Perluasan Konflik Lord`S Resistance Army Vs Uganda di Republik Demokratik Kongo Tahun 2008–2012 Ika Laila Farida – 070912001 Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga ABSTRACT The failure of negotiations of Juba Peace Talks in 2008 between Uganda government and rebel groups of Lord’s Resistance Army (LRA) leads to the mobilization of the entire group of Lord’s Resitance Army from Uganda to other countries. The deployment of LRA to the Democratic Republic of Congo (DRC), Southern Sudan, Central African Republic led to the escalation of conflict. After negotiations failed, military efforts conducted through Operation Lightning Thunder. This operation gets negative responds from LRA by attacking civilian population in Garamba National Park in DRC. Therefore we need to know the development of the LRA conflicts in the DRC and Uganda’s involvement in DRC. In explaining the development of this conflict, the writer uses the assumption of Miall, Zartman and Ho WonJoeng related to conflicts and conflict resolution. Keywords: conflict, Uganda, Lord`s Resistance Army, the Democratic Republic of Congo, the escalation of conflicts Kegagalan negosiasi Juba Pembicaraan Damai pada 2008 antara kelompok pemerintah Uganda dan pemberontak Tentara Perlawanan Tuhan (LRA) mengarah ke mobilisasi seluruh kelompok Tentara Perlawanan Tuhan dari Uganda ke negara-negara lain. Penyebaran LRA ke Republik Demokratik Kongo (DRC), Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah menyebabkan eskalasi konflik. Setelah negosiasi gagal, upaya militer dilakukan melalui Operasi Petir Guntur. Operasi ini mendapat respon negatif dari LRA dengan menyerang penduduk sipil di Garamba National Park di DRC. Oleh karena itu kita perlu mengetahui perkembangan konflik LRA di DRC dan keterlibatan Uganda di DRC. Dalam menjelaskan perkembangan konflik ini, penulis menggunakan asumsi Miall, Zartman dan Ho WonJoeng terkait dengan konflik dan resolusi konflik. Kata-kata kunci: konflik, Uganda, Tentara Perlawanan Lord`s, Republik Demokratik Kongo, eskalasi konflik
1573
Ika Laila Farida
Konflik Lord`s Resistance Army pertama muncul di wilayah Uganda. Konflik ini sudah berlangsung lebih dari dua dekade dari tahun 1987 sampai tahun 2006. Pada tahun 2006 menjadi awal dimana seluruh pasukan kelompok LRA yang berada di negara Uganda dan negara Sudan Selatan berpindah ke Taman Nasional Garamba di wilayah negara Republik Demokratik Kongo (RDK). Selain menyebar ke RDK, LRA juga telah melakukan mobilisasi pasukannya ke daerah negara Sudan Selatan dan negara Afrika Tengah. Kelompok LRA merupakan salah satu kelompok pemberontak yang unik jika berbicara masalah agenda, tujuan dan motif dari pemberontakannya. Sama seperti kelompok pemberontak lainnya, LRA juga ikut bertnggung jawab dari semua tindakan pelanggaran hak asasi manusia yang selama ini dilakukan. Pada awalnya, Kony membentuk sebuah kesatuan dari berbagai kelompok pemberontak yang ada di Uganda Utara, menjadi satu kelompok. Meskipun begitu, dasar utama kepercayaan spiritual dari Kony adalah masalah sosial-politik kaum Acholi waktu itu.Interpretasi Kony kemudian berubah menjadi sangat destruktif. Akhir 1980an, LRA melakukan konsentrasi serangan terhadap angkatan militer pemerintahan. Namun sejak tahun 1992, LRA mulai melakukan penyerangan terhadap warga sipil. Dalam menghadapi penyebaran penyerangan kelompok LRA, pasukan militer pemerintah Uganda UPDF menggunakan pendekatan militer dengan tujuan dapat mengakhiri konflik LRA dengan segera. Terdapat tiga operasi yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Uganda yaitu Operation North, Operation Iron Fist dan Operation Lightning Thunder. Operation Iron Fist tahun 2002 menjadi operasi militer yang banyak memberikan pengaruh terhadap penurunan intensitas serangan LRA. Pada tahun 2005 International Criminal Court (ICC) mengeluarkan surat penangkapan kepada lima pimpinan tertinggi kelompok LRA yaitu Joseph Kony, Vincent Otti, Okot Odhiambo, Ogwen Dominic and Lukwiya Raska. Hal tersebut merupakan respon dari permintaan bantuan dari pemerintah Uganda pada ICC sebagai langkah untuk mengakhiri pemberontakan kelompok LRA. Sadar bahwa kapasitas LRA telah menurun drastis akibat serangan operasi militer, Joseph Kony menginisiasi sebuah prosesi perdamaian melalui negosiasi. Penyebaran LRA dari negara Uganda ke negara RDK, Republik Afrika Tengan, dan Sudan Selatan menyebabkan konflik yang terjadi berlangsung lama dan berlarut–larut (protacted social conflict). Serangan LRA membawa dampak pada banyaknya pengungsi dan penduduk sipil yang meninggalkan rumahnya disebut Internal Displaced Persons (IDP). Jumlah IDP di Republik Afrika Tengah 10.850 orang dan 67.548 orang di Sudan Selatan serta yang terbanyak adalah sekitar 280.000 orang di RDK. Dari pemaparan tersebut, yang membuat masalah ini menarik adalah konflik kelompok LRA telah terjadi sejak dua dekade terakhir dan sampai sekarang belum terselesaikan walaupun
1574
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 4. No.1
Perluasan Konflik Lord`S Resistance Army Vs Uganda di Republik Demokratik Kongo Tahun 2008–2012
dengan upaya politik maupun militer antara pihak - pihak yang terkait konflik. Kegagalan Juba Peace Talks dan operasi militer Operation Lightning Thunder tahun 2008 membawa dinamika konflik kelompok LRA mengalami eskalasi. Penyebaran LRA ke negara-negara tetangga yaitu Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah dan Republik Demokratik Kongo telah banyak menjatuhkan banyak korban. Di negara RDK sendiri kelompok LRA secara masif telah melakukan serangan terhadap penduduk sipil yang menewaskan korban terbanyak di negara ini. Selain itu, eskalasi konflik lebih banyak terjadi di RDK dibandingkan di Sudan dan Republik Afrika Tengah. Konflik banyak dijelaskan oleh para akademisi. Salah satunya adalah Coser, yang membuat suatu pembedaan penting mengenai konflik yang disebabkan isu-isu realistik, yang selanjutnya disebut konflik realistik dengan konflik yang disebabkan isu-isu non realistik yang selanjutnya disebut konflik non realistik. Konflik non realistik didorong oleh keinginan yang tidak rasional dan cenderung bersifat ideologis misalnya konflik antar agama, antar etnis, dan konflik antar kepercayaan lainnya. Konflik non realistik merupakan tujuan dari konflik itu sendiri. Konflik ini merupakan suatu cara untuk menurunkan ketegangan di dalam kelompok atau mempertegas identitas suatu kelompok. Cara ini mewujudkan bentuk-bentuk kekerasan yang sesungguhnya berasal dari sumber-sumber lain. Pernyataan Coser mengenai konflik non-realistik dalam The Function of Social Conflict adalah sebagai berikut: “in realistic conflict, there exist functional alternatives with regard to the means of carrying out the conflict, as well as with regard to accomplishing desired results short of conflict” Konflik berubah setiap saat, melalui berbagai tahap aktifitas, intensitas, ketegangan, dan kekerasan yang berbeda. Tahap-tahap ini penting sekali diketahui dan digunakan bersama alat bantu lain untuk menganalisis berbagai dinamika dan kejadian yang berkaitan dengan masing-masing tahap konflik. Konflik dapat terjadi dalam beberapa tahap, yaitu prakonflik, konfrontasi, krisis, akibat dan pascakonflik. Tahapan-tahapan tersebut dapat didejurnalkan sebagai yaitu: (1) Prakonflik.Tahapan Ini merupakan periode dimana terdapat suatu ketidaksesuaian sasaran di antara dua pihak atau lebih, sehingga timbul konflik. Konflik tersembunyi dari pandangan umum, meskipun satu pihak atau lebih mungkin mengetahui potensi terjadinya konfrontasi. (2) Konfrontasi. Pada tahap ini konflik menjadi semakin terbuka. Jika hanya satu pihak yang merasa ada masalah, mungkin para pendukungnya mulai melakukan aksi demonstrasi atau perilaku
Jurnal Analisis HI, Maret 2015
1575
Ika Laila Farida
konfrontasi lainnya. Kadang pertikaian atau kekerasan pada tingkat rendah lainnya terjadi di antara kedua belah pihak. Hubungan di antara kedua pihak menjadi sangat tegang, mengarah pada polarisasi diantara para pendukung di masing-masing pihak. (3) Krisis. Tahap ini merupakan puncak konflik, ketika ketegangan dan/ atau kekerasan terjadi paling hebat. Dalam konflik skala besar ini merupakan periode perang, ketika orang-orang dari kedua pihak terbunuh. Komunikasi normal di antara kedua belah pihak kemungkinan terputus. Pernyataan-pernyataan umum cenderung menuduh dan menentang pihak lain. (4) Akibat. Pada tahapan ini, tingkat ketegangan, konfrontasi, dan kekerasan agak menurun dengan memungkinkan adanya penyelesaian. Sebagai contoh adalah perubahan pola hubungan masyarakat, kerekatan hubungan antara masyarakat dengan pemerintah, munculnya tata aturan baru dan lain-lain. (5) Pascakonflik. Situasi diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai konfrontasi kekerasan, ketegangan berkurang dan hubungan mengarah ke lebih normal di antara kedua pihak. Namun, jika isu-isu dan masalah-masalah yang timbul karena sasaran mereka yang saling bertentangan tidak dapat disesesaikan dengan baik, tahap ini sering kembali lagi menjadi situasi pra konflik. Zartman menyebutkan dalam upaya penyelesaian konflik dibuat sebuah resolusi yang bertujuan untuk menguntungkan semua pihak yang berkonflik. Resolusi konflik dapat dicapai melalui 3 cara, yakni negosiasi, mediasi, dan intervensi. Dalam proses sebuah negosiasi, hasil negosiasi akan menggambarkan dan mempengaruhi konflik yang sedang terjadi. Hopmann dan Walcott dalam penelitiannya menunjukkan terdapat efek timbal balik antara proses negosiasi dan tingkat ketegangan antara pihak yang berkonflik. Proses negosiasi menggambarkan ketegangan konflik dan ketegangan itu dipengaruhi oleh hasil akhir dari negosiasi. Maksudnya adalah eskalasi atau de-eskalasi konflik ketika diadakannya negosiasi berpengaruh terhadap hasil negosiasi yang juga akan menentukan jalan atau kelanjutan dari konflik itu. Ho Won Joeng menyatakan bahwa re-eskalasi bisa terjadi disertai dengan negosiasi yang gagal dan munculnya keterpaksaan dalam negosiasi. Terjadinya eskalasi tentunya dapat mengubah dinamika internal dan eksternal konflik, ketika satu pihak merasa lebih unggul dibandingkan pihak lawan menyebabkan spirit perjuangan muncul kembali. Negosiasi Juba Talks antara Uganda dan LRA pada tahun 2006, untuk sementara waktu perdamaian telah kembali di Uganda utara. Namun, kegagalan LRA untuk menandatangani Perjanjian Akhir (FPA), menyimpulkan selama pembicaraan Juba, dan serangan berikutnya oleh Tentara Uganda (UPDF) di markas LRA di Garamba National Park, DRC, mengakhiri upaya untuk menemukan solusi damai terhadap
1576
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 4. No.1
Perluasan Konflik Lord`S Resistance Army Vs Uganda di Republik Demokratik Kongo Tahun 2008–2012
konflik pada Desember 2008. Meskipun wilayah Uganda utara tetap tenang dan damai, LRA masih membunuh dan menculik warga sipil di bagian RDK, CAR dan Sudan Selatan. Sehingga, pada Desember 2008, reaksi pemerintah Uganda, RDK dan Sudan Selatan dengan dukungan dari Amerika Serikat melakukan operasi militer terhadap LRA. Operasi militer tersebut dikenal dengan Operation Lightning Thunder, seperti yang disebut sebagai rencanakan yang buruk dan berakhir gagal sebagai upaya untuk mengejutkan para pemberontak. Karena, LRA menjawab dengan reaksi memerintahkan serangan besar-besaran terhadap warga sipil di RDK setelah dilaksanakannya operasi militer tersebut. Seperti dijelaskan pada grafik 1 dibawah ini dapat dilihat dinamika konflik LRA mengalami de-eskalasi pada saat adanya negosiasi Juba Peace Talks pada tahun 2006-2008. Akan tetapi kembali mengalami re-eskalasi setelah adanya operasi militer OLT pada Desember 2008. Eskalasi konflik dapat dilihat ketika adanya serangan pertama Christma Massacre oleh LRA terhadap penduduk sipil di RDK. Grafik 1 Dinamika Konflik Kelompok LRA
Sumber: Hendrickson, Dealing with complexity in Peace Negotiations. (2012) Serangan Operation Lightning Thunder oleh pemerintah Uganda yang didukung oleh pemerintah Sudan Selatan, RDK, dan Republik Afrika Tengah bertujuan untuk menangkap Joseph Kony dan pimpinan kelompok LRA pun gagal ketika Kony berhasil kabur dari serangan tersebut. Sebagai balasan serangan OLT, kelompok LRA telah menyiapkan serangan yang terencana yg dilakukan pada 24 ̶ 25 Desember 2008 sampai 17 Januari 2009 yang disebut dengan Christmas Massacre. Peta serangan Christmas Massacre kelompok LRA di daerah area Taman Nasional Garamba RDK dapat dilihat pada peta 1.2. Serangan ini telah menewaskan lebih dari 865 warga sipil dan menculik
Jurnal Analisis HI, Maret 2015
1577
Ika Laila Farida
sedikitnya 160 anak-anak di bagian utara RDK. Menurut Hasil dari laporan OCHA (On Office for the Coordination of Humanitarian Affairs) melaporkan militan LRA telah membunuh sebanyak 1.096 warga sipil, terdiri dari 1.373 orang dewasa dan 255 anak-anak di Haut dan Bas Uele, wilayah RDK. Pola penyerangan LRA lebih menghindari kontak langsung dengan warga sipil dengan cara melakukan terror seperti pembakaran desa-desa, pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, mutilasi dan kejahatan lainnya. Pada Januari 2010, OCHA mencatat sebanyak lebih dari 282.661 warga sipil mengungsi di wilayah selatan RDK termasuk 224.594 warga sipil yang berasal dari Haut-Uele dan 58.067 dari Bas-Uele. Tanggal 14-17 Desember 2009, LRA melakukan salah satu serangan yang paling tragis dalam sejarah serangan kelompok pemberontak. Selama operasi empat hari di bagian utara Kongo-daerah Makombo dan sekitarnya, di Wilayah Niangara, Haut kabupaten Uele, dekat perbatasan Sudan. LRA membunuh sedikitnya 321 warga sipil dan menculik lebih dari 250 orang lainnya, termasuk sedikitnya 80 anak-anak. Sebagian besar dari mereka adalah laki-laki dewasa, tapi di antara yang meninggal adalah setidaknya 13 perempuan dan 23 anak-anaK. Lord’s Resistance Army bertanggung jawab atas lebih dari 100.000 korban selama konflik yang terjadi Uganda. Jumlah ini terlalu besar untuk sebuah pembunuhan di suatu negara. Sedangkan jumlah warga yang diperkirakan meninggal akibat konflik dengan kelompok Lord’s Resistance Army ini di tahun 2008-2011 ditotalkan sebanyak 2.400 orang yang terjadi di RDK, Sudan Selatan dan Afrika Tengah. Pada tahun 2010, terdapat total 470 kali penyerangan LRA di RDK, Afrika Tengah, dan Sudan Selatan yang mengakibatkan 709 warga meninggal akibat penyerangan tersebut. Pada tahun 2011 terdapat 284 penyerangan dengan 154 warga meninggal. Di tahun 2012 menunjukkan 222 penyerangan, dan 41 warga meninggal.14 Beberapa kasus penyerangan di tahun 2011 sendiri adalah 34 di Republik Afrika Tengah, 28 di Sudan Selatan, dan 222 penyerangan di Republik Demokratik Kongo. Pola memperlihatkan adanya perpindahan wilayah penyerangan yang lebih fokus diwilayah Congo, akan tetapi jumlah penyerangan telah berkurang drastis di tahun 2011 jika dibandingkan dengan tahun 2010 dimana jumlah penyerangan mencapai 470. Joint Information and Operations (JIOC) merupakan sebuah usaha PBB dalam menggabungkan informasi relevan dalam usaha pencarian dan pemberantasan kelompok LRA. Rumitnya pergerakan LRA membuat adanya kebutuhan untuk menggabungkan informasi-informasi dari wilayah atau negara yang berbeda, agar dapat lebih memahami arah gerakan dari kelompok LRA itu sendiri. JIOC dibentuk pada tahun 2011, dan bermarkas bersama MONUSCO di Dungu.
1578
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 4. No.1
Perluasan Konflik Lord`S Resistance Army Vs Uganda di Republik Demokratik Kongo Tahun 2008–2012
JIOC memiliki tujuan utama untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi yang berhubungan dengan LRA. Informasi tersebut bisa berupa laporan penyerangan, laporan pergerakan, dan laporan-laporan lainnya tentang LRA. Sejak tahun 2011, JIOC telah mengumpulkan informasi intelijen dari Amerika Serikat, dari MONUSCO, BINUCA (United Nations Integrated Peacebuilding in The Central African Republic), dan UNMISS (United Nations Missions in South Sudan), yang semua merupakan informasi yang berkontribusi besar terhadap pengejaran LRA. Sejak pembentukan Regional Task Force di tahun 2012, JIOC telah melakukan pemberian informasi kepada Regional Task Force tersebut akan informasi yang dianggap sangat penting dalam upaya pemberantasan kelompok LRA di masa yang akan mendatang. JIOC juga digunakan sebagai media MONUSCO, untuk menyebarkan mekanisme yang mendetail akan JIOC telah berkontribusi besar terhadap pembagian informasi antar keempat negara korban LRA. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, JIOC telah mampu untuk dijadikan media untuk menerima informasi penting tentang kehadiran LRA, yang otomatis akan memiliki efektifitas terhadap usaha pemberantasan kelompok LRA. Upaya negara-negara seperti Uganda di awal tahun 2000an yang melancarkan serangan, pada akhirnya menghadapi kegagalan akibat menyebarnya kelompok LRA di negara perbatasan lainnya. Mengingat LRA adalah ancaman keamanan regional, maka informasi yang didapatkan oleh sebuah negara tentang LRA tersebut, bisa menentukan efektifitas hingga kesuksesan operasi militer yang dilancarkan oleh sebuah negara. JIOC telah berkembang menjadi sumber informasi yang dimanfaatkan oleh aktor negara yang melakukan pengejaran terhadap LRA di tahun 2008-2011, dan kini digunakan oleh African Union Regional Task Force dalam usaha kolaboratif pemberantasan kelompok LRA. Sejak tahun 2008 hingga 2011, terlihat kesulitan dari keadaan di atas. LRA mampu bertahan hingga sekarang, sebab ruang gerak yang mereka miliki masih sangat luas. Ketika pemerintah Uganda menyatakan perang melawan LRA, kendala terbesar Uganda adalah saat LRA mempercepat laju dan menyebar ke begitu banyak wilayah. Selain itu, MONUSCO memiliki kesulitan yang besar dalam menghadapi LRA, sebab lokasi yang begitu terpencil. Lokasi Taman Nasional Garamba di RDK yang terpencil menyebabkan LRA tidak mampu untuk melakukan patroli ataupun melakukan pengawalan militer ke beberapa wilayah tertentu. Hal tersebut telah memperluas ruang gerak LRA, sehingga bisa terus
Jurnal Analisis HI, Maret 2015
1579
Ika Laila Farida
melakukan penyerangan di tempat-tempat yang tidak dapat dijangkau. Pemerintahan Uganda melalui UPDF telah mengambil peran yang paling aktif dalam kasus LRA sebelum pembentukan RTF di tahun 2012. Sejak pembentukan LRA, Uganda telah menyatakan perang dan sangat terlihat sejak tahun 2000an melalui operasi militer yang melakukan pengejaran terhadap kelompok tersebut. Uganda dari keempat negara korban LRA, merupakan negara yang menempatkan ancaman LRA sebagai prioritas dari pemerintah Uganda yang harus diselesaikan. Masalah yang muncul adalah Republik Afrika Tengah, Sudan Selatan, dan Republik Demokratis Congo tidak memiliki inisiatif yang sama dengan Uganda dari tahun 2008 tersebut. Hal tersebut membuat upaya dari MONUSCO dan UNMISS menjadi pasif dan kurang efektif, mengingat sangat tergantungnya Pasukan Perdamaian terhadap angkatan militer nasional negara. Meskipun demikian, hingga sekarang masih terlihat kurangnya komitmen diantara negara-negara korban LRA dalam memberantas kelompok tersebut. Kesulitan dalam African Union Regional Task Force (AU-RTF) sebagai usaha paling besar Dewan Keamanan dan UNOCA dalam memberantas LRA, adalah kapasitas dari pasukan militer yang tidak imbang. AU-RTF yang terdiri atas 3 negara saat ini, masih tidak memiliki kapasitas yang cukup bahkan untuk menjalankan sebuah operasi militer standar. Misalnya sebuah kelompok angkatan militer yang berlokasi di Nzara, Sudan Selatan. UPDF yang merupakan angkatan militer Uganda di lain sisi, memiliki kapasitas dan pengalaman yang cukup dalam memberantas kelompok LRA. Hingga akhir tahun 2012, proses AU-RTF terus berjalan dalam lingkup wilayah negara masing-masing untuk sementara. Alasannya adalah belum terdapat komando yang begitu jelas dalam AU-RTF yaitu Concept of Operations (CONOPS) yang telah disetujui oleh keempat negara. CONOPS menentukan konsep operasi militer yang akan dijalani, dan juga bagaimana rantai komando yang akan diterapkan nantinya. CONOPS juga esensial dalam menentukan misi, area operasi, taktik, logistik, dan strategi secara keseluruhan. Adanya kecurigaan berdasarkan sejarah menjadi salah satu kesulitan untuk menyatukan pemikiran tersebut. Uganda misalnya yang dahulunya telah memberikan dukungan kepada kelompok pemberontak di RDK yaitu M23, yang menyebabkan RDK tidak memberikan izin kepada Uganda untuk memasuki wilayahnya walau dalam rangka pengejaran LRA. Konflik terhadap CONOPS yang belum disetujui telah berdampak langsung terhadap akses wilayah LRA. UNOCA hingga kini belum mampu mendorong RDK untuk berkontribusi terhadap pasukan militer
1580
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 4. No.1
Perluasan Konflik Lord`S Resistance Army Vs Uganda di Republik Demokratik Kongo Tahun 2008–2012
AU-RTF. Tertutupnya RDK terhadap negosiasi tersebut telah membuat banyak wilayah kosong yang bisa dimasuki oleh LRA karena kurangnya penjagaan yang ada, menjadikan RDK harus menghadapi jumlah penyerangan terbanyak di tahun 2011 sebanyak 222, hampir 5 kali lebih banyak dibandingkan penyerangan di Republik Afrika Tengah dan di Sudan Selatan.Banyaknya wilayah yang tidak terjaga dengan ketat yang juga tidak mampu dijangkau oleh patroli MONUSCO, membuat RDK sarang LRA yang tepat selama periode 2008-2012. RDK juga merupakan negara paling pasif dari segi kebijakan domestik terhadap LRA, jika dibandingkan dengan 3 negara korban lainnya. Intervensi politik dan intervensi militer merupakan keterkaitan pihak-pihak luar yang ikut mengintervensi di dalam konflik LRA. Perkembangan konflik LRA telah sampai pada tahap intervensi konflik dalam bentuk eskalasi. Eskalasi konflik melalui dua serangan dalam skala besar sebagai reaksi dari serangan OLT. Serangan LRA yang pertama di daerah Haut-uele, di RDK oleh dimana intervensi pihak ketiga baik berupa aktor negara, organisasi internasiona, INGO, dan media internasional berfokus pada konflik yang telah dilakukan oleh LRA ini. Intervensi konflik ini juga terlihat dalam bentuk eskalasi konflik yang terjadi dimana LRA telah melakukan serangan di daerah RDK dengan korban terbanyak. Dengan demikian setelah gagalnya kesepkatan pada negosiasi Juba Peace Talks, pasukan LRA meninggalkan Uganda dan berpindah ke negara perbatasan. Keterlibatan Uganda tetap berlanjut untuk memerangi LRA. Selain itu, konflik ini kemudian menjadi perhatian dari aktor-aktor lain yang memiliki kepentingan dengan turut dalam konflik (intervensi). Keterlibatan unsur-unsur lain berpengaruh terhadap dinamika dan perkembangan konflik LRA dengan Uganda serta RDK. Intervensi dapat diketahui dari keterlibatan keberadaan UPDF di Taman Nasional Garmaba, MONUSCO sebagai pasukan perdamaian. Selain itu organisasi internasional lain seperti OCHA, Uni Afrika melalui AU-RTF, dan Sudan.
Daftar Pustaka Buku Baylis, John dan Steven Smith. The Globalization of World Politics; An Introduction to International Relations. New York: Oxford University Press, 2001.
Jurnal Analisis HI, Maret 2015
1581
Ika Laila Farida
Branch, Adam. Displacing Human Rights; War and Intervention in Northern Uganda. New York: Oxford University Press Inc., 2011. Burchill, Scott dan Andrew Linklater. Teori-Teori Hubungan Internasional. Bandung: Penerbit Nusa Media, 2009. Galtung, Johan. Peace by Peaceful Means; Peace, Conflict, Development, and Civilization. Oslo: International Peace Research Institute, 1996. Galtung, Johan dan Charles Webel. Handbook on Peace and Conflict Studies. USA:Routledge , 2007. Jackson, Robert dan Georg Sorensen. Introduction to International Relations; Theories and Approaches 3rd edition. New York: Oxford University Press, 2007. Jeong, Ho-Won. Understanding Conflict and Conflict Analysis. London: SAG Publications Ltd., 2008. Kriesberg, Louis. Constructive Conflicts: From Escalation to Resolution. 3rd Ed. Lanham, Md.: Rowman & Littlefield. 91. 2007. Mitchell, C. R, A Willingness to Talk: Conciliatory Gestures and De-Escalation. 2007. Ramsbotham, Oliver, Tom Woodhouse dan Hugh Miall. Contemporary Conflict Resolution. Third Edition. Cambridge: Polity Press, 2011. Sanapiah Faisal. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2008. Starke, J.G. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Justitia Study Group Bandung, 1986. Suryana. Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia. 2010. Ulber Silalahi. Metode Penelitian Sosial. Cetakan Kedua. Bandung: PT. Refika Aditama. 2010. Wardhani, Baiq L. S. W., Globalisasi & Konflik Etnis (Cakra Studi Global Strategis, 2012) Zartman, I. William. Negotiation and Conflict Management: Essays on theory and practice. New York: Routledge Handbook Publishing. 2008
1582
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 4. No.1
Perluasan Konflik Lord`S Resistance Army Vs Uganda di Republik Demokratik Kongo Tahun 2008–2012
JURNAL: Ahere, John. and Maina, Dr. Grace. “The Never-Ending Pursuit of The Lord’s Resistence Army: An Analysis of The Regional Cooperative Initiative For The Elimination of The LRA, (2013) http://dspace.africaportal.org/jspui/bitstream/123456789/33673/1/AC CO Dpolicy-practice-brief 24.pdf?1 (diakses pada 3 Februari 2013). Anynomous. “Bckground: Lord’s Resistance Army.” http://www.guardian.co.uk/katine/2007/oct/20/about.uganda (diakses pada 18 November 2013). Anynomous. “Conflict.” http://oxforddictionaries.com/definition/english/conflict (diakses pada 20 November 2013). Anynomous. “Key Statistics.” http://theresolve.org/key-statistics (diakses pada Januari 2013) Anonymous, “Regional Community Peacebuilding and the LRA Conflict A Conversation with John Baptist Odama, Archbishop of Gulu, Uganda.” http://www.unocha.org/eastern-africa/about us/about-ocha-eastern africa/uganda. (diakses pada 19 Mei 2013). Clark, John F. “Museveni`s Adventure in the Congo War: Uganda`s Vietnam” dalam John F clark eds., “The African Stakes of Congo War.” New York: Palgrave Macmilan, (2002) http://www.idea.int/publications/dchs/upload/DCHS2_Inlay_Final.pd f (diakses pada 20 November 2013). Chris Dolan, Chris. “Initiative to End.” http://theresolve.gopagoda.com/wpcontent/uploads/2013/07/11s-Acco rd supplement-11_Northern-Uganda update_2010_ENG_F_0.pdf (diakses pada 20 Januari 2013. Dagne, Ted "Uganda: Current Conditions and the Crisis in North Uganda." http://www.fas.org/sgp/crs/row/RL33701.pdf (diakses pada 20 Januari 2013). Downie, Richard. “The Lord`s Resistance Army.” http://csis.org/publication/lords-resistance-army. (diakses pada 20 Januari 2013). E. Mansfield, Snyder J..“Democratization and the Danger of War.” (1995). http://www.drworley.org/NSPcommon/Democratic%20Peace/IS-20,1 MansfieldSnyder.pdf (diakses pada 20 Januari 2013).
Jurnal Analisis HI, Maret 2015
1583
Ika Laila Farida
Enough Project. "Roots of The Crisis: The LRA in the Congo and South Sudan." http://www.enoughproject.org/conflict_areas/lra/roots-crisis (diakses pada 16 Maret 2014) Enough project. "The LRA in Congo, CAR, and South Sudan." http://www.enoughproject.org/conflicts/lra/congo-car-southsudan (diakses pada 20 Januari 2013). Gleditsch KS, Salehyan I, Schultz K. “Fighting at Home, Fighting Abroad: How Civil Wars Lead to International Disputes.” Journal of Conflict Resolution. (2008). Harris, Peter dan Reilly, Ben, t.t. “Democracy and Deep-Rooted Conflict: Options For Negotiators ”http://www.idea.int/publications/democracy_and_deep_rooted_ onflict/upload/ddrc_f ll_en.pdf (diakses pada 20 Januari 2013) Hendrickson, Dylan and Kennedy Tumutegyereize, Kennedy. “Dealing with complexity in Peace Negotiations: Reflections on The Lord`s Resistance Army and the Juba Talks.” 2012. http://www.cr.org/sites/default/files/Dealingwithcomplexity_201201.p df (diakses pada 20 Maret 2013). Human Right Watch. “DR Congo.” http://www.hrw.org/africa/democratic-republic-congo (diakses pada 19 Mei 2013). Human Right Watch. “The Christmas Massacres.” http://www.hrw.org/sites/default/files/reports/drc0209webwcover_1. pdf (diakses pada 19 Mei 2013). Human Right Watch. "Trial of Death". http://www.unhcr.org/cgibin/texis/vtx/search?page=49e45c366&s ip=90ci=49aea93a7d&coi=COD (diakses pada 01 Maret 2013). Human Right Watch. "Trial of Death: LRA Atrocities in Norteastern Congo." http://www.hrw.org/sites/default/files/reports/drc0310webwcover_0. pdf (diakses pada 01 Maret 2013). Human Right Watch. “UN OCHA Statistics.” http://www.hrw.org/sites/default/files/reports/drc0310webwcover_0. pdf (diakses pada 2013) International Crisis Group. "Northern Uganda: Understanding and Solving The Conflict." http://www.crisisgroup.org/en/publication-type/media releases/2004/africa/northern-uganda understanding-and-solving-th
1584
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 4. No.1
Perluasan Konflik Lord`S Resistance Army Vs Uganda di Republik Demokratik Kongo Tahun 2008–2012
-conflict.aspx ( diakses pada diakses pada 20 Januari 2013). LRA Crisis Tracker. “Annual Security Brief 2011.” http://reports.lracrisistracker.com/pdf/2011-A-LRA Crisis-Tracker-Annual-Security-Brief.pdf (diakses pada 10 November 2013) M, Barnett, Levy JS. 1991. “Domestic Sources ofAlliances and Alignments.” (1993). http://www.bundesheer.at/pdf_pool/publikationen/05_small_states_ 04.pdf (diakses pada 20 januari 2013). Martell, Peter (2011 [last update]). "BBC News - South Sudan Becomes An Independent Nation. http://www.bbc-now.co.uk/news/world-africa-14089843 (diakses pada 19 Mei 2013). Mills, Kurt. “(Local) Peace vs. (International) Justice in Uganda? Mato Oput, the ICC and the Conundrums of Transitional Justice in the Middle of Conflict.” http://ecpr.eu/filestore/paperproposal/ff0422cc 19ae-44fb b959401bd28fd312.pdf (diakses pada 20 Januari 2014). Mwaniki, David and Wepundi, Mannaseeh. "Juba Peace Talks". http://www.issafrica.org/publications/situation-reports/situation-repo rt-the juba-peace-talks the checkered-road-to-peace-for-northern-uganda-david mwaniki-and-manasseh-wepundi (diakses pada 25 Januari 2013). Philip Lancaster, Guillaume Lacaille, Ledio Cakaj. “International Working Group on The LRA. Diagnostic Study of The Lord’s Resistance Army.” 2011. http://www.tdrp.net/PDFs/LRA_DiagnosticStudy_1.pdf (diakses pada 3 Februari 2013). Sage, Andre Le. “Countering The Lord`s Resistance Army in Central Africa." Institute for National Strategic Studies SF. No. 270. (2011). http://mercury.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/134652/ipublicationdo cu en_singledocument/1cc097b-d395-41ff-9dad aa913e6fd6c7/en/SF+270+Le+Sage.pdf (diakses pada 03 Februari 2013). Schomerus, Mareike. "The Lord`s Resisitance Army in Sudan A history and Overview." Institute of International Studies HSBA Working Paper 8.
Jurnal Analisis HI, Maret 2015
1585
Ika Laila Farida
http://www.smallarmssurveysudan.org/fileadmin/docs/workingpapers /HSBWP-08-LRA.pdf (diakses pada 03 Februari 2013). United Nation, "United Nation Security Council, Letter Dated 25 June 2012 from the Secretary- General Adressed to The President of the Security Council " http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/2013/375 (diakses pada 16 Maret 2014). Williams, Paul D. “Enhancing Civilian Protection in Peace Operations: Insights from Africa.” The Africa Center for Strategic Studies. 2010. https://www.polity.co.uk/up2/pdf/ACSS_Research_Paper1_Civilian_P rotecti_PKOsSept2010.df (diakses pada 16 Maret 2014). SUMBER LAIN: “African Union Force Steps Up Hunt for Joseph Kony.” http://www.bbc.co.uk/news/world africa-17498382 (diakses tanggal 2 Maret 2013). “African Union Hunts Uganda Rebel Groups.” http://www.aljazeera.com/news/africa/2013/09/2013919145754887151 . ml (diakses tanggal 2 Maret 2013). Borda, Sandra P. “The Internazionalization of Domestic Conflcts: A Comparative Study of Columbia, El Salvador and Guatemala." PhD diss., University of Minnessota, Minnesota, 2009. “Charter of the United Nations.” http://www.un.org/en/documents/charter/chapter6.shtml (diakses pada 26 Desember 2013). “New UN Report Highlights Lord’s Resistance Army Atrocities Against C h i l d r e n . ” http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=42163&Cr=LRA &Cr1 (diakses pada 20 November 2013). “Role of the Security Council in Peacekeeping Operations.” http://www.un.org/en/peacekeeping/operations/rolesc.shtml (diakses pada 6 Januari 2013). “The Lord’s Resistance Army.” http://www.globalsecurity.org/military/world/para/lra.htm (diakses pada 10 November 2013). “The LRA in Congo, CAR, and South Sudan.” www.enoughproject.org/conflicts/lra/congo-car-south-sudan. (diakses pada 20 Januari 2013). TR Gurr. “The Internationalization of Protracted Communal Conflicts since 1945: Which Groups, Where, and How. In The Internationalization of Communal
1586
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 4. No.1
Perluasan Konflik Lord`S Resistance Army Vs Uganda di Republik Demokratik Kongo Tahun 2008–2012
Strife,” ed. MI Midlarsky, London and New York: Routledge. (1993) Saideman SM. “Explaining the International Relations of Secessionist Conflict: Vulnerability versus Ethnic Ties.” International Organization. (1997).
Jurnal Analisis HI, Maret 2015
1587