UNIVERSITAS INDONESIA
PEROLEHAN LEKSIKON BAHASA INGGRIS: Studi Kasus pada Seorang Anak Indonesia Dwibahasawan dalam Tahap Tuturan Multi-kata
TESIS
Fauzi Syamsuar 0706182186
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI MAGISTER LINGUISTIK Depok Januari 2010
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
UNIVERSITAS INDONESIA
PEROLEHAN LEKSIKON BAHASA INGGRIS: Studi Kasus pada Seorang Anak Indonesia Dwibahasawan dalam Tahap Tuturan Multi-kata
TESIS
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora
Fauzi Syamsuar 0706182186
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI MAGISTER LINGUISTIK KEKHUSUSAN LINGUISTIK TEORETIS Depok Januari 2010
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama dan yang paling utama, ucapan terima kasih saya haturkan kepada Allah SWT karena segala sesuatu tidak mungkin dapat terlaksana tanpa izin-Nya. Pelbagai nikmat dan rahmat, terutama nikmat sehat, telah diberikan-Nya; sehingga saya dapat melaksanakan sesuatu yang insya Allah dapat dikategorikan sebagai ibadah, yakni penyelesaian penulisan tesis ini. Rasa syukur teramat patut saya haturkan kepada-Nya atas suatu rahmat yang sangat bernilai dan telah Ia titipkan kepada saya (alih-alih berikan, kata titipkan saya rasa lebih tepat untuk digunakan dalam konteks ini), yakni seorang anak yang bernama Putera Rafa Syamsuar, dengan Rafa sebagai nama panggilan. Kedua, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Rafa. Terima kasih atas “kebersedian” dirimu untuk menjadi “kelinci percobaan” bagi ide Bapakmu yang nyeleneh namun insya Allah bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, yakni pemajanan bahasa Inggris kepada dirimu sehingga Bapak dapat menjadikan dirimu sebagai subyek penelitian ini. Bekal akademis yang memadai tentunya diperlukan untuk melakukan penelitian ini. Oleh karena itu, dengan diiringi sekian banyak kendala dan keterbatasan, pada pertengahan tahun 2007, saya dapat memulai studi di Program Magister Linguistik FIB-UI. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Rafa yang menjadi pemotivasi utama bagi saya untuk melanjutkan studi saya. Ketiga, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada istri saya tercinta Rusi Susilawaty. Dukungan, baik psikologis maupun material, tidak bosan ia berikan kepada suaminya agar dapat menyelesaikan tesis ini sesegera mungkin. Ia adalah seorang perempuan Jawa yang njawani yang menikah dengan saya di bulan Januari 2006 dan di akhir tahun yang sama, tepatnya tanggal 23 Desember 2006, telah diizinkan Allah untuk berjihad dalam rangka melahirkan anak pertama kami Rafa. Terimakasih juga kusampaikan atas jihad keduamu dalam melahirkan adik Rafa, Zahra Syafa Syamsuar, pada tanggal 10 Juni 2009. Zahra secara tidak langsung ikut bersumbangsih kepada penulisan tesis ini karena – bersama-sama abang dan ibunya – telah menjadi “vitamin” yang “menambah tenaga” saya dalam melakukan segala sesuatu, terutama penyelesaian tesis ini. iv Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Di samping itu, kepada para pengajar di Departemen Linguistik FIB-UI, saya menghaturkan terima kasih atas curahan ilmu pengetahuan dan bimbingannya, terutama kepada Ibu Felicia N. Utorodewo yang selalu menyediakan waktunya untuk saya berkonsultasi, terutama ketika saya bingung untuk menentukan langkah yang terkait dengan penulisan tesis. Selain itu, ucapan terima kasih teramat patut saya haturkan kepada Prof. Anton M. Moeliono yang telah menegur saya yang sempat lalai dan memang sangat pantas untuk ditegur atas kelalaian saya itu ketika beliau membimbing saya dalam topik penelitian terdahulu yang dengan sangat menyesal gagal saya selesaikan. Harus saya utarakan di sini bahwa setiap kata yang keluar dari teguran Pak Anton ternyata merupakan butir-butir ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi pengembangan diri saya agar menjadi insan akademis yang berintegritas sehingga akhirnya saya dapat meyelesaikan penelitian dalam rangka penulisan tesis ini. Ucapan matur sembah nuwun saya haturkan kepada Ibu Anggadewi Moesono yang saya klaim telah menjadikan saya sebagai “anak” karena beliau telah bersedia menjadi “ibu” saya dalam penulisan tesis ini. Dengan sangat telaten beliau menjadi ibu dengan makna sebenarnya bagi saya dan dengan sangat piawai membimbing saya sejak saat pemilihan topik, penentuan metode penelitian yang akan dipakai, pembuatan alat ukur penelitian, hingga saat penyelesain akhir tesis ini. Ucapan terima kasih pun saya ucapkan kepada Bapak Umar Muslim, Bapak Untung Yuwono, dan Ibu Grace Wiradisatra yang telah berkenan membaca tesis ini sebelum tesis ini diujikan dan memberi kritik serta saran yang sangat berguna sehingga tesis ini dapat memiliki “rupa’ seperti ini. Keponakanku Adrian, terima kasih atas pinjaman lap top-mu. Om Ai tahu bahwa sebenarnya dirimu juga membutuhkannya untuk keperluan pekerjaanmu; namun, ternyata dirimu menyadari bahwa laptop itu ternyata jauh lebih bernilai bila berada di Cilebut, perpustakaan FIB-UI, atau perpustakaan PKBB Unika Atma Jaya. Satu hal lagi, terimakasih atas kesedianmu menjadi “guru privat” dan “teknisi komputer” bagi pamanmu yang gaptek ini. Seandainya nenekmu masih ada, semakin banggalah beliau akan cucu pertamanya yang kini sudah menjadi sarjana dan sudah bisa menjadi “guru” bagi anak bungsunya. v Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada segenap civitas academica FKIP Universitas Ibn Khaldun Bogor, tempat saya mengimplementasikan dan mengembangkan pengetahuan linguistik saya sejak pertengahan tahun 2008; terutama kepada Ibu Nanik Retnowati yang pada saat pertama saya bergabung dengan fakultas itu, adalah Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan saat ini adalah Pembantu Dekan I. Terima kasih atas tantangan yang Ibu berikan kepada saya untuk mengampu mata kuliah English Morphology dan Semantics yang ternyata menjadi matakuliah momok bagi sebagian mahasiswa. Keharusan membaca dalam rangka persiapan mengajar kedua matakuliah itu tentunya telah menambah pengetahuan saya, terutama dalam bidang leksikon dan semantik leksikal; dan kedua bidang itu sangat terkait dengan penulisan tesis ini. Selain itu, aku berterima kasih kepada akhi (saudaraku) Hendri Walika, dosen pengampu matakuliah Computing, yang telah memberikan ilmu komputernya kepada dosen yang gaptek ini. Selain itu, terimakasih aku sampaikan kepada para mahasiwa yang mengikuti perkuliahan yang kuampu; kalian telah membuatku “memutar otak” agar matakuliah lingusitik tidak lagi menjadi momok bagi kalian. Upayaku itu tentunya telah membuat pengetahuan linguistikku semakin bertambah; dan secara tidak langsung kalian telah bersumbangsih terhadap penulisan tesis ini. Terimakasih juga aku ucapkan kepada teman-teman seangkatan, mahasiswa Program Magister Linguistik FIB-UI angkatan 2007, yakni (aku urutkan secara alfabetis) Annisa, Donty, Ika, Jeng Niken, Jeng Sri, Kang Odin, Mang Ce’ Irsan, Mbak Rani, Meivy, Neneng, Ronald, Silva, Teh Ais, Teh Erry, Teh Tika, Pamela, Setyowati, Widya, dll. Sebagian besar dari kalian adalah orang-orang cerdas yang pernah aku kenal dan telah menunjukkan kepadaku bagaimana cara insan akademis seharusnya berperilaku. Di samping mereka yang telah disebutkan di atas, tentu masih terdapat mereka yang baik secara langsung maupun tidak langsung bersumbangsih terhadap penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih pun saya ucapkan kepada mereka walaupun nama mereka tidak saya tuliskan satu persatu di sini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua; Amin. Cilebut, Januari 2010 Fauzi Syamsuar gelar Sutan Majo Indo vi Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH ................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................................... vii ABSTRAK ........................................................................................................... viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... x DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ...................................................................... xv 1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 1.1 Latar Pokok Penelitian ................................................................................. 1 1.2 Pokok Bahasan ............................................................................................. 4 1.3 Rumusan Pokok Masalah Penelitian ............................................................ 7 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 8 1.6 Kemaknawian Penelitian ............................................................................... 8 1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 8 2. PENELITIAN TERDAHULU DAN KERANGKA TEORI ........................... 10 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 10 2.1.1 Pemerolehan Bahasa Anak Dwibahasawan di Luar Indonesia ......... 10 2.1.2 Pemerolehan Bahasa Anak Dwibahasawan di Indonesia ................. 17 2.1.2.1 Yuliana (2005) ...................................................................... 17 2.1.2.2 Priyanto (2006) ..................................................................... 19 2.1.2.3 Hamida (2008) ...................................................................... 21 2.1.2.4 Hamida (2009) ...................................................................... 23 2.2 Kerangka Teori ........................................................................................... 25 2.2.1 Pengertian Kedwibahasaan dan Dwibahasawan ............................... 25 2.2.1.1 Kedwibahasaan ..................................................................... 25 2.2.1.2 Dwibahasawan ...................................................................... 26 2.2.2 Bahasa Anak ..................................................................................... 28 2.2.3 Pemerolehan Bahasa versus Pemelajaran Bahasa ............................ 30 2.2.4 Pemerolehan Kedwibahasaan ........................................................... 32 2.2.5 Peniruan, Komprehensi dan Produksi dalam Pemerolehan Bahasa . 33 2.2.5.1 Peniruan ................................................................................ 33 2.2.5.2 Komprehensi ......................................................................... 34 2.2.5.3 Produksi ................................................................................ 35 2.2.5.4 Komprehensi versus Produksi .............................................. 36 2.2.5.5 Produksi Bahasa Anak vs. Produksi Bahasa Orang Dewasa . 37 2.2.6 Leksikon dan Pemerolehan Leksikon ............................................... 37 2.2.7 Pemerolehan Leksikon versus Pemerolehan Kata ............................. 39 x
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
2.2.8 Penegasan Pengertian Leksikon dan Istilah-istilah Terkait Lainnya . 42 2.2.8.1 Leksikon ................................................................................ 42 2.2.8.2 Leksem .................................................................................. 43 2.2.8.3 Butir Leksikal ........................................................................ 44 2.2.8.4 Bentuk-bentuk Linguitis Butir Leksikal................................ 44 3. HIPOTESIS, VARIABEL, DAN DEFINISI OPERASIONAL ...................... 45 3.0 Pendahuluan ............................................................................................... 45 3.1 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 51 3.2 Variabel-variabel Penelitian ....................................................................... 51 3.2.1 Variabel Bebas .................................................................................. 52 3.2.1.1 Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua ................................... 52 3.2.1.2 Latar Belakang Kebahasaan Orang Tua ................................ 53 3.2.1.3 Latar Belakang Keetnisan dan Kebudayaan Orang Tua ........ 53 3.2.1.4 Latar Belakang Keagamaan Orang Tua ................................ 55 3.2.1.5 Jenis Kelamin Pemberi Masukan Bahasa Inggris ................. 55 3.2.1.6 Jenis kelamin Subyek Penelitian .......................................... 56 3.2.1.7 Tempat Tinggal dan Anggota Keluarga Subyek Penelitian . 56 3.2.1.8 Pemajanan Dua Bahasa kepada Subyek Penelitian secara Serentak ................................................................................. 56 3.2.1.9 Pemajanan Bahasa Inggris kepada Subyek Penelitian sejak Lahir .................................................................................... 57 3.2.1.10 Pemajanan Bahasa Inggris secara Ajek dan Sinambung .... 57 3.2.1.11 Campur Kode: Penggunaan Istilah Asli Kebudayaan Indonesia ............................................................................. 57 3.2.1.12 Strategi Pemberian Sinonim antara Dua Bahasa ................ 58 3.2.2 Variabel Kontrol ............................................................................... 59 3.2.2.1 Penghilangan Masukan Bahasa Inggris dari Sang Ibu .......... 59 3.2.2.2 Pengabaian Masukan Bahasa Inggris dari Media ................. 60 3.2.3 Variabel Terikat ................................................................................ 61 3.2.3.1 Butir Leksikal yang Belum Diperoleh .................................. 62 3.2.3.2 Butir Leksikal yang Berada pada Tataran Komprehensi ...... 62 3.2.3.3 Butir Leksikal yang Berada pada Tataran Produksi .............. 62 Terpancing ............................................................................ 62 3.2.3.4 Butir Leksikal yang Berada pada Tataran Produksi Spontan ................................................................................. 62 3.3 Definisi Operasional .................................................................................... 63 3.3.1 Bahasa Sang Ibu ............................................................................... 63 3.3.2 Peran Orang dan Kebudayaan dalam Masukan Bahasa ................... 66 3.3.2.1 Peran Orang Tua ................................................................... 66 3.3.2.2 Peran Kebudayaan ................................................................ 67 3.3.3 Strategi Wacana Orang Tua .............................................................. 68 3.3.4 Analisis yang Keliru dalam Pemerolehan Leksikon ......................... 69
xi
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
3.3.5 Penggelembungan dan Penciutan Makna ......................................... 69 3.3.5.1 Penggelembungan Makna ..................................................... 70 3.3.5.2 Penciutan Makna .................................................................. 70 4. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 71 4.1 Ancangan Penelitian ................................................................................... 71 4.1.1 Ancangan Kualitatif .......................................................................... 71 4.1.2 Ancangan Longitudinal .................................................................... 73 4.1.3 Ancangan Studi Kasus ...................................................................... 74 4.1.4 Ancangan Pengamatan Terkontrol ................................................... 75 4.2 Subyek Penelitian dan Latar Belakang Orang Tua .................................... 76 4.3 Metode Pengukuran Komprehensi dan Produksi Bahasa sebagai Dasar Konstruksi Alat Ukur ................................................................................. 79 4.3.1 Sampling Tuturan Alamiah ............................................................... 79 4.3.2 Produksi Terpancing ......................................................................... 80 4.3.3 Peniruan Terpancing ......................................................................... 81 4.3.4 Pengukuran Komprehensi ................................................................. 81 4.4 Konstruksi Alat Ukur Penelitian ................................................................ 82 4.5 Metode Pengumpulan data ......................................................................... 83 4.6 Alat Bantu Penelitian ................................................................................. 85 4.7 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 86 4.8 Kesahihan dan Keterandalan Data ............................................................. 88 4.9 Teknik Analisis Data .................................................................................. 91 4.10 Pelaksanan Penelitian ............................................................................... 92 5. ANALISIS DATA ........................................................................................... 93 5.0 Pendahuluan ............................................................................................... 93 5.1 Rekapitulasi Hasil Interpretasi Data dan Uji Hipotesis Penelitian ............. 93 5.1.1 Butir-Butir Leksikal pada Tataran Produksi Spontan ....................... 93 5.1.2 Butir-Butir Leksikal pada Tataran Produksi Terpancing .................. 98 5.1.3 Butir-Butir Leksikal Pada Tataran Komprehensi ............................ 102 5.1.4 Rekapitulasi Butir Leksikal berdasarkan Ranah Semantisnya ........ 106 5.1.5 Uji Hipotesis Penelitian .................................................................. 108 5.2 Hambatan dalam Interpretasi Tipe Perolehan Butir Leksikal .................. 109 5.2.1 Pengacauan Makna Butir Leksikal ................................................ 109 5.2.2 Peniruan ..................................................................................... 110 5.2.3 Peniruan versus Produksi ................................................................ 112 5.2.4 Perubahan Tipe Perolehan ............................................................... 113 5.2.4.1 Belum Diperoleh Menjadi Telah Diperoleh ......................... 113 5.2.4.2 Dari Pengacauan Makna ke Tataran Produksi ................. .... 114 5.2.4.3 Ketidakajekan Tipe Perolehan ............................................. 116 5.2.4.4 Dari Tataran Komprehensi ke Tataran Produksi Terpancing 116 5.2.4.5 Dari Tataran Komprehensi ke Tataran Produksi Spontan ... 117 5.2.4.6 Dari Tataran Produksi Terpancing ke Tataran Produksi Spontan ......................................................................... 118 xii
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
5.3 Analisis Data ............................................................................................ 119 5.3.1 Analisis Data secara Fonetis-fonologis .......................................... 119 5.3.1.1 Persebaran Bunyi dalam Perolehan Leksikon Bahasa Inggris Rafa ........................................................................ 119 5.3.1.1.1 Bunyi Vokal ....................................................... 120 5.3.1.1.2 Bunyi Konsonan .................................................. 122 5.3.1.1.3 Diftong ................................................................ 126 5.3.1.1.4 Gugus Konsonan ................................................. 127 5.3.1.2 Tuturan Rafa yang Berbeda dari Tuturan Orang Dewasa ... 128 5.3.1.3 Tuturan Rafa yang Telah Mirip Tuturan Orang Dewasa .... 130 5.3.1 3 Perbaikan Pengucapan ........................................................ 130 5.3.1.4 Perolehan Bunyi yang Taklepas ......................................... 131 5.3.2 Analisis Data secara Morfologis ..................................................... 132 5.3.2.1 Gejala Metatesis dan Pemendekan ....................................... 132 5.3.2.2 Analisis Data secara Morfemis ........................................... 134 5.3.2.2.1 Pemberian Infleksi Terkait Pluralisasi .................. 134 5.3.2.2.2 Suplisi Terkait Pluralisasi ...................................... 136 5.3.2.2.3 Perolehan Bentuk Morfologis Verba ..................... 137 5.3.3 Analisis Data secara Sintaktis ......................................................... 138 5.3.3.1 Penggunaan Butir Leksikal dalam Membentuk Frase ........ 138 5.3.3.2 Penggunaan Butir Leksikal Indonesia dan Inggris dalam Membentuk Frase ............................................................... 141 5.3.3.3 Penggunaan Butir Leksikal dalam Membentuk Klausa ..... 142 5.3.4 Analsis Data secara Semantis ......................................................... 143 5.3.4.1 Pengucapan Serupa atas Butir leksikal yang Berbeda vs. Polisemi ............................................................................... 143 5.3.4.2 Penggelembungan Makna dan Penciutan Makna ............... 145 5.3.4.2.1 Penggelembungan Makna .................................. 145 5.3.4.2.2 Penciutan Makna ................................................ 146 5.3.4.3 Perolehan Deiksis ................................................................ 147 5.3.4.4 Penggunaan one sebagai Pronomina Pengganti ................. 148 5.4 Pengaruh Variabel Bebas terhadap Perolehan Leksikon Bahasa Inggris Rafa ........................................................................................................ 149 5.4.1 Latar Belakang Pekerjan Orang Tua ............................................. 149 5.4.2 Latar Belakang Keetnisan dan Kebudayaan Orang Tua ................ 149 5.4.3 Latar Belakang Keagamaan Orang Tua ......................................... 150 5.4.4 Jenis Kelamin Pemberi Masukan Bahasa Inggris dan Jenis Kelamin Rafa ....................................................................... 150 5.4.5 Tempat Tinggal dan Anggota Keluarga Rafa ................................ 151 5.4.5.1 Kondisi Rumah ................................................................. 151 5.4.5.2 Lingkungan Sekitar............................................................ 151 5.4.5.3 Anggota Keluarga .............................................................. 151 5.4.6 Pemajanan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris secara Serentak dan Strategi Pemberian Sinonim antara Dua Bahasa ................... 151 5.4.6.1 Pemberian Sinonim antara Dua Bahasa ........................... 152 xiii
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
5.4.6.2 Pembatalan Penggunaan Butir Leksikal Indonesia dan Penggunaan Istilah Inggris ............................................. 152 5.4.6.3 Penggunaan Butir Leksikal Indonesia yang Disusul Penggunaan Butir Leksikal Inggris ................................. 153 5.4.6.4 Gejala Penerjemahan ....................................................... 154 5.4.6.4.1 Kekeliruan dalam Penerjemahan ...................... 154 5.4.6.4.2 Keberhasilan dalam Penerjemahan .................. 155 6. KESIMPULAN .............................................................................................. 157 7. PENTUTUP: DISKUSI DAN SARAN .......................................................... 160 7.1 Anak: Manusia Kecil yang Siap akan Pemajanan Lebih dari Satu Bahasa160 7.2 Pemajanan Bahasa Inggris secara Ajek dan Sinambung: Salah Satu Variabel Utama yang Berpengaruh terhadap Perolehan Leksikon Rafa ... 161 7.3 Hipotesis-hipotesis Pascapenelitian sebagai Saran .................................. 162 7.3.1 Keajekan Pemberian Masukan Bahasa sebagai Penentu Utama Hasil dari Pemerolehan kedwibahasaan ...................................... 163 7.3.2 Ketidaksesuaian Hasil Penelitian ini dengan Hasil Penelitian Terdahulu tentang Perolehan Leksikon Anak ............................... 163 7.3.3 Peniruan Juga Terjadi pada Tataran Kalimat ................................. 164 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 165 LAMPIRAN TESIS ............................................................................................ 171
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK xiv
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
Tabel Tabel 1 Alat Ukur Perolehan Leksikon Bahasa Inggris Putera Rafa Syamsuar ... 82 Tabel 2 Simbol bagi Bunyi Vokal ......................................................................... 86 Tabel 3 Simbol bagi Bunyi Konsonan .................................................................. 87 Tabel 4 Jadwal Penelitian ..................................................................................... 92 Tabel 5 Rekapitulasi Butir Leksikal berdasarkan Ranah Semantisnya ............... 106 Tabel 6 Persebaran Bunyi Vokal dalam Leksikon Bahasa Inggris Rafa ............ 120 Tabel 7 Persebaran Bunyi Konsonan dalam Leksikon Bahasa Inggris Rafa ...... 122 Tabel 8 Perbedaan antara Realisasi Bunyi yang Diproduksi Orang Dewasa dengan Realisasi Bunyi yang Diproduksi Rafa ...................................... 129 Grafik Grafik 1 Butir Leksikal pada Tataran Produksi Spontan ..................................... 97 Grafik 2 Butir Leksikal pada Tataran Produksi Terpancing .............................. 101 Grafik 3 Butir Leksikal pada Tataran Komprehensi .......................................... 105 Grfaik 4 Rekapitulasi Butir Leksikal berdasarkan Ranah Semantisnya ............ 107 Grafik 5 Butir Leksikal yang Telah Diperoleh .................................................. 108
xv
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
ABSTRAK Nama : Fauzi Syamsuar Program Studi : Magister Linguistik Judul : Perolehan Leksikon Bahasa Inggris: Studi Kasus pada Seorang Anak Indonesia Dwibahasawan pada Tahap Tuturan Multi-kata Tesis ini merupakan laporan penelitian tentang perolehan leksikon bahasa Inggris seorang anak Indonesia dwibahasawan pada tahap tuturan multi-kata. Anak itu dikatakan dwibahasawan karena telah terpajan kepada bahasa Inggris yang diberikan ayahnya sebagai bahasa sang ibu (BSI) atau parentese dan kepada bahasa Indonesia sebagai BSI lainnya yang diberikan ibunya serta orang dewasa pemberi masukan bahasa lainnya. Pemajanan kedua bahasa itu telah dilakukan secara terkontrol, ajek, serentak, dan sinambung sejak sang anak lahir. Penelitian yang menggunakan ancangan kualitatif ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian, yakni ”Bagaimana perolehan leksikon bahasa Inggris sang anak?” Sejumlah butir leksikal dalam perolehan leksikon bahasa Inggris sang anak didapat dari hasil upaya interpretasi data. Kemudian, analisis data perolehan leksikon bahasa Inggris sang anak dilakukan berdasarkan sudut pandang fonetisfonologis, morfologis, sintaktis, dan semantis. Sang anak terbukti termasuk ke dalam tipe kedwibahasaan berkoordinasi; dan temuan penelitian ini menunjukkan bahwa gejala preferensi terhadap sebuah bahasa, yang menjadi karakteristik utama tipe kedwibahasaan itu, juga ditemukan dalam studi kasus ini. Kekhasan leksikon bahasa Inggris yang telah diperoleh sang anak merupakan salah satu temuan dalam penelitian ini dan diuraikan dalam analisis data. Kata Kunci: pemerolehan bahasa anak, kedwibahasaan, dwibahasawan, perolehan leksikon, dan leksikon bahasa Inggris
viii
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
ABSTRACT Name : Fauzi Syamsuar Study Program: Master of Linguistics Title : Perolehan Leksikon Bahasa Inggris: Studi Kasus pada Seorang Anak Indonesia Dwibahasawan pada Tahap Tuturan Multi-kata (Acquired English Lexicon: A Case Study on An Indonesian Bilingual Child at Multi-word Stage) This thesis is a report of a research on acquired English lexicon of an Indonesian biligual child at multi-word stage. The child is considered bilingual; it is due to the exposure of English as child directed speech or parentese by his father and the exposure of Indonesian as the other parentese by his mother and other caregivers. The exposure of the two languages has been controlled, done consistenly, simultaneously, and continuously since the child was born. This research uses the qualitative approach; and it is projected to answer the research question, i.e. ”How is the child’s acquired English lexicon?” Certain number of lexical items in the child’s acquired English lexicon is obtained from the effort of data interpretation. Then, the analysis of the data of acquired lexicon is done based on the phoneticphonological, morphological, syntactic, and semantic viewpoints. It is proved that the child bilingualism can be categorized into coordinate bilingualism; and the research findings show that the child’s preference to use a certain language, which is the main characteristic of that type of bilingualism, is also found in this case study. The uniqueness of the child’s acquired English lexicon is obtained as one of the research findings; and it is explained further in data analysis. Key words: child language acquisition, bilingualism, bilingual, acquired lexicon, and English lexicon
ix
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Pokok Penelitian Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Inggris telah menjadi bahasa universal dan telah menjadi bahasa yang dipelajari banyak orang di pelbagai negara. Bahasa itu dipelajari baik sebagai bahasa kedua maupun bahasa asing. Sebagai contoh, bahasa itu telah menjadi bahasa kedua di sebagian besar negara-negara persemakmuran atau negara-negara bekas jajahan Inggris; Malaysia adalah salah satunya. Sementara itu, sebagai bahasa asing, bahasa itu juga dipakai di sejumlah negara; Indonesia adalah salah satunya. Secara sosiolinguistis, Richards et al. (1992: 143) menyatakan bahwa bahasa kedua adalah yang bukan merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama bagi penduduk sebuah negara namun dipakai secara luas sebagai alat komunikasi, seperti dalam pendidikan dan kepemerintahan; dan bahasa itu biasanya digunakan bersamaan dengan sebuah bahasa lain atau bahasa-bahasa lain. Senada dengan pernyataan Richards et al. di atas, Saville-Troike (2006: 4) menyatakan bahwa bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi atau bahasa yang secara sosial bersifat dominan dan diperlukan dalam pendidikan, pekerjaan, dan keperluan dasar lainnya. Kedua pendefinisian di atas senada dengan dan tampaknya merupakan parafrase atas apa yang didefinisikan Crystal (1993: 345) berikut: Second language is a language which is not a person’s mother tongue, but which is learned in order to meet a communicative need. Immigrants commonly learn the language of their host nation as a second language. Often a country chooses to give a language official status as a second language, using it as a medium of government, law education, on the media – a role played, for example, by English or French in many countries of Africa. Sebagaimana telah tersebut di atas, Malaysia adalah salah sebuah negara yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua bagi penduduknya. Di samping bahasa Melayu, bahasa Inggris telah menjadi bahasa resmi negara itu sejak tahun 1957 (Moeliono, 1985: 41). Dengan kata lain, oleh karena perannya sebagai 1 Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
2
bahasa resmi dan penggunaannya sangat diperlukan dalam dunia pendidikan dan pekerjaan, penduduk Malaysia dituntut untuk menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, tentunya selain bahasa Melayu yang sejatinya adalah bahasa pertama bagi sebagian besar penduduk negara itu. Berbeda dari yang terjadi di Malaysia, di Indonesia bahasa Inggris secara politis bukan bahasa resmi. Dengan demikian, secara sosiolinguistis belum dapat dikatakan bahwa di Indonesia bahasa itu merupakan bahasa kedua; alih-alih, bahasa Inggris merupakan bahasa asing. Kridalaksana (2008: 24) mendefinisikan bahasa asing sebagai bahasa yang dikuasai oleh bahasawan, biasanya melalui pendidikan formal, dan secara sosiokultural tidak dianggap sebagai bahasa sendiri. Tidak jauh berbeda dari itu, Saville-Troike (2006: 4) juga mendefinisikan bahasa asing sebagai bahasa yang dipelajari karena merupakan sebuah persyaratan kurikuler di sekolah, namum bukanlah yang harus digunakan secara praktis. Sementara itu, Crystal (1993: 140–1) menegaskan bahwa bahasa asing adalah bahasa yang bukan merupakan bahasa ibu penutur; dan alih-alih mendapat status khusus seperti yang didapat bahasa kedua, bahasa ini tidak mendapatkan status khusus itu. Crystal juga menegaskan bahwa walaupun sama-sama bukan merupakan bahasa ibu, terdapat keengganan dalam memandang bahasa asing sebagai bahasa kedua. Pendapat terakhir inilah yang saya rasa menjadi salah satu alasan mengapa bahasa Inggris belum dipandang sebagai bahasa kedua di Indonesia, alih-alih hanya sebagai bahasa asing; dan saya lebih cenderung menyebutnya sebagai bahasa asing utama yang dipelajari di lembaga-lembaga pendidikan. Sebagai konsekuensi dari gejala bahasa Inggris menjadi bahasa asing utama di Indonesia, bahasa itu telah dijadikan salah satu mata pelajaran wajib yang diberikan di lembaga-lembaga pendidikan formal; mulai dari yang setingkat sekolah menengah pertama sampai dengan perguruan tinggi. Bahkan, di daerahdaerah tertentu (terutama di perkotaan), bahasa itu telah diberikan sebagai muatan lokal pilihan di sejumlah sekolah dasar. Selain itu, di sektor pendidikan informal, secara kasat mata dapat kita lihat terdapat banyak kursus bahasa Inggris yang Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
3
merupakan sarana bagi para siswa untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya di luar lembaga pendidikan formalnya. Selain itu, telah terdapat sejumlah lembaga pendidikan formal yang menyatakan sepihak (untuk seterusnya istilah mengklaim akan saya gunakan sebagai padanan menyatakan sepihak) bahwa mereka menerapkan kedwibahasaan dalam proses pembelajarannya. Dengan kata lain, di samping bahasa Indonesia, bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga itu. Dengan melihat gejala itu, dapat dikatakan bahwa walaupun secara politis dan sosiolinguistis bahasa Inggris belum dianggap sebagai bahasa kedua, secara praktisedukasional bahasa itu dapat dikatakan sebagai bahasa kedua bagi kaum terpelajar Indonesia. Bertaut dengan gejala di atas, dewasa ini banyak orang tua Indonesia yang berkemampuan dalam bahasa Inggris (terutama di kota-kota besar) secara terencana memberi masukan bahasa itu kepada anak mereka sejak usia dini, bahkan sejak lahir. Praktik ini biasanya dilakukan di samping tetap memberikan masukan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa pertama atau kedua bagi mereka. Alasan utama upaya itu tampaknya adalah harapan agar anak mereka berkembang dalam lingkungan berdwibahasa, sehingga sang anak akan fasih baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Alasan itu tampaknya juga telah menjadi salah satu alasan bagi saya dalam melakukan praktik serupa kepada anak saya. Secara terencana dan terkontrol saya memberi masukan bahasa Inggris kepada anak pertama saya sejak ia lahir; lebih tepatnya sejak ia berusia tiga hari. Pemberian masukan itu telah saya lakukan secara ajek, yakni dengan selalu berinteraksi dengannya dalam bahasa Inggris. Di samping itu, dengan alasan agar ia tetap mendapat masukan bahasa Indonesia, saya dan istri saya bersepakat untuk “berbagi tugas”: pemberian masukan bahasa Inggris adalah “tugas” saya dan pemberian masukan bahasa Indonesia adalah “tugas” istri saya; dan kami bersepakat untuk tidak “mengintervensi” tugas masing-masing. Selain itu, pemberian masukan bahasa Indonesia tentunya juga merupakan “tugas” orang Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
4
dewasa lain yang berinteraksi dengan anak kami itu, terutama seorang pengasuh anak yang kami minta datang untuk mengasuh anak kami itu ketika istri saya harus meninggalkan rumah untuk bekerja di siang hari. 1.2 Pokok Bahasan Pemberian masukan bahasa pada anak dalam psikolinguistik sering disebut dengan istilah bahasa sang ibu, yakni yang dipakai Darjowidjojo (2000: 48–49; 2005: 242) sebagai padanan istilah Inggris motherese, parentese, atau childdirected speech. Perbincangan tentang bahasa sang ibu (selanjutnya disebut BSI) tentu sangat terkait dengan teori pemerolehan bahasa. Trask (1999: 140–1) mendefinisikan pemerolehan bahasa sebagai proses anak memperoleh bahasa ibu atau bahasa pertamanya. Ia juga melaporkan bahwa penyelidikan linguistis tentang pemerolehan bahasa telah dimulai sejak 1940-an, yakni ketika linguis Rusia Roman Jakobson mempublikasikan kajiannya dan dinyatakan Trask sebagai sebuah kajian perintis. Selain itu, dilaporkan juga bahwa pada tahun 1957, psikolog B.F. Skinner mempublikasikan Verbal Behavior, yakni buku yang menjelaskan pemerolehan bahasa dalam kerangka kerja behaviorisme. Kemudian, pada tahun 1973, buku Roger Brown A First Language membahas sebuah urutan tahap pemerolehan bahasa yang telah terdefinisi mapan. Lebih lanjut mengenai tahap pemerolehan bahasa di atas, Field (2006: 144–5) menyatakan bahwa semua anak melalui tahap yang sama dalam pemerolehan bahasa pertama; namun, perkembangannya berada pada percepatan yang berbeda. Lalu, ia menegaskan bahwa usia anak dalam tahun dan bulan, yang sering dituliskan sebagai angka yang dipisahkan dengan titik-koma [;], sejatinya bukan indikator yang benar-benar dapat dipercaya dalam perkembangan kebahasaan anak. Akan tetapi, ia mengusulkan bahwa tahap-tahap berikut bersifat universal:
Dekutan atau cooing (kira-kira 0;3), yakni bunyi yang menyerupai bunyi vokal; bayi memberi respon dengan bunyi vokal terhadap bahasa manusia.
Celotehan atau babbling (kira-kira 0:6), yakni bunyi konsonan-vokal yang dihasilkan bayi. Produksi selanjutnya bersifat imitatif: terdapat fase echolia Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
5
sejak kira-kira 0;8, yakni ketika anak menirukan pola-pola intonasi orang dewasa dengan beberapa tingkat ketepatan.
Tahap tuturan satu-kata atau one-word stage atau holophrastic speech (kirakira 1;0), yakni masa ketika kata-kata pertama muncul. Pada 1;6, anak mungkin telah memiliki sekitar 50 kosakata, yang biasanya nomina. Anak telah mengenal fungsi referensial dari kata, dan menggunakannya untuk menamai objek.
Tahap tuturan dua kata atau two-word stage atau telegraphic speech (kira-kira 1;6), yakni tahap ketika ledakan kosakata dimulai; terjadi peningkatan kirakira enam sampai sepuluh kata perhari dalam khazanah (repertoire) kata anak.
Tahap tuturan multi-kata atau multi-words stage (2;6 ke atas); anak sudah menggunakan untaian tiga atau lebih kata. Dalam tahap ini, pola-pola sintaktis orang dewasa secara bertahap menjadi lazim. Anak saya yang dimaksud di atas bernama Putera Rafa Syamsuar dengan Rafa
sebagai nama panggilan. Ketika usulan penelitian ini saya buat ia telah berusia 2;9; dan menurut uraian tahap pemerolehan bahasa di atas, ia telah berada pada tahap tuturan multi-kata. Ibu Rafa berbahasa pertama bahasa Jawa. Namun, karena kami tinggal di sebuah kompleks perumahan di Cilebut, Bogor dan bahasa yang dipakai di lingkungan sekitar adalah bahasa Indonesia dialek Jakarta, ibu Rafa memberi masukan bahasa Indonesia (tentunya yang terpengaruh oleh bahasa pertamanya baik pada tataran fonologis, leksikal, maupun gramatikal) sebagai BSI kepada Rafa. Bahasa pertama saya sebenarnya adalah bahasa Indonesia; namun bahasa Indonesia saya adalah yang mendapat pengaruh dari sejumlah bahasa. Hal itu disebabkan beberapa faktor, yakni (1) kedua orang tua saya berbahasa pertama bahasa Minangkabau, (2) saya dilahirkan di Bandar Lampung, yakni daerah multietnis dengan situasi kebahasaan yang unik: penduduk kota itu menggunakan bahasa Indonesia dialek setempat (jika saya tidak diperbolehkan menyebutnya bahasa Melayu dialek Lampung) sebagai lingua franca dan bahkan saya merasa bahwa dialek itu telah menjadi bahasa pertama bagi sebagian kalangan muda kota Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
6
itu; dan saya tumbuh dan berkembang di sana sampai saya berusia 16 tahun, yakni ketika saya menyelesaikan SMP saya, (3) saya menyelesaikan SMA saya di Jakarta, yakni daerah tempat bahasa Indonesia dialek Jakarta dan bahasa Melayu Betawi sering digunakan, (4) saya menyelesaikan program sarjana saya di Malang, yakni kota yang penduduk aslinya berbahasa Jawa, dan (5) sejak tahun 2000 sampai sekarang saya tinggal dan bekerja di Bogor, yakni daerah yang sebagian penduduknya berbahasa Sunda. Kemudian, dengan alasan (1) saya terlatih dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris dan (2) saya ingin agar Rafa nantinya berkembang menjadi seseorang yang fasih dalam bahasa Inggris, secara terencana saya telah memberi masukan bahasa Inggris sebagai BSI kepadanya sejak lahir, tentunya bahasa Inggris yang terpengaruh oleh kebudayaan dan bahasa Indonesia. Selain itu, sejak Rafa lahir sampai ia berusia 0;10, pada siang hari (ketika ibunya meninggalkan rumah untuk bekerja) ia diasuh oleh seorang ibu berusia sekitar lima puluhan tahun yang berasal dari Kendal Jawa Tengah dan telah berpuluhpuluh tahun tinggal di Bogor; kami memanggilnya dengan panggilan ”Mbak Pelor”. Ia saya tengarai berbahasa pertama bahasa Jawa; namun dalam berinteraksi dengan anggota keluarga kami ia menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta; kemunculan istilah-istilah bahasa Jawa pada saat ia bertutur terjadi secara sporadis; penjelasan tentang hal itu saya rasa tidak perlu saya uraikan di sini karena tidak berkaitan dengan penelitian ini. Setelah Mbak Pelor tidak lagi menjadi pengasuh Rafa – kira-kira saat ia berusia 0;10 – tugas pengasuhan Rafa di siang hari itu diambil alih oleh Erna, seorang perempuan asal Cilebut, Bogor yang lahir di tahun 1982. Erna berbahasa pertama bahasa Melayu Betawi; dan dalam berinteraksi dengan anggota keluarga kami ia menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta yang mendapat pengaruh fonologis, leksikal, dan gramatikal dari bahasa Melayu Betawi; dan penjelasan tentang hal itu pun saya rasa tidak perlu saya uraikan karena juga tidak berkaitan dengan penelitian ini.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
7
1.3 Rumusan Pokok Masalah Penelitian Praktik pemajanan bahasa Inggris kepada anak usia dini yang serupa dengan yang saya lakukan sebenarnya telah banyak dilakukan oleh para orang tua di Indonesia; terutama oleh orang tua dari kalangan terpelajar di kota-kota besar. Bertitik tolak dari upaya pemberian masukan bahasa Inggris sebagai BSI tersebut di atas, saya melakukan penyelidikan atau penelitian mengenai pemerolehan bahasa Rafa, yang dalam hal ini saya hanya akan berfokus pada hasil dari proses pemajanan bahasa Inggris kepada Rafa, sehingga topik penelitian ini berkenaan dengan perolehan bahasa Inggris Rafa. Rumusan pokok masalah penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah perolehan leksikon bahasa Inggris seorang anak Indonesia yang memperoleh masukan bahasa Inggris sebagai BSI yang secara umum hanya diperoleh dari sang ayah?”
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki perolehan atau hasil – bukan pemerolehan atau proses – leksikon bahasa Inggris seorang anak Indonesia dwibahasawan yang telah memperoleh masukan bahasa Inggris sebagai BSI yang secara umum hanya diperoleh dari sang ayah; dan pada saat penelitian ini dilakukan ia telah memasuki tahap tuturan multi-kata. Berikut adalah uraian tujuan penelitian ini:
memperoleh gambaran tentang perolehan leksikon bahasa Inggris seorang anak Indonesia dwibahasawan; khususnya gambaran tentang perolehan leksikon bahasa Inggrisnya yang terpengaruh kebudayaan dan bahasa Indonesia,
memperoleh gambaran tentang perolehan leksikon bahasa Inggris seorang anak Indonesia dwibahasawan pada tahap tuturan multi-kata,
memperoleh gambaran tentang kekhasan leksikon bahasa Inggris yang diperoleh seorang anak Indonesia dwibahasawan dan mencari tahu faktorfaktor penyebab kekhasan itu.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang pemerolehan bahasa seorang anak Indonesia dwibahasawan ini hanya akan berfokus pada perolehan leksikon bahasa Inggrisnya saja. Diskusi tentang perolehan leksikon bahasa Indonesianya hanya akan dilakukan jika dirasa perlu dan jika dirasa sangat terkait dengan perolehan leksikon bahasa Inggrisnya. Kemudian, agar penelitian ini dapat lebih terfokus, analisis data akan dititikberatkan pada tataran komprehensi dan tataran produksi; walaupun pembahasan pada tataran peniruan (imitasi) sedikit disinggung.
1.6 Kemaknawian Penelitian Penelitian ini setidak-tidaknya bermakna dipandang dari dua aras, yakni aras pengembangan ilmu pengetahuan dan aras praktis. Bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, dalam hal ini linguistik, temuan penelitian ini saya harapkan dapat memberikan deskripsi perolehan leksikon bahasa Inggris seorang anak Indonesia dwibahasawan yang (1) bahasa pertama kedua orang tuanya, (2) BSI yang diberikan para orang dewasa sekitar lainnya, dan (3) bahasa yang dipakai di lingkungan sekitar bukanlah bahasa Inggris. Bagi kepentingan praktis, temuan penelitian ini saya harapkan dapat mejadi panduan bagi para orang tua di Indonesia yang dewasa ini cenderung, karena alasan tertentu, melakukan upaya pemajanan bahasa Inggris kepada anak mereka sejak anak berusia dini.
1.7 Sistematika Penulisan Tesis yang merupakan laporan penelitian ini terdiri atas tujuh bab. Sistematika yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut. Bab I adalah pendahuluan, yakni yang berisi penjelasan tentang hal-hal yang melatarbelakangi dan membuat saya memutuskan melakukan penelitian ini, pokok bahasan, rumusan pokok masalah penelitian, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan kemaknawian penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II mengulas sejumlah Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
9
kajian terdahulu yang terkait dengan pemerolehan kedwibahasaan, baik yang dilakukan di luar Indonesia maupun yang dilakukan di Indonesia; selain itu, dalam bab ini juga diuraikan beberapa teori yang dijadikan landasan teoretis penelitian dan yang juga dijadikan pisau analisis bagi analisis data. Bab III menguraikan hipotesis penelitian ini, variabel-variabel penelitian (yakni variabel-variabel bebas, variabel-variabel kontrol, dan variabel-variabel terikat), dan beberapa definisi istilah yang sangat dibutuhkan dalam menganalisis data dan menjelaskan temuan dan hasil penelitian ini. Bab IV membahas metodologi penelitian ini, yakni yang terdiri atas penjelasan tentang: ancangan dan metode yang digunakan, subyek penelitian, metode pengukuran variabel terikat atau aspek-aspek yang diukur (yakni metode yang dijadikan dasar dalam mengkonstruksi alat ukur penelitian ini), konstruksi alat ukur penelitian, metode pengumpulan data, alat bantu penelitian, teknik pengumpulan data, kesahihan dan keterandalan data, teknis analisis data, dan pelaksanaan penelitian. Dalam Bab V diuraikan uji hipotesis penelitian ini, hambatan yang ditemui dalam interpretasi data, analisis data, dan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap hasil dan temuan dalam penelitian ini. Bab VI berisi kesimpulan yang dibuat berdasarkan temuan dan hasil penelitian ini; kesimpulan itu pun dikaitkan dengan teori yang dijadikan landasan teoretis penelitian ini. Yang terakhir adalah Bab VII, yakni bab penutup yang berisi diskusi tentang hasil analisis penelitian ini yang dikaitkan dengan temuan dan hasil dalam penelitian-penelitian terdahulu; selain itu, bab ini juga berisi saran yang saya anjurkan dan saya dasarkan pada temuan dan hasil penelitian ini.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
BAB II PENELITIAN TERDAHULU DAN KERANGKA TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu Sebenarnya kajian tentang pemerolehan bahasa telah dimulai jauh sebelum saat linguis Rusia Roman Jakobson mempublikasikan kajiannya tahun 1940-an yang diklaim Trask (1999: 140–1) sebagai kajian perintis tentang pemerolehan bahasa. Kajian pemerolehan bahasa, lebih tepatnya pemerolehan bahasa anak dwibahasawan, sebenarnya telah lama ada; setidak-tidaknya sejak tahun 1913, yakni ketika Ronjat menyelidiki perkembangan kebahasaan putranya yang bernama Louis yang sejak lahir terpajan kepada dua bahasa: Jerman dan Prancis. De Houwer (dalam Kroll et al., 2005: 32) melaporkan bahwa Ronjat (1913) bukan hanya sekadar orang pertama yang mempublikasikan kajian empiris tentang penggunaan bahasa oleh dwibahasawan, namun juga orang pertama yang memformulasikan generalisasi yang berkaitan dengan dua bahasa yang digunakan anak usia dini dwibahasawan. Berikut adalah tinjauan atas beberapa kajian atau penelitian tentang pemerolehan bahasa anak dwibahasawan yang telah berhasil saya lacak, baik yang dilakukan di luar Indonesia maupun di Indonesia.
2.2.1 Pemerolehan Bahasa Anak Dwibahasawan di Luar Indonesia Harding dan Riley (1986; dalam Romaine, 2000: 183–5) mengelompokkan kedwibahasaan anak ke dalam lima tipe. Dengan berpijak pada pengelompokan itu, Romaine (2000: 183–5) menambahkan satu tipe lagi sehingga terdapat enam tipe. Berikut adalah uraian keenam tipe kedwibahasaan anak itu beserta karakteristiknya dan beberapa kajian mengenai tipe-tipe itu:
Tipe 1: Satu orang satu bahasa, dengan karakteristik sebagai berikut:
Orang tua memiliki bahasa pertama yang berbeda; tiap-tiap mereka memiliki derajat kompetensi tertentu dalam bahasa pasangannya.
Bahasa salah satu orang tua adalah bahasa yang dominan dalam komunitas. 10 Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
11
Tiap-tiap orang tua bertutur dalam bahasa masing-masing kepada anak sejak lahir. Berikut beberapa kajian yang berkaitan dengan tipe ini:
Peneliti:
Bahasa:
ibu
ayah
komunitas
Ronjat (1913)
Jerman
Prancis
Prancis
Leopold (1939–49)
Inggris
Jerman
Inggris
Taeschner (1983)
Jerman
Italia
Italia
De Houwer (1990)
Inggris
Belanda
Belanda
Döpke (1992)
Jerman
Inggris
Inggris
Tipe 2: Bahasa yang dipakai di rumah adalah bahasa yang tidak dominan sehingga terdapat situasi satu lingkungan satu bahasa, dengan karakteristik sebagai berikut:
Tiap-tiap orang tua memiliki bahasa pertama yang berbeda.
Bahasa salah satu orang tua adalah bahasa yang dominan dalam komunitas.
Kedua orang tua bertutur dalam bahasa yang tidak dominan kepada anak, dan si anak terpajan kepada bahasa dominan ketika berada di luar rumah dan terutama di tempat bermainnya. Berikut kajian yang berkaitan dengan tipe ini:
Peneliti: Fartini (1985)
Bahasa:
ibu
ayah
komunitas
Spanyol
Inggris
Inggris
Tipe 3: Bahasa yang dipakai di rumah adalah bahasa yang nondominan atau yang tidak mendapat dukungan dari komunitas, dengan karakteristik sebagai berikut:
Kedua orang tua berbahasa pertama yang sama.
Bahasa yang dominan dalam komunitas berbeda dari bahasa kedua orang tua.
Kedua orang tua bertutur dalam bahasa mereka kepada anak. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
12
Berikut beberapa kajian yang berkaitan dengan tipe ini: Peneliti:
Bahasa:
ibu
ayah
komunitas
Haugen (1953)
Norwegia
Norwegia
Inggris
Oksaar (1977)
Estonia
Estonia
Swedia/Jerman
Ruke-Dravina (1967)
Latvia
Latvia
Swedia
Pavlovitch (1920)
Serbia
Serbia
Prancis
Tipe 4: Dua bahasa yang dipakai di rumah adalah bahasa yang nondominan tanpa adanya dukungan dari komunitas, dengan karakteristik sebagai berikut:
Tiap-tiap orang tua berbahasa pertama yang berbeda.
Bahasa yang dominan dalam komunitas berbeda dari bahasa kedua orang tua.
Orang tua bertutur dalam bahasa masing-masing kepada anak sejak lahir. Berikut beberapa kajian yang berkaitan dengan tipe ini:
Peneliti:
Bahasa:
ibu
ayah
komunitas
Elwert (1959)
Inggris
Jerman
Italia
Hoffman (1985)
Jerman
Spanyol
Inggris
Tipe 5: Orang tua bertutur dalam bahasa yang bukan bahasa pertamanya, dengan karakteristik sebagai berikut:
Kedua orang tua memiliki bahasa pertama yang sama.
Bahasa yang dominan sama dengan bahasa orang tua.
Salah satu orang tua ketika berinteraksi dengan anak selalu menggunakan bahasa yang bukan merupakan bahasa pertamanya. Berikut beberapa kajian yang berkaitan dengan tipe ini:
Peneliti:
Bahasa:
ibu
ayah
komunitas
Saunders (1982)
Inggris
Inggris (Jerman) Inggris
Döpke (1992)
Inggris
Inggris (Jerman) Inggris Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
13
Tipe 6: Bahasa campuran, dengan karakteristik sebagai berikut:
Kedua orang tua dwibahasawan.
Komunitas berdwibahasa.
Orang tua melakukan alih kode dan praktik bahasa campuran Berikut beberapa kajian yang berkaitan dengan tipe ini:
Peneliti:
Bahasa:
ibu dan ayah
komunitas
Tabouret-Keller (1962)
Prancis/Jerman
Prancis/Jerman
Ellul (1978)
Malta/Inggris
Malta/Inggris
Smith (1935)
Inggris/Inggris
Cina
Burling (1959)
Inggris/Inggris
Garo
Mencermati uraian tentang karakteristik tipe-tipe kedwibahasaan anak di atas, saya melihat bahwa karakteristik kedwibahasaan Rafa tampaknya memiliki beberapa kesamaan dengan karakteristik tipe 1. Beberapa kesamaan itu dapat dilihat dalam uraian berikut. Kedua orang tua Rafa berbahasa pertama yang berbeda: ayah berbahasa pertama bahasa Indonesia sedangkan ibu berbahasa pertama bahasa Jawa; dan tiap-tiap orang tua memiliki derajat kompetensi tertentu dalam bahasa pasangannya. Bahasa dari salah satu orang tua, yakni bahasa Indonesia, adalah bahasa dominan dalam komunitas. Tiap-tiap orang tua Rafa bertutur dalam sebuah bahasa kepadanya sejak lahir. Akan tetapi, terdapat perbedaan; sang ayah yang berbahasa pertama bahasa Indonesia, alih-alih memberikan bahasa pertamanya, memberi masukan bahasa Inggris sebagai BSI; dan sang ibu yang berbahasa pertama bahasa Jawa, alih-alih memberikan bahasa pertamanya, memberi masukan bahasa Indonesia sebagai BSI. Sementara itu, kedua orang tua Rafa sehari-hari berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dialek Jakarta dan sesekali beralih kode ke bahasa Jawa. Urain tentang alih kode Indonesia – Jawa ini tidak perlu saya uraikan karena tidak berkaitan dengan penelitian ini. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
14
Selain beberapa kesamaan karakteristik kedwibahasaan Rafa dengan karaketeristik tipe 1 yang diuraikan di atas, karakteristik kedwibahasaan Rafa juga memiliki beberapa kesamaan dengan tipe 5, yakni orang tua bertutur dalam bahasa yang bukan bahasa pertamanya. Namun, dalam kasus Rafa, tiap-tiap orang tua berbahasa pertama yang berbeda. Oleh karena itu, saya merasa sangat perlu meninjau beberapa penelitian yang terkait dengan kedua tipe dimaksud, yakni yang terkait tipe 1: Ronjat (1913), Leopold (1939–49) dan Taeschner (1983); dan yang terkait tipe 5: Saunders (1982). Romaine (2000: 187–91) melaporkan bahwa Leopold, (1939–49) mengklaim bahwa ia berinteraksi dengan putrinya Hildegard dan kepada istrinya (seorang warga Amerika Serikat keturunan Jerman) hanya dalam bahasa Jerman; namun, istrinya berbicara hanya dalam bahasa Inggris. Leopold mencatat tuturan putrinya itu dalam buku hariannya. Temuannya dipublikasikan dalam 4 volume yang merupakan laporan tentang pemerolehan bahasa putrinya itu: volume 1 tentang perkembangan kosakata, volume 2 tentang pemerolehan fonologi, volume 3 tentang formasi kata dan struktur kalimat, dan volume 4 tentang catatan harian mengenai hal-hal yang belum tercakup dalam volume-volume sebelumnya. Walaupun Leopold memiliki perincian yang memadai dalam catatan hariannya, ia mengaku catatan itu masih memiliki kekurangan; ia tidak memiliki data tentang bagaimana perilaku Hildegard ketika ia tidak berada bersamanya. Namun, Leopold tetap mengklaim, walaupun diajak berbicara dengan dua bahasa yang berbeda oleh orang tuanya, Hildegard terbukti tidak memisahkan dua bahasa dalam kosakatanya dan ia tidak mengasosiasikan bahasa tertentu dengan orang tertentu. Selama dua tahun pertama, bahasa Inggris dan bahasa Jerman bersaing. Hildegard memahami dua kata dari bahasa yang berbeda namun bersepadan satu dengan yang lain, sebagai contoh dapat dilihat dalam penggunaan kata Inggris please dan kata Jerman bitte yang sama-sama mendenotasikan ’meminta orang lain melakukan sesuatu untuk kita’. Ternyata Hildegard telah dapat melakukan
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
15
strategi komunikasi dalam penggunaan kedua kata itu: ia menggunakan please dalam situasi formal sedangkan bitte dalam konteks kekeluargaan. Serupa dengan yang dilakukan Leopold di atas, Taeschner (1983; dalam Romaine 2000: 187–91) melaporkan bahwa putrinya telah dapat melakukan strategi komunikasi dalam menggunakan dua kata dari dua bahasa yang berbeda untuk referen ’di sana’; ia menggunakan kata Jerman da untuk ’benda yang ada dan terlihat’, sedangkan kata Italia lá ia gunakan untuk ’benda yang tidak ada dan takterlihat’. Terkait dengan itu, Leopold menekankan pentingnya bagi anak dwibahasawan memperoleh sinonim. Leopold mencontohkan bahwa anaknya mempelajari kata Jerman Baum ’pohon’ dalam sebuah konteks tertentu sedangkan kata Inggris tree yang bersinonim dengan kata Jerman itu dalam sebuah konteks yang lain. Dengan demikian, anak akan memiliki dua medan pragmatis-semantis (selanjutnya saya akan menggunakan istilah ranah semantis sebagai padanan dari medan semantis atau medan makna) dan harus mempelajari bagaimana melakukan generalisasi. Ketika anak berhasil melakukannya, mereka akan menyadari bahwa mereka berhadapan dengan dua bahasa sehingga penamaan benda bersifat semena atau manasuka. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa walaupun anak dwibahasawan menghadapi masalah mengenai padanan kata dalam dua bahasa yang memiliki perluasan semantis yang berbeda, mereka dapat mengatasinya dengan melakukan strategi komunikasi. Selain itu, Romaine juga melaporkan bahwa ketika berusia tiga tahun, Hildegard sudah dapat memperlakukan kedua bahasa yang dikuasainya sebagai sistem linguistis yang terpisah dan mampu menerjemahkan satuan linguitis dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Ia menggunakan dua bahasa secara berbeda dan mengetahui penamaan dalam dua bahasa. Bahkan, selama dua tahun pertama, Hildegard terbukti tidak mengacaukan bunyi bahasa Inggris dan Jerman. Gejala ini dapat dikaitkan dengan laporan Ronjat (1913) yang mengamati putranya Louis dan mengklaim bahwa Louis telah menguasai fonem kedua bahasa (Jerman dan Prancis) pada usia 3;5 dan mempertahankan kefasihan dalam dua bahasa itu Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
16
sampai usia 15. Namun, Leopold melaporkan bahwa pada usia yang sama Hildegard ditemukan enggan menggunakan bahasa Jermannya. Saunders (1982), sebagaimana dilaporkan Romaine (2000: 198–203) meneliti keberhasilan kerabatnya (suami-istri yang bahasa pertama keduanya bukan bahasa Jerman, melainkan bahasa Inggris) dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka secara dwibahasa di Australia: dua anak laki-laki (Frank dan Thomas) dan seorang anak perempuan (Katrina). Sang ibu berbahasa Inggris kepada mereka sejak lahir, sedangkan sang ayah menggunakan bahasa Jerman ketika beinteraksi dengan anak-anak. Kedua orang tua berbahasa Inggris satu dengan yang lain. Anak-anak itu pun menggunakan bahasa Inggris ketika mereka bermain bersama. Saunders membagi proses belajar bahasa anak tersebut di atas ke dalam sebuah urutan tiga tahap perkembangan. Tahap 1 berlangsung sejak tuturan pertama anak muncul sampai kira-kira anak berusia 2;0. Ditemukan bahwa pada umumnya tuturan anak hanya terdiri atas satu kata sampai anak berusia 1;6. Anak melalui tahap tuturan dua kata sampai berusia 2;0. Selama masa itu, anak hanya memiliki sebuah leksikon yang terdiri atas kata-kata dari dua bahasa. Dengan kata lain, anak pada tahap ini memperlakukan semua butir-butir linguistis sebagai bagian dari sebuah sitem linguistis yang sama. Dalam tahap 2, anak masih menggunakan tuturan yang mengandung kosakata dari dua bahasa, namun lambat laun membedakan kedua bahasa berdasarkam peserta tutur dan konteks peristiwa tutur. Dalam tahap ini dilaporkan Saunders bahwa anak tersebut di atas sadar bahwa terdapat dua penamaan bagi semua hal, namun mereka terlihat belum begitu yakin untuk menggunakan penamaan yang mana yang harus mereka gunakan dalam konteks tertentu. Dalam tahap 3, anak membedakan dua sistem linguistis. Dilaporkan Saunders bahwa transisi dari tahap 2 ke tahap 3 tidaklah berjalan mulus dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hal itu: sifat dan kecakapan atau bakat anak, sikap orang tua, serta porsi pemajanan kepada dua bahasa.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
17
2.2.2 Pemerolehan Bahasa Anak Dwibahasa di Indonesia Penelitian tentang pemerolehan bahasa anak Indonesia dwibahasawan belum banyak dilakukan. Bahkan, menurut Dardjowidjojo (2000: 10), sampai saat ia meneliti pemerolehan bahasa seorang anak Indonesia, yakni cucu pertamanya yang bernama Rei Safia Raksanugraha yang sehari-hari di panggil Echa, pada tahun 2000, belum pernah ada linguis, neurologis, atau psikolog di tanah air maupun di luar negeri yang telah meneliti pemerolehan bahasa anak Indonesia. Klaim ini semakin membuat saya tergerak untuk menjadikan pemerolehan bahasa anak Indonesia, terutama pemerolehan bahasa anak Indonesia dwibahasawan, sebagai topik tesis saya ini. Kemudian, setelah penelitian Darjodwidjojo (2000) tersebut, telah terdapat beberapa penelitian tentang pemerolehan bahasa anak Indonesia. Namun, sampai saya menyelesaikan penulisan tesis ini, saya belum dapat menemukan satu penelitian pun yang berkaitan dengan pemerolehan leksikon atau perolehan leksikon bahasa Inggris anak Indonesia dwibahasawan. Tinjauan atas beberapa penelitian tentang pemerolehan bahasa anak Indonesia yang terpajan kepada lebih dari satu bahasa yang berhasil saya lacak dapat dilihat dalam uraian di bawah ini.
2.1.2.1 Yuliana (2005) Yuliana menjadikan Alicia sebagai subyek penelitiannya. Alicia adalah seorang anak berusia tiga tahun, yakni anak terakhir dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan. Alicia adalah anak yang aktif, banyak bergerak, peramah, mudah bergaul, dan tidak takut dengan orang yang belum dikenalnya. Dalam penelitiannya, Yuliana menggunakan ancangan kualitatif untuk meneliti efek kedwibahasaan pada perkembangan bahasa seorang anak yang berusia tiga tahun. Latar perkembangan bahasa itu bersifat natural karena penggunaan bahasa si anak berada dalam situasi kehidupan nyata. Data yang digunakan bersifat deskriptif dan naturalistik; dikatakan deskriptif karena Yuliana menganalisis dan menjelaskan
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
18
pemerolehan bahasa anak dalam lingkungan berdwibahasa; dikatakan naturalistik karena data yang digunakan diambil dari tuturan spontan si anak. Sejak Alicia lahir, ibunya mengajarkannya bahasa Inggris dan Indonesia dengan harapan bahwa ia akan tumbuh dalam lingkungan berdwibahasa sehingga membuatnya fasih baik dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Di rumah, ibu Alicia berbicara kepadanya dan kedua kakak perempuannya terkadang dalam bahasa Inggris dan terkadang dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya ia juga ingin Alicia bisa berbahasa Mandarin; namun karena tidak terlalu fasih berbahasa itu, ia hanya mempertontonkan VCD berbahasa Mandarin kepada Alicia selain juga mempertontonkan VCD berbahasa Inggris, biasanya berupa film kartun seperti Finding Nemo, Little Mermaid, Tin-tin, dan lain-lain. Ia memberi perlakuan itu dengan tujuan agar mereka tidak asing dengan pengucapan penutur jati bahasa-bahasa itu. Perlakuan tersebut di atas telah membawa hasil kepada kedua kakak Alicia. Hal ini dapat dilihat dari gejala bahwa mereka dapat berbicara dan memahami bahasa Inggris lebih baik dibandingkan sebelumnya. Namun, kebalikannya yang terjadi pada Alicia. Saat ia telah berusia tiga tahun, yakni usia yang berdasarkan teori linguistis, pemerolehan bahasa seharusnya telah berlangsung pada seorang anak, pemerolehan itu belum terjadi pada Alicia. Alicia memproduksi kalimat yang dikiranya kalimat namun bukan (bukan kalimat bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris). Dengan demikian, walaupun ia telah berusia tiga tahun, perkembangan bahasanya layaknya anak berusia satu tahun, yakni masih pada tahap celotehan atau paling tidak pada tahap tuturan satu kata. Kosakata yang dimiliki Alicia sangat terbatas; ia hanya dapat mengujarkan drawing, bye-bye, atau jump untuk bahasa Inggris; awas untuk bahasa Indonesia; cie cie atau koko untuk bahasa Mandarin. Selain itu, ibunya tidak dapat memahami kata-kata lain yang ia ucapkan. Alicia juga tidak paham jika seseorang menanyainya pertanyaan, ia hanya akan diam atau mengabaikan pertanyaan itu. Menurut Yuliana, temuan dalam analisis penelitiannya mendukung pendapat Steinberg (2001; dalam Yuliana 2005) yang menyatakan bahwa kedwibahasaan Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
19
dapat memberi dampak negatif pada pemelajaran bahasa pertama. Sebagai solusi, Yuliana menyarankan ibu Alicia untuk mengajarkan bahasa pertama saja kepada Alicia, yakni bahasa Indonesia dan menghentikan penggunaan bahasa Inggris kepadanya. Setelah melakukan saran yang diberikan, si ibu melaporkan bahwa dalam waktu beberapa minggu perkembangan kebahasaan Alicia sangat meningkat. Pada akhirnya, si ibu memutuskan untuk hanya menggunakan bahasa Indonesia, karena ketika Alicia mencoba untuk menggunakan bahasa Inggris lagi, ia mulai memproduksi “kalimatnya sendiri” dan mulai berceloteh kembali. Kasus ini, menurut Yuliana, telah menunjukkan bahwa pengajaran bahasa kedua pada anak tidaklah tepat sebelum si anak menguasai bahasa pertamanya. Akan tetapi, pernyataan Yuliana itu saya pertanyakan kebenarannya dan akan saya bandingkan dengan temuan dalam penelitian saya ini.
2.1.2.2 Priyanto (2006) Priyanto meneliti perkembangan kebahasaan putrinya Dira (4;5). Sejak kecil ia dibiasakan berinteraksi dalam bahasa Indonesia ragam informal. Kemudian, sejak berusia tiga tahun, ia mulai mengenal bahasa Jawa Ngoko, yakni ketika mulai berinteraksi dengan teman sebayanya di luar rumah. Kemudian, ketika tinggal di Australia selama 7 bulan (Mei–Desember 2005), ia mulai mengenal bahasa Inggris, terutama ketika berinteraksi dengan temannya di tempat penitipan anak, menonton acara televisi ABC Kids, dan mendengarkan cerita sebelum tidur yang dibacakan oleh ayah atau ibunya. Selain itu, ayahnya mulai sering mengajaknya berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Kebiasaan ini masih bertahan hingga ia kembali ke Indonesia. Dengan ibunya, Dira lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Begitu juga dengan teman-temannya, ia lebih sering menggunakan bahasa Indonesia, kadang-kadang bercampur dengan bahasa Jawa Ngoko. Di antara ketiga bahasa itu, yang paling dikuasai Dira adalah bahasa Indonesia, disusul bahasa Jawa Ngoko, dan kemudian bahasa Inggris. Namun, secara umum kemampuan dalam ketiga bahasa itu masih dikategorikan berada pada tingkat dasar. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
20
Untuk keperluan pengamatan, dilakukan beberapa perekaman. Perekaman tidak dijadwalkan; bergantung pada kegiatan Dira. Untuk melengkapi data dari rekaman itu, peneliti juga membuat beberapa catatan, terutama mengenai konteks ketika Dira melakukan campur atau alih kode. Perekaman data dilakukan kurang lebih selama dua minggu, yakni 19–31 Desember 2005. Bahasan temuan dari pengamatan yang dilakukan pada Dira difokuskan pada situasi yang mempengaruhi Dira dalam memilih kode yang ia digunakan. Umumnya, alih kode yang dilakukan Dira, pada dasarnya, tidak jauh berbeda dari yang dilakukan orang dewasa. Pertama, proses pemilihan kode banyak dipengaruhi faktor sosial, terutama mitra tuturnya. Ini menunjukkan bahwa kompetensi komunikasi yang ia miliki sudah memungkinkan Dira untuk menentukan pilihan kode. Kedua, Dira melakukan campur kode karena ia menganggap leksis (dalam tulisan ini istilah butir leksikal saya gunakan sebagai padanan leksis yang digunakan Priyanto) yang ia gunakan adalah bagian integral dari bahasa yang ia gunakan. Ketiga, dalam beberapa kasus, Dira melakukan campur kode karena ia tidak mampu secara cepat mendapatkan leksis yang tepat dalam bahasa yang sedang ia gunakan. Selain itu, Dira akan beralih kode karena alasan afektif. Sebagai contoh, ketika berebut mainan dengan temannya, Dira lebih banyak berteriak “No..! No..!”. Begitu pula ketika meminta sesuatu dari ayahnya, ia cenderung menggunakan bahasa Inggris, walaupun saat itu ia sedang bercakap-cakap dengan ibunya dalam bahasa Indonesia. Dira akan beralih kode ketika berbicara pada orang yang ia anggap tidak bisa berbahasa yang sedang ia gunakan. Ketika sedang berinteraksi dengan ayahnya dengan menggunakan bahasa Inggris, misalnya, ia akan beralih kode ke bahasa Indonesia atau bahasa Jawa jika ada temannya datang. Hal lain yang perlu dicatat adalah Dira lebih sering melakukan campur kode dalam suasana informal, dan jika ia sudah mengenal partisipan lainnya. Sebagai contoh, ketika ada tamu ayahnya, ia tetap berusaha ajek menggunakan bahasa Indonesia. Terkadang Dira tidak tahu batas-batas bahasa yang ia pakai. Sebagai contoh, ia mengira bahwa Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
21
frog adalah leksis bahasa Indonesia. Ini dibuktikan dari pertanyaannya kepada ibunya dalam hal menanyakan leksis bahasa Inggris untuk frog. Kesimpulan awal pengamatan singkat yang dilakukan Priyanto adalah anak yang masih mengembangkan kemampuan kedwibahasaanya juga dapat melakukan alih atau campur kode. Dalam kondisi seperti itu, alih kode atau campur kode terjadi disebabkan oleh faktor-faktor sosial, keterbatasan kemampuan linguistik, dan alasan-alasan yang bersifat afektif. Dengan kata lain, alih kode dan campur kode tidak hanya monopoli penutur dewasa yang memiliki kemampuan berbahasa yang sangat tinggi, namun juga dimiliki oleh anak yang kemampuan berbahasanya masih “rendah”. Berbeda dari Priyanto, dalam penelitian ini, saya tidak akan berfokus pada alih kode atau campur kode yang dilakukan Rafa sebagai subyek penelitian ini; namun, pembahasan tentang gejala itu sedikit akan dilakukan, yakni yang terkait dengan perolehan leksikon bahasa Inggrisnya.
2.1.2.3 Hamida (2008) Hamida melakukan penelitian yang bertujuan mencari jawaban atas pertanyaan “Apakah ada perbedaan atau apakah ada kesamaan antara hasil penelitian Dardjowidjojo (2000) yang memakai subyek penelitian seorang anak Indonesia dengan anak-anak Indonesia lainnya yang berada di daerah?” Lebih khususnya, untuk menjawab pertanyaan: “Bagaimanakah perkembangan pemerolehan fonologi anak Indonesia yang tinggal di daerah pada periode 1–2 tahun?” & “Apakah orang dewasa sekitar yang berinteraksi dengan si anak mempengaruhi pemerolehan fonologinya?” Penelitian Hamida berupa studi kasus karena hanya melibatkan seorang anak dan bertujuan mengetahui perkembangan pemerolehan fonologinya dalam konteks kehidupan sehari-hari. Subyek penelitian Hamida adalah Muhammad Hilmy Al Ghifari, anaknya sendiri yang biasa dipanggil Ghifar, yang lahir tanggal 4 Agustus 2005. Ghifar tinggal di Surabaya bersama dengan ayah, ibu, dan nenek dari pihak ibunya yang biasa dipanggil mbah putri atau mbah uti. Bahasa sehari-hari yang Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
22
dipakai kedua orang tua Ghifar adalah bahasa Jawa Ngoko; namun, mereka berdua berbicara kepada Ghifar dalam bahasa Indonesia. Namun, Hamida mengakui bahwa bahasa Indonesia yang dimaksud bukanlah bahasa Indonesia murni melainkan yang mendapat aksen Jawa yang kental. Ibu Ghifar berbicara kepada nenek Ghifar dalam bahasa Jawa Ngoko dan begitu juga sebaliknya. Nenek Ghifar berbicara kepada ayah Ghifar dalam bahasa Indonesia yang terkadang beralih kode ke bahasa Jawa. Begitu juga saat berbicara dengan Ghifar, si nenek menggunakan bahasa Indonesia yang terkadang beralih kode ke bahasa Jawa. Teknik utama pengumpulan data adalah pengamatan dan wawancara. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan berpartisipasi karena peneliti ikut serta dalam percakapan antara subyek penelitian dengan orang-orang di sekitarnya. Data diperoleh secara naturalistik karena diambil dari catatan dan perekaman tuturan Ghifar. Pengambilan data dilakukan dalam empat tahap: I, 16–21 Maret 2007; II, 6–8 April 2007; III, 28–19 April 2007; dan IV 19–21 Mei 2007. Data lalu dianalisis dalam dua tahap: (1) data dianalisis untuk mencari kemunculan elemen-elemen fonologi dari bulan ke bulan, (2) setelah data dianalisis dan disajikan secara deskriptif, hasilnya diinterpretasi berdasarkan landasan teori dalam penelitian Hamida ini. Sampai berusia 1;0 Ghifar belum bisa mengucapkan sepatah kata pun. Bunyi bahasa pertama yang ia ucapkan dan tampak seperti sebuah kata baru muncul saat ia berusia 1;3. Pada 1;6, ia mulai memproduksi kata bermakna. Seakan ingin mengejar ketinggalannya, pada 1;7 jumlah kosakata Ghifar meningkat cepat; ada sekitar 30 kosa kata yang muncul. Pada 1;7 ini ia juga telah menguasai semua fonem vokal bahasa Indonesia. Namun fonem [e] dan [i] pada awalnya tidak muncul sebagai fonem bahasa Indonesia, tetapi sebagai fonem bahasa Jawa; pada perkembangan selanjutnya fonem itu digunakan pada kosakata bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa beberapa aspek pada bahasa-bahasa di dunia boleh jadi bersifat universal, namun ada aspek-aspek lain dari bahasa-bahasa itu yang unik untuk bahasa itu sendiri. Bunyi bahasa awal Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
23
yang diproduksi Echa (periksa Dardjowidjojo, 2000) dan Ghifar menunjukkan keselarasan dengan teori universalitas Jakobson, tetapi pemerolehan bunyi lain adalah ciri khas mereka sendiri. Lebih khususnya, Ghifar memperoleh masukan variasi regional dalam perkembangan fonologinya; dan ini menyebabkan munculnya bunyi yang merupakan pengaruh bahasa daerah dalam pengucapannya. Karena intensifnya masukan bahasa daerah itu, diperkirakan bahwa Ghifar sebenarnya lebih siap untuk tumbuh menjadi penutur bahasa daerah daripada menjadi penutur bahasa Indonesia. Hal ini tentunya memerlukan pengamatan lebih lanjut. Penelitian saya ini mirip dengan penelitian Hamida di atas karena berupa studi kasus yang hanya menggunakan seorang anak sebagai subyek penelitian dan subyek penelitian terpajan kepada dua bahasa. Namun ada perbedaan yang berarti, subyek penelitian Hamida terpajan kepada bahasa Indonesia dan Jawa, sedangkan subyek penelitian saya ini terpajan kepada bahasa Indonesia dan Inggris.
2.1.2.4 Hamida (2009) Dalam rangka penyelesaian studinya di Program Magister Linguistik FIB-UI, Hamida melakukan penelitian yang sebenarnya tidak terkait dengan topik pemerolehan kedwibahasaan. Namun, saya merasa perlu meninjaunya karena penelitian itu terkait dengan pemerolehan leksikon. Penelitian itu berjudul ”Peran Input Orang Tua dalam Pemerolehan Nama-nama Benda Melalui Prinsip Konvensionalitas pada Anak-anak: Studi tentang Proses Belajar Kata pada Anak-anak Usia 2–3 Tahun”. Hamida (2009: 8–9) menduga bahwa orang tua dengan bahasa yang berbeda dan pada kebudayaan yang berbeda memiliki cara tersendiri dalam menamai benda-benda pada situasi interaksi verbal dengan anak-anak. Dalam hal orang tua dan anak Indonesia, Hamida berasumsi: 1. Karena konvensionalitas adalah gejala umum yang ada pada setiap bahasa, ada kemungkinan orang tua Indonesia juga ajek dengan pola yang digunakan
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
24
untuk menamai benda-benda, yaitu cenderung menggunakan pola satu nama untuk satu obyek dan menghindari pola multinama. 2. Perbedaan kebudayaan antara budaya di Indonesia dan kebudayaan di negaranegara Barat dapat memunculkan bentuk input berbeda yang diberikan orang tua kepada anak. 3. Perbedaan yang mungkin ada, menurut asumsi Hamida, dapat terletak pada cara orang tua Indonesia memberi informasi tambahan dan menghubungkan nama satu dengan nama yang lain (bridging) jika pola yang muncul dalam ujaran orang tua itu adalah pola multinama. 4. Anak-anak Indonesia juga memahami dan mematuhi prinsip konvensionalitas untuk belajar kata baru dan pemahaman tersebut berkaitan erat dengan keajekan orang tua Indonesia untuk menggunakan cara menamai benda dengan pola satu nama untuk satu objek. Tujuan utama penelitian Hamida ialah mendapatkan gambaran tentang masukan yang diberikan oleh orang tua Indonesia dan pengaruhnya terhadap pemerolehan bahasa anak. Hasil penelitian Hamida ini diharapkannya dapat menunjukkan bagaimana cara orang tua Indonesia mengajarkan nama-nama benda kepada anak-anak usia prasekolah dan bagaimana anak-anak menerapkan prinsip konvensionalitas untuk belajar kata. Ruang lingkup penelitian Hamida ini dibatasi pada kajian tentang masukan dari ibu untuk pemerolehan leksikon anak usia prasekolah dalam situasi interaksi verbal di Indonesia. Fokus penelitian ini ialah bagaimana anak memperoleh sebuah kata dengan memahami kata itu. Dengan kata lain, penelitian ini hanya berfokus pada komprehensi dan bukan produksi. Dengan demikian, penelitian Hamida ini berbeda dari penelitian saya bila dilihat dari aspek yang diukur; aspek yang dikur dalam penelitian saya ini bukan hanya komprehensi, melainkan juga produksi.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
25
2.2 Kerangka Teori Berikut adalah uraian atas sejumlah teori utama yang dijadikan landasan teoretis serta menjadi pisau analisis dalam analisis data penelitian ini. Sejumlah teori terkait lainnya akan diuraikan dalam bagian Definisi Operasional dalam Bab III.
2.2.1 Pengertian Kedwibahasaan dan Dwibahasawan Karena penelitian ini mengenai seorang dwibahasawan yang menggunakan bahasa dalam situasi kedwibahasaan, saya merasa perlu untuk memperjelas pengertian kedua istilah itu.
2.2.1.1 Kedwibahasaan Secara umum kedwibahasaan diartikan sebagai kemampuan berbicara dalam dua bahasa. Kedwibahasaan adalah ciri yang dimiliki seorang individu; namun, ciri ini juga dapat dimiliki oleh sebuah masyarakat bahasa yang di dalamnya dua atau lebih bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Trask, 1999: 30). Pengertian tersebut terakhir lebih merupakan aspek yang dibahas dalam sosiolinguitik, cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat. Akan tetapi, yang menjadi sorotan kajian ini adalah gejala kedwibahasaan yang tersebut paling awal, yakni yang terjadi pada seorang individu; dan hal ini merupakan aspek yang dibahas dalam psikolinguistik, cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan bahasa dan pikiran manusia. Dengan demikian, saya ingin menegaskan bahwa pembahasan tentang kedwibahasaan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sudut pandang psikolinguistis. Di samping itu, Mackey (dalam Wei, 2000: 26) menyatakan bahwa kedwibahasaan bukan sebuah gejala bahasa, melainkan suatu karakteristik penggunaan bahasa. Oleh karena itu, jika secara sosiolinguistis bahasa dianggap sebagai peranti yang dimiliki sebuah masyarakat, secara pragmatis dan psikolinguistis kedwibahasaan merupakan peranti yang dimiliki seorang individu. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
26
Selain tipe-tipe kedwibahasaan anak yang diuraikan di bagian awal bab ini, di bagian ini, saya merasa perlu untuk mengutip tiga tipe kedwibahasaan yang diusulkan Weinreich (dalam Field, 2006:32), yakni:
Kedwibahasaan gabungan (compound bilingualism), yakni kondisi seorang anak usia dini yang menggunakan dua bahasa sama baiknya, dan kosa kata dalam dua bahasa itu melekat pada satu rangkaian sentral dari konsep.
Kedwibahasaan berkoordinasi (co-ordinate bilingualism), yakni kondisi seorang anak usia dini yang lebih memilih menggunakan sebuah bahasa ketimbang sebuah bahasa lainnya; konsekuensinya adalah anak itu mengembangkan dua sistem leksikal yang bebas, namun terdapat ketumpangtindihan makna.
Kedwibahasaan bersubordinasi (subordinate bilingualism), yakni kondisi ketika sebuah bahasa kedua diperoleh setelah pemerolehan bahasa pertama. Tidak terlalu jauh berbeda dari yang diuraikan Weinreich di atas, Grosjean
(1989; dalam Bhatia et al., 2004: 93) menegaskan bahwa dwibahasa bukanlah dua ekabahasa dalam diri seseorang. Ia menyatakan bahwa dwibahasawan jarang menggunakan bahasa-bahasa yang mereka kuasai dengan kekerapan yang sama dalam setiap ranah lingkungan sosial mereka. Alih-alih, mereka menggunakan tiap-tiap bahasa untuk keperluan dan konteks yang berbeda, serta dengan mitra tutur yang berbeda pula. Oleh karena itu, kemampuan dan keterampilan mereka dalam menggunakan tiap-tiap bahasa mencerminkan preferensi dan keperluan dalam konteks sosial multisegi yang di dalamnya mereka berinteraksi dengan orang lain. Karena kebutuhan dan tujuan interaksi beragam, dwibahasawan dapat berpindah-pindah pada sebuah rangkaian yang merentang dari sebuah mode yang ekabahasa sampai dengan mode yang benar-benar dwibahasa.
2.2.1.2 Dwibahasawan Clark (2003: 365) melaporkan bahwa para peneliti membedakan dwibahasawan dari pemelajar bahasa kedua. Dwibahasawan biasanya mulai mempelajari Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
27
sebuah bahasa kedua sejak lahir sampai usia 2 tahun; bahkan beberapa peneliti memperdebatkan bahwa kedwibahasaan adalah gejala terpajannya bayi yang baru lahir atau satu minggu setelah kelahiran kepada dua bahasa. Dengan demikian, penangkapan bahasa oleh anak setelah masa itu dianggap sebagai pemelajaran bahasa kedua, alih-alih sebagai pemerolehan dua bahasa sebagai bahasa pertama yang dilakukan secara serentak. Jika terdapat istilah bahasa kedua, secara logis tentunya terdapat istilah bahasa pertama. Bahasa pertama didefinisikan Crystal (1993: 138) sebagai bahasa yang pertama diperoleh anak dan juga disebut sebagai bahasa ibu atau bahasa jati. Dengan kata lain, Crystal menegaskan bahwa penutur jati (native speaker) sebuah bahasa adalah seseorang yang memperoleh bahasa tertentu sebagai bahasa pertamanya. Akan tetapi, Spolsky (1999: 657) menyatakan bahwa sebenarnya belum ada definisi yang tegas bagi apa yang dimaksud dengan yang dituturkan seorang individu sebagai bahasa pertamanya. Namun, tampaknya Spolsky memandang bahasa pertama sebagai bahasa yang pertama-tama dipelajari atau bahasa yang dominan dibandingkan bahasa-bahasa lain yang dikuasai seseorang. Berdasarkan definisi dwibahasawan oleh Clark di atas, saya berinterpretasi bahwa Rafa adalah seorang dwibahasawan karena sejak dilahirkan, selain memperoleh bahasa Indonesia, secara serentak ia memperoleh (bukan mempelajari) bahasa Inggris. Berdasarkan pada pendefinisian bahasa pertama oleh Crystal dan Spolsky di atas, dengan tegas saya katakan bahwa bahasa Indonesia dialek Jakarta adalah bahasa pertama Rafa. Akan tetapi, walaupun pemerolehahan bahasa Inggris Rafa berlangsung bersamaan dengan pemerolehan bahasa Indonesianya, saya belum berani mengatakan bahwa bahasa Inggris juga sebagai bahasa pertamanya. Dalam Bab I telah saya uraikan bahwa bahasa Inggris mendapat status sebagai bahasa asing di Indonesia bahasa. Namun, berdasarkan apa yang juga telah diuraikan di Bab I tentang pandangan saya bahwa bahasa Inggris telah menjadi bahasa kedua bagi kalangan tepelajar di Indonesia serta ketidakberanian saya Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
28
untuk mengatakan bahwa bahasa Inggris adalah juga bahasa pertama Rafa selain bahasa Indonesia, saya ingin mengatakan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa kedua bagi Rafa. Mengenai tipe kedwibahasaan, berdasarkan tipe yang diusulkan Weinreich tersebut di bagian sebelum ini dan berdasarkan gejala penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris secara bersamaan dalam kasus ini, kedwibahasaan Rafa tampaknya dapat digolongkan ke dalam tipe kedwibahasaan berkoordinasi.
2.2.2 Bahasa Anak Halliday (2003: 308–326) menyatakan bahwa terdapat tiga segi (facet) dalam perkembangan bahasa, yakni belajar bahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang bahasa. Namun, bagi anak, ketiga hal itu tidak ada bedanya. Pertama, anak mulai belajar bahasa sejak ia dilahirkan, bahkan sejak sebelum dilahirkan. Halliday juga mengungkapkan bahwa seorang bayi yang baru lahir adalah pendengar yang baik (attentive listener). Kedua, bahasa tanpa disadari berfungsi sebagai sarana belajar hal-hal lain; hal ini mengacu kepada bahasa dalam konstruksinya sebagai sebuah realitas. Konstruksi realitas yang dibentuk anak berlangsung melalui interaksinya dengan orang lain. Ketiga, anak mulai memahami hakikat dan fungsi bahasa; dan inilah yang dimaksud dengan segi ”belajar tentang bahasa”; dan pengetahuan ini ternyata diperoleh melalui proses pemahaman yang tidak disadari (unconcious understanding). Gagasan tidak sadar (unconcious) tampaknya merupakan salah satu karakteristik dalam pemerolehan bahasa anak. Gagasan ini dapat dikaitkan dengan apa yang disampaikan Kaper (1985: 4); berdasarkan pengalamannya, ia menyimpulkan bahwa anak yang belajar bahasa secara tidak sadar terpandu oleh bahasa yang ada di lingkungan sekitarnya. Berkebalikan dari apa yang diuraikan di atas, Merleau-Ponty (1973: 3) menyatakan bahwa ketika seseorang menengarai bahwa kesadaran adalah sebuah tipe yang khas dari sesuatu hal, ia akan menolak bahwa bahasa merupakan sesuatu Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
29
yang berada di luar kesadaran. Selanjutnya Merleau-Ponty menegaskan bahwa kesadaran (conciousness) adalah sebuah kegiatan sintesis yang universal. Berdasarkan perbedaan di atas, saya mencoba mensintesis uraian-uraian di atas dan berpandangan bahwa sebenarnya dua gejala tersebut di atas, yakni kesadaran dan ketidaksadaran, kedua-duanya terjadi dalam proses pemerolehan bahasa. Dalam hal ini, tentunya kedua gejala itu juga terjadi pada proses pemerolehan bahasa Rafa; dan pandangan kesadaran versus ketidaksadaran ini juga saya jadikan landasan teoretis dalam proses pengumpulan dan analisis data. Fromkin dan Rodman (1998: 318) menyampaikan hal-hal yang dilakukan dan yang tidak dilakukan ketika anak mempelajari atau memperoleh sebuah bahasa sebagaimana dapat dilihat dalam uraian berikut.
Anak tidak mempelajari sebuah bahasa dengan cara menyimpan semua kata dan semua kalimat dalam sebuah kamus mental raksasa. Daftar kata bersifat terbatas; dan tidak ada kamus yang dapat memuat semua kalimat-kalimat yang jumlahnya tidak terbatas itu.
Anak belajar membangun kalimat-kalimat yang hampir semuanya belum pernah mereka produksi sebelumnya.
Anak belajar memahami kalimat-kalimat yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Mereka melakukannya tidak dengan mencocokkan kalimat yang mereka dengar dengan kalimat yang telah disimpan dalam benak mereka.
Anak, pada akhirnya, harus membangun ”kaidah” yang mengizinkan mereka menggunakan bahasa secara kreatif.
Tidak ada yang mengajari anak kaidah tersebut di atas. Orang tua mereka bukanlah orang yang peduli akan kaidah fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantis; dengan demikian, mereka sendirilah yang peduli akan kaidah itu. Fromkin dan Rodman (1998: 336) menyatakan bahwa upaya anak untuk
membangun kaidah sintaktis gramatika bahasa mereka ternyata berdasarkan pada kaidah semantis. Dengan kata lain, bahasa anak pada tahap awal tidak terkait Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
30
dengan kategori dan hubungan sintaktis seperti nomina, frase nomina, verba, frase verba, bubyek, obyek, dan sebagainya; alih-alih, bahasa anak terkait dengan peran semantis semata, seperti agen atau tema. Lebih jauh dijelaskan Fromkin dan Rodman (1998: 339) bahwa anak mempelajari bahasa sebagaimana mereka belajar duduk, berdiri, merangkak, atau berjalan. Mereka tidak diajari untuk melakukan hal-hal itu; melainkan, anak normal mulai melakukannya kira-kira pada waktu yang sama. Pengertian ”belajar berjalan” atau ”belajar bahasa” berbeda dari pengertian ”belajar bersepeda” atau ”belajar membaca.” Dengan demikian, perlu diperjelas apa yang sebenarnya dimaksud dengan ”belajar.” Uraian dalam bagian berikut diharapkan dapat memperjelas pengertian istilah itu.
2.2.3 Pemerolehan Bahasa versus Pemelajaran Bahasa Karena sering terjadi pengacauan antara pengertian pemerolehan bahasa dan pengertian pemelajaran bahasa, saya merasa perlu menekankan perbedaan antara kedua istilah itu (alih-alih pembelajaran, istilah pemelajaran lebih saya pilih untuk digunakan dalam tesis ini karena secara morfo-semantis lebih tepat dibandingkan dengan istilah pembelajaran). Selain pembedaan antara dwibahasawan dari pemelajar bahasa kedua oleh Clark (2003: 365) yang saya kutip pada bagian sebelum ini (alih-alih pembelajar, istilah pemelajar pun lebih saya pilih karena secara morfo-sematis juga lebih tepat dibandingkan dengan istilah pembelajar). Sebenarnya Chomsky (1973; dalam Dardjowidjojo 2000: 64) telah menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengajarkan bahasa. Manusia hanya dapat menyuguhkan “sebuah lingkungan yang kaya bagi heuristik intuitif yang secara otomatis dimiliki oleh manusia normal.” Terkait dengan itu, Dardjowidjojo (2000: 26) tampaknya sependapat dengan Schelesinger (1994) yang menyatakan bahwa pada saat ini “tidak ada teori pemerolehan bahasa di pasaran yang benar-benar sudah mantap”; yang ada adalah “sejumlah hipotesis yang saat ini dianggap tentatif dan kemungkinannya untuk diperbaiki berdasarkan bukti-bukti lain yang ditemukan.”
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
31
Genesee (2000; dalam Wei 2000: 327) menyatakan bahwa istilah pemerolehan bahasa pertama yang digunakan untuk mengacu kepada proses pemerolehan sebuah bahasa saja yang berlangsung sejak lahir sebenarnya masih dipertanyakan. Ia menegaskan bahwa pemerolehan bahasa kedua digunakan untuk mengacu kepada pemerolehan sebuah bahasa kedua setelah periode perkembangan bahasa pertama. Sebagai solusi, istilah pencampuran (mixing) ia gunakan untuk mengacu kepada interaksi antara sistem-sistem perkembangan anak dwibahasa. Istilah itu digunakan oleh para peneliti lain untuk mengacu kepada kemunculan bersama elemen-elemen dari dua atau lebih bahasa dalam sebuah tuturan tunggal. Elemen yang bercampur dapat merupakan elemen morfologis, leksikal, sintaktis, atau pragmatis. Pendefinisian itu tampaknya menjadi problematis ketika mendiskusikan kedwibahasaan anak. Chaer (2003: 167) menyatakan bahwa pemelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi saat seorang anak mempelajari bahasa kedua, yakni setelah ia memperoleh bahasa pertamanya. Ditegaskannya bahwa pemerolehan bahasa terkait dengan bahasa pertama, sedangkan pemelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua; namun, banyak juga yang menggunakan pemerolehan bahasa untuk bahasa kedua. Sementara itu, Crystal (1993: 5 & 218) mendefinisikan pemerolehan bahasa sebagai proses atau hasil belajar sebuah aspek tertentu dari bahasa (namun, dalam tesis ini saya membuat pembatasan yang jelas; pemerolehan sebagai proses, sedangkan perolehan sebagai hasil); istilah ini digunakan sebagai acuan bagi pemelajaran sebuah bahasa pertama oleh anak dan pemelajaran lanjut bahasa atau variasi bahasa, sedangkan pemelajaran bahasa didefinisikannya sebagai proses internalisasi sebuah bahasa, baik yang merupakan bahasa ibu maupun bahasa asing. Kemudian, pembedaan yang lebih signifikan dinyatakan Yule (2006: 163). Ditegaskannya bahwa istilah pemerolehan digunakan untuk mengacu kepada perkembangan kemampuan dalam sebuah bahasa secara bertahap dengan cara menggunakannya secara alamiah dalam situasi komunikatif dengan orang lain yang Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
32
juga mengetahui bahasa itu. Sementara itu, Yule menegaskan bahwa istilah pemelajaran berlaku bagi upaya sadar dalam mendapatkan pengetahuan akan ciriciri sebuah bahasa, seperti kosakata dan gramatikanya, dan biasanya dilakukan dalam sebuah latar kelembagaan. Dengan mengacu kepada pendapat-pendapat di atas, perkembangan kebahasaan bahasa Inggris Rafa dapat dikatakan sebagai pemerolehan, alih-alih pemelajaran. Interpretasi ini didasarkan pada kondisi bahwa karena perkembangan itu berlatar alamiah, alih-alih berlatar kelembagaan. Selain itu, karena masih belum memiliki alasan yang cukup kuat bagi saya untuk mengklaim bahwa Rafa memperoleh bahasa Inggris sebagai bahasa pertama selain secara bersamaan memperoleh bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama, proses dan hasil pemerolehan bahasa Inggris Rafa dapat dipandang sebagai pemerolehan bahasa kedua.
2.2.4 Pemerolehan Kedwibahasaan Field (2006: 33) menyatakan bahwa sebenarnya pemerolehan kedwibahasaan berlangsung dalam jalur yang serupa dengan pemerolehan keekabahasaan. Lebih daripada itu, De Houwer (1996: 222–3) mendefinisikan pemerolehan kedwibahasaan sebagai istilah yang mengacu kepada hasil pemajanan lebih dari satu bahasa kepada anak yang dilakukan secara dini, serentak, umum, dan sinambung. Selain berkaitan dengan variabel penting “pemajanan kepada lebih dari satu bahasa”, ditegaskan bahwa pemerolehan kedwibahasaan juga terkait dengan variabel “saat pemajanan pertama kali dimulai”; pengertian dini pada pemerolehan bahasa pertama mengacu kepada usia sejak lahir sampai sebelum satu bulan sedangkan pada pemerolehan bahasa kedua istilah itu mengacu kepada usia antara satu bulan sampai dengan dua tahun. Terkait dengan pernyataan itu, meskipun Rafa telah terpajan kepada bahasa Inggris sejak ia berusia tiga hari, saya tetap mengatakan bahwa bahasa Inggris masih sebagai bahasa kedua bagi Rafa; dan saya masih belum berani mengklaim bahwa bahasa Inggris sebagai bahasa pertamanya.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
33
Serupa dengan yang disampaikan Saunders (1982) sebagai hasil penelitiannya yang diuraikan di bagian kajian pustaka bab ini, dalam sebuah artikel yang berjudul Journal of Child Language oleh Volterra dan Taeschner (1978 dalam De Houwer, 1996: 230), terdapat sebuah model tiga-tahap perkembangan kedwibahasaan dini yang pada dasarnya memandang perkembangan itu dimulai dari tahap bercampurnya unsur leksikal sampai dengan pemisahan struktural dari dua bahasa. Berikut adalah penjelasan model tiga-tahap itu. 1. Anak memiliki satu sistem leksikal yang terdiri atas kosakata dari dua bahasa. 2. Sistem leksikal yang berbeda berkembang, namun anak masih bergantung pada satu sintaksis untuk dua bahasa. 3. Sistem gramatikal berkembang dan menghasilkan diferensiasi dua sistem linguistis. Karena ruang lingkup penelitian ini mencakup perolehan leksikon subyek penelitian, yakni perolehan leksikon salah satu bahasa pada pemerolehan kedwibahasaannya, saya merasa perlu memperhatikan model tiga tahap perkembangan kedwibahasaan di atas dan menjadikannya sebagai landasan teoretis.
2.2.5 Peniruan, Komprehensi, dan Produksi dalam Pemerolehan Bahasa Terdapat tiga hal yang umumya menjadi pembahasan utama dalam pemerolehan bahasa, terutama pemerolehan bahasa anak, yakni peniruan, komprehensi, dan produksi. Berikut adalah uraian ketiga istilah itu.
2.2.5.1 Peniruan Dalam konteks pemerolehan bahasa, peniruan merupakan istilah yang mengacu kepada peniruan bentuk atau pola-pola linguistis ketika seseorang mempelajari sebuah bahasa; pengertian ini digunakan dalam pemerolehan bahasa pertama maupun pemelajaran bahasa asing oleh anak; dan kemampuan untuk menirukan dilihat sebagai hal yang berbeda dari kemampuan untuk menggunakan Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
34
bahasa secara spontan (Crystal, 1993: 182). Selanjutnya, Crystal (1998: 232) melaporkan bahwa peniruan atau imitasi merupakan sebuah keterampilan tersendiri dalam pemerolehan bahasa; banyak anak menghabiskan sebagian besar waktunya menirukan yang baru saja dikatakan orang dewasa. Hal ini dapat ditengarai ketika bunyi atau kosakata baru saja dipelajari, dan Crystal juga mengemukakan bahwa peniruan mungkin juga merupakan hal penting dalam perkembangan gramatika. Anak-anak sering menirukan pola-pola kalimat yang sebenarnya belum bisa mereka produksi secara spontan, dan kemudian mereka berhenti menirukan konstruksi itu ketika mulai menggunakannya dalam tuturan mereka. Gejala ini tampaknya menggiring kita kepada kesimpulan bahwa peniruan adalah sejenis ’penghubung’ antara komprehensi dan produksi spontan. Agak berbeda dari yang dikemukakan Crystal di atas, O’Grady (2005: 164–7) menyatakan bahwa penjelasan mengenai peniruan tidak akan memuaskan karena ada bagian-bagian utama bahasa yang tidak dapat ditiru; kalimat adalah contoh yang paling nyata. Tidak seperti kata, yang dihafal dan tersimpan di otak, menurut O’Grady, kalimat diciptakan ketika diperlukan. Pembuatan kalimat tidak melibatkan ingatan dan pengulangan yang berkaitan dengan imitasi. Sebagai rangkuman, walaupun anak-anak terkadang mengulangi apa yang mereka baru dengar, peniruan tampaknya bukanlah yang utama, khususnya ketika berkenaan dengan penjelasan bagaimana kalimat-kalimat terbentuk. Oleh karena itu, peniruan tidak saya jadikan aspek utama dalam penelitian ini. Selain peniruan, dalam pemerolehan bahasa terdapat dua keterampilan utama lain: komprehensi dan produksi. Berikut adalah uraiannya.
2.2.5.2 Komprehensi Komprehensi adalah kemampuan untuk memahami dan menginterpretasi bahasa, baik bahasa lisan, tertulis, maupun isyarat; dan pengertian istilah ini berkebalikan dengan pengertian istilah produksi (Crystal, 1993: 77). Sementara itu, istilah ini didefinisikan Fernald et al. (2007: 49) sebagai sebuah peristiwa mental Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
35
yang harus disimpulkan dari prilaku nyata dan konteks yang di dalamnya prilaku itu muncul. Terkait dengan itu, Clark (2003: 129) menyatakan bahwa proses mengingat yang diperuntukkan bagi representasi komprehensi telah dimulai sejak anak berusia sembilan atau sepuluh bulan; dan proses ini membantu mereka mengenal kata, dimulai dari penggalan-penggalan tuturan yang sudah sering mereka dengar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komprehensi adalah proses pemberian makna atas tuturan yang didengar anak. Kesimpulan ini senada dengan apa yang disimpulkan Dardjowidjojo (2005: 59): komprehensi adalah pembentukan makna dari bunyi. Metode umum yang digunakan untuk menentukan perkembangan awal komprehensi adalah menanyai orang tua sang anak mengenai kata-kata apa saja yang mereka kira telah dipahami oleh anak mereka (Fernald et al., 2007: 49). Metode itulah yang saya pakai sebagai langkah awal bagi perancangan alat ukur penelitian ini, baik untuk tataran komprehensi maupun produksi.
2.2.5.3 Produksi Produksi adalah penggunaan bahasa secara aktif, baik lisan, tertulis, maupun isyarat; dan pengertian istilah ini berkebalikan dengan pengertian istilah komprehensi dan pengertian persepsi (Crystal, 1993: 314). Sementara itu, Donaldson dan Laing (1993: 161) menyatakan bahwa produksi adalah istilah dalam pemerolehan bahasa yang mengacu kepada fungsi ekspresif bahasa, yakni kemampuan penutur menggunakan bahasa. Steinberg (1981:123) menyatakan bahwa tujuan proses produksi adalah menyajikan suatu rangkaian bunyi bahasa untuk merepresentasikan pikiran yang ingin disampaikan oleh si penutur. Bock dan Griffin (2000: 12–13) menyatakan bahwa produksi bahasa terkait dengan perbedaan antara pemilihan leksikal (lexical selection) dan pemanggilan kembali butir leksikal itu (lexical retrieval). Dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk menyampaikan sebuah makna dengan perantara kata, penutur harus meletakkan sebuah lema bersama-sama dengan sebuah leksem dalam leksikon mentalnya. Dicontohkannya, ketika seorang penuUniversitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
36
tur ingin memproduksi kata yang mendenotasikan konsep ’orang tua perempuan’, konsep ini ternyata juga merupakan bagian dari ranah semantis yang juga mencakup konsep lain seperti ’ayah’, ’pria’, dan ’wanita’. Pandangan inilah yang saya jadikan pijakan dalam penggolongan butir-butir leksikal yang akan ditelusuri ke dalam sejumlah ranah semantis. Produksi kata sering digunakan dalam penelitian psikologi eksperimental sebagai sebuah tugas untuk merepresentasikan keberhasilan pengenalan terhadap stimulus visual maupun auditorial (Bock dan Griffin 2000: 17). Selain itu, dalam penelitian tentang produksi bahasa, Lust (2006: 133) menawarkan metode eksperimental yang dapat digunakan untuk memancing produksi bahasa, yakni dengan menggunakan cara yang membantu peneliti mencapai aspek pengetahuan bahasa tertentu; dan cara itu dilakukan dalam cara yang terkontrol. Walaupun penelitian yang saya lakukan ini bukan merupakan penelitian eksperimental, prinsip-prinsip dalam metode ekperimental saya pakai dalam pemerolehan data penelitian ini.
2.2.5.4 Komprehensi versus Produksi Dardjowidjojo (2000: 76) menegaskan komprehensi mendahului produksi. Ia mengutip pernyataan Hirsh-Pasek dan Golinkof (1991) yang memberikan beberapa rasional untuk memperjelas pernyataan itu. Berikut adalah uraian tentang itu.
Pertama, untuk komprehensi anak hanya perlu mengenali (recognize) masukan yang datang dan tidak perlu memanggil ulang (recall) apapun yang telah masuk seperti halnya pada produksi.
Kedua, komprehensi hanya memerlukan pengudaran (transfer) paket informasi yang masuk sedangkan produksi memerlukan pembuatan informasi tersebut.
Ketiga, komprehensi memerlukan pengaktifan pilihan-pilihan leksikal, tetapi bentuk leksikal itu telah dipilih oleh penutur, sedangkan dalam produksi pilihan ini harus dibuat oleh mitra tutur.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
37
Dijelaskan lebih lanjut oleh Dardjowidjojo (2000: 76) bahwa dari segi fisiologis, produksi memerlukan adanya aparatus ujaran yang bergerak, padahal pada usia dini perbandingan antara ukuran lidah dengan ruang mulut masih belum pro-porsional; lidah anak masih terlalu besar dibandingkan dengan rongga mulut. Keadaan yang tidak proposional ini tidak memungkinkan anak untuk menggerakgerakkan lidahnya dengan bebas sesuai dengan artikulasinya. Dengan demikan dapat saya katakan bahwa kondisi dimaksud di atas membedakan produksi bahasa anak dari produksi bahasa orang dewasa. 2.2.5.5 Produksi Bahasa Anak versus Produksi Bahasa Orang Dewasa Terakit dengan yang disampaikan Dardjowidjojo (2000: 76) di atas, Gerken dan Ohala (2000: 275–6) menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara produksi bahasa anak dibandingkan dengan produksi bahasa orang dewasa. Dikatakan bahwa anak membedakan versi tuturan mereka dari versi tuturan orang dewasa dan mendemonstrasikan komprehensi yang lebih baik bagi versi yang diproduksi orang dewasa. Selain itu, dikatakan juga bahwa tuturan anak sering bervariasi, yakni antara tuturan yang tidak mirip dan yang lebih mirip dengan tuturan orang dewasa. Ditegaskan bahwa ketidakmiripan itu bukanlah merupakan hasil representasi tuturan orang dewasa yang kurang. Dengan demikian, dapat dikatakan ketidakmiripan itu merupakan konsekuensi dari adanya variasi itu. 2.2.6 Leksikon dan Pemerolehan Leksikon Leksikon didefiniskan Bussmann (1996: 280) sebagai sebuah daftar kata dari sebuah bahasa, dialek, atau sosiolek yang disusun secara alfabetis atau semantis. Johnson dan Johnson (1999: 198) menjelaskan bahwa, dalam gramatika generatif, istilah leksikon mendenotasikan sebuah kamus yang berisi komponen kompetensi linguistis penutur; dan leksikon itu terdiri atas butir-butir leksikal. Leksikon bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, tetapi harus diperoleh dalam pengalaman kebahasaan (Gleitman et al., 1994: 81), yakni yang biasanya berupa kegiatan mendengarkan tuturan atau satuan linguitis yang di dalamnya terdapat kata. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
38
Secara umum, leksikon bersinonim dengan kosakata. Terkait dengan itu terdapat istilah leksikon mental, Crystal (1997: 221) menyatakan bahwa leksikon metal adalah istilah yang mengacu kepada representasi mental yang tersimpan di dalam otak mengenai apa yang seseorang ketahui tentang butir leksikal dalam bahasanya. Lebih jauh, Richards et al. (1992: 212) menjelaskan bahwa sebenarnya leksikon adalah rangkaian kata dan idiom dalam sebuah bahasa. Ia juga menegaskan bahwa leksikon merupakan sebuah sistem mental yang mengandung semua informasi yang diketahui seseorang tentang kata. Ia juga melaporkan bahwa menurut para psikolinguis, pengetahuan tentang kata mencakup tiga hal, yakni: (a) pengetahuan tentang bagaimana sebuah kata diucapkan, (b) pola-pola gramatikal yang bersama pola-pola itu sebuah kata digunakan, dan (c) makna atau beberapa makna dari sebuah kata. Dengan kata lain, total rangkaian kata yang diketahui seorang penutur membentuk leksikon mentalnya; isi leksikon mental dan bagaimana pengembangannya dipelajari dalam kajian pemerolehan bahasa. Clark (1995: 3) menjelaskan butir leksikal secara lebih mendalam. Ia mengutarakan bahwa entri leksikal (dalam tulisan ini saya menggunakan istilah butir leksikal sebagai padanan entri leksikal) harus mencakup setidak-tidaknya empat macam informasi, yakni: (a) makna, (b) bentuk sintaktis, (c) stuktur morfologis, dan (d) bentuk fonologis. Sebagai contoh, butir leksikal untuk kata Inggris skier dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) makna
: ’seseorang yang meluncur dengan papan peluncur di salju’
(b) sintaktis
: berkategori nomina dapat dihitung
(c) morfologis: akar kata + -er (d) fonologi
: /skiәr/
Dengan demikian, informasi dalam (a) dan (b) bersama-sama merupakan lema dari sebuah kata dan informasi dalam (c) dan (d) merupakan bentuk bagi kata itu (Levelt 1989 dalam Clark 1995: 3). Kemudian, lema dan bentuk kata bersamasama membangun informasi yang terkait dengan butir leksikal untuk setiap kata atau frase dalam leksikon. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
39
Selain istilah leksikon mental, terdapat istilah leksikon internal (internal lexicon). Caron (1992: 45–9) mendefinisikan istilah itu sebagai kemampuan seseorang dalam mengenali atau memproduksi sebuah kata; dipraanggapkan bahwa kata itu telah direkam dalam ingatan. Dengan kata lain, penutur bahasa memiliki leksikon internal, yakni seperangkat representasi yang berkaitan dengan satuansatuan bermakna dari bahasa itu. Dengan demikian, leksikon dapat dikatakan sebagai kamus, yakni daftar ’masukan leksikal’ yang tiap-tiap masukan mengandung serangkaian informasi yang diperlukan untuk mengindentifikasi, memahami, dan menggunakan satuan-satuan yang saling terkait itu. Senada dengan yang dijelaskan Crystal (1995: 3) tersebut di atas, setiap masukan leksikal harus dikarakterisasi setidak-tidaknya dengan tiga tipe informasi berikut, yakni (i) bentuk fonologis kata (bentuk akustik, artikulatoris, dan bentuk tertulis yang memungkinkan); namun, menurut saya ini tidak hanya berada pada tataran fonologis, melainkan fonetis-fonologis, (ii) peranti sintaktis dan morfologisnya: kategori (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain.), gender, jumlah, dan lain-lain, yakni yang mendefinisikan cara yang di dalamnya masukan itu dapat digunakan dalam sebuah kalimat, dan (iii) maknanya dan kondisi penggunaannya yang bergantung pada situasi (akrab, vulgar, dan sebagainya).
2.2.7 Pemerolehan Leksikon versus Pemerolehan Kata Karena leksikon ternyata bukan sekadar kumpulan daftar kata, berikut uraian Caron (1992: 45–9) tentang apa yang dikandung oleh leksikon. Pertama, berdasarkan sudut pandang linguistik, satuan elementer dari makna bukanlah kata melainkan morfem sehingga leksikon internal selain mengandung kata juga mengandung kompon dan morfem. Kedua, permasalahan selanjutnya adalah kata polisemis; apakah kata seperti bank yang dapat bermakna ’tepi sungai’ atau ’lembaga keuangan’ memiliki dua masukan leksikal? Atau apakah kita menganggapnya sebagai kata tunggal dalam ingatan, yang maknanya ada setelah jalur leksikal terjadi. Data eksperimental tampaknya mendukung hipotesis terakhir. Ketiga, ungkapan Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
40
idiomatis tampaknya langsung terekam dalam leksikon. Ungkapan idiomatis membentuk satuan yang tersimpan dengan cara yang sama dengan penyimpanan kata. Oleh karena itu, terdapat beberapa kata polisemis dan sejumlah ungkapan idiomatis yang tiap-tiap satuan linguistis itu saya anggap anggap sebagai sebuah butir leksikal yang saya tentukan untuk ditelusuri tipe perolehannya dalam pengumpulan data penelitian ini. Sebagaimana yang dilakukan Hamida (2009:), saya juga mengutip uraian yang disampaikan Lust (2006: 219–221), yakni untuk memperoleh leksikon, anak harus menguasai hal-hal berikut:
mengidentifikasi satuan-satuan bahasa, yaitu memenggal serangkaian ujaran menjadi kata perkata sekaligus menafsirkannya,
mengelompokkan kata-kata, yaitu mengetahui bahwa sebuah kata, misalnya ’anjing’ tidak hanya mengacu kepada satu referen saja, contohnya, anjing peliharaan si anak, tetapi bahwa kata anjing juga mengacu kepada kategori anjing-anjing lain yang bisa jadi perbedaan variasinya sangat tidak terbatas dalam warna, ukuran, jenis, maupun keanggotaannya,
mencari hubungan antara pikiran dan bahasa, yaitu mencari hubungan antara konsep, ide, dan makna kata karena konsep berbeda dengan makna kata; sebagai contoh, untuk belajar kata-kata tentang warna, anak-anak harus terlebih dahulu memiliki kapasitas untuk membedakan warna, memilih-milih warna dan menginduksi berdasarkan warna,
mengetahui bahwa kata-kata dan kalimat bisa bersifat taksa, yaitu bahwa kata yang sederhana sekalipun bisa mengandung konsep yang tidak terbatas jumlahnya,
menguasai representasi mental yang menentukan makna dan acuan kata,
memperkirakan makna kata dengan cara menggabungkan makna-makna dari bagian-bagian kalimat tersebut dan menyusun makna dari proposisinya,
mengetahui hubungan di antara kata-kata sekaligus hubungan antarkata dan dunia, yaitu mengetahui kata-kata yang bersinonim, kata yang merupakan Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
41
kategori dasar, dan dengan hiponim yang berkaitan dengan subtipe atau kategori subordinatnya,
menentukan hubungan referensial antara kata dan dunianya, yaitu menentukan acuan untuk ’anjing’ yang berbeda dengan ’kucing’; kata-kata sebenarnya tidak ”mengacu” kepada apa pun; perhitungan mentallah yang harus menghubungkan intensi dan ekstensi. Hubungan antara intensi dan ekstensi itulah yang menentukan acuan, dan
melakukan perhitungan yang ekstensif dan kompleks terhadap konteks dari setiap kata dan ujaran untuk menentukan bagaimana kata-kata dan kalimat itu digunakan, karena makna kata apapun, sedikit atau banyak, pasti ditentukan oleh konteks linguistik maupun konteks komunikatif. Sebagai tambahan untuk memperjelas pengertian leksikon dan kata, berikut
penjelasan linguis terkait kedua istilah itu. Dalam perbincangan mengenai pemerolehan butir leksikal seorang individu, Ingram (1989: 147) menyatakan bahwa sebenarnya anak tidak hanya perlu menggunakan kata dengan makna yang sesungguhnya, namun juga menggunakannya dengan makna yang sama dengan yang diberikan oleh orang dewasa. Oleh karena itu, kita perlu menekankan pendefinisian pemerolehan penggunaan kata secara tepat. Di samping itu, McCarthy (1954; dalam Ingram 1989: 139) mengutarakan bahwa pendefinisian kata sulit dilakukan. Ingram (1989: 139), berdasarkan uraian McCarthy tentang pemerolehan kata, menyimpulkan bahwa sebuah kata diperoleh dalam salah satu dari hal-hal yang didefinisikan berikut: (i)
sebuah kata dalam bahasa orang dewasa yang dipahami oleh orang dewasa dengan makna tertentu, oleh anak dipahami dengan makna yang beragam;
(ii)
sebuah kata dalam bahasa orang dewasa dipahami anak kira-kira sebagaimana orang dewasa memaknainya;
(iii)
setiap vokalisasi anak digunakan dalam sebuah konteks yang ajek;
(iv)
sebuah kata dalam bahasa orang dewasa diproduksi anak dalam sebuah konteks yang ajek; Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
42
(v)
sebuah kata dalam bahasa orang dewasa dipahami dan digunakan anak dalam sebuah cara sebagaimana orang dewasa menggunakannya;
(vi)
sebuah kata dalam bahasa orang dewasa dipahami dan digunakan anak dalam cara sebagaimana orang dewasa menggunakannya dan diproduksi anak secara tepat.
2.2.8 Penegasan Pengertian Leksikon dan Istilah-istilah Terkait Lainnya Sebagaimana telah disebut dalam bab I, salah satu tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang perolehan leksikon bahasa Inggris subyek penelitian, sehingga yang menjadi salah satu kata kunci dalam penelitian ini adalah leksikon. Dalam dua bagian sebelum ini sebenarnya telah diuraikan perihal tentang pengertian leksikon; namun, dalam bagian ini saya merasa perlu untuk lebih memperjelas pengertian itu agar tidak terjadi pengacauan antara istilah itu dengan istilah-istilah lain yang terkait lainnya, yakni leksem, butir leksikal, dan bentuk-bentuk linguistis bagi butir leksikal. Berikut adalah pengertian dari istilahistilah dimaksud.
2.2.8.1 Leksikon Aronof dan Anshen (2001: 237) mendefinisikan leksikon sebuah bahasa sebagai sebuah daftar yang berisi butir-butir dalam sebuah bahasa, yakni yang harus diketahui oleh penutur karena merupakan tanda yang bersifat semena (arbitrary) dan dalam kondisi tertentu kemunculannya tidak dapat dapat diduga. Dijelakan lebih lanjut bahwa butir-butir dalam daftar itu pada umumnya berupa kata; selain itu, leksikon juga dapat mengandung satuan linguistis yang lebih besar daripada kata seperti ungkapan atau idiom, dan bahkan dapat mengandung satuan linguistis yang lebih kecil daripada kata seperti imbuhan atau afiks. Pendefinisian leksikon oleh Aronof dan Anshen itu tidak terlalu jauh berbeda dari pendifinisian leksikon berdasarkan sudut pandang gramatika transformasional oleh Bussmann (1996: 280), yakni sebagai salah satu komponen dasar gramatika yang berbentuk Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
43
sebuah daftar performatif leksikal. Dijelaskan lebih lanjut oleh Bussmann bahwa masukan leksikal terdiri atas deskripsi fonologis yang berbentuk sebuah matriks atau ciri-ciri distingtif yang terkait dengan pemilihan ciri-ciri sintaktis satuan linguistis. Dengan demikian, saya ingin menggarisbawahi apa yang dinyatakan Aronof dan Anshen (2001: 237): alih-alih berurusan dengan kata potensial dalam sebuah bahasa (yakni yang menjadi salah satu pokok bahasan dalam morfologi), leksikon hanya berurusan dengan kata atau satuan linguistis yang muncul dalam penggunaan bahasa. Terkait dengan bagaimana satuan linguistis itu digunakan, berikut adalah pendefinisian leksikon oleh Clark (1995: 2). The lexicon of a language is the stock of established words speakers can draw on when they speak and recourse to in understanding what they hear. This stock is stored in memory in such a way that speakers can locate the relevant units to use in both speaking and understanding. To do this, of course, speakers have to be able to identify words either by looking them up in memory (for comprehension) or by retrieving them as appropriate forms for conveying specific meanings (for production). 2.2.8.2 Leksem Leksem, menurut Bussmann (1996: 273), adalah satuan abstrak dari leksikon bila dilihat dari sudut pandang langue atau sistem bahasa. Realisasi dari satuan abstrak itu berupa satuan-satuan gramatikal yang bentuknya dapat berbeda-beda, sesuai dengan kategori atau fungsi gramatikalnya. Dengan kata lain, Kridalaksana (2008: 141) mendefinisikan leksem sebagai satuan leksikal dasar yang abstrak yang mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu kata. Dengan demikian, dengan berpedoman kepada kedua definisi tersebut di atas dan karakteristik sebuah leksem yang dinyatakan Cruse (1991: 76), saya mencoba memberikan sebuah analogi: bila sebuah leksem adalah sebuah keluarga, yakni yang merupakan sebuah konsep abstrak, maka butir-butur leksikal dari leksem itu merupakan anggota keluarga itu, yakni yang merupakan bentuk-bentuk nyata yang merupakan elemen-elemen dari leksem dimaksud.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
44
2.2.8.3 Butir Leksikal Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, dapat saya parafrasekan bahwa leksikon terdiri atas satuan-satuan atau butir-butir yang secara abstrak disebut leksem. Kemudian, satuan-satuan abstrak itu direalisasikan dengan satuan-satuan atau elemen-elemen yang disebut sebagai butir-butir leksikal. Parafrase itu dapat dikaitkan dengan (1) pendifinisian butir leksikal oleh O’Grady et al. (1997: 656), yakni sebagai kata-kata tunggal dalam leksikon dan (2) pendefinisian unsur leksikal yang merupakan istilah lain sebagai padanan istilah butir leksikal oleh Kridalaksana (2008: 251), yakni sebagai satuan dari kosakata bahasa seperti kata atau frase yang didaftarkan dalam kamus.
2.2.8.4 Bentuk-bentuk Linguistis Butir Leksikal Dalam uraian-raian di atas, terlihat bahwa leksikon, leksem, dan butir leksikal terkait dengan (1) satuan yang di dalam morfologi disebut sebagai kata dan (2) satuan yang di dalam sintaksis disebut sebagai frase. Pada tataran kata, Kridalakasana (2008: 141) mencontohkan bahwa dalam bahasa Inggris sleep, sleeps, slept, dan sleeping adalah bentuk-bentuk dari leksem sleep. Dengan demikian, saya parafrasekan bahwa bentuk-bentuk morfologis dimaksud adalah merupakan bentuk kata atau bentuk linguistis bagi butir leksikal yang merupakan realisasi dari leksem dimaksud. Sementara itu, pada tataran frase, bentuk sintaktis seperti frase verbal atau idiom secara semantis atau secara maknawi dapat dianggap sebagai sebuah butir leksikal. Pernyataan itu saya dasarkan pada definisi frase verbal dan idiom berikut: Phrasal Verb: Any combination of two or more words that is treated as, or as equivalent to, a verb: e.g. ’take picture of’ in They took pictures of me might be seen as a phrasal verb equivalent to photograph in They photogaraphed me (Mathhews, 1997: 279). Idiom: A set expression in which two or more words syntactically related, but with a meaning like that of a single lexical unit: e.g. ’spill the beans’ in Someone has spilled the beans about the bank raid (Matthews, 1997: 169). Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
BAB III HIPOTESIS, VARIABEL, DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.0 Pendahuluan Dalam Bab II, saya mengutip pernyataan Fromkin dan Rodman (1998: 336), yakni bahwa upaya anak untuk membangun kaidah sintaktis gramatika bahasa ternyata berdasarkan kaidah semantis. Dengan kata lain, bahasa anak pada tahap awal tidak terkait dengan kategori dan hubungan sintaktis; alih-alih, bahasa anak terkait dengan peran semantis semata. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa butir-butir leksikal dalam leksikon bahasa anak sebenarnya terkelompokkan ke dalam pelbagai ranah semantis atau yang juga sering disebut dengan istilah medan makna; dan istilah itu oleh Bussmann (1996: 274) didefinisikan sebagai yang mendenotasikan sebuah rangkaian kata yang berkaitan satu dengan yang lain secara semantis. Gagasan di atas dapat dikaitkan dengan apa yang disampaikan Bock dan Griffin (2000: 12–13) yang juga telah sempat disinggung dalam Bab II, yakni produksi bahasa terkait dengan perbedaan antara pemilihan leksikal dan pemanggilan kembali butir-butir leksikal itu. Bock dan Griffin menjelaskan lebih lanjut bahwa untuk menyampaikan sebuah makna dengan perantara kata atau butir leksikal, penutur harus meletakkan sebuah lema bersama-sama dengan sebuah leksem dalam leksikon mentalnya. Bock dan Griffin mencontohkan bahwa ketika seorang penutur ingin memproduksi butir leksikal yang mendenotasikan konsep ’orang tua perempuan’, konsep itu ternyata juga merupakan bagian dari ranah semantis yang juga mencakup konsep lain seperti ’ayah’, ’pria’, dan ’wanita’. Penjelasan di atas yang mengenai kaitan butir leksikal dan ranah semantisnya dapat dikaitkan dengan yang dilaporkan Clark (1995: 28) tentang penelitian perkembangan bahasa Damon, seorang anak berbahasa pertama bahasa Inggris. Temuan penelitian itu menunjukkan bahwa pada akhir tahun keduanya Damon telah mengembangkan leksikon awalnya yang digolongkan ke dalam sejumlah ranah semantis. Berikut adalah ranah semantis yang dimaksud beserta contohnya:
45 Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
46
(1) orang: baby, man, girl; (2) binatang: dog, cat, bird; (3) kendaraan: car, truck, train; (4) anggota tubuh: nose, toe, finger; (5) pakaian: diaper, button, jacket; (6) mainan: ball, clown, bus; (7) mebel: chair, cushion, table; (8) perlengkapan rumah tangga: telephone, kettle, clock; (9) makanan & minuman: milk, juice, cheese, cereal; (10) perlengkapan makan: bottle, cup, spoon; (11) peranti & keadaan: hot, big, shut; dan (12) kegiatan: get, put, go.
Upaya pengelompokkan butir-butir leksikal ke dalam ranah-ranah semantis di atas tampaknya juga dapat dikaitkan dengan apa yang disampaikan Aitchison (2003: 188). Dengan beranalogi bahwa anak adalah sebuah perpustakaan, Aitchison menyatakan bahwa anak yang baru lahir memiliki sebuah ruangan besar yang telah dilengkapi dengan susunan rak. Setiap kali anak memperoleh kata, ia meletakkannya di tempat kata itu seharusnya diletakkan; seperti telah terprogram dengan pengetahuan, kata-kata tertentu harus diletakkan di rak tertentu atau kata dengan tipe tertentu harus disimpan bersama-sama. Jika skenario itu benar-benar realistis, Aitchison menyimpulkan bahwa perbedaan antara leksikon mental orang dewasa dan yang dimiliki anak hanyalah pada kuantitasnya saja. Dalam bab II saya telah mengutip pernyataan Aronof dan Anshen (2001: 237), yakni selain berupa kata, leksikon juga dapat mengandung satuan linguistis yang lebih besar daripada kata, yakni seperti ungkapan atau idiom yang secara sintaktis merupakan frase. Dengan berlandaskan pada pernyataan itu, yang dimaksud dengan butir-butir leksikal yang telah terpajankan kepada Rafa juga merupakan satuan linguistis yang berupa kata atau frase. Masih terkait dengan pernyataan Aronof dan Anshen itu, saya ingin mengatakan bahwa bentuk satuan linguistis seperti obeserve the river – yang dalam bahasa orang dewasa, secara sintaktis
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
47
terdiri atas tiga butir leksikal: observe, the dan river – dalam perkembangan leksikal awal bahasa Inggris Rafa, secara semantis saya interpretasikan sebagai sebuah butir leksikal. Interpretasi itu juga saya dasarkan pada (1) asumsi bahwa satuan linguistis itu merujuk kepada sebuah referen tunggal ’kegiatan melihat sungai’ dan (2) catatatan saya, yakni bentuk linguistis obeserve belum pernah saya pajankan secara madiri atau menjadi elemen dari satuan linguistis lainnya; atau dengan kata lain, bentuk baru terpajankan kepada Rafa sebagai elemen dalam satuan linguistis observe the river. Berbeda dari interpretasi terhadap satuan linguistis tersebut di atas, ada dua satuan linguistis yang tiap-tiap satuan itu secara semantis saya interpretasikan sebagai sebuah satuan linguitis, yakni bread-selling car, dan bread-selling carriage. Dalam Bab II telah dijelaskan bahwa Gerken dan Ohala (2000: 275–6) menyatakan terdapat perbedaan antara produksi bahasa anak dengan produksi bahasa orang dewasa. Berdasarkan pernyataan itu, saya berinterpretasi bahwa bread-selling, yang dalam bahasa orang dewasa secara morfologis merupakan sebuah satuan yang terdiri atas tiga morfem: bread, sell, dan -ing dan secara sintaktis merupakan sebuah satuan yang menjadi pewatas dalam frase breadselling car dan bread-selling carriage, dalam perkembangan leksikal awal bahasa Inggris Rafa saya interpretasi belum dipahaminya sebagai sebuah butir leksikal. Dengan kata lain, walaupun tiap-tiap satuan dimaksud mempunyai elemen pembentuk yang sama yang dipadukan dengan elemen pembentuk lain, saya belum berani mengatakan bahwa Rafa telah memahami kedua bentuk linguistis dimaksud terdiri atas lebih dari satu butir leksikal; alih-alih Rafa memahami tiaptiap satuan itu sebagai sebuah butir leksikal tunggal. Masih terkait dengan perbedaan antara bahasa anak dan bahasa orang dewasa, saya berinterpretasi bahwa satuan linguistis I don’t know, yang dalam bahasa orang dewasa secara sintaktis merupakan sebuah klausa, dalam perkembangan leksikal bahasa Inggris Rafa bukanlah satuan linguistis yang terdiri atas butir-butir leksikal I, do, not, dan know, alih-alih, satuan itu merupakan satuan linguistis yang terdiri atas satuan itu sendiri. Dengan kata lain, dalam perkembangan Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
48
leksikal awal bahasa Inggris Rafa, satuan itu merupakan sebuah butir leksikal yang merujuk kepada sebuah referen tunggal “Saya tidak tahu”. Dalam bab II, Kridalakasana (2008: 141) mencontohkan bahwa dalam bahasa Inggris sleep, sleeps, slept, dan sleeping adalah bentuk-bentuk dari leksem sleep. akan tetapi, saya beinterpretasi bahwa dalam leksikon bahasa Inggris Rafa bentukbentuk linguistis itu belumlah dapat dikatakan sebagai butir-butir leksikal dari leksem yang dimaksud. Alih-alih, saya berinterpretasi bahwa seandainya Rafa telah dapat memahami/memproduksi sleep, sleeps, slept, dan sleeping, bentukbentuk linguistis itu semata-mata hanyalah variasi bentuk linguistis dari butir leksikal sleep. Interpretasi ini saya dasarkan pada pendapat bahwa anak cenderung berpikir secara konkret, tidak secara abstrak. Butir leksikal adalah satuan linguistis yang konkret, sedangkan leksem adalah satuan linguistis yang abstrak. Dengan demikian saya, saya mencurigai bahwa gagasan leksem tampaknya sulit diterapkan dalam penyelidikan perkembangan leksikal awal bahasa anak. Akan tetapi, gagasan yang berbeda dengan gagasan di atas saya pakai ketika berhadapan dengan satuan-satuan linguistis seperti I, my, dan me. Dalam bahasa orang dewasa satuan-satuan itu secara morfo-semantis memang merupakan butirbutir leksikal yang merealisasikan leksem abstrak ’orang pertama tunggal’. Perbedan morfologis antara satuan-satuan itu dalam sintaksis memang berperan sebagai pembeda fungsi sintaktisnya. Sebagai pemecahan masalah, karena saya merasa bentuk-bentuk itu secara semantis dimaknai berbeda dalam hal penggunaannya; dan gejala pembedaan makna dalam penggunaannya itu juga terjadi pada perkembangan leksikal awal bahasa Inggris Rafa, saya menginterpretasi tiap-tiap satuan itu sebagai sebuah butir leksikal. Dengan demikian, jelaslah terlihat bahwa terdapat problematika dalam penyelidikan leksikon anak. Apa yang saya sampaikan di atas mungkin saja kontroversial; dan kontroversi itu bersesuaian dengan apa yang disampaikan Dardjowidjojo (2005: 241), yakni leksikon adalah komponen bahasa yang pemerolehannya sangat kontroversial dan pada hampir seluruh aspek leksikon tidak terdapat kesamaan pendapat, apalagi keuniversalan. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
49
Fernald et al. (2007: 49) menyatakan bahwa metode umum yang digunakan untuk menentukan perkembangan awal komprehensi anak adalah menanyai orang tua si anak mengenai kata apa saja yang mereka kira telah dipahami oleh si anak. Berdasarkan metode itu dan berdasarkan pengelompokan butir leksikal ke dalam ranah semantis seperti yang dipaparkan Clark di atas, saya mencoba mengingatingat dan mencatat butir-butir leksikal bahasa Inggris yang saya asumsikan telah terpajankan kepada Rafa dan mengelompokkannya ke dalam sejumlah ranah semantis berikut: (1)
orang (people) dan yang terkait dengan ranah ini,
(2)
binatang (animals) dan yang terkait dengan ranah ini,
(3)
kendaraan (vehicles) dan yang terkait dengan dengan ranah ini,
(4)
anggota tubuh (parts of body),
(5)
kesehatan, penyakit & rasa nyeri (health, illness & pain),
(6)
pakaian (clothings),
(7)
mainan (toys) dan yang terkait dengan dengan ranah ini,
(8)
bagian rumah (parts of house),
(9)
peralatan rumah tangga & benda yang ada di dalam rumah (house-utensils and things at home),
(10) benda yang terkait dengan kegiatan belajar (learning-related things), (11) makanan & minuman (food & drink), (12) perlengkapan makan (cutleries & dishes), (13) buah-buahan & sayuran (fruits & vegetables), (14) perlengkapan mandi (toiletries), (15) perlengkapan bayi (baby equipment) dan yang terkait dengan bayi, (16) keadaan (state), (17) kegiatan sehari-hari (routines), (18) kegiatan lain (other activities), (19) gerakan & posisi (movements and positions), (20) cara (manners), (21) tempat umum (public places) dan yang terkait dengan ranah ini, (22) benda alam (things in nature) dan keadaan alam (nature-related states), (23) benda di luar rumah (things outdoors). Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
50
Ada sejumlah butir leksikal tertentu yang saya asumsikan telah terpajankan kepada Rafa namun belum saya masukkan ke dalam ranah-ranah semantis tersebut di atas. Sebagian besar butir-butir leksikal dimaksud, dalam bahasa orang dewasa, tergolong ke dalam kategori-kategori sintaktis tertentu seperti kata tugas (yakni artikel, pronomina, pronomina pengganti, interjeksi, preposisi, pemarkah imperatif, pemarkah negasi, pewatas, verba bantu, kata tanya, adverbia, konjungsi, dan vokatif) dan kategori-kategori lain (yakni butir leksikal yang mendenotasikan tempat yang tidak dapat digolongkan sebagai tempat umum, penamaan untuk bahasa, dan ungkapan-ungkapan lain). Dalam hal ini, saya menemui kendala untuk memasukkannya ke dalam salah satu dari ke-23 ranah yang telah saya siapkan di atas karena akan terjadi kerancuan bila butir-butir leksikal dimaksud saya masukkan ke dalamnya. Oleh karena itu, untuk tujuan kepraktisan proses pengumpulan data, butir-butir leksikal itu saya masukkan ke dalam ranah semantis ke-24, yakni ranah semantis lain-lain (others). Butir-butir leksikal yang dimasukkan ke dalam kedua puluh empat ranah semantis dimaksud dapat dilihat dalam lampiran tesis ini. Selain itu, ada sejumlah butir leksikal yang sebenarnya telah terpajankan kepada Rafa. Akan tetapi, walaupun telah terpajan kepada dan dapat menirukan beberapa dari butir leksikal dimaksud, saya berasumsi bahwa Rafa belum memperoleh maknanya. Oleh karena itu, pengamatan atas butir leksikal dimaksud tidak akan dilakukan. Berikut adalah butir leksikal yang dimaksud dan saya urutkan secara alfabetis: also, and, are, caterpillar, communicate, crisp, cross, dance, deal with, different, drawer, dream, electricity, else, enjoy, excellent, evening, fairy, flood, floor, from, glasses, grape, heavy, inject, iron, istilah-istilah warna, lick, like, labelisasi angka, language, mirror, mouse, must, nama-nama hari, need, never, next, nice, night, nod, noisy, omelet, only, ordinary, over, parrot, porridge, powder, share, silent, slap, stamp, surprised, temple, the same, thigh, toad, tomorrow, untidy, well-done, whistle, whiteboard, wink, dan yesterday.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
51
3.1 Hipotesis Penelitian Saya berhipotesis bahwa sebagian besar dari butir-butir leksikal yang telah dimasukkan ke dalam pelbagai ranah semantis tertentu, yakni yang telah diuraikan dalam bagian sebelum ini, telah diperoleh Rafa. Perolehan itu diasumsikan berada pada tataran yang berbeda-beda, yakni produksi spontan, produksi terpancing, atau komprehensi. Di samping itu, saya juga berhipotesis bahwa, karena pengaruh variabel-variabel tertentu, ada sebagian dari butir-butir leksikal yang dimaksud belum diperoleh Rafa. Oleh karena itu, diperlukan alat ukur yang dirancang khusus untuk membuktikan hipotesis itu. Rancangan alat ukur ini akan dijelaskan dalam Bab Metodologi Penelitian.
3.2 Variabel-variabel Penelitian Terdapat dua tipe utama variabel dalam penelitian: variabel bebas dan variabel terikat. Mackey dan Gass (2005: 103) menyatakan bahwa variabel bebas adalah yang dipercayai sebagai ”penyebab” dari hasil penelitian. Pernyataan itu senada dengan pedefinisian variabel bebas oleh Robinson (1981) yang dikutip Moesono (1993: 156), yakni sebagai variabel yang diteliti dengan cara melihat variasinya atau melihat pengaruh variasinya terhadap variabel terikat. Pendifinisian itu pun sangat gayut dengan pendefinisian variabel terikat oleh Mackey dan Gass (2005: 103), yakni sebagai yang diukur untuk melihat dampak yang telah diberikan variabel bebas. Di samping kedua tipe utama variabel itu, terdapat istilah variabel kontrol; variabel ini didefinisikan Mackey dan Gass (2005: 104–5) sebagai variabel di luar variabel bebas dan terikat yang mungkin berpengaruh terhadap hasil penelitian. Selanjutnya, Mackey dan Gass menjelaskan bahwa cara untuk mengontrol kemungkinan adanya pengaruh itu adalah menghilangkan sama sekali variabel itu. Berikut adalah uraian atas variabel bebas, variabel kontrol, dan variabel terikat dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
52
3.2.1. Variabel Bebas Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel bebas yang menjadi faktorfaktor yang mempengaruhi hasil penelitian ini. Variabel-variabel itu dapat dilihat dalam uraian berikut.
3.2.1.1. Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Latar belakang pekerjaan orang tua subyek penelitian adalah faktor yang berpengaruh kepada hasil penelitian ini. Profesi ayah Rafa, yakni dosen dan guru bahasa Inggris, tentu berpengaruh terhadap butir leksikal Rafa. Seorang anak yang ayahnya berprofesi lain – dan sang ayah juga melakukan pemajanan bahasa Inggris kepadanya – mungkin terpajan kepada butir-butir leksikal tertentu yang belum saya pajankan kepada Rafa, sebagai contoh: lawyer atau court bagi seorang anak pengacara, violin atau solist bagi anak seorang pemusik, dan embassy atau ambassador bagi anak seorang diplomat. Butir leksikal bahasa Inggris yang telah diperoleh Rafa tentu juga terkait dengan profesi ibunya, yakni sebagai karyawan yang mengurusi perihal administrasi di sebuah kantor notaris; selain ia saya klaim juga telah menjalani profesi teramat-mulianya sebagai ibu rumah tangga dengan sangat baik. Butir-butir leksikal tertentu mungkin telah terpajankan kepada Rafa (dengan kata lain, butir-butir leksikal dimaksud belum terpajankan) seandainya ibunya berprofesi lain, sebagai contoh: costume atau stage jika sang ibu seorang penari dan sewing machine atau needle bila sang ibu seorang tukang jahit Satu hal penting lain yang perlu digarisbawahi adalah profesi saya ternyata telah mempengaruhi pola pemajanan bahasa kepada Rafa. Pengaplikasian ancangan, metode, dan teknik tertentu dalam pengajaran bahasa Inggris yang saya geluti tanpa saya sadari telah mempengaruhi pola pemajanan bahasa Inggris yang saya lakukan kepada Rafa. Dalam hal-hal tertentu, pola pemajanan dimaksud dapat dikatakan menyerupai pola kegiatan belajar-mengajar bahasa secara kelembagaan. Walaupun demikian, saya tetap mengklaim bahwa praktik pemajanan bahasa Inggris kepada Rafa masih berlatar alamiah, alih-alih berlatar kelembagaan.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
53
3.2.1.2 Latar Belakang Kebahasaan Orang Tua Latar belakang pendidikan dan pengalaman saya dalam praktik pengajaran bahasa Inggris serta keterlatihan saya dalam berbahasa Inggris telah ”menggiring” saya, sebagai ayah Rafa, ke dalam praktik pemajanan bahasa Inggris kepadanya. Kebalikan daripada itu, perlu saya katakan bahwa Ibu Rafa tidak begitu terlatih dalam berbahasa Inggris. Berdasarkan verifikasi saya kepadanya, hal itu yang telah membuat istri saya ”bersedia” saya ”larang” berbahasa Inggris kepada Rafa. Namun, kondisi tersebut terakhir tidak dapat dikatakan sebagai salah satu variabel bebas penelitian ini (kondisi ini akan dijelaskan dalam uraian tentang variabel kontrol). Uraian lebih lanjut tentang latar belakang kebahasaan orang tua Rafa akan dijelaskan lebih lanjut dalam bagian Subyek Penelitian dan Latar Belakang Orang Tua dalam Bab Metodologi Penelitian.
3.2.1.3 Latar Belakang Keetnisan dan Kebudayaan Orang Tua Walaupun tidak dibesarkan di Sumatra Barat atau daerah yang secara antropologis termasuk ke dalam kebudayaan Minangkabau, saya dibesarkan dalam sebuah keluarga yang sangat terpengaruh kebudayaan itu. Dalam hal kuliner, sebagai contoh yang terkait dengan keetnisan Minangkabau saya, saya sering sekali meminta istri saya untuk menyediakan sambal yang menyerupai samba lado khas Minangkabau sebagai hidangan pelengkap hidangan makan. Dengan kata lain, saya cenderung memakan makanan yang bercita rasa pedas. Ada suatu hal lain yang terkait dengan hal kuliner sebagai salah satu aspek dalam sistem peralatan hidup dan teknologi, yakni yang merupakan salah satu unsur kebudayan (Koentjaraningrat, 2009; dalam Rahyono, 2009: 49); namun, hal ini tidak terkait dengan keetnisan. Hal yang dimaksud adalah: istri saya yang pekerja terkadang menyediakan makanan yang mudah saji, nugget dan mie instan sebagai contoh. Dengan demikian, pola kuliner yang ada dalam keluarga Rafa tentu mempengaruhi perolehan leksikonnya dan menjadi variabel terikat penelitian ini. Selain hal-hal yang terkait dengan kuliner sebagai aspek yang terkait dengan salah satu unsur kebudayaan tersebut di atas, pola pengasuhan Rafa, yang terUniversitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
54
pengaruh karakteristik kebudayaan kedua orang tuanya, saya rasa juga berpengaruh terhadap hasil penelitian ini. Saya mencoba mengaitkan pola pengasuhan Rafa dengan apa yang disampaikan Prof. Anton M. Moeliono dalam sebuah perkuliahan yang diampu beliau yang saya ikuti pada tahun 1999; dan ini terkait dengan perbedaan karakteristik kebudayaan Minangkabau yang menjadi keetnisan ayah Rafa dan kebudayaan Jawa yang menjadi keetnisan ibunya. Dalam perkuliahah itu disampaikan bahwa memang merupakan sebuah hal yang tidak biasa dalam kebudayaan di Sumatra, dalam hal ini kebudayaan Minangkabau, bagi seorang suami mengasuh anak, karena dalam kebudayaan Minangkabau praktik itu melulu merupakan tugas istri. Sementara itu, masih menurut Prof. Anton, dalam kebudayaan Jawa tugas pengasuhan anak merupakan tugas bersama orang tua. Lebih jauh dijelaskannya bahwa secara tradisional di perdesaan Jawa, suami adalah yang bertugas bekerja di sawah di pagi hari; sementara itu, ketika sang suami berada di sawah, sang istri bertugas mengasuh anak di rumah dan menyiapkan makanan untuk anggota keluarga. Setelah sang suami menyelesaikan tugasnya di sawah, ia pulang seraya membawa hasil pertanian yang siap untuk dijual ke pasar. Tugas menjual hasil pertanian itu biasanya adalah tugas istri; dan ketika istri meninggalkan rumah untuk pergi menjual hasil pertanian itu, tugas pengasuhan anak diambil alih oleh suami. Dengan demikian, adalah hal yang lumrah dalam kebudayaan Jawa bagi suami mengasuh seraya mengendong anak; sedangkan, kebalikannya, hal itu bukanlah hal yang lumrah dalam kebudayaan Minangkabau; dan hal ini ternyata telah mempengaruhi pola pengasuhan anak dalam keluarga saya. Dengan kata lain, karena pengaruh keetnisan atau pengaruh budaya, tanpa saya sadari, saya telah melakukan pembedan yang jelas antara tugas suami dan tugas istri dalam pengasuhan anak dalam keluarga saya. Jarangnya saya berkecimpung dalam urusan pemberian makan, mandi, dan berpakaian Rafa (yakni yang menjadi urusan istri saya atau pengasuh Rafa) saya rasa menjadi salah satu variabel bebas yang mempengaruhi hasil penelitian ini. Penjelasan lebih lanjut tentang variabel ini dapat dilihat dalam bagian subbagian Peran Kebudayaan dalam Masukan Bahasa pada bagian Definisi Operasional di bawah ini. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
55
3.2.1.4 Latar Belakang Keagamaan Orang Tua Ayah dan ibu Rafa beragama Islam dan melaksanakan ritual keagamaan yang disyariatkan dalam agama itu. Rafa sangat sering terpajan kepada ritual keislaman yang dilakukan orang tuanya, terutama kepada ritual berwudhu dan shalat. Terlebih lagi, saya selalu berusaha agar Rafa dapat ikut bersama saya ke masjid pada hari Jumat untuk melakukan shalat Jumat. Kondisi itu berpengaruh terhadap perolehan butir-butir leksikal tertentu yang akan dijelaskan dalam analisis data. Di samping itu, belum terpajannya Rafa kepada butir leksikal church (tempat ibadah umat kristiani), synagogue (tempat ibadah umat yahudi) atau temple (tempat ibadah umat Hindu atau Budha) dikarenakan agama orang tua Rafa bukanlah salah satu dari agama dimaksud. Kondisi ini saya anggap juga sebagai variabel bebas yang berpengaruh kepada perolehan butir leksikal yang menjadi variabel terikat penelitian ini. Karena agama merupakan salah satu unsur kebudayaan, penjelasan lebih lanjut tentang variabel ini dapat dilihat dalam bagian subbagian Peran Kebudayaan dalam Masukan Bahasa pada bagian Definisi Operasional di bawah ini.
3.2.1.5 Jenis Kelamin Pemberi Masukan Bahasa Inggris Yang memberi masukan bahasa Inggris kepada Rafa berjenis kelamin lakilaki, yakni ayahnya. Hasil penelitian ini dapat diasumsikan akan berbeda bila saja yang menjadi pemberi masukan bahasa Inggris adalah ibunya atau orang dewasa lain yang berjenis kelamin perempuan. Dengan kata lain, Rafa mungkin telah terpajan kepada butir-butir leksikal lain yang termasuk dalam ranah semantis yang terkait dengan pengasuhan anak, perlengkapan makan, serta makanan dan minuman yang ternyata belum saya pajankan kepadanya. Dengan berdasarkan asumsi ini, faktor ini dapat dikatakan sebagai salah satu variabel bebas dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
56
3.2.1.6 Jenis Kelamin Subyek Penelitian Rafa, subyek penelitian ini, berjenis kelamin laki-laki. Secara psikologis dan sosiologis, perilaku dan pola interaksi psikososial anak laki-laki berbeda dari anak perempuan. Faktor ini saya asumsikan berpengaruh pada hasil penelitian ini. Dengan demikian, faktor ini juga merupakan variabel bebas penelitian ini. 3.2.1.7 Tempat Tinggal dan Anggota Keluarga Subyek Penelitian Keluarga subyek penelitian bertempat tinggal di sebuah rumah sederhana (jika tidak boleh dikatakan sebagai rumah sangat sederhana) bertipe 36 yang berada di sebuah perumahan kelas menengah-ke-bawah di daerah Cilebut Bogor, yakni perumahan Cilebut Bumi Pertiwi. Kondisi rumah yang sederhana dan lingkungan sekitar rumah yang unik, karena berlokasi tidak jauh dari stasiun Cilebut dan dekat dengan bantaran sungai Ciliwung, saya asumsikan berpengaruh terhadap hasil penelitian ini, yakni perolehan butir-butir leksikal yang terkait dengan kereta api dan yang terkait dengan lingkungan sungai. Oleh karena itu, faktor ini juga saya jadikan sebagai variabel bebas penelitian ini. Keberadaan anggota keluarga Rafa, yakni ayah, ibu, dan saudara kandung (dalam hal ini adalah adik perempuan Rafa yang dalam proses pengumpulan data masih berusia sekitar 4 bulan), berpengaruh terhadap hasil penelitian ini. Penjelasan lebih lanjut yang terkait dengan keberadaan anggota keluarga dapat dilihat dalam subbagian Peran Orang Tua dalam Masukan Bahasa pada bagian Definisi Operasional di bawah ini. 3.2.1.8 Pemajanan Dua Bahasa kepada Subyek Penelitian secara Serentak. Sebagaimana telah diuraikan dalam Bab II, De Houwer (1996: 222–3) menegaskan pemerolehan kedwibahasaan adalah istilah yang mengacu kepada hasil pemajanan lebih dari satu bahasa kepada anak secara serentak. Karena Rafa terpajan kepada dua bahasa (bahasa Indonesia dan Inggris) secara bersamaan, kondisi ini merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil penelitian sehingga dapat dikatakan sebagai salah satu dari variabel bebas penelitian ini.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
57
3.2.1.9 Pemajanan Bahasa Inggris kepada Subyek Penelitian sejak Lahir. Selain mengacu kepada variabel “pemajanan lebih dari satu bahasa secara serentak”, De Houwer (1996: 222–3) juga menegaskan bahwa pemerolehan kedwibahasaan mengacu kepada hasil pemajanan lebih dari satu bahasa kepada anak yang dilakukan sejak dini, yakni saat sejak lahir sampai sebelum satu bulan. Dengan kata lain, “saat pemajanan pertama kali dimulai” juga merupakan sebuah variabel bebas penelitian ini. Dengan demikian, pemajanan bahasa Inggris sejak Rafa lahir (lebih tepatnya sejak ia berusia tiga hari), di samping pemajanan bahasa Indonesia, juga merupakan sebuah variabel bebas lainnya. 3.2.1.10 Pemajanan Bahasa Inggris secara Ajek dan Sinambung Selain mengacu kepada dua variabel bebas tersebut terakhir, De Houwer (1996: 222–3) juga menegaskan bahwa pemerolehan kedwibahasaan mengacu kepada hasil pemajanan lebih dari satu bahasa kepada anak yang dilakukan secara serentak, sejak dini, dan berlangsung terus menerus (sinambung). Istilah serentak di sini, selain saya interpretasikan sebagai upaya yang dilakukan secara bersamaan juga saya interpretasikan sebagai upaya yang dilakukan secara ajek atau konsisten. Pemajanan bahasa Inggris kepada Rafa telah saya lakukan secara ajek tanpa adanya alih kode yang berarti ke bahasa lain saat berinteraksi dengannya. Selain itu, pemajanan dimaksud telah saya lakukan secara sinambung atau terus menerus sejak Rafa berusia tiga hari sampai saat pengumpulan data dan sampai saat penyelesaian penulisan tesis ini. Bahkan saya berencana untuk tetap melakukan praktik pemajanan dimaksud sampai batas waktu yang belum saya tetapkan atau mungkin tidak akan saya hentikan. Kondisi ini tentunya juga merupakan salah satu variabel bebas penelitian ini. 3.2.1.11 Campur Kode: Penggunaan Istilah Asli Kebudayaan Indonesia Gejala campur kode memang sesuatu yang sulit dihindari dalam penggunaan bahasa. Karena kami adalah keluarga asli Indonesia, maka penggunaan kata dan
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
58
istilah asli Indonesia yang takterjemahkan (untranslatable) ketika saya berinteraksi dengan subyek penelitian tidak dapat dihindari. Gejala campur kode ini pun juga dapat dianggap sebagai sebuah variabel bebas dalam penelitian ini. Penjelasan tentang variabel ini akan diuraikan lebih lanjut dalam subbagian Peran Kebudayaan dalam Masukan Bahasa pada bagian Definisi Operasional di bawah ini. 3.2.1.12 Strategi Pemberian Sinonim antara Dua Bahasa Dalam Bab II telah diuraikan bahwa penting bagi anak dwibahasawan memperoleh sinonim; pernyataan itu berdasarkan pendapat Leopold (dalam Romaine, 2000: 188). Terkait dengan apa yang disampaikan Leopold itu, saya dan istri saya telah melakukan sebuah strategi yang berpengaruh terhadap pemerolehan leksikon Rafa. Dengan tujuan agar Rafa dapat lebih memahami tuturan Inggris saya, ketika saya merasa tuturan saya mengandung butir leksikal baru bagi Rafa, saya memintanya untuk menanyakan padanan butir leksikal itu dalam bahasa Indonesia kepada ibunya; dan Rafa hampir selalu melakukan apa yang saya minta. Ibunya pun akan menjawab senyampang ia mengetahui padanan butir leksikal Inggris itu dalam bahasa Indonesia. Bila ibu Rafa saya dapati tidak tahu padanannya, saya dengan berbisik memberitahunya, dan ia akan memberi tahu Rafa dengan suara yang lantang. Begitu pun bila ternyata ibu Rafa keliru dalam memberi Rafa padanan butir leksikal itu dalam bahasa Indonesia, saya akan memberi isyarat kepadanya bahwa ia keliru dan memberi tahu padanan yang seharusnya dengan berbisik; lalu ia akan menyampaikannya kepada Rafa dengan suara lantang. Sebagai contoh, ketika saya dan Rafa menonton televisi di ruang keluarga dan saat itu tertanyangkan adegan seorang suami mencium istrinya; lalu saya mengomentari tayangan itu dengan tuturan “See Rafa, the man is kissing his wife”. Karena saya berasumsi bahwa Rafa belum begitu memahami makna butir leksikal kiss maka saya memintanya untuk menemui Ibunya di ruang tidur seraya berkata: “Ask Ibu what kissing is”. Kemudian, Rafa menuju ruang tidur untuk menemui ibunya seraya menuturkan: [bu?Iskisiŋ]; lalu ibunya menjawab: “Mencium.” Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
59
Strategi ini dapat dikatakan sebagai sesuatu yang tidak umum dalam pemerolehan bahasa pertama. Namun, saya tegaskan bahwa strategi itulah yang sebenarnya telah saya dan istri saya lakukan dalam proses pemerolehan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua bagi Rafa; dan strategi ini ingin saya katakan sebagai kekhasan yang ada dalam proses pemerolehan bahasa Inggris Rafa. Dengan demikian, strategi ini saya asumsikan juga merupakan sebuah variabel bebas karena turut berpengaruh kepada hasil penelitian ini, yakni kepada perolehan makna butir leksikal bahasa Inggris yang terkait dengan padanan butir leksikal bahasa Indonesianya.
3.2.2 Variabel Kontrol Terdapat beberapa kondisi yang dapat berpengaruh terhadap perolehan leksikon bahasa Inggris Rafa dan kondisi itu dapat dikategorikan ke dalam variabel kontrol, yakni masukan bahasa Inggris yang diberikan oleh orang dewasa lain yang berada di lingkungan sekitar, terutama dari ibunya dan pengasuh anak yang datang di siang hari ketika ibu Rafa harus meninggalkan rumah untuk bekerja. Selain itu, hal lain yang tak dapat dipungkiri berpotensi memberi pengaruh adalah masukan bahasa Inggris dari media elektronik, terutama televisi. Agar praktik pemajanan bahasa Inggris kepada Rafa ini berkontrol saya telah melakukan upaya agar kondisi-kondisi dimaksud tidak ikut berpengaruh kepada hasil penelitian ini. Berikut adalah uraian dari kondisi-kondisi dimaksud.
3.2.2.1 Penghilangan Masukan Bahasa Inggris dari Sang Ibu Dalam Bab I telah ditegaskan bahwa, dengan alasan agar Rafa tetap mendapat masukan bahasa Indonesia, saya dan istri saya bersepakat untuk “berbagi tugas”: pemberian masukan bahasa Inggris adalah “tugas” saya dan pemberian bahasa Indonesia adalah “tugas” istri saya; dan kami bersepakat untuk tidak “mengintervensi” tugas masing-masing. Dengan kata lain, saya tidak memperbolehkan istri saya berbahasa Inggris kepada Rafa. Di saat-saat awal pemajanan, ibu Rafa saya dapati sesekali melakukan campur kode dan beralih kode dari bahasa Indonesia ke Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
60
bahasa Inggris ketika berinteraksi dengan Rafa; serta merta saya mengingatkan agar ia tidak melakukannya; dan akhirnya secara umum saya dapat mengklaim bahwa ibu Rafa dapat menaati ”kesepakatan” kami tersebut di atas. Penghilangan atau eliminasi masukan bahasa Inggris dari sang ibu ini saya anggap merupakan sebuah variabel kontrol penelitian ini.
3.2.2.2 Pengabaian Masukan Bahasa Inggris dari Media Pada siang hari, Rafa diasuh oleh Erna, pengasuh anak yang telah dijelaskan dalam Bab I. Seraya mengasuh Rafa dan melakukan pekerjaan lain yang diminta oleh istri saya, Erna tentunya, dengan sengaja ataupun tidak, sering menonton tayangan televisi. Hanya terdapat satu pesawat televisi di rumah kami; dan televisi itu hanya terhubung dengan saluran-saluran televisi yang dapat ditangkap secara bebas. Dengan kata lain, pesawat itu tidak terhubung dengan saluran-saluran khusus dan berbayar yang cenderung banyak menayangkan pelbagai program berbahasa Inggris. Berdasarkan pengakuannya, ketika menonton televisi, Erna hanya menonton tayangan berbahasa Indonesia; dan saya rasa pengakuan ini sangat dapat dipercaya karena kemampuan Erna untuk mencerap tayangan berbahasa Inggris sangat minim. Rafa, yang hampir selalu bersamanya di siang hari, tentunya secara tidak langsung terpajankan kepada tayangan televisi yang melulu berbahasa Indonesia itu. Terkadang Erna membiarkan Rafa menonton program televisi yang diminatinya, seperti ”Si Bolang”, ”Laptop Si Unyil”, dan ”Jalan Sesama.” Program-program itu pun merupakan program berbahasa Indonesia sehingga dapat dikatakan Rafa tidak mendapat masukan bahasa Inggris dari tanyangan program-program itu. Erna pernah melaporkan bahwa sebenarnya ada sebuah program di salah satu stasiun televisi yang berjudul ”Home-stay” dan bermuatan bahasa Inggris dan terkadang ia mempertontonkan program itu kepada Rafa. Terkait dengan laporan itu, saya merasa perlu mengutip langsung laporan Erna, yakni: ”Ah, paling yang didapet Rafa udah didapet dari Bapak.” Dengan demikian, dapat saya katakan bahwa walaupun Rafa terpajan kepada masukan bahasa Inggris dari program itu, porsinya dapat diabaikan. Hal serupa juga Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
61
dilaporkan istri saya; menurutnya, hanya ada satu program di sebuah stasiun televisi yang ditonton Rafa dan mengandung muatan bahasa Inggris, yakni program ”Dora Explorer”; dan itu pun tidak terlalu sering atau bukanlah yang menjadi kegiatan rutin Rafa. Sehingga dapat saya katakan bahwa pemajanan bahasa Inggris kepada Rafa melalui program itu porsinya dapat diabaikan. Terdapat satu hal lagi yang sebenarnya berpengaruh terhadap pemerolehan leksikon bahasa Inggris Rafa, namun pengaruh ini dapat saya abaikan. Hal itu adalah seringnya Rafa terpajan kepada lagu-lagu yang terdapat dalam sebuah cakra padat (CD) yang saya belikan untuknya di saat usianya sekitar satu tahun, yakni yang berjudul ”Phonics with Movements” terbitan Pelangi, Sdn. bhd., Johor Bahru, Malaysia. Walaupun telah dapat memproduksi beberapa satuan linguistis yang merupakan bagian dari syair dalam lagu-lagu itu, sata berinterpretasi bahwa gejala itu bukanlah gejala produksi bahasa, alih-alih merupakan gejala peniruan semata, sehingga masukan bahasa dari media itu dalam penelitian ini dapat saya abaikan. Selain itu, berdasarkan alasan yang serupa dengan di atas, saya juga mengabaikan masukan bahasa Inggris dari lagu-lagu yang ada dalam sebuah kaset berjudul ”Let’s Sing Happy Birthday” terbitan Form Private Limited, Singapura yang juga terkadang saya perdengarkan kepadanya.
3.2.3 Variabel Terikat Sebagaimana telah disebutkan dalam Bab I, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki perolehan butir leksikal bahasa Inggris Rafa. Di awal bab ini pun telah disebutkan bahwa saya berhipotesis bahwa sebagian besar butir leksikal yang dimasukkan ke dalam ranah-ranah semantis tersebut di atas telah diperoleh Rafa. Perolehan itu tentu berada pada tataran yang berbeda-beda: komprehensi, produksi terpancing, atau produksi spontan. Selain itu, saya juga berhipotesis bahwa ada sejumlah butir leksikal dari yang dimaksud di atas, karena pengaruh variabel-variabel tertentu belum diperoleh Rafa. Berdasarkan pedefinisian variabel terikat sebagai hal yang diukur untuk melihat dampak dari variabel bebas (Mackey dan Gass, 2005: 103) di atas, tataran-tataran perolehan yang dimaksud di Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
62
atas dapat dikatakan sebagai variabel-variabel terikat penelitian ini. Selain itu butir leksikal yang belum diperoleh Rafa pun menjadi sebuah variabel terikat. Berikut adalah uraian tentang variabel-variabel terikat itu.
3.2.3.1 Butir Leksikal yang Belum Diperoleh Yang dimaksud dengan butir leksikal yang belum diperoleh adalah butir leksikal yang saya asumsikan telah terpajankan kepada Rafa, namun, berdasarkan pengumpulan data serta berdasarkan catatan dan ingatan saya tidak/belum memiliki petunjuk bahwa butir leksikal itu telah diperolehnya.
3.2.3.2 Butir Leksikal yang Berada pada Tataran Komprehensi Yang dimaksud dengan butir leksikal yang berada pada tataran komprehensi adalah butir leksikal yang saya asumsikan telah terpajankan kepada Rafa dan berdasarkan pengumpulan data serta catatan dan ingatan saya terbukti telah dipahaminya; namun, belum ditemukan petunjuk bahwa butir leksikal itu telah berhasil dituturkan atau diproduksinya.
3.2.3.3 Butir Leksikal yang Berada pada Tataran Produksi Terpancing Yang dimaksud dengan butir leksikal yang berada pada tataran produksi terpancing adalah butir leksikal yang saya asumsikan telah terpajankan kepada Rafa dan berdasarkan pengumpulan data serta catatan dan ingatan saya terbukti telah dapat diproduksinya; namun, produksi itu merupakan respon dari upaya pemancingan (eliciting); butir leksikal itu umumnya merupakan tuturan bentuk linguistis dari butir leksikal Inggris yang tampaknya merupakan padanan yang diberikan Rafa bagi butir leksikal Indonesia yang dituturkan sebelumnya.
3.2.3.4 Butir Leksikal yang Berada pada Tataran Produksi Spontan. Yang dimaksud dengan butir leksikal yang berada pada tataran produksi spontan adalah butir leksikal yang saya asumsikan telah terpajankan kepada Rafa dan berdasarkan pengumpulan data serta catatan dan ingatan saya terbukti telah dapat Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
63
diproduksinya; dan produksi itu tidak membutuhkan upaya pemancingan, melainkan respon dalam bentuk linguistis dari butir leksikal Inggris yang dituturkan secara langsung atas stimulus yang diberikan mitra tutur. Tipe perolehan terakhir ini pun diperuntukkan tidak hanya bagi tururan spontan yang merupakan respon atas stimulus dimaksud di atas, tetapi juga tuturan spontan yang merupakan respon atas stimulus lainnya, yakni seperti respon atas stimulus yang dicerap oleh panca indra subyek penelitian; hal ini akan didiskusikan lebih lanjut dalam Bab Analisis Data.
3.3 Definisi Operasional Berikut adalah definisi sejumlah istilah selain yang telah dijelaskan dalam Bab II dan yang sangat terkait dengan topik penelitian ini dan sangat diperlukan dalam menganalisis data penelitian ini.
3.3.1 Bahasa Sang Ibu Bahasa Sang Ibu (BSI) adalah istilah yang digunakan Dardjowidjojo (2000: 48–49; 2005: 242) sebagai padanan istilah Child Directed Speech. Istilah yang juga sering disebut sebagai motherese, parentese, caretaker talk, atau baby talk ini didefinisikan Field (2006: 54) sebagai laras yang digunakan orang dewasa ketika berinteraksi dengan anak. Di dalam laras ini, orang tua atau orang dewasa menyederhanakan tuturan mereka dengan cara yang ajek ketika berbicara dengan anak. Senada dengan itu, Crystal (1993, 258) mendefinisikan motherese sebagai gaya atau laras tuturan yang digunakan ibu ketika berbicara dengan anaknya. Laras ini dikarakterisasi oleh ciri-ciri: kalimatnya pendek-pendek, wacana yang diluang-ulang, kosakatanya sederhana, dan intonasi yang ekspresif. Karena polapola serupa juga ditemukan dalam tuturan ayah, saudara kandung, dan orang lain yang terlibat dalam interaksi dengan anak, istilah yang lebih umum, yakni caregiver speech atau caretaker speech lebih sering digunakan. Ciri-ciri BSI yang tersebut di atas dan yang akan diuraikan di bawah ini saya jadikan landasan dalam proses pengumpulan data. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
64
Lebih jauh daripada yang diuraikan Crystal, Richards dan Gallaway (1999; dalam Spolsky, 1999: 219) menjelaskan bahwa dalam kebudayaan Barat, telah dilakukan pengamatan bahwa terdapat ciri-ciri khusus bagi tuturan orang dewasa yang berinteraksi dengan anak. Ciri-ciri itu berada pada tataran fonologis, semantis, gramatikal, dan konversasional sebagaimana dapat dilihat pada uraian di bawah ini. Karena yang saya pajankan kepada Rafa adalah bahasa Inggris, yakni sebuah unsur dari kebudayaan Barat. Proses pemajanan bahasa Inggris kepada Rafa pun memiliki ciri-ciri yang serupa dengan ciri-ciri tersebut di atas. Dalam proses pengumpulan data pun ciri-ciri itu terlihat; petunjuk untuk hal ini dapat dilihat dalam cuplikan-cuplikan percakapan pada lampiran tesis ini.
Ciri-ciri bunyi: percepatan tuturan yang lambat, ritme yang lebih bersifat umum, pengulangan pola-pola intonasi, pengucapan yang lebih jelas, terdapat jeda antartuturan, intonasi yang berlebihan, titi nada yang lebih tinggi, reduplikasi, dan gugus konsonan yang lebih sedikit.
Topik dan isi: tertuju pada objek dan peristiwa dalam lingkungan terdekat, adanya komentar yang sering diberikan terhadap apa yang sedang dilakukan anak, terdapat pengelolaan terhadap kegiatan dan perilaku anak, merupakan rutinitas sosial, merupakan permainan pemberian nama, dan terdapat rentangan kosa kata yang terbatas.
Gramatika: merupakan tuturan apik, nomina lebih cenderung digunakan alihalih pronomina persona, intensitas penggunaan sufiks yang kecil (contohnya dapat dilihat dalam penggunaan istilah-istilah kekerabatan keluarga), kata isi (content words) lebih banyak digunakan, pewatas (modifiers) lebih sedikit digunakan, tuturan lebih pendek, tuturan lebih berupa tuturan satu kata, kurangnya kerumitan penggunaan prefiks pada verba (preverb complexity), lebih banyak penggunaan kalimat interogatif dan imperatif, dan banyak terdapat kelewahan (redundancy);
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
65
Ciri-ciri konversasional: anak diperlakukan sebagai mitra tutur, bahkan pada tahap pralinguistis; makna dan maksud yang ingin disampaikan dikaitkan dengan dengan vokalisasi awal anak, model konversasional berupa kegiatan orang tua yang menjawab pertanyaan mereka sendiri, balasan atau sambutan (acknowledgement) yang dalam bahasa Inggris sering berupa mm atau uhuh, pengulangan atas tuturan sendiri, pengulangan sepenuhnya atau sebagian atau pengulangan yang diperlebar atas tuturan anak, tuturan yang mengulangi makna yang diberikan sang anak dalam bentuk sintaktis yang direvisi, tuturan yang memperlebar topik yang diberikan sang anak, pertukaran rutin dalam latar yang takasing (familiar). Mengenai BSI dalam kebudayan Indonesia, Syukri (2003) melakukan sebuah
penelitian yang berupa studi kasus yang bertujuan untuk memerikan dan menjelaskan karakteristik bahasa sang ibu (BSI) kepada anak usia satu, tiga, dan lima tahun dalam pemerolehan bahasa Indonesia yang dibandingkan dengan karakteristik BSI kepada anak dengan usia yang sama dalam pemerolehan bahasa Inggris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BSI penutur bahasa Indonesia, baik dari keluarga batih maupun dari keluarga luas, banyak menggunakan kalimat yang panjang-panjang, tidak tertata apik, dan tidak gramatikal. Hasil itu menurut Syukri sesuai dengan pendapat Chomsky (1965) mengenai sifat masukkan bahasa yang diterima anak. Dengan kata lain, hasil itu tidak mendukung motherese hyphothesis yang diasumsikan sebagai karakteristik tuturan orang dewasa penutur bahasa Inggris. Akan tetapi, dalam hal dominasi nomina dan keberlewahan dalam BSI, data yang ada mendukung motherese hyphothesis. Syukri menjelaskan lebih lanjut bahwa terjadi penyelarasan kompleksitas kalimat sesuai degan usia anak juga; dan ini mendukung fine-tuning hyphothesis. Namun, hal itu semata-mata untuk tujuan berkomunikasi, bukan untuk mengajarkan bahasa kepada anak. Sementara itu, ayah dan saudara kandung penutur BSI bahasa Indonesia tampak sangat responsif terhadap anak. Hasil itu berbeda dari temuan berbagai studi yang dilakukan pada penutur bahasa Inggris. Dengan Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
66
demikian, hasil penelitian Syukri dapat dikatakan tidak mendukung father bridge hyphothesis dan sibling bridge hyphothesis. Hal itu terkait erat dengan faktor budaya dalam masyarakat Timur dan masyarakat Barat serta konteks percakapan. Akan tetapi, terdapat kesamaan karakteristik dalam beberapa aspek tertentu yang diperoleh dalam BSI dari ibu, BSI dari ayah, dan BSI dari saudara kandung pada kedua bahasa menunjukkan keuniversalan karakteristik.
3.3.2 Peran Orang Tua dan Kebudayaan dalam Masukan Bahasa Pemerolehan bahasa anak, yang dalam penelitian ini adalah hasil dari proses pemerolehan, tentu sangat terpengaruh oleh masukan yang didapatnya. Dua faktor yang dapat dianggap sebagai yang utama adalah peran orang tua dan kebudayaan. Berikut adalah uraiannya.
3.3.2.1 Peran Orang Tua Di antara berbagai sumber yang menjadi masukan bagi anak, orang tualah yang masih dipercaya sebagai sumber masukan utama untuk dalam proses belajar kata anak usia prasekolah (Hamida 2009: 23). Pernyataan ini dapat dikaitkan dengan yang disampaikan Smilley & Huttenlocher (1995: 33), yakni kata-kata yang digunakan orang tua tercerminkan dalam makna yang diberikan anak terhadap kata. Di samping itu, tuturan orang tua terhadap anak cenderung terpusat pada gagasan sini dan kini dan terdiri atas sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar, kegiatan, dan keperluan anak (O’Grady et al., 1997: 462). Sebagai tambahan, Yule (2006: 150) menyatakan bahwa dalam kondisi normal, anak usia dini dalam proses pemerolehan bahasanya sangat terbantu oleh perilaku anak-anak yang lebih tua dan para orang dewasa yang ada di lingkungan rumah. Dengan demikian, bahwa orang tua yang biasanya merupakan makhluk sosial terdekat anak sangat berpengaruh besar terhadap masukan bahasa. Dengan kata lain, struktur keluarga dan siapa yang tinggal dalam sebuah keluarga juga mempengaruhi masukan bahasa bagi anak. Hal itu dapat dikaitkan dengan yang diutarakan Saville-Troike (2003: 216): keberadaan kakek dan nenek Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
67
dalam sebuah keluarga mempengaruhi tipe masukan bahasa, terutama dalam hal transmisi adat atau kebudayaan yang diberikan melalui cerita, kata-kata bijak, lagu, dan sajak anak-anak. Dengan demikian, masukan bahasa ternyata juga dipengaruhi oleh kebudayaan. 3.3.2.2 Peran Kebudayaan Salah satu hal utama yang harus diperhatikan sebagai hal yang berpengaruh terhadap masukan bahasa adalah kebudayaan. Kebudayaan yang berbeda dapat menghasilkan bentuk masukan bahasa yang berbeda pula. Ochs dan Schieffein (1995; dalam Hamida 2009: 26) menyatakan bahwa bentuk-bentuk masukan yang disosialisaikan oleh orang tua atau orang dewasa lainnya itu berbeda-beda antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan lainnya. Karena alasan budaya, terdapat beberapa butir leksikal bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang saya rasa tidak dapat diterjemahkan (untranslatable) ke dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, saya tetap menggunakan butir leksikal itu ketika berinteraksi dengan Rafa. Untuk butir leksikal bahasa daerah, sebagai contoh, alih-alih menggunakan butir leksikal Inggris aunt dan uncle, karena saya beretnis Minangkabau saya tetap menggunakan butir leksikal bahasa Minangkabau mak uwo untuk referen ’kakak perempuan ayah Rafa’ dan pak uwo untuk referen ’kakak laki-laki ayah Rafa’; karena saya adalah anak terakhir dalam keluarga saya, butir leksikal Minangkabau pak etek ’adik laki-laki ayah Rafa’ dan etek ’adik perempuan ayah Rafa’ tidak dipakai dalam istilah kekerabatan keluarga Rafa. Sementara itu, untuk referen ’kakak laki-laki ibu’ dan ’kakak perempuan ibu’ butir leksikal yang digunakan adalah pak de dan bu de karena ibu Rafa beretnis Jawa. Di samping itu, alih-alih menggunakan butir leksikal grandpa atau grandma saya dan ibu Rafa pun tetap menggunakan butir leksikal bahasa Jawa mbah untuk mengacu kepada referen ’orang tua, paman, bibi serta yang ”diorangtuakan” oleh ibu Rafa’; sedangkan untuk referen ’ayah dari ayah Rafa’ dan ’ibu dari ayah Rafa’ yang digunakan adalah butir leksikal bahasa Minangkabau dialek Maninjau nambo dan nenek. Untuk butir leksikal Indonesia, Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
68
saya bersikap bahwa tidak ada butir leksikal Inggris yang dapat menjadi padanan tepat bagi butir leksikal Indonesia salim. Oleh karena itu, alih-alih menggunakan shake hands, saya tetap menggunakan butir leksikal itu untuk merujuk kepada referen ’mencium tangan orang yang lebih tua’. Selain yang tersebut di atas, ada beberapa butir leksikal lain yang saya sikapi tidak perlu saya terjemahkan ke dalam bahasa Inggris karena alasan religius, seperti shalat, wudhu, dan sajadah. saya tidak menerjemahkan butir-butir leksikal itu ke dalam bahasa Inggris karena saya merasa makna ketiga butir leksikal itu tidak sepenuhnya dapat diwakili oleh butir leksikal Inggris pray, ablution, dan praying mat. Dalam hal ini terlihat adanya pengaruh agama sebagai salah satu unsur kebudayaan terhadap masukan bahasa. Sebagai solusi, saya melakukan strategi pemaduan satuan linguistis Inggris dan satuan linguistis Indonesia itu, sehingga dalam leksikon bahasa Inggris Rafa terdapatlah butir-butir leksikal yang khas seperti do shalat dan take wudhu.
3.3.3 Strategi Wacana Orang Tua De Hower (1996: 227) menegaskan bahwa para peneliti menyebutkan pelbagai pengaruh yang berhubungan dengan wacana pada proses pemerolehan kedwibahasaan. Selain itu, De Hower juga mengutip Romaine (1989) yang mengklaim bahwa dalam situasi kedwibahasaan “pola interaksi yang dapat mempengaruhi perkembangan struktur individu” dan “keajekan orang tua dalam pilihan bahasa” merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kedwibahasaan. Perkembangan kedwibahasaan Rafa tentunya juga dipengaruhi oleh strategi wacana orang tuanya, yakni saya dan ibunya, dalam praktik pemajanan bahasa Inggris kepadanya. Variabel kontrol Penghilangan Masukan Bahasa Inggris dari Sang Ibu dan variabel bebas Strategi Pemberian Sinonim antara Dua Bahasa yang telah diuraikan dalam bagian variabel di atas merupakan dua implementasi dari strategi wacana yang dilakukan orang tua Rafa.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
69
3.3.4 Analisis yang Keliru dalam Pemerolehan Leksikon Aitchison (2003:193) menjelaskan bahwa teori analisis yang keliru (wrong analysis theory) menyebutkan bahwa anak mulai memahami kata dari prototipe. dijelaskannya bahwa anak-anak tampaknya mempelajari makna kata dengan cara mengambil contoh tipikal atau ”prototipe” yang mereka analisis. Perbedaan antara bahasa anak dan orang dewasa terjadi karena cara anak menganalisis prototipe berbeda dari cara yang dilakukan orang dewasa. Aitchison mencontohkan, antara usia 1;4 dan 2;0, seorang anak yang bernama Eva menggunakan kata moon untuk mengacu tidak hanya kepada referen ’bulan’ tetapi juga kepada referen: ’irisan limau’, ’daun hijau yang berkilau’, ’tanduk sapi yang melengkung’, ’selembar kertas yang berbentuk bulan sabit’, dan ’gambar buah-buahan yang ada di dinding toko’. Hampir semua objek berbentuk bulan sabit, yang tampaknya bagi Eva merupakan sebuah peranti penting untuk hal-hal yang terkait dengan bulan atau moonhood. Teori ini tampaknya terkait dengan teori penggelembungan dan penciutan makna yang diuraikan dalam bagian berikut.
3.3.5 Penggelembungan dan Penciutan Makna Kosakata pertama anak sulit untuk diklasifikasi. Aitchison (2003: 191) menyatakan bahwa tidak mudah menentukan kosakata yang digunakan anak untuk menamai benda. Aitchison mencontohkan seorang anak berusia satu tahun yang bernama Ema mengujarkan hello ketika menyapa ayahnya, ketika bermain dengan telepon mainannya, dan ketika menunjuk gambar telepon di buku. Aitchison menjelaskan lebih lanjut bahwa secara superfisial, setidak-tidaknya, anak tampaknya memandang kata agak berbeda dibandingkan orang dewasa. Penciutan dan pengelembungan makna kedua-duanya terjadi dalam proses pemerolehan bahasa anak. Dengan kata lain, anak-anak kadang berasumsi bahwa sebuah kata mengacu kepada sebuah rentangan yang lebih sempit dari pada rentangan yang sebenarnya, akan tetapi di saat lain, mereka menjadikan sebuah nama atau labelisasi mencakup hal-hal lain. Berikut adalah uraian lebih lanjut tentang kedua gejala itu.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
70
3.3.5.1 Penggelembungan Makna Dalam pemerolehan bahasa, penggelembungan makna (overextention) didefinisikan Field (2006: 197) sebagai penggunaan sebuah butir leksikal oleh anak untuk mengacu kepada sebuah rentangan makna yang lebih luas daripada rentangan yang digunakan orang dewasa. Dicontohkannya, kata duck mungkin digelembungkan maknanya menjadi tipe-tipe unggas yang lebih beragam daripada makna yang diberikan orang dewasa bagi kata itu. Clark (1973; dalam Dromi, 1987: 40) menyatakan bahwa makna kata digelembungkan karena anak baru memiliki makna parsial atas kata; dan pengelembungan itu akhirnya akan menggiring mereka ke pemerolehan makna kata yang sebenarnya. 3.3.5.2 Penciutan Makna Kebalikan dari gejala penggelembungan makna adalah penciutan makna (underextention). Reich et al. (1976; dalam Lust, 2006: 231) mencontohkan bahwa kata Inggris roof hanya digunakan seorang anak untuk mengacu kepada ’atap yang mengerucut’ bukan kepada ’atap yang rata’. Menurut Field (2006: 198), walaupun terjadi, gejala ini lebih jarang muncul dibandingkan gejala penggelembungan makna.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Ancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa ancangan yang disesuaikan dengan rumusan masalah, tujuan, proses pengumpulan data, prosedur, dan analisis data. Berikut adalah uraian tentang ancangan-ancangan yang dimaksud. 4.1.1 Ancangan Kualitatif Penelitian ini berancangan kualitatif karena dilakukan berdasarkan pada data deskriptif yang didapatkan dari pengamatan atas perilaku manusia, yakni atas bahasa lisan subyek penelitian. Pemilihan ancangan itu saya kaitkan dengan penjabaran ciri-ciri penelitian kualitatif oleh Lincoln dan Guba (2000) sebagaimana dikutip Yuwono (2004: 53–4), yakni sebagai berikut:
berlatar ilmiah, yakni menggunakan konteks kegiatan manusia sebagai latar belakang ditemukannya sumber data, yakni seperti konteks kegiatan anak usia dini dalam berbahasa yang saya masuki untuk pemerolehan data;
dilaksanakan dan dikelola oleh manusia sebagai peneliti, bukan oleh alat (dalam penelitian ini saya bertindak sebagai pengumpul sekaligus penganalisis data);
memudahkan peneliti dalam menghadapi kenyataan ganda di lapangan; selain itu, alih-alih bersifat kuantitatif dengan statistik, metode yang yang digunakan dalam penelitian ini diwujudkan dalam teknik-teknik penelitian nonstatistis;
tidak membatasi titik tolak analisis; walaupun sebenarnya penelitian kualitatif umumya menggunakan analisis induktif (analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara induktif dan deduktif);
membangun teori yang berasal dari data (akan tetapi, dalam penelitian ini belum dilakukan penyusunan teori, alih-alih yang dilakukan adalah penentuan kesimpulan dan saran yang bertitik tolak dari analisis data);
menggunakan data yang bukan dalam bentuk angka, melainkan dalam bentuk kata atau ungkapan seperti yang dilakukan dalam penelitian ini; 71 Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
72
lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil penelitian (proses pengamatan memegang peranan penting untuk merangkaikan hubungan antarbagian dalam objek telaah, seperti proses pengamatan sejak pengumpulan data hingga analisis yang dilakukan dalam penelitian ini);
mempunyai batas yang ditentukan (dalam penelitian yang mengkaji perolehan leksikon bahasa Inggris anak Indonesia dwibahasawan ini ditentukan batasan tertentu, yakni segi sumber data dan pokok kajian);
menggunakan kriteria khusus untuk kesahihan data seperti kriteria yang digunakan untuk interpretasi data dalam penelitian ini;
menggunakan rancangan penelitian yang bersifat sementara (rancangan terusmenerus disesuaikan dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan). Tidak jauh berbeda dari yang diuraikan di atas, berikut adalah karakteristik
penelitian kualitatif yang diuraikan Mackey dan Gass (2005: 162 –164).
Tujuan penelitian kualitatif sering melibatkan syarat deskripsi yang terperinci dan teliti; hal ini berkebalikan dari kuantifikasi data melalui pengukuran, frekuensi, penilaian, dan angka.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengkaji individu dan peristiwa dalam latar alamiahnya. Dengan kata lain, alih-alih berupa upaya untuk mengawasi faktor-faktor kontekstual melalui penggunan laboratorium atau lingkungan buatan lainnya, penelitian kualitatif cenderung menyuguhkan sebuah gambaran holistik dan alamiah atas gejala sesuatu yang sedang dikaji.
Alih-alih menggunakan kelompok besar (yang biasanya dipilih secara acak), penelitian kualitatif cenderung melibatkan lebih sedikit partisipan dan tidak terlalu memperhatikan isu yang dapat digeneralisasi.
Penelitian kualitatif bertujuan menginterpretasikan gejala yang berkaitan dengan makna yang dilibati manusia. Perspektif emik dibedakan dari perspektif etik. Berdasarkan karakteristik ini, dalam penelitian ini makna satuan linguistis yang terkait dengan kebudayaan menjadi salah satu hal yang didiskusikan.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
73
Penelitian kualitatif berorientasi kepada proses dan bersifat terbuka. Penelitian berada pada jalur induktif yang dimulai dengan segelintir dugaan yang telah dipersepsikan yang kemudian diikuti proses pengerucutan yang dilakukan secara bertahap. Dengan demikian, penelitian kualitatif cenderung menggunakan ancangan yang bertujuan mengamati segala sesuatu yang ditemui di lapangan, dan memungkinkan pertanyaan lanjutan muncul dari konteks itu.
Pertanyaan penelitian cenderung bersifat umum dan terbuka. Hipotesis dapat timbul sebagai hasil dari penelitian, alih-alih ditetapkan pada tahap awal penelitian. Oleh karena itu, menurut Brown (2003) ”Salah satu kelebihan penelitian kualitatif adalah adanya potensi untuk membentuk hipotesishipotesis baru.”
4.1.2 Ancangan Longitudinal Selain berancangan kualitatif, penelitian ini juga berancangan longitudinal. Magnusson (1991: xv) mendefinisikan penelitian longitudinal sebagai sebuah langkah utama untuk mengetahui perkembangan makhluk hidup secara mendasar dan sahih (fundamental and valid). Dipaparkan lebih lanjut oleh Magnusson bahwa ancangan longitudinal mengimplikasikan pengumpulan data dari subyek penelitian yang sama dalam kurun waktu tertentu. Karena saya tidak dapat menemukan batasan yang jelas tentang yang dimaksud dengan kurun waktu tertentu, saya berinterpretasi bahwa kurun waktu pengumpulan data penelitian ini, yang berlangusung selama satu bulan lebih, dapat dikatakan sebagai kurun waktu penelitian longitudinal. Hal utama lainnya dalam penelitian longitudinal adalah peneliti dituntut untuk melakukan penelitian secara tepat dan saksama. Hal penting lain terkait ancangan longitudinal disampaikan oleh McDaniel et al. (1996: 7); dinyatakan bahwa rentangan usia anak yang akan direkam dan lamanya kajian longitudinal harus ditentukan dengan berdasar pada pertanyaan atau masalah penelitian. Mackey dan Gass (2005: 111) juga menjelaskan penelitian bahasa yang berancangan longitudinal sebagai penelitian yang mengukur perkembangan bahasa sampel penelitian dalam kurun waktu tertentu. LarsenUniversitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
74
Freeman dan Long (1991; dalam Duff, 2008: 41) menyatakan bahwa ancangan longitudinal dengan mudah dapat dikarakterisasi setidak-tidaknya oleh tiga atribut paradigma kualitatif, yakni naturalistik karena menggunakan tuturan spontan, berorientasi proses karena berlangsung dalam kurun waktu tertentu, dan tidak dapat digeneralisasi karena menggunakan subyek penelitian yang berjumlah kecil. Selain itu, Larsen-Freeman dan Long menyatakan bahwa kajian longitudinal sering disebut sebagai studi kasus dalam penelitian bahasa. Dalam bagian di bawah ini diuraikan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan studi kasus.
4.1.3 Ancangan Studi Kasus Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus karena tujuan penelitian ini sesuai dengan yang dijelaskan Mackey (2005: 171) sebagai tujuan dari sebuah studi kasus dalam penelitian bahasa, yakni memberikan gambaran yang menyeluruh atas pemelajaran atau penggunaan bahasa oleh populasi khusus dengan latar yang khusus pula. Studi kasus, dijelaskan lebih lanjut oleh Mackey, cenderung memberikan gambaran yang terperinci atas pemelajar bahasa dengan berlatar proses pemelajarannya (dalam hal ini berlatar pemerolehan bahasa subyek penelitian); dan biasanya diasosiasikan dengan ancangan longitudinal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupalan sebuah studi kasus longitudinal. Duff (2008: 40) menjelaskan bahwa studi kasus longitudinal adalah penelitian yang mengkaji perkembangan dan performansi bahasa subyek penelitian dalam kurun waktu tertentu dan diharapkan dapat menghasilkan pengamatan ganda atau rangkaian data ganda. Kurun waktu penelitian, dijelaskan Duff, bergantung pada jumlah partisipan atau ukuran sampel penelitian dan beberapa faktor terkait lainnya. Pernyataan Duff ini juga yang saya jadikan pedoman dalam menentukan bahwa kurun waktu penelitian ini dapat dikatakan sebagai kurun waktu penelitian longitudinal. Selain itu, Duff (2008: 43–4) memaparkan bahwa studi kasus memiliki sejumlah karakteristik yang membuatnya menarik. Di antaranya adalah, jika dilakukan dengan baik, penelitian ini akan memiliki tingkat kualitas analisis yang tinggi dan memiliki analisis yang mendalam karena penelitian ini Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
75
terpusatkan pada perilaku seorang individu seperti yang saya lakukan dalam penelitian ini atau sejumlah kecil kelompok individu. Di samping itu, kasus yang didapati dalam penelitian dapat memunculkan hipotesis baru atau model yang kemudian hari dapat diuji kebenarannya dengan menggunakan rancangan penelitian yang sama maupun rancangan yang lain.
4.1.4 Ancangan Pengamatan Terkontrol Anderson (1998: 24) menyatakan bahwa salah satu faktor utama dalam penelitian eksperimental dalah kontrol yang dilakukan terhadap kesilapan. Walaupun bukan merupakan penelitian eksperimental, penelitian ini juga berpedoman kepada beberapa prinsip penelitian eksperimental sehingga penelitian ini bersifat terkontrol. Karakterisitik penelitian tersebut terakhir dapat dikaitkan dengan istilah pengamatan terkontrol yang dijelaskan Bennet-Kastor (1988; dalam Hamida 2009), yakni pengamatan yang diharapkan bisa memberikan informasi adanya sebab akibat melalui manipulasi yang dilakukan oleh peneliti atas variabel bebas. Dalam penelitian bahasa anak, ancangan ini menurut Bernett-Kastor memiliki beberapa keunggulan dibandingkan ancangan naturalistik, yakni: (1) peneliti bisa mengontrol macam materi yang harus ditanggapi oleh anak; (2) ancangan ini bisa menghasilkan data yang pada ancangan naturalistik kemunculannya harus ditunggu selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan; (3) hasil kajian eksperimental bisa menjadi sumber pembuktian untuk hipotesishipotesis yang dibuat berdasarkan informasi yang andal; dan (4) kajian eksperimental dapat dilakukan pada subyek-subyek pada kelompok umur yang sama maupun lintas usia. Keputusan untuk juga berpedoman kepada prinsip penelitian eksperimental tersebut di atas didasarkan pada yang disampaikan Gleason (1998:354), yakni: penelitian longitudinal dapat bersifat observasional atau eksperimental. Dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam penelitian observasional, peneliti mencoba untuk tidak mempengaruhi penggunaan bahasa anak yang terjadi secara natural. Namun, Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
76
prinsip tersebut terakhir bukanlah yang utama dalam penelitian ini; alih-alih, yang dilakukan berprinsip pada kajian pengamatan terkontrol. Akan tetapi, bila pengamatan terkontrol biasanya dilakukan di laboratorium, pengamatan dalam penelitian ini tidak. Dengan demikian, saya ingin mengaskan bahwa prinsip-prinsip dalam penelitian ini adalah yang diambil dari keempat ancangan tersebut di atas dan beberapa prinsip yang ada dalam penelitian eksperimental.
4.2 Subyek Penelitian dan Latar Belakang Orang Tua Siapa sebenarnya subyek penelitian ini dan siapa sebenarnya kedua orang tuanya perlu dijelaskan. Subyek Penelitian adalah seorang anak laki-laki yang bernama Putera Rafa Syamsuar dengan Rafa sebagai nama panggilan, Ia dilahirkan di Rumah Sakit Atang Sendjaja Bogor pada tanggal 23 Desember 2006 melalui operasi Sectio Caesaria dari seorang ibu yang bernama Rusi Susilawaty yang bersuami Fauzi Syamsuar, yang tidak lain adalah yang melakukan penelitian ini. Rafa lahir dalam keadaan normal, baik secara fisik maupun mental. Berat badannya ketika lahir adalah 3,0 kg dan panjang badannya 49 cm. Ibu Rafa lahir di Medan pada tanggal 7 Mei 1970. Ia terlahir sebagai anak ketiga, memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang kakak perempuan. Pada saat berusia empat tahun, keluarga Rusi pindah ke Jakarta. Namun, mereka tinggal di Jakarta hanya untuk beberapa bulan karena pada tahun yang sama mereka pindah ke Klaten, tempat kedua orang tua Rusi berasal. Ibu Rusi meninggal dunia pada tahun 1975; dan sejak saat itu sampai ayahnya menikah lagi pada tahun 1978 (dan pada tahun 1979 Rusi mendapat seorang adik laki-laki hasil dari pernikahan kedua ayahnya itu), yang mengasuh Rusi hanya sang ayah dan kedua kakaknya. Rusi tidak mengenyam pendidikan prasekolah dan langsung memulai pendidikan di sebuah SD di perdesaan Klaten pada tahun 1977. Di SD, ia sempat tidak naik kelas; ia harus berada di kelas 2 sebanyak dua kali. Menurut pengakuannya, salah satu faktor kegagalan itu adalah kendala bahasa. Dengan kata lain, karena lahir di Medan dan orang tuanya yang berasal dari Jawa tidak secara intensif memajankan bahasa Jawa kepada Rusi, saat itu ia belum terlalu menguasai bahasa Jawa yang Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
77
menjadi bahasa pengantar di SD tempatnya belajar. Rusi menamatkan SD-nya pada tahun 1984 dan melanjutkan sekolah ke SMP Kanisius di Dlanggu, Klaten. Setelah menamatkan SMP-nya pada tahun 1987, ia melanjutkan studinya ke yayasan pendidikan yang sama namun di lokasi yang berbeda, yakni ke SMA Kanisius Klaten. Rusi tidak langsung melajutkan studi ke perguruan tinggi setelah menamatkan SMA-nya pada tahun 1990. Baru pada tahun 1991 ia melanjutkan studi ke Akademi Bahasa Asing Tujuhbelas Agustus Semarang dan mengambil jurusan D3 Manajemen Perkantoran; ia menamatkannya pada tahun 1995. Setelah tamat kuliah Rusi sempat menganggur; dan pada tahun 1996 ia pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Akhirnya, ia mendapatkan pekerjaan di sebuah kantor notaris di daerah Bogor pada tahun 1997 dan bekerja di kantor itu sebagai karyawan yang mengurusi perihal administrasi sampai saat ini; dan akhirnya ia menikah dengan saya pada tanggal 14 Januari 2006. Kedua orang tua saya berasal dari sebuah nagari di tepian danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Sebagaimana yang banyak dilakukan orang Minangkabau, kedua orang tua saya merantau, yakni ke Bandar Lampung pada tahun 1961, sehingga saya dilahirkan di kota itu tanggal 17 Mei 1972 sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayah saya meninggal dunia pada tanggal 30 November 1976, yakni ketika saya masih berusia empat tahun. Menurut pengamatan kakak-kakak saya, walaupun keluarga kami tinggal di daerah yang bukan merupakan daerah guyub tutur bahasa Minangkabau, ayah dan ibu kami saat itu selalu berinteraksi satu dengan yang lain dengan menggunakan bahasa Minangkabau; dan ketika beinteraksi dengan anak-anak mereka, orang tua kami menggunakan bahasa Indonesia dialek setempat dan sangat sering beralih kode ke bahasa Minangkabau. Setelah ayah saya meninggal dunia, ibu saya tetap melanjutkan praktik alih kodenya ketika beinteraksi kepada anak-anaknya, termasuk kepada saya tentunya. Ibu saya, atas permohonan saya, tinggal bersama saya di Bogor sejak tahun 2003 sampai akhirnya beliau tutup usia di Rumah Sakit Salak Bogor pada tanggal 21 Mei 2006, yakni ketika Rafa baru berusia dua bulan dalam kandungan ibunya. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
78
Sama seperti istri saya, saya tidak mengenyam pendidikan prasekolah. Saya mulai bersekolah di sebuah SD di Bandar Lampung pada tahun 1979 dan melanjutkan ke SLTP di kota yang sama pada tahun 1985. Pada tahun 1988 saya pindah ke Jakarta dan melanjutkan studi ke SMA Negeri 68 Jakarta dan tinggal bersama kakak saya yang tertua. Kami hanya tinggal berdua di sebuah rumah kontrakan sederhana (yang kini lebih populer dengan sebutan rumah petak) di Klender, yakni daerah yang saat itu masih dianggap daerah pinggiran Jakarta dan kini tampaknya tidak lagi dianggap demikian; kami tinggal di sana sampai saya lulus SMA pada tahun 1991. Saya gagal ketika mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 1991 dan mengulanginya pada tahun 1992; dan akhirnya diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Malang (saat itu masih bernama IKIP MALANG). Walaupun menamatkan kuliah pada tahun 1998, sebenarnya saya telah mulai aktif mengajar kelas-kelas privat bahasa Inggris dan mengajar di kursus-kursus bahasa Inggris jauh sebelum itu. Setelah lulus kuliah saya sempat ”melanglang ke sana ke sini” dalam rangka mencari pekerjaan yang saya anggap cocok bagi saya. Sejak tahun 2000 sampai saat ini, saya aktif mengajar bahasa Inggris di sebuah cabang kursus bahasa terkemuka di Indonesia, yakni International Language Programs (ILP) cabang Bogor. Selain itu, saya juga mengajar matakuliah bahasa Inggris di STIE Kesatuan Bogor sejak awal 2008 sampai saat ini. Di samping, itu sejak pertengahan tahun 2008, saya mulai mengajar beberapa matakuliah linguistik di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Ibn Khaldun Bogor. Rafa adalah anak pertama dari dua anak kami; ia memiliki adik perempuan yang bernama Zahra Syafa Syamsuar yang lahir di Bogor pada tanggal 10 Juni 2009. Rafa bersifat: periang, banyak bergerak dan berbicara, sedikit pemarah, sedikit pemalu, tidak terlalu cepat akrab dengan orang yang baru dikenalnya, dan cerdas; dan ia saya curigai memiliki bakat bahasa yang cukup tinggi. Mengenai pola asuh, sebagaimana telah dijelaskan di bab I, di siang hari, yakni ketika saya mengajar dan Ibu Rafa berada di tempat kerjanya, Rafa diasuh oleh seorang pengasuh yang juga telah dijelaskan dalam Bab I. Walaupun kuantitas pertemuan kami Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
79
dengan anak-anak kami tidak dapat dikatakan sering, saya mengklaim bahwa perhatian yang kami berikan kepada mereka, terutama kepada Rafa, berkualitas. Klaim itu berdasarkan indikator bahwa kualitas hubungan emosional Rafa dengan kami jauh lebih baik dibandingkan kualitas hubungan emosional Rafa dengan orang dewasa sekitarnya, terutama jika dibandingkan dengan hubungan emosional Rafa dengan pengasuh anak yang dimaksud di atas. Pada saat proses pengumpulan data dimulai, yakni pada tanggal 7 Oktober 2009, Rafa telah berusia 2;9,2 (dua tahun; sembilan bulan, dua minggu). Dalam proses itu, alhamdulillah, Rafa secara umum berada dalam kondisi sehat dan berperilaku sangat kooperatif. Dengan demikian, saya dapat mengatakan bahwa tidak terdapat kendala yang berarti dalam proses pengumpulan data. 4.3 Metode Pengukuran Komprehensi dan Produksi Bahasa sebagai Dasar Konstruksi Alat Ukur Alat ukur yang digunakan adalah yang dirancang sesuai dengan kebutuhan pengumpulan data. Selain itu, alat ukur dikonstruksi berdasarkan aspek yang akan diukur: produksi dan komprehensi. Untuk keperluan perancangan alat ukur, saya memperhatikan beberapa metode yang ditawarakan Lust (2006: 132–136) yang sangat berkaitan dengan proses pengukuran produksi bahasa subyek penelitian ini. Berikut uraian beberapa metode itu. 4.3.1 Sampling Tuturan Alamiah Sampling tuturan alamiah (natural speech sampling) adalah metode terkemuka tentang kajian pengetahuan bahasa anak dan mencakup kajian mengenai produksi bahasa anak melalui perekaman dan transkripsi tuturan alamiah. Analisis sistematis dalam metode ini dapat mengukur bentuk gramatikal tuturan dan konteks yang di dalamnya tuturan itu ditemukan. Metode ini pun dapat mengoptimalkan kemungkinan peneliti untuk mendapatkan sistem gramatikal anak pada kurun waktu tertentu. Akan tetapi, walaupun dapat memberikan sumber yang kaya akan petunjuk tentang pengetahuan bahasa anak, metode ini sebenarnya memiliki keterbatasan. Konstruksi khusus tertentu mungkin tidak muncul dalam Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
80
sampel yang didapatkan. Hal ini bisa terjadi karena konteks pragmatis atau kognitif yang ada dalam situasi yang ada tidak memotivasi mereka untuk memproduksi struktur itu. Metode ini bukanlah metode utama yang digunakan untuk pemerolehan data. Namun, karena penelitian ini menganut prinsip penelitian longitudinal yang dapat bersifat observasional, untuk pemerolehan data bagi butir leksikal tertentu metode sampling tuturan alamiah ini tetap saya jadikan acuan.
4.3.2. Produksi Terpancing Produksi terpancing (elicited production) adalah salah satu metode penelitian eksperimental; metode ini dapat memancing produksi satuan linguistis dengan menggunakan cara yang membantu peneliti mencapai aspek pengetahuan linguistis tertentu, dan melakukannya dalam cara terkontrol. Dalam metode ini, pelaku eksperimen mencoba memberi anak konteks yang terbakukan yang akan memotivasi anak dalam memproduksi kalimat yang diinginkan peneliti, yakni dengan mencoba memprovokasi anak untuk memberi respon dengan menggunakan pertanyaan terbalik (inverted question) (Thornton, 1996 dalam Lust 2006: 133). Karena penelitian ini juga menggunakan prinsip-prinsip yang ditawarkan dalam penelitian eksperimental, metode ini juga dipakai dalam proses pemerolehan data. Selain itu, terkait dengan gagasan provokasi di atas, dalam proses pengumpulan data, saya sebagai pengumpul data menjadi provokator dalam hampir setiap peristiwa tutur antara saya dan subyek penelitian. Sama dengan sampling tuturan alamiah, metode ini juga dapat memberikan contoh yang melimpah atas kemampuan anak untuk membangun struktur bahasa. Ada sebuah prosedur dalam produksi terpancing yang memberikan struktur awal yang dari padanya anak dapat ”digiring” kepada bentuk tertentu yang sedang dilakukan peneliti; yakni yang disebut prosedur cloze (Potts et al. 1979; dalam Lust 2006: 133). Dalam prosedur ini, anak diminta untuk melengkapi kalimat (dengan dibantu dengan keberadaan konteks atau keberadaan gambar) yang diberikan peneliti. Prinsip-prinsip tersebut di atas juga saya pakai untuk mengukur produksi bahasa subyek penelitian ini. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
81
4.3.3 Peniruan Terpancing Peniruan terpancing (elicited imitation) adalah metode yang merupakan tugas yang meminta anak menirukan sebuah atau serangkaian kalimat yang telah dirancang khusus dan telah dikontrol untuk menguji struktur tertentu atau operasi dan prinsip yang menggarisbawahi kalimat-kalimat itu. Dalam hal ini, peneliti mengetahui struktur yang akan diproduksi anak, menganalisis reproduksi yang dilakukan anak dalam rangka menyesuaikan atau membedakan tuturannya dengan struktur bahasa orang dewasa, dan mengaitkannya dengan teori struktur linguistis agar dapat membuat kesimpulan mengenai pandangan atau teori yang dimiliki anak tentang bahasa. Karena pengamatan atas peniruan tidak termasuk dalam ruang lingkup penelitian ini, prinsip dalam metode ini tidak saya perhatikan walaupun teknik peniruan ternyata sempat dilakukan dalam pengumpulan data.
4.3.4 Pengukuran Komprehensi Walaupun pelbagai metode produksi terpancing juga mencakup pengukuran komprehensi pada tataran tertentu, metode itu tidak memberikan bukti langsung mengenai aspek tertentu dari penafsiran kalimat. Sebagai contoh, jika kita ingin membuktikan bagaimana anak menafsirkan pronomina ”she” atau ”herself”, kita membutuhkan pengujian yang lebih langsung untuk menguji komprehensi. Ada dua metode terkait pengamatan komprehensi. Pertama adalah tugas menunjuk atau bertindak (point/act out task), yakni metode yang berguna karena kesederhanaannya dan kualitasnya yang serupa permainan. Sebuah kalimat yang dirancang agar dapat digunakan untuk meminta anak menunjuk objek tertentu atau bertindak berdasarkan stimulus dari kalimat itu. Kalimat stimulus serupa kalimat itu dapat juga digunakan dalam metode produksi agar dapat memberikan petunjuk. Kedua adalah tugas menyatakan nilai yang sesungguhnya (true value judgment task), yakni metode yang digunakan untuk pengukuran komprehensi yang mengharuskan anak memediasi pengetahuan mereka melalui tindakan; beberapa pengujian komprehensi didapati menurunkan jumlah dan tipe prilaku nyata yang diperlukan. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
82
Dalam tugas ini, peneliti melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Upaya lain dalam tugas ini adalah dengan menyediakan gambar yang memperlihatkan sebuah kegiatan tertentu, dan anak dapat dengan mudah diminta untuk menentukan apakah hal itu merupakan sebuah interpretasi bagi kata atau ungkapan tertentu.
4.4 Konstruksi Alat Ukur Penelitian Dalam Bab III telah disebutkan bahwa terdapat sejumlah butir leksikal yang diasumsikan telah terpajankan kepada Rafa. Kemudian, dihipotesiskan bahwa sebagian besar dari butir leksikal itu telah diperoleh Rafa, baik pada tataran komprehensi, produksi terpancing, maupun produksi spontan. Selain itu, diasumsikan bahwa sebagian dari butir leksikal itu, karena pengaruh variabel-variabel tertentu, mungkin belum diperoleh Rafa. Terkait dengan itu, diperlukan alat ukur yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesis-hipotesis itu. Berikut adalah konstruksi alat ukur dimaksud; dan butir-butir leksikal dimaksud dapat dilihat dalam lapiran tesis ini. Tabel 1 ALAT UKUR PEROLEHAN LEKSIKON BAHASA INGGRIS PUTERA RAFA SYAMSUAR Tipe Pemerolehan
Keterangan
Produksi Spontan
Produksi Terpancing
Komprehensi
Belum Diperoleh
Ranah Semantis
Butir Leksikal
Pada Tataran
Orang & Yang Terkait dengan Ranah Ini Binatang & Yang Terkait dengan Ranah Ini Kendaraan & Yang Terkait dengan Ranah Ini Anggota Tubuh Kesehatan, Penyakit, & Rasa Nyeri Pakaian Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
83
Mainan & Yang Terkait dengan Ranah Ini Catatan: Butir leksikal mainan yang merupakan kendaraan dan tidak termasuk dalam ranah ini dimasukkan ke dalam ranah kendaraan.
Bagian Rumah Peralatan Rumah Tangga & Benda Yang Ada di Dalam Rumah Benda yang Terkait dengan Kegiatan Belajar Makanan & Minuman Perlengkapan Makan Buah-buahan & Sayuran Perlengkapan Mandi Perlengkapan Bayi & Yang Terkait dengan Bayi Keadaan Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Lain Gerakan & Posisi Cara Tempat Umum & Yang terkait dengan Ranah Ini Benda di Luar Rumah Benda Alam & Keadaan Alam Lain-lain
4.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan dan pengelolaan data diatur sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan pelaksanaan penelitian. Proses diawali dengan pengumpulan data, dan kemudian dilanjutkan dengan reduksi data dan pengamatan data dalam waktu yang bersamaan. Selanjutnya, diadakan interpretasi. Interpretasi data tidak sertamerta menghentikan proses pengelolaan data karena perlu diadakan verifikasi yang memerlukan pengamatan dan reduksi data kembali. Data yang digunakan adalah yang didapat dari dua sumber. Sumber pertama adalah yang didapat dari perekaman atas tuturan subyek penelitian dalam kurun waktu satu bulan lebih, yakni sejak tanggal 7 Oktober sampai 7 November 2009. Perekaman tidak dijadwalkan karena harus disesuaikan dengan kesiapan mental dan kesiapan fisik Rafa sebagai subyek penelitian dan juga saya sebagai pengumpul data. Perekaman dilakukan berkali-kali di tempat yang berbeda-beda. Perekaman yang dilakukan berkali-kali dan beragamnya tempat perekaman memang disengaja agar data yang diperoleh lebih representatif; dan hal ini tentu terkait dengan kesahihan dan keterandalan data. Berikut adalah uraian tanggal dan tempat perekaman. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
84
Tanggal 7 Oktober; dilakukan di dalam rumah, yakni di kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur.
Tanggal 19 Oktober; dilakukan berulang-ulang di tempat yang berbeda-beda: (1) dalam perjalanan mengelilingi kompleks perumahan dengan berjalan kaki, (2) dalam perjalanan dari rumah menuju kampus Univ. Ibn Khaldun (UIKA) bersepeda motor, (3) di kampus UIKA: di tempat parkir, ruang dosen, toilet, dan perpustakaan, (4) di Toserba Yogya, Plaza Indah Bogor, dan (5) dalam perjalanan pulang dari UIKA bersepeda motor.
Tanggal 26 Oktober; dilakukan berulang-ulang di tempat yang berbeda-beda: (1) di stasiun Cilebut saat saya dan Rafa menunggu KRL yang akan membawa kami ke kampus UI Depok, (2) di atas KRL dari stasiun Cilebut menuju stasiun UI, (3) di kampus Fakultas Psikologi UI, (4) di stasiun UI saat saya dan Rafa menunggu KRL yang akan membawa kami pulang ke Cilebut, dan (5) di atas KRL dari stasiun UI menuju stasiun Cilebut.
Tanggal 31 Oktober; dilakukan berulang-ulang di dua tempat yang berbeda: (1) di rumah dan (2) di sekitar kompleks perumahan.
Tanggal 1 November; dilakukan berulang-ulang di dua tempat yang berbeda: (1) di rumah dan (2) di sekitar kompleks perumahan.
Tanggal 2 November; dilakukan berulang-ulang di tempat yang berbeda-beda: (1) dalam perjalanan dari rumah menuju warung internet bersepeda motor, (2) di sebuah warung internet, (3) di depan sebuah apotek yang juga terdapat tempat praktik seorang dokter yang berada di sebelah warung internet tersebut di atas, (4) dalam perjalan pulang dari warung internet dengan bersepeda motor, dan (5) di rumah.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
85
Tanggal 5 November; dilakukan berulang-ulang di tempat yang berbeda-beda: (1) di tempat pangkas rambut, (2) dalam perjalanan menuju Hypermart Bogor menumpang kendaraan umum (3) di Hypermart Bogor, dan (4) dalam perjalanan pulang dari Hypermart Bogor.
Tanggal 6 November; dilakukan berulang-ulang di tempat yang berbeda-beda: (1) di rumah, (2) di sekitar kompleks perumahan, (3) dalam perjalanan dari rumah menuju kampus UIKA bersepeda motor, (4) di kampus FKIP UIKA, di tempat parkir, ruang dosen, toilet, dan perpustakaan, dan (5) dalam perjalan pulang dari UIKA,
Tanggal 7 November; dilakukan berulang-ulang, namun hanya di rumah. Sumber data yang kedua adalah yang didapat dari pencatatan serta ingatan
atas pengamatan tuturan subyek penelitian selama kurun waktu perekaman dan waktu yang tidak terlalu terpaut jauh dengan kurun waktu itu.
4.6 Alat Bantu Penelitian Dalam pengumpulan, reduksi, pengelolaan, dan analisis data, alat bantu penelitian yang saya gunakan adalah sebagai berikut: (1) sebuah alat perekam digital stereo bermerek Sanyo dengan type ICR-B170NX yang digunakan untuk merekam tuturan subyek penelitian, dan (2) sebuah personal computer dengan spesifikasi Intel Pentium 4 1,8 ghz. yang memiliki program Windows Media Player yang digunakan untuk mereduksi, mengelola, dan menganalisis data.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
86
4.7 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara merekam percakapan antara saya sebagai pengumpul data dan subyek penelitian. Karena sampling tuturan alamiah bukanlah metode utama yang dipakai dalam proses pengumpulan data, melainkan merupakan salah satu metode saja, sebagaimana telah disebut dalam bagian Metode Pengukuran di atas, saya yang menjadi mitra tutur subyek penelitian dalam hampir semua peristiwa tutur yang direkam merupakan provokator (provoker) yang memberi stimulus atau pertanyaan. Strategi ini bertujuan agar subyek penelitian dapat menuturkan respon atau jawaban yang ingin didapatkan. Sesuai dengan yang telah disebutkan dalam bagian Metode Pengukuran di atas, berdasarkan kenyataan di lapangan, metode yang saya pakai ternyata memang merupakan penggabungan dari semua metode yang ditawarkan Lust (2006). Setelah data mentah didapat, data direduksi. Reduksi data dilakukan dengan cara memenggal-menggal percakapan sehingga diperoleh cuplikan-cuplikan percakapan yang di dalamnya terdapat petunjuk yang digunakan untuk menginterpretasi tipe perolehan butir leksikal yang terkandung di dalamnya. Untuk mempermudah proses analisis, terutama yang terkait dengan analisis bunyi bahasa, sebagian besar tuturan subyek penelitian saya traskripsikan ke dalam transkripsi fonetis. Dengan berpedoman kepada bunyi-bunyi bahasa yang dijelaskan dalam Wells dan House (1995:), Fromkin dan Rodman (1998), serta Alwi et al. (1998), berikut adalah simbol-simbol bagi bunyi utama yang saya asumsikan terdapat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Tabel 2 Simbol bagi Bunyi Vokal Depan
Tengah
tegang
kendur
Tinggi
i
ɪ
Sedang
e
ɛ
Rendah
tegang
ɜ
æ
Belakang
kendur
tegang
kendur
u
ʊ
ə
o
ɔ
ʌ
ɑ
ɒ
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
87
Table 3 Simbol bagi Bunyi Konsonan Bilabial
Hambat
Nasal
Labiodental
Dental
Pascaalveolar
Alveolar
p b
t d
m
n
C
Velar
J
k ɡ
ň
ŋ
r
Getar
Uvular
Glotal
?
R tʃ dʒ
Afrikat
Frikatif
Palatal
f v
θ ð
ʃ ʒ
s z
Lateral
Semivokal
x
h
l
ɹ
y
w
Kemudian, cuplikan-cuplikan percakapan tersebut di atas dikelola, yakni dengan cara memasukkannya ke dalam tabel alat ukur sesuai dengan butir leksikal yang terkandung di dalamnya; lalu berdasarkan petunjuk yang didapat dari cuplikan percakapan, tipe perolehan tiap-tiap butir leksikal diinterpretasi. Dengan demikian, setiap kali sebuah cuplikan di masukkan ke dalam tabel alat ukur dan butir leksikal yang ada di dalamnya diinterpretasi tipe perolehannya, semakin berkurang butir leksikal yang harus ditelusuri; dan kemudian perekaman untuk mendapatkan petunjuk bagi interpretasi tipe perolehan butir leksikal yang belum tertelusuri dilanjutkan. Perekaman terus dilakukan berulang-ulang sehingga semakin banyak petunjuk yang didapat. Pada umumya sebuah cuplikan percakapan mengandung satu butir leksikal. Namun, terdapat beberapa cuplikan percakapan yang ternyata mengandung lebih dari satu butir leksikal. Oleh karena itu, cuplikan tunggal itu digunakan sebagai petunjuk bagi penentuan tipe perolehan beberapa butir leksikal yang ada Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
88
di dalamnya. Kebalikannya, ada beberapa butir leksikal yang ternyata memiliki beberapa pentunjuk yang digunakan untuk mengeinterpretasi tipe perolehannya yang diperoleh dari beberapa cuplikan percakapan. Cuplikan-cuplikan percakapan itu dimasukkan ke dalam tabel alat ukur untuk memperkuat alasan interpretasi tipe perolehan butir leksikal dimaksud. Pada saat pengumpulan data, ternyata terdapat butir-butir leksikal yang sebenarnya telah terpajankan kepada subyek penelitian namun belum disiapkan dan belum terdapat dalam tabel alat ukur penelitian. Berdasarkan pada prinsip bahwa penelitian kualitatif memudahkan peneliti dalam menghadapi kenyataan ganda di lapangan, walaupun belum disiapkan, butir leksikal itu disisipkan ke dalam tabel alat ukur. Untuk membedakan butir leksikal yang dimaksud dengan butir leksikal yang telah disiapkan sebelumnya, butir-butir leksikal sisipan itu dicetak tebal sebagaimana dapat dilihat dalam lampiran tesis ini. Strategi inipun saya lakukan berdasarkan prinsip bahwa penelitian kualitatif menggunakan rancangan penelitian yang bersifat sementara; dengan kata lain, rancangan terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Akhirnya, pada batas waktu yang telah ditentukan perekaman dihentikan karena penelitian ini menetapkan batas kurun waktu penelitian. Alasan lain adalah analisis data harus segera dimulai. Analisis dikhawatirkan tidak akan terfokus bila batas kurun waktu perekaman tidak ditentukan. Analisis data dilakukan dengan prinsip dan teknik-teknik tertentu yang akan dijelaskan dalam bagian Teknik Analsis Data.
4.8 Kesahihan dan Keterandalan Data Shaughnessy et al. (2006: 334) menyatakan bahwa bias dari pengumpul data dalam proses pengumpulan data dapat mengakibatkan kekeliruan interpretasi hasil penelitian yang bersifat studi kasus. Hasil penelitian ini memang bergantung pada intrpretasi yang saya berikan sebagai peneliti terhadap data yang diperoleh dalam pengamatan berpartisipasi. Oleh karena itu, sangat perlu didiskusikan kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability) data yang digunakan. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
89
Hardy (2004: 23) menyatakan bahwa kesahihan berkaitan dengan dengan isu apakah sebuah variabel benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Terkait dengan itu, Mackey (2005: 106–7) pun mengutarakan bahwa harus diyakinkan bahwa hasil penelitian mencerminkan kesahihan data. Untuk itu, saya mengaitkan metode pengukuran dalam penelitian ini dengan yang dijelaskan Mackey sebagai kesahihan isi. Kesahihan isi (content validity) mengacu kepada keterwakilan pengukuran yang terkait dengan gejala yang diteliti. Dalam penelitian ini, yang diukur adalah tipe perolehan tiap-tiap butir leksikal yang didapat dari proses pengumpulan. Saya ingin mengatakan bahwa data penelitian ini sahih. Klaim itu saya dasarkan pada kenyataan bahwa untuk menginterpretasi tipe perolehan tiap-tiap butir leksikal saya selalu merujuk kepada petunjuk yang di dapat dari cuplikan percakapan antara saya sebagai pengumpul data dan subyek penelitian serta catatan dan ingatan saya mengenai tuturan subyek penelitian. Selain itu, sebagaimana sempat disinggung pada bagian Metode Pengumpulan Data, Perekaman yang dilakukan berkali-kali dan beragamnya tempat perekaman menjadikan data lebih representatif dan lebih sahih. Di samping kesahihan, ada sebuah syarat lain yang juga penting untuk didiskusikan terkait metode pengukuran, yakni keterandalan data. Lincoln dan Guba (1999: 399) menyatakan bahwa keterandalan bersinonim dengan: kebergantungan (dependability), kestabilan (stability), keajekan (consistency), kemungkinan (predictability), dan ketepatan (accuracy). Lebih sempit daripada itu, Hardy (2004: 22–3), sebagaimana juga Mackey (2005: 128), menyatakan bahwa keterandalan berkaitan dengan keajekan sebuah variabel. Dari proses pengumpulan data, saya laporkan bahwa terdapat banyak petunjuk bahwa metode pengukuran ini bersifat andal. Petunjuk itu dapat dilihat dalam sejumlah cuplikan yang di dalamnya terdapat butir leksikal yang sama. Sebagaimana telah disebutkan dalam bagian Teknik Pengumpulan Data, beberapa cuplikan percakapan yang dimaksud dimasukkan ke dalam tabel alat ukur untuk memperkuat alasan interpretasi butir leksikal dimaksud ke dalam sebuah tipe Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
90
perolehan tertentu. Dengan kata lain, beberapa cuplikan itu dijadikan petunjuk bahwa data dalam penelitian ini dapat diandalkan. Cuplikan-cuplikan yang di dalamnya terdapat butir leksikal children berikut adalah salah satu contohnya.; dan sejumlah cuplikan lainnya dapat dilihat dalam lampiran tesis ini. R: Koq gak ada? F: What are you looking for? R: [ə::ciRən] 1 Nov. saat saya menemani Rafa bermain sepeda dan melintasi tempat anak-anak biasanya nongkrong F: Who are playing on the swing? R: [ana?anak?ana?] F: In English, please. R: [ə::ciRən] F: Okay. 19 Okt. saat saya dan Rafa melihat anak-anak sedang bermain di sebuah ayunan
Akan tetapi, ada sejumlah cuplikan percakapan yang di dalamnya terdapat butir leksikal yang sama, namun petunjuk-petunjuk yang didapat dari beberapa cuplikan itu malah menunjukkan ketidakajekan tipe perolehan, ini berbeda dari contoh upaya interpretasi tipe pemerolehan butir leksikal children di atas. Contohnya dapat dilihat dalam cuplikan-cuplikan percakapan yang digunakan untuk intepretasi butir leksikal me berikut. F: Do you want me to help you? R: Eh hm F: What should I do? R: [bapa?:ep:ep:epyu] F: Hm not help you. R: [ep:ep:epmi:] F: So what should I do for you? R: [bapa?:ep:ep:epmi:] 7 Okt. saat saya menemani Rafa bermain sepeda di luar rumah F: Do you want me to hold you? How do you say it? R: [pa?:o?mi:] 31 Okt. saat Rafa meminta saya untuk menggendongnya di rumah F: Does it belong to Ibu or belong to me? R: [tumi:] 6 Nov, saat saya menanyai Rafa siapa yang memiliki cangkir yang sedang saya pegang
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
91
Harus saya pertegas bahwa gejala itu bukan merupakan petunjuk bahwa data tidak dapat diandalkan. Gejala itu memang merupakan salah satu gejala yang ada dalam proses pemerolehan leksikon, yakni ketidakajekan pemberian makna oleh anak kepada label yang merujuk kepada sebuah referen tertentu. Gejala itu adalah salah satu temuan penelitian ini dan akan dibahas dalam Bab Analisis Data.
4.9 Teknik Analisis Data Setelah pengumpulan data dihentikan, analisis data dimulai. Yang dimaksud dengan data adalah daftar butir leksikal beserta interpretasi tipe perolehan tiaptiap butir leksikal. Sebagaimana telah disebut di atas, interpretasi itu didasarkan pada petunjuk yang didapat dari cuplikan-cuplikan percakapan. Untuk butir-butir leksikal yang ternyata tidak memiliki atau belum mendapatkan petunjuk, saya mencoba membuka catatatan saya atau mengingat-ingat peristiwa tutur antara saya dan subyek penelitian yang tidak sempat terekam dalam kurun waktu perekaman atau waktu yang terpaut tidak terlalu jauh dengan kurun waktu perekaman (sebelumnya maupun sesudahnya). Berdasarkan petunjuk yang diperoleh dari catatan atau ingatan itu, tipe perolehan butir-butir leksikal yang dimaksud diinterpretasi. Bila ternyata saya tidak memiliki catatan tentang butir leksikal itu dan saya tidak yakin bahwa butir leksikal itu telah diperoleh, maka butir leksikal dimaksud dimasukkan ke dalam kategori yang belum diperoleh. Dalam lampiran tesis ini, untuk butir leksikal tertentu terdapat lebih dari satu tanda contreng; yang dipakai untuk memarkahi interpretasi tipe perolehan adalah tanda contreng yang dicetak lebih besar; dengan kata lain, tanda contreng yang dicetak lebih kecil diabaikan. Selanjutnya, setelah semua butir leksikal tersebut di atas selesai diinterpretasi, dilakukan rekapitulasi butir-butir leksikal berdasarkan ranah semantisnya dan tipe-tipe pemerolehannya. Hasil dari rekapitulasi itu digunakan untuk melakukan uji hipotesis penelitian. Uji hipotesis ini dilakukan untuk membuktikan apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
92
Kemudian, dengan berlandaskan teori-teori yang telah diuraikan dalam Bab II dan Bab III, data dianalisis. Analisis data dimulai dengan menjelaskan hambatan yang ditemukan dalam menginterpretasi tipe pemerolehan butir-butir leksikal ternentu. Setelah itu, data dianalisis dengan menggunakan beberapa sudut pandang aspek-aspek dalam linguistis, yakni sudut pandang fonetis-fonologis, morfologis, sintaktis dan semantis. Di samping itu, diuraikan hasil penelitian yang terkait dengan variabel-variabel bebas yang telah ditetapkan dan dianggap sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penelitian.
4.10 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam satu semester (semester gasal 2009–2010); dan berikut adalah matriks jadwal penelitian ini. Tabel 4 Jadwal Penelitian Bulan:
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Minggu ke:
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
x x x x
x x x x
Pemilihan Topik
x x
Penyusunan Usulan Penelitian
x x x x x
Seminar Usulan Penelitian Kajian Kepustakaan
x x
x
x x x x
Pengumpulan Data Pengelolaan Data
x x x x x x x x x
Analisis Data Penulisan
x x
x x x x x x x x x
x x
x x x x
x x
Seminar Pratesis
x
Penyuntingan
x x
Ujian dan Pengumpulan Tesis
x x
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
BAB V ANALISIS DATA
5.0 Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan hasil dan temuan penelitian ini. Hasil dan temuan itu juga merupakan jawaban atas pertanyaan dari rumusan masalah penelitian ini. Pembuktian atas hipotesis-hipotesis penelitian yang dinyatakan dalam Bab III juga dijelaskan dalam bab ini. 5.1. Rekapitulasi Hasil Interpretasi Data dan Uji Hipotesis Penelitian Dalam Bab III dihipotesiskan bahwa sejumlah butir leksikal yang diasumsikan telah terpajankan kepada Rafa dan telah digolong-golongkan ke dalam pelbagai ranah semantis sebagian besar telah diperoleh Rafa. Perolehan itu diasumsikan berada pada tataran yang berbeda-beda: komprehensi, produksi terpancing, atau produksi spontan. Selain itu, dihipotesiskan bahwa ada beberapa dari butir leksikal dimaksud, karena penagruh variabel-variabel tertentu, belum diperoleh Rafa. Berdasarkan petunjuk yang diperoleh dari data, saya telah menginterpretasi bahwa sebagian besar butir-butir leksikal itu telah diperoleh Rafa pada tatarantataran yang dimaksud. Cuplikan-cuplikan percakapan yang mengandung petunjuk bahwa butir leksikal itu berada pada tataran dimaksud, tanggal, tempat, serta situasi ketika peristiwa tutur terjadi dapat dilihat pada lampiran tesis ini. Berikut adalah butir-butir leksikal yang dimaksud.
5.1.1 Butir Leksikal pada Tataran Produksi Spontan Sejumlah butir leksikal telah diperoleh Rafa pada tataran produksi spontan. Berikut adalah butir-butir leksikal dimaksud yang dikelompokkan berdasarkan ranah semantisnya:
orang dan yang terkait dengan ranah ini (11 butir leksikal): baby boy doctor friend
girl sister someone speaker
student woman pass-away
93 Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
94
binatang dan yang terkait dengan ranah ini (12 butir leksikal): buffalo butterfly dog fish
vitamin
pants
sandals
fire-crackers football guitar
piano swing clown
door
stairs
bagian rumah (3 butir leksikal): back yard
mouth
mainan dan yang terkait dengan mainan (9 butir leksikal): ball basket donut
foot
pakaian (3 butir leksikal): cap
taxi tricycle truck leave railway shelter ticket
kesehatan, penyakit, dan rasa nyeri (2 butir leksikal): bleeding
helicopter jeep locomotive motorcycle police car public car pick-up car
anggota tubuh (3 butir leksikal): eye
snake aquarium die cage
kendaraan dan yang terkait dengan ranah ini (21 butir leksikal): ambulance box van boat bus, bus way car excavator
lizard monkey rabbit sheep
peralatan rumah tangga & benda yang ada di dalam rumah (21 butir leksikal): air conditioner bed blanket box cabinet candle CD player
cell-phone fan gas key lamp mattress rubbish
saw table telephone tissue TV umbrella water tap Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
95
benda yang terkait dengan kegiatan belajar (3 butir leksikal): book
laptop
makanan dan minuman (8 butir leksikal): bread cake cookies
computer
drink juice milk
nugget water
perlengkapan makan Belum ada butir leksikal yang dapat saya laporkan termasuk dalam ranah ini dan berada pada tataran produksi spontan.
buah-buahan dan sayuran (1 butir leksikal): banana
perlengkapan mandi (1 butir leksikal): cotton buds
perlengkapan bayi dan yang terkait dengan bayi (3 butir leksikal): baby carriage
little
take s.o somewhere take wudhu
teach
crawl creambath get aside
swim wait
kegiatan lain (8 butir leksikal): call ’menelepon’ close cook
closed good
kegiatan sehari-hari (5 butir leksikal): take a shower take a walk
face down
keadaan (5 butir leksikal): again careful
hair lotion
gerakan dan posisi (5 butir leksikal): at a place corner
in out
the top of smth
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
96
cara Belum ada butir leksikal yang dapat saya laporkan termasuk dalam ranah ini dan berada pada tataran produksi spontan.
tempat umum dan yang terkait dengan ranah ini (16 butir leksikal): building hospital internet center library mall miniature park
tunnel water tank
wind mill
benda alam dan keadaan alam (15 butir leksikal): canal cloud crescent moon flower fire
University of Indonesia money escalator lift
benda di luar rumah (5 butir leksikal): parabolic aerial tower
minimarket mosque office planetarium supermarket swimming pool
lake leaf moon rain river
sand smoke star tree water fall
lain-lain (15 butir leksikal): o artikel
: the,
o pronomina
: my, it, they,
o interjeksi
: excuse me, no, yes, okay, wow
o pewatas
: other,
o penamaan bahasa
: Javanese,
o tempat yang tidak digolongkan ke dalam ranah tempat umum o ungkapan lain
: block ’lingkungan perumahan’, home, : I don’t know.
Untuk lebih jelas, persebaran perolehan butir leksikal yang diuraikan di atas dapat dilihat dalam grafik berikut. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
97
Grafik 1
Butir Leksikal pada Tataran Produksi Spontan 25 21
21
20 16
15
15 11
14
12
10
9
8
8 5 5
5
3
2
3
3
3
5
3 0
0
5
1 1
0
1
orang & yang terkait dengan ranah ini
binatang & yang terkait dengan ranah ini
kendaraan & yang terkait dengan ranah ini
anggota tubuh
kesehatan, penyakit & rasa nyeri
pakaian
mainan & yang terkait dengan mainan
bagian rumah
peralatan rumah tangga & benda yang ada di dalam rumah
benda yang terkait dengan kegiatan belajar
makanan & minuman
perlengkapan makan
buah-buahan & sayuran
perlengkapan mandi
perlengkapan bayi & yang terkait dengan bayi
keadaan
kegiatan sehari-hari
kegiatan lain
gerakan & posisi
cara
tempat umum & yang terkait dengan ranah ini
benda di luar rumah
benda alam & keadaan alam
lain-lain
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
98
5.1.2 Butir Leksikal pada Tataran Produksi Terpancing Sejumlah butir leksikal telah diperoleh Rafa pada tataran produksi terpancing. Berikut adalah butir-butir leksikal dimaksud yang dikelompokkan berdasarkan ranah semantisnya:
orang dan yang terkait dengan ranah ini (4 butir leksikal): children man
binatang dan yang terkait dengan ranah ini (9 butir leksikal): bird cat chicken
fire engine microlet ship train
brake wheel
hand
kesehatan, penyakit, dan rasa nyeri (2 butir leksikal): cough
mosquito spider turtle
anggota tubuh (2 butir leksikal): back
crocodile dolphin frog
kendaraan dan yang terkait dengan ranah ini (10 butir leksikal): aeroplane bicycle bread-selling carriage cable car
mother president
medicine
pakaian (1 butir leksikal): shoes
mainan dan yang terkait dengan ranah ini (1 butir leksikal): motoGP
bagian rumah (4 butir leksikal): house kitchen
toilet window
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
99
peralatan rumah tangga dan benda yang ada di dalam rumah (7 butir leksikal): bolster cable clock
hammer pillow rubbish bin
screw driver
benda yang terkait dengan kegiatan belajar (1 butir leksikal): bag;
makanan dan minuman (7 butir leksikal): chili sauce chocolate ice cream
meal meat balls noodle
soy sauce
perlengkapan makan Belum ada butir leksikal yang dapat saya laporkan termasuk dalam ranah ini dan berada pada tataran produksi terpancing.
buah-buahan dan sayuran: Belum ada butir leksikal yang dapat saya laporkan termasuk dalam ranah ini dan telah berada pada tataran produksi terpancing.
perlengkapan mandi (1 butir leksikal): toothbrush
perlengkapan bayi dan yang terkait dengan bayi (1 butir leksikal): diaper
keadaan (20 butir leksikal): all-gone already angry air-conditioned awake big broken
dark dirty empty enough expensive fall off hot ’panas’
hot ’pedas’ off open smelly wrapped yummy
kegiatan sehari-hari (8 butir leksikal): go home go to sleep have meal
hold someone have someone’s hair cut observe the river
jog sleep
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
100
kegiatan lain (12 butir leksikal): cry fall, give massage help
(train) station cashier
bridge
flag
benda alam dan keadaan alam (9 butir leksikal): drizzle fountain mountain
properly
benda di luar rumah (3 butir leksikal): aerial
that side
tempat umum dan yang terkait dengan ranah ini (4 butir leksikal): gas station school house
down
cara (2 butir leksikal): as well
stop take in take out wash
gerakan dan posisi (3 butir leksikal): at the front
kiss open sit smoke
pond sky stone
sun water earthquake
lain-lain (9 butir leksikal): o artikel
: some,
o pronomina
: me,
o preposisi
: with,
o interjeksi
: c’mon, sorry, thank you, you’re welcome,
o pronomina pengganti
: one,
o pewatas
: many.
Untuk lebih jelas, persebaran perolehan butir leksikal yang diuraikan di atas dapat dilihat dalam grafik berikut. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
101
Grafik 2
Butir Leksikal pada Tataran Produksi Terpancing 20 20 18 16 14
12
12 9
10
10 7
8 6
4
4
7
4 2
2
2
1
1
9
8
3 1
0
0
0
1
1
4 2
9
3
1
orang & yang terkait dengan ranah ini
binatang & yang terkait dengan ranah ini
kendaraan & yang terkait dengan ranah ini
anggota tubuh
kesehatan, penyakit & rasa nyeri
pakaian
mainan & yang terkait dengan mainan
bagian rumah
peralatan rumah tangga & benda yang ada di dalam rumah
benda yang terkait dengan kegiatan belajar
makanan & minuman
perlengkapan makan
buah-buahan & sayuran
perlengkapan mandi
perlengkapan bayi & yang terkait dengan bayi
keadaan
kegiatan sehari-hari
kegiatan lain
gerakan & posisi
cara
tempat umum & yang terkait dengan ranah ini
benda di luar rumah
benda alam & keadaan alam
lain-lain
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
102
5.1.3 Butir Leksikal Pada Tataran Komprehensi Sejumlah butir leksikal telah diperoleh Rafa pada tataran komprehensi. Berikut adalah butir-butir leksikal dimaksud yang dikelompokkan berdasarkan ranah semantisnya:
orang dan yang terkait dengan ranah ini (4 butir leksikal): brother father
binatang dan yang terkait dengan ranah ini (2 butir leksikal): animal
sneeze
vomit
jacket
socks
mainan dan yang terkait dengan mainan (6 butir leksikal): balloon ball-pool
hair nose
pakaian (3 butir leksikal): belt
helmet
kesehatan, penyakit, dan rasa nyeri (3 butir leksikal): hurt
vehicle arrive
anggota tubuh (4 butir leksikal): ear forehead
burry
kendaraan dan yang terkait dengan ranah ini (5 butir leksikal): bread-selling car cement-mixer
people name
basket ball bathing pool
toy battery
bagian rumah (1 butir leksikal): room
peralatan rumah tangga dan benda yang ada di dalam rumah (3 butir leksikal): CD
remote control
picture
benda yang terkait dengan kegiatan belajar: Belum ada butir leksikal yang dapat saya laporkan termasuk dalam ranah ini dan berada pada tataran komprehensi.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
103
makanan dan minuman (6 butir leksikal): chicken coffee
donut egg
sandwich tea
perlengkapan makan: Belum ada butir leksikal yang dapat saya laporkan termasuk dalam ranah ini dan berada pada tataran komprehensi.
buah-buahan dan sayuran: Belum ada butir leksikal yang dapat saya laporkan termasuk dalam ranah ini dan berada pada tataran komprehensi.
perlengkapan mandi (1 butir leksikal): soap
perlengkapan bayi dan yang terkait dengan bayi (1 butir leksikal): spittle
keadaan (18 butir leksikal): afraid alone belong to better clean give up
silent sleepy tall want wet wrong
kegiatan sehari-hari (15 butir leksikal): brush someone’s teeth do shalat drink eat get dressed
have know like naughty on pregnant
hold put on someone’s shoes take a bath take a pee take someone’s shoes off
trim turn something off turn something on wake up watch TV
kegiatan lain (42 butir leksikal): ask ask for permission borrow bu call ’memanggil” call ’menamai’ check clap hands climb come, come across do drive fly
give go hit look for pick up play pull put something back read reply ride push say bye sell
sing sit down see stand up step stretch take tell throw use visit, watch someone’s step wear work
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
104
gerakan dan posisi (10 butir leksikal): around behind below in front of
in the middle inside over here over there
through this side
cara (1 butir leksikal): slowly
tempat umum dan yang terkait dengan ranah ini: Belum ada butir leksikal yang dapat saya laporkan termasuk dalam ranah ini dan berada pada tataran komprehensi.
benda di luar rumah (1 butir leksikal): loud speaker
benda alam dan keadaan alam (3 butir leksikal): full moon
sea
cloud
lain-lain (37 butir leksikal): o artikel
: another, that, this,
o ponomina
: he, his, I, she, her (objective), we, our, us, them, you (subjective), you (objective), your, yours;
o adverbia
: now
o kata tanya
: how, how many, what, where, which one, who, whose, why
o verba bantu
: can
o preposisi
: after, for,
o konjungsi
: because, or,
o vokatif
: dear
o pewatas
: the other,
o pemarkah negatif : not, o
penamaan bahasa : English, Indonesian,
o ungkapan lain
: program, sound.
Untuk lebih jelas, persebaran perolehan butir leksikal yang diuraikan di atas dapat dilihat dalam grafik berikut. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
105
Grafik 3
Butir Leksikal pada Tataran Komprehensi
45
42
40
37
35 30 25 18
20
15
15
10
10 5
4
5 2
4
6 3 3
6 1
3 0
0
0 0
1 1
1
0
1
3
1
orang & yang terkait dengan ranah ini
binatang & yang terkait dengan ranah ini
kendaraan & yang terkait dengan ranah ini
anggota tubuh
kesehatan, penyakit & rasa nyeri
pakaian
mainan & yang terkait dengan mainan
bagian rumah
peralatan rumah tangga & benda yang ada di dalam rumah
benda yang terkait dengan kegiatan belajar
makanan & minuman
perlengkapan makan
buah-buahan & sayuran
perlengkapan mandi
perlengkapan bayi & yang terkait dengan bayi
keadaan
kegiatan sehari-hari
kegiatan lain
gerakan & posisi
cara
tempat umum & yang terkait dengan ranah ini
benda di luar rumah
benda alam & keadaan alam
lain-lain
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
106
5.1.4. Rekapitulasi Butir Leksikal berdasarkan Ranah Semantisnya Berdasarkan pengelompokkan butir-butir leksikal yang didasarkan pada tipe pemerolehannya yang disebutkan dalam tiga subbagian di atas ini, berikut adalah rekapitulasi jumlah butir leksikal berdasarkan ranah semantisnya
Jumlah
Produksi Terpancing
orang & yang terkait dengan ranah ini binatang & yang terkait dengan ranah ini kendaraan & yang terkait dengan ranah ini anggota tubuh kesehatan, penyakit & rasa nyeri pakaian mainan & yang terkait dengan mainan bagian rumah peralatan rumah tangga & benda yang ada di dalam rumah benda yang terkait dengan kegiatan belajar makanan & minuman perlengkapan makan buah-buahan & sayuran perlengkapan mandi perlengkapan bayi & yang terkait dengan bayi keadaan kegiatan sehari-hari kegiatan lain gerakan & posisi cara tempat umum & yang terkait dengan ranah ini benda di luar rumah benda alam & keadaan alam lain-lain
Produksi Spontan
Ranah Semantis
Komprehensi
Jumlah Butir leksikal Pada Tataran
Jumlah
Tabel 5 Rekapitulasi Butir Leksikal berdasarkan Ranah Sematisnya
11 12 21 3 2 3 9 3 21 3 8 0 1 1 3 5 5 8 5 0 16 5 15 14
4 9 10 2 2 1 1 4 7 1 7 0 0 1 1 20 8 12 3 2 4 3 9 9
4 2 5 4 3 3 6 1 3 0 6 0 0 1 1 18 15 42 10 1 0 1 3 37
19 23 36 9 7 7 16 8 31 4 21 0 1 3 5 43 28 62 18 3 20 9 27 60
174
120
166
460
Untuk lebih jelas, rekapitulasi perolehan butir leksikal dimaksud dapat dilihat dalam dua grafik di bawah ini. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
107
Grafik 4
Rekapitulasi Butir Leksikal berdasarkan Ranah Semantisnya 70 60 50
18
5 30 20 10 0
37
42
40
2 4 4
10
9 21
b
3
7
c
4 3 3 2 2 1 3 2 3 d e
f
6 1
21
g h
i
1 9 4 3
9 9
16 3 1 10 8 1 1 5 5 8 5 12 3 0 01 11 3 0 j k l m n o p q r s t u
1 15 14 3 5
7
a. orang & yang terkait dengan ranah ini b. binatang & yang terkait dengan ranah ini c. kendaraan & yang terkait dengan ranah Ini d. anggota tubuh e. kesehatan, penyakit, dan rasa nyeri f. pakaian g. mainan & yang terkait dengan mainan h. bagian rumah i. peralatan rumah tangga & benda yang ada di dalam rumah j. benda yang terkait dengan kegiatan belajar k. makanan dan minuman l. perlengkapan makan.
pada Tataran Produksi Spontan
15
0 4
6
11 12 a
3
20 8
12 10
v w x
m. buah-buahan dan sayuran n. perlengkapan mandi o. perlengkapan bayi & yang terkait dengan bayi p. keadaan q. kegiatan sehari-hari r. kegiatan lain s. gerakan dan posisi t. cara u. empat umum dan yang terkait dengan ranah ini v. benda si luar rumah w. benda alam & keadaan alam x. lain-lain
pada Tataran Produksi Terpancing
pada Tataran Komprehensi
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
108
Grafik 5. Butir Leksikal yang Telah Diperoleh pada Tataran Produksi Spontan: 174 (37,8%)
pada Tataran Komprehensi: 166 (36,1%)
pada Tataran Produksi Terpancing: 120 (26,1 %)
5.1.5. Uji Hipotesis Penelitian Berdasarkan rekapitulasi yang diuraikan di atas, saya laporkan bahwa saat Rafa berusia sekitar 2;10, setidak-tidaknya ia telah memperoleh 460 butir leksikal bahasa Inggris. Yang berada pada tataran produksi spontan berjumlah 174; yang berada pada tataran produksi terpancing berjumlah 120; dan yang berada pada tataran komprehensi berjumlah 166. Selain itu, terdapat 107 butir leksikal, yang sebelum upaya pengumpulan data saya asumsikan telah terpajankan kepada Rafa, ternyata belum memiliki petunjuk bahwa telah diperolehnya, baik pada tataran produksi spontan, produksi terpancing, maupun komprehensi; belum diperolehnya butir-butir leksikal dimaksud saya asumsikan sebagai pengaruh variabel-variabel tertentu. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini diterima. Kesimpulan ini berdasarkan pada hasil rekapitulasi interpretasi data, yakni: dari 567 butir leksikal, yang merupakan (a) butir leksikal yang sebelumnya telah dipersiapkan untuk ditelusuri dan (b) butir leksikal yang belum dipersiapkan namun ditemukan dalam proses pengumpulan data, sebagian besar (460) telah diperoleh Rafa dan sebagian lagi (107) belum diperolehnya. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
109
5.2. Hambatan dalam Interpretasi Tipe Perolehan Butir Leksikal Ditemukan hambatan dalam interpretasi tipe perolehan butir leksikal tertentu. Hambatan itu beragam dan keragaman itu dapat dilihat dalam uraian berikut. 5.2.1 Pengacauan Makna Butir Leksikal Dalam dua cuplikan pertama di bawah ini terdapat petunjuk bahwa Rafa telah memperoleh butir leksikal where dan why. Namun, dalam cuplikan terakhir diperoleh petunjuk bahwa Rafa masih mengacaukan makna kedua butir leksikal itu. Dalam cuplikan dimaksud didapat petunjuk bahwa ia merespon pertanyaan saya dengan memproduksi butir leksikal Indonesia di sini sebagai padanan butir leksikal Inggris here yang seharusnya merupakan respon bagi stimulus pertanyaan Inggris yang menggunakan butir leksikal where ketika saya menanyakan mengapa abangnya mengubur kucing kami Kumbang. Kemudian, ia baru dapat menjawab bahwa abangnya melakukan itu karena Kumbang mati ketika saya memancingya dengan penghubung kalimat because. F: Where is your bajaj? R: [Ini] 7 Okt. saat bermain di rumah F: What are you going to wear, Rafa? R: Baju koko. F: Why are you wearing baju koko? Why R: Mau ke mesjid 6 Nov. saat saya dan Rafa bersiap-siap akan berangkat ke masjid untuk shalat Jumat F: Why did Abang Adri bury Kumbang? R: Di sini. F: Why? Because Kumbang ….. R: [dayid] F: Kubang died? Oh… Hm hm R: Mati, ketabrak mobil. 19 Okt. di tempat Kumbang kucing kesayangan kami dikubur
Contoh lain pengacauan makna dapat dilihat dalam pemaknaan butir leksikal ship dan boat. Dalam cuplikan berikut didapat petunjuk bahwa Rafa mengacaukan makna kedua butir leksikal itu. Namun, akhirnya saya berhasil melakukan perbaikan atau koreksi.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
110
F: What can you see at sea, Rafa? R: Kapal F: In English, please. R: [bout] F: That’s the smaller. The bigger one? R: [bout] F: No. Boat is small. R: [cIp] 7 Nov. saat saya dan Rafa menonton TV dan melihat tayangan tentang kapal laut
Masih terdapat beberapa gejala serupa itu, yakni pengacaun makna sebuah butir leksikal dengan makna sebuah butir leksikal lainnya. Untuk lebih jelas, petunjuk untuk itu dapat dilihat pada cuplikan-cuplikan percakapan yang mengandung gejala itu yang ada dalam lampiran tesis ini. Berikut adalah pasangan butirbutir leksikal dimaksud: father
&
mother
wake up
&
awake
take out
&
take in
sleep
&
go to sleep
rain
&
drizzle
fountain
&
water fall
face
&
feet
tunnel
&
bridge
bicycle
&
tricycle
5.2.2 Peniruan Terdapat gejala peniruan dalam proses pengumpulan data. Sebagai contoh, untuk butir leksikal burial, saya belum dapat mengatakan bahwa butir leksikal itu telah diperoleh; alih-alih saya ingin mengatakan bahwa pada saat butir leksikal ini ditelusuri (sebagaimana dapat dilihat dalam cuplikan di bawah ini) butir leksikal ini belum diperoleh Rafa. Namun, terjadi gejala menarik, yakni Rafa telah dapat menuturkan butir leksikal ini dengan tuturan yang mirip dengan tuturan orang dewasa. Akan tetapi, gejala ini saya interpretasikan sebagai gejala peniruan sehingga saya tidak ingin gegabah untuk meginterpretasikan bahwa butir leksikal ini telah diperoleh Rafa. Dengan kata lain, butir leksikal ini saya interpretasikan sebagai yang belum diperolehnya.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
111
F: What place, this one? Do you still remember what place is it? This one? R: (diam) F: Burial, right? R: [beriəl] F: Whose burial is it? R: Yang Kumbang mati, anak-anaknya pada lihat. F: Whose burial is it? R: Kumbang. F: Kumbang? Okay, who buried kumbang here? R: [ə::adəRi:] F: Who? Hm? R: [adəRi:] F: Abang Adri? R: Hm.
19 Okt. di tempat kucing kami Kumbang dikubur
Petunjuk bagi contoh-contoh lain dari gejala peniruan dapat dilihat pada cuplikancuplikan yang mengandung butir leksikal: gun
camera
plate
Bila dianalisis dari sudut pandang sintaktis, gejala peniruan yang dilakukan Rafa tidak hanya terjadi pada tataran kata atau frasa. Gejala ini saya tengarai juga terjadi pada tataran klausa karena saya telah beberapa kali mendapati Rafa memproduksi tuturan klausa [Iɡwana?Is?iciŋ]. Namun, walaupun Rafa pernah beberapa kali saya dapati memproduksi tuturan itu karena ia sering terpajan kepada lagu-lagu dari cakra padat ”Phonics with Movements” yang salah satu kalimat syairnya adalah tuturan itu, saya menginterpretasi bahwa ia belum memperoleh maknanya dan gejala itu hanya sekadar peniruan. Sebagai contoh lain, walapun di dalam cuplikan berikut didapat petunjuk bahwa Rafa telah dapat memproduksi tuturan Where are you going, tuturan itu saya interpretasi masih merupakan peniruan alih-alih produksi spontan. Pernyataan itu berdasarkan bahwa ia sering sekali terpajan kepada lagu Mbah Surip yang berjudul ”Tak Gendong” dan klausa itu merupakan salah satu kalimat dalam syairnya. Selain itu, ketidakgayutan antara tuturan Where are you going dan They are playing footbal memperkuat interpretasi saya itu. F: Look at the TV, Rafa. What are the people doing? R: [ə:fubol] R: Where are you going? (menirukan lagu mbah Surip)… [deya: payingfutbol] F: They are playing football? 5 Nov. saat Rafa menunggui saya yang sedang dipangkas seraya menonton tayangan pertandingan sepak bola di TV Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
112
5.2.3 Peniruan versus Produksi Interpretasi bahwa gejala yang diuraikan dalam bagian sebelum ini sebagai peniruan saya dasarkan pada apa yang disampaikan Crystal (1998: 232) yang telah disebutkan dalam Bab II. Akan tetapi, Crystal juga menyatakan bahwa sebenarnya gejala peniruan dapat menggiring kita kepada kesimpulan bahwa peniruan adalah sejenis ’penghubung’ antara komprehensi dan produksi. Dalam proses pengumpulan data ini saya menemukan beberapa butir leksikal yang saya masukkan dalam gejala ini. Sebagai contoh, untuk butir leksikal father, dalam cuplikan berikut terlihat bahwa Rafa telah dapat dipancing untuk menuturkannya. Namun, terlihat bahwa ia mengacaukan makna butir leksikal ini dengan butir leksikal mother. F: Er, who is Mas Zaki’s father? R: Tante Yayat. F: Hm, Mas Zaki’s father? R: Er, er, Om Yayat. F: And what about Tante Yayat? Who is Tante Yayat? R: Itu Silmi F: Is Tante Yayat Mas Zaki’s father or Mas Zaki’s mother? R: Mas Zaki’s father. F: Tante Yayat? Hmm …. 19 Okt. saat saya dan Rafa di depan rumah Pak Yayat, tetangga depan rumah kami
Dengan demikan, berdasarkan pernyataan Crystal yang menyebutkan bahwa peniruan dapat dianggap sebagai penghubung antara komprehensi dan produksi, butir leksikal father saya interpretasikan berada pada tataran produksi terpancing. Contoh lain dari gejala ini adalah yang dapat dilihat dalam cuplikan yang mengandung butuir leksikal awake. Butir leksikal itu terlihat adalah merupakan produksi yang dituturkan Rafa yang mungkin merupakan gejala peniruan. Di samping itu, karena mitra tutur Rafa memberikan pilihan tuturan yang akan diproduksi, dan Rafa memilih awake yang memang merupakan keadaan yang sebenarnya, saya menginterpretasi butir leksikal ini ke dalam tataran produksi terpancing. Petunjuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
113
F: Are you already awake or still sleeping R: [diəweik] F: Already awake? R: [əm] 1 Nov. saat Rafa baru terjaga dari tidur siangnya
5.2.4 Perubahan Tipe Perolehan Terdapat gejala perubahan tipe perolehan untuk beberapa butir leksikal. Gejala itu pun beragam; dan keragaman perubahan itu dapat dilihat dalam uraian berikut.
5.2.4.1 Belum Diperoleh Menjadi Telah Diperoleh Terdapat beberapa butir leksikal yang tipe perolehannya berubah dari belum diperoleh menjadi telah diperoleh pada tataran tertentu. Contoh pertama, pada tanggal 2 November 2009 didapat petunjuk bahwa Rafa belum memperoleh butir leksikal tricycle. Namun, pada tanggal 7 November 2009 butir leksikal ini telah diperolehnya, bahkan telah berada pada tataran produksi yang benar-benar spontan. Petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam dua cuplikan berikut. F: Is the girl riding on a bicycle? R: [iya] F: No. The girl is not riding on a bicycle. She is riding on … R: (berceloteh) 2 Nov. saat Rafa melihat seorang anak bermain sepeda roda tiga R: [taycikə] F: Yes, it’s a tricycle 7 Nov. saat Rafa melihat seorang anak bermain sepeda roda tiga
Contoh kedua dapat dilihat dalam cuplikan yang mengandung butir leksikal screw driver berikut. Pada tanggal 7 November 2009 didapat petunjuk bahwa butir leksikal ini belum diperoleh Rafa. Namun, pada tanggal 26 November 2009 didapat petunjuk bahwa butir leksikal ini telah diperoleh. F: Ah. This one. What is it? R: [dei] F: In English? R: [em:mol] F: No. 7 Okt. saat Rafa sedang bermain dengan mainan obengnya di rumah Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
114
F: What do you call this? R: [əm ...] F: You know it. Wha is it? Screw … R: [daifə] F: Ya. What is it? R: [kudaifə] 26 Okt. saat saya dan Rafa berada di toko alat-alat pertukangan
Contoh ketiga dapat dilihat dalam cuplikan yang mengandung butir leksikal the top of something berikut. Pada tanggal 5 November 2009 didapat petunjuk bahwa butir leksikal ini belum diperoleh. Namun, hanya beberapa hari setelah proses perekaman dihentikan, saya mendapati Rafa mengujarkan ”Top of the mosque” seraya menunjuk kubah masjid pada gambar yang ada di sajadah yang saya pakai saat shalat, sehingga saya dapat menginterpretasi tipe perolehan butir leksikal ini ke dalam tataran produksi spontan. F: What can you see at the top of the mosque? R: (berceloteh) 5 Nov. saat saya menayai Rafa apa yang dapat dilihatnya di atas sebuah masjid
5.2.4.2 Dari Pengacauan Makna ke Tataran Produksi Terjadi gejala perubahan tipe perolehan atas butir leksikal mother, yakni dari belum diperoleh (karena terjadi pengacauan makna antara butir leksikal itu dengan butir leksikal father) menjadi diperoleh pada tataran produksi terpancing. Pada tanggal 19 Oktober 2009, belum didapat petunjuk bahwa butir leksikal mother telah berada pada tataran komprehensi karena Rafa masih mengacaukan makna butir leksikal itu. Petunjuk untuk itu dapat dilihat pada cuplikan berikut. F: Er, who is Mas Zaki’s father? R: Tante Yayat. F: Hm, Mas Zaki’s father? R: Er, er … Om Yayat. F: And what about Tante Yayat? Who is Tante Yayat? R: Itu Silmi F: Is Tante Yayat Mas Zaki’s father or Mas Zaki’s mother? R: Mas Zaki’s father. F: Tante Yayat? Hmm …. 19 okt. saat saya dan Rafa bermain di depan rumah Pak Yayat, tetangga kami
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
115
Namun, pada tanggal 1 November 2009, didapatkan petunjuk bahwa butir leksikal mother telah berada pada tataran produksi terpancing. Petunjuk itu dapat dilihat pada cuplikan berikut. F: Who is mak uwo? R: (berceloteh) F: Uwo is Abang Adri’s mo … R: [də:] 1 Nov. saat Rafa sedang bermain sepeda; sementara itu, kakak perempuan saya sedang berkunjung ke rumah kami; saya dan Rafa membicarakannya
Contoh lain dari gejala pengacauan makna dapat dilihat pada cuplikan percakapan yang mengandung butir leksikal ship pada tanggal 7 November 2009. Dalam peristiwa tutur itu, Rafa mengacaukan makna butir leksikal itu dengan makna butir leksikal boat; namun, saya berhasil melakukan perbaikan atau koreksi sehingga saya menginterpretasi butir leksikal ship ke dalam tipe produksi tepancing. Selanjutnya, untuk butir leksikal boat, petunjuk yang dipakai untuk menginterpretasikannya ke dalam tipe produksi spontan telah didapat pada tanggal 31 Oktober 2009. Untuk lebih jelas, petunjuk-petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut. F: What can you see at sea, Rafa? R: Kapal F: In English, please. R: [bout] F: That’s the smaller one. The bigger one? R: [bout] F: No, boat is small. R: [cIp] 7 Nov. saat saya dan R menonton tayangan tentang kapal laut di TV F: What is it in English? R: [baut] F: Hm? R: [baut] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah
Contoh lainnya adalah pengacauan makna antara butir leksikal crescent moon dan full moon serta in dan out, yang juga dapat dilihat dalam lampiran tesis ini .
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
116
5.2.4.3 Ketidakajekan Tipe Perolehan Hambatan lain yang saya alami adalah ketika menentukan tipe perolehan butir leksikal me karena terjadi gejala ketidakajekan tipe perolehannya. Petunjuk untuk gejala itu dapat dilihat dalam cuplikan di bawah ini. Pada tanggal 7 Oktober 2009, saya menginterpretasikan butir leksikal ini pada tataran belum diperoleh; namun pada tanggal 31 Oktober 2009, didapatkan petunjuk bahwa butir leksikal ini berada pada tataran produksi terpancing. Akan tetapi, petunjuk yang didapat pada tanggal 6 November 2009 mementahkan intepretasi sebelumnya. Hambatan ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian perolehan deiksis. F: Do you want me to help you? R: Eh hm F: What should I do? R: [bapa?:ep:ep:epju] F: Hm not help you. R: [ep:ep:epmi:] F: So what should I do for you? R: [bapa?:ep:ep:epmi:] 7 Okt. saat saya menemani Rafa bermain sepeda di luar rumah F: Do you want me to hold you? How do you say it? R: [pa?:o?mi:] 31 Okt. saat Rafa meminta saya untuk menggendongnya di rumah F: Does it belong to Ibu or belong to me? R: [tumi:] 6 Nov, saat saya menanyai Rafa siapa yang memiliki cangkir yang sedang saya pegang
Contoh lain dari gejala ketidakajekan tipe pemerolehan dapat dilihat pada petunjuk dalam cuplikan-cuplikan yang mengandung butir leksikal dirty & sleep.
5.2.4.4 Dari Tataran Komprehensi ke Tataran Produksi Terpancing Ditemukan gejala perubahan tipe perolehan butir leksikal dari pada tataran komprehensi menjadi pada tataran produksi terpancing; contohnya adalah butir leksikal cable car. Dalam cuplikan berikut didapat petunjuk bahwa butir leksikal itu telah berada pada tataran komprehensi. Namun, di waktu lain, masih dalam kurun waktu perekaman, saya mendapati Rafa dapat memproduksi cabel car ketika saya memintanya menyebutkan ’kereta gantung’ dalam bahasa Inggris, Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
117
sehingga saya dapat mengatakan butir leksikal ini telah berada pada tataran poduksi terpancing. F: Where can we find cable cars? Can we find cable cars in Pasar Anyar? R: Bukan F: Where R: (diam sesaat) [diəm::diminiacupak] 5 Nov. saat saya dan Rafa membicarakan kereta gantung yang pernah kami naiki di Taman Mini
Contoh lain dari perubahan tipe perolehan ini dapat dilihat pada petunjuk dalam cuplikan-cuplikan yang mengandung butir leksikal: cry dan c’mon yang dapat dilihat dalam lampiran tesis ini.
5.2.4.5 Dari Tataran Komprehensi ke Tataran Produksi Spontan Dalam cuplikan berikut didapat petunjuk bahwa pada tanggal 2 November 2009, butir leksikal sister telah dipahami Rafa dengan baik karena ia serta merta menemui adiknya untuk mengatakan bahwa ia akan ke sebuah warung internet setelah saya mengatakan Tell your sister first that we are going to the internet center, sehingga butir leksikal ini dapat diinterpretasi berada pada tataran komprehensi. Kemudian, pada tanggal 5 November 2009 butir leksikal ini sudah dapat dikatakan berada pada tataran produksi spontan karena Rafa telah dapat memproduksinya sebagai respon dari stimulus yang diberikan. F: Tell your sister first that we are going to the internet center. R: (menemui adiknya) Adik, Rafa mau ke internet dulu, ya. 2 Nov. saat saya dan Rafa akan pergi ke warung internet F: Who is Zahra? Your … R: [sistə] 5 Nov. saat saya dan Rafa sedang berada di bagian perlengkapan bayi di Hypermart Bogor dan kami sedang memilih popok sekali pakai untuk adiknya
Contoh lain perubahan tipe pemerolehan ini dapat dilihat pada petunjuk dalam cuplikan-cuplikan yang mengandung butir leksikal: boy girl stairs
lamp University of Indonesia moon
rain
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
118
5.2.4.6 Dari Tataran Produksi Terpancing ke Tataran Produksi Spontan Dalam cuplikan berikut didapat petunjuk bahwa pada tanggal 1 November 2009, butir leksikal someone telah berada pada tataran produksi terpancing karena produksinya merupakan hasil dari pancingan yang diberikan. Namun, kemudian pada tanggal 2 November 2009, didapatkan petunjuk bahwa butir leksikal itu telah berada pada tataran produksi spontan karena produksinya merupakan respon spontan atau respon tanpa adanya upaya pemancingan. F: Oh ya, he is calling. Who is he calling? R: (berceloteh) F: Who is he calling? Is he calling Om Anton? R: (berceloteh) F: No. he is calling some … R: [wan] 1 Nov. saat saya dan Rafa melihat seseorang menelpon menggunakan HP F: Look at the aerial. Who does the aerial belong to? R: (diam) F: Who does the aerial belong to? … It belongs to … It belongs to … R: [samwan] 2 Nov. saat saya dan Rafa melihat antene TV tetangga belakang rumah kami
Gejala serupa juga terjadi pada butir-butir leksikal tersebut di bawah ini; untuk lebih jelas, petunjuk dapat dilihat pada cuplikan-cuplikan percakapan dalam lampiran tesis ini yang mengandung butir leksikal itu. Berikut adalah butir-butir leksikal dimaksud: student woman pass away
book milk little
swim at a place mall
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
119
5.3. Analisis Data Sebagaimana telah diuraikan dalam bab II, Clark (1995: 3) menjelaskan bahwa butir leksikal harus mencakup setidak-tidaknya empat macam informasi: (a) makna, (b) bentuk sintaktis, (c) struktur morfologis, dan (d) bentuk fonologis. Yang disampaikan Clark itu tampaknya tidak jauh berbeda dari yang disampaikan Caron (1992: 45–9). Ia menyatakan bahawa setiap masukan leksikal harus dikarakterisasi setidak-tidaknya oleh tiga tipe informasi berikut: (i) bentuk fonologis kata (bentuk akustik, bentuk artikulatoris, dan bentuk tertulis yang memungkinkan); namun, menurut saya ini tidak hanya berada pada tataran fonologis, melainkan fonetis-fonologis, (ii) peranti sintaktis dan morfologisnya: kategori (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain), gender, jumlah, dan lain-lain, yang mendefiniskan cara yang di dalamnya masukan itu dapat digunakan dalam sebuah kalimat, dan (iii) maknanya dan kondisi penggunaannya yang bergantung pada situasi (akrab, vulgar, dan sebagainya). Dengan memperhatikan uraian di atas, saya menganalisis data penelitian ini berdasarkan sudut pandang fonetisfonologis, morfologis, sintaktis, dan semantis. Berikut adalah uraian analisis dimaksud.
5.3.1 Analisis Data secara Fonetis-fonologis Berikut adalah uraian tentang perolehan leksikon subyek penelitian yang dianalisis dari sudut pandang fonetis-fonologis.
5.3.1.1 Persebaran Bunyi dalam Perolehan Leksikon Bahasa Inggris Rafa Dalam Bab IV telah dijelaskan bahwa untuk analisis bunyi bahasa, sebagian besar tuturan subyek penelitian saya traskripsikan ke dalam transkripsi fonetis. Transkripsi fonetis yang saya gunakan saya dasarkan pada bunyi-bunyi bahasa yang dijelaskan oleh Wells dan House (1995:), Fromkin dan Rodman (1998), serta Alwi et al. (1998). Dalam bagian ini saya uraikan persebaran bunyi-bunyi bahasa dalam perolehan leksikon bahasa Inggris Rafa.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
120
5.3.1.1.1 Bunyi Vokal Dalam tabel berikut dapat dilihat persebaran bunyi-bunyi vokal yang ditemukan dalam butir-butir leksikal bahasa Inggris Rafa. Tabel 6 Persebaran Bunyi Vokal dalam Leksikon Bahasa Inggris Rafa
Depan
Tengah
tegang
kendur
Tinggi
i
ɪ
Sedang
e
ɛ
tegang
Belakang
kendur
tegang
kendur
u ɜ
Rendah
ə
o
ʌ
ɑ
Berikut adalah uraian dari bunyi-bunyi tersebut di atas beserta contoh butir leksikal bahasa Inggris Rafa yang mengandung bunyi dimaksud.
Vokal depan-tinggi-tegang [i] o di awal silabel
: lizard
[izat],
o di tengah silabel
: mattress
[matəRi:s]
o di akhir silabel
: monkey
[ma:ki:]
o di awal silabel
: igwana
[Iɡuana]
o di tengah silabel
: sister
[sIstə],
o di akhir silabel
: --
Vokal depan-tinggi-kendur [I]
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
121
Vokal depan-sedang-tegang [e] o di awal silabel
: hammer
[emз:]
o di tengah silabel
: cap
[kep]
o di akhir silabel
: sandals
[sedəl]
Vokal depan-sedang kendur [ɛ] o di awal silabel
: --
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: burial
[bɛriəl]
Vokal tengah-sedang-tegang [ɜ] o di awal silabel
: --
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: girl
[ɡɜ:]
o di awal silabel
: earthquake
[əkuekh]
o di tengah silabel
: children
[ciRən]
o di akhir silabel
: screw driver [kudayfə]
Vokal tengah-sedang-kendur [ə]
Vokal tengah-rendah [ʌ] o di awal silabel
: --
o di tengah silabel
: someone
o di akhir silabel
: --
[sʌmwan]
Vokal belakang-tinggi [u] o di awal silabel
: --
o di tengah silabel
: shoes
[cus]
o di akhir silabel
: tissue
[tisu:]
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
122
Vokal belakang-sedang [o] o di awal silabel
: open
[opən]
o di tengah silabel
: boy
[boy]
o di akhir silabel
: donat
[donʌt]
o di awal silabel
: house
[awus]
o di tengah silabel
: tricycle
[taycikə:]
o di akhir silabel
: died
[dayit],
Vokal belakang-rendah [a]
5.3.1.1.2 Bunyi Konsonan Dalam tabel berikut dapat dilihat persebaran bunyi-bunyi konsonan yang ditemukan dalam butir-butir leksikal bahasa Inggris Rafa. Table 7. Persebaran Bunyi Konsonan dalam Leksikon Bahasa Inggris Rafa
Bilabial
Hambat
p
Labiodental
b
Dental
Alveolar
t
m
Nasal
Pascaalveolar
d
Palatal
C
J
Velar
Uvular
k ɡ
Glotal
?
ŋ
n
R
Getar
Afrikat
f
Frikatif
z
ʃ
l
Lateral
Semivokal
s
w
y
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
123
Berikut adalah uraian dari bunyi-bunyi tersebut di atas beserta contoh butir leksikal bahasa Inggris Rafa yang mengandung bunyi dimaksud.
Konsonan hambat bilabial tak bersuara [p] o di awal silabel
: spider
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: cap
[paydə]
[kep]
Konsonan hambat bilabial bersuara [b] o di awal silabel
: bolster
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: --
[bostɜ:]
Konsonan hambat alveolar tak bersuara [t] o di awal silabel
: train
[tei:n]
o di tengah silabel
: stairs
[sten]
o di akhir silabel
: blanket
[blekIt]
Konsonan letup alveolar bersuara [d] o di awal silabel
: door
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: --
[doun]
Konsonan letup palatal tak bersuara [c] o di awal silabel
: children
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: carriage
[ciRən]
[kewIc]
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
124
Konsonan letup palatal bersuara [J] o di awal silabel
: jeep
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: --
[JIp]
Konsonan letup velar tak bersaua [k] o di awal silabel
: cage
[kait],
o di tengah silabel
: box
[boks]
o di akhir silabel
: back
[bek]
Konsonan letup velar bersuara [ɡ] o
di awal silabel
: gun
o
di tengah silabel
: --
o
di akhir silabel
: --
[ɡʌn]
Konsonan letup glotal [?] o di awal silabel
: pass-away
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: laptop
[pas?əwey]
[Re:to?]
Konsonan nasal bilabial [m] o di awal silabel
: miniature park [miniacupak]
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: aquarium
[akwaiyum]
o di awal silabel
: snake
[neikh]
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: helicopter
Konsonan nasal alveolar [n]
[aikoptən]
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
125
Konsonan nasal velar [ŋ] o di awal silabel
: --
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: bleeding
[bi:dIŋ]
o di awal silabel
: rabbit
[Rebit]
o di tengah silabel
: bread
[bRet]
o di akhir silabel
: --
Konsonan getar uvular [R]
Konsonan frikatif labio-dental [f] o di awal silabel
: frog
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: locomotive
[fok]
[Rokomotif]
Konsonan frikatif alveolar tak bersuara [s] o di awal silabel
: sandals
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: mattress
[sedəl] [matəRi:s]
Konsonan frikatif alveolar bersuara [z] o di awal silabel
: lizard
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: --
[izat]
Konsonan frikatif pasca-alveolar [ʃ] o di awal silabel
: shelter
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: fish
[ʃetə]
[fIʃ]
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
126
Konsonan lateral [l] o di awal silabel
: --
o di tengah silabel
: blanket
[blekit]
o di akhir silabel
: candle
[ketəl]
Konsonan semivokal bilabila [w] o di awal silabel
: wheel
[wIl]
o di tengah silabel
: swing
[swIŋ]
o di akhir silabel
: window
[wIndow]
o di awal silabel
: backyard
[bekya:t]
o di tengah silabel
: --
o di akhir silabel
: spider
Konsonan semivokal palatal [y]
[paydə:]
5.3.1.1.3 Diftong Dalam butir-butir leksikal yang telah dapat diproduksi Rafa ditemukan gejala diftong, yakni gejala dua bunyi vokal yang muncul secara berurutan dan bersamasama menjadi inti dari sebuah silabel. Berikut adalah sejumlah diftong yang ditemukan. [iə]
seperti dalam
: burial
[bɛriəl],
[ei]
seperti dalam
: train
[tei:n]
[əa]
seperti dalam
: turtle
[tətəal]
[ou]
seperti dalam
: mosquitos
[moskitous]
[ai]
seperti dalam
: aquarium
[akwaiyum]
[ae]
seperti dalam
: hair cut
[aekʌt]
[au]
seperti dalam
: fountain
[fautən]
[ao]
seperti dalam
: clown
[klaon]
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
127
5.3.1.1.4 Gugus Konsonan Dalam butir-butir leksikal yang telah dapat diproduksi Rafa ditemukan gejala gugus konsonan, yakni gejala dua bunyi konsonan yang muncul berurutan dalam sebuah silabel. Berikut adalah sejumlah diftong yang ditemukan. [bl]
seperti dalam
: blanket
[blekit]
[bR]
seperti dalam
: bread
[bRet]
[ks]
seperti dalam
: box
[boks]
[kw]
seperti dalam
: aquarium
[akwaiyum]
[st]
seperti dalam
: student
[studən]
[sw]
seperti dalam
: swing
[swIŋ]
5.3.1.2 Tuturan Rafa yang Berbeda dari Tuturan Orang Dewasa Dardjowidjojo (2000: 76) menjelaskan bahwa dari segi fisiologis, produksi bahasa memerlukan adanya aparatus ujaran yang bergerak, padahal pada usia dini perbandingan antara ukuran lidah dengan ruang mulut masih belum proporsional; lidah anak masih terlalu besar dibandingkan dengan rongga mulut saat itu. Keadaan yang tidak proporsional ini tidak memungkinkan anak untuk menggerakgerakkan lidahnya dengan bebas sesuai dengan artikulasinya. Terkait dengan itu, Gerken dan Ohala (2000: 275–6) menyatakan terdapat perbedaan antara produksi bahasa anak dibandingkan dengan produksi bahasa orang dewasa. Dikatakan bahwa anak membedakan versi tuturan mereka dari versi tuturan orang dewasa dan mendemonstrasikan komprehensi yang lebih baik bagi versi yang diproduksi orang dewasa. Selain itu dikatakan juga bahwa tuturan anak sering bervariasi, yakni antara tuturan yang tidak mirip dan yang lebih mirip dengan tuturan orang dewasa. Ditegaskan bahwa ketidakmiripan tuturan anak dengan tuturan orang dewasa bukanlah merupakan hasil representasi tuturan orang dewasa yang kurang. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan perbedaan tuturan anak dengan tuturan orang dewasa merupakan konsekuensi dari adanya variasi tersebut di atas. Terkait dengan itu, dalam proses pengumpulan data, ditemukan gejala yang
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
128
menarik, yakni saya sebagai orang dewasa nyaris gagal memahami tuturan anak, yakni ketika mencoba menelusuri apakah Rafa telah memperoleh butir leksikal police car. Bila dicermati secara saksama, dalam cuplikan berikut didapatkan petunjuk bahwa butir leksikal itu telah berada pada tataran produksi spontan; bahkan, produksi butir leksikal ini bukan sekadar respon dari stimulus atau pertanyaan dari mitra tuturnya, alih-alih merupakan produksi yang murni spontan dan merupakan respon dari stimulus yang dicerap indra penglihatannya ketika melihat sebuah referen ’mainan mobil polisi’. Namun, sebagai mitra tuturnya sekaligus pengambil data, di awal saya tidak dapat menangkap makna tuturan Rafa untuk butir leksikal itu, yakni sebagai [piyis], karena bunyi bahasa yang diproduksinya berbeda dari bagaimana orang dewasa menuturkannya. Namun, pada akhirnya saya berhasil menangkap makna tuturan itu. R: [ini kan piyis] F: [biyis] what is [biyis] R: [pi::pi::pi::yis] F: What car is it? R: [piyis:ə:] F: Is it a pick-up car? R: [mobi?ambu:abu] F: ambulance? No, it is not an ambulance. R: [piyis] F: Yes. It is … R: [piyis] F: Police car 7 Okt. saat Rafa sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah
Selain itu, sangat banyak ditemukan gejala penuturan butir leksikal oleh subyek penelitian yang secara fonetis berbeda dari bagaimana butir leksikal itu seharusnya dituturkan oleh orang dewasa. Namun, dengan berlandaskan pernyataan Gerken dan Ohala (2000: 275–6) tersebut di atas, hambatan dalam menginterpretasi butir-butir leksikal dimaksud dapat saya atasi. Masih terkait dengan tuturan Rafa atas butir leksikal Inggris yang telah dapat diproduksinya namun tuturan itu berbeda dari bagaimana orang dewasa menuturkannya, berikut ini adalah uraian tentang realisasi bunyi-bunyi tertentu dalam tuturan dimaksud. Contoh-contoh dari perbedaan realisasi bunyi dimaksud dapat Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
129
dilihat dalam tabel di bawah ini. Yang berada di kolom 1 adalah bagaimana butir leksikal dimaksud seharusnya diucapkan orang dewasa; dan ini merupakan pengucapan yang saya telah pajankan kepada Rafa. Sementara itu, yang berada dalam kolom 2 adalah tuturan yang diproduksi Rafa untuk butir leksikal dimaksud.
Tabel 8 Perbedaaan antara Realisasi Bunyi yang Diproduksi Orang Dewasa dengan Realisasi Bunyi yang Diproduksi Rafa
Perbedaaan Realisasi Bunyi
Butir Leksikal
Kolom 1
Kolom 2
[æ] & [e]
rabbit
[ræbit]
[Rebit]
[ɡ] & [k]
frog
[froɡ]
[fok]
[θ] & [f]
mouth
[mauθ]
[mauf]
[r] & [R]
rabbit
[ræbit]
[Rebit]
[r] & [n]
helicopter
[helikopter]
[aikoptən]
[r] & [w]
baby carriage
[beibikærItʃ]
[bebikewic]
[l] & [R]
locomotive
[lokomotif]
[Rokomotif]
[l] & [y]
escalator
[æskəletə:r]
[eskəyetə]
[l] & [w]
block
[blok]
[bwok]
[ʃ] & [c]
ship
[ʃIp]
[cIp]
[s] & [c]
taxi
[tæksi:]
[tekci]
[V] & [f]
river
[rIvə]
[rifə:]
[t] & [R]
hot water
[hɒtwatə:r]
[otwoRə:]
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
130
5.3.1.3 Tuturan Rafa yang Telah Mirip Tuturan Orang Dewasa Bila dalam bagian sebelum ini diuraikan gejala tentang ketidakmiripan tuturan Rafa dibandingkan tuturan orang dewasa, dalam bagian ini diuraikan gejala tuturan rafa yang telah mirip atau hampir mirip tuturan orang dewasa. Dalam cuplikan di bawah ini didapatkan bahwa Rafa telah dapat menuturkan butir leksikal fish sebagaimana orang dewasa menuturkannya. F: This one R: [fIʃ] 7 Okt. saat Rafa sedang bermain dengan mainan ikan-ikanannya di rumah
Contoh lain dapat dilihat pada pengucapan butir leksikal woman di bawah ini. F: Is she a girl? R: Bukan F: No. She is … R: [wumən] 26 Okt. saat saya dan Rafa melihat seorang wanita ketika menunggu KRL di stasiun Cilebut
Gejala serupa juga terjadi pada beberapa butir leksikal lain. Untuk lebih jelas, petunjuk dapat dilihat pada cuplikan-cuplikan percakapan yang mengandung butir leksikal itu dalam lampiran tesis ini. Berikut adalah butir-butir leksikal dimaksud: someone dog mosquito
bus bus way ball
box cookies ice cream
5.3.1.4 Perbaikan Pengucapan Terdapat beberapa petunjuk bahwa Rafa memperbaiki pengucapannya atas beberapa butir leksikal tertentu. Sebagai contoh, berikut adalah cuplikan yang di dalamnya didapat petunjuk bahwa Rafa melakukan upaya perbaikan pengucapannya untuk butir leksikal cable dan ice cream.. F: What abut this one? What do you call this one? R: [kabbəl] F: Hm? What do you call this? R: (diam) F: In English, please. R: [kebbel] F: cable. 26 Okt. saat saya dan Rafa berada di toko alat-alat pertukangan Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
131
F: What is he selling? R: [krRi:m] F: What is he selling? R: [eskRi:m] F: In English please. R: [aiskRi:m] 1 Nov. saat saya dan Rafa melihat penjual es krim yang melintas di depan rumah
Gejala serupa juga terjadi pada pengucapan beberapa butir leksikal lain. Untuk lebih jelas, petunjuk dapat dilihat pada cuplikan-cuplikan percakapan dalam lampiran tesis ini yang mengandung butir leksikal dimaksud. Berikut adalah butirbutir leksikal dimaksud: woman turtle broken
face down swim smoke
tree
5.3.1.4 Bunyi Yang Taklepas Dalam fonologi bahasa Inggris terdapat gejala bunyi konsonan di akhir kata yang diucapkan secara taklepas, Sementara itu, dalam bahasa Indonesia gejala bunyi suprasegmental dimaksud, meskipun berdasarkan uraian dalam Alwi et al. (1998:72) merupakan salah satu alofon dari fonem /k/, saya rasa bukan merupakan ciri utama yang ada dalam fonologinya. Telah didapatkan petunjuk bahwa Rafa melakukan gejala itu pada pengucapan bunyi konsonan tertentu. Petunjuk itu dapat dilihat dalam cuplikan yang mengandung butir leksikal snake berikut ini. F: What are they? R: [neikh] 31 Okt. saat Rafa sedang membaca buku bergambar di rumah
Contoh lain dari gejala ini dapat dilihat pada pengucapan konsonan dalam cuplikan berikut, yakni kepada konsonan [k] pada butir leksikal brake. F: If it is too fast, what do you have to do? R: (diam) F: You have to …. What do you call this? R: [ə taŋ] F: This one? You have to pull the … R: [beikh] 7 Nov. saat saya megajari Rafa bagaimana menggunakam rem ketika bermain sepeda
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
132
Gejala serupa juga terjadi dalam pengucapan beberapa butir leksikal lain. Untuk lebih jelas, petunjuk dapat dilihat pada cuplikan-cuplikan percakapan yang mengandung butir leksikal itu dalam lampiran tesis ini. Berikut adalah butir-butir leksikal dimaksud: cake milk
lake clock
earthquake
Namun, ada sebuah gejala menarik, yakni Rafa ternyata mengucapkan bunyi konsonan secara taklepas pada pengucapan konsonan akhir pada butir leksikal flag. Padahal, saya merasa tidak pernah memberi masukan bahwa konsonan akhir butir leksikal itu diucapkan secara taklepas.
5.3.2 Analisis Data secara Morfologis Berikut adalah uraian tentang perolehan leksikon Rafa yang dianalisis dari sudut pandang morfologis.
5.3.2.1 Gejala Metatesis & Pemendekan Ditemukan gejala morfofonemis dalam pengumpulan data, yakni metatesis dan pemendekan. Metatesis dalah gejala dua bunyi yang saling dipertukarkan dalam pembentukan kata. Dalam cuplikan berikut telihat petunjuk bahwa Rafa saling mempertukarkan [i] dan [ə] dalam pembentukan kata Inggris bagi referen ’karcis’. F: What is he doing? He is buying something, right? R: [əm] F: What is he buying? R: [təkIt] F: Yes. He is buying the … R: [tikət] 31 Okt. saat saya dan Rafa melihat seseorang membeli tiket ketika kami sedang menunggu KRL di stasiun Cilebut.
Padahal beberapa hari sebelumnya ia telah dapat mengucapkan kata itu dengan pengucapan yang seharusnya sebagaimana dapat dilihat dalam cuplikan berikut.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
133
F: What do you call this? R: [tIkəttIkət] 26 Okt. sesaat setelah saya dan Rafa membeli tiket di stasiun Cilebut
Contoh lain dari gejala metatesis dapat dilihat pada cuplikan yang mengandung butir leksikal helmet berikut. terlihat bahwa Rafa mempertukarkan bunyi [e] dan [ə]. F: Is the man wearing a hat? R: [əɡa?əɡa?] F: What is he wearing? R: [əRem?eRəm] F: What is it? [helmIt], right? R: [əm] 26 Okt. saat melihat seseorang memakai helm di stasiun Cilebut
Selain metatesis, terdapat gejala morfofonemis lain, yakni pemendekan, yakni gejala penghilangan bunyi dalam silabel tertentu dalam pembentukan kata. Gejala ini dapat dilihat dalam pengucapan going home sebagai [ɡoum], alih-alih [ɡoiŋhəum] dalam cuplikan berikut.
F: Where are we going now? R: [oum] F: Are we going to Jakarta or to Bogor? R: [ɡoum] F: We are going home? R: [əm] 26 Okt. saat berada di stasiun UI menunggu KRL menuju Bogor
Padahal, sebenarnya Rafa telah dapat membentuk frase going home; petunjuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut. Pak Ivan: Kemana Rafa F: Hey, Om Ivan is asking you. R: [mawupuRaŋ] Pak Ivan: Hah … apa? R: [puRaŋ] Pak Ivan: Pulang? Oh… F: In English, please. R: [ɡoihoum] 19 Okt. saat kami selesai berbelanja di toko Pak Ivan
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
134
5.3.2.2 Analisis Secara Morfemis Berikut adalah uraian tentang perolehan butir leksikal yang dipandang dari sudut pandang morfemis. 5.3.2.2.1 Pemberian Infleksi Terkait Pluralisasi Didapatkan petunjuk bahwa Rafa telah dapat melakukan pemberian infleksi -s kepada bentuk kata singular butir leksikal wheel. Dengan kata lain, ia telah dapat memberikan morfem terikat -s kepada morfem bebas wheel di samping ia dapat memproduksi tuturan bagi morfem bebas itu sendiri. Petunjuk untuk gejala itu dapat dilihat dalam dua cuplikan berikut. R: [otta?] F: Hm? R: [otta?::Rotta?] F: Oh ya, in English, please? R: [wiləwil] 19 Okt. saat saya dan Rafa melihat sebuah angkot yang sedang dipebaiki rodanya R: Ini roda. F: In English, please. R: [ə::wiyis] 31 Okt. saat Rafa sedang membaca buku bergambar di rumah
Meskipun demikian, saya masih belum dapat mengatakan bahwa Rafa telah memperoleh kaidah morfologis pembentukan nomina singular-plural dalam bahasa Inggris. Hal itu berdasarkan pada petunjuk bahwa Rafa tampaknya masih belum memahami kaidah pluralisasi dalam membentuk kata Inggris walaupun ia terkadang didapati berhasil memberikan infleksi -s dalam memproduksi bentuk kata bagi butir leksikal tertentu. Belum dipahaminya kaidah pluralisasi dapat dilihat dalam contoh-contoh di bawah ini. Untuk butir leksikal cat, ternyata bentuk kata yang dapat diproduksi Rafa adalah bentuk singular saja. Ia menamai ’banyak kucing’ dengan cat, alih-alih dengan cats; walaupun seingat saya, ia sudah pernah berkali-kali terpajan kepada bentuk kata plural cats. Petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut. F: What animals are they? R: [kutciŋ] F: Hm? in English, please. R: [ket] 26 Okt. Saat melihat beberapa kucing sedang tidur Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
135
Dengan demikian, saya ingin mengatakan bahwa pemberian –s untuk mem-bentuk kata plural belumlah ajek atau konsisten. Contoh lain yang memperkuat pernyataan saya itu adalah gejala yang terjadi pada butir leksikal flower. Kebalikan dari gejala yang terjadi pada butir leksikal cat, berdasarkan catatan dan ingatan saya serta petunjuk yang didapat dalam proses pengumpulan data untuk butir leksikal flower, bentuk kata yang telah dapat diproduksi Rafa adalah bentuk kata plural, yakni flowers. Bentuk kata singular flower belum dapat diproduksinya. Rafa menggunakan flowers juga untuk merujuk kepada referen ’sekuntum bunga’. Gejala ini saya curigai sebagai konsekuensi dari kenyataan bahwa masukan yang telah diperoleh Rafa sebelumnya adalah melulu bentuk kata yang merujuk kepada ’sekumpulan bunga’; petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam cuplikan di bawah ini. Gejala serupa juga tampaknya terjadi pada butir leksikal mosquito; dan petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam lampiran tesis ini. R: Apa itu? … apa itu? F: You know it R: [addung] F: No R: [fawəs] 7 Okt. saat Rafa sedang mebaca buku bergambar di rumah F: This one? R: [fawəs] F: No, it is not a flower. R: [batəfay] F: Yes, it is a butterfly. 31 Okt. saat Rafa membaca buku bergambar di rumah F: What do you call these? R: [ə:fawes] 19 Okt. saat saya dan Rafa melintasi sebuah pohon bunga
Berbeda dari gejala yang terjadi pada butir leksikal cat dan flower, walaupun Rafa selalu terpajan kepada bentuk kata pants dan sandals yang dalam bahasa Inggris memang selalu berbentuk seperti itu, ia belum saya dapati dapat memproduksi bentuk kata plural itu. Alih-alih, ia memproduksinya sebagai [pen] dan [sedəl]. Petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam dua cuplikan berikut. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
136
F: What’s this? R: [pen] 31 Okt. saat Rafa sedang membaca buku bergambar pakaian di rumah F: What do you call them? R: [sedəl] 2 Nov. saat saya dan Rafa berada di pintu masuk sebuah warnet dan melihat banyak sandal
Gejala serupa juga dapat dilihat pada pembentukan kata singular-plural bagi butir leksikal donut. Dalam cuplikan berikut terlihat bahwa walaupun sebenarnya orang dewasa yang menjadi mitra tutur Rafa telah memberi masukan yang apik untuk pluralisasi nomina donut, Rafa memproduksi tuturan untuk referen ’banyak donat’ tetap dengan bentuk kata yang seharusnya diperuntukkan bagi referen ’satu donat’, yakni [menidonʌt] alih-alih [menidonʌts]. Petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut. F: Have you got one donut or many donuts? R: [meni::meni::meni:donʌt] F: Many donuts 7 Okt. saat Rafa sedang bermain dengan mainannya di rumah
5.3.2.2.2 Suplisi Terkait Pluralisasi Selain pemberian infleksi -s seperti yang dijelaskan di atas, pluralisasi dalam morfologi bahasa Inggris mencakup gejala suplisi. Didapat petunjuk bahwa Rafa telah dapat memproduksi bentuk suplisi feet untuk butir leksikal foot. Petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut. F: What picture is it? R: [en] F: Hand. And what about this one? R: [əfIt] 31 Okt. saat Rafa membaca buku bergambar di rumah
Meskipun demikian, sama dengan gejala pemberian infleksi -s tersebut di atas, saya belum dapat mengatakan bahwa Rafa telah memahami bahwa bentuk itu merupakan bentuk plural bagi butir leksikal foot. Alih-alih, saya hanya ingin mengatakan bahwa Rafa menggunakan bentuk kata itu sebagai satu-satunya bentuk kata bagi referen ’kaki’, baik untuk yang ’singular’ maupun ’plural’. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
137
5.3.2.2.3 Perolehan Bentuk Morfologis Verba Didapati bahwa Rafa telah memahami perbedaan bentuk morfologis verba tertentu. Sebagai contoh, untuk referen ’membeli’, di dalam cuplikan berikut didapat petunjuk bahwa Rafa memahami bahwa terdapat dua bentuk morfologis verba untuk referen itu, yakni buying dan bought. F: What is his name? Naru … R: [to] F: Do you still remember … er …who … who bought this? R: Bapak 7 Okt. saat saya menanyai Rafa siapa yang membelikannya boneka Naruto F: What is he doing? He is buying something, right? R: [əm] F: What is he buying? R: [təkIt] F: Yes. He is buying the … R: [tikət] 31 Okt. saat melihat seseorang membeli tiket ketika menunggu KRL di stasiun Cilebut
Selain itu, Rafa juga telah ditemukan telah dapat memproduksi bentuk-bentuk morfologis yang berbeda bagi butir leksikal give massage. Dalam kedua cuplikan berikut terlihat petunjuk bahwa Rafa telah dapat membubuhkan infleksi –ing pada butir leksikal itu. F: Besides he cut my hair, what did Aki do? R: (berbicara tetapi tidak jelas) F: Pijet? What is pijet in English, please? R: [ɡifiŋməcas] 5 Nov. saat Rafa sedang menunggui saya yang sedang dicukur di tempat pangkas rambut. R: (memijat-mijat bahu saya) Dipijit F: What are you going to give to me? R: Pijet. F: In English, please. R: [ɡifməcas] 7 Nov. saat saya sedang bercanda dengan Rafa di kamar tidur
Secara umum, saya belum dapat mengatakan bahwa Rafa telah memperoleh kaidah morfologis pembentukan kata dalam bahasa Inggris; alih-alih saya hanya ingin mengatakan bahwa Rafa telah dapat menengarai adanya gejala perbedaan Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
138
bentuk-bentuk morfologis bagi butir-butir leksikal tertentu. Terdapat beberapa butir leksikal lain yang dapat dijadikan contoh yang terkait gejala ini. Untuk lebih jelas, petunjuk untuk gejala ini dapat dilihat dalam cuplikan-cuplikan percakapan yang mengandung butir leksikal yang dimaksud. Berikut adalah butir-butir leksikal yang dimaksud: sleep
: untuk
sleep &
sleeping
take a bath
: untuk
take
&
taking
close
: untuk
close &
closed
cry
: untuk
cry
&
crying
fall
: untuk
fall
&
fell
go
: untuk
go
&
went
sit
: untuk
sit
&
sitting
step
: untuk
step
&
stepping
wait
: untuk
wait
&
waiting
wash
: untuk
wash &
washing
wear
: untuk
wear
wearing
cough & medicine
: untuk
cough &
give, money & give massage : untuk
&
coughing
give, giving & gave
5.3.3 Analisis Data secara Sintaktis Berikut adalah uraian tentang perolehan leksikon Rafa yang dianalisis dari sudut pandang sintaktis.
5.3.3.1 Penggunaan Butir Leksikal dalam Membentuk Frase Berdasarkan interpretasi data, Rafa telah memperoleh butir leksikal little pada tataran produksi. Selain itu, Rafa juga ternyata telah dapat menggunakan butir leksikal itu dalam membentuk dua frase Inggris yang berbeda, yakni little donut dan little house. Petunjuk dapat dilihat dalam dua cuplikan di bawah ini. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
139
F: Is it er… a big donut or small donut? R: [bik] F: What about this one? R: [əcIl] F: In English R: [itə::itə::itədonʌt] F: Little donut? R: [əm] 7 Okt. saat Rafa sedang bermain dengan mainannya di rumah F: What’s that? R: [RItəaus] F: Little house. Okay R: [?inijuɡa?RItə?aus] F: Tell Ibu that it is a little house. R: Ibu, ada rumah kecil. 31 Oktober saat Rafa sedang membaca buku bergambar di rumah
Selain butir leksikal little, ditemukan petunjuk bahwa Rafa telah dapat menggunakan butir leksikal moon untuk membentuk dua frase nomina Inggris yang berbeda, yakni crescent moon dan big moon. Petunjuk dapat dilihat dalam cuplikan berikut. F: What picture is it? This one. R: [mu:n] F: Is it a full moon, Rafa? R: [iyya] F: No. It is not a full-moon. What moon is it? R: [kesənmu:n] F: Yes, it is crescent moon. What about this one? Is it a crescent moon? R: [iya] F: No, it is not a crescent moon. R: [bikmu:n] F: Full-moon 31 Okt. Saat Rafa sedang membaca buku bergambar di rumah.
Selain telah dapat membentuk frasa nomina Inggris seperti dicontohkan di atas, Rafa juga telah dapat membentuk frase verba Inggris. Secara sintaktis, Rafa telah dapat menggunakan butir leksikal wash, your, dan hand untuk membentuk frase verba wash your hand; walaupun terjadi pengacauan makna atas butir leksikal your (gejala ini akan dijelaskan dalam bagian perolehan deiksis dalam bab ini). Petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
140
F: What did you do? R: Cuci Tangan. F: What did you wash? R: Cuci tangan F: In English, please. R: [yo?en ] F: Hm? What did you wash? R: [wosyo?en] F: Your hand? R: [əm] 31 Okt. saat Rafa sedang bermain dengan seember air di halaman belakang rumah
Berdasarkan apa yang diuraikan di atas, saya hanya ingin mengatakan bahwa Rafa telah dapat menggunakan butir-butir leksikal tertentu untuk membentuk atau memproduksi frase-frase tertentu dalam bahasa Inggris. Ia telah dapat memproduksi frase little house, yakni frase yang secara sintaktis berterima dalam bahasa Inggris. Keberterimaan itu dikarenakan adjektiva little ia gunakan sebagai pewatas bagi nomina house dan secara sintaktis ia letakkan sebelum nomina itu. Selain itu, terdapat gejala menarik terbukti bahwa frase Inggris itu telah dapat ia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai rumah kecil; frase ini tentunya secara sintaktis berterima dalam bahasa Indonesia karena ia menggunakan kecil sebagai pewatas bagi nomina rumah dan secara sintaktis meletakkannya setelah nomina itu. Dengan kata lain, Rafa telah mengenal (saya belum berani untuk mengatakan memperoleh) perbedaan atas bagaimana menggunakan butir-butir leksikal tertentu dalam membentuk frase, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Contoh-contoh lain penggunaan butir leksikal Inggris oleh Rafa dalam membentuk frase dapat dilihat dalam cuplikan yang mengandung butir leksikal berikut:
back yard
: untuk frase
in backyard
close & door
: untuk frase
close the door
kitchen
: untuk frase
in the kitchen
bed
: untuk frase
in bed
air-conditioned
: untuk frase
air-conditioned train
big
: untuk frase
big donut & big jeep Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
141
broken
: untuk frase
broken truck
empty
: untuk frase
empty house
help
: untuk frase
help me
hot & water
: untuk frase
hot water
observe & river
: untuk frase
observe the river
open & it
: untuk frase
open it
5.3.3.2 Penggunan Butir Leksikal Indonesia dan Inggris dalam Membentuk Frase Didapatkan petunjuk bahwa Rafa dapat memproduksi frase yang terbentuk dari proses perpaduan butir leksikal Indonesia dan butir leksikal Inggris. Sebenarnya, dalam cuplikan di bawah ini, didapatkan petunjuk bahwa Rafa telah memperoleh atau memahami butir leksikal riding. F: Who are riding the motorcycle, Rafa? R: (diam) F: You don’t know? R: [cIRən] 1 Nov. saat saya dan Rafa melihat anak-anak remaja mengendarai sepeda motor
Namun, walaupun sebenarnya ia telah memperoleh butir leksikal itu pada tataran komprehensi, Rafa belum dapat memproduksinya. Alih-alih memproduksi butir leksikal Inggris itu, Rafa melakukan perpaduan butir leksikal Indonesia untuk referen yang sama (yakni naik) dengan butir leksikal Inggris itu bersama-sama dengan butir leksikal Inggris lain dalam membentuk sebuah frase. Gejala itu dapat dilihat dalam pembentukan frasa [naebaysikə] di bawah ini. F: What is Mas Fikri doing, Rafa? R: Naik sepeda. F: In English, please. R: [naebaysikə] 2 Nov. saat Rafa melihat Fikri, anak tetangga kami yang sedang bermain sepeda F: How di you go to the mall? R: [naekmobikal] F: Hm? Public car? R: [əm] 31 Okt. saat saya menanyai Rafa tentang pengalamnya di ajak ibunya ke mal
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
142
5.3.3.3 Penggunaan Butir Leksikal dalam Membentuk Klausa Rafa didapati telah dapat membentuk klausa Inggris. Dalam cuplikan di bawah didapat petunjuk bahwa ia telah dapat membentuk klausa yang, secara gramatikal, tidak apik, yakni Fall off the aerial. Ketidakapikan struktur itu saya curigai disebabkan oleh interferensi kaidah sintaktis bahasa Indonesia yang memperbolehkan frase verbal mendahului subyek kalimat. R: Jatuh antene Namboru. F: In English, please. R: [jatuh::fo?ofdeaiyə::fo?of] F: The aerial R: [fo?of] F: Fell off R: [əm] 2 Nov. saat saya dan Rafa melihat antene salah seorang tetangga kami yang jatuh
Sebagai contoh lain, Rafa juga telah dapat membentuk sebuah klausa yang kurang begitu apik secara gramatikal, yakni It is aerial seperti yang dapat dilihat dalam cuplikan berikut ini. Kekurangapikan itu dikarenakan tidak hadirnya artikel a yang seharusnya muncul dalam klausa itu; dan itupun saya curigai disebabkan oleh interferensi kaidah sintaktis bahasa Indonesia yang memperbolehkan ketidakhadiran artikel sebelum nomina singular . F: Is it a parabolic aerial? R: [nou:?itis?ayəl] 1 Nov. saat saya dan Rafa melihat antene TV di atas atap sebuah rumah
Bila di atas dijelaskan bahwa klausa Inggris yang diproduksi Rafa belumlah apik secara gramatikal, dalam cuplikan berikut Rafa telah ditemukan dapat memproduksi klausa Inggris yang apik secara gramatikal, yakni They are playing football dan Where are you going? Saya dapat mengatakan bahwa Rafa telah berhasil menggunakan butir-butir leksikal they, play, dan football dalam memproduksi klausa They are playing footbal. Namun, sebagaimana telah saya sebutkan di bagian peniruan di atas, berbeda dari yang terjadi atas klausa They are playing football, saya belum berani mengatakan bahwa Where are you going merupakan satuan linguistis yang merupakan hasil produksi spontan Rafa, alihalih merupakan hasil peniruan. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
143
F: Look at the TV, Rafa. What are the people doing? R: [ə:fubol] R: Where are you going? (menirukan lagu mbah Surip)… [deya: payingfutbol] F: They are playing football. 5 Nov. saat Rafa menunggui saya yang sedang dipangkas seraya menonton tayangan pertandingan sepak bola di TV
Selain itu, ditemukan petunjuk bahwa Rafa telah dapat memproduksi kalusa The cat is crawling. Petunjuk it dapat dilihat dalam cuplikan brikut. F: What is the cat doing? R: [dəketiskoRiŋ] 2 Nov. saat Rafa sedang membaca buku bergambar di rumah
5.3.4 Analisis Data secara Semantis Berikut adalah uraian tentang perolehan leksikon Rafa yang dianalisis dari sudut pandang semantis.
5.3.4.1 Pengucapan Serupa atas Butir Leksikal yang Berbeda vs. Polisemi Ditemukan gejala menarik atas pengucapan butir leksikal airconditioner dan airconditioned. Rafa mengucapkan dua butir leksikal yang berbeda itu dengan pengucapan yang sama. Namun, didapat petunjuk bahwa ia memahami bahwa tiap-tiap satuan linguistis itu merupakan dua butir leksikal yang berbeda karena ia telah dapat merujuknya kepada dua referen yang berbeda pula. Petunjuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut ini . F: And then, what do you call that? R: [aekondicen] 19 Okt. saat saya dan Rafa melihat seperangkat AC si depan sebuah rumah F: Is it the ordinary train or the air-conditioned train? R: [aekondicətein] F: Where is the air conditioner? R: Itu. F: Oh ya. What do you call that R: [aekondicən] 26 Okt. saat saya dan Rafa menumpang KRL ber-AC F: Now we are waiting, right? What are we waiting for? R: [aekondIcen] F: What are we waiting for? Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
144
R: [aekondIcen] F: Air-conditioned what? R: [wan] F: Air-conditioned car? R: [bukan aekondicenwan] F: Ya. Air-conditioned car or air-conditioned motorcycle? R: [aekondicentein] 26 Okt. sat say dan Rafa menunggu KRL ber-AC di stasiun Cilebut
Gejala serupa juga terjadi pada butir leksikal closed dan close. Rafa mengucapkan dua butir leksikal yang berbeda itu dengan pengucapan yang sama; namun diperoleh petunjuk bahwa ia telah membedakan makna kedua butir leksikal itu. Petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut. F: and now the doors are … R: [kous] 26 Okt. segera setelah melihat pintu KRL ber-AC tertutup F: What did you do just now? R: [kousdədoun] F: Hm? R: [doun] F: What did you do? R: [kousdədoun] F: You closed the door? R: [əm] 31 Okt. saat Rafa baru saja menutup pintu depan rumah kami
Meskipun demikian, gejala di atas bukan merupakan gejala homofoni atau polisemi; alih-alih hanya gejala pengucapan satuan linguistis yang berbeda dari sebagaimana satuan itu diucapkan orang dewasa; dan gejala itu disebabkan faktor fisiologis alat ucap Rafa yang masih dalam tahap perkembangan. Gejala yang diuraikan di atas berbeda dari apa yang terjadi atau butir leksikal hot yang bermakna ’panas’ dan hot yang bermakna ’pedas yang dapat saya jadikan contoh sebagai gejala polisemi. Rafa mengucapkan dua butir leksikal yang berbeda itu dengan pengucapan yang sama; dan gejala itu memang terjadi dalam bahasa orang dewasa yang dapat dikatakan sebagai gejala polisemi. Sebagaimana yang juga terjadi pada orang dewasa dalam berbahasa Inggris, diperoleh petunjuk bahwa Rafa juga membedakan makna kedua butir leksikal itu. Petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
145
F: Look at what Ibu is doing. Is it noodle inside? R: bukan F: What is it? R: [ayi::ayipanas] F: In English. R: [ot] F: Hot what? R: [ot:ot:ot:otwoRə:] F: Hot water. Exactly. 7 Okt. saat saya dan Rafa melihat air yang sedang dimasak ibunya di dapur F: Did you put some chili sauce there? R: Enggak. F: Why not? R: Pedes F: Because it is … R: [ot] 6 Nov. saat Rafa sedang makan nasi kuning bersama ibunya
5.3.4.2 Penggelembungan Makna dan Penciutan Makna Ditemukan gejala penggelembungan dan penciutan makna dalam perolehan leksikon bahasa Inggris Rafa. Berikut adalah uraiannya.
5.3.4.2.1 Penggelembungan Makna Dalam cuplikan di bawah ini terlihat bahwa Rafa telah dapat memproduksi butir leksikal speaker sebagai penamaan untuk referen ‘muadzin/orang yang beradzan’. Namun, saya mecurigai bahwa selain merujuknya kepada ’muadzin’, Rafa juga merujuknya kepada ’khatib’ karena saat kami sedang menyimak khatib berkutbah saya sering mengatakan kepada Rafa: ”When the speaker is giving his speech, we have to be silent, okay.” Dengan kata lain, Rafa merujuk butir leksikal ini kepada dua referen yang berbeda: ‘muadzin’ dan ‘khatib’. Padahal, butir leksikal ini, yang memang merupakan sebuah satuan linguistis sebagai masukan yang saya berikan kepada Rafa, sejauh ini hanya saya gunakan untuk mengacu kepada ’khatib’. F: Who is doing Adzan? R: [spikə:] 6 Nov. saat saya dan Rafa mendengar adzan dan saya menanyainya tentang itu
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
146
Contoh lain dari penggelembungan makna adalah pemberian nama cookies bagi referen lain yang memiliki rasa yang sama dengan referen ’kue kering hari raya yang berasa asin karena mengandung keju’; referen lain itu adalah ’keju’. Dengan demikian Rafa telah menggelembungkan makna butir leksikal cookies. Petunjuk untuk gejala ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut. R: Bapak … bikin … bikin … bikinnnn … keju. F: What do you call it in English? R: Er, keju. F: In English. R: [ku:kis] F: Hm? R: [ku:kis] F: Not cookies, cheese. 7 Okt. saat Rafa membuka lemari es dan mengambil sebongkah keju
5.3.4.2.2 Penciutan Makna Saya mencurigai bahwa butir leksikal work dimaknai Rafa hanya untuk kegitan saya (ayahnya) yang terkait dengan komputer. Kecurigaan ini saya dasarkan pada ingatan saya, yakni Rafa hanya telah terpajan kepada butir leksikal ini ketika saya bertutur seperti yang dapat dilihat dalam cuplikan di bawah ini; dan ini saya dapat katakan sebagai contoh gejala penciutan makna yang dilakukan Rafa. F: I have to work on ... R: [onkompiRə:] 7 Nov. saat saya ingin melanjutkan mengetik tesis ini dan meminta Rafa untuk bermain sendiri
Contoh lain dapat dilihat pada penggunaan butir leksikal I. Walaupun ia telah memperoleh butir leksikal itu, saya mencurigai bahwa Rafa menyempitkan maknanya sebagai referen ’ayahnya’, alih-alih sebagai ’pronomina orang pertama tunggal’, karena saya selalu mengunakan pronomina I untuk merujuk kepada pronomina orang pertama ketika berinteraksi dengan Rafa, alih-alih menggunakan pronomina penyapa seperti bapak. Butir leksikal itu juga saya rasa merupakan contoh penciutan makna dalam pemerolehan leksikon bahasa Inggris Rafa. Di samping itu, kerumitan pemaknaan butir leksikal I dapat dianalisis dengan sudut pandang sistem deiksis yang dijelaskan dalam bagian di bawah ini.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
147
Contoh lainnya, penciutan makna terjadi pada penggunaan butir leksikal naughty. Sebenarnya belum/tidak didapatkan petunjuk untuk hal ini; namun berdasarkan alasan yang dapat dilihat dalam lampiran tesis ini, saya menginterpretasikannya berada dalam pada tataran komprehensi. Selain itu, walaupun seandainya Rafa telah benar-benar memperoleh butir leksikal ini pada tataran komprehesi saya juga mencurigai bahwa pemaknaannya sebatas pada ’sifat kucing’ karena saya selalu menuturkan butir leksikal ini ketika kucing-kucing kami berperilaku nakal. 5.3.4.3 Perolehan Deiksis Deiksis memang sistem yang rumit dalam pemerolehan bahasa. Di dalam cuplikan di bawah ini didapatkan petunjuk bahwa terdapat kerumitan dalam pemerolehan deiksis orang, yakni dalam pemaknaan butir leksikal me dan you. Berdasarkan petunjuk dalam cuplikan di bawah ini, pada tanggal 7 Okober 2009, Rafa terlihat megacaukan makna me dan you. Namun, pada tanggal 31 Oktober 2009 didapat petunjuk bahwa Rafa telah memaknai me dengan benar. Akan tetapi, pada tanggal 6 November, pengacauan makna bagi butir leksikal me terjadi kembali. Kerumitan pemerolehan deiksis inipun dapat dijadikan contoh dari ketidakajekan pemberian makna yang telah diuraikan sebelum ini. F: Do you want me to help you? R: Eh hm F: What should I do? R: [bapa?:?ep:?ep:?epju] F: Hm not help you. R: [ep:?ep:?epmi:] F: So what should I do for you? R: [bapa?:ep:?ep:?epmi:] 7 Okt. saat saya menemani Rafa bermain sepeda di luar rumah F: Do you want to hold you? How do you say it? R: [pa?:o?mi:] F: Okay. 31 Okt. saat Rafa meminta saya untuk menggendongnya di rumah F: Does it belong to Ibu or belong to me? R: [tumi:] 6 Nov. saat saya menayai Rafa siapa yang memiliki cangir yang saya pegang
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
148
Selain butir leksikal me dan you di atas, dalam cuplikan berikut juga didapat petunjuk adanya kerumitan dalam pemerolehan makna butir leksikal my dan your. Walaupun telah dapat memproduksinya, namun terlihat bahwa Rafa masih mengacaukan maknanya. F: What can you see? Who are they? R: [maycuden] F: Student. Not my student. 6 Nov. saat saya dan Rafa melihat sejumlah siswa di sebuah SMA F: Hm? What did you wash? R: [wosyo?en] F: Your hand? R: [əm] 31 Okt. saat Rafa sedang bermain air di halaman belakang rumah kami
Kemudian daripada itu, saya mencurigai bahwa gejala kerumitan serupa juga terjadi pada proses pemerolehan deiksis-deiksis lain seperti deiksis ruang dan deikis waktu. Akan tetapi belum diperoleh petunjuk yang dapat saya gunakan untuk membuktikan kecurigaan saya itu.
5.3.4.4 Penggunaan one sebagai Pronomina Pengganti Didapatkan petunjuk bahwa Rafa telah dapat menggunakan pronomina pengganti one untuk menggantikan penggunakan sebuah butir leksikal. Petunjuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut. F: Now we are waiting, right? What are we waiting for? R: [aekondIcen] F: What are we waiting for? R: [aekondIcen] F: Air-conditioned what? R: [wan] F: Air-conditioned car? R: [bukan::aekondicenwan] F: Ya. Air-conditioned car or air-conditioned motorcycle? R: [aekondicentein] 26 Okt. sat saya dan Rafa menunggu KRL ber-AC di stasiun Cilebut
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
149
5.4 Pengaruh Variabel Bebas terhadap Perolehan Leksikon Terdapat sejumlah butir leksikal yang telah diperoleh Rafa yang saya curigai sangat terkait dengan pengaruh beberapa variabel bebas. Berikut adalah uraian tentang pengaruh variabel bebas yang dimaksud
5.4.1 Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Profesi ayah Rafa, yakni seorang guru atau dosen, tentu berpengaruh terhadap pemerolehan butir leksikalnya. Sebagai contoh, telah diperolehnya butir leksikal Inggris yang terkait dengan kegitan belajar seperti computer dan laptop saya rasa adalah pengaruh dari variabel bebas ini. Selain itu, telah diperolehnya butir leksikal teach juga merupakan pengaruh variabel bebas ini. Seandainya Orang tua Rafa bukanlah seorang yang bergelut dengan dunia akademis, dan tidak memiliki komputer atau laptop belum tentu ia telah memperoleh butir leksikal Inggris untuk referen-referen tersebut di atas. Profesi ibu Rafa, yakni seorang karyawan di sebuah kantor notaris juga berpengaruh terhadap perolehan butir leksikal tertentu. Sebagai contoh, telah diperolehnya butir leksikal office saya curigai merupakan pengaruh dari variabel bebas ini. Alasan untuk itu adalah karena Rafa sering sekali terpajan kepada informasi yang saya berikan tentang keberadaan ibunya, yakni berupa tuturan Ibu is going to her office. Selain itu, terkait dengan keterbatasan waktu yang dimiliki ibu Rafa sebagai konsekuensi dari pekerjaannya sehingga ia terkadang menyajikan masakan cepat saji untuk keluarga kami, perolehan butir leksikal nugget dan noodle saya curigai juga sebagai pengaruh variabel bebas ini.
5.4.2 Latar Belakang Keetnisan dan Kebudayaan Orang Tua Ayah Rafa yang beretnis Minangkabau, yakni yang sering diidentikkan dengan orang yang menyukai makanan bercita rasa pedas. Sebagai contoh, telah diperolehnya butir leksikal hot ’pedas’ saya curigai sebagai pengaruh variabel bebas ini. Selain itu, karakteristik pola pengasuhan anak yang ada dalam keluarga kami seperti terdapatnya pembedaan yang jelas antara tugas ayah dan ibu dalam Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
150
mengasuh anak telah mempengaruhi hasil perolehan butir leksikal bahasa Inggris Rafa. Pengaruh variabel bebas ini tampaknya bertumpang tindih dengan dengan pengaruh variabel Jenis kelamin Pemberi Masukan Bahasa Inggris dan Variabel Jenis Kelamin Subyek Penelitian. Oleh karena itu penjelasan untuk itu dapat dilihat dalam uraian dalam bagian subbbagian 5.4.4 di bawah ini.
5.4.3 Latar Belakang Keagamaan Orang Tua Sering terpajannya Rafa kepada ritual keislaman orang tuanya telah berpengaruh terhadap perolehan butir leksikal tertentu. Sebagai contoh, telah diperolehnya butir leksikal do shalat dan take wudhu merupakan pengaruh variabel ini. Selain itu, Rutinitas saya dan Rafa pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Jumat merupakan faktor yang mempengaruhi telah diperolehnya butir leksikal mosque. 5.4.4 Jenis kelamin Pemberi Masukan Bahasa Inggris dan Jenis Kelamin Rafa Pemberi masukan bahasa Inggris kepada subyek penelitian berjenis kelamin laki-laki, dan subyek penelitian juga berjenis kelamin laki-laki. Dua variabel itu berpengaruh kepada butir leksikal yang diperoleh subyek penelitian. Berdasarkan hasil interpretasi data, terlihat bahwa butir-butir leksikal yang termasuk ke dalam ranah kendaraan telah banyak diperoleh Rafa. Sementara itu, ternyata tidak ada satu pun butir leksikal yang termasuk ke dalam ranah perlengkapan makan yang telah diperoleh Rafa. Kedua gejala itu dapat saya katakan sebagai pengaruh dari kedua variabel bebas ini. Hal yang berkebalikan mungkin terjadi seandainya yang menjadi pemberi masukan bahasa Inggris adalah ibunya atau orang dewasa lain yang berjenis kelamin perempuan atau subyek penelitian berjenis kelamin perempuan. Belum diperolehnya butir leksikal doll tentu merupakan pengaruh variabel bebas ini.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
151
5.4.5 Tempat Tinggal dan Anggota Keluarga Subyek Penelitian Berikut adalah hal-hal yang terkait dengan pengaruh tempat tinggal dan anggota keluarga subyek penelitian terhadap perolehan leksikon bahasa Inggrisnya. 5.4.5 1 Kondisi Rumah Kondisi rumah tempat tinggal kami berpengaruh kepada perolehan leksikon Rafa. Sebagai contoh, rumah kami yang memiliki halaman belakang berpengaruh terhadap telah diperolehnya butir leksikal backyard. Saya tidak yakin ia telah memperolehnya seandainya rumah kami tidak memiliki halaman belakang. 5.4.5.2 Lingkungan Sekitar Karena rumah tempat kami tinggal berada di dekat bantaran sungai Ciliwung, Rafa telah terpajan kepada dan memperoleh butir leksikal Inggris yang merujuk kepada referen ’sungai’ dan ’mengamati sungai’, yakni river dan observe the river. Saya tidak yakin bahwa Rafa dapat memperoleh kedua butir leksikal itu bila kami tinggal di lingkungan yang jauh dari sungai. Selain itu, karena di bantaran sungan ciliwung banyak ditanam pohon pisang, telah diperolehnya satusatunya butir leksikal yang termasuk ke dalam ranah buah-buahan oleh Rafa, yakni banana, saya curigai sebagai pengaruh variabel tempat tinggal keluarganya. 5.4.5.3 Anggota Keluarga Telah diperolehnya butir leksikal yang termasuk ke dalam ranah perlengkapan bayi dan yang terkait dengan bayi tentulah merupakan pengaruh dari adanya seorang bayi dalam keluarga Rafa, yakni adiknya yang bernama Zahra. Pada saat proses Pengumpulan data, Zahra baru berusia empat bulan lebih.
5.4.6 Pemajanan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris secara Serentak dan Strategi Pemberian Sinonim antara Dua Bahasa Berikut adalah hal-hal yang terkait dengan pengaruh pemajanan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang dilakukan secara serentak dan strategi pemberian sinonim antara dua bahasa terhadap pemerolehan leksikon bahasa Inggris Rafa.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
152
5.4.6.1 Pemberian Sinonim antara Dua Bahasa Dapat saya laporkan bahwa Rafa mengetahui sinonim dalam bahasa Indonesia bagi sebagian besar butir-butir leksikal Inggris yang diperolehnya. Petunjuk untuk itu dapat dilihat pada hampir semua cuplikan-cuplikan bagi butir leksikal yang berada pada tataran produksi terpancing. Gejala ini tentunya dapat dikatakan sebagai pengaruh dari strategi pemberian sinonim antara dua bahasa. Dengan kata lain, Rafa dapat memberikan sinonim antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk butir leksikal tertentu ketika dipancing. Selain itu, ditemukan petunjuk bahwa gejala pemberian sinonim ini tidak selalu harus dipancing. Ditemukan sebuah gejala menarik, yakni pemberian sinonim antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang terjadi secara spontan, seperti yang dapat dilihat pada pemberian sinonim antara butir leksikal Indonesia mati dan butir leksikal Inggris die dalam cuplikan berikut. F: What happened to the rabbit? R: [matI?:dayit] F: Died? R: [əm] 31 Okt. saat saya dan Rafa bermain di pinggir sungai dan membicarakan kelincinya yang telah mati dan saya lemparkan ke sungai saat itu
5.4.6.2 Pembatalan Penggunaan Butir Leksikal Indonesia dan Penggunaan Istilah Inggris Didapatkan petunjuk bahwa Rafa memilih penggunaan butir leksikal Inggris setelah membatalkan penggunaan butir leksikal Indonesia. Contoh gejala ini dapat dilihat dalam beberapa cuplikan di bawah ini. Pada cuplikan pertama terlihat bahwa Rafa tampaknya membatalkan penggunaan butir leksikal Indonesia angkot dan memutuskan penggunakan butir leksikal Inggris public car. Pada cuplikan kedua terlihat bahwa tampaknya Rafa membatalkan penggunaan butir leksikal Indonesia gergaji dan memutuskan penggunaan butir leksikal Inggris saw. Pada cuplikan ketiga terlihat bahwa tampaknya Rafa membatalkan penggunaan butir leksikal Indonesia batu dan serta merta memutuskan penggunaan butir leksikal Inggris stone; walaupun pengucapan untuk butir leksikal ini belum sempurna.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
153
F: What car is it R: [aŋ::pʌbIkkʌ:] F: Hm? What is it? R: [pʌbIkkʌl] 19 Okt. saat saya dan Rafa melihat sebuah angkot di jalan raya F: Look at om Yayat. What is he pruning the tree with? With the … R: [ɡəɡa?cow] 1 Nov. saat saya dan Rafa melihat tetangga kami Pak Yayat sedang memangkas pohon di pekarangan rumahnya R: Batu, batu. F: What are they? R: [battoun] F: Stones? R: [əm] 31 Okt. saat Rafa sedang membaca buku bergambar di rumah
Di samping itu, petunjuk bahwa Rafa telah memperoleh butir leksikal stone dapat dilihat dalam cuplikan berikut ini. F: What do you call them? R: Batu F: In English, please. R: [stoun] 6 Nov. saat saya dan Rafa sedang bermain di pekarangan depan rumah dan kami melihat banyak batu
5.4.6.3 Penggunaan Butir Leksikal Indonesia yang Disusul Penggunaan Butir Leksikal Inggris Didapatkan petunjuk bahwa Rafa menggunakan butir leksikal bahasa Inggris ketika berinteraksi dengan saya; butir leksikal bahasa Inggris itu digunakannnya setelah ia menggunakan butir leksikal bahasa Indonesia untuk referen yang sama. Gejala ini dilakukan Rafa secara spontan atau tanpa adanya pancingan yang saya berikan sebagai mitra tutur dalam peristiwa tutur itu. Penggunaan butir leksikal Indonesia tengkurap dan butir leksikal Inggris face down merupakan contoh gejala ini sebagaimana dapat dilihat dalam cuplikan berikut. F: What is your sister doing? R: Tengkurep … [fetdawun] F: eh? R: [fet:::fetdauwn] F: oh… She is facing down? R: [ya:: batuk::fais::fais daun] 7 okt. saat saya meminta Rafa mengomentari apa yang sedang dilakukan adiknya ketika adiknya sedang tengkurap Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
154
5.4.6.4 Gejala Penerjemahan Terdapat upaya penerjemahan yang terkait dengan perolehan butir-butir leksikal Rafa. Terdapat kekeliruan atau ketidak-berhasilan dalam penerjemahan itu; di samping itu, juga terdapat keberhasilan. Berikut adalah uraian tentang kekeliruan dan keberhasilan dimaksud.
5.4.6.4.1 Kekeliruan dalam Penerjemahan Didapati bahwa Rafa telah dapat melakukan penerjemahan satuan linguistis Inggris ke dalam satuan linguistis Indonesia. Petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam cuplikan-cuplikan berikut, yakni penerjemahan satuan linguistis Inggris you are going upstars menjadi mau ke tangga dan you’ve got dirty face menjadi Rafa kotor kaki. F: Tell her that you are going upstairs. R: Mau ke … ke … ke tangga. 19 Okt. saat saya dan Rafa berada di FKIP Univ. Ibn Khaldun Bogor dan kami akan menunuju lantai atas F: You’ve got dirty face. Tell Ibu you’ve got dirty face. R: Ibu, Rafa kotor kaki F: Face, your face. 7 Nov. saat saya meminta Rafa menemui ibunya karena mukanya berlepotan sisa makanan
Dalam penerjemahan itu terjadi kekeliruan. Satuan linguistis apik You are going upstairs yang diproduksi orang dewasa sebagai mitra tutur Rafa seharusnya diterjemahkannya sebagai Rafa mau ke atas dulu atau mungkin Aku mau ke atas dulu. Dalam gejala ini juga didapat petunjuk bahwa Rafa sebenarnya belum memperoleh makna upstairs yang sebenarnya merupakan sebuah butir leksikal tersendiri. Ia mengasosiasikan makna tuturan itu dengan sebuah elemen yang ada di dalamnya yang merupakan butir leksikal yang telah diperolehnya, yakni stairs yang merupakan butir leksikal yang merujuk kepada ’tangga’. Dalam cuplikan kedua, didapat petunjuk bahwa Rafa melakukan beberapa kekeliruan. Kekeliruan pertama adalah penerjemahan satuan linguistis Inggris face menjadi satuan linguistis Indonesia kaki, alih-alih menjadi yang seharusnya, yakni Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
155
muka. Padahal, sebenarnya Rafa telah mengetahui penamaan untuk referen ’kaki’, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut. F: What’s wrong with pak uwo, Rafa? R: Sakit. F: What part of his body hurts? His head? R: [em] F: No, not his head. His … Hm? What part of his body hurts? His hand? R: [kaki?] F: In English? R: [fit] F: Oh his feet. Okay. 1 Nov. saat melihat pak Agus yang kakinya sedang sakit
Kekeliruan kedua adalah penerapan kaidah sintaktis bahasa Inggris dalam pembentukan satuan linguistis Indonesia yang tidak apik, yakni penerjemahan dirty face menjadi kotor kaki. Dengan kata lain, selain terjadi kekeliruan penerjemahan secara leksikal, juga terjadi kekeliruan penerjemahan secara sintaktis. Kekeliruan secara leksikal itu saya curigai disebabkan oleh latar belakang pengalaman. Pada saat-saat sebelum itu, saya sering mengomentari Rafa tentang kakinya yang kotor dan belum pernah mengomentarinya tentang perihal mukanya. Dengan demikian, saya mencurigai bahwa tuturan face saya dicerap Rafa sebagai varian bentuk kata Inggris bagi referen ’kaki’. Kekeliruan penerjemahan secara sintaktis itu berkaitan dengan peletakkan pewatas dalam frasa; alih-alih meletakkan pewatas setelah nomina, Rafa meletakkannya sebelum nomina ketika ia menuturkan satuan linguitis Indonesia dimaksud. Kekeliruan itu dapat saya katakan sebagai interferensi sitaktis dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia Rafa. Contoh kekeliruan lain terdapat dalam cuplikan percakapan yang mengandung butir leksikal in dan out dan dapat dilihat dalam lampiran tesis ini. 5.4.6.4.2 Keberhasilan dalam Penerjemahan Di samping contoh-contoh kekeliruan di atas, terdapat keberhasilan dalam upaya penerjemahan. Sebagai contoh, Rafa didapati telah berhasil menerjemahkan satuan linguistis Inggris There is a candle on the table menjadi tuturan satu kata
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
156
atau holophrastic speech Indonesia lilin. Petunjuk bagi contoh itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut. F: What can you see on the table R: [katəl] F: What is it? R: [ketəl] F: Tell Ibu there is a candle on the table. R: Bu, Ibu, lilin. 31 Okt. saat sedang mati lampu dan saya baru saja menyalakan lilin dan meletakkannya di atas meja
Bahkan, dibandingkan dengan yang dicontohkan di atas ini, Rafa telah dapat melakukan upaya penerjemahan yang jauh lebih berhasil. Petunjuk untuk itu dapat dilihat dalam cuplikan berikut, yakni penerjemahan It is a little house menjadi Ada rumah kecil. F: What’s that? R: [RItəaus] F: Little house. Okay R: Ini juga little house. F: Tell Ibu that it is a little house. R: Ibu, ada rumah kecil. 31 Okt. saat Rafa sedang membaca buku bergambar di rumah
Sebuah contoh lain dari gejala penerjemahan, atau mungkin dapat dikatakan sebagai gejala parafrase tuturan Inggris mitra tutur ke dalam bahasa Indonesia, dapat dilihat dalam cuplikan percakapan yang mengandung butir leksikal eat berikut. F: Do you want to eat rambutan? Do you want to eat now? R: [əm] F: Ask Ibu for permission. R: Ibu, mau … mau maem rambutan. 7 Nov. saat Rafa ingin makan rambutan
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
BAB VI KESIMPULAN Ronjat (1913; dalam Romaine 2000: 187–91), yang mengamati perkembangan kebahasaan putranya Louis, melaporkan bahwa pada usia 3;5 Louis telah menguasai fonem kedua bahasa (Jerman dan Prancis). Bertaut dengan laporan Ronjat itu, berdasarkan analisis data, saya ingin melaporkan bahwa pada usia sekitar 2;10, selain telah dapat memproduksi sebagian besar dari bunyi-bunyi utama (baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan dalam bahasa Inggris dan Indonesia), Rafa telah mengenal (terlalu dini bagi saya untuk mengatakan menguasai) bunyi bahasa tertentu, baik yang segmental maupun suprasegmental, yang tidak umum dalam fonotaktik bahasa Indonesia sebagai bahasa pertamanya namun merupakan bunyi yang umum dalam fonotaktik bahasa Inggris sebagai bahasa keduanya. Saya belum dapat mengatakan bahwa bunyi yang dimaksud juga merupakan fonem bahasa Inggris yang telah diperoleh Rafa karena saya belum menemukan petunjuk yang dapat saya gunakan untuk menginterpretasi bahwa bunyi-bunyi dimaksud benar-benar bersifat distingtif. Penelusuran tentang itu memang tidak saya lakukan karena memang bukan salah satu tujuan dari penelitian ini. Dengan demikian, saya hanya ingin melaporkan bahwa pengucapan atau produksi bunyi-bunyi bahasa dimaksud telah dapat ditemukan dalam produksi butir-butir leksikal dalam leksikon bahasa Inggris Rafa. Salah satu temuan penting dalam penelitian ini adalah, pada usia 2;10, Rafa telah memperoleh setidak-tidaknya 460 butir leksikal bahasa Inggris. Butir leksikal dimaksud dikelompokkan ke dalam ranah-ranah semantis tertentu; dan ranah semantis yang memiliki butir leksikal terbanyak adalah ranah semantis kegiatan, yakni yang memiliki 90 butir leksikal (28 dalam ranah kegiatan sehari-hari dan 62 dalam ranah kegiatan lain-lain). Di samping itu, ranah semantis buah-buahan dan sayuran masih ”sangat miskin” karena hanya memiliki satu butir leksikal. Bahkan ada satu ranah semantis yang belum memiliki butir leksikal sama sekali, yakni ranah semantis perlengkapan makan. Persebaran butir leksikal dimaksud dapat dikatakan sebagai kekhasan dalam perolehan leksikon bahasa Inggris Rafa. 157 Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
158
Seperti yang dilakukan Saunders (1982; dalam Romaine, 2000: 198–203), temuan dalam penelitian ini juga saya kaitkan dengan model tiga-tahap perkembangan kedwibahasaan awal yang diusulan Taeschner (1978; dalam De Houwer, 1996: 230), yakni yang pada dasarnya memandang perkembangan itu dimulai dari tahap bercampurnya unsur leksikal sampai dengan pemisahan struktural dari dua bahasa. Berikut adalah uraian tentang ketiga tahap itu dan kaitannya dengan perolehan leksikon bahasa Inggris Rafa 1. Anak memiliki satu sistem leksikal yang terdiri atas kosakata dari dua bahasa. Untuk gagasan ini, dapat saya katakan bahwa Rafa, pada tahap awal, memiliki suatu sistem leksikal yang terdiri atas kosakata dari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Butir-butir leksikal dalam sistem leksikal itu tentunya adalah hasil dari pemajanan kedua bahasa itu kepadanya. 2. Sistem leksikal yang berbeda berkembang, namun anak masih bergantung pada satu sintaktis untuk dua bahasa. Untuk gagasan ini, dapat saya katakan juga bahwa sistem leksikal Rafa lambat laun berkembang. Dengan kata lain, Rafa telah dapat membedakan sistem leksikal bahasa Indonesianya dari sistem leksikal bahasa Inggrisnya. Namun, pada usia sekitar 2;10 didapat petunjuk bahwa Rafa terkadang masih bergantung kepada sistem sintaktis bahasa Indonesia dalam menggunakan butir-butir leksikal bahasa Inggrisnya. Hal ini tentu sangat beralasan; alasannya adalah karena bahasa Indonesia merupakan bahasa yang dominan dalam keluarga dan lingkungan sekitar Rafa, bahasa itu terpajankan kepadanya jauh lebih intensif dibandingkan bahasa Inggris. 3. Sistem gramatikal berkembang dan menghasilkan diferensiasi dua sistem linguistis. Untuk gagasan ini, dapat saya katakan bahwa selain telah memperoleh kaidah-kaidah gramatikal tertentu dalam bahasa Indonesia (namun pengamatan atas hal ini tidak saya lakukan dalam penelitian ini), Rafa telah mengenal (sekali lagi saya ingin menegaskan bahwa terlalu dini bagi saya untuk mengatakan memperoleh) kaidah-kaidah gramatikal (fonetis-fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantis) dalam bahasa Inggris. Petunjuk bagi klaim saya ini telah saya jabarkan dalam Bab Analisis Data. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
159
Kemudian, dengan mencermati perolehan leksikon Rafa yang saya amati dalam penelitian ini, saya ingin mempertegas bahwa tipe kedwibahasaan Rafa memang benar-benar dapat digolongkan ke dalam salah satu tipe kedwibahasaan yang diusulkan Weinreich (dalam Field, 2006:32). Tipe itu adalah kedwibahasaan berkoordinasi (coordinate bilingualism), yakni kondisi seorang anak usia dini yang lebih memilih menggunakan sebuah bahasa ketimbang bahasa lainnya; konsekuensinya adalah anak itu mengembangkan dua sistem leksikal yang bebas, namun terdapat ketumpangtindihan makna. Penegasan ini berdasarkan pada temuan yang diperoleh dalam penelitian ini. Dalam proses pengumpulan data, yakni ketika Rafa berusia sekitar 2;10, ditemukan bahwa ia cenderung atau lebih memilih (prefer) untuk menggunakan bahasa Indonesia ketika berinteraksi dengan saya sebagai ayahnya. Preferensi (preference) itu tetap dilakukan Rafa walaupun saya telah dengan sangat terencana, terkontrol, ajek, dan sinambung menggunakan bahasa Inggris ketika berinteraksi dengan Rafa sejak ia lahir. Dalam analisis data dapat dilihat bahwa Rafa telah memiliki sistem leksikal bahasa Inggrisnya yang khas. Sistem leksikal itu tentunya merupakan hasil pengembangan sistem itu sejak ia terpajan kepada bahasa Inggris pertama kali. Pengacauan makna, ketidakajekan pemberian makna terhadap butir-butir leksikal tertentu, dan perubahan tipe-tipe pemerolehan butir leksikal tertentu yang telah diuraikan dalam Bab Analisis Data dapat saya katakan sebagai rupa dari gagasan ketumpangtindihan makna yang dimaksud Weinreich di atas. Kekhasan sistem leksikal atau leksikon Rafa dapat dilihat dari butir-butir leksikal tertentu yang bukan merupakan butir leksikal yang umumnya terdapat dalam leksikon bahasa Inggris anak usia dini penutur jati bahasa Inggris atau anak dwibahasawan lainnya yang menjadikan bahasa Inggris salah satu bahasa yang dikuasainya. Kekhasan itu tampaknya memang merupakan pengaruh dari variabel-variabel bebas yang telah disebutkan dalam bab III.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
BAB VII PENUTUP: DISKUSI DAN SARAN
7.1 Anak: Manusia Kecil yang Siap akan Pemajanan Lebih dari Satu Bahasa Meisel (dalam Bathia, 2004: 91) mengutarakan bahwa hal yang sering disorot terkait dengan pemerolehan bahasa adalah pandangan bahwa anak yang terpajan kepada lebih dari satu bahasa selama fase perkembangan dini mungkin akan terbingungkan secara linguistis, kognitif, emosional, dan bahkan moral. Berdasarkan sorotan ini, banyak orang tua, pendidik, dan penentu kebijakan meragukan keberhasilan proses pendidikan berdwibahasa. Sehubungan dengan itu, Meisel (dalam Bathia, 2004: 92), menyarankan agar penelitian tentang kedwibahasaan anak harus dilakukan untuk membuktikan bahwa apakah ketakutan seperti itu memiliki dasar yang kuat atau tidak. Lebih lanjut, Meisel menyatakan bahwa pandangan filosofis dan epistemologis menunjukkan bahwa kapling bahasa dalam otak manusia telah dilengkapi dengan kedwibahasaan. Dengan demikian, pandangan bahwa kedwibahasaan anak merupakan sumber gangguan potensial dapat ditinggalkan. Selain tersemangati oleh Penelitan Dardjowidjojo (2000), penelitian yang saya lakukan ini juga ingin saya katakan sebagai realisasi saya atas saran Meisel tersebut di atas. Hasil penelitian ini saya katakan dapat dijadikan sebagai bukti bahwa keraguan akan keberhasilan pemajanan lebih dari satu bahasa kepada anak sejak lahir dapat disanggah. Bahkan, terkait dengan pandangan bahwa kapling bahasa dalam otak manusia – dalam hal ini anak usia dini – telah dilengkapi dengan kedwibahasaan, saya ingin mengatakan bahkan temuan penelitian ini menunjukkan bahwa anak adalah manusia kecil yang pada dasarnya siap akan pemajanan lebih dari satu bahasa.
160 Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
161
7.2 Pemajanan Bahasa Inggris secara Ajek dan Sinambung: Salah Satu Variabel Utama yang Berpengaruh terhadap Perolehan Leksikon Rafa Terdapat banyak variabel bebas yang mempengaruhi perolehan leksikon Rafa. Dalam bab ini, saya ingin mempertegas bahwa di antara variabel-variabel itu, ada satu yang sangat berpengaruh kepada hasil perolehan leksikon bahasa Inggris Rafa, yakni keajekan atau konsistensi dan kesinambungan upaya pemajanan bahasa Inggris kepadanya. Bila dikaitkan dengan penelitian terdahulu, variabel ini juga yang tampaknya telah mempengaruhi pemerolehan kode pada kasus Dira yang dilaporkan Priyanto (2006) dan saya kutip dalam Bab II. Sementara itu, tidak terlihatnya variabel dimaksud dalam studi kasus terhadap anak berusia tiga tahun yang bernama Alicia yang dilakukan Yuliana (2005) saya curigai telah mempengaruhi ketidakberhasilan pemerolehan kedwibahasaan sang anak. Lebih jauh mengenai penelitian itu, dalam bab II, diuraikan bahwa Yuliana melaporkan temuan penelitiannya itu mendukung pendapat Steinberg (2001; dalam Yuliana, 2005) yang menyatakan bahwa kedwibahasaan dapat memberi dampak negatif pada pemelajaran bahasa pertama. Sebagai solusi, Yuliana menyarankan ibu Alicia untuk mengajarkan bahasa pertama saja kepada Alicia, yakni bahasa Indonesia dan menghentikan penggunaan bahasa Inggris kepadanya. Selanjutnya, Yuliana menyimpulkan bahwa
kasus Alicia telah menunjukkan
bahwa pengajaran bahasa kedua pada anak tidaklah tepat sebelum si anak menguasai bahasa pertamanya. Berdasarkan apa yang saya selidiki dan temukan dalam penelitian ini, saya merasa Yuliana telah gegabah dalam mengambil kesimpulan itu. Sanggahan saya ini saya dasarkan pada kondisi bahwa Ibu Alicia tidak menggunakan sebuah bahasa secara ajek ketika berinteraksi dengan Alicia, yakni ia terkadang menggunakan bahasa Inggris dan terkadang menggunakan bahasa Indonesia; di samping itu saya mencurigai pula bahwa bahasa Indonesia yang dimaksud sebenarnya bukan bahasa Indonesia melainkan yang disebut dalam SIL Internasional Cabang Indonesia (2006: 2) sebagai bahasa Cina Indonesia atau bahasa Baba Indonesia. Kondisi atau variabel ketidakajekan pemberian masukan sebuah bahasa oleh ibu
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
162
Alicia sebagai orang dewasa pemberi masukan bahasa inilah yang saya curigai sebagai faktor ketidakberhasilan pemerolehan kedwibahasaan pada Alicia. Di samping itu, Yuliana menyampaikan suatu hal yang kontradiktif dalam laporan penelitiannya. Disampaikannya bahwa praktik ketidakajekan pemberian masukan bahasa (terkadang bahasa Inggris dan terkadang bahasa Indonesia) telah membawa hasil kepada kedua kakak Alicia. Hal ini diklaim Yuliana dapat dilihat dari gejala bahwa mereka dapat berbicara dan memahami bahasa Inggris lebih baik dibandingkan sebelumnya. Akan tetapi, kebalikannya yang terjadi pada Alicia. Namun, sangat disayangkan Yuliana tidak mengutarakan secara gamblang keberhasilan pemerolehan kedwibahasaan yang diperoleh kedua kakak Alicia itu. Di samping itu, saya mencurigai Yuliana tergelincir dalam membandingkan Alicia dengan kedua kakaknya itu. Ada dua pertanyaan terkait dengan itu: (1) Apakah Alicia memang mendapat praktik pemberian masukan bahasa yang benar-benar sama dengan yang didapat kedua kakaknya?, (2) Apakah variabel-variabel bebas dalam pemajanan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia kepada Alicia benar-benar sama dengan variabel-variabel dalam pemajanan kedua bahasa itu kepada kedua kakaknya? Kedua pertanyan itulah yang seharusnya telah dijawab Yuliana sebelum menentukan kesimpulan itu. 7.3 Hipotesis-hipotesis Pascapenelitian sebagai Saran Salah satu kelebihan penelitian kualitatif adalah adanya potensi untuk membentuk hipotesis-hipotesis baru (Brown, 2003; dalam Mackey, 2005: 162–164). Di samping itu, Duff (2008: 43–4) memaparkan kasus yang didapati dalam penelitian yang berancangan studi kasus longitudinal dapat memunculkan hipotesis baru atau model yang kemudian hari dapat diuji kebenarannya dengan menggunakan rancangan penelitian yang sama maupun rancangan yang lain. Terkait dengan dua pendapat itu, saya menemukan beberapa hipotesis baru; dan berdasarkan pendapat Brown dan Duff di atas,
hipotesis itu saya sebut sebagai hipotesis pasca-
penelitian. Berikut adalah uraian mengenai hipotesis-hipotesis dimaksud; dan hipotesis-hipotesis itu juga merupakan saran yang saya ajukan dan didasarkan pada hasil penelitian ini. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
163
6.3.1 Keajekan Pemberian Masukan Bahasa sebagai Penentu Utama Hasil dari Pemerolehan kedwibahasaan Berdasarkan diskusi yang diuraikan di atas, saya menyarankan agar para orang tua atau orang dewasa pemberi masukan bahasa kepada anak untuk memperhatikan gagasan keajekan dalam pemberian masukan bahasa. Dengan kata lain, walaupun campur kode atau alih kode merupakan gejala bahasa yang sulit untuk dihindari dalam penggunaan bahasa, ketika berinteraksi dengan anak, pemberi masukan bahasa seyogiayanya memilih satu kode bahasa utama yang digunakan. Bila orang itu ingin sang anak terpajan kepada kode bahasa lain, maka si anak seyogiayanya mendapatkannya dari orang dewasa lain sebagai pemberi masukan bahasa lain itu. Upaya ini akan menghindarkan anak dari kebingungan dalam halhal yang terkait dengan strategi komunikasi; alih-alih upaya itu akan menggring anak kepada keberhasilan pemerolehan strategi komunikasi seperti yang terjadi pada kasus Dira yang dilaporkan Priyanto (2006). Gagasan yang saya sarankan ini dapat saya katakan sebagai salah satu hipotesis yang saya peroleh setelah melakukan penelitian ini. Keberterimaan hipotesis ini tentu perlu dibuktikan melalui penelitian yang lebih lanjut. 7.3.2 Ketidaksesuain Hasil Penelitian ini dengan Hasil Penelitian Terdahulu tentang Perolehan Leksikon Anak Hal lain yang saya jadikan sebagai hipotesis pascapenelitian ini adalah bahwa perolehan leksikon bahasa Inggris anak Indonesia sebagai hasil proses pemerolehan kedwibahasaan (Indonesia-Inggris) saya curigai tidak bersesuaian dengan kesimpulan Goldin-Medow et al. (1976) yang dikutip Clark (2003: 127), yakni dalam sebuah penelitian studi kasus atas anak-anak yang berusia dua tahun ditemukan bahwa mereka memahami 61 % dari kata dan istilah yang diujikan dan hanya dapat memproduksi 37% dari kata dan istilah yang dimaksud. Hipotesis pascapenelitian ini saya dasarkan pada temuan penelitian ini, yakni Rafa telah memperoleh butir leksikal bahasa Inggrisnya pada tataran produksi sejumlah 294 atau 63,9 % dari total butir leksikal yang diperoleh (174 pada tataran produksi spontan dan 120 pada tataran produksi terpancing); jumlah butir leksikal itu lebih Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
164
besar daripada jumlah butir leksikal yang berada pada tataran komprehensi yang hanya berjumlah 166 butir leksikal atau 36,1% dari total butir leksikal yang diperoleh. Penelitian lebih lanjut untuk memperoleh keberterimaan hipotesis ini tentu juga perlu dilakukan.
7.3.3 Peniruan Juga Terjadi pada Tataran Kalimat Telah disebutkan dalam bab II bahwa O’Grady (2005: 164–7) menyatakan: tidak seperti kata yang dihafal dan tersimpan di otak, kalimat diciptakan ketika diperlukan. Dinyatakannya bahwa pembuatan kalimat tidak melibatkan ingatan dan pengulangan yang berkaitan dengan imitasi. Saya agak meragukan kebenaran pernyataan O’Grady itu. Keraguan saya ini didasarkan pada temuan penelitian ini yang terkait dengan gejala peniruan. Bila dianalisis dari sudut pandang sintaktis, gejala peniruan pada kasus Rafa terjadi tidak hanya pada tataran kata atau frase, melainkan juga pada tataran klausa atau tataran kalimat. Memang hanya terdapat sedikit petunjuk itu; terlebih lagi pemerolehan atau perolehan sintaktis bukanlah yang menjadi tujuan penelitian ini sehingga saya tidak dapat menggeneralisasi bahwa keraguan saya itu sebagai kesimpulan penelitian ini. Alih-alih, keraguan saya itu saya jadikan hipotesis yang keberterimaannya perlu dibuktikan melalui penelitian yang dapat memberikan generalisasi.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Anderson, Jonathan dan Millicent Poole. 1998. Assignment and Thesis Writing; edisi keempat. Milton: John Wiley & Sons. Aitchison, Jean. 2003. Words in the Mind: An Introduction to the Mental Lexicon. Edisi ketiga. Carlton, Victoria: Blackwell Publishing Ltd. Aronof, Mark dan Frank Anshen. 2001. “Morphology and the Lexicon: Lexicalization and Productivity”; dalam Spencer, Andrew dan Arnold M. Zwicky. 2001. The Handbook of Morphology. Massachusetts: Blackwell Publishers Inc. Bathia, Tej K. dan Wiliam C. Ritchie. Editor. 2004. The Handbook of Bilingualism. Carlton: Blackwell Publishing Ltd. Bock, Kathryn dan Griffin Zenzi M. 2000. ”Producing Words: How Mind Meets Mouth”; dalam Wheeldon, Linda R. Editor 2000. Aspects of Language Production. Sussex: Psychology Press. Bussmann, Hadumond. 1996. Routledge Dictionary of language and Linguistics. Diterjemahkan dan diedit oleh Gregory P. Trauth dan Kerstin Kazzazi. New York: Routledge. Caron, Jean. 1992. An Introduction to Linguistics. Diterjemahkan oleh Tim Pownall dari Précis de Psycholinguistique. Hertfordshire: Harvester Wheatsheaf. Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Clark, Eve V. 1995. The Lexicon in Acquisition. Melbourne: Cambridge University Press. _______. 2003. First Language Acquisition. Cambridge: Cambridge University Press. Cruse, D.A. 1991. Lexical Semantics. Melbourne: Cambridge University Press. Crystal, David. 1993. An Encyclopedic Dictionary of Language and Languages. Edisi cetak ulang. Oxford: Blackwell Publishers. 165 Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
166
_______. 1997. A Dictionary of Linguistics and Phonetics. Edisi keempat. Oxford: Blackwell Publishers Ltd. _______.1998. The Cambridge Encyclopedia of Language. Melbourne: Cambridge University Press. Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Grasindo. _______. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. De Hower, Annick. 1996. “Bilingual Language Acquisition”; dalam Paul Fletcher dan Brian MacWhinney. Editor. 1996. The Handbook of Child Language. Oxford: Blackwell Publishers Inc. Donaldson, Morag dan Katrina Laing. 1993. “Children Comprehension and Production of Locative Expressions”; dalam David J. Messer dan Geofrey J. Turner. 1993. Editor. Critical Influences on Child language Acquisition and Development. London: The Macmillan Press Ltd. Dromi, Esther. 1987. Early Lexical Development. New York: Cambridge University Press. Duff, Patricia A. 2008. Case Study Research in Applied Linguistics. New York: Lawrence Erlbaum Associates. Fernald, Anne, John P. Pinto, Daniel Swingley, Amy Weinberg, dan Gerald W. McRoberts. 2007. “Rapid Gains in Speed of Verbal Processing by Infants in the 2nd Year”; dalam Michael Tomasello dan Elizabeth Bates. Editor. 2007. Language Development: The Essential Readings. Oxford: Blackwell Publishing. Field, John. 2006. Psycholinguistics: The Key Concepts. New York: Routledge. Fromkin, Victoria dan Robert Rodman. 1998. A Introduction to Language. Edisi keenam. Orlando: Harcourt Brace College Publishers. Genesse, Fred. 2000. “Language Acquisition of Bilingual Children”; dalam Wei, Li. Editor. 2000. The Bilingual Reader. London: Routledge. Gerken Lou Ann dan Dianne Ohala. 2000. ”Language Production in Children”. Halaman 275 – 290”; dalam Wheeldon, Linda R. Editor 2000. Aspects of Language Production. Sussex: Psychology Press. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
167
Gleaso, Jean Berko dan Nan Bernstein Ratner. 1998. Psycholinguistics. Orlando: Harcourt Brace College Publishers. Gleitman, Lila dan Barbara Landau. Editor. 1994. The Acquisition of the Lexicon. Amsterdam: MIT Press. Halliday, M.A.K. 2003. The Language of Early Childhood. New York: Continuum Hamida, Layli. 2008. ”Perkembangan Pemerolehan Fonologi Anak Indonesia pada Periode Usia 1–2 Tahun yang Mendapat Pengaruh masukan Bahasa Daerah (Jawa)”; dalam Nasanius, Yasir. Koordinator. 2008. Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Tingkat Nasional (KOLITA). Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya. _______. 2009. ”Peran Input Orangtua dalam Pemerolehan Nama-nama Benda Melalui Prinsip Konvensionalitas pada Anak-anak: Studi tentang Proses Belajar Kata pada Anak-anak Usia 2–3 Tahun”. Tesis. Depok: FIB-UI. Hardy, Melissa dan Alan Bryman. Editor. 2004. Handbook of Data Analysis. London: Sage Publications. Ingram, David. 1989. First Language Acquisition: Method, Description, and Explanation. Melbourne: Cambridge University Press. Johnson, Keith dan Helen Johnson. Encyclopedic Dictionary of Applied Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publishers Inc. Kaper, Willem. 1985. Child Language: A Language which Does Not Exist. Cinnaminson: Foris Publications. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kroll, Judith F. dan Annette M. B. DeGrooot. Editor. 2005. Handbook of Bilingualism: Psycholinguistic Approach. New York: Oxford University Press. Lincoln,Yvonna dan Egon Guba. 1985. “Establishing Trustworthiness”; dalam Bryman, Alan dan Robert G. Burgess. Editor. 1999. Qualitative Research. London: Sage Publication Ltd. Lust, Barbara. 2006. Child Language: Acquisition and Growth. New York: Cambridge University Press. Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
168
Mackey, Alison dan Susan M. Gass. 2005. Second Language Research: Methodology and Design. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. Magnusson, David, Lars R. Bergman, Georg Rudinger, dan Bertil Törestad; Editor. 1991. Problems and methods in Longitudinal Research: Stability and change. Cambridge: Cambride University Press. Matthews, Peter. 1997. The Concise Dictionary of Linguistics. New York: Oxford University Press. McDaniel, Dana, Cecile McKee, dan Helen Smith Cairns. 1996. Methods for Assessing Children’s Syntax. Massachusetts: Massachusetts Institute of Technology. Merleau-Ponty, Maurice. 1973. Consciousness and the Acquisition of Language. Diterjemahkan oleh Hugh J. Silverman. Evanston: Northwestern University Press. Moeliono, Anton M. 1985. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Ancangan Alternatif di Dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan. Moesono, Anggadewi. 1993. “Variabel-variabel Pengasuhan yang Nurturant untuk Perkembangan Kemampuan Kognitif Bayi 6 –12 Bulan”. Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia. O’Grady, William. 2005. How Children Learn Language. New York: Cambridge University Press. O’Grady, William, Michael Dobrovolsky, dan Mark Aronoff. 1997. Contemporary Linguistics: An Introduction. Edisi ketiga. Boston: Bedford/ST Martin’s. Priyanto, Agus Dwi. 2006. “Pemilihan Kode pada Anak: Sebuah Studi Kasus pada Dira”; dalam Purwo, Bambang Kaswanti. Koordinator. 2006. Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Tingkat Nasional (KOLITA). Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atmajaya. Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Richards, B.J. dan C. Gallaway. 1999. “Input and Interaction”; dalam Spolsky, Bernard. Editor. 1999. Concise Encyclopedia of Educational Linguistics. Oxford: Elsevier Science Ltd.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
169
Richards, Jack C., John Platt, dan Heidi Platt. 1992. Longman Dictionary of Language Teaching & Applied Linguistics. Harlow: Longman. Romaine, Suzanne. 2000. Bilingualism. Edisi kedua. Oxford: Balckwell Publisher Ltd. Shaughnesy, John J., Eugene B. Zechmeister, dan Jeane S. Zechmeister. 2006. Research Methods in Psychology. New York: The McGrow-Hill Company. Saville-Troike, Muriel. 2003. The Ethnography of Communication: An Introduction. Oxford: Blackwell Publishing. ______. 2006. Introducing Second Language Acquisition. New York: Cambridge University Press. SIL Internasional, Cabang Indonesia. 2006. Bahasa-bahasa di Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: SIL Internasional, Cabang Indonesia. Smiley, Patricia dan Janellen Huttenlocher. 1995. “Conceptual Development and the Child’s Early Words for Events, Objects, and persons”; dalam Tomasello, Michael dan William E. Merriman; editor. 1995. Beyond Names for Things: Young Children’ Acquisition of Verbs. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Spolsky, Bernard. Editor. 1999. Concise Encyclopedia of Educational Linguistics. Oxford: Elsevier Science Ltd. Steinberg, Danny D. 1981. Psycholinguistics: Language, Mind, and World. London: Longman. Syukri, Mashita Achmad. 2003. ”Karakteristik Bahasa Sang Ibu dalam Pemerolehan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris” Tesis. Depok: FIB-UI. Trask, R.L. 1999. Key Concepts in Language and Linguistics.New York: Routledge. Trott, Kate, Sushie Dobbinson, dan Patrick Griffiths. 2004. The Child Language Reader. New York: Routledge. Wei, Li. Editor. 2000. The Bilingual Reader. London: Routledge. Wells, John dan Jill House. 1995. The Sounds of the International Phonetic Alphabets. London: the Department of Phonetics and Linguistics, University College London.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
170
Yule, George. 2006. The Study of Language. Edisi ketiga. New York: Cambridge University Press. Yuliana. 2005. “The Effect of Bilingualism of The Language Development of A Three-year-old Girl: A Case Study of Alicia”; dalam Sukamto, Katharina Endriati. Koordinator. 2005. Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Tingkat Nasional (KOLITA) Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atmajaya. Yuwono,Untung. 2004. ”Konstruksi Asindetis dalam Kalimat Bahasa Indonesia”. Disertasi. Depok: FIB Universitas Indonesia.
Universitas Indonesia
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
LAMPIRAN TESIS DAFTAR BUTIR LEKSIKAL DALAM PEROLEHAN LEKSIKON BAHASA INGGRIS PUTERA RAFA SYAMSUAR Tipe Pemerolehan
Orang (People)
Produksi Spontan
Produksi Terpancing
Butir Leksikal
Komprehensi
Ranah Semantis
Belum Diperoleh
Pada Tataran
√
baby
√
boy
√ 26/ 10
brother
√
√
children
√
doctor
father
friend
1/ 11
√
√
Cuplikan Percakapan dan Keterangan
Catatan: F = Fauzi Syamsuar (Pengumpul Data) R = Putera Rafa Syamsuar (Subyek Penelitian) F: And look at the woman. What is she holding? R: [ə::bebi::bebi:] 26 Okt. saat saya dan R menunggu KRL di stasiun Cilebut F: What is the boy doing? R: [naŋIs] 26 Okt. saat saya dan Rafa berada di atas KRL F: What about Aa Evan? Is Aa Evan a girl? R: [əɡa?] F: So, what is he, then? He is … like you. R: [boyboy] 1 Nov. saat R melihat Evan, anak laki-laki tetangga seberang rumah kami F: Mas Zaki is Mbak Azka‟s … bro …. bro … R: [wən] F: No. Mas Zaki is Mbak Azka‟s … R: (diam) 6 Nov. saat saya dan R berada di depan rumah Azka dan Zaki, tetangga kami Namun, Walapun belum didapatkan petunjuk, saya dapat mengatakan bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi. Respon berupa tuturan [wən] saya curigai sebagai pengaruh terpajannya R kepada nama salah satu anjing tetangga kami, yakni Brown. F: Who are playing on the swing? R: [ana?ana?ana?] F: In English, please. R: [ə:ciRən] 19 Okt. saat saya dan R melintasi anak-anak yang sedang bermain ayunan F: Who can you see in the room? The one who said “Rafa, no fingers into the mouth”. Who said that? R: [dʌktə:] 2 Nov. saat saya dan R berada di depan ruang praktik seorang dokter F: Er, Who is Mas Zaki‟s father? R: Tante Yayat. F: Hm, Mas Zaki‟s father? R: Er, er , Om Yayat. F: And what about Tante Yayat? Who is Tante Yayat? R: Itu Silmi F: Is Tante Yayat Mas Zaki‟s father or Mas Zaki‟s mother? R: Mas Zaki‟s father. F: Tante Yayat? Hmm …. 19 Okt. saat saya dan R berada di depan rumah Pak Yayat, tetangga kami Walaupun terjadi pengacauna makna, saya dapat menginterpretasi butir leksikal ini termasuk ke dalam tataran komprehensi. F: (seraya marah) What did you do to Ibu? R: Dipukul F: You hit Ibu? R: [əm] F: No doing that anymore, okay? R: [əm] F: And no hitting your … R: [fen] 1 Nov. saat saya sedang memarahi R karena telah memukul ibunya
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
171
172
√
√ 26/ 10
girl
1/ 11
F: Is she a girl? R: Bukan F: No. She is … R: [wumən] 26 Okt. saat saya dan R melihat seorang wanita di stasiun Cilebut F: Is Om Yudi a man or a woman? R: [əmen] F: What about mbak Naya? R: [ɡɜ:]
grandma
√
grandpa
√
√
man
mother
√
√
19/ 10
1/ 11
√
people policeman
√
postman
√
√
president
sibling
sister
1 Nov. saat saya dan R melihat Pak Yudi, tetangga kami F: What about this one? Whose picture is this? R: [nene?] F: What is nenek in English? R: (diam) F: Do you know nenek in Englsih? R: (berceloteh) 1 Nov. saat saya dan R melihat foto kakek dan neneknya F: What is mbah in English? R: (berceloteh) F: What is kakek in English? R: (diam) F: You don‟t know? R: [əm] 6 Nov. saat saya, R, dan ibunya sedang bercengkrama di rumah F: Is Om Yudi a man or a woman? R: [əmen] 1 Nov. saat saya dan R melihat Pak Yudi, tetangga seberang rumah kami F: Er, Who is Mas Zaki‟s father? R: Tante Yayat. F: Hm, Mas Zaki‟s father? R: Er, er, Om Yayat. F: And what about Tante Yayat? Who is Tante Yayat? R: Itu Silmi F: Is Tante Yayat Mas Zaki‟s father or Mas Zaki‟s mother? R: Mas Zaki‟s father. F: Tante Yayat? … Hmm …. 19 okt. saat saya dan Rafa bermain di depan rumah Pak Yayat, tetangga kami
√
√ 2/ 11
√ 5/ 11
F: Who is mak uwo? R: (berceloteh) F: Uwo is Abang Adri‟s mo … R: [də:] 1 Nov. saat R sedang bermain sepeda; sementara itu, kakak perempuan saya sedang berkunjung ke rumah kami; dan saya dan R membicarakannya F: Look at the TV, Rafa. What are the people doing? R: [ə::fubol] 5 Nov. saat saya sedang bercukur di tempat pangkas rambut dan R menunggui saya seraya menonton acara sepak bola di TV Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: Who usually deliver letters to us? R: (diam) F: Who usually deliver letters to us? R: (diam) F: You don‟t know. Postman. 7 Nov. saat saya, R, dan ibunya sedang bercengkrama di rumah di rumah F: Do you know SBY, Rafa R: Iya F: Who is SBY? R: Bapak SBY F: Hm. Who is SBY? R: (diam) F: SBY is our … You don‟t know? SBY is our … pre … pre .. R: [cidən] F: Okay. Who is SBY? R: [pe:cidən] 2 Nov. saat setelah saya dan R melihat tanyangan tentang Presiden SBY di TV Belum/tidak didapatkan petunjuk.. F: Tell your sister first that we are going to the internet center. R: (menemui adiknya) Adik, Rafa mau ke internet dulu, ya. 2 Nov. saat saya dan R akan pergi ke warung internet F: Who is Zahra? Your … R: [sIstə] 5 Nov. saat saya dan R sedang berada di bagian perlengkapan bayi di Hypermart Bogor dan kami sedang memilih popok sekali pakai untuk adiknya
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
173
√
someone
1/ 11
√
F: Oh ya, he is calling. Who is he calling? R: (berceloteh) F: Who is he calling? Is he calling Om Anton? R: (berceloteh) F: No. He is calling some … R: [wan] 1 Nov. saat saya dan R melihat seseorang menelpon menggunakan HP
2/ 11
F: Look at the aerial. Who does the aerial belong to? R: (diam) F: Who does the aerial belong to? It belongs to … It belongs to … R: [sʌmwan] 2 Nov. saat saya dan R melihat antene TV tetangga belakang rumah kami F: Who is doing Adzan? R: [spikə:] 6 Nov. saat saya dan R mendengar adzan dan saya menanyainya tentang itu √
speaker
√
student
2/ 11
woman
√ 5/ 11
√
√
19/ 10
26/ 11
Yang terkait dengan orang
name
pass away
Namun, saya mecurigai bahwa R selain merujuknya kepada ‟muadzin‟, ia juga merujuknya kepada ‟khatib‟ karena saat kami sedang mendengarkan khatib sedang berkutbah saya sering mengatakan kepada R: ”When the speaker is giving his speech, we have to be silent, okay.” F: Oh, you are not a student yet? R: [əm] F: If you want to go to school, you have to be a …. stu … R: [den] 2 Nov. saat saya dan Rafa melintasi sebuah TK F: Who are they inside the car? R: [studən] 5 Nov. saat saya dan R melihat mobil jemputan anak sekolah F: Is that a man or a woman, Rafa? R: [umən] F: What is the woman doing? 19 Okt. saat saya dan R melihat seseorang wanita ketika kami bersepeda motor F: Is she a girl? R: Bukan F: No. She is … R: [wumən] 26 Okt. saat saya dan R melihat seorang wanita ketika kami menunggu KRL di stasiun Cilebut F: What‟s the name of the dog? R: [bawən] F: Brown. You still remember his name. 19 Okt. saat saya dan R melihat Brown, anjing tetangga kami F: What‟s his name? R: Satria F: Satria? R: [əm] 31 Okt. saat saya dan R sedang menonton sebuah sinetron di TV
√
√ 1/ 11
√ 6/ 11
Seorang mahasiswa: What‟s your name? R: Rafa 6 Nov. saat seorang mahasiswa menyapa R di perpustakaan Univ. Ibn Khaldun Bogor F: What happened to Mbah Surip, Rafa? R: [meniɡal] F: In English, please. R: (berceloteh) F: What happened to Mbah Surip? R: (diam) F: Meninggal? R: [em] F: How do you say it in English? R: (berceloteh) F: Passed … R: [əwey] F: Ya. Mbah Surip Passed away. 1 Nov. setelah R diminta menyanyikan lagu Mbah Surip oleh salah satu tetangga kami ketika kami sedang bermain di depan rumah
F: What happened to Mbah Surip, Rafa? R: [pas?əwey] 6 Nov. setelah R diminta menyanyikan lagu Mbah Surip oleh salah satu tetangga kami ketika kami sedang bermain di depan rumah
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
174 F: Is it a food or an animal? R: [ə::fok] F: Is frog a food or an animal? R: [etiməl] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainannya di rumah
Binatang (Animals) √
animal
√
bird
buffalo
√
butterfly
√
cat
√
chicken
√
cock cockroach
√ √
deer
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk. √
dog
√
dolphin
elephant
√ √
fish
frog
F: Is it a dog? R: bukan, buaya F: In English. R: Er … F: You don‟t know? You know it. Do you still remember the story of monkey and … R: [krokoaduŋ] F; Kro … R: [kədail] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan binatangnya di rumah
√
crocodile
F: Rafa, what animal is it? R: [ə?izat] 2 Nov. saat saya dan R melihat seekor cicak di langit-langit rumah kami F: What are they? R: Burung. F: In English. R: [bə:t] 19 Okt. saat saya dan R melihat burung-burung yang mencari makan di tanah F: What animal did we see here? R: [ə::kok::kok::itu] F: kerbau? What is kerbau in English? R: [bah::bah::baf::baf::baf::bah::bah:?əwow] 19 Okt. saat saya dan R melintasi tempat kami pernah melihat kerbau berkubang F: This one? R: [fawəs] F: No, it is not a flower. R: [batəfay] F: Yes, it is a butterfly. 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: What animals are they? R: [kuciŋ] F: Hm? in English, please. R: [ket] 26 Okt. saat saya dan R melihat beberapa ekor kucing yang sedang tidur F: This one? R: [əm::ʌyʌm] F: In English? R: [əm?əm:cikkən] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah
√
F: This one. What is it? R: [douɡ] 7 Okt. saat R bermain dengan mainan anjingnya di rumah F: What picture is it? R: Lumba-lumba F: Yes. What is it in English? R: (berceloteh) F: You don‟t know? R: [Rum] F: You know it R: [bum] F: Dol .. R: [fIn] 2 Nov. saat R melihat gambar lumba-lumba di layar komputer ketika kami berada di warung internet Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: This one R: [fIʃ] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan ikan-ikanannya di rumah F: What animal is it? R: [kata?] F: Oh ya, in English, please. R: [əm::fok]. 7 Okt. saat R bermain dengan mainan binatangnya di rumah
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
175 goat grass-hopper hen horse kangaroo
kitten
√ √ √ √ √
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√
F: what do you call baby cats? R: (diam) F: You don‟t know? R: [əm] F: You don‟t know? R: [əm] F: Kitten 2 Nov. saat saya dan R melihat anak-anak bermain dengan anak kucing
lizard
√
monkey
√
√
mosquito
rabbit
√
sheep
√
snake
√
spider
√
turtle
√
zebra Yang terkait dengan binatang
bury
F: Do you still remember what I threw to the river? R: [Rebit] 31 Okt. saat saya dan R bermain di pinggir sungai dan membicarakan kelincinya yang telah mati dan saya lemparkan ke sungai saat itu F: What are they? R: [ʃIp] F: What are they in Indonesian? R: [doba?] 6 Nov. saat saya dan R melihat segerombolan domba yang berkeliaran F: What are they? R: [neikh] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: What animal is that? What is it? R: (berbicara tidak jelas) F: Laba-laba? In English? R: [paypaydə:] 6 Nov. saat saya dan R melihat seekor laba-laba dan sarangnya di sebuah pohon R: Kura-kura F: Oh. In English, what is it? R: [əttə] F: What is kura-kura in English? R: [tətəal] 19 Okt. saat saya dan R melihat ada gambar kura-kura di dinding salah satu tempat makan di depan Toserba Yogya Plaza Indah Bogor
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk. √
aquarium
burial
F: Rafa, what animal is it? R: [ə?izat] 2 Nov. saat saya dan R melihat seekor cicak di langit-langit rumah kami F: This one is the story, right? R: [əm] F: The story of the crocodile and the … R: [ma:ki:] 2 Nov. saat saya akan membacakan ulang cerita tentang monyet dan buaya R: banyak, banyak, banyak nyamuk. F: Oh, in English, please. R: [moskitous] 19 Okt. saat saya dan R berada di pinggir sungai Ciliwung, tempat yang sebelumnya kami pernah melihat banyak nyamuk
√
√
F: What could you see from the cable car? R: [akwaiyum] 5 Nov. saat saya dan R membicarakan kereta gantung yang pernah kami naiki di Taman Mini beberapa bulan sebelumnya F: What place, this one? Do you still remember what place it is? This one? R: (diam) F: Burial, right? R: [bɛriəl] F: whose burial is it? R: Yang Kumbang mati, anak-anaknya pada liat. F: Whose burial is it? R: Kumbang. F: Kumbang? Okay, who buried kumbang here? R: [ə::adəRi:] F: Who? Hm? R: [adəRi:] F: Abang Adri? R: Hm. 19 Okt. saat saya dan R melintasi tempat Kumbang, kucing kami, dikubur
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
176
√
die
√
cage
kill
Kendaraan (Vehicles)
√
F: This one. What is it? R: pesawat F: In English. R: [aipein] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah
√
√
ambulance
√
bicycle
√
box van
√
bread-selling carriage
√
boat
√
bus
√
bus way
√
cable car
F: What happened to the rabbit? R: [matI?dayit] F: Died? R: [əm] 31 Okt. saat saya dan R bermain di pinggir sungai dan membicarakan kelincinya yang telah mati dan saya lemparkan ke sungai saat itu F: Is the bird in the sky? R: [əɡa?] F: Where is the bird? R: [əkait] 2 Nov. saat saya dan R melihat ada burung di dalam sebuah sangkar Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, pada saat Kumbang, kucing kami, membunuh kelinci-kelinci R pada saat ia berusia sekitar 1;9, butir leksikal ini telah diperoleh pada tataran komprehensi maupun produksi. Akan tetapi, pada saat pengumpulan data ini saya tidak berani mengatkan bahwa makna butir leksikal ini masih dipahaminya.
aeroplane
bread-selling car
F: Why did Abang Adri bury Kumbang? R: Di sini. F: Why? Because Kumbang … R: [dayit] F: Kubang died? Oh, hm hm R: Mati, ketabrak mobil. 19 Okt. saat saya dan R melintasi kuburan Kumbang, kucing kami
√ 5/ 11
√
R: [inimobi?ambu::ambu::Ran] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah F: What is Mas Fikri doing, Rafa? R: Naik sepeda. F: In English, please. R: [naebaysIkə] 2 Nov. saat R melihat Fikri, anak tetangga kami yang sedang bermain sepeda F: This one? R: [bok] F: What vehicle is it? R: [bok] F: In English? What do you call it in English? R: [bok::bok::bofen] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah F: Is it a bread-selling car or not? R: Enggak. F: It is a bread-selling … R: [kewIc] 6 Nov. saat R melihat ada gerobak penjual roti yang melintas di depan rumah kami F: What is it in English? R: [baut] F: Hm? R: [baut] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: What‟s that? The stopped vehicle. What is it? R: [bas] 5 Nov. saat saya dan R melihat sebuah bus yang sedang ngetem di jalan raya F: What are they riding on? R: [bas::baswey] 7 Nov. saat saya dan R sedang menonton tayangan tentang Trans Jakarta di TV F: Where can we find cable cars? Can we find cable cars in Pasar Anyar? R: Bukan F: Where R: (diam sesaat) [diəm::diminiacupak] 5 Nov. saat saya dan R membicarakan kereta gantung yang pernah kami naiki di Taman Mini beberapa bulan sebelumnya Namun, dalam waktu lain masih dalam kurun waktu perekaman saya telah mendapati Rafa dapat memproduksi butirl leksikal ini setelah saya memintanya menyebutkan ‟kereta gantung‟ dalam bahasa Inggris, sehingga saya dapat mengatakan bahwa butir leksikal ini telah berada pada tataran poduksi terpancing.
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
177 √
car
√
cement-mixer
√
excavator
√
fire engine
helicopter
√
jeep
√
locomotive
√
√
motorcycle
√
police car
√
public car
√
ship
31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: Have you got a cement mixer? R: [əm] F: It‟s broken already? R: [əm] 7 Nov. saat R sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah F: What do you call it in English? R: [adduŋ] F: Hm, no. What is it? R: [ekkətə:] F: Yes. It is an excavator. 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: And then what about this one? R: Er, apa ya? Yang kayak mobil ambulans. Bukan. F: Yes. It is not an ambulance. What is it? R: Mobil keba…. ba … bakaran. F: In English. R: [ə:fayə?eJIn] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah F: What is it in the sky? R: [aikoptən] 6 Nov. saat saya dan R mendengar suara helikopter yang melintas di udara F: Now, what about this one? What do you call this one? R: [JIp] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah F: And about this one? R: [Rokomotif] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah F: Where is the microlet? Behind the … R: [bas] 5 Nov. saat saya dan R melihat ada sebuah mikrolet sedang ngetem di belakang sebuah bus
√
microlet
mini bus
R: Mobil F: What are they? R: [ka:s]
√
Dalam waktu lain, masih dalam kurun waktu perekaman, R pernah saya temui dapat memproduksi [maikoRet] setelah ia saya minta mengucapkan ‟angkot yang berupa kendaraan bermerek Toyota Kijang‟ yang sebelumnya dilafalkannya sebagai [mikoRet]. Belum/tidak didapatkan petunjuk.. F: What vehicles are they? … in front of us? R: [motoRan] F: Hm? R: [motoRan] F: What are they? R: [motosaykə:] F: motorcycles? R: [əm] 19 Okt. saat saya dan R melihat ada beberapa sepeda motor di hadapan kami R: [ini kan piyis] F: [biyis] what is [biyis] R: [pi::pi::pi::yis] F: What car is it? R: [piyis?e:] F: Is it a pick-up car? R: [mobi?ambu::abu] F: Ambulance? No, it is not an ambulance. R: [piyis] F: Yes. It is … R: [piyis] F: Police car 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah F: What car is it R: [aŋ::pʌbIkkʌ:] F: Hm? What is it? R: [pʌbIkkʌl] 19 Okt. saat saya dan R melihat sebuah angkot di jalan raya F: What can you see at sea, Rafa? R: Kapal F: In English, please. R: [bout] F: That‟s the smaller one. The bigger one? R: [bout] F: No, boat is small. R: [cIp] 7 Nov. saat saya dan R menonton tayangan tentang kapal laut di TV
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
178
submarine
√
pick-up car
√
taxi
√
√
train
√
√
tricycle
2/ 11
7/ 11
√
truck
Yang terkait dengan kendaraan
vehicle
√
arrive
√
√
brake
√
leave machine police number
R: [taycikə:] F: Yes, it‟s a tricycle 7 Nov. saat R melihat seorang anak bermain sepeda roda tiga F: What vehicle is it? R: [təRʌk] F: It‟s a truck? R: [əm] 19 Okt. saat saya dan R melihat sebuah truk di depan kami ketika bersepeda motor di jalan raya Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, butir leksikal ini sering terpajan kepada R ketika ia kami ajak berpergian dengan KRL Jabotabek. Kalimat yang sering terpajankan kepadanya dan di dalamnya terdapat butir leksikal ini adalah: ”The train is arriving” dan ”We are about to arrive”, sehingga saya yakin butir leksikal ini telah diperolehnya, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi. F: If it is too fast, what do you have to do? R: (diam) F: You have to …. What do you call this? R: [ə:taŋ] F: This one? You have to pull the … R: [beikh] 7 Nov. saat saya megajari R bagaimana menggunakam rem ketika bermain sepeda F: Is the man wearing a hat? R: [əɡa? əɡa?] F: What is he wearing? R: [əRem eRəm] F: What is it? … [helmIt], right? R: [əm] 26 Okt. saat dan R melihat seseorang memakai helm di stasiun Cilebut F: What do you call it in English? (seraya menunjuk helm) R: [heRəm] F: No, it is in Indonesian. In English, please. R: [heRəm] 6 Nov. saat saya akan mengambil helm saya di rumah
√
helmet
Dalam cuplikan di atas terlihat R mengacaukan makna ship dan boat; namun, akhirnya saya berhasil melakukan perbaikan atau koreksi. Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: Hm. This one. What is it? R: [pIk?ʌp] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah F: Hey, what is it? R: [tekci] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: what about this one? R: ke… reta F: ehm? R: kereta F: this one is … R: [tei:n] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah F: Is the girl riding on a bicycle? R: [iya] F: No. The girl is not riding on a bicycle. She is riding on … R: (berceloteh) 2 Nov. saat saya dan R melihat seorang anak bermain sepeda roda tiga
Dalam cuplikan terlihat bahwa produksi yang dihasilkan R adalah tuturan dalam bahasa Indonesia untuk butir leksikal ini. Namun, saya yakin bahwa R telah memperoleh butir leksikal ini dengan pengucapan sebagai [helm It], setidak-tidaknya pada tataran komprehensi. Kesimpulan ini saya dasarkan pada catatan bahwa R dalam kurun waktu perekaman pernah saya tengarai dapat menunjukkan tempat helm saya berada ketika saya bertanya: ”Where is my helmet, Rafa.” selain verifikasi yang saya lakukan yang dapat dilihat pada cuplikan tanggal 26 Okt. di atas. F: What is happening to the train? The train is … R: [Ri:fIŋ] 26 Okt. saat saya dan R menunggu KRL di stasiun Cilebut dan melihat KRL lain berangkat
√ √
Belum/tidak didapatkan petunjuk..
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
179 railway
√
shelter
√
ticket
√
√
wheel
Anggota Tubuh (Parts of Body)
√
eye
finger
R telah beberapa kali saya pancing untuk menyebutkan butir leksikal ini, tetapi ia belum ditemui dapat memproduksinya. Namun, saya yakin bahwa sebenarnya butir leksikal ini telah diperolehnya, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena ia telah secara efektif terpajankan kepada lagu tentang anggota tubuh dalam bahasa Inggris yang kerap saya nyanyikan untuknya seraya menyentuh anggota tubuh yang dimaksud.
√
ear
face
R: Ini roda. F: In English, please. R: [ə::wiyis] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: What do you call this one? (seraya menepuk punggung) R: (berceloteh) F: You don‟t know? I Often say: “Rafa, please step on my …” R: [bek] 7 Nov. saat saya dan Rafa sedang bercanda di atas tempat tidur
√
back
F: What are we coming across? R: [re:ll] 2 Nov. saat saya dan R melintasi sebuah pintu perlintasan KA F: Where are we now? R: [ʃetə] F: We are at the shelter. Yes. We are at the … R: [ʃetə] 26 Okt. saat saya dan R berada di halte bus di dekat stasiun UI F: What do you call this? R: [tIkəttIkət] 26 Okt. sesaat setelah saya dan R membeli tiket di stasiun Cilebut R: [otta?] F: Hm? R: [otta?:Rotta?] F: Oh ya, in English, please? R: [wIləwIl] 19 Okt. saat saya dan R melihat sebuah angkot yang sedang dipebaiki rodanya
√
F: You see with your … R: [ais] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar anggota tubuh di rumah F: You‟ve got dirty face. Tell Ibu you‟ve got dirty face. R: Ibu, Rafa kotor kaki F: Face, your face. 7 Nov. saat saya meminta R menemui ibunya untuk membersihkan mukanya yang berlepotan sisa makanan Belum/tidak didapatkan petunjuk. Selain itu, saya pun tidak dapat memastikan apakah butir leksikal ini telah diperoleh R atau belum, Walaupun ketika ia berusia sekitar satu tahun ia secara efektif terpajan kepada butir leksikal ini karena saya sering menyayikan lagu ”Ten Little Fingers”.
√
F: What picture is it? R: [en] F: Hand. And what about this one? R: [əfIt] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah √
foot
Butir leksikal ini tetap saya interpretasikan sebagai yang telah diperoleh R pada tataran produksi spontan walaupun terjadi pengacauan makna untuk butir leksikal ini sebagaimana dapat dilihat dalam cuplikan di bawah ini. F: You‟ve got dirty face. Tell Ibu you‟ve got dirty face. R: Ibu, Rafa kotor kaki F: Face, your face. 7 Nov saat saya meminta R menemui ibunya untuk membersihkan mukanya berlepotan sisa makanan
forehead
hair
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, dalam kurun waktu perekaman, saya pernah mendapati R mencium kening ibunya ketika saya mengatakan ”Kiss her forehead”, sehingga dapat dikatakan bahwa butir leksikal ini telah berada pada tararan komprehensi.
√
F: You had your … R:[aekʌt] F: Who cut your hair R: [uwa?] 26 Okt. ketika saya dan R berada di tempat pangkas rambut dan saya menanyakan siapa yang memangkas rambutnya beberapa waktu sebelumnya
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
180
√
hand
head leg
√ Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√ √
mouth
Kesehatan, Penyakit, & Rasa Nyeri (Health, Ilness, & Pain)
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√ √
bleeding
√
cough
√
hurt
√
medicine
√
sneeze
F: What did the doctor say to you? No finger into the … R: [mauf] 2 Nov. saat saya dan R berada di depan ruang praktik seorang dokter R telah beberapa kali dipancing untuk memproduksi butir leksikal ini, tetapi ia belum ditemui dapat memproduksinya. Namun, saya yakin sebenarnya butir ini telah diperolehnya, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena ia telah secara efektif terpajankan kepada lagu tentang anggota tubuh dalam bahasa Inggris yang kerap saya nyanyikan untuknya seraya menyentuh anggota tubuh yang dimaksud.
√
nose
stomach tooth
F: What did you do? R: Cuci Tangan. F: What did you wash? R: Cuci tangan F: In English, please. R: [yo?en ] F: Hm? What did you wash? R: [wosyo?en] F: Your hand? R: [əm] 31 Okt. saat R sedang bermain dengan seember air di halaman belakang rumah
F: Abang Imam fell? And then what happened to Abang Imam? R: [bi:dIŋ] 19 Okt. saat saya dan R membicarakan temannya, Imam, yang belum berapa lama jatuh dan berdarah F: [əhə?əhə?] What did he do? R: Batuk. F: In English R: [kofiŋ] 19 Okt. saat saya dan R melihat seseorang batuk F: Does it hurt? R: [əm] F: Next time you have to be care … R: [fu] 7 Nov. saat R baru saja jatuh dan saya menasihatinya F: When you‟ve got a cough, what medicine do you need? R: Er. Hufagrip F: Okay. What is Hufagripp? R: [metcIn] 2 Nov. saat saya dan R menuju warnet yang lokasinya berdekatan dengan apotek; dan R teringat akan pengalamannya membeli obat batuk di apotek itu F: What happened to you just now R: (diam) F: You are snee …. R: (diam) F: You are snee … zing. 7 Nov. saat R baru saja bersin Walaupun dalam cuplikan tidak diperoleh petunjuk bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R, saya merasa bahwa butir ini telah diperolehnya, setidaktidaknya pada tataran komprehensi, karena setiap kali saya atau R bersin, saya selalu berkomentar seperti dalam cuplikan di atas.
itchy
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Selain itu, walaupun R pernah beberapa kali saya dapati menuturkan ”Iguana is itching”, itu saya curigai hanya merupakan gejala peniruan karena ia sering terpajan kepada lagu-lagu dari CD ”Phonics with Movements” yang salah satu kalimat dari syairnya adalah tuturan itu.
√
√
vitamin
F: Is it your cough medicine? R: Bukan F: What is it? R: [fitamIn] 6 Nov. saat R akan diberi vitamin oleh ibunya
vomit
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa bahwa butir ini telah diperoleh R, setidak-tidaknya pada tataran produksi, karena setiap kali ia muntah saya selalu berkomentar: ”You vomited just now” dan R hampir selalu merespon dengan anggukan atau tuturan [əm].
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
181 Pakaian (Clothings)
√
belt
√
cap
√
jacket pants
√
sandals
√
shirt
√
√
shoes
√
socks
Mainan (Toys) Catatan: kosa kata mainan yang merupakan kendaraan yang tidak termasuk dalam ranah ini dimasuk-kan ke dalam ranah kendaraan.
T-shirt
√
tie
√
vest watch
√ √
Saya yakin sebenarnya butir leksikal ini telah diperoleh R, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi; karena dalam kurun waktu perekaman ia pernah saya tengarai dapat menunjukkan tempat sabuk saya berada ketika saya bertanya: ”Where is my belt, Rafa.” F: Like you. What is he wearing? R: [adduŋ] F: Hm? R: [adduŋ] F: Hm? [adduŋ], what is adung? What is he wearing? R: [kep] F: Ya, so what is he wearing? R: [kep] F: He is wearing a cap. Okay. 26 Okt. saat saya dan R melihat seseorang memakai topi ketika sedang menunggu KRL di stasiun Cilebut Saya yakin bahwa sebenarnya butir leksikal ini telah diperoleh R, setidaktidaknya pada tataran komprehensi. Dalam kurun waktu perekaman, saat saya memintanya membuka jaketnya seraya berkata ”Put off your jacket” ia kemudian berusaha membuka jaketnya. F: What‟s this? R: [pen] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar pakaian di rumah F: What do you call them? R: [sedəl] 2 Nov. saat saya dan R berada di pintu masuk sebuah warnet dan melihat banyak sandal Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: These ones are sandals. What about these ones? R: Sepatu F: In English, please. R: [cus] 19 Okt. saat saya dan R berada di bagian sepatu dan sandal di Plaza Indah Bogor Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun saya merasa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi karena saya telah berberapa kali menuturkan ”Put on your socks” atau ”Take off your socks” dan Rafa melakukan apa yang saya perintahkan. F: What are they? R: [baju?baju?] F: In English, please. T- …. R: (diam) F: shirt. 5 Nov. saat saya dan R berada di bagian pakaian di Hypermart Bogor F: What are they? R: (diam) F: They are ties, Rafa. 5 Nov. saat saya dan R berada di bagian pakaian di Hypermart Bogor Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√
ball
ball pool
√
balloon
√
√
basket basket ball
√
bathing pool
√
F: The children are playing, right? R: [əm] F: What are they playing with? R: [bol] 19 Okt. saat saya dan R melintasi anak-anak yang sedang bermain bola Sebelumnya butir leksikal ini telah beberapa kali terpajankan kepada R ketika ia saya dan istri saya ajak ke tempat bermain dan ia bermain di kolam bola, sehingga saya merasa bahwa butir leksikal ini telah diperolehnya, setidaktidaknya pada tataran komprehensi. Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena ia telah beberapa kali dibelikan balon terbang oleh ibu atau pengasuhnya; dan saya sering berkomentar seraya bertutur: ”Oh. You‟ve got a baloon” F: What about this one? R: [ə::bas?bas?bas?baskIt] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainannya seraya memegang mainan keranjang bola basketnya di rumah F: And then you can play basket ball with this? R: [əm] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainannya di rumah F: Is it a swimming pool? R: (berceloteh) F: No, it is not a swimming pool. It‟s a … R: (diam) F: What is it? R: (berceloteh) F: It‟s a bathing pool. 5 Nov. saat Rafa sedang membaca buku bergambar di rumah
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
182 Walaupun dari cuplikan belum diperoleh petunjuk bahwa butir leksikal ini belum diperoleh R, namun saya merasa butir ini sebenarnya telah diperolehnya, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi karena ia pernah memiliki kolam mandi karet. Selain itu, saya sering berkomentar: “Oh, you are in your bathing pool” ketika ia sedang mandi berendam dalam ember yang dijadikan bak mandi oleh ibunya.
doll
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
donut
√
fire-crackers
√
football
√
guitar
√
gun
√
microphone
√
√
motoGP
√
piano racing car
√
toy
Dalam kurun waktu perekaman, saya pernah mendapati bahwa R memahami pertanyaan saya ”Whose toy is it” untuk menanyakan ‟siapa yang memiliki mainan dimaksud” karena ia dapat merespon/menjawabnya dengan tuturan ”Adik”.
√
F: what can you see, Rafa? R: [ə::swIŋ] F: Ehm? R: [swIŋ] F: Oh, okay, Who are playing on the swing? R: [ana?anak?ana?] 19 Okt. saat saya dan R melintasi anak-anak yang sedang bermainan ayunan F: Hey, have you got some batteries? R: Ada di dalem mae … maenan F: hmm 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainannya di rumah F: What do you call this? R: [klaon] F: Clown. Yes, it is a clown. What is the clown doing? R: Duduk 19 Okt. saat saya dan R melihat patung McDonald di depan restoran McDonald Plaza Indah Bogor
√
battery
√
clown
toy container
√
F: What is the boy doing? R: [ɡitan] 1 Nov. saat saya dan R melihat seorang anak yang sedang bermain gitar F: And then this one? R: Pistol tembak F: In English … what … do you know … do you know what it is in English? R: Er … F: What is it? R: (berbisik) tembak F: No. it is a …. gun. What is it? R: [ɡʌn] F: This is a gun. 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainannya di rumah Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: What about this one? What do you call this? R: Er, motor balap F: Oh ya. In English what do you call it? R: [əmotojIppi:] 19 Okt. saat saya dan R berada di bagian mainan Plaza Indah Bogor F: What do you call this? Hm? What do you call this? R: [piano?] F: Oh, what is it? R: [piano?] 19 Okt. saat saya dan R berada di lokasi pameran piano, Plaza Indah Bogor Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√
swing
Yang terkait dengan mainan
F: Now, what about this one? R: [donʌt] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan donat-donatannya di rumah F: What can you see? R: [fayəkekəs] 2 Nov. saat R membuka buku cerita yang bergambar kembang api F: Look at the TV, Rafa. What are the people doing? R: [ə::fubol] 5 Nov. saat saya sedang dicukur di tempat pemangkas rambut dan R menunggui saya seraya menonton tayangan sepak bola TV F: Hey Rafa, what do you call this? R: [ə:ɡitan] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan gitar-gitarannya di rumah
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
183 Bagian Rumah (Parts of House)
back-yard
√
door
√
house
√
kitchen
√
roof
√ √
room
√
√
stairs
19/ 10
√
toilet
wall
window
Peralatan Rumah Tangga & Benda Yang Ada di Dalam Rumah (HouseUtensils & Things at Home)
5/ 11
√
F: Where are we now? Are we in front of the house? R: [inbekya:t] 2 Nov. saat setelah saya dan R memasukkan motor ke halaman belakang F: What did you do just now? R: [kousdədoun] F: Hm? R: [doun] F: What did you do? R: [kousdədoun] 31 Okt. saat R baru saja menutup pintu depan rumah kami R: Rumah F: Uh hm, what‟s that? R: rumah, rumah, rumahan F: In English. R; [awusawus] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: Where is Ibu? R: [dibəRakaŋ] F: In English please. R: [indekicən] F: Oh, she is in the kitchen? R: [əh] 1 Nov. saat R baru terjaga dari tidur siangnya dan saya menanyai keberadaan ibunya Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: Is bu Ijah in our room? R: Enggak. 2 Nov. saat saya menayai keberadaan Ibu Ijah, seseorang yang sempat membantu melakukan pekerjaan rumah di rumah kami F: Tell her that you are going upstairs. R: Mau ke … ke … ke tangga. 19 Okt. saat saya dan R berada di FKIP Univ. Ibn Khaldun Bogor dan kami akan menuju ke lantai atas F: Where are the Donald Ducks, Rafa? R: (berceloteh) F: They are stepping on … They are stepping on … R: [sten] 5 Nov. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah R: Ada kamar mandi. F: Hm? R: Ada kamar mandi F: What do you call that? R: [toiRet] F: Toilet? 19 Okt. saat saya dan R berada di dalam rumah tetangga yang sedang direnovasi Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: Where is the woman, Rafa? R: [əbatjedeRa?] F: In English, please. R: (diam) F: The woman is looking through the … R: [wIndow] 5 Nov. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: And then, what do you call that? R: [aekondicen] 19 Okt. saat saya dan R melintasi sebuah rumah yang ber-AC
√
air conditioner
√
bed
√
F: Is it the ordinary train or the air-conditioned train? R: [ekondicətein] F: Where is the air conditioner? R: [itu] F: Oh ya. What do you call that R: [aekondicən] 26 Okt. saat saya dan R menumpang KRL ber-AC F: Is she sleeping in her box? Check, yes or no? R: (memeriksa) [əɡa?] F: Where is she sleeping? R: [in::bet] F: In …? R: [bet] F: In our bed? R: [əm] 31 Okt. saat saya meminta R mencari tahu di mana adiknya tidur
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
184 √
blanket
√
bolster
F: What is selimut in English? R: [blekIt] 7 Nov. saat saya dan R sedang bercanda di ruang tidur F: What about this one? R: Guling F: In English, please. R: [em::bostɜ:]
box
√
cabinet
√
√
cable
camera
√
√
candle
carpet cassette
√
cassette-player
√
√
F: What do you call this? R: [poto?] F: No, it is not photo, it is camera. What is it? R: [kameRa] 7 Nov. saat saya akan mengambil gambar R dengan kamera F: What can you see on the table R: [katəl] F: What is it? R: [ketəl] F: Tell Ibu there is a candle on the table. R: Bu, Ibu, lilin. 31 Okt. ketika saya baru saja menyalakan lilin dan meletakkannya di meja di waktu mati lampu Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: Rafa, what is it? Is it a cassette? R: (berceloteh) F: It is not a cassette, but it is a …. R: (berceloteh) F: No. Doe, a dear a female dear; ray a drop of golden sun (seraya menyanyikan lagu DO RE MI yang ada di dalam CD yang dimaksud). R: (diam) F: It‟s a … CD. 2 Nov. saat saya akan memutarkan sebuah CD untuk R
√
CD
31 Okt. saat saya dan R sedang bermain di tempat tidur F: Where did you put your money? R: Di situ F: In the … R: [boks] 6 Nov. saat R baru saja memasukkan uang infak ke dalam sebuah kotak ketika kami melaksanakan shalat Jumat di sebuah masjid F: Hey, your bajaj was inside the … R: [e::ka::kabi::kabinət] 7 Okt. saat R baru saja mengeluarkan mainan bajajnya dari bufet F: What abut this one? What do you call this one? R: [kabəl] F: Hm? What do you call this? R: (diam) F: In English, please. R: [kebəl] 26 Okt. saat saya dan R berada di toko alat-alat pertukangan
Walapun dalam cuplikan di atas, belum didapatkan petunjuk bahwa Rafa telah memperoleh butir leksikal ini, saya merasa yakni bahwa ia telah memperolehnya, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi. Interpretasi ini dapat dikaitkan dengan petunjuk pemerolehan butir leksikal CD player dalam cuplikan di bawah ini.
CD player
√
cell-phone
√
chair
clock
√
√
F: What is it? R: [sidipeyə:] 31 Okt. saat saya akan memutarkan CD ”Phonics with Movements” untuk didengarkan R F: And then, this one? What is it? R: [sefon] 7 Okt. saat Rafa sedang bermain dengan mainan telepon genggamnya Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: What is it near the loud speaker? R: [ada?əjam] F: In English, please. What is it? R: (babbling) F: You know. R: [kok] F: Yes, it is. What is it? R: [kokh] 26 Okt. saat saya dan R melihat sebuah jam dinding di dekat alat pengeras suara di stasiun Cilebut
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
185 cushion
√
√
fan
fridge
√
√
gas
√
hammer
√
key
lamp
√
√
7/ 10
5/ 11
√
mattress mirror
√
remote control photo picture
pillow
√
√ √
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: That one. R: [kompiRə:] F: Not the computer I mean. R: [fen] F: Ya. What is it? R: [fen] 2 Nov. saat R saya ajak ke warnet dan saya menunjuk ke sebuah kipas angin F: This one. What do you call this? R: (berceloteh) F: It‟s a fridge. 7 Okt. saat R berusaha membuka lemari es di rumah F: What do you call that one? R: [gas] 6 Nov. saat saya mengajak R bercanda di dapur F: What do you call this? R: [paRu?] F: Hm? In English, please. R: [emз:] 26 Okt. saat saya dan R berada di toko alat-alat pertukangan F: We lock the door with … R: [ki:] 31 Okt. saat saya baru saja mengunci pintu depan rumah kami F: Can I turn on the lamp? R: Uh hm. 7 Okt. saat saya akan menghidupkan lampu kamar tidur F: What about these ones? They are … R: [Rem] 5 Nov. saat saya dan R berjalan-jalan di taman sebuah masjid F: Rafa, what do you call that? R: [matəRi:s] F: Hm? R: [matəRi:s] 19 Okt. saat saya dan R melihat sebuah kasur palembang yang sedang dijemur Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: Where is the remote control, Rafa? R: Itu (seraya menunjuk remote control yang ada di atas meja) F: Where? R: Di meja F: In English, please. R: [tabə:] 6 Nov. saat saya mencari remote control TV dan bertanya kepada R Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: What about this one? Whose picture is this? R: Nenek. 1 Nov. saat saya dan R melihat foto kakek dan neneknya F: What about this one? What do you call this one? R: [ə::battal] F: In English R: (diam) F: What is it? R: (berceloteh) F: You don‟t know? Pi … pi … R: [Ro:] 5 Nov. saat saya dan R berada di bagian peralatan rumah tangga di Hypermart Bogor
√
rubbish
rubbish bin
√
F: What can you see? R: [rifə:] F: River? What can you see in the river? R: [wa::sʌmmpʌh] F: Ya, what is it? R: [abis] R: Rubbish, right. Dirty, right? R: [əm] 19 Okt. saat saya dan R melihat banyak sampah di sebuah sungai F: Hey, what do you call this? R: [ə::abis] F: This one? R: [rabis] F: That one is rubbish; what about … What do you call this one? R; [ə::adduŋ] F: Er… No. Rubbish …? R: [bIn] F: Rubbish bin 19 Okt. saat saya dan R melihat sebuah tempat sampah di depan sebuah rumah
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
186 √
saw
screw driver
sofa
table
Benda yang terkait dengan kegiatan belajar (Learningrelated Things)
√
√
7/ 10
26/ 10
√
√
√
6/ 11
1/ 11
telephone
√
tissue
√
TV
√
umbrella
√
water tap
√
bag
√
√
book
19/ 10
√ 26/ 10
F: Look at om Yayat. What is he pruning the tree with? With the … R: [ɡəɡa?cow] 1 Nov. saat saya dan R melihat tetangga kami Pak Yayat sedang memangkas pohon di pekarangan rumahnya F: Ah. This one. What is it? R: [dei] F: In English? R: [em:mol] F: No. 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan obengnya di rumah F: What do you call this? R: [əm::] F: You know it. Wha is it? Screw … R: [dayfə] F: Ya. What is it? R: [kudayfə] 26 Okt. saat saya dan R berada di toko alat-alat pertukangan Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: Do you know what it is? R: [teb] F: Hm? R: Gak jualan bapak-bapak. F: Meja? R: [əh] F: What is it in English? R: [tebə] 1 Nov. saat saya dan R melintasi sebuah lapak tempat berjualan makanan F: Where is the remote control, Rafa? R: Itu (menunjuk remote control yang ada di atas meja) F: Where? R: Di meja F: In English, please. R: [tabə:] 6 Nov. saat saya dan sedang menonoton TV di ruang keluarga F: And then; this on? What is it? R: [ə::efon] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan telepon mainannya F: This one. You know this one. What is it? R: [tisu:] 2 Nov. saat saya dan R sedang berada di meja makan F: What can you see? Is it a radio? R: [bukan:tifi:] F: Hm? R: [tifi:] 26 Okt. saat saya dan R melihat sebuah TV umum di dekat pangkalan ojek F: When it is raining you need that. What is it? R: (diam) F: Do yo know what it is? R: (diam) F: Pa … yung. In English? R: [be:Ra:] 1 Nov. saat saya dan R melihat sebuah payung di teras sebuah rumah F: What is it? R: [wotətep] 1 Nov. saat saya dan R melihat sebuah keran air di pekarangan sebuah rumah F: Look at her. what is … R: [tas] F: She wearing? R: [ətas] F: She is wearing … R: [beg] 19 Okt. saat saya dan Rafa melihat seorang wanita yang membawa tas F: What do you call them? R: [ə:buku?] F: In English, please. R: [buk] 19 Okt. saat saya dan R melintasi sebuah lapak tempat orang berjualan buku F: Look at the man. What is he doing? R: (babbling) F: He is rea …. ding. What is he reading? R: [buk] F: Hm? Whai is he reading? R: [buk] F. Ya. He is reading a book. 26 Okt. saat saya dan R melihat seseorang membaca buku di atas KRL
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
187
computer
√
laptop
√
pen pencil printer white-board
Makanan & Minuman
√ √
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Saya pun belum dapat mengatakan bahwa berdasarkan catatan dan ingatan saya, butir-butir leksikal ini telah diperoleh.
√ √
√
bread
(Food & Drink) biscuit
√
√
cake
cheese
√
chicken
√
chilli-sauce
√ 6/ 11
cookies
√ 5/ 11
√
chocolate coffee
F: Is it a TV? R: [kompiRə] F: Hm? R: [kompiRə] F: Computer? So it is not TV? R: [əm] 19 Okt. saat R saya ajak ke perpustakaan FKIP Univ. Ibn Khaldun Bogor dan melihat sebuah komputer katalog-buku F: What‟s this? R: [Re:to?] F: Hm? What‟s this R: [Re:tto?] F: Laptop? R: [əm] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah
√
√
F: Hey, what do you call this, Rafa? R: [bet] F: Hm? R: [bRet] F: Hm? R: [bəRet] F: Bread? R: [əm] 26 Okt. saat saya dan R melihat roti yang dijajakan di sebuah kedai makanan di stasiun Cilebut Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: What is it? R: [keddəl] F: This one? Below the candles, what are they? R: (berceloteh) F: In English R: [keikh] 5 Nov. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah R: Bapak, bikin … bikin … bikinnnn … keju. F: What do you call it in English? R: Er, keju. F: In English. R: [ku:kis] F: Hm? R: [ku:kis] F: Not cookies, cheese. 7 Okt. saat R membuka lemari es dan mengambil sebongkah keju R telah beberapa kali saya pancing untuk menyebutkan butir leksikal ini, tetapi ia belum ditemui dapat memproduksinya. Namun, saya yakin bahwa sebenarnya butir leksikal ini telah diperolehnya, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi. F: Are they soy sauce? R: [ə::caos] F: In English, please. R: [caos] F: Chili … R: [cos] 5 Nov. saat saya dan R berada di bagian makanan di Hypermart Bogor F: Did you put some chilli Sauce there? R: Enggak. F: Why not? R: Pedes 6 Nov. saat R sedang makan nasi kuning F: This one is Cho ... R: [kət] 5 Nov. saat saya dan R berada di bagian makanan di Hypermart Bogor Pak Joko: You like drink coffee? R: Gak. Gak mau. 5 Nov. saat saya dan R bertemu Pak Joko yang sedang minum kopi R: Bapak, bikin … bikin … bikinnnn … keju. F: what do you call it in English? R: Er, keju. F: In English. R: [ku:kis] F: Ehm?
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
188
√
donut
√
drink
√
egg food honey
√ √
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√
ice cream
√
juice
meal
√
meat balls
√
milk
muffin
√ 2/ 11
√
√
√
nugget
sandwich
√ 31/ 10
F: What is he selling? R: [kri:m] F: What is he selling? R: [eskri:m] F: In English please. R: [aiskRi:m] 1 Nov. saat saya dan R melihat penjual es krim yang melintas di depan rumah kami F: What are they? R: [jus] 5 Nov. saat saya dan R melintasi bagian minuman di Hypermart Bogor F: What is the cat in the rubbish bin doing? R: [gimakan] F: What is he doing? He is having … R: [mIl] 7 Nov. saat saya dan R melihat kucing sedang makan di tempat sampah F: What is he selling, Rafa? R: [co?baco?] F: In English, please. R: [mitbous] 5 Nov. saat saya dan R melihat gerobak penjual bakso F: Do you want to drink? R: [əm] susu bendera F: In English. R: [əmIkh] F: Milk? R: [əhm] 31 Okt. saat saya menawari R untuk meminum susu kemasan F: What are you having now? R: [əmIkh] 2 Nov. saat R sedang menikmati susu kemasan Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: In English, what is bakmi? R: [nudel] 7 Okt. saat saya dan R melihat ada semangkuk mie instan di atas meja makan
noodle
oil
R: [ku:kis] F: not cookies, cheese. 7 Okt. saat R membuka lemari es dan mengambil sebongkah keju Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, dalam kurun waktu perekaman, saya pernah mendapati R menamai referen ‟seloyang kue bolu‟ dengan donat. F: What is Ibu holding? R: [e::diŋ] F: Drink? R: [em] 31 Okt. saat ibu R akan memberinya minum R telah beberapa kali saya pancing untuk menyebutkan butir leksikal ini, tetapi ia belum ditemui dapat memproduksinya. Namun, saya yakin bahwa sebenarnya butir leksikal ini telah diperolehnya, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena butir leksikal ini telah beberapa kali saya pajankan kepadanya.
√
F: What can you see in the cabinet? R: [aka?ɡa?ada?] F: Ya, there are some things. Mie? Can you see? What is it? What do you call it in English? R: [mi:] F: What do you call it in English? R: [nudəl::mi:ləlmil] F: No. What R: [ba?mi:nudəl] F: Hm. What is it? R: [nudəl] F: Okay 26 Okt. saat saya dan R melihat banyak bungkusan mie instan di kantin stasiun Cilebut F: What do you want to have for your meal? R: [nʌɡət] 31 Okt. saat ibunya mengingatkan R bahwa telah tiba waktu makan baginya Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, tidak begitu lama sebelum kurun waktu perekaman, saya pernah menengarai bahwa R telah memperoleh butir leksikal ini pada tataran produksi.
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
189
√
soy sauce
√
tea
√
water
Perlengkapan Makan (Cutleries)
Buahbuahan & Sayuran (Fruits & Vegetables)
Perlengkapan Mandi (Toiletries)
F: What is it? R: [kecap] F: In English, please. R: (berceloteh) F: It is soy …. R: [cos] 5 Nov. saat saya dan R berada di bagian makanan di Hypermart Bogor Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya yakin bahwa sebenarnya butir leksikal ini telah diperoleh R, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena ia sering terpajan kepada butir leksikal ini. F: What is it inside? Is it milk? R: [woRe:] 31 Okt. saat R sedang disuapi makan oleh ibunya di rumah
√ √ √ √ √ √
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
plate
√
F: Hey, this one. What is it? R: piring F: In English. R: (diam) F: In English. It‟s a plate R: [peit] 7 Okt. saat saya dan R berada di dekat meja makan
apple
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
bowl cup fork glass knife spoon
√
banana coconut guava orange strawberry tomato
√ √ √ √ √
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√
cotton buds
shampoo
√
√
toothbrush
towel
√
F: And what about this one? R: [::katəbat] F: Hm? R: [katəbat] F: Cotton buds? R: [əm] 19 Okt. saat saya dan R berada di bagian perlengkapan bayi Toserba Yogya Bogor Belum/tidak didapatkan petunjuk. Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun saya yakin R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena ia sering terpajan kepada butir leksikal ini.
√
soap
F: What is it? What is it? R: [benana:] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah
F: What is it? You have this one, right? R: Sikat gigi. F: In English, please. R: (diam) F: You don‟t know? You know it. Tooth … R: [bas] F: Toothbrush. 31 Okt. saat saya baru saja pulang berbelanja dan R menengarai saya mengeluarkan sebuah sikat gigi dari tas belanja F: What are they? R: [aduk] F: In English. R: [el] F: You don‟t know? To … R: [yəs] F: wels 5 Nov. saat saya dan R berada di bagian pakaian di Hypermart Bogor
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
190 Perlengkapan Bayi
baby carriage
√
(Baby Equipments) baby box
√
bottle
√
√
diaper
√
hair lotion
Yang terkait dengan bayi
giggle smile spittle
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√
√
√
face down
Keadaan (States)
afraid
R: [bebbi::bebbi:] F: Baby what? What do you call this one? R: [bebikewic] 5 Nov. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: Is it a baby carriage? R: Bukan F: No. What is it? R: (berceloteh) F: This one is a baby carriage. This one? R: (diam) F: Baby …. R: (tetap diam) 5 Nov. saat saya dan R ada di bagian perlengkapan bayi di Hypermart Bogor Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: What do you want to buy at the supermarket? R: Pempers F: In English, please. Pempers is in Indonesian. What is it in English? R: Popok. F: Dia … R: [pə:] 6 Nov. saat R meminta agar dibawa ke supermarket ketika kami berada di depan Univ. Ibn Khaldun Bogor atau di seberang Plaza Indah Bogor F: What do you call this? R: [ayilocən] 19 Okt. saat saya dan R berada di bagian perlengkapan bayi di Toserba Yogya
√
√
again
all-gone
√
already
√
angry
√
airconditioned
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena pada kurun waktu perekaman R sering menjadi partisipan pada peristiwa tutur saya dengan adiknya; kalimat yang sering tertuturkan pada peristiwa itu adalah ”No playing with your spittle, Zahra.” F: What is your sister doing? R: Tengkurep … [fetdawun] F: eh? R: [fet:::fetdaun] F: oh… She is facing down? R: [ya:: batuk::fais::faisdaun] 7 okt. saat saya meminta R mengomentari apa yang sedang dilakukan adiknya F: Who is afraid of frog? R: Er, Imam F: Abang Imam. R: [əm] 31 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan binatangnya di rumah F: This one. What do you call this? R: [ot?otwoRə:əɡen] 7 Okt. saat saya dan R berada di dapur dan melihat air yang sedang dimasak F: Can I have some? R: [abbis] F: In English, please. R: [oɡon] 26 Okt. saat saya meminta susu kemasan yang ternyata telah habis diminum R F: Are you already awake or still sleeping R: [diəweik] F: Already awake? R: [əh] 1 Nov. saat R baru terjaga dari tidur siangnya F: What did I do to Ibu just now? R: Marah F: What did I do to Ibu? R: Marah F: In English. R: [ə:::eɡi:] 7 okt. saat R mendapati bahwa saya marah kepada ibunya di ruang tidur F: Now we are waiting, right? What are we waiting for? R: [aekondIcen] F: What are we waiting for? R: [aekondIcen] F: Air-conditioned what? R: [wan] F: Air-conditioned car? R: [bukan::aekondIcenwan] F: Ya. Air-conditioned car or air-conditioned motorcycle? R: [aekondicentein] 26 Okt. saat saya dan R menunggu KRL ber-AC di stasiun Cilebut
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
191 √
alone
√
awake bad
F: I am continuing my work on computer, okay? R: [əm] F: You are playing alone, okay? R: [əm] 6 Nov. saat saya harus meninggalkan R bermain sendiri di depan rumah F: Are you already awake or still sleeping R: [diəweik] F: Already awake? R: [əh] 1 Nov. saat R baru terjaga dari tidur siangnya Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: Rafa, we are coming across the … R: [minimakət] F: Minimarket. Who does the minimarket belong to? R: Om, Om Ivan 19 Okt. saat saya dan R melintasi toko milik Pak Ivan, tetangga kami Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya yakin bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R, paling tidak pada tataran komprehensi; dan makna butir leksikal digunakannya untuk merujuk kepada referen ‟memperbaiki‟ karena tuturan yang sering terpajankan kepadanya adalah ”make something better”. F: Is it er… a big donut or small donut? R: [bik] F: What about this one? R: [əcIl] F: In English R: [itə::itə::itədonʌt] F: Little donut? R: [hə] F: What about this one? Is it a little donut? R: [bik::bidonʌt] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan kendarannya di rumah
√
belong to
√
better
√
√
big
F: What are you looking for? R: Jip besar. F: In English please. R: [bikəbikji:p] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: Is it a good truck or a broken truck? R: [bu:bu:bukən ta:k] 7 Okt. saat R sedang bermain denga mainan kendaraannya di rumah √
broken
√
careful
√
clean
√
closed
cold
dark
√
√
F: What happened to the house? R: [uca?] F: In English? The house is …? R: [bokən] 19 Okt. saat saya dan R melintasi sebuah rumah yang sedang di renovasi R: Nanti takut jatuh. F: You afraid that you will fall? R: [əm] F: That‟s why we have to … be … R: [ke:ful] Nanti bilang Ibu. Bu hati-hati ya, gitu. 2 Nov. saat saya dan R melintasi jembatan gantung yang berada tidak jauh dari tempat kami sekelurga pernah jatuh dari sepeda motor F: Do you think it is clean or dirty? R: [də:ti:] F: Because you can see ru … R: [bis] 6 Nov. saat saya dan R melihat selokan yang penuh dengan sampah F: and now the doors are … R: [kous] 26 Okt. segera setelah saya dan R melihat pintu KRL ber-AC tertutup F: It‟s a fridge. How do you feel, Rafa, if I open the fridge. Ehm … is it hot? … Is it hot? R: Dingin F: In English. R: (berceloteh) 7 Okt. saat R membuka lemari es F: Do you want to go to the toilet? R: [əɡa?] F: Why not? R: [nou] F: Why not? R: [ə::ɡəRap] F: In English, please. R: [dʌ k] 31 Okt. segera setelah ibu R mematikan lampu kamar mandi
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
192
dirty
√
√
7/ 11
6/ 11
empty
√
enough
√
expensive
√
fall off
√
hot „panas‟
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun sebenarnya R sering saya dapati dapat memproduksi butir leksikal ini ketika saya menanyainya ”Enough or again?” saat saya menemaninya bermain sepeda. R: Mahal F: In English, please. R: Mahal F: In English? R: (diam) F: You don‟t know? … Ex … R: [pecip] 2 Nov. saat R teringat akan kejadian saya batal membeli sebuah mainan untuknya di supermarket karena harganya yang terlalu mahal R: Jatuh antene Namboru. F: In English, please. R: [jatuh:fo?ofdəaiyə:fo?of] F: The aerial R: [fo?of] F: Fell off R: [əm] 2 Nov. saat saya dan R melihat antene terjatuh di atas rumah seoarng tetangga kami Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa butir leksikal ini telah diperoleh Rafa, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena sebelumya saya sering menuturkan kalimat ”I give up” ketika ia menodongkan pistolpistolannya kepada saya, dan telah beberapa kali saya meminta ibu Rafa untuk menuturkan padanannya dalam bahasa Indonesia, yakni ”ampun”
√
good
have
F: You‟ve got dirty face. Tell Ibu you‟ve got dirty face. R: Ibu, Rafa kotor kaki F: Face, your face. 7 Nov. saat saya meminta R menemui ibunya untuk membersihkan mukanya yang berlepotan sisa makanan R: Kosong F: What? R: Itunya. F: What is kosong in English? R: [emtiaus] F: Hm? R: [emti:] Nov. 2. saat saya dan R melintasi sebuah rumah kosong
√
give-up
happy
F: Do you think it is clean or dirty? R: [də:ti:] F: Because you can see ru … R: [bis] 6 Nov. saat saya dan R melihat selokan yang dipenuhi sampah
F: What did you do to Ibu? R: dipukul. F: Hm. What did you do? R: dipukul. F: It is no ... It is no ... R: [ɡut] F: Hm? R: [noɡut] F: Don‟t do that anymore, okay. 2 Nov. saat saya memarahi R karena memukul ibunya Belum/tidak didapatkan petunjuk. Selain itu, walaupun sebenarnya R telah sering terpajan kepada butir leksikal ini ketika saya memutarkan kaset lagu ”If You‟re Happy and You Know It”, Rafa tampaknya belum memperoleh maknanya.
√
√
√
F: Have you got rabbits? R: Gak punya 6 Nov. saat saya menanyai R apakah ia punya kelinci F: Look at what Ibu is doing. Is it noodle inside? R: bukan F: What is it? R: [ayi::ayipanas] F: In English. R: [ot] F: hot what? R: [ot:ot:ot:otwoRə:] F: Hot water. Exactly. 7 Okt. saat saya dan R melihat air yang sedang dimasak ibunya di dapur
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
193
hot „pedas‟
√
know
√
like
√
little
naughty
√
√
7/ 10
31/ 10
√
√
√
open
pregnant
F: What picture is it? R: Lumba-lumba F: Yes. What is it in English? R: (berceloteh) F: You don‟t know? R: [Rum] F: You know it R: [bum] F: Dol .. R: [fIn] 2 Nov. saat R melihat gambar lumba-lumba di layar komputer F: What is Uncle Jo drinking? R: (malu-malu) F: Hey, what is he drinking? Look at what he is drinking. Pak Joko: You like drink coffee? R: Gak. Gak mau. 5 Nov. saat saya dan Rafa bertemu dengan Pak Joko yang sedang minum kopi
√
off
on
F: Did you put some chili sauce there? R: Enggak. F: Why not? R: Pedes F: Because it is R: [ot] 6 Nov. saat R sedang makan nasi kuning bersama ibunya R: Apa itu? Apa itu F: You know it R: [addung] F: No R: [fawəs] 7 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah
√
Catatan: dalam hal ini, Pak Joko sendiri yang meminta R memanggilnya dengan sapaan Uncle Jo, alih-alih Om Joko. F: Is it er… a big donut or small donut? R: [bik] F: What about this one? R: [əcIl] F: In English R: [itə::itə::itədonʌt] F: Little donut? R: [hə] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainannya di rumah F: What‟s that? R: [RItəaus] F: Little house. Okay R: Ini juga little house. F: Tell Ibu that it is alittle house. R: Ibu, ada rumah kecil. 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah Belum/tidak didapatkan petunjuk. Saya merasa bahwa R telah memperoleh butir leksikal ini pada tataran komprehesi; namun mencurigai bahwa pemaknaannya sebatas pada ‟sifat kucing‟ karena saya selalu menuturkan butir leksikal ini ketika kucing-kucing kami berprilaku nakal. F: What can you see? Is it a radio? R: [bukan::tifi] F: Hm? R: [tifi] F: TV? R: [əm] F: Is the TV on or off? R: [of] F: Do you want to turn it on? R: [ega?kanmati] 26 Okt. saat saya dan R melihat sebuah televisi di dekat pangkalan ojeg F: What are happening to the doors, Rafa? R: [buka?] F: In English, please. R: [oppən] F: Hm? R: [oppən] 26 Okt. saat saya dan R melihat pintu KRL ber-AC yang kami tumpangi terbuka F: What happened to Ibu when you wanted to have a sister? R: (diam) 2 Nov. saat saya sedang bermain dengan R di rumah
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
194 F: What is happening to Kecil? Hamil? R: [əm] F: In English, please. R: (diam) F: You don‟t know? Preg ... R: (berbicara hal lain) 7 Nov. saat dan Rafa bermain dengan Kecil, kucing kami yang sedang hamil Walaupun dalam cuplikan tidak ditemukan petunjuk bahwa R telah memperoleh butir leksikal ini, namun saya rasa ia telah memperolehnya, setidaktidaknya pada tataran komprehensi, karena ia telah sering terpajan kepada butir ini ketika ibunya hamil (saat R berusia 1;10) dan pada saat itu butir ini telah diperolehnya pada tataran produksi terpancing. Selain itu, kucing betina kami, sering sekali hamil; dan saya sering sekali mengomentarinya dalam bahasa Inggris ketika sedang binteraksi dengan R.
√
silent
small
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√
smelly strong
√
surprised
√ √
tall √
wet
√
√
√
wrapped
wrong
yummy
F: What did you say? Bau? In English, please. R: [smeRi:] 2 Nov. saat saya dan R berada di dekat kubangan air yang berbau tak sedap Belum/tidak didapatkan petunjuk. Selain itu, walaupun saya pernah beberapa kali menanyai R dengan pertanyaan “Are you still a little baby or already a strong boy?” dan ia terkadang merespon pertanyaan itu dengan “Boy”, saya belum dapat mengatakan bahwa Rafa telah memperoleh butir leksikal strong. Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: And what about the tall one. You know it. What is it? R: [tawə] F: Yes, it is a tower. 19 Okt. saat saya dan R melintasi sebuah masjid yang memiliki menara Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√
want
well-done
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya sering menanyainya dengan tuturan ”Are you sleepy, Rafa?” dan ia sering menjawab pertanyaan saya dengan ”Enggak”.
√
sleepy
the other way around
Belum/tidak didapatkan petunjuk.Namun, saya merasa telah memperolehnya, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena di saat kami sedang mendengarkan khatib berkutbah saya sering mengatakan kepada R: ”When the speaker is giving his speech, we have to be silent, okay” dan Rafa meresponnya dengan : “Hm ehm.”
√
√
F: What do you want to buy? R: Susu Ultra. F: In English, please. R: [mIkh] 1 Nov. saat Rafa dan ibunya akan pergi membeli sesuatu ke sebuah toko Belum/tidak didapatkan petunjuk. Walaupun R telah berkali-kali terpajan kepada tuturan itu dari CD ”Phonics with Movements”, saya rasa ia belum memperoleh maknanya. Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa butir leksikal ini telah diperoleh R, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya sering mengomentarinya seraya berkata: ”You got wet” ketika R pipis F: What is happening to the car, Rafa? R: [tutup] F: Hm? In English please. R: (diam) F: The car is being … R: [Rep] F: Uh hm. Once again, what is happening to the car? R: [Rep] 26 Okt. saat saya dan R melihat sebuah mobil yang terbungkus terpal F: What‟s wrong with pak uwo, Rafa? R: Sakit. F: What part of his body hurts? His head? R: [eh] F: No, not his head. His … Hm? What part of his body hurts? His hand? R: [kaki?] F: In English? R: [fit] F: Oh his feet. Okay. 1 Nov. saat saya dan R melihat pak Agus yang kakinya sedang sakit F: What is enak in English? R: [miyami] 31 Okt. saat kami sekeluarga sedang sarapan di rumah
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
195 Kegiatan Sehari-hari (Routines)
brush s.o’s teeth
√
do shalat
√
drink
√
eat
√
get dressed
√
go home
√
go to sleep
√
have meal
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk; namun, saya rasa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya sering mengomentarinya ketika ia diajari ibunya menggosok gigi seraya berkata: ”You are brushing your teeth?” dan R hampir selalu meresponnya dengan senyuman. Belum/tidak didapatkan petunjuk; namun, saya merasa bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena ketika kami pergi ke masjid untuk shalat Jumat, saya hampir selalu mananyakan ”What are we going to do” dan ia menjawab dengan tuturan [sowat]. Belum/tidak didapatkan petunjuk; namun, saya rasa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena Rafa sering saya tawari minum ketika ia baru terjaga dari tidur siangnya seraya berkata: ”Do you want to drink?” dan ia selalu meresponnya dengan jawaban ”hm” F: Do you want to eat rambutan? Do you want to eat now? R: [əm] F: Ask Ibu for permission. R: Ibu, mau … mau maem rambutan. 7 Nov. saat R ingin makan rambutan Belum/tidak didapatkan petunjuk; namun, saya rasa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya sering memintanya untuk berpakaian terlebih dahulu sebelum mengajaknya bermain ke luar rumah seraya betutur ”Get dressed first” dan ia meninta ibunya memakaikannya pakainan. Pak Ivan: Kemana Rafa F: Hey, Om Ivan is asking you. R: [mawupuRaŋ] Pak Ivan: Hah … apa? R: [puRaŋ] Ivan: Pulang? Oh… F: In English, please. R: [goihoum] 19 Okt. saat kami selesai berbelanja di toko Pak Ivan F: What is Brown doing? R: [ə::laRi::ə::apayayo] F: What is he doing? R: [bobo?] F: In English, please. R: [gotusip] F : He is …. R: [tusi:p] 26 Okt. saat saya dan R melihat Brown, anjing tetangga, sedang tidur F: What is he doing, Rafa? Hey, what is he doing? Hm? R: [ma?əm] F: In English please. R: [epimi:l] F: Having meal? Is he having meal? R; [əh] 19 Okt. saat saya dan R melihat seseorang sedang makan di sebuah warung F: What are you doing? R: [ma?em] F: In English, please. R: [efimi:l]
hold
hold s.o
have s.o’s hair cut
√
√
√
31 Okt. saat R sedang disuapi ibunya di rumah F: What is the girl holding? R: [tefon] 26 Okt. saat saya dan R melihat seseorang memegang telepon genggam F: You want me to hold you? How do you say it? R: [ot?əyu] F: Hm? R: [ot?otmi:] F: Okay. 19 Okt. saat saya dan R akan menaiki tangga berjalan di Plaza Indah Bogor F: Do you want to hold you? How do you say it? R: [pa?:o?mi:] 31 Okt. saat saya menanyai R apakah ia ingin digendong F: What happened to you? R: [ɡuddul] F: Why? Because you had your … R: [ekat] F: Hm? R: [aekat] F: You had your … R: [aekat] F: Who cut your hair R: [uwa?] 26 Okt. saat R baru dicukur di tempat pangkas rambut
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
196
observe the river
jog put on s.o’s shoes
sleep
take a bath
√
√ √
√ 19 / 10
√
√
√
take a walk take s.o’s shoes off
√ 26/ 10
√
take a shower
take a pee
F: What did I have just now R: [aekat] 5 Nov. saat setelah saya dicukur di tempat pangkas rambut dan R menemani saya F: Do you want to observe the river now? R: [yah] F: Okay … Where are we going now? R: [ob?i:fə:] F: Tell her that we are going to observe the river. R: [afamoIyatcungay] Pengasuh: Ya 19 Okt. saat saya akan mengajak R melihat sungai Ciliwung
√
F: What do you want to do? R: [?Iyatcuŋay] F: In English please. R: [obdəRife:] 31 Okt. saat saya dan R berada di pinggir sungai Ciliwung F: When I put on my shoes and I do stretching (seraya melakukan peregangan), do you know what I am going to do? Jo … R: [ɡi:ŋ] 7 Nov. saat saya sedang bercengkrama dengan R di rumah F: Okay, what is Brown doing? R: [ə::laRi::ə::apayayo] F: What is he doing? R: [bobo?] F: In English, please. R: [gotusi:p] F : He is …. R: [tusi:p] F: He is sleeping R: Hm 19 Okt. saat saya dan R melihat Brown, anjing tetangga kami, yang sedang tidur F: What animals are they? R: [kutciŋ] F: Hm? in English, please. R: [ket] F: What are they doing? R: [aɡi:bobo?] F: Are they playing? R: [kan?aɡi:bobo?] F: So, are they playing or not? R: [bobo?kayi?] F: In English? What are they doing? R: [kiRa?in::] F: Hm? They are … R: [ətcip] F: They are ss.. R: [cip] F: They are sleeping? R: [əm] 26 Okt. saat saya dan R melihat beberapa ekor kucing sedang tidur F: Am I taking a shower or taking a bath? R: [teiksowə:] F: Not taking a bath? R: [əm] F: who usually take a bath? R: [yu] F: You. Do you mean Rafa? F: [yes] 7 Nov. saat saya menanyai R ketika saya akan mandi F: What is Ibu going to do? R: [cawə:] F: Hm? R: [cawə:] 2 Nov. saat saya dan R menengarai ibunya akan mandi R: Adik, adik pipis. F: Oh ya, please tell Ibu that … er …your sister took a pee. R: Ibu, adik … adik … adik pipis. 7. Nov. saat R menengarai adiknya pipis F: How do you go to the minimarket? R: [tekwok] 1 Nov. saat R akan diajak ibunya pergi ke sebuah toko Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya rasa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya sering memintanya untuk mencopot sepatunya ketika tiba di rumah pulang dari berpergian atau selesai bermain sepeda
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
197
take s.o somewhere
√
F: Where are we going now? R: [tek?Ibu?] F: Where to? R: [in::jafanis] F: To … R: [tupabikkal] 6 Nov. saat saya dan R akan mengantar ibunya ke tempat pemberhentian angkot
Kegiatan Lain (Other Activities)
take wudhu
√
teach
√
trim
√
turn smth off
√
turn smth on
√
wake up
√
watch TV
√
ask
√
ask for permission
√
borrow
√
buy
√
call „memanggil‟
√
call „menamai‟
√
F: What are you doing? R: [teikwudu?] 19 Okt. saat saya mendapati R sedang bermain dengan keran air di toilet FKIP Univ. Ibn Kaldun Bogor setelah saya selesai buang air kecil F: What do I do at Ibn Khaldun? R: (diam) F: At ILP? R: (diam) F: You don‟t know? How do say if you don‟t know? R: (diam) F: Hm? R: [tIciŋ] 6 Nov. saat saya bersiap-siap pergi mengajar ke Univ. Ibn Khaldun Bogor Belum/tidak didapatkan petunjuk.Namun, saya merasa bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena setiap R mendapati saya sedang mencukur kumis atau jenggot saya, saya hampir selalu memberitahunya seraya berujar ”Rafa, I am trimming my moustache”. F: Tell Ibu that you want to turn it off. R: Mau … mau matiin. 7 Nov. saat R ingin mematikan pompa air dan saya menyuruhnya meminta izin terlebih dahulu kepada ibunya F: Can I turn on the lamp? R: Uh hm. 7 Okt. saat saya ingin menghidupkan lampu kamar tidur dan meminta persetujuan R Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun saya dapat mengatakan bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R. Akan tetapi, tipe pemerolehannya agak sukar saya interpretasi karena Rafa sering mengacaukan makna butir leksikal wake up dan awake. F: You want to watch TV R: [əm] F: What program is it? R: Mas Riki (sinetron Manohara). 31 Okt. saat R menonton TV dan saya bergabung dengannya F: She is crying. Ask her why she is crying, Rafa R: Adik, kenapa … kenapa nangis? 7 Okt. saat saya, R, dan adiknya sedang bercengkrama di tempat tidur F: I am taking wudhu. Do you want to come with me? R: [əm] F: Okay. Ask Ibu for permission first. R: Ibu, Rafa mau take wudhu. 31 Okt. saat saya akan berwudhu di rumah dan R ingin turut serta Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya rasa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya telah beberapa kali bertutur: Can I borrrow it?” ketika saya ingin meminjam mainannya dan R selalu dapat meresponnya dengan jawaban: ”Jangan” atau sekadar mengangguk pertanda mengiakan. F: What is his name? Naru … R: [to] F: Do you still remember … er …who … who bought this? R: Bapak 7 Okt. saat saya menanyai R siapa yang membelikannya boneka Naruto F: What is he doing? He is buying something, right? R: [əm] F: What is he buying? R: [təkIt] F: Yes. He is buying the … R: [tikət] 31 Okt. saat saya dan R melihat seseorang membeli tiket di stasiun Cilebut F: When You call me, how do I reply R: [yes] 6 Nov. saat saya sedang bermain bersama R di rumah F: If it is too fast, what do you have to do? R: (diam) F: You have to …. What do you call this? R: [ə:taŋ] F: This one? You have to pull the … R: [beikh] 7 Nov. saat saya menemani R bermain sepeda
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
198
call „menelepon‟
check
clap hands
climb
√
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya sering menyanyilan lagu yang salah satu kalimat dalam syairnya adalah ”If you‟re happy and you know it clap your hands” dan sering terjadi R serta merta bertepuk tangan.
√
√
√
close
come
√
come across
√
cook
√
crawl
√
cream-bath
√
cry
do
√
√
7/ 10
26/ 10
√
F: What is Uwak doing? R: [kowIŋ] F: Hm? R: [kowIŋ] F: Oh ya, he is calling. Who is he calling? R: (berceloteh) 1 Nov. saat saya dan R melihat seorang tetangga kami menelpon dengan HP F: Is she sleeping in her box? Check, yes or no? R: (memeriksa) [əɡa?] 31 Okt. saat saya meminta Rafa untuk memastikan di mana adiknya tidur
F: What is he climbing? R: (diam) F: He is climbing the … R: [təRi:] 7 Nov. saat saya dan R melihat seorang anak memanjat pohon F: What did you do just now? R: [kousdədoun] F: Hm? R: [doun] F: What did you do? R: [kousdədoun] F: You closed the door? R: [əm] 31 Okt. saat R baru saja menutup pintu depan rumah kami F: Who is coming? R: Teteh. 6 Nov. saat saya dan R melihat pengasuhnya datang dan menanyainya siapa yang datang F: Rafa, we are coming across the … R: [minimakət] F: Minimarket. Who does the minimarket belong to? R: Om … Om Ivan 19 Okt. saat saya dan R melintasi sebuah toko dan menanyainya siapa pemilik toko itu F: What is ibu doing? R: [kukiŋnaRət] F: Oh. She is cooking nugget? R: [em] 31 Okt. saat saya dan R mendapati ibunya sedang memasak di dapur F: What is the cat doing? R: [dəketiskoRiŋ] 2 Nov. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: What is she doing, Rafa? R: [kimbat] F: Hm? Creambath? R: [əm] 31 Okt. saat R menonton iklan shampo dan tiba-tiba ia mengomentari iklan itu F: She is crying. Ask her why she is crying, Rafa. R: Adik, kenapa … kenapa nangis? 7 Okt. saat saya dan R mendapati adiknya menangis F: What is the boy doing? R: [naŋIs] F: Hm? R: [naŋIs] F: In English. Hm? R: [krai] F: What is the boy doing? R: [kRay] F: What is he doing? R: [kRay] F: Uh hm. He is crying. 26 Okt. saat saya dan R melihat seorang anak menangis ketika kami menumpang sebuah KRL F: what do you call this? R: [klaon] F: Clown. Yes, it is a clown. What is the clown doing? R: Duduk 19 Okt. saat saya dan R melihat ada sebuah patung McDonald di depan restoran McDonald Plaza Indah Bogor
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
199
√
drive
√
fly
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√
√
get aside
give
√
√
√
help
hit
√
F: Hey, Rafa; when there is a motorcycle coming, you have to... R: [ɡet?əcait] F: Get aside? R: [əh] 19 Okt. saat saya memperingatkan R untuk menepi bila ada kendaraan yang melintas ketika ia bermain di jalan di depan rumah kani F: Give it to her. R: (memberikan barang belanjaan kepada kasir) 5 Nov. saat saya dan R berada di kasir Hypermart Bogor F: You want to give it to Ibu? R: [əm] F: Okay. Give it to Ibu. R: (Rafa memberikan rambutan kepada ibunya) 7 Nov. saat saya dan R sedang makan rambutan dan saya memintanya untuk memberikan sebuah rambutan kepada ibunya F: Besides he cut my hair, what did Aki do? R: (berbicara tetapi tidak jelas) F: Pijet? What is pijet in English, please? R: [ɡifiŋməcas] 5 Nov. saat saya baru selesai dicukur di tempat pangkas rambut
√
give massage
go
F: Jatuh? What is it in English? R: [fel] F: You are afraid of … R: [jatuh] F: In English. What is it? R: [kIt] F: Jatuh. What is jatuh? R: [fol] 2 Nov. saat saya dan R melintasi sebuah jembatan gantung dan teringat akan kejadian kami sekeluraga jatuh dari sepeda motor di tempat yang tidak jauh dari jembatan itu F: Were do aeroplanes fly? In the water? R: Bukan F: Were? R: Di sini F: Where? R: Bkan situ F: Ya. Where? R: [ataskaut] F: Clouds? No, in the … R: [kai] 7 Nov. saat Rafa sedang bermain dengan mainan kendaraannnya di rumah
√
fall
jump get
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena dalam kurun waktu perekaman, saat saya mengajak Rafa menumpang angkot dan menanyainya: ”Who is driving the public car, Rafa?” Rafa menoleh kepada sopir yang sedang menngendarai angkot.
R: (memijat-mijat bahu saya) dipijit F: what are you going to give to me R: Pijet. F: In English, please. R: [ɡifməcas] 7 Nov. saat saya sedang bercanda dengan R di rumah F: You went with Ibu this morning? R: [əm] F: Where did you go? R: Mandi bola. F: Where? … At R: [edemol] 31 Okt. saat saya menanyai R tentang pengalamannya diajak ibunya ke sebuah mal F: Do you want me to help you? R: [bapa?epmi:] 1 Nov. saat saya menemani R bermain sepeda F: (seraya memarahi R) What did you do to Ibu? R: Dipukul F: You hit Ibu? R: [əh] F: No doing that anymore, okay? R: [əh] 1 Nov. saat saya memarahi R karena telah memukul ibunya
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
200 √
kiss listen
√ √
look for
√
open
pick up
√
play
√
pull
√
put put smth back
√
√
read
√
reply
√
ride
√
push
√
say bye
√
sell
√
F: Look at them. What are they doing, Rafa? R: [ciyumciyum] F: In English, please. R: [kiss] 2 Nov saat saya menemani R membaca buku cerita bergambar di rumah Belum/tidak didapatkan petunjuk. R: Koq gak ada? F: What are you looking for? R: [ə::ciRən] 1 Nov. saat saya dan R melintasi tempat para remaja biasanya nongkrong F: What do you want me to do? R: Bukaiin. F: Hm? R: Buka F: In English, please. R: [opən] F: How do you say it to me? Bapak … R: [opənIt] 7 Nov. saat R meminta saya untuk membukakan sebungkus biskuit F: When we picked up Ibu, what about Zahra? Did Zahra pick up Ibu as well? R: Enggak. F: What did Zahra do? R: Di rumah. F: In English. R: [etoum] 2 Nov. saat setelah saya dan R menjemput ibunya dari stasiun F: What were the children playing with, Rafa? R: [pacin] F: They were playing with …? R: [pasin] 31 Okt. saat saya menanyai R tentang apa yang dilihatnya ketika sedang bemain dengan teman-temannya sebelumnya F: If it is too fast, what do you have to do? R: (diam) F: You have to …. What do you call this? R: [ə:taŋ] F: This one? You have to pull the … R: [beikh] 7 Nov. saat saya menemani R bermain sepeda Belum/tidak didapatkan petunjuk. Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya sering meminta R untuk mengembalikan sesuatu ke tempatnya semula seraya berkata: ”Put it back, Rafa” dan R sering menaati apa yang saya perintahkan. F: Look at the man. What is he doing? R: (berceloteh) F: He is rea …. ding. What is he reading? R: [buk] F: Hm? What is he reading? R: [buk] 26 Okt. saat saya dan R melihat seseorang membaca buku di atas KRL F: When You call me, how do I reply R: [yes] 6 Nov. saat saya sedang bermain dengan R di rumah F: Who are riding the motorcycle, Rafa? R: (diam) F: You don‟t know? R: [cIRən] 1 Nov. saat saya dan R melihat anak-anak remaja mengendarai sepeda moor Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena ia sering saya tanyai ”Do you want me to push you?” ketika saya menemaninya bermain sepeda, dan ia menjawab dengan ”Ya” atau ”Hm ehm”. F: Say bye to the station R: [dadah] 26 Okt. saat saya dan R berada di atas KRL dan meninggalkan stasiun Cilebut menuju UI F: What is he selling? R: [kri:m] F: What is he selling? R: [eskRi:m] 1 Nov. saat ada penjual es krim melintas di depan rumah kami
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
201
sing
F: Look at the woman. What is she selling, Rafa? R: [ə::jamu?] F: What is she selling? R: [jamu?] 1 Nov. saat saya dan R melihat ada seorang penjual jamu gendong Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya suka bernyanyi, dan sebelum mulai bernyayi saya hampir selalu bertanya kepada R: ” Do you want me to sing?” dan ia menjawabnya dengan ”Hm.” R: Rafa lagi duduk. F: Oh. What are you doing? R: duduk F: In English, please R: [cit] F: Sitting? R: [əh] 19 Okt. saat R di atas trolley ketika kami berbelanja berada di Toserba Yogya Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, suatu waktu yang tidak terlalu lama sebelum waktu perekaman, saya ingat bahwa saya pernah meminta R duduk seraya bertutur: ”Sit down, Rafa” dan ia duduk dari berdirinya. F: Can you see nenek now? R: [kaɡa?ada?] F: No? R: [əm] 26 Okt. saat saya dan R berada di atas KRL F: What about moon, can you see the moon? R: Gak ada. 31 Okt. saat saya dan R bermain di depan rumah di sore hari F: What is he doing, Rafa ? R: [Roko?] F: In English, please. R: [mokiŋ] 7 Nov. saat saya dan R melihat seseorang merokok Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, suatu waktu yang tidak terlalau lama sebelum waktu perekaman, saya ingat bahwa saya pernah memintanya berdiri seraya bertutur: ”Stand up, Rafa” dan ia berdiri dari duduknya. F: Where are the Donald Ducks, Rafa? R: (berceloteh) F: They are stepping on … They are stepping on … R: [sten] 5 Nov. saat Rafa sedang membaca buku bergambar di rumah
√
√
sit
sit down
√
see
√
√
smoke
stand up
√
step
√
F: What do you call this one? (seraya menepuk punggung) R: (berceloteh) F: You don‟t know? I Often say: “Rafa, please step on my …” R: [bek] 7 Nov. saat saya sedang bercanda dengan R di ruang tidur R: [wah moɡo?] F: Hm? What do you call it in English? R: [top] 26 Okt. saat Rafa melihat sebuah KRL yang berhenti di stasiun UI √
stop
stretch
swim
F: What happened to the public car? R: Macet F: In English, please. R: [top] 5 Nov. saat melihat sebuah angkot berhenti karena macet di dekat stasiun Cilebut F: When I put on my shoes and I do stretching (seraya melakukan peregangan), do you know what I am going to do? Jo … R: [ɡi:ŋ] 7 Nov. saat saya sedang bercengkrama dengan R di rumah
√
√
√
19/ 10.
31/ 10
Selain itu, saya merasa bahwa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidaktidaknya pada tataran komprehensi, karena saya sering menyanyikan lagu yang dalam syairnya terdapat kalimat we stretch and yawn and then we say (seraya melakukan peregangan). F: What are the fish doing? R: [Raɡi:bəRənaŋ] F: Oh, in English. R: [ə:swəme:ŋ] F: They are swimming? R: [əm] 19 Okt. saat saya dan R melihat kolam ikan di pekarangan sebuah rumah F: What is the girl doing, Rafa? R: [swimIŋ] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
202 take
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun saya merasa R sudah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya telah sering menggunakannya ketika memintanya untuk mengambil atau memungut sesuatu.
√
take in
√
take out
√
tell
√
throw
√
use
√
visit
√
√
wait
√
wash
watch s.o.’s steps
F: Do you know what I‟m going to do? R: motorcycle out F: Hm, no. R: In … F: Ask Ibu for permission then. R: Ibu, Rafa mau naik motor, keluarin motor. F: Hm, no. Not out, but … R: in. 2 Nov. saat saya ingin memasukkan sepeda motor ke dalam rumah dan menanyai R tentang apa yang saya sedang kerjakan
√
Namun, dari cuplikan terlihat bahwa, walapun telah dapat memproduksi kedua butir leksikal ini, terlihat R masih mengacaukan makna kedua butir leksikal itu. F: What‟s that? R: [RItə?aus] F: Little house. Okay R: Ini juga little house. F: Tell Ibu that it is a little house. R: Ibu, ada rumah kecil. 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: Do you still remember what I threw to the river? R: [Rebit] 31 Okt. saat saya dan R bermain di pinggir sungai dan membicarakan tentang kelincinya yang mati dan saya lemparkan ke sungai Ciliwung beberapa bulan sebelumnya F: Do you want to use your blanket? R: Enggak 7 Nov. saat saya dan R sedang bercanda di ruang tidur F: Who is coming to visit us? Abang Adri? R: [əŋɡa?ko?::mamamama?uwo] F: Hm? Mak Uwo? R: [eh] 1 Nov. saat saya sedang menemani R bermain sepeda dan membicarakan tentang kakak perempuan saya yang sedang berkunjung ke rumah kami F: There will be … a train. So we have to … What do we have to do? R: [weitiŋ] F: Ya. we have to wait for the … R: [tein] 26 Okt. saat saya dan R menunggu KRL di stasiun Cilebut F: What is Uncle Jo doing? R: [cuci?in moton] F: In English please. R: [motosaykə] F: What is he doing? R: [motosaykə] F: Ya. What is he doing to the motorcycle? He is … R: [wacIŋ] F: Ya. Once again. What is he doing? R: [wacIŋ] 1 Nov. saat saya dan R melihat seorang tetangga kami mencuci motornya
Belum/tidak didapatkan petunjuk.Namun, saya merasa butir leksikal ini telah diperoleh R, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya sering mengatakan ”watch your steps” ketika R berlari-lari saat bermain. F: Is he wearing sandals? R: Enggak? 6 Nov. saat saya dan Rafa melihat seorang anak tidak memakai sandal
wear
√
work
√
F: What are you going to wear, Rafa? R: Baju koko. F: Why are you wearing baju koko? Why R: Mau ke mesjid 6 Nov. saat saya dan R bersiap-siap berangkat ke masjid untuk shalat Jumat F: I have to work on ... R: [onkompiRə:] 7 Nov. saat saya ingin melanjutkan bekerja dengan komputer dan meminta R untuk bermain sendiri
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
203 Gerakan & Posisi (Movements & Positions)
√
around
at a place
√
√
2/ 11
6/ 11
√
at the front
behind
√
below
√
√
corner
√
down
√
in
in front of
√
in the middle
√
inside
√
near
√
F: Do you want to go around the block? R: [ə?ə] 1 Nov. saat saya menemani R bermain sepeda F: When we picked up Ibu, what about Zahra? Did Zahra pick up Ibu as well? R: Enggak. F: What di Zahra do? R: Di rumah. F: In English. R: [etoum] 2 Nov. saat setelah saya dan R menjemput ibunya dari stasiun F: Where are we now? R: [et?inukadun] 6 Nov. saat saya dan R baru saja sampai di FKIP Univ. Ibn Khaldun Bogor F: Do you want to sit in the middle or at the front? R: [etdefon] F: Ask Ibu for permission R: [etdefon] Ibu Rafa: Di tengah aja Rafa, ya. R: Di … di depan aja. 6 Nov. saat saya dan R akan mengantar ibunya ke tempat pemberhentian angkot F: What‟s that? The stopped vehicle. What is it? R: [bas] … R: Mikrolet tu. F: Where is the microlet? Behind the … R: [bas] 5 Nov. saat saya dan R berada di depan Hypermart Bogor dan melihat ada mikrolet yang berada di belakang sebuah bus F: What is it? R: [keddəl] F: This one? Below the candles, what are they? R: (berceloteh) F: In English R: [keikh] 5 Nov. saat R sedang membaca buku di rumah F: You should stand, where? R: Sini aja. F: Where should you stand? you should stand on the … R: [konə:] F: On the … R: [konə:] F: Ya. You should stand on the corner. 31 Okt. saat saya akan berwudhu di kamar mandi dan R ingin turut serta F: What is turun in English? R: (mengeluh karena di candai) F: Get … get … R: [daun] 6 Nov. saat saya sedang bercanda dengan R di atas sepeda motor di depan rumah kami F: What is the girl doing, Rafa? R: [swimIŋ] F: Where is she swimming? R: (diam) F: Is she swimming in the lake? R: Bukan. F: Where is she swimming? R: [In::swimipul] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: Where are we now? Are we in front of the house? R: [inbekya:t] 2 Nov. setelah saya dan R memasukkan sepeda motor ke halaman belakang F: Do you want to sit in the middle or at the front? R: [etdefon] F: Ask Ibu for permission R: [etdefon] Ibu Rafa: Di tengah aja Rafa, ya. R: Di … di depan aja. 6 Nov. saat saya dan R akan mengantar ibunya ke tempat pemberhentian angkot F: Who is inside? R: Ibu (kemudian mengetuk-ngetuk kamar mandi) 5 Nov. saat ibu R sedang mandi dan ia mengetuk-ngetuk kamar mandi Belum/tidak didapatkan petunjuk.
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
204
√
out
over here
√
over there
√
the top of smth
√
√
√
√
this side √
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√ √
Cara (Manners) √
as well
a while
√ √
properly slowly
Tempat Umum (Public Places)
building
Namun, hanya beberapa hari setelah perekaman dihentikan, saya mendapati Rafa meng-ujarkan ”Top of the mosque” seraya menunjuk kubah masjid pada gambar yang ada di sebuah sajadah, sehingga saya dapat meninterpretasikan pemerolehan butir leksikal ini ke dalam tataran produksi. F: Where is the woman, Rafa? R: [əbatjedeRa?] F: In English, please. R: (diam) F: The woman is looking through the … R: [window] 5 Nov. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah Selain itu, hampir setiap saya akan berangkat kerja, saya meminta R untuk melepas kepergian saya seraya berkata: “Rafa, say goodbye through the window” dan ia selalu bergegas menaiki sofa yang berada di dekat jendela dan melepas kepergian saya. F: Do you want to observe the river from this side or that side? R: [fom:det:detcʌit] F: Why? R: banyak … banyak … banyak nyamuk. F: Oh … in English, please. R: [moskitəus] F: Oh, there are many mosquitoes here? But, it‟s okay. Now there aren‟t many mosquitoes there. Let‟s go there, okay? Let‟s go to this side, okay? 19 Okt. saat saya dan R sedang bermain di pinggir sungai
√
that side
under up a little
Namun, walaupun butir leksikal ini telah diperoleh R pada tataran produksi, jelas terlihat bahwa terjadi pengacauan antara makna butir leksikal ini dengan butir leksikal in. F: Do you want to sit over there? On the other chair? R: Gak F: You want to sit here? R: [əm] 5 Nov. saat R sedang menunggui saya bercukur di tempat pangkas rambut F: What can you see at the top of the mosque? R: (berceloteh) 5 Nov. saat saya menayai R apa yang dapat dilihatnya di atas sebuah masjid
5/ 11
through
Ibu Rafa: Bang, masukin motor dulu. F: Hey, What did Ibu ask me to do? R: Masukin motor dulu F: In English? R: motorcycle out. F: Hm? R: motorcycle out 2 Nov. saat Ibu R meminta saya memasukkan sepeda motor ke dalam rumah
√
√
√
5/ 11
31/ 10
Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: This one? R: [Romotifjuɡa?] F: In English please. R: [əm] F: Locomotive …. R: [eswell] 7 Okt. saat R sedang bemain dengan mainannya di rumah Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: Sit properly please. What should you do? You have to sit … R: [popəRi:] 1 Nov. saat saya menemani R bermain sepeda Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa butir leksikal ini telah diperoleh R, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena ia sering sekali terpajan kepada instruksi saya: ”Please, close the door slowly, Rafa.” seraya saya mencontohkan menutup pintu secara perlahan. F: What building is it? R: (berbicara tidak jelas) F: Hm? R: [aipəmat] 5 Nov. saat saya dan R berada di depan Hypermart Bogor F: It is big, right? What is it? R: [em::] F: What is it? It is not only a house. R: [bidəRIŋ] F: Ya. it is building. 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
205
campus
gas station
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Selain itu, walaupun R saya dapati telah dapat menuturkan butir leksikal Indonesia kampus bapak, ini saya curigai merupakan padanan butir leksikal Inggris university of Indonesia; dan saya yakin R belum mengasosiasikannya dengan referen‟kampus‟.
√
√
hospital
√
internet center
√
library
√
mall
√
√
7/ 10
31/ 10
F: Where do people fill up their vehicles? Where? R: Di sini F: Where? R: (berceloteh) F: At the gas … R: [tecən] 5 Nov. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: What building is it, Rafa? R: [ospitə] 6 Nov. saat saya dan R melintasi Rumah Sakit Islam Bogor F: Wher are we now, Rafa? R: [itənetsetə:] 2 Nov. saat R saya ajak ke warnet F: Where are we now? Hey, where are we now? R: (malu-malu karena ada banyak mahasiswa yang memperhatikannya) F: We are at the … R: [labəRi:] 19 Okt. saat R saya ajak ke perpustakan FKIP Univ. Ibn Khaldun Bogor F: Where did we buy this bicycle? R: Di ad… di apa ya? Di … F: where did you buy this bicycle? R: Di mana ya? Di au…. F: Hm? R: [awu] F: Awu? What is awu? R: di awu … [mol] F: We bought this bicycle … R: [adduŋ] F: not at the mall but … near … the mall 7 Okt. saat R bemain dengan sepedanya di dalam rumah F: You went with Ibu this morning? R: [əm] F: Where did you go? R: Mandi bola. F: Where? At ... R: [edemol] 31 Okt. saat saya menanyai R tentang kepergiannya bersama ibunya ke mal
miniature park
√
mini-market
√
mosque
√
office
√
planetarium
√
school house
√
F: Where can we find cable cars? Can we find cable cars in Pasar Anyar? R : bukan F: Where R: (diam sesaat) [diəm::diminiyacupak] F: What do you call miniature park in Indonesian? R: Taman mini 5 Nov. saat saya menanyai R tentang pengalaman kami naik kereta gantung di Taman Mini F: Rafa, we are coming across the … R: [minimakət] 19 Okt. saat saya dan R melintasi sebuah toko di kompleks perumahan kami F: What building is that, Rafa? R: [mos] 19 Okt. saat saya dan R melintasi sebuah masjid F: Where is Ibu now? R: [In:] F: In her … R: [ofis] 19 Okt. saat saya menanyai R tentang ibunya yang sedang berada di kantornya F: What did you say? R: [kayapateyiumkan] F: It looks like planetarium? R: [əm] F: But is it a planetarium or not? R: [əɡak] 26 Okt. saat saya dan R melintasi lorong Gedung A Fak. Psikologi UI dan suasana lorong itu mengingatkannya pada suasana planetarium-TIM yang pernah kami kunjungi R: Sekolahan TK F: Oh ya. In English, please. R: [aus]
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
206
station (train)
√
supermarket
√
swimming pool
√
university of Indonesia
zoo Yang Terkait dengan Ranah Ini
√ 26/ 10
√
√
money
√
cashier
escalator
√
lift
√
trolley
Benda di Luar Rumah
√ 19/ 10
aerial
√
√
F: Do you know? R: [haus] F: What is it? R: [aus::ku::ku:] F: Hm? R: [ku:] F: Is it a school house? R: [əm] 2 Nov. saat saya dan R melintasi sebuah TK di kompleks perumahan kami F: Are we at home? R: Bukan F: Where are we now? R: [di:taciun] F: Hm? R: [ciun] F: In English please. R: [teciən] 26 Okt. saat saya dan R menunggu KRL di stasiun Cilebut F: Where are we going now, Rafa? R: [summakət] F: We are going to the supermarket? R: [əm] 19 Okt. saat saya dan R dalam perjalanan menuju Toserba Yogya Plaza Indah Bogor F: What building is that? R: [summa:kət] 19 Okt. saat saya dan R berada di seberang Plaza Indah Bogor F: Is she swimming in the lake? R: Bukan. F: Where is she swimming? R: [In:swimipul] 19 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: Is it University of Indonesia? R: Bukan F: What is it? R: (diam) F: Is it ILP? R: Bukan F: What is it? R: [ipnukadun] 19 Okt. saat saya dan Rafa berada di FKIP Univ. Ibn Khaldun Bogor F: Now, where are we going? R: [tumnesesa] F: University of Indonesia? R: [em] F: To whose office? R: [eyaŋ?agadewi?] 26 Okt. saat saya dan R berada di atas KRL menuju UI Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: What did you give to Mas? R: (berceloteh) F: You gave something to him, right? R: [əm] F: What did you give? Hm? R; [mani:] 2 Nov. saat saya dan R berada di kasir sebuah warnet F: Give it to her. R: (memberikan barang belanjaan kepada kasir) F: Where are we now? We are at the ca … R: [cIl] 5 Nov saat saya dan R berada di depan kasir di Hypermart Bogor F: What‟s that R: [eskəyetə] 19 Okt. saat saya dan R akan menaiki tangga berjalan di Plaza Indah Bogor Dalam kurun waktu perekaman, saya beberapa kali mendapati R bermain dan mengatakan bahwa pura-pura ia sedang berada dalam sebuah lift. F: What are you riding on? R: [saikə] F: You are riding on a … R: [saikə] F: Trolley 5 Nov. saat saya dan R sedang berbelanja di Hypermart Bogor F: Hey, what do you call that? R: [əm:?atenə] F: In English, please. R: [ayəs] 19 Okt. saat saya dan R melihat antene TV di atas atap rumah kami
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
207 (Things outdoors)
bridge
√
flag
√
parabolic aerial
√
tower
√
tunnel
√
way
√
water-tank
√
wind-mill
√
√
loud speaker
bush
Benda Alam
√
canal
√
cloud
√
crescent moon
√
(Things in Nature)
drizzle
√
F: Is it a parabolic aerial? R: [nou:?itis?ayəl] 1 Nov. saat saya dan R melihat antene TV di atas atap sebuah rumah F: Where are we now? What do you call this? R: [tanə] F: Er, no. R: [bəRit] F: Hm? What is it? R: [bəRits] F: In Indonesian, what do you call this? R: Jembatan 19 Okt. saat saya dan R berada di atas jembatan F: What do to call that? R: (berbicara hal lain) F: That one? bendera? What do you call it in English? R: [fekh] F: Okay. 1 Nov. saat saya dan R melihat bendera di depan sebuah rumah F: What do you call that? R: [paboik?ayə] F: What is it? R: [paboyik? ayəl] 1 Nov. saat saya dan R melintasi sebuah rumah yang memiliki antene parabola F: And what about the tall one. You know it. What is it? R: [tawə] F: Yes, it is a tower. 19 Okt. saat melintasi sebuah masjid dan saya menayai R tentang menaranya F: What‟s that? Terowongan? In English, please. R: [tʌnə:] 5 Nov. saat saya dan R berada di depan gedung Hypermart Bogor dan melihat terowongan yang ada di dekat gedung itu Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: What do you call this? R: [wotəteŋ] 19 Okt. saat saya dan R melihat sebuah tangki air di depan sebuah rumah F: What is it? R: [wInmi:l] 31 Okt. saat R sedang membaca buku di rumah F: What is it near the loud speaker? R: [ada?əjam] F: In English, please. What is it? R: (babbling) F: You know. R: [kok] F: Yes, it is. What is it? R: [kokh] 26 Okt. saat saya dan R melihat sebuah alat pengeras suara di stasiun Cilebut Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: What‟s that? R: [kənel] F: Canal? R: [əh] 26 Okt. saat saya dan R melintasi kali di dekat gedung C FPsi UI F: Can you see the sun, Rafa? R: Enggak ada. F: Why not? R: Kan … kan gak ada kan. F: Why cannot you see the sun? Because …. R: (diam) F: What can you see in the sky? R: [kaut] F: Clauds. Okay. So that‟s why we cannot see the … R: [cʌn] 31 Okt. saat saya dan R bermain di depan rumah ketika cuaca mendung F: Is it a full-moon, Rafa? R: [iyya] F: No. It is not a full-moon. What moon is it? R: [kesənmu:n] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: What is happening outside? R: [ujan] F: In English. R: [diziŋ] F: Hm? R: [diziŋ] F: No, it‟s not only drizzling.
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
208 F: What is happening outside? R: (diam) F: It‟s not only drizzling, but … raining. 26 Okt. saat saya dan R berada di atas KRL dan di luar sedang hujan F: What is happening? R: [dijIŋ] F: Hm? R: [dijIŋ] F: No. It is not … R: [renIŋ] F: Ya. It is raining. 31 Okt. saat saya dan R menikmati hujan dari balik jendela rumah kami
√
flower
√
fire
√
fountain
√
full moon
grass
√
half moon
√
√
lake
√
leaf
√
mountain
√
moon
31/ 10
√
R: Apa itu? Apa itu? F: You know it R: [addung] F: No R: [fawəs] 7 Okt. saat Rafa sedang mebaca buku bergambar di rumah F: What do you call these? R: [ə fawes] 19 Okt. saat saya dan Rafa melintasi sebuah pohon bunga F: What do you call that? Api. In English? R: [fayə:] 6 Nov. saat saya dan R melihat seseorang sedang membakar sampah R: [watəfa] F: What is that? R: [watəfa] F: No waterfall but foun .. R: [tən] F: What is it? R: [fautən] 26 Okt. saat saya dan R berada di depan gedung A Fakultas Psikologi UI dan melihat ada air mancur di sana F: What can you see in the sky? What is it? R: [mun] F: What moon is it? Is it crescent moon? R: (berceloteh) F: Is it crescent moon? Yes or No. R: [i:yah] F: Hm, no. What moon is it? R: (diam) F: You don‟t know. …. Full moon. Nov. 2 saat saya dan R melihat lagit di depan rumah di malam hari Walaupun belum didapatkan petunjuk bahwa butir leksikal ini telah diperoleh Rafa, namun saya merasa bahwa sebenarnya butir leksikal ini telah diperolehnya, karena saya sering sekali mengatakan: ”See the fullmoon, Rafa” di waktu bulan purnama. F: What do you call this? R: (diam) F: Do you know what it is? R: (diam) F : It is grass. Nov. 1 saat saya dan R sedang melihat banyak rumput di bantaran sungai Ciliwung Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: What can you see? R: [Raikh] F: Hm? R: [Raikh] 26 Okt. saat saya dan R melihat sebuah situ dari dalam KRL di stasiun Citayam Belum/tidak didapatkan petunjuk dari perekaman, Namun, beberapa hari setelah perekaman, saat saya dan R sedang berada di halaman belakang rumah kami dan saya menanyakan apa yang sedang ia pegang, yakni daun, ia merespon dengan tuturan [Ri:f] R: Gunung, gunung. F: Yes, what is it? R; [mautən] F: Mountain? 19 Okt. saat saya dan R dapat melihat gunung Salak dari depan kampus Univ. Ibn Kaldun Bogor F: What about moon, can you see the moon? R: Gak ada. 31 Okt. saat saya sedang menemani R bermain sepeda di sore hari
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
209
√
pond
√
√
26/ 10
rain
6/ 11
& 31/ 10
√
river
√
sand
sea
sky
√
31/ 10
√
√
F: What picture is it? This one. R: [mu:n] F: Is it a full-moon, Rafa? R: [iya] F: No. It is not a full-moon. What moon is it? R: [kesənmu:n] F: Yes, it is crescent moon. What about this one? Is it a crescent moon? R: [iyya] F: No, it is not a crescent moon. R: [bikmu:n] F: Full-moon 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: Where are they swimming? Where are they? R: [citu] F: What do you call this? R: Itu ikan … Rafa juga … F: So the fish are swimming in the …. R: [pon] 19 Okt. saat saya dan R melihat ikan di sebuah kolam di pekarangan rumah salah seorang tetangga kami F: What is happening outside? R: [uJan] F: In English. R: [diziŋ] F: Hm? R: [diziŋ] F: No, it‟s not only drizzling. F: What is happening outside? R: (diam) F: It‟s not only drizzling, but … raining. R: [əm] 26 Okt. saat saya dan R berada di atas KRL dan di luar hujan F: What is happening? R: [dijiŋ] F: Hm? R: [diJiŋ] F: No, it is not … R: [RenIŋ] F: Ya. It is raining. 31 Okt. saat hujan dan saya dan R menikmati suasan hujan dari balik jendela F: It‟s dark. It means it is going to … R: [Rein] 6 Nov. saat suasana mendung dan akan hujan F: What can you see? R: [Rifə:] 19 Okt. saat saya dan R melihat sungai dari jalan raya dalam perjalanan menuju kampus Univ. Ibn Khaldun Bogor F: What were the children playing with, Rafa? R: [pacin] F: They were playing with …? R: [pasin] F: In English? R: [ə:pasin] 31 Okt. saat saya menanyai pengalaman R bermain pasir bersama temantemanya Namun, hanya beberapa hari setalah perekaman di hentikan, R saya dapati dapat memproduksi butir leksikal ini ketika saya menayainya segunduk pasir F: What can you see at sea, Rafa? R: Kapal F: In English, please. R: [bout] F: That‟s the smaller. The bigger one? R: [bout] F: No. Boat is small R: [cIp] 7 Nov. saat saya dan R menonton TV dan melihat ada sebuah kapal laut F: Aeroplane. Where does it, where do aeroplanes fly? In the water? R: Bukan F: where? R: Di sini F: Where? R: di situ F: Ya. Where? R: [atas:kaut]
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
210
smoke
√
star
√
stone
√
sun
√
√
tree
√
water
√
waterfall
Keadaan Alam (Naturerelated States)
√
cloudy
√
earthquake shady windy
√ √
F: Clouds? No. … In the … R: [kai] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah F: What is coming out from the house? What is that? R: [smok] F: Hm? R: [smouk] F: What is it? R: Asap F: in English, please R: [smauk] 19 Okt. saat saya dan R melihat asap keluar dari tempat pembakaran batu bata F: what can you see in the sky? R: [tan] 1 Nov. saat saya dan R berada di depan rumah di malam hari R: Batu, batu. F: What are they? R: [battoun] F: Stones? R: [əm] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah F: What do you call them? R: Batu F: In English, please. R: [stoun] 6 Nov. saat saya dan R sedang bermain di depan rumah dan melihat banyak batu berserakan F: Can you see the sun, Rafa? R: Enggak ada. F: Why not. R: Kan … kan gak ada kan. F: Why cannot you see the sun? Because …. R: (diam) F: What can you see in the sky? R: [kaut] F: Clauds. Okay. So that‟s why we cannot see the … R: [cʌn] 31 Okt. saat cuaca mendung; saya dan R tidak dapat melihat matahari F: What do you call this? R: [tIyi:] F: Uh hm? R: [təRi:] 31 Okt. saat saya dan R bermain di pinggir sungai F: What is he climbing? R: (diam) F: He is climbing the … R: [təRi:] 7 Nov. saat saya dan R melihat seorang anak memanjat sebuah pohon F: Look at what Ibu is doing. Is it noodle inside? R: Bukan F: What is it? R: [ayi?ayipanas] F: In English. R: [ot] F: hot water R: [ot?ot?ot?otwoRə:] F: Hot water, exactly. 7 Okt. saat saya dan R mendekati ibunya yang sedang memasak di dapur R: [watəfa] F: What is that? R: [watəfa] F: No waterfall but foun .. R: [tən] F: What is it? R: [fautən] 26 Okt. saat melihat air mancur yang ada di depan gedung A FPsi UI Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa bahwa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena ia telah sering terpajan kepada butir leksikal ini ketika di waktu cuaca mendung. F: What happened in Sumatra? Gempa, right? What is gempa in English? R: [əkuekh] 2 Nov. saat saya dan R baru saja menonton berita tentang gempa di TV Belum/tidak didapatkan petunjuk.
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
211 Lain-lain (Others)
Butir leksikal yang secara sintakstis bahasa orang dewasa tergolong ke dalam kategori berikut.
artikel √
another
√
some
√
that
√
the
pronomina
this
√
he
√
√
his
him
Belum/tidak didapatkan petunjuk; dan saya belum dapat mengatakan bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R. F: Do you still remember what I threw to the river? R: [Rebit] 31 Okt. saat saya dan R bermain di pinggir sungai dan membicarakan tentang kelincinya yang mati dan saya lemparkan ke sungai Ciliwung beberapa bulan sebelumnya
√
√
I
√
me
7/ 10 & 6/ 11
mine
√
F: Do you want to watch this program or you want to watch another program? R: (menjawab dengan tuturannya tidak jelas) F: Another program? R: [əm] 2 Nov. saat saya menemani R menonton TV F: What is Aa Evan doing? R: [bi:comay] F: In Englis, please R: [bəRi?camcomay] 2 Nov. saat R melihat Evan, anak tetangga kami membeli siomay F: What‟s that? R: Bendera F: Oh it‟s a flag R: Hm ehm F: What do you call it in English? R: Flag 7 Okt. saat R sedang memegang bendera dan saya menanyainya tentang itu R: Jatuh antene Namboru. F: In English, please. R: [jatuh:fo?ofdeaiyə:fo?of] F: The aerial R: [fo?of] F: Fell off R: [əm] 2 Nov. saat saya dan R melihat antene salah seorang tetangga kami yang jatuh F: What do you call this? R: [wotəteŋ] 19 Okt. saat saya dan R melihat sebuah tangki air di depan sebuah rumah F: What is he climbing? R: (diam) F: He is climbing the … R: [təRi:] 7 Nov. saat saya dan R melihat seorang anak memanjat sebuah pohon F: What is his name? Naru … R: [to] F: Do you still remember … er …who … who bought this? R: Bapak 7 Okt. saat saya menanyai R siapa yang membelikannya boneka Naruto
√ 31 Okt .
Catatan: walaupun ia telah memperoleh butir leksikal ini, saya mencurigai bahwa R masih memaknainya sebagai ‟ayahnya‟ karena saya selalu menggunakan pronomina I untuk merujuk kepada pronomina orang pertama ketika berinteraksi dengan Rafa, alih-alih menggunakan pronomina penyapa bapak. F: Do you want me to help you? R: Eh hm F: What should I do? R: [bapa?:ep:ep:epyu] F: Hm not help you. R: [ep:ep:epmi:] F: So what should I do for you? R: [bapa?:ep:ep:epmi:] 7 Okt. saat saya menemani R bermain sepeda di luar rumah F: Do you want me to hold you? How do you say it? R: [pa?:o?mi:] F: Okay. 31 Okt. saat R meminta saya untuk menggendongnya di rumah F: Does it belong to Ibu or belong to me? R: [tumi:] 6 Nov, saat saya menayai R siapa yang memiliki cangkir yang sedang saya pegang Belum/tidak didapatkan petunjuk; dan saya belum dapat mengatakan bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R.
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
212
√
my
√
it
√
she
her (adjective)
hers
√
√
√
they
their
theirs
√
√
√
we
√
our
ours
us
F: Give it to her. R: (memberikan barang belanjaan kepada kasir) F: Where are we now? We are at the ca … R: [cIl] 5 Nov saat saya dan R berada di depan kasir di Hypermart Bogor Belum/tidak didapatkan petunjuk; dan saya belum dapat mengatakan bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R. F: Look at the TV, Rafa. What are the people doing? R: [ə::fubol] … R: Where are you going? (menirukan lagu mbah Surip)… [deya:payingfutbol] F: They are playing football? 5 Nov. saat R menunggui saya yang sedang dipangkas seraya menonton tayangan pertandingan sepak bola di TV Belum/tidak didapatkan petunjuk; dan saya belum dapat mengatakan bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R.
√
them
Walaupun telah dapat memproduksinya, namun terlihat bahwa R masih mengacaukan maknanya. F: What do you want me to do? R: Bukaiin. F: Hm? R: Buka F: In English, please. R: [opən] F: How do you say it to me? Bapak … R: [opənIt] 7 Nov. saat R meminta saya untuk membukakan sebungkus biskuit F: What is the girl doing, Rafa? R: [swimIŋ] F: Where is she swimming? R: (diam) F: Is she swimming in the lake? R: Bukan. F: Where is she swimming? R: [In::swimipul] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah Belum/tidak didapatkan petunjuk; dan saya belum dapat mengatakan bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R.
√
her (objective)
F: What can you see? Who are they? R: [maycudən] F: Student. Not my student. 6 Nov. saat saya dan R melihat para siswa di sebuah SMA ketika kami dalam perjalanan menuju kampus Univ. Ibn Khaldun
√
√
F: Look at them. What are they doing, Rafa? R: [ciyumciyum] F: In English, please. R: [kiss] 2 Nov saat saya menemani R membaca buku cerita bergambar di rumah Belum/tidak didapatkan petunjuk; dan saya belum dapat mengatakan bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R. R: Nanti takut jatuh. F: You are afraid that you will fall? R: [əm] F: That‟s why we have to … be … R: [ke:ful] Nanti bilang Ibu. Bu hati-hati ya, gitu. 2 Nov. saat saya dan R melintasi sebuah jembatan gantung yang berada tidak jauh dari tempat kami sekeluarga pernah jatuh dari sepeda motor F: Where is she sleeping? R: [in:bet] F: In …? R: [bet] F: In our bed? R: [əm] 31 Okt. saat saya menayai R di mana adiknya tidur Belum/tidak didapatkan petunjuk; dan saya belum dapat mengatakan bahwa butir leksikal ini telah diperoleh R. F: Who is coming to visit us? Abang Adri? R: [əŋɡa?ko?::mamamama?uwo] F: Hm? Mak Uwo? R: [em] 1 Nov. saat saya sedang menemani R bermain sepeda dan membicarakan tentang kakak perempuan saya yang sedang berkunjung ke rumah kami
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
213 F: Do you want me to help you? R: Eh hm F: What should I do? R: [bapa?:?ep:?ep:?epju] F: Hm not help you. R: [ep:?ep:?epmi:] F: So what should I do for you? R: [bapa?:?ep:?ep:?epmi:]
√
you
7 Okt. saat saya sedang bercanda dengan R F: And then … this one. What is it? R: [sefon] F: cellphone? R: [eh] F: Whose cellphone is it? R: Rafa. F: Your cellphone? R: [əm] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainannya di rumah
√
your
you (objective)
√
yours
√
pronomina pengganti √
one
adverbia
then kata tanya
√
now
how
how many
what
√
√
√
√
F: Hm? What did you wash? R: [wosyo?en] F: Your hand? R: [əm] 31 Okt. saat R sedang bermain air di halaman belakang rumah kami F: Is the ticket with you or with me? R: [wifmi:] 6 Nov. saat saya dan R berada di tempat parkir di Univ. Ibn Khaldun Bogor F: Rafa, is it yours? R: Nggak. Nov. 2 saat saya menanyai R apakah sebuah benda adalah miliknya F: Now we are waiting, right? What are we waiting for? R: [aekondIcen] F: What are we waiting for? R: [aekondIcen] F: Air-conditioned what? R: [wan] F: Air-conditioned car? R: [bukan::aekondIcenwan] F: Ya. Air-conditioned car or air-conditioned motorcycle? R: [aekondicentein] 26 Okt. saat saya dan R menunggu KRL ber-AC di stasiun Cilebut F: Do you want to eat rambutan? Do you want to eat now? R: [əm] F: Ask Ibu for permission. R: Ibu, mau … mau maem rambutan. 7 Nov. saat R ingin makan rambutan Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: How di you go to the mall? R: [naekmobikal] F: Hm? Public car? R: [əm] 31 Okt. saat saya menanyai R tentang pengalamnya di ajak ibunya ke mal F: Hey, have got some batteries? R: Ada di dalem mae … maenan F: hmm R: Ada F: How many batteries? R: Dua 7 Okt. saat R sedang bermain di rumah F: What vehicles are they? In front of us? R: [motoRan] F: Hm? R: [motoRan] F: What are they? R: [motosaykə] F: motorcycles? R: [əm] F: How many motorcycles are they? R: satu, dua, tiga. F: Hm … no. Two only. 19 Okt. saat saya dan R melihat ada beberapa sepeda motor di hadapan kami Saya yakin R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya rasa R telah memahaminya sebagai butir leksikal yang digunakan untuk menanyai sesuatu. Petunjuk untuk itu dapat dilihat pada banyak cuplikan sebelum ini yang mengandung butir leksikal what.
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
214 when
√
where
which one
Belum/tidak didapatkan petunjuk. √
F: Where is your bajaj? R: [Ini] 7 Okt. saat Rafa sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa R telah memperoleh butir leksikal ini, setidak-tidaknya pada tataran komprehensi, karena saya sering sekali memintanya untuk memilih salah satu dari dua plihan seraya berkata: ”Which one do yo want?” atau ”Do you want to have this one or that one?” dan R meresponnya dengan mengambil yang menjadi pilihannya. F: Why is it broken? Who broke the truck? Zahra? R: Bukan, Naya. F: Naya broke your truck? R: [əm] F: Okay. 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan kendaraannya di rumah
√
who
whose
√
why
√
can
√
F: Who … who is afraid of crocodile? R: Imam 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainan binatangnya di rumah F: Whose cellphone is it? R: Rafa. F: Your cellphone? R: [əm] 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainannya di rumah F: What are you going to wear, Rafa? R: Baju koko. F: Why are you wearing baju koko? Why R: Mau ke mesjid 6 Nov. saat saya dan R bersiap-siap akan berangkat ke masjid untuk shalat Jumat F: Can you play the guitar, Rafa? R: Enggak F: You cannot play the guitar? R: [əm] F: What about the children? Can the children play the guitar? R: [iyah] 1 Nov. saat saya dan R melintasi anak-anak yang sedang bermain gitar
kata bantu
will
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
preposisi after
√
for
√
√
with konjungsi because
√
or
√
interjeksi c’mon
√
√
2/ 11
5/ 11
F: What are you having now? R: [əmIkh] F: Milk. And after that what are you going to do? R: (diam) F: After that? R: Ke Mas Eko. F: You are going to Mas Eko? R: [əm] 2 Nov. saat R akan diajak pengasuhnya berbelanja sayuran F: What are they? Hey, Rafa; what are they? R: Lactamil F: Who is lactamil for? R: Ibu 19 Okt. saat saya dan R berada di bagian susu di Toserba Yogya F: Is the ticket with you or with me? R: [wifmi:] 6 Nov. saat dan R berada di tempat parkir di Univ. Ibn Khaldun Bogor F: Why did Abang Adri bury Kumbang? R: Di sini. F: Why? Because Kumbang ….. R: [dayid] F: Kubang died? Oh… Hm hm R: Mati … ketabrak mobil. 19 Okt. saat saya dan Rafa melintasi tempat kucing kami Kumbang di kubur F: Is the ticket with you or with me? R: [wifmi:] 6 Nov. saat saya dan R berada di tempat parkir di Univ. Ibn Khaldun Bogor F: Ask Ibu c’mon Bu. R: Ibu, ayuk, ayuk. 2 Nov. saat Rafa meminta ibunya mencarikan sandalnya R: Ayuk. Ayuk F: In English, please. R: [kəman] 5 Nov. saat R meminta saya beranjak ke bagian lain ketika sedang berbelanja di Hypermart Bogor
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
215
excuse me
√
no
√
yes
√
okay
√
please
√
Belum/tidak didapatkan petunjuk.
sorry
√
thank you
√
you are welcome
√
dear
pewatas
many
√
√
√
other
√
the other
very
F: Did you hit Ananta this morning? R: [əm] F: You hit Ananta? R: [əh] F: And then what did you do after that? R: [tama?ap] F: How did you say to Ananta? R: [aesori:] F: You said sorry. 31 Okt. saat saya mengulas balik pertengkaran R dengan salah satu temannya F: What should you reply when someone says thank you? You are … R: [wekam] F: Okay, Thank you, Rafa. R: [ya] F: Hm not [iya] R: [okei] F: You are wel … R: [kam] F: Okay 19 Okt. saat saya sedang bermain dengan R di depan rumah kami
√
wow
vokatif
√
F: What should you say? Don‟t say awas. But, you should say? R: [ekusmi:] F: Okay. Whay should you say? R: [e:? ekusmi:] 19 Okt. saat saya dan R sedang berbelanja di Toserba Yogya dan ia mengatakan awas kepada orang yang kami lintasi; dan karena alasan afektif saya memperbaikinya F: Is it a parabolic aerial? R: [nou:?itis?ayəl] 1 Nov. saat saya dan R melihat antene TV di atas atap sebuah rumah F: When You call me, how do I reply R: [yes] 6 Nov. saat saya dan Rafa sedang bermain di rumah F: Am I taking a shower or taking a bath? R: [tekicawə:] F: Not taking a bath? R: [əm] F: Who usually take a bath? R: [yu] F: You. Do you mean Rafa? R: [yes]. 7 Nov. saat saya akan mandi dan menanyai R tentang apa yang akan saya lakukan Dalam kurun waktu perekaman Rafa masih sering menyanyikan lagu Mbah Surip ”Tak Gendong” yang salah satu kalimat dalam syairnya adalah Okay, I am walking. Bahkan, alih-alih mengucapkannya sebagai [oke] sebagaimana pengucapan Mbah Surip, R mengucapkannnya sebagai [okei]
Dalam kurun waktu perekaman saya pernah mendapati R mengucapkan thank you sebagai produksi terpancing setelah ia mengucapkan terimakasih setelah saya memberinya sesuatu. F: What can we see under the bridge? R: [ə::Ifə] F: River R: [waw:] 19Okt. saat saya dan R melihat jurang yang cukup dalam Belum/tidak didapatkan petunjuk. Namun, saya merasa R telah memperoleh butir leksikal ini; namun, saya mencurigai bahwa ia memahaminya sebatas ungkapan balasan bila ia memanggil saya. F: have you got one donut or many donuts? R: [meni::meni::meni donʌt] F: many donuts 7 Okt. saat R sedang bermain dengan mainannya di rumah F: Where are we going now? R: [::tu?adəbwok] Nov. 7 saat saya menawari R untuk bermain sepeda ke daerah lingkungan lain F: Do you want to sit over there? On the other chair? R: Gak F: You want to sit here? R: [əm] 5 Nov. saat R menunggui saya yang sedang bercukur di tempat pemangkas rambut Belum/tidak didapatkan petunjuk.
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010
216 Pemarkah negatif
not
√
English
√
Indonesian (bahasa)
√
Penamaan bahasa
√
Javanese
tempat (yakni yang tidak digolongkan ke dalam ranah tempat umum)
block
√
home
√
place
√
ungkapan lain I don’t know
let s.o do smth
√
√
short cut sound
Butir leksikal ini telah berada pada tataran produksi dan saya yakin bahwa R juga telah memperoleh maknanya, yakni ‟kode bahasa lain yang terkadang ibu dan bapak-nya gunakan‟. Namun dalam cuplikan ini diperoleh petunjuk bahwa ia memproduksi butir leksikal ini pada peristiwa tutur yang keliru. F: Where are we going now? R: [tu?adəbwok] Nov. 7 saat saya menawari R untuk bermain sepeda ke daerah lingkungan lain F: Now, we are already at …? R: [həum] 19 Okt. saat saya dan R sampai di rumah dari shalat Jumat F: where are we going now? R: [oum] F: Are we going to Jakarta or to Bogor? R: [ɡoum] F: We are going home? R: [əm] 26 Okt. saat saya dan R berada di stasiun UI menunggu KRL menuju Bogor Belum/tidak didapatkan petunjuk. F: What is it? R: [IRIs] F: Hm? R: [aidonnow] F: You don‟t know? It‟s an office 26 Okt. saat Rafa mengometari sesuatu yang tidak diketahuinya ketika kami berada di lorong Gedung A Fakultas Psikologi UI F: Is it a train R: Bukan. F: What is it? R: [em:?aidonow] 31 Okt. saat R sedang membaca buku bergambar di rumah Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√
program
F: Can you play the guitar, Rafa? R: Enggak F: You cannot play the guitar? R: [əh] F: What about the children? Can the children play the guitar? R: [iyah] 1 Nov. saat saya dan R melintasi anak-anak yang sedang bermain gitar F: What do you want me to do? R: Bukaiin. F: Hm? R: Buka F: In English, please. R: [opən] F: How do you say it to me? Bapak … R: [opənIt] 7 Nov. saat R meminta saya untuk membukakan bungkus bikuitnya F: What are they? R: [ʃIp] F: What are they in Indonesian? R: [dobba?] 6 Nov. saat saya dan R melihat segerombolan domba F: Where are we going now? R: [tek?Ibu?] F: Where to? R: [in:jafanis] F: To … R: [tupabikkal] 6 Nov. saat saya dan R akan mengantar Ibunya ke tempat pemberhentian angkot
F: What program is it, Rafa? R: Unyil F: Unyil? R: Hmm 19 Okt. saat saya menemani R menonton TV Belum/tidak didapatkan petunjuk.
√ √
F: What sound is it? R [azan] 31 Okt. saat saya dan R mendengar suara adzan
Perolehan leksikon..., Fauzi Syamsuar, FIB UI, 2010