Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
PERLINDUNGAN HUKUM LAHAN PERTANIAN PRODUKTIF DALAM SWASEMBADA PANGAN 1)
2)
Sri Muryati , Srihadi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, IKIP Veteran Semarang Email :
[email protected] Abstrak Berbagai praktek explorasi lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung lahannya hendaknya dihindari. Penggunaan lahan harus disertai dengan upaya konvervasi yang efektif. Oleh karana itu, untuk menjamin keberlanjutan pengusahaan lahan, dapat dilakukan upaya strategis dalam menghindari degradasi lahan pengendalian pemanfaatan lahan produktif yang diubah menjadi lahan perumahan atau pemukiman. Urgensi penelitian ini, antara lain terjadai perubahan penggunaan lahan di desa gubug yang pesat dan sulit dikendalikan, perubahan penggunaan lahan yang terjadi tidak dapat diketahui seberapa luas untuk tiap unit penggunaan lahan, dan belum ada data komprehensif mengenai intensitas dan frekuensi perubahan penggunaan lahan.Penggunaan lahan merupakan wujud nyata dari pengaruh aktivitas manusia terhadap sebagaian fisik permukaan bumi. Daerah perkotaan dan atau pedesaan mempunyai kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau perkembangannya,karena sering pemanfaatan lahan tidak sesuai dengan peruntukannya danlahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan penggunaan lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, lokasi atau latar penelitian ini adalah desa gubug. Sumber data penelitian ini adalah perangkat desa,tokoh masyarakat dan pengumpulan data menggunakan observasi partisipan,wawancara mendalam dan dokumen. Kata Kunci : perlindungan hukum, hukum swasembada
I. Pendahuluan Saat ini pemerintahan telah menetapkan program ketahanan pangan sebagai prioritas utama dalam kebijakan pembangunan pertanian. Dalam program ini mencakup usaha-usaha untuk meraih kembali swasembada pangan yang pada tahun 1984 berhasil dicapai. Akan tetapi usaha pencapaian swasembada pangan ataupun kecukupan pangan ini dihadapkan masalah semakin merosot kualitas sumberdaya lahan pertanian sehingga mengancam usaha pertanian ke depan. Pembangunan pertanian berkelnjutan harusnyamenjamin kualitas lahan tetap produktif dengan menerapkan upaya konservasi dan rehabilitasi terhadap degrdasi. Kebijakan pembangunan pertanian dewasa ini lebih banyak terfokus kepada usaha yang mendatangkan keuntungan ekonomi jangka pendek dan mengabaikan multifungsi yang berorientasi pada keuntungan jangka panjang dan berkelanjutan sistem usaha tani. Pertanian berkelanjutan, suatu bentuk yang memang harus dikembangkan jika ingin menjadi pewaris yang baik yang yang semata memikirkan kebutuhan sendiri tetapi berpandangan visioner ke depan. Pembangunan pertanian berkelanjutan menyiratkan perlunya pemeunuhan kebutuhan (aspek ekonomi), keadilan antar generasi (aspek sosial) dan pelestarian daya dukung lingkungan lahan (aspek lingkungan), sehingga harus ada keselarasan antara pemenuhan kebutuhan dan pelestarian sumberdaya lahannya . Pembangunan pertanian yang dilaksanakan masa lalu belumlah sepenuhnya MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
107
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
menggunakan tiga aspek pembangunan yang berkelnjutan secara seimbang ,sehingga masih banyak keluarga yang tergolong miskin ,dan terjadi degradasi lahan sehingga mengganggu keberlanjutan pembangunan ekonomi dan sosia. Lahan pertanian yang semakin meningkat akhir-akhir ini merupakan salah satu ancaman terhadap keberlanjutan pertanian. Salah satu pemicu alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan lain adalah rendahnya isentif bagi petani dalam berusaha tani dan tingkat keuntungan berushatani relative rendah. Selain itu ,usaha pertanian dihadapkan pada berbagai masalah yang sulit diprediksi dan mahalnya biaya pengendalian seperti cuaca,hama, dan penyakit lainnya,tidak tersedianya sarana produksi dan pemasaran.Alih fungsi lahan banyak terjadi justru pada lahan pertanian yang mempunyai tinggi menjadai lahan non pertanian. II. Kajian Pustaka A. Perlindungan Hukum Lahan Pertanian Produktif Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, menegaskan bahwa: (1) lahan pertanian merupakan bagian dari bumi sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang bekuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar–besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, (2) Indonesia sebagai Negara agraris perlu menjamin penyediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan sebagai sumber pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dengan mengedepankan prinsip kebersamaan , efisiensi berakeadilan,berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan ,kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, (3) negara menjamin hak atas pangan sebagai hak asasi setiap warga Negara sehingga Negara berkewajiban menjamin menjamin kemandirian ,ketahanan, dan kedaulatan pangan, (4) makan meningkatnya pertambahan penduduk serta perkembangan ekonomi dan industry mengakibatkan terjadinya degradasi, alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian pangan telah mengancam daya dukung wilayah secara nasional dalam menjaga kemandirian ,ketahanan, dan berkedaulatan oangan, (5) sesuai dengan pembahuan agrarian yang berkenaan dengan penataan kembali penguasaan ,pemilikan,penggunaan, dan pemanfaatan sumber daya agrarian perlu perlindungan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan, 6) berdasakan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,,hurufb,hurufc,hurufd dan huruf e perlu membentuk Undang-undang tentang Perlindungan Lahan PertanianPangan Berkelanjuta.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
108
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
B. Swasembada Pangan Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa . Banyak contoh Negara dengan sumber ekonomi cukup memadai tetapi mengalami kehancuran karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya. Sejarah juga menunujukkan bahwa strategi pangan banyak digunakan untuk menguasai pertahanan
musuh. Dengan adanya ketergantungan pangan, suatu
bangsa akan sulit lepas dari cengkraman penjajah/musuh . Dengan demikian upaya untuk mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional bukan hanya dipandang dari sisi untung rugi ekonomi saja tetapi harus disadari sebagai bagian yang mendasar bagi ketahanan nasional yang harus dilindungi. Rendahnya laju peningkatan produksi pangan dan terus menurunnya produksi di Indonesia antara lain disebabkan oleh: (1) produktivitas tanaman pangan yang masih rendah dan terus menurun, (2) peningkatan laus areal penanaman –panen yang stagnan terus menurun khususnya di lahan pertanian pangan produktif di pulau Jawa. Kombinasi kedua foktor di atas memastikan laju pertumbuhan produksi dari tahun ke tahun yang cenderung terus menurun . Untuk mengatasi dua permasalahan teknis yang mendasar tersebut khususnya dalam kerangka program ketahana pangan nasional . Sulitnya melakukan peningkatan produksi pangan nasional antara lain karena pengembangan lahan pertanian pangan baru tidak seimbang dengan konversi lahan pertanian produksi yang berubah menjadi funsi lain sepeti pemukiman. III. Metode Penelitian Penelitian kaulitatif lebih menekankan kepada pemahaman dan makna, berkaitan erat dengan nilai –nilai tertentu, lebih menekankan proses daripada pengukuran, mendeskripsikan ,menafsirkan, dan memberikan makna dan tidak cukup hanya dengan penjelasan belaka, dan memanfaatkan multimetode dalam penelitian. IV. Hasil Penelitian danPembahasan Tanah merupakan tempat menyediakan substrat bagi pertumbuhan tanman. Tanaman selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh manusia dan heawan sebagai salah satu sumber energy. Dalam penyediaan substrat tumbuh bagi tumbuhan ,tanah harus memiliki kandungan hara yang memadai. Sumber nitrogen yang terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tumbuhan, sehingga perlu diberi pupuk yang merupakan sumber mitrogen untuk mempertinggi produksi. Berkurangnya luas lahan pertanian di samping keinginan petani untuk menaikkan produksi agar dapat mencukupi kebutuhan pangan, berakibat diperlukannya pupuk dalam MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
109
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
jumlah besar. Industri pupuk yang didirikan ,biaya pembuatannya tinggi, sehingga harga pupuk cenderung selalu naik. Salah satu penyebab kenaikan harga minyak bumi yang merupakan bahan baku utama dalam industry pupuk. Kenaikan harga minyak bumi dan perkiraan menyusutnya cadangan minyak bumi, mendorong orang untuk mencari pupuk nitrogen alternative, dan rekayasa gen hijau tampaknya dapat member harapan untuk memenuhi kebutuhan pupuk di masa datang. Saat ini pemerintah telah menetapkan program ketahan pangan sebagai prioritas utama dalam kebijakan pembangunan pertanian . Dalam program ini mencakup usahausaha untuk meraih kembali swasembada pangn yang pada tahun 1984 berhasil dicapai. Akan tetapi usaha pencapaian swasembada pangan ataupun kecukupan pangan ini dihadapkan masalah semakin merosotnya kualitas sumberdaya lahan pertanian, sehingga mengancam usaha pertanian ke depan. Tidaklah berlebihan ungkapan bahwa ;bumi ini bukanlan warisan nenek moyang , namun merupakan titipan anak cucu kita mendatang, yang mengandung makna yang mempunyai kewajiban untuk mengelola dan memelihara bumi (lahan) ini dengan sebaikbaiknya. Pada tulisan ini akan sampaikan keprihatinan kondisi yang semakin tergradasi yang mengancam keberlanjutan usaha pertanian
mendatang . Merupakan tanggung
jawab bersama untuk melestarikan lahan agar tetap produktof dan terhindar dari ancaman degrdasi akibat berbagai kegiatan pembagunan yang tidak terkendali dan tidak ramah lingkungan, sehingga nantinya lahan yang akan diwariskan pada anak cucu kita masih mempunyai daya dukung yang optimal. Kondisi yang optimal ini akan menjamin usaha pertanian yang berkelanjutan di masa mendatang. Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam kelangsungan kehidupan manusia karena sumberdaya lahan merupakan input yang diperlukan pada setiap aktivitas manusia. Lahan
sebagai salah satu komponen
sumberdaya alam, dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas (a) komponen structural yang sering disebut karakteristik lahan, dan (b) komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsure-unsur lahan yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan. Lahan pertanian baik sawah maupun lahan kering berfungsi sebagai media budidaya atau sumber produksi hasil-hasil pertanian yang menjadi sumber pendapatan petani. Selain itu lahan juga berfungsi menghasilkan jasa lingkungan yang manfaatnya dapat dinikmati oleh petani dan masyarakat luas. Lahan pertanian ,khususnya sawah memiliki multfungsi. Fungsi lahan pertanian adalah fungsi lahan pertanian baik yang dapat dinilai secara langsung melalui mekanisme pasar dari produksi atau jasa yang
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
110
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
dihasilkan, maupun yang dinilai secara tidak langsung yang bersifat fungsingonal bagi lingkungan berupa. Lahan pertanian di desa gubug
lebih menguntungkan bagi rakyat dari pada
dibangun perumahan dan pabrik, untuk jangka panjang mampu meningkatkan produtivitas dan swasembada pangan sekaligus nilai ekonomi serta kesejahteraan rakyat.. Menurut konsepsi Undang-undng Pokok Agraria (UUPA), maka tanah sebagaimnan halnya dengan bumi air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya yang ada dalam wilaya Republik Indonesia , adalah karunia Allah SWT kepada bangsa Indonesia yang merupakan kekayaan nasional . Hubungan antara bangsa Indonesia dengan tanahnya dimaksud adalah suatu hubungan yang bersifat abadi. Untuk mengelola secara berdaya guna dan berhasil guna, maka tanah begitu juga bumi air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya pada tingkatan tertinggi oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Tujuan yang dikehendaki oleh UUPA adalah untuk memberikan kepada masyarakat/rakyat adanya hak atas tanah dimana dengan hak dimaksud mendpatkan suatu kepastian hukum dan kelayakan hidup. Kondisi yang demikian adalah menginginkan agar setiap orang dapat menikmati haknya secara aman dan cukup dirasakan adil. Hukum tidak bisa dilepaskan dari sejarah manusi , maka sudah sangat jelas bahwa perkembangan dan perubahan hukum tidak lepas dari dinamika social dengan segala kepentingan yang sesungguhnya berada di belakang hukum . Hukum itu sendiri tidak bisa dielakkan selalu berkembang, namun demikian perkembangannya tidak bisa dipastikan berkembang kepada arah-arah tertentu, tetapi yang jelas pada akhirnya ,juga membawa perubahan setelah bersenyawanya dengan bertarungnya berbagai kepentingan yang berada di belakang hukum itu sendiri . Perubahan sangat mendasar, yang harus ditegakkan bahwa dalam cara berhukum tidak saatnya lagi mempertahankan satu standar aliran positivism tetapi harus mempertimbangkan cara berhukum yang diterima oleh komunitas hukum modern,mutkhir dan yang mendunia. V. Kesimpulan Hasil pembahasan tentang perlindungan hukum lahan pertanian produktif dalam uapaya swasembada pangan bahwa lahan pertanian laju pertumbuhan produksi pangan nasional dasal dasa warsa terahir rata-rata cenderung terus menurun, maka perlu mempertahankan lahan pertanian yang subur sebagai upaya
untuk memenuhi
kebutuhan pangan sekaligus swesembada pangan. Untuk mewujudkan swasembada dan kemandirian serta ketahanan pangan dalam satu dasawarsa ke depan.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
111
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Kholiq. 2008. Revitalisasi dan Rekonstruksi Pertanian Sebagai Solusi Minimalitas Pangan di Indonesia. http;//www.yellashakti.files.word press.com. Adiningsih, J.S. 1997. Peranan Efisiensi Penggunaan Pupuk untuk Pelestarikan Swasembada Pangan. Prosiding Simposium Nasional dan Kongres VI Peragi. Perhimpunan Agronomi Indonesia, Jakarta. Adrianto. L, Akhmad Fahruddin, Yudi Wahyudin, 2007. Konsepsi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Modul disampaikan pada kegiatan Pelatihan Teknik dan Metode Pengumpulan Data valuasi Ekonomi. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir & Lautan, IPB. Bogor. Agus F, R.L.Watung, H.Suganda, S.H.Talaohu, Wahyunto, S.Sutono , A. Setyanto, H.Mayrowani, A.R.Nurmanaf dan Kundarto. 2003. Assessment of Environmental Multifuncions of Paddy Farming in Citarum River Basin, West Java, Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. Agus F. dan E. Husen 2005. Tinjauan Umum Multifungsi Pertanian. Seminar Nasional Multifungsi Pertanian dan Ketahanan Pangan. Balai Penelitian Tanah. Badan Litbang Pertanian. Bogor. Andrew Schmitz, Darrell L Hueth, dan E.J.Richard. 1992. Applied Welfare Economics and Public Policy. Prentice Hall, Inc. Atmojo, SW. 2006. Degradasi lahan & ancaman bagi pertanian. Surakarta: Solopos, Selasa Pon, 7 November 2007. Bogdan. R. dan Taylor, S.J. 1993. Kualiiatif, Dasar-Dasar Penelilian, Terjemahan oleh A. Khozin Afandi. Surabaya: Usaha Nasional. Guba, e. G., & Lincoln, Y. S. 1981. Effective Evaluation: Inproving the Esefulness of Evaluation Results Through Responsive and Naturalistic Approaches, San Fransisco: Jossey-Bas Publishers. Hakim, C. 1997. Research Design. London: Routledge. Hutapea J. & Mashar AZ. 2003. Ketahanan Pangan Dan Teknologi Produktivitas Menuju Kemandirian Pertanian Indonesia. Hrrp://www.bto.depnakertrans. go.id/. Miles, m. B., dan Huberman, A. M. 1984. Qualitative Data Analysis. London: Sage Publications Miles. M.B. & Huberman A.M. 1992. Analisis Data Kuuliiaiif. Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta; penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS).
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
112
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
Moleong. L.J. 2005. Melodologi Penefitian Kualiialif Edisi Revisi. Bandung: PT Nasution. S. 2002. Metode Penelitian Naturalistik Kualitafif. Bandung: Penerbit y Tarsito. Sutama, 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D. Surakarta: Fairuz Media. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Wiyono, B.D 2002. Metodologi Pernelitian Kualitatif. Malang: Jurusan Administrasi Pendidikan. Fakultas llmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang. Yin, R. 1984. Case Study Research: Design and Methods. London: Sage Publication.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
113