahan pelajaran oleh guru hendaknya menyesuaikan dengan perkembangan bahasa anak didik. Selanjutnya untuk aspek penilaian pembelajaran, data disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Persepsi Guru Pada Aspek Penilaian Pembelajaran. Jumlah
JAWABAN N O
ASPEK
ITEM KE-
1 2 3
Penilaian pembelaj aran
4
SS (5)
S (4)
R (3)
f
%
f
%
f
%
31
5
15%
3
9%
1
32
1
3%
4
12%
33
2
6%
3
34
2
6%
11
Jumlah Rata-rata (%)
10
STS (1)
f
%
f
%
3%
21
62%
4
12%
10
29%
15
44%
4
12%
9%
8
24%
15
44%
6
18%
32%
12
35%
6
18%
3
9%
21 7%
TS (2)
31 15%
57 23%
34 34 34 34 136
17 42%
N
13%
100%
Sumber: lampiran 1 Berdasarkan tabel di atas, pada aspek penilaian pembelajaran, persentase rata-rata guru yang sangat mengalami hambatan sebanyak 7%, 15% guru mengalami hambatan, 23% guru cukup mengalami hambatan, 42% guru kurang mengalami hambatan, dan 13% guru tidak mengalami hambatan.
Apabila dijumlahkan, maka 87% guru menagalami hambatan dan 13% guru tidak mengalami hambatan dalam aspek penilaian pembelajaran. Hambatan yang dialami guru berupa kurang pemahaman mengenai teknik-teknik penilaian, sehingga instrumen penilaian yang digunakan kurang tepat. Guru cenderung menggunakan satu jenis penilaian saja, dengan hanya melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan anak, guru juga sulit mengkaitkan penilaian proses dan hasil. Di beberapa sekolah, guru hanya melakukan penilaian melalui observasi, tanpa mencatat. Sehingga pada saat pelaporan, hasil perkembangan anak sering tidak tersampaikan secara akurat, dan membuat orang tua kurang mengetahui sejauh mana perkembangan anak secara rinci. Tabel 4.10 Persentase (%) Rata-Rata Persepsi Guru Pada Aspek Bajan Ajar Dan Penilaian Pembelajaran. N o 1
Aspek SS Bahan Belajar Dan Penilaian Pembelajaran
4%
S 17%
Pilihan jawaban R TS 14%
47%
STS
Juml ah
19%
100%
Berdasarkan tabel di atas, secara keseluruhan hanya 4% guru yang sangat mengalami hambatan dalam aspek bahan belajar dan penilaian pembelajaran, dan 17% guru setuju bahwa mereka mengalami hambatan, 14% guru cukup megalami hambatan, dan sebesar 47% guru menjawab kurang mengalami hambatan, serta 19% guru tidak mengalami hambatan. Jika dijumlahkan, guru yang mengalami hambatan sebanyak 81%, sedangkan 19% guru tidak mengalami hambatan dalam aspek bahan belajar dan penilaian pembelajaran.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan, menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap faktor-faktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran pada aspek pengelolaan kelas, media dan sumber pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran serta bahan belajar dan penilaian hasil pembelajaran cukup tinggi. Seperti yang ditunjukkan pada grafik di halaman berikut:
Persentase (%)
Persentase (%) Guru Yang Mengalami Hambatan 82 81 80 79 78 77 76 75 74 73 72 PK
MSB
MSP
BHP
Aspek Pelaksanaan Pembelajaran
Keterangan: PK : Pengelolaan Kelas MSB : Media Dan Sumber Belajar MSP : Metode Dan Strategi Pembelajaran BHP : Bahan Ajar Dan Penilaian Berdasarkan grafik di atas, persentase guru yang mengalami hambatan paling rendah terdapat pada aspek pengelolaan kelas yaitu 75%, sedangkan persentasi hambatan tertinggi pada aspek bahan belajar dan penilaian pembelajaran (81%). Sementara pada aspek metode dan strategi pembelajaran serta aspek bahan belajar dan penilaian pembelajaran memiliki persentase yang sama, yaitu 79%.
Tingginya angka persentase persepsi guru terhadap faktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran di PAUD juga dipengaruhi oleh kualifikasi pendidikan guru. Guru PAUD dengan kualifikasi pendidikan minimal D-IV atau S1 pendidikan dan memiliki sertifikat profesi guru untuk PAUD mengalami lebih sedikit hambatan daripada guru PAUD yang masih berkualifikasi D-II dan SMA. Mengingat kondisi kualifikasi pendidikan guru PAUD di kecamatan Ujan Mas masih lebih banyak guru tamatan SMA daripada S1, membuat angka persepsi guru yang mengalami hambatan menjadi lebih tinggi. Hambatan dalam pengelolaan kelas yang banyak dialami guru adalah penataan ruang kelas. Ruang kelas yang ideal sebagai tempat pembelajaran adalah ruangan yang dibangun secara khusus, sehingga bangunan yang ada telah disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan anak usia PAUD (Rusdinal dan Elizar, 2005:68). Namun pada kenyataannya, sebagian besar PAUD Kecamatan Ujan Mas yang
di
masih menggunakan bangunan lain yang tidak
dirancang secara khusus untuk keperluan kegiatan pembelajaran, misalnya rumah warga, garasi, balai desa, dll. Penggunaan ruang seperti dapat dibenarkan dengan catatan tetap berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran anak usia PAUD, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan permasalahan dalam penataan ruang kelas dapat dikurangi. Ruang kelas hendaknya memiliki ukuran yang memadai, dan kondusif, memungkinkan anak-anak untuk bermain dengan bebas. Menurut Sudono dalam Rusdinal dan Elizar (2005:68) ukuran ruang kelas untuk TK adalah 7x8 m2. Ukuran ruang kelas dipengaruhi oleh jenis kegiatan
yang akan dilakukan dan jumlah anak yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Selain memperhatikan ukuran, Rachman dalam Rusdinal dan Elizar (2005:70) berpendapat ruang kelas harus diusahakan memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Dapat memberikan keleluasaan gerak, komunikasi, pandangan, dan pendengaran, 2. Cukup cahayan dan sirkulasi udara, 3. Pengaturan perabot agar memungkinkan guru dan murid dapat bergerak leluasa, 4. Daun jendela tidak mengganggu lalu lintas. Dalam menata ruang kelas, guru hendaknya melakukan pengaturan tempat duduk anak secara fleksibel, tempat duduk mudah untuk dipindah-pindahkan, ukuran kursi dan meja juga disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan anak, selain itu guru juga dapat menetapkan kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan dengan duduk di lantai. Pada aspek pengelolaan kelas, guru paling banyak mengalami hambatan dalam pembinaan perilaku anak didik. Alasan yang paling banyak dikemukakan adalah karena latar belakang keluarga setiap anak berbeda. Menurut Rusdinal dan Elizar (2005:97) pada kondisi guru-guru yang mengalami kesulitan dalam menangani perilaku anak didik, selayaknya guru berkomunikasi dengan kepala sekolah, teman sejawat, dan orang tua anak. Hal ini dimaksudkan agar guru medapatkan pemahaman yang lebih mengenai anak, sehingga dapat melakukan pembinaan perilaku dengan tepat, untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, dalam rangka memperkecil timbulnya masalah dalam pengelolaan kelas, guru hendaknya mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas. Selama ada usaha dari guru, permasalahan di kelas akan dapat
dipecahkan. Guru yang profesional tidak hanya menguasai teknik dan prosedur pengajar, tetapi juga menguasai prosedur dan teknik pengelolaan kelas. Menurut Rusdinal dan Elizar (2005:189) faktor penghambat pengelolaan kelas dapat muncul dari komponen-komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut bersumber dari guru, anak, fasilitas, kurikulum, dinamika kelas dan keluarga. Diantara faktor-faktor tersebut, guru memiliki peran kunci dan dominan kegiatan pengelolaan kelas. Sasaran yang dikelola guru dalam pengelolaan kelas meliputi manusia dan non-manusia. Siswa adalah sasaran dalam bnetuk manusia, dan nonmanusianya
adalah
lingkungan
atau
tempat
berlangsungnya
kegiatan
pembelajaran. Kemampuan guru menata ruang kelas sangat diperlukan. Selain itu, guru juga hendaknya memiliki pemahaman yang tepat mengenai anak secara individual sehingga dapat membina perilaku anak didik dan menciptakan iklim kelas yang mendukung kegiatan pembelajaran. Demikian pula dengan aspek media dan sumber pembelajaran, hambatan tidak hanya disebabkan oleh kurang tersedianya media dan sumber yang dibutuhkan, namun juga kurangnya dana dan keterampilan guru untuk mengkreasikan media. Menurut Mansur dalam Fadlillah (2012:209) Suatu media akan dapat berfungsi dengan baik apabila digunakan dengan baik dan benar. Ketepatan dalam pemilihan juga sangat mempengaruhi, apalagi dalam pembelajaran untuk anak usia dini, media dan sumber yang digunakan hendaknya khusus mengacu pada karakteristik anak. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan dalam menggunakan media dan sumber yang ada juga menjadi salah
satu faktor penyebab munculnya hambatan. Penggunaan media dan sumber belajar apa pun jenis dan bentuknya, harus senantiasa disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Media dan sumber yang digunakan harus dimulai dari yang tingkat mudah dan bertahap ke tingkat yang sulit, dari yang konkret bertahap menuju yang abstrak. Dalam pelaksanaannya, penggunaan sumber belajar sangat menetukan tingkat keefektifan dalam pembelajaran. Penggunaan sumber belajar yang ada hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bila guru mampu mengoptimalkan sumber-sumber belajar baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan, maka hasil belajar siswa dapat ditingkatkan secara maksimal. Menurut Djamarah dan Zain (2010:124) untuk mencapai tujuan pengajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana pun bisa mencapainya asalkan guru pandai menggunakan media. Guru yang hendaknya pandai memanipulasi media sebagai sumber pembelajaran dan sebagai penyaluir informasi dari bahan yang disampaikan kepada anak didik dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan dapat mengembangkan media sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini akan terkait dengan kecermatan guru memahami kondisi psikologis siswa, tujuan metode, dan kelengkapan alat bantu. Kegagalan seorang guru dalam mengembangkan media akan terjadi jika penguasaan terhadap karakteristik media itu sendiri sangat kurang. Pada aspek metode dan strategi pembelajaran, faktor yang meyebabkan munculnya hambatan berasal dari dari guru seperti kurang memahami dan menguasai metode dan strategi yang digunakan. Guru cenderung menggunakan
metode yang sama setiap hari, metode yang digunakan untuk meyampaikan materi pembelajaran kurang bervariasi, atau metode dan strategi yang dipilih kurang sesuai dengan alokasi waktu pembelajaran. Faktor lainnya seperti kesulitan untuk menggunakan beberapa metode seperti darmawisata karena kegiatan darmawisata membutuhkan dana yang besar, orang tua yang kurang bisa diajak bekerjasama, dan sulit mengontrol anak di luar ruangan dengan jumlah guru yang terbatas. Menurut Djamarah dan Zain (2010:73) dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman mutlak dalam pemilihan metode. Sehingga dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan
satu
metode.
Penggunaan
satu
metode
lebih
cenderung
menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik, jalan pembelajaran pun tampak kaku. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Perlu dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain itu, menurut Roestiyah dalam Djamarah dan Zain (2010:74) dalam pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah guru harus menguasai teknik-teknik penyajian yang disebut metode mengajar.
Metode adalah salah satu komponen guna mencapai tujuan pembelajaran. Antara metode dan tujuan belajar hendaknya tidak bertolak belakang. Guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi dalam menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru tentunya merumuskan lebih dari satu tujuan. Karena itu guru semestinya menggunakan lebih dari satu metode. Pemakaian metode yang berbeda untuk mencapai tujuan yang berbeda. Ketidakberhasilan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dipengaruhi metode yang dipilih dan digunakannya. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi kelas apabila mengetahui karakteristik tiap-tiap metode. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi hambatan bagi guru. Pada aspek bahan belajar, faktor yang menghambat dari guru yaitu kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar, sehingga bahan ajar yang digunakan sulit untuk dipahami oleh anak, bahan ajar yang dikembangkan tidak sesuai dengan kemampuan anak. Hambatan yang berasal dari luar guru seperti penggunaan bahasa daerah juga menghambat guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, karena anak-anak yang masih kesulitan memahami bahasa Indonesia. Penting bagi guru untuk mengenaki bahan yang ingin disampaikan pada anak didik. Karena penyampaian bahan ajar mungkin membutuhkan pendekatan dan cara yang berbeda untuk dapat tersampaikan pada kegiatan pembelajaran. Bahan belajar atau materi hendaknya didesain agar sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bahan sebaiknya telah dikuasai dan disiapkan oleh guru sebelum berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pada aspek penilaian pembelajaran, hambatan paling banyak muncul dari guru, seperti kurang pemahaman mengenai teknik-teknik penilaian, sehingga instrumen penilaian yang digunakan kurang tepat. Guru cenderung menggunakan satu jenis penilaian saja, hanya melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan anak, guru juga sulit mengkaitkan penilaian proses dan hasil. Banyak alat penilaian yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semua alat penilaian tepat untuk mengukur semua aspek pertumbuhan dan perkembangan anak yang ingin diketahui. Penilaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tes dan non-tes. Anita (2005:49) menyatakan penilaian dipengaruhi beberapa faktor seperti guru sebagai pelaksana penilaian (penilai), anak sebagai sasaran penilaian, dan alat yang digunakan untuk memperoleh data penilaian, serta tempat dan waktu pelaksanaan penilaian. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan secara cermat sebelum melaksanakan penilaian, agar nilai yang diperoleh benar-benar menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari subjek (anak) yang dinilai. Guru harus memahami konsep penilaian sehingga guru mampu merancang dan memilih penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi, dan aktivitas anak. Kegiatan penilaian akan lebih baik bila memadukan antara penilaian proses dengan penilaian hasil. Penilaian dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Keberhasilan dalam pembelajaran ditunjukkan dengan tercapainya tujuantujuan instruksional yang telah dirumuskan oleh guru. Pencapaian tujuan ini sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengelola kelas, menggunakan
media dan sumber belajar, memilih dan menggunakan metode dan strategi pembelajaran, serta menguasai dan menggunakan bahan ajar dan penilaian pembelajaran. Kemampuan guru dalam memenuhi aspek-aspek tersebut mempengaruhi jalannya pelaksanaan pembelajaran. Apabila kompetensi guru kurang, maka peluang munculnya hambatan-hambatan yang akan mengganggu proses pembelajaran akan lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa faktor utama yang menjadi penghambat bagi guru bisa berasal dari guru itu sendiri sebelum dari faktor lainnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Persepsi Guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran pada aspek pengelolaan kelas tergolong tinggi. 2. Persepsi Guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat dalam melaksanakan pembelajaran pada aspek media dan sumber belajar tergolong tinggi. 3. Persepsi Guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat pada aspek metode dan strategi pembelajaran tergolong tinggi. 4. Persepsi Guru PAUD terhadap faktor-faktor yang menghambat pada aspek bahan ajar dan penilaian pembelajaran tergolong sangat tinggi.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil temuan penelitian di atas, maka peneliti menyarankan sebagai berikut : 1. Pada aspek pengelolaan kelas, guru hendaknya dapat menyiasati kondisi kelas yang kurang memadai dengan mengatur ruang kelas secara efektif. Guru juga harus memiliki pemahaman yang tepat mengenai anak secara individual sehingga dapat membina perilaku anak didik dan menciptakan iklim kelas
yang mendukung kegiatan pembelajaran. Sekolah dapat mengikutsertakan gurunya dalam berbagai pelatihan untuk menambah kompetensi guru. 2. Pada aspek media dan sumber belajar, guru hendaknya menguasai keterampilan untuk membuat dan menggunakan media dan sumber yang ada. Media tidak harus mahal dan mewah, guru dapat membuat sendiri dan berkreasi dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar, tetapi harus tetap mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3. Pada aspek metode dan strategi pembelajaran, guru harus mengenali karakteristik setiap metode dan strategi pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat menetapkan dan memilih metode yang tepat untuk digunakan. Guru juga hendaknya menggunakan metode yang beragam dan sesuai dengan tema sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih kondusif, anak-anak menjadi lebih termotivasi. Sekolah hendaknya dapat mengikutsertakan guru dalam pelatihan dengan narasumber yang berkompeten untuk menambah wawasan guru. 4. Pada aspek bahan belajar dan penilaian pembelajaran, guru hendaknya telah mendesain dan mengembangkan bahan belajar dari kurikulum sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak. Bahan sebaiknya telah dikuasai dan disiapkan oleh guru sebelum berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Demikian pula dengan penilaian pembelajaran, guru sebaiknya memahami konsep penilaian agar mampu merancang dan memilih penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi, dan aktivitas anak. Penilaian hendaknya dilakukan dalam setiap kegiatan supaya dapat mengetahui perkembangan
anak. Kegiatan penilaian akan lebih baik bila memadukan antara penilaian proses dengan penilaian hasil. Penilaian dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran. 5. Pemerintah daerah sebaiknya mengadakan peningkatan kualitas bagi guru PAUD. Guru PAUD hendaknya memiliki kualifikasi pendidikan S1 bidang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Jakarta : Renika Cipta
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Darmawan & Permasih. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Fadlillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan Teoritik dan Praktik. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. Fariani, Denny. 2013. Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Sosial Emosional Anak Usia Dini Di Taman Kanak-Kanak Al-Muhajirin Kota Bengkulu. Skripsi. Bengkulu: Universitas Bengkulu. Fathono & Riyana. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Hiramawati, Ratna. 2005. Problematik Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas 1 SD N 36 Kota Bengkulu. Skripsi. Bengkulu: Universitas Bengkulu. Kenedi, Dahnan. 2002. Identifikasi Masalah Dalam Pengajaran Ka-Ga-Ngadi SD Negeri Se-Kecamatanrimbo Pengadang. Skripsi. Bengkulu: Universitas Bengkulu. Levin, James & James F. Nolan. Tanpa tahun. Principles Of Classroom Management. USA : Allyn & Bacon. (www.abacon.com) Mariyana, Rita. 2005. Strategi Pengelolaan Lingkungan Belajar Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas. Morrison, George S. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks. N.K, Reostiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Narbuko, cholid dan Ahmadi, Abu. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Patmonodewo, Soemiarti. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta Putra, Nusa dan Ninin Dwilestari. 2012. Penelitian Kualitatif PAUD. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Rusdinal dan Elizar. 2005. Pengelolaan Kelas Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas. Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Admistrasi: Dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung: Alfabeta. Sunhaji.2009.Strategi Pembelajaran, Konsep Dasar, Metode, dan Aplikasi dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta:Grafindo Litera Media. Susita, Eka. 2001. Identifikasi Hambatan Dan Kesulitan Yang Dialami Guru Pada Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Di SMU N 1 Kota Bengkulu. Skripsi. Bengkulu: Universitas Bengkulu. Suyadi. 2009. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: PT. Pedagogia. Suyanto, Slamet. 2005. Pembelajaran Untuk Anak PAUD. Jakarta: Depdiknas. --------------------. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Hikayat. Suyitno, Imam. 2011. Memahami Tindakan Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama. Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. 2012. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi, Teori, dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya. Yus, Anita. 2012. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarata: Kencana. -------------. 2005. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta:Depdiknas. http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php (diunduh pada september 2014)
http://bpsdmpk.kemdikbud.go.id/lpmpbengkulu/(diunduh pada jum’at 2 mei 2014). http://buhermin.blogspot.com/2012/10/metode-dan-pengelolaan-pembelajarandi.html(diunduh pada jum’at 2 mei 2014). http://danang-leo-handoko.blogspot.com/2012/01/pembelajaran-pada-anaktk.html(diunduh pada jum’at 2 mei 2014). http://nuruljannah9.wordpress.com/2013/01/13/pembelajaran-untuk-anak-usiadini/ (diunduh pada jum’at 2 mei 2014). http://makmur-blogpengawas.blogspot.com/2011/08/pengembangan-bahanajar.html(diunduh pada september 2014) http://paud-kober-alikhlas.blogspot.com/2012/04/hambatan-hambatanmanajemen-kelas.html (diunduh pada jum’at 2 mei 2014). http://vhi-an.blogspot.com/2012/07/sumber-belajar-dan-media-pembelajaran.html (diunduh pada jum’at 2 mei 2014).
LAMPIRAN
LAMPIRAN 2
Persentase (%) Pilihan Jawaban Guru Pada Skala Likert Untuk Aspek Pengelolaan Kelas JAWABAN N O
ITEM KE-
ASPEK
SS (5)
S (4)
R (3)
TS (2)
STS (1)
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
1
1
1
3%
6
18%
1
3%
14
41%
12
35%
2
2
2
6%
6
18%
4
12%
13
38%
9
26%
3
1
3%
0
0%
4
12%
14
41%
15
44%
4
8
24%
14
41%
2
6%
9
26%
1
3%
5
5
0
0%
0
0%
4
12%
19
56%
11
32%
6
6
13
38%
17
50%
1
3%
1
3%
2
6%
3 4
Pengelolaan Kelas
12%
Rata-rata (%)
21%
8%
34%
25%
Persentase (%) Pilihan Jawaban Guru Pada Skala Likert Untuk Aspek Media Dan Sumber Pembelajaran. JAWABAN N O
ITEM KE-
ASPEK
SS (5)
S (4)
R (3)
TS (2)
STS (1)
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
6%
0
0%
4
12%
21
62%
7
21%
6%
1
3%
10
29%
9
26%
12
35%
6%
3
9%
6
18%
16
47%
7
21% 12%
1
7
2
2
8
2
3
9
2
10
1
3%
10
29%
4
12%
15
44%
4
11
0
0%
1
3%
9
26%
21
62%
3
9%
12
0
0%
1
3%
6
18%
18
53%
9
26%
7
13
0
0%
3
9%
1
3%
22
65%
8
24%
8
14
0
0%
2
6%
2
6%
24
71%
6
4 5 6
Media Dan Sumber Pembelajara n
3%
Rata-rata (%)
8%
15%
54%
18% 21%
Persentase (%) Pilihan Jawaban Guru Pada Skala Likert Untuk Aspek Metode dan strategi Pembelajaran. JAWABAN N O 1 2 3 4
ASPEK
Meetode Dan Strategi Pembelajara n
ITEM KE-
SS (5)
S (4)
R (3)
TS (2)
f
%
f
%
f
%
15
1
3%
2
6%
0
16
3
9%
8
24%
10
17
0
0%
1
3%
0
18
0
0%
2
6%
1
STS (1)
f
%
f
%
0%
16
47%
15
44%
29%
12
35%
1
3%
0%
13
38%
20
59%
3%
20
59%
11
32%
5
19
0
6
20
0
7
21
1
8
22
1
0%
3
0%
3
3%
1
3%
10
2%
Rata-rata (%)
9%
11
9%
4
3%
9
29% 11%
7
32%
18
12%
25
26%
18
21%
15
15%
53%
2
6%
74%
2
6%
53%
5
15%
44%
1
3%
50%
21%
Persentase (%) Pilihan Jawaban Guru Pada Skala Likert Untuk Aspek bahan ajar dan penilaian Pembelajaran. JAWABAN N O
ASPEK
ITEM KE-
SS (5) f
%
S (4)
R (3)
TS (2)
f
%
f
%
0%
2
6%
2
0%
10
29%
2
0%
2
6%
6
STS (1)
f
%
f
%
6%
27
79%
3
9%
6%
18
53%
4
12%
18%
20
59%
6
18% 12%
1
23
0
2
24
0
3
25
0
4
26
1
3%
7
21%
2
6%
20
59%
4
5
27
5
15%
16
47%
3
9%
8
24%
2
6%
28
0
0%
9
26%
7
21%
11
32%
7
21%
29
0
0%
2
6%
2
6%
15
44%
15
44%
30
1
3%
0
0%
1
3%
14
41%
18
53%
15%
3
9%
1
3%
21
62%
4
12%
3%
4
12%
10
29%
15
44%
4
12%
6%
3
9%
8
24%
15
44%
6
18%
6%
11
32% 17%
12
35%
6
18%
3
6 7 8
Bahan Ajar Dan Penilaian Pembelajara n
9
31
5
10
32
1
11
33
2
12
34
2
Rata-rata (%)
4%
14%
47%
9% 19%
Persentase (%) Rata-Rata Setiap Skala Untuk Per-Aspek Pelaksanaan Pembelajaran Aspek Media Metode Bahan ajar NO SKALA Pengelolaan Rata-rata dan dan dan kelas sumber strategi penilaian 1 SS 5% 12% 3% 2% 4% 2 S 14% 21% 8% 11% 17% 3 R 13% 8% 15% 15% 14% 4 TS 47% 34% 54% 50% 47% 5 STS 21% 25% 21% 21% 19% 100% 100% 100% 100% 100% ∑x
LAMPIRAN 3 Kuisioner Sebelum Validasi INSTRUMEN PENELITIAN Petunjuk Pengisian Angket 1. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat dan keadaan yang sebenarnya. 2. Beri tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang Bapak/Ibu anggap sesuai. Pilihan jawaban yang disediakan yaitu : (a) Selalu (b) Kadang-kadang (c) Tidak Pernah 3. Teliti terlebih dahulu sebelum diserahkan kembali. ANGKET GURU Nama guru : Asal sekolah : No Pernyataan 1.
2.
3.
4.
5
Guru merubah pola tempat duduk anak supaya kondisi kelas menjadi tidak monoton saat pembelajaran Guru mengatur perlengkapan kelas dengan rapi sehingga mudah diakses oleh guru dan anak-anak saat pembelajaran Guru memberikan penguatan untuk memelihara perilaku anak yang dinginkan seperti memuji anak ketika anak berbuat baik kepada teman Guru menggunakan teguran untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku anak yang tidak diinginkan seperti teguran saat anak melakukan kesalahan Guru melakukan tindakan pencegahan seperti pengaturan siswa, kelas, dan format pembelajaran sebelum munculnya perilaku
Selalu
Kadang- Tidak kadang pernah
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
16 17 18 19
20
menyimpang pada anak didik. Guru merespon untuk mengatasi tingkah laku anak yang menyimpang dan mengganggu dalam proses pembelajaran, seperti menyadarkan anak ketika anak mengganggu teman dan menyuruh anak meminta maaf. Guru menggunakan media visual , misalnya kartu dan buku bergambar, untuk membantu penyampaian materi ajar pada anak Guru menggunakan media audio, misalnya kaset dan radio, untuk membantu penyampaian materi ajar pada anak Guru menggunakan media audiovisual, misalnya memutar film dan video kaset, untuk membantu penyampaian materi ajar pada anak Guru menggunakan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran Guru menggunakan media yang mendukung dalam menyampaikan materi ajar Media yang digunakan untuk pembelajaran mudah diperoleh Media pembelajaran yang ada mudah untuk digunakan oleh guru dan anak Guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tahap kemampuan anak Guru mengajak anak untuk belajar dari orang-orang yang ada di sekitar lingkungan anak Guru menggunakan benda-benda disekitar sebagai sumber belajar untuk anak Guru menggunakan lingkungan sebagai sumber dan tempat pembelajaran Guru mengajak anak belajar dari aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh anak Guru menggunakan sumber belajar yang sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran Guru menggunakan sumber belajar yang berorientasi pada siswa
21
22 23
24
25
26
27 28 29
30
31 32
33
34 35
Guru menggunakan sumber belajar yang disesuaikan dengan isi pembelajaran dan tahapan belajar anak Guru menggunakan sumber belajar yang menyatu dengan proses pembelajaran Guru menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dan berorientasi pada tujuan pembelajaran Guru menggunakan metode yang dirasa efektif untuk membantu anak mencapai tujuan pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan guru membuata anak terlibat aktif dalam proses belajar mengajar Guru menggunakan metode yang bervariasi dalam menyampaikan pembelajaran sehingga anak menjadi aktif dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Guru menggunakan strategi yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran Guru menggunakan strategi pembelajaran yang dapat mendorong aktivitas siswa Guru menggunankan strategi pemebelajaran yang mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa Strategi pembelajaran yang digunakan guru sesuai dengan alokasi waktu dan sarana penunjang pembelajaran Guru menggunakan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan jumlah siswa Guru menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran, penyampaian pembelajaran, dan pengelolaan pembelajaran Guru menggunakan bahan belajar yang sesuai dengan usia dan tahapan perkembangan anak Guru menggunakan bahan belajar yang mudah digunakan oleh anak Guru menggunakan bahan belajar yang
36
37
38
39
40
sesuai dengan metode penyampaian isi pembelajaran Guru menggunakan bahan belajar yang sesuai dengan hasil evaluasi belajar yang diinginkan Guru menggunakan hasil penilaian pembelajaran sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran Guru melakukan penilaian secara objektif, dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasil Prosedur, kriteria, dan hasil penilaian dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan, seperti orang tua atau wali murid, kepala sekolah, pengawas sekolah, dll Guru menggunakan bentuk penilaian yang beragam, tidak hanya terpaku pada satu bentuk penilaian, yang sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan anak yang ingin diketahui
LAMPIRAN 4 Kuisioner Setelah Validasi INSTRUMEN PENELITIAN Petunjuk Pengisian Kuisioner I 1. Kuisioner ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu Kuisioner I dan Kuisioner II. 2. Bacalah kuisioner dengan teliti sebelum memberi jawaban. 3. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat dan keadaan yang sebenarnya. 4. Untuk Kuisioner I, beri tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang Bapak/Ibu anggap sesuai. Pilihan jawaban yang disediakan yaitu : (a) Sangat Setuju (SS)
(d)Tidak Setuju (TS)
(b) Setuju (S)
(e)Sangat Tidak Setuju (STS)
(c) Ragu-ragu (R) 5. Mohon teliti terlebih dahulu sebelum diserahkan kembali. KUISIONER I Nama guru : Asal sekolah : No 1. Guru
Pernyataan mengalami kesulitan dalam
mengatur tempat duduk anak 2.
Guru kesulitan mengatur perabotan kelas
3.
Guru memelihara perilaku positif anak
dengan
memberikan
penghargaan 4.
Guru menggunakan teknik hukuman untuk mengurang perilaku yang negatif
5
Guru merencanakan stategi yang akan digunakan untuk menghindari
SS
S
R
TS
STS
munculnya perilaku anak yang tidak diinginkan 6
Guru sesekali merespon tingkah laku anak yang menyimpang dengan teguran
7
Guru sering tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran
8
Media yang digunakan guru sulit dipahami anak
No Pernyataan 9 Media yang digunakan guru kurang menarik perhatian anak 10
Media yang digunakan guru tidak selalu disukai anak
11
Guru selalu menggunakan jenis media visual
12
13
Guru kurang menggunakan sumber belajar yang berorientasi indikator pembelajaran Guru kurang menggunakan sumber belajar yang diminati anak
14
Sumber belajar yang digunakan hanya berupa buku dan guru
15
Guru menggunakan metode mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
16
Metode yang digunakan tidak selalu efektif untuk anak
17
Guru menggunakan metode yang melibatkan keaktifan anak
18
Guru menggunakan metode yang
SS
S
R
TS
STS
berbeda untuk setiap kegiatan 19
Guru sulit menyesuaikan strategi yang dipilih dengan tujuan pembelajaran
20
Stategi yang guru pilih kurang mendorong anak untuk beraktivitas
21
Strategi yang digunakan guru belum dapat mengembangkan aspek kepribadian anak
22
Strategi yang digunakan tidak selalu sesuai dengan alokasi waktu pembelajaran
23
Strategi pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan jumlah anak
24
Guru mengembangkan bahan ajar tidak selalu sesuai dengan kemampuan anak
No Pernyataan 25 Bahan ajar yang guru kembangkan sulit dipahami anak 26
Guru kurang menggunakan metode yang bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran
27
Penyampaian materi lebih mudah menggunakan bahasa daerah
28
Materi yang disampaikan guru kadang sulit dipahami oleh anak
29
Materi yang disampaikan guru selalu dikaitkan dengan lingkungan
SS
S
R
TS
STS
anak 30
Materi yang disampaikan sesuai dengan tema pembelajaran
31
Guru hanya melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan anak
32
Guru belum membuat kriteria keberhasilan dalam melakukan penilaian
33
Penilaian proses jarang dilakukan oleh guru
34
Guru selalu menggunakan bentuk penilaian yang observasi
INSTRUMEN PENELITIAN Petunjuk Pengisian Kuisioner II 1. Bacalah kuisioner dengan teliti sebelum memberi jawaban. 2. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat dan keadaan yang sebenarnya. 3. Bapak/Ibu dapat melingkari jawaban yang dianggap sesuai. 4. Bila jawaban tidak terdapat pada pilihan, bapak/ibu guru dapat menulis jawaban di tempat yang telah disediakan. 5. Teliti terlebih dahulu sebelum diserahkan kembali.
KUISIONER II A. Aspek Pengelolaan Kelas B. Dalam aspek apakah bapak/ibu guru paling banyak mengalami hambatan? 1.
Penataan ruang kelas
2. Pembinaan perilaku anak didik 3. Penciptaan iklim kelas yang menyenangkan Alasannya :
C. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam pengelolaan kelas? 1. YA 2. Tidak Jika Ya, alasannya.... 1) Kurangnya pemahaman tentang teknik-teknik untuk mengelola kelas 2) Kondisi sarana dan prasana yang kurang mendukung 3) Ruangan kelas yang kurang memadai 4) Anak-anak sulit menaati tata tertib di kelas 5)
B. Aspek Media Dan Sumber Pembelajaran 1. Jenis media apakah yang paling jarang/tidak pernah bapak/ibu guru gunakan? a. Visual
b. Audio c. Audio-visual Alasannya:
2. Apakah bapak/ibu guru mengalami hambatan dalam penggunaan media pembelajaran? a. Ya b. Tidak Jika Ya, alasannya... 1) Kurangnya keterampilan guru dalam menggunakan media pembelajaran 2) Media tidak dapat berfungsi dengan baik 3) Media yang ada kurang menarik perhatian anak 4) Kurangnya dana untuk membuat media 5) Sulit mencari media yang sesuai dengan tema yang dibahas 6)
3. Diantara jenis sumber belajar di bawah ini, manakah yang paling jarang/tidak pernah bapak/ibu gunakan dalam pembelajaran? a. Manusia b. Bahan c. Lingkungan d. Alat dan perlengkapan e. Aktivitas Alasannya:
4. Apakah bapak/ibu guru mengalami hambatan dalam penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan? a. Ya b. Tidak
Jika ya, alasannya.... 1) Sumber belajar yang tersedia terbatas 2) kurang mengetahui jenis-jenis sumber belajar yang dapat digunakan 3) sumber belajar yang ada tidak terawat dengan baik 4) proses administrasi yang sulit 5)
C. Aspek Metode Dan Strategi Pembelajaran 1. Metode pembelajaran manakah yang paling jarang atau tidak pernah bapak/ibu guru gunakan? a. Bercerita f. Pemberian tugas b. Bernyanyi g. Proyek/pengamatan c. Berdarma wisata h. Pembiasaan d. Demonstrasi i. Bercakap-cakap e. Bermain peran Alasannya:
2. Apakah bapak/ibu guru mengalami hambatan dalam menggunakan metode pembelajaran? a. Ya b. Tidak Jika ya, alasannya... 1) Kurang memahami prinsip-prinsip metode-metode pembelajaran 2) Guru kesulitan untuk memvariasikan metode 3) Guru kesulitan membagi waktu 4) 3. Apakah bapak/ibu guru mengalami hambatan dalam menggunakan strategi pembelajaran? a. Ya b. Tidak Jika ya, alasannya... 1) Kurang pemahaman mengenai strategi pembelajaran 2) Kurang menguasai strategi pembelajaran yang ada 3) Guru kesulitan membagi waktu
4) Jumlah anak yang banyak 5)
D. Aspek Bahan Ajar Dan Penilaian Pembelajaran 1. Dari 11 tema pembelajaran, manakah yang paling sulit untuk diajarkan pada anak? a. Diri sendiri b. Lingkunganku c. Kebutuhan d. Binatang e. Tanaman f. Rekreasi g. Pekerjaan h. Alat komunikasi i. Air, udara, api j. Tanah airku k. Alam semesta
Alasannya:
2. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran? a. Ya b. Tidak Jika ya, alasannya.... 1) Materi sudah ditentukan oleh kelompok guru 2) Kesulitan menyesuaikan materi dengan kemampuan anak 3) Kesulitan mengkaitkan materi dengan lingkungan anak 4) Kurang menguasai materi yang ingin disampaikan 5) Kondisi kelas yang kurang kondusif 6) 3. Teknik penilaian manakah yang paling jarang/tidak pernah bapak/ibu guru gunakan? a. Pemberian tugas b. Percakapan c. Observasi d. Catatan anekdot e. Skala penilaian f. Portofolio g. Penilaian diri sendiri Alasannya:
4. Apakah bapak/ibu guru mengalami hambatan dalam melakukan penilaian pembelajaran? a. Ya b. Tidak Jika ya, alasannya... 1) Kurang jelas dalam menyusun kriteria keberhasilan 2) Instrumen yang digunakan kurang tepat 3) Sulit mengkaitkan penilaian proses dan hasil
i
4) Kurang memahami teknik-teknik penilaian 5) Prosedur penilaian tidak jelas 6)
ii
LAMPIRAN 5
iii
LAMPIRAN 6
iv
LAMPIRAN 7
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Prety Citra Pratesi berjenis kelamin perempuan dan lahir pada tanggal 01 November 1992 anak ke 1 dari 4 bersaudara dari pasangan Muhiwal Kodri dan Herni Yuliana di Desa Daspetah, Ujan Mas-Kepahiang. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 01 Ujan Mas tahun ajaran 2004. Menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMPN 01 Ujan Mas pada tahun 2007 dan menyelesaikan sekolah menengah atas di SMAN 01 Ujan Mas tahun ajaran 2010. Pada tahun ajaran 2010 pertengahan tahun, penulis diterima menjadi mahasiswi PGPAUD FKIP Universitas Bengkulu melalui jalur PPA. Penulis melaksanakan magang di PAUD Dewi Sartika Kota Bengkulu. Dan melaksanakan KKN di Desa Gajah Mati Bengkulu Tengah di tanggal 1 Juli s/d 31 Agustus 2013. Penulis melaksanakan PPL di PAUD Sandhi Putra Telkom Kota Bengkulu tahun ajaran 2013/2014 dan melaksanakan penelitian di PAUD sekecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang.
vi
