1
Perkiraan Tinggi Badan Berdasar Panjang Telapak Kaki Pada Populasi Mongoloid Dewasa Di Indonesia Warih Wilianto, Agus M Algozi Dept./Inst. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Unair – RSUD Dr Soetomo Surabaya
Abstrak Pengukuran tinggi badan adalah hal yang rutin pada pemeriksaan di bidang kedokteran forensik sehubungan dengan identifikasi individu. Salah satu potongan tubuh yang suatu saat mungkin menjadi satu satunya yang tersisa di TKP adalah potongan telapak kaki saja, sehingga diperlukan suatu formula untuk memperkirakan tinggi badan berdasarkan ukuran telapak kaki saja. Dilakukan penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional analitik. di Departemen/Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan April - Juni 2010 pada 152 mahasiswa Fakultas Kedokteran terdiri dari 70 pria dan 82 wanita (definitif sampling) Dilakukan pengukuran tinggi badan dan panjang telapak kaki. Didapatkan koefisien korelasi (i) berkisar antara 0,927 - 0,963 dengan SD berkisar 1,9 – 2,6 cm Didapakan rumus penentuan tinggi badan Telapak kaki kanan pria TB = 41 + 5,04 PTK ± 2,5 Telapak kaki kiri pria TB = 45,4 +..4,85 PTK ± 2,6 Telapak kaki kanan wanita TB = 52,4 + 4,46 PTK ± 1,9 Telapak kaki kiri wanita TB = 54,9 + 4,36 PTK ± 1,9 Telapak kaki kanan tanpa memperhitungkan jenis kelamin TB = 33 + 5,33 PTK ± 2,6 Telapak kaki kiri tanpa memperhitungkan jenis kelamin TB = 37,2 + 5,15 PTK ± 2,4 Tanpa memperhitungkan jenis kelamin dan posisi kaki TB = 35,2 + 5,24 PTK ± 2,4 Kata Kunci: Tinggi badan, Panjang telapak kaki
PENDAHULUAN Pengukuran tinggi badan adalah hal yang rutin pada pemeriksaan di bidang kedokteran forensik sehubungan dengan identifikasi individu. Pada korban hidup, tinggi badan dapat diukur langsung. Pada korban mati, tinggi badan dapat diperkirakan dari ukuran panjang badan. Jika barang bukti yang diperiksa hanya tinggal kerangka, maka tinggi badan dapat diperkirakan dengan menggunakan formula perkiraan tinggi badan berdasar tulang-tulang panjang. Jika yang ditemukan hanya potongan tubuh, pada kasus ledakan bom misalnya, maka dari potongan tubuh itu dengan formula tertentu dapat pula diperkirakan tinggi badan pemilik potongan tubuh itu. Salah satu potongan tubuh yang suatu saat mungkin menjadi satu satunya yang tersisa di TKP adalah potongan telapak kaki saja, sehingga diperlukan suatu formula untuk memperkirakan tinggi badan berdasarkan ukuran telapak kaki saja.
Formula ini penting di bidang kedokteran forensik jika ditemukan potongan kaki saja di TKP pada beberapa kasus misalnya: - Kasus mutilasi yang hanya menemukan potongan telapak kaki saja, atau ditemukan telapak kaki dan potongan tubuh lain yang diragukan atau tidak dapat dipastikan merupakan potongan dari satu tubuh sedemikian hingga diperlukan perkiraan tinggi badan yang diukur dari kedua potongan tubuh tersebut. - Kasus ledakan bom yang memisahkan tubuh korban menjadi beberapa bagian. Formula ini berguna juga pada kasus yang lebih rumit misalnya: di TKP hanya ditemukan jejak telapak kaki yang diduga diduga milik pelaku. Pada kasus ini perlu formula antara untuk melakukan konversi dari ukuran jejak telapak kaki menjadi ukuran telapak kaki. Beberapa penelitian tentang perkiraan tinggi badan berdasar panjang telapak kaki mendapat hasil yang bermakna. Ratishauser (1968) pertama kali melakukan penelitian
Majalah Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 12 No. 4, Oktober – Desember 2010
2 perkiraan tinggi badan berdasar ukuran telapak kaki pada populasi anak usia di bawah 6 tahun di Afrika. Davis (1990) meneliti perbandingan panjang kaki dengan tinggi badan pada ras AfrikaAmerika dan ras Kaukasia-Amerika. Ozden (2005) meneliti pada pupulasi berUsia di atas 19 tahun di Turki. Rohren (2006) meneliti pada populasi berUsia di atas 18 tahun di Nebraska, Patel (2007) melakukan penelitian pada populasi mahasiswa kedokteran berusia 20 – 23 tahun di Bhavnagar India, Bhavna, (2007) melakukan penelitian pada populasi berUsia 20 – 40 tahun di New Dehli India, Ilayperuma (2008) melakukan penelitian pada populasi mahasiswa kedokteran berUsia 17 – 22 tahun di Srilangka. Hasil penelitian membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara panjang telapak kaki dangan tinggi badan. Formula yang dihasilkan dari penelitian-penelitian tersebut bervariasi padahal metode penelitian dan cara penghitungan statistik yang dilakukan sama, sehingga sampai saat ini belum ada formula yang dapat digunakan secara universal, Oleh karena itu perlu dicari formula yang sesuai dengan populasi yang ada di Indonesia. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan antara panjang telapak kaki populasi orang dewasa ras Mongoloid di Indonesia dengan tinggi badan, mencari panjang telapak kaki ratarata dan tinggi badan rata-rata populasi orang dewasa ras Mongoloid di Indonesia, dan enentukan formula untuk memperkirakan tinggi badan orang dewasa ras Mongoloid di Indonesia berdasar panjang telapak kaki Penelitian ini merupakan sumbangan data untuk penyusunan database antropometri populasi orang di Indonesia tahun 2010.
bulan April – Juni 2010 yang memenuhi kriteria terdiri dari 70 pria dan 82 wanita Panjang telapak kaki diukur dengan osteometrik board dengan ketelitian hingga 0,1 sentimeter. Panjang telapak kaki diukur dari ujung belakang tumit hingga ujung ibu jari kaki. Jika jari kaki kedua lebih panjang dari ibu jari kaki maka panjang telapak kaki diukur dari ujung belakang tumit hingga ujung jari kaki kedua. Panjang telapak kaki diukur pada posisi tubuh duduk dan meletakkan telapak kaki pada osteometrik board dengan jari menghadap pembatas osteometrik, pembatas osteometrik digeser hingga menyentuh ujung ibu jari kaki atau ujung jari kaki kedua jika jari kaki kedua lebih panjang dari ibu jari kaki. Pengukuran panjang telapak kaki dan tinggi badan subyek penelitian yang dilakukan selama beberapa hari dibatasi hanya pada siang hari pukul 10.00 hingga 12.00 WIB. Penghitungan statistik dilakukan menggunakan piranti lunak program statistik SPSS 11,5. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian dijabarkan dalam tabel 1 dan 2. Tabel 1. Data Deskriptif Subyek Penelitian RataVariabel N Max Min. rata
SD
Usia pria (tahun)
70
26
20
22,6
1,2
Usia wanita (tahun)
82
26
20
22,7
1,2
TB pria (cm.)
70
183
155,4
168,9
6,2
TB wanita (cm.)
82
166, 5
143,5
155,4
5,1
PTK ka pria (cm)
70
22,6
25,4
1,1
23
25,4
1,2
20,6
23,1
1,1
20,7
23
1.1
20,6
24,1
1,6
20,7
24,1
1,6
20,6
24,1
1,6
28,2 PTK ki pria (cm.)
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional analitik. Penelitian dilakukan di Departemen/Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian dilakukan selama tiga bulan mulai bulan April sampai dengan bulan Juni 2010. Subyek penelitian adalah 152 mahasiswa fakultas kedokteran yang menjalani kepaniteraan klinik di Departement/Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga - RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada
70 28
PTK ka wanita (cm)
82 25,2
PTK ki wanita (cm.)
82 25,9
PTK ka (cm.)
152 28,2
PTK ki (cm.)
152 28
PTK (cm.)
304 28,2
Ket: PTK = Panjang Telapak Kaki N = Jumlah subyek penelitian Maks. = Nilai tertinggi dari variabel Min. = Nilai terendah dari variabel SD = Estándar Deviasi / Simpangan Baku Ka = kanan
Majalah Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 12 No. 4, Oktober – Desember 2010
3 Ki
= kiri
Tabel 2: Analisis statistik subyek penelitian Variabel
N
r
R Square
α
Formula Regresi
SD
70 PTK ka pria
70
PTK ki pria
82
PTK ka wanita PTK ki wanita PTK ka PTK ki PTK
Ket: N R α TB PTK SD Ka Ki
82 15 2 15 2 30 4
0,963
0,837
0,01 TB = 41 + 5,04 PTK
0,962
0,829
0,01 TB = 45,4 + 4,85 PTK
0,931
0,866
0,01 TB = 52,4 + 4,46 PTK
0,927
0,859
0,01 TB = 54,9 + 4,36 PTK
0,963
0,927
0,01
0,962
0,925
0,01 TB = 37,2 + 5,15 PTK
0,962
0,926
0,01 TB = 35,2 + 5,24 PTK
TB = 33 + 5,33 PTK
2,5 2,6 1,9 1,9 2,4 2,4 2,4
= Jumlah Subyek penelitian = Koefisien korelasi = derajat kepercayaan untuk 2 ekor (two tail) = Tingggi Badan = Panjang Telapak Kaki = Standar Deviasi = kanan = kiri
PEMBAHASAN Mahasiswa fakultas kedokteran yang menjalani kepaniteraan klinik di Departement/Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga - RSUD Dr. Soetomo Surabaya berasal dari 4 fakultas kedokteran di Jawa Timur, dengan mahasiswa yang berasal dari bermacam-macam daerah, karena itu mereka dianggap oleh peneliti sebagai miniatur dari populasi orang dewasa Indonesia. Hal tersebut mendasari pengambilam subyek penelitian secara definitif (subyek penelitian ditentukan secara langsung oleh peneliti) karena populasi subyek penelitian cukup homogen. Kriteria subyek penelitian dipilih ras Mongoloid karena ras ini yang terbanyak ada di Indonesia, meliputi misalnya (varisi suku yang ada pada subyek penelitian): suku Jawa, Banjar, Bali, Cina, Sunda, Batak dan percampuran dari suku suku tersebut. Peneliti melakukan eksklusi subyek penelitian pada mahasiswa keturunan Arab, mahasiswa dari Papua dan mahasiswa tugas belajar dari Timor Leste. Pengukuran subyek penelitian dilakukan hanya pada siang hari dibatasi pukul 10.00 hingga pukul 12.00 untuk menghindari kelelahan peneliti
yang dapat menyebabkan bertambahnya faktor kesalahan peneliti waktu mengukur subyek penelitian. Dari tabel 2 didapatkan bahwa; rata-rata usia subyek penelitian untuk pria adalah 22,6 ± 1,2 tahun, untuk wanita adalah 22,7 ± 1,2 tahun. Jadi rata-rata usia subyek penelitian adalah sama. Rata-rata tinggi badan pria adalah 168,9 ± 6,2 cm, rata-rata tinggi badan wanita adalah 155,4 ± 5,1 cm. Jadi rata-rata subyek penelitian pria lebih tinggi 13,5 ± 6,2 cm dari subyek penelitian wanita. Rata-rata panjang telapak kaki kanan pria adalah 25,4 ± 1,1 cm, rata-rata panjang talapak kaki kiri pria adalah 25,4 ± 1,2 cm. Tidak ada perbedaan antara panjang rata-rata telapak kaki kanan pria dan panjang rata-rata telapak kaki kiri pria, namun ukuran rata-rata telapak kaki kiri lebih variatif panjangnya karena stándar deviasinya lebih besar. Rata-rata panjang telapak kaki kanan wanita adalah 23,1 ± 1,1 cm, rata-rata panjang talapak kaki kiri wanita adalah 23 ± 1,2 cm. Ada perbedaan antara panjang rata-rata telapak kaki kanan wanita dan panjang telapak kaki kiri wanita, meskipun sedikit, ukuran rata-rata telapak kaki kanan wanita lebih panjang dibanding ukuran telapak kaki kiri wanita, akan tetapi panjang telapak kaki kiri wanita lebih variatif karena santar deviasinya lebih besar. Jika tidak memperhatikan jenis kelamin, ternyata panjang rata-rata telapak kaki kanan maupun kiri adalah sama yaitu 24,1 ± 1,6 cm. Hasil ini bahkan sama dengan panjang rata-rata telapak kaki jika tidak memperhatikan jenis kelamin dan posisi kaki. Didapatkan bahwa ukuran rata-rata telapak kaki kanan pria lebih panjang 2,3 ± 1,1 cm. dibanding ukuran rata-rata telapak kaki kanan wanita. Ukuran rata-rata telapak kaki kiri pria lebih panjang 2,4 ± 1,2 cm. dibanding ukuran rata-rata telapak kaki kiri wanita. Perbedaan ukuran panjang rata-rata telapak kaki pria dan wanita ini lazim dalam bahasan antropologi ragawi, karena memang secara umum ukuran tubuh laki laki lebih besar dari ukuran tubuh perempuan. Beberapa variasi lazim mungkin didapatkan, misalnya penelitian Davis (1990) menemukan bahwa ukuran telapak kaki wanita pada populasi suku Najavo di benua Amerika lebih panjang dari telapak kaki pria. Pada semua hubungan antar variabel yang diuji didapatkan nilai ( r ) = 0,927 – 0,963 dan nilai p = 0.000. Berarti pada semua variabel yang
Majalah Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 12 No. 4, Oktober – Desember 2010
4 dihubungkan terdapat korelasi yang sangat kuat. Dengan demikian maka telah terbukti hipótesis penelitian ini bahwa: “Ada hubungan antara panjang telapak kaki populasi orang dewasa di Indonesia dengan tinggi badan” Nilai R Square pada tabel model summary mempunyai arti seberapa jauh formula yang dihasilkan mampu menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti. Semakin nilai R Square mendekati 1 maka formula semakin mampu menjelaskan hubungan antar variabel. Pada penelitian ini didapatkan didapatkan R Square bervariasi antara variabel variabel yang dihubungkan dengan tinggi badan, berkisar antara 0,829 hingga 0,963. Nilai ini berarti 82-96% fenomena ukuran tinggi badan dapat dijelaskan melalui panjang telapak kaki, sedangkan sisanya 4 – 18% merupakan residu yang dipengaruhi oleh faktor lain (variabel lain yang tidak diteliti). Formula-formula yang dihasilkan dari penelitian ini memiliki standar deviasi/simpangan baku yang relatif kecil atau kurang lebih sama dengan standar deviasi formula-formula sejenis pada penelitian sebelumnya di luar negeri, karena itu formula ini bisa dijadikan formula pilihan untuk populasi dewasa Mongoloid di Indonesia Secara keseluruhan, penelitian ini mendapatkan hubungan yang sangat bermakna antara panjang telapak kaki dengan tinggi badan. Hal karena penyusun panjang telapak kaki sebagian besar adalah tulang-tulang panjang yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tulang-tulang panjang penyusun tinggi badan, sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika telapak kaki bertambah panjang, maka tubuh juga bertambah tinggi, begitu juga sebaliknya. KESIMPULAN
Didapatkan hubungan sangat kuat antara panjang telapak kaki dengan tinggi badan untuk populasi Mongoloid dewasa di Indonesia. Perlu dilakukan penelitian sejenis untuk variabel variabel antropometrik lain dalam suatu pohon penelitian yang besar.
Bhavna, SN. (2007). Estimation of Stature on The Basis of Measurements of The Lower Limb. Anthropologist, Vol. Special, No. 3, hal. 219-222. Dahlan, SM (2008) Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika, Jakarta Davis, KT., (1990). The Foot Length to Stature Ratio: A Study of Racial Variance. A Thesis in Anthropology Submitted to The Graduate Faculty of Texas Tech University in Partial Fulfillment of The Requirements For The Degree of Master of Arts. Departemen Kesehatan. (2007). Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Ri. Jakarta Fisher, BAJ. (2004). Techniques of Crime Scene Investigation 7th ed. CRC Press, Boca Raton New York Washington DC. Glinka, J (1990). Antropometri & Antroposkopi. ed. 3. Fisip Universitas Airlangga Surabaya. Hall, Judith G (2007). Handbook of Physical Measurements, Second Edition. Oxford University Press, New York. Ilayperuma, I., et al. (2008). A Model for Reconstruction of Personal Stature Based on The Measurements of Foot Length. Galle Medical Journal, Vol 13: No. 1, September, hal. 6 – 9. Ozden, H., et al. (2005). Stature and Sex Estimate Using Foot and Shoe Dimensions. Journal of Forensic Science International Vol. 147 hal. 181–184. Patel SM. (2007). Estimation of Height from Measurements of Foot Lengthin Gujarat Region. Journal Anatomi Sociology India. Vol 56, hal. 25 – 27. Rohren BMA. (2006). Estimation of Stature from Foot and Shoe Length: Applications in Forensic Science. Department of Forensic Science Wesleyan University. Nebraska. Rutishauser IHE. (1968). Prediction of Height from Foot Length: Use of Measurement in Field Surveys. Journal of Arch. Disease of Childh., Vol. 43, hal 310 – 313 White, TD. (1991). Human Osteology. Academic Press. San Diego, California
DAFTAR PUSTAKA
Majalah Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 12 No. 4, Oktober – Desember 2010