PERMASALAHAN PENGEMBANGAN KTSP PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 2 JOMBANG
ARTIKEL
OLEH: NURJANNAH SYAHADATI NIM 108811410334
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JANUARI 2012
PENGEMBANGAN KTSP PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
NURJANNAH SYAHADATI Prodi Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang E-mail:
[email protected]
Abstrak : Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk (1) mengetahui permasalahan pengembangan KTSP pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,(2) dan untuk mengetahui solusi dalam mengatasi kesulitan dalam penerapan KTSP pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data penelitian yang berupa hasil wawancara dianalisis. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis interaktif yang meliputi tahap (1) reduksi data, (2) sajian data, dan (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) permasalahan pengembangan KTSP pada mata pelajaran PKn antara lain a) permasalahan sumber daya manusia, b) penerapan nilai Pancasila, c) kemampuan siswa, d) motivasi belajar, e) kemampuan finansial. Solusi yang diberikan yaitu dengan (a) diadakan evaluasi dan tim penyelaras, (b) SKM (c) variasi ,metode, (d) pendekatan kepada siswa, (e) beasiswa. Penelitian ini sebagai referensi guru untuk dapat lebih mengembangkan kualitasnya sebagai pendidik sekaligus motivator. Kata Kunci : permasalahan, KTSP, Pendidikan Kewarganegaraan
Kurikulum seperti yang diketahui selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan zaman. Dan sejak tahun 2004 pemerintah telah menetapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sebagai kurikulum yang berlaku di Indonesia. Saat itu kurikulum berbasis kompetensi (KBK) ditetapkan pemerintah sebagai alternatif kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2004-2005. KBK itu sendiri dikembangkan dengan tujuan untuk membekali peserta didik dalam menghadapi tantangan hidupnya di masa depan yang cenderung semakin komplek. KBK merupakan kurikulum yang memenuhi kesempurnaan konseptual bila dilihat dari berbagai sisi. Namun berdasarkan penelitian di lapangan KBK menemukan kendala
terkait dengan pelaksanaanya sehingga perlu perangkat khusus yang mengatur secara teknis dan detail tentang pelaksanaannya tersebut, dimana perangkat tersebut disusun berdasarkan pada kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Maka dibentuklah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam rangka menjembatani hal itu. Pengembangan KTSP yang beragam ini tetap mengacu pada standar
nasional
pendidikan, dimana standar nasional pendidikan itu sendiri terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana, dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari delapan standar nasional pendidikan tersebut yaitu standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Menurut Suyatma (2008) berbagai kendala dan permasalahan masih saja dihadapi sekolah maupun guru. Kendala yang dialami sekolah tersebut secara umum seperti kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan sekolah. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), baik di atas kertas maupun di depan kelas. Selain disebabkan oleh rendahnya kualifikasi, juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru. Selanjutnya yaitu mengenai belum maksimalnya sosialisasi dan pelatihan terhadap guru-guru, bahkan masih ada guru-guru yang belum mendapat sosialisasi dan pelatihan, sehingga masih banyak para guru dan pemangku kepentingan (stakeholders) yang belum memahami KTSP, dan masih banyak guru-guru yang berpersepsi sebagai penerima-pasif pengambilan keputusan kurikulum. Dalam lampiran Permendiknas no. 22 thun 2006 secara normatif ditemukan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan di Indonesia memiliki fungsi yang mendasar pembangunan bangsa dan negara terutama dalam hal peningkatan SDM yang berkualitas serta masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri. Keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan merupakan kunci sukses tercapainya tujuan nasional.
Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti penyusunan program pembelajaran, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pada penyusunan program penyusunan pembelajaran, komponen yang pertama yaitu silabus yang dalam penyusunannya terdapat kesulitan mencari materi karena pengembangannya yang terlalu luas. Kemudian dalam RPP, sangat dipengaruhi adanya sarana penunjang media, sumber buku yang ada di sekolah dan kemampuan guru dalam mengembangkan metode dan media. Sarana dan prasarana untuk pengembangan RPP yang baik kurang mendapat perhatian dari sekolah, karena PKn sekarang tidak diikutkan dalam ujian nasional lagi dan menjadi mata pelajaran anak tiri atau pelajaran yang dianggap tidak begitu penting di sekolah sehingga sarana dan prasarana untuk pembelajaran ini juga terbatas. Permasalahan selanjutnya yaitu terdapat dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar adalah jumlah jam pelajaran PKn. Menurut Muslich (2007: 10) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing – masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Terkait dengan penyusunan KTSP, BSNP telah membuat Panduan Penyusunan KTSP. Panduan ini diharapkan menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan. Pengembangan KTSP memiliki prinsip seperti yang dimuat dalam SI (Standar Isi) dan SKL (Standar Kompetensin Lulusan) dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah / madrasah. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip – prinsip antara lain, (1) berpusat pada potensi, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49), adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hakhak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945. Lebih lanjut Somantri (2001:154) mengemukakan bahwa PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. PKn mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari - hari. Perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan. Sehingga perbedaan pemikiran, pendapat ataupun kepentingan di atasi melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan hubungan antar warga negara dengan Negara serta pendidikan pengetahuan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan sejatinya membentuk warga negara yang bisa diandalkan oleh bangsa dan negara dengan pemberian pengetahuan dan kemampuan dasar tentang hubungan warga negara dengan negara dan pengetahuan pendidikan pendahuluan dalam bela negara (PPBN). Pendidikan Kewarganegaraan juga bertujuan untuk mempeluas wawasan dan menumbuhkan kesadaran warga negara, sikap serta perilaku cinta tanah air yang yang bersendikan pada kebudayaan bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Dengan demikian diharapkan warga negara diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami, menganalisis dan memecahkan masalah – masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita – cita nasional sebagaimana yang telah digariskan dalam Pembukaan UUD 1945. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing – masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Terkait dengan penyusunan KTSP, BSNP telah
membuat Panduan Penyusunan KTSP. Panduan ini diharapkan menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan (Muslich, 2007: 10). KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip – prinsip antara lain, (1) berpusat pada potensi, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara patisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk (1) meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan suberdaya yang tersedia, (2) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama, (3) meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
METODE Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Yakni digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, khususnya dalam penelitian ini adalah tentang permasalahan pengembangan KTSP pada mata pelajaran PKn. Penelitian deskriptif menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat, mendeskripsikan suatu peristiwa atau kejadian yang menjadi pusat perhatian (Arifin, 2011:54). Peneliti dalam hal ini berusaha mengumpulkan informasi secara mendalam mengenai problematika yang dihadapi dalam pembelajaran Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Jombang pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, serta upaya untuk mengatasi problematika tersebut. Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperkuat data, terutama penerapan KTSP di SMP Negeri 2 secara umum, dan permasalahan pengembangan KTSP pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Langkah pertama yang biasa digunakan pada penelitian kualitatif adalah mengadakan pengamatan atau observasi. Kemudian setelah melakukan observasi langkah berikutnya adalah melakukan wawancara. Melalui observasi, data dikonfirmasi dengan hasil wawancara untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya. Analisis data yang digunakan adalah dengan mereduksi data, menampilkan data, dan menyimpulkan data. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dianalisis secara intens hingga diperoleh hasil data yang diinginkan.
HASIL Temuan penelitian ini yakni tentang permasalahan pengembangan KTSP pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat diketahui bahwa terdapat masalah-masalah internal dan eksternal. Kesulitan internalnya meliputi sumber daya manusia, dalam hal ini guru sebagai pendidik yang masih belum bisa menguasai teknologi karena faktor usia, dan masih kurangnya kemampuan guru untuk mengembangkan krativitasnya. Selain itu adanya kebijakan pusat yang ikut berpengaruh terhadap pengembangan KTSP. Sedangkan kesulitan eksternalnya meliputi: (1) keaktifan siswa untuk mencari informasi, (2) penggunaan metode yang kurang efisien, (3) motivasi siswa yang kurang, (4) finansial siswa. Dari permasalahan – permasalahan tersebut tentu saja ditemukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi antara lain: (1) evaluasi. Pengertian, penjelasan mengenai KTSP itu sangat penting diketahui oleh para guru, khususnya dalam hal ini adalah guru PKn. Solusi yang diambil agar guru mudah memahami juga melaksanakan dalam pembelajaran Pkn yaitu dengan langkah mengadakan secara intens evaluasi. Evaluasi yang dilaksanakan baik oleh tim MGMP sekolah atau MGMP seluruh kabupaten Jombang, juga dengan adanya rapat rutin yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan. Sedangkan solusi eksternalnya meliputi: (2) dibentuknya tim penyelaras. Penyusunan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah atau satuan pendidikan merupakan salah satu prosedur untuk penerapan KTSP. Kesulitan yang dihadapi dalam penyusunan perangkat pembelajaran seperti silabus atau RPP diatasi dengan solusi membentuk tim MGMP sekolah dan juga mendatangkan narasumber untuk berkonsultasi guna mendapat kemudahan dan perbaikan dalam menyusun perangkat pembelajaran, (3) solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah keaktifan siswa adalah dengan cara menunjukkan standar ketuntasan minimal, dan pemberian contoh perilaku
langsung di sekolah yang mencerminkan warga negara yang baik, (4) solusi yang dilakukan untuk memberi semangat peserta didik adalah memotivasi diri dengan cara melakukan pendekatan, mencari apa kesulitan yang dialami dalam proses pembelajaran PKn, dan (5) upaya atau solusi pemberian beasiswa untuk mengatasi permasalahan siswa yang tidak mampu. Dan beasiswa juga sebenarnya tidak hanya untuk siswa yang kurang mampu dalam memenuhi kelengkapan belajarnya, akan tetapi juga bagi siswa yang berprestasi. Berikut adalah kutipan hasil wawancara melalui sumber yang berkompeten. Kesulitan internalnya yaitu mengenai sumber daya manusia yang meliputi kemampuan menyusun perangkat, kemudian penggunaan teknologi. Kesulitan internal yang dihadapi dalam penerapan pelaksanaan KTSP di SMP Negeri 2 Jombang yakni seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nur Rahman Hadi (Wakasek Kurikulum SMP Negeri 2 Jombang), beliau mengungkapkan bahwa: KTSP sudah dilaksanakan selama enam tahun, akan tetapi masih saja ada kendala. Sumber daya manusia, dalam hal ini guru yang kurang inisiatif untuk mengembangkan potensi sebagai pendidik dikarenakan pengaruh faktor usia misalnya, juga kurangnya menguasai teknologi. Ditambah lagi di Kabupaten Jombang terdapat Perbup (Peraturan Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dilakukan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran juga menghadapi kesulitan. Seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), walaupun sudah dimusyawarahkan dengan tim MGMP atau workshop. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Bapak Dwi Prasetya ( Guru PKn SMP Negeri 2 Jombang), beliau mengungkapkan bahwa, Seharusnya penyusunan perangkat pembelajaran dalam KTSP ini disesuaikan dengan kondisi sekolah, namun kenyataannya masih saja banyak guru yang belum mampu membuat perangkat pembelajaran dan masih menggunakan sistem kerjasama yakni dipadukan dengan berbagai sumber melalui workshop atau MGMP sehingga belum maksimal (wawancara 4 0ktober 2012).
Pada proses pembelajaran di kelas, guru juga memakai strategi untuk meningkatkan keaktifan siswa yang cenderung kurang memiliki semangat. Sebagai motivator, guru dalam meningkatkan keaktifan siswa yang tidak lain bertujuan agar siswa lebih memunculkan potensinya, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Luluk Harianah (Guru SMP Negeri 2 Jombang):
Siswa dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran, apabila siswa tidak rajin untuk mencari informasi – informasi mengenai materi yang didapat tentu saja akan mempengaruhi hasil belajar mereka (wawancara 1 Oktober 2011) Kemudian kesulitan eksternal yang ditemukan dalam penerapan KTSP meliputi keaktifan siswa, penggunaan metode, dan kemampuan finansial siswa Keaktifan siswa .Adapun permasalahan lain yang dihadapi guru dalam pembelajaran PKn tidak hanya menyangkut teori atau materi saat di dalam kelas, namun penerapan nilai – nilai yang ditunjukkan langsung melalui sikap siswa ternyata juga menjadi kendala. Hal tersebut seperti diungkapkan Ibu Luluk Harianah (Guru PKn SMP Negeri 2 Jombang). Beliau mengungkapkan bahwa: Sebenarnya kesulitan utama guru PKn itu sendiri yaitu melihat perubahan sikap, atau penerapan nilai-nilai Pancasila dan moral yang diterapkan dalam keseharian siswa terutama yang terlihat saat di sekolah. Perubahan sikap tersebut misalnya pada saat upacara sekolah. Para siswa yang sebelumnya tidak tertib dalam mengikuti kegiatan tersebut menjadi lebih khidmat dalam upacara (wawancara 1 Oktober 2012) Penggunaan Metode. Strategi atau metode yang digunakan guru Pendidikan Kewarganegaraan sebenarnya sudah cukup efektif dalam pembelajaran, namun ada pula metode yang masih belum maksimal pelaksanaanya. Hal ini seperti yang diungkapkan Ibu Luluk Harianah (Guru PKn SMP Negeri 2 Jombang), beliau mengungkapkan bahwa: Penerapan metode diskusi atau tanya jawab saja masih kurang efisien. Karena melihat kemauan dan kemampuan siswa yang berbeda sehingga mempengaruhi hasil belajar mereka (wawancara 1 Oktober 2012) Finansial Siswa. Faktor lain yang menjadi permasalahan dalam penerapan KTSP di SMP Negeri 2 Jombang yaitu mengenai kemampuan ekonomi siswa yang berbeda. Untuk membeli alat atau media penunjang pembelajaran seperti buku pedoman atau lembar kerja siswa tak jarang menghambat proses belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Luluk Harianah (Guru SMP Negeri 2 Jombang). Beliau mengungkapkan bahwa: Murid – murid disini tidak semuanya dari kalangan mampu, ada beberapa memang yang mereka tidak mampu membeli perlengkapan belajar. Dengan demikian siswa yang tidak memenuhi otomatis akan sedikit tertinggal dari teman lainnya yang lebih mampu untuk memenuhi perlengkapan belajar (wawancara 2 November 2012).
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut tentu saja didapat solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Berikut adalah hasil wawancaranya. Evaluasi. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nur Rahman Hadi (Wakasek Kurikulum SMP Negeri 2 Jombang), beliau menuturkan bahwa: Diadakan secara intens evaluasi-evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan tim MGMP sekolah atau dengan MGMP seluruh kabupaten untuk memecahkan masalah sehingga ada perbaikan. Evaluasi yang dilakukan yaitu seperti membicarakan apakah ada kesulitan yang dihadapi dalam pengembangan KTSP. Disamping itu juga ada rapat dari Dinas Pendidikan yang dilakukan tiap bulan sekali (wawancara 6 Oktober 2012). Tim Penyelaras. Dalam penyusunan perangkat pembelajaran agar lebih sesuai dengan apa yang diharapkan yakni sesuai dengan kondisi sekolah itu sendiri juga dilakukan upaya untuk mewujudkannya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Dwi Prasetyo (Guru PKn SMP Negeri 2 Jombang), beliau mengungkapkan bahwa: Untuk penyusunan perangkat pembelajaran seperti pembuatan silabus dan RPP itu semua diserahkan pada guru mata pelajaran. Sudah ada rambu – rambu terkait dengan penyusunan perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP, dan guru PKn membentuk tim untuk menyelaraskan perangkat pembelajaran yang telah dibuat. Dan untuk mengatasi kesulitan dalam penyusunannya dilakukan sosialisasi dengan mengundang narasumber dari luar sebagai pakar untuk berkonsultasi. Narasumber yang pernah diundang adalah Bapak Arif Kuswirasasono selaku narasumber konsep pengembangan KTSP. Dalam pertemuan tersebut diberikan pemahaman kepada guru-guru bagaimana langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam penyusunan perangkat untuk melaksanakan KTSP semaksimal mungkin (wawancara 4 Oktober 2012) Ketuntasan Minimal. Pendidikan Kewarganegaraan mengarahkan pada moral yang terwujud dalam kehidupan sehari – hari. Dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas guru menyampaikan materi yang sekaligus diharapkan untuk diwujudkan dalam tindakan atau perilaku keseharian. Upaya yang dilakukan agar tujuan tersebut terlaksana yaitu seperti yang diungkapkan Ibu Luluk Harianah (Guru SMP Negeri 2 Jombang), beliau menuturkan bahwa: Memberikan motivasi kepada siswa dengan menyampaikan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang penting, yang nilai ketuntasan minimalnya tidak mudah yakni delapan puluh. Pemberian contoh- contoh perilaku yang
langsung diterapkan seperti dalam upacara sekolah, dimana siswa harus menaati peraturan apa saja ketika upacara sedang berlangsung. Dan dari situ pula guru akan memberikan nilai terhadap sikap (wawancara 1 Oktober 2012). Memotivasi Diri. Guru sebagai motivator harus terus memberikan semangat terhadap peserta didiknya, demi tercapainya tujuan belajar yang sesuai dengan KTSP, yaitu siswa dituntut untuk aktif dan kreatif. Seperti yang diugkapkan Ibu Luluk Harianah (Guru PKn SMP Negeri 2 Jombang), beliau mengungkapkan bahwa: Mengatasi hambatan kesulitan pada siswa yang kurang bersemangat dalam proses pembelajaran yakni dengan cara mengamati siswa tersebut, mendekati siswa tersebut. Guru mencari tahu apa saja kesulitan yang dialami siswa mengapa bisa sampai kurang bersemangat untuk menggali lebih jauh untuk mencari informasi atau referensi (wawancara 1 Oktober 2012) Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar maka diperlukan penggunaan metode atau strategi guna menarik minat siswa dalam belajar. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan pada saat berdiskusi dan tanya jawab agar siswa bisa lebih benar – benar memahami materi dan mendapat informasi yang sejelas-jelasnya, maka upaya yang dilakukan seperti yang diungkapkan Ibu Luluk Harianah (Guru PKn SMP Negeri 2 Jombang), beliau mengungkapkan bahwa: Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap pembelajaran, selain berdiskusi mereka diberikan latihan berbentuk kolom-kolom yang berisi soal-soal dari materi yang telah disampaikan. Seperti misalnya bentuk-bentuk pemerintahan dan sebagainya. Sehingga dari situ bisa terlihat kemampuan siswa yang sebenarnya (wawancara 1 Oktober 2012) Beasiswa. Guna membantu para siswa yang kurang mampu secara finansial, smp Negeri 2 mengadakan program beasiswa. Beasiswa tersebut selain untuk penyejahteraan siswa, baik yang berprestasi maupun siswa yang kurang mampu, beasiswa diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan pembelajaran. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Ibu Luluk Harianah (Guru SMP Negeri 2 Jombang). Beliau mengungkapkan bahwa: Di SMP Negeri 2 ini disediakan program beasiswa. Karena memang tidak dipungkiri siswa berasal dari kalangan yang berbeda. Beasiswa atau bantuan dana diberikan kepada siswa yang secara finansial kurang mampu. Selain untuk siswa yang kurang mampu,
beasiswa itu juga diberikan kepada siswa yang berprestasi. Hal itu dilakukan demi terwujudnya tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan, sekaligus memacu semangat siswa agar terus meningkatkan prestasinya (wawancara 2 November 2012)
PEMBAHASAN Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus dilatih menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Apalagi di zaman yang sudah serba canggih saat ini (Mulyasa, 2010:162). Setiap guru juga memiliki kompetensi dan kemampuan sebagai seorang fasilitator.tapi nyatanya faktor usia yang mempengaruhi untuk menggunakan kemampuan dalam mengoperasikan teknologi menjadi kendala dalam proses belajar. itu artinya guru belum mampu menginformasikan kepada peserta didik dengan baik. Kondisi siswa juga menjadi permasalahan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi, dimana dalam potensi tersebut bergantung suatu keberhasilan (Muslich, 2011:67). Keberhasilan siswa tersebut juga bergantung pada peran aktif siswa yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar mereka. Permasalah atau kesulitan yang dihadapi dalam pengembangan KTSP juga dirasakan pada penggunaan metode. Selama ini guru PKn di SMP Negeri 2 Jombang masih sering menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Pada metode diskusi masih banyak siswa yang terlihat tidak begitu aktif dan guru belum bisa mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi yang disampaikan. Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Metode ini seringkali digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran apabila menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak, namun perlu diperhatikan juga bahwa metode ini akan berhasil baik apabila didukung oleh metode-metode yang lain, misalnya metode tanya jawab, latihan dan lain-lain. Guru harus benar-benar siap dalam hal ini, karena jika disampaikan hanya ceramah saja dari awal pelajaran sampai selesai, siswa akan bosan dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran, bahkan bisa-bisa siswa tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya. Menurut (Efendi, 2009:82) gagasan – gagasan yang ada dalam diri siswa dapat ditampilkan dengan baik dalam kegiatan kelompok maupun kegiatan kelas. Akan tetapi bila metode ini selalu digunakan pada
tiap pokok bahasan maka metode ini akan membosankan siswa karena banyak waktu yang tersita hanya untuk mendengarkan dan belum tentu pula siswa sepenuhnya berkonsentrasi. Proses pembelajaran pada dasarnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Motivasi merupakan faktor yang menentukan keefektivan belajar (Mulyasa, 2010:264). Namun hal tersebut masih menjadi kendala dalam penerapan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaaraan yang apabila siswa tidak memiliki semangat atau motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran maka akan berpengaruh pada hasil belajar Permasalahan lain yang menghambat proses pembelajaran yaitu tentang kemampuan siswa dari segi ekonomi atau finansisal. Hal ini berpengaruh pada proses pembelajaran, karena dengan keadaan tersebut siswa tidak bisa melenkapi alat pembelajaran seperti buku atau LKS yang digunakan untuk membahas materi pelajaran. Menurut Supriyadi (2004:3) biaya adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan hampir tidak ada yang dapat mengabaikan peranan biaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya proses pendidikan tidak akan berjalan. Berdasarkan hasil temuan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa solusi – solusi atau upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan dalam penerapan KTSP pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yakni: (1) diadakan evaluasi membahas kesulitan yang ditemui dalam penerapan KTSP, (2) tim penyelaras, (3) menunjukkan standar ketuntasan, (4) menggunakan metode yang efisien, (5) memotivasi siswa dengan melakukan pendekatan, (6) memberikan beasiswa pada siswa yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi dengan beasiswa. Musyawarah Guru Mata Pelajaran atau MGMP merupakan organisasi guru, yang pada saat ini keberadaanya pada sebagian sekolah dan tingkat satuan sudah mati suri atau keberadaanya sudah tidak terlalu dihiraukan karena organisasi tersebut saat ini sudah tidak memiliki dan tidak melakukan program kerjanya sesuai dengan tujuan awalnya. Namun dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan nasional MGMP kembali diluruskan dan dihidupkan (Mulyasa, 2010:38). Pada penyusunan perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan silabus dalam KTSP harusnya dilaksanakan secara mandiri sesuai dengan kondisi sekolah yang ada. Dengan dibentuknya tim penyelaras yang terdiri dari guru-guru PKn itu
sendiri bertujuan agar dapat menyelesaikan kesulitan yang dialami dalam mengembangkan silabus atau RPP. Tidak hanya membentuk tim penyelaras namun juga mendatangkan narasumber di bidang kurikulum khususnya KTSP. Hal ini sesuai dengan pernyataan Efendi (2009:123) pengembangan silabus dalam implementasinya dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindak lanjuti oleh masing-masing guru. Silabus dan RPP harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan hasil eveluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran. Solusi berikutnya yaitu solusi yang dilakukan oleh guru PKn SMP Negeri 2 Jombang untuk mengatasi permasalahan keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yakni dengan cara memberitahukan kepada siswa tentang pentingnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan karena sejatinya seperti yang diungkapkan Suparlan (2002:5) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan membentuk kepribadian warga negara yang baik. Kepribadian yang baik itu dicontohkan dalam kegiatan di sekolah, seperti misalnya pada saat upacara sekolah. Wujud disiplin, cinta tanah air, dan bela negara akan tercermin pada kegiatan tersebut. Metode diskusi, ceramah dan tanya jawab dirasa masih kurang efisien dalam pembelajaran PKn. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yakni seperti yang di lakukan oleh guru PKn SMP Negeri 2 yaitu dengan memberikan latihan penugasan berupa soal-soal berisi materi yang disampaikan dalam bentuk kolom atau tabel sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang sebenarnya dalam memahami materi yang disampaikan Motivasi dalam kegiatan belajar adalah kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Untuk mengatasi permasalahan motivasi siswa, guru melakukan pendekatan kepada siswa guna mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam. Seperti yang diungkapkan Aunurrahman (2009:196) bahwa dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, guru tidak hanya berkewajiban menyampaikan materi pelajaran dan mengevaluasi pekerjaan siswa, akan tetapi juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan belajar. Dalam dunia pendidikan, permasalahan ekonomi menjadi salah satu faktor utama dalam pelaksanaan pendidikan. Untuk mengatasi masalah keterbatasan ekonomi atau finansial siswa maka pihak sekolah dalam hal ini memberikan solusi berupa pemberian beasiswa yang bertujuan
untuk membantu kelancaran kegiatan pembelajaran demi terwujudnya tujuan pembelajaran itu sendiri pula. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya yaitu makanan, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Dengan demikian maka siswa akan tetap dapat berkonsentrasi pada pembelajaran.
SIMPULAN dan SARAN Pengembangan KTSP dalam penerapannya oada mata pelajaran PKn di SMP Negeri 2 Jombang mengalami beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut yaitu tentang sumber daya menusia, kemudian kesulitan penerapan nilai Pancasila, kemampuan siswa yang berbeda, serta finansial siswa. Solusi yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan melakukan evaluasi, membentuk tim penyelaras, memberitahukan tentang standar ketuntasan minimal (SKM)., pemberian motivasi terhadap siswa, kemudian pemberian beasiswa. .Pnelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guru untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitasnya sebagai seorang pendidik. Selalu memperhatikan apa yang menjadi prioritas utama dalam pengembangan KTSP khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
DAFTAR RUJUKAN Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan, Metode, dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Al – Hakim, Suparlan, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Malang: UM Press Efendi, Mohammad. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran Pengantar ke Arah Pemahaman KBK, KTS, dan SBI. Malang : FIP Universitas Negeri Malang Mulyasa, E. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Muslich, Masnur. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara Muslich, Masnur. 2011. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Supriyadi, Dedi. 2009. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Suyatma, Deri. 2008. KTSP masih Banyak Kendala, (Online), (http://mtsnurulazhar.wordpress.com/2008/07/17/ktsp-masih-banyak-kendala/html), diakses 30 Agustus 2012.