Perkembangan Taksi di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya oleh Primkopal (1964-2011)
Indah Tri Wulansari Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] Abstract: Taxis are an important means of transportation for the moment. Especially in the airport area, taxis are a fairly prestigious airport facilities for passengers. In the first time development of heathrow airport was a military-based airfield controlled by the Navy Juanda Surabaya airport, and then it became to civilian enclave airport. So there was a provision of civil airports in the Navy military airfield Juanda. With the increasing of civil aviation activities, Juanda Primkopal as military cooperative appointed by the PT Angkasa Pura as the operator that manages the airport taxi cab Prima and Wing. The excistence of airport taxi in 1964-2011 which is the background of this research. The research used historical methods. The historical research methods consisted of five steps: first, the selection of topics; second, heuristic; third, verification; fourth interpretation; fifth, historiography. These result indicate that presence of Juanda Surabaya international airport in 1964-2011 give a fairly important contribution in development of existence of airport taxi. The development of the airport taxi from 1964-2011 has a fairly important role for the passengers activity at Juanda Surabaya airport taxi simultaneously. Changes that occur after the airport taxi is managed by Primkopal in 19792011, more orderly management, as well as providing more improved services from year to year. Although many important issues of taxi development, airport taxi remains a very important contribution to the continuous supply of taxi services transportation facilities. An indications of the military business also contributed to the development of the existence of Juanda Surabaya airport taxi. Keywords: Development, Airport Taxi, Juanda Airport, Primkopal Dengan melihat adanya mobilitas dan semakin canggihnya sistem teknologi transportasi maka pada perkembangannya, transportasi udara menjadi suatu pilihan untuk menjadikan segala aktivitas manusia menjadi lebih efisien dan fleksibel. Bandara yang substansinya merupakan perluasan fungsi pelabuhan (bandar) yang dapat didarati oleh pesawat udara (airport). Transportasi udara menyebabkan terjadinya percepatan integrasi suatu wilayah ke dalam suatu bentuk perekonomian yang lebih maju dan ekspansif (Bustami, 2011:9-10). Adanya taksi bandara sebagai salah satu jasa pelayanan penunjang kegiatan penerbangan
1
2
merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dikelola PT Angkasa Pura I selaku pengelola bandara sebagai suatu kegiatan komersial. Kewenangan PT Angkasa Pura I untuk mengelola bandar udara dan jasa-jasa penunjangnya tersirat dalam Pasal 31 UU No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, yang menyatakan bahwa penyelenggaraan bandar udara untuk umum dan navigasi penerbangan dilakukan oleh pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pratama, 2009:2). Dipilihnya tahun 1964, karena pada tahun tersebut diresmikannya Juanda sebagai pangkalan udara militer milik TNI AL yang memiliki keterkaitan khusus dengan keberadaan taksi bandara yang pada awalnya dalam bentuk sebuah paguyuban taksi. Dan pada perkembangan selanjutnya pada tahun 1979 dibentuklah suatu koperasi milik TNI AL yang mengelola segala fasilitas untuk memenuhi kebutuhan di sekitar bandara, salah satunya juga mengelola usaha pertaksian di bandara Juanda, yakni taksi Prima dan taksi Wing yang melayani para penumpang pesawat dari Juanda. Pada penelitian terdahulu dari Asep Sanna yang berjudul “Pesekongkolan Tender oleh Taksi Prima Juanda dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999” serta Nonih Rimadewi “Indikasi Adanya Monopoli dalam Penyediaan Jasa Taksi di Bandara Internasional Juanda oleh Primer Koperasi TNI AL (Primkopal)” memaparkan tentang adanya indikasi monopoli taksi di bandara Juanda Surabaya serta adanya usaha tentang persengkongkolan tender oleh Primkopal, semua jenis penelitian di atas hanya melihatnya dari sisi hukum. Kemudian hasil penelitian dari Faizah Hayati yang berjudul “Dari Pangkalan Udara Militer hingga Bandar Udara Sipil: Perkembangan Fungsi Lapangan Udara Abdulrachman Saleh Malang (1952-2011)” hanya meninjau dari segi perkembangan bandara yang berpidah dari militer ke badara sipil. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti
mengulasnya
dengan sudut padang lain, yakni melihat dari sisi historisnya yang berhubungan dengan masalah bisnis militer di kalangan TNI AL Juanda. Dengan begitu peneliti berusaha untuk mengulas lebih lanjut dan melihat seberapa penting keberadaan taksi bandara ini. Melihat latar belakang permasalahannya peneliti membaginya ke dalam tiga rumusan masalah yaitu: 1) bagaimanakah perkembangan bandar udara Juanda tahun 1964-2011?, 2) Apakah faktor yang melatar belakangi
3
kemunculan dari taksi bandara pada tahun 1964-1979?, 3) Bagaimanakah perubahan yang terjadi ketika pengelolaan taksi bandara di bawah Primkopal tahun 1964-2011?. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan bandar udara internasional Juanda Surabaya dari tahun 1964-2011, 2) Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang melatar belakangi munculnya taksi di bandara Juanda Surabaya pada tahun 1964-1979, 3) Untuk mendeskripsikan berbagai perubahan yang terjadi ketika pengelolaan taksi bandara di bawah Primkopal tahun 1964-2011. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah terdiri dari lima tahap yaitu 1) pemilihan topik, 2) heuristik, 3) verifikasi, 4) interpretasi, 5) historiografi. METODE Penelitian yang dilakukan selama kurang lebih satu tahun di Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan dan metode penelitian sejarah. Jenis penelitian ini diterapkan pada saat melakukan penelitian lapangan dalam menggali dokumen dan arsip. Analisis dokumen dan arsip dilakukan dengan tujuan untuk menggali keabsahan data primer pada sumber terwawancara (secara sejarah lisan). Selain itu juga metode ini lebih menekankan proses daripada produk, sesuai dengan penelitian yang peneliti bahas dengan menggunakan proses waktu yang lama dalam penelitiannya, terhitung sejak tanggal 29 Juni 2011 peneliti melakukan penelitian pertama. Dalam pemilihan topik dikatakan bahwa taksi pada awal perkembangan bandara merupakan alat transportasi yang sangat vital dan satu-satunya penghubung antara bandara dengan konsumen. Sehingga peneliti memilih topik tentang “Perkembangan Taksi di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya oleh Primkopal (1964-2011)”, terjadi dalam ruang yang terbatas. Hal yang menarik dalam topik ini yaitu bagaimana pengaturan pengelolaan taksi yang dilakukan oleh pihak TNI Angkatan Laut (Primkopal) beserta permasalahannya. Pengumpulan sumber ini dilakukan di beberapa tempat, sebelum peneliti terjun langsung ke tempat-tempat yang berkaitan dengan data-data penelitian, peneliti terlebih dahulu membaca berbagai artikel online serta situs-situs resmi dari Departemen Perhubungan mengenai masalah bandara Juanda Surabaya. Setelah
4
membaca berbagai artikel, peneliti mengurutkan periode-periode penting yang akan dikaitkan dengan pencarian data penelitian. Khusus arsip baik itu laporan, surat-surat resmi, keputusan pemerintah dilakukan di kantor ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) dan kantor Arsip Daerah di Surabaya (kantor arsip Jagir Wonokromo). Pengumpulan berbagai laporan-laporan tahunan yang berada di kantor Primkopal. Sementara sumber buku yang bersifat kepustakaan diperoleh dari perpustakaan Universitas Negeri Malang dan Universitas Airlangga Surabaya. Dalam penelitian ini peneliti tidak perlu melakukan kritik eksternal karena keterbatasan peneliti, salah satunya adalah sumber arsip yang begitu rapuh dan sudah begitu lama dan biasanya oleh petugas hal dilarang, peneliti hanya mendapatkan salinan dari arsip yang asli. Peneliti melakukan kritik internal, karena dalam kritik internal peneliti hanya melihat keaslian substansi isi serta bentuk penulisan pada setiap data arsip. Misalnya saja data arsip tahun 1960, penulisannya akan terlihat menggunakan ejaan lama, jika dalam arsip tersebut tidak menggunakan ejaan lama maka substansi penulisan jelas-jelas melenceng dengan tahun yang diterbitkan. Pada tahapan ini, penulis dihadapkan dengan interpretasi yang cukup rawan, karena penulis tidak memiliki kedekatan emosional dengan daerah penelitian, otomatis gaya penulisan juga lebih menganalisis serta mensintesiskan hasil temuan dengan data-data yang sudah peneliti peroleh. Peneliti hanya menggunakan kedekatan intelektual saja dengan banyak membaca tentang literatur yang berhubungan dengan bandara Juanda. Serta sering melakukan pendekatan secara langsung di lokasi penelitian, untuk mendapatkan gambaran yang nyata dan lebih obyektif dari hasil penelitian ini. Meskipun ini bukan merupakan sebuah historiografi Indonesia murni, tapi peneliti ingin memberikan wacana baru tentang historiografi kegiatan ekonomi bandara dengan kronologi waktu dari tahun 1964-2011. Dari kronologi tersebut dapat dibagi menjadi tahun 1964-2006, 1964-1979 dan 1964-2011. Melihat periodesasi tersebut, maka penelitian ini berusaha untuk menjabarkan latar belakang dari perkembangan bandara Juanda dari tahun 1964-2011. Kemudian pada periode 1964-1979, merupakan periode yang pendek karena dalam periode tersebut hanya menjabarkan tentang faktor kemunculan dari usaha taksi bandara, dari bentuk paguyuban sampai dikelola oleh Primkopal. Sedangkan pada periode selanjutnya
5
dijabarkan lebih panjang lagi yakni tahun 1964-2011. Dalam periodesasi ini dibagi berdasarkan pengelolaan dari Primkopal Juanda, tahun 1964-1979, 19791987, 1987-1990, 1990-2006, 2006-2011. Di mana dalam periode tersebut akan dijelaskan mengenai keberadaan taksi yang dikelola oleh Primkopal, serta perkembangan dari usaha bisnis militer itu sendiri.
HASIL DAN PEMBAHASAN Taksi bandara merupakan suatu bentuk sarana fasilitas transportasi yang disediakan oleh pihak pengelola bandara untuk memberikan pelayanan untuk para penumpang pesawat. Kemunculan dari taksi bandara bukan saja memberikan berbagai pelayanan untuk para penumpang yang turun dari pesawat, melainkan juga ada suatu indikasi dari pihak TNI AL Juanda untuk melakukan aktivitas bisnis di lingkungan militer Juanda Surabaya. Analisis ini peneliti kemukakan karena usaha yang dilakukan oleh pihak TNI AL dari tahun 1964 tidak sematamata hanya menyediakan jasa pelayanan angkutan taksi. Melainkan juga ada suatu usaha bisnis untuk mengembangkannya ke arah yang lebih besar lagi. Analisis berikutnya adalah adanya usaha dari pihak TNI AL untuk benar-benar mematenkan usaha taksi bandara. Pada awalnya taksi bandara memang belum dikelola oleh pihak Primkopal, taksi bandara yang masih berbentuk paguyuban inilah yang merupakan cikal-bakal dari pengelolaan oleh Primkopal yang sebenarnya. Tahun 1964 yang masih berupa usaha bisnis sederhana, yang kemudian berubah menjadi usaha bisnis yang sebenarnya pada tahun 1979-2011, dimana pada tahun 1979 merupakan awal dibentuknya Primkopal dan memasukkan usaha taksi dalam koperasi ini. Analisis ini merujuk pada suatu buku yang berjudul “Praktek-Praktek Bisnis Militer Pengalaman Indonesia, Burma, Filipina, dan Korea Selatan”. Usaha yang dilakukan oleh Primkopal ini, tidak semata-mata hanya untuk pemenuhan terhadap kebutuhan akan pasar. Salah satu alasan yang paling klasikal adalah masalah akan kebutuhan pemenuhan anggaran yang minim. Karena kondisi keuangan negara yang tidak stabil inilah membuat sejumlah kalangan TNI melakukan bisnis militer. Salah satunya dalam lingkup TNI AL Juanda Surabaya ini. Badan usaha yang berbentuk koperasi ini masih diperlukan selama pemerintah belum dapat memberikan kesejahteraan terhadap
6
prajurit. Analisis ini berkaitan erat dengan pernyataan dari Effendi dalam buku “Profesionalisme Militer: Profesionalisasi TNI” mengatakan bahwa kesejahteraan para prajurit TNI memang masih belum terpenuhi oleh negara, dikarenakan anggaran negara yang begitu minim untuk kalangan prajurit TNI. Kesejahteraan prajurit TNI sangat berbeda dengan kesejahteraan prajurit di negara-negara Asean, dimana mereka sudah diberi gaji yang memadai. Apabila kesejahteraan prajurit TNI ini terpenuhi, diperkirakan tidak akan ada aktivitas prajurit TNI dalam bidang bisnis dan juga dengan sendirinya yayasan akan tidak ada lagi, karena TNI menyadari bahwa tugas mereka adalah menjaga keamanan NKRI bukan bisnis (Effendi, 2008:318). Hasil penelitian terdahulu dari Asep Sanna tentang “Persekongkolan Tender oleh Taksi Prima Juanda dalam Perspektif UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999” dan penelitian dari Nonih Rimadewi tentang “Indikasi Adanya Monopoli dalam Penyediaan Jasa Taksi di Bandara Internasional Juanda oleh Primer Koperasi TNI AL” peneliti membandingkan dari hasil temuan peneliti sendiri yakni mengenai masalah bisnis militer di dalam TNI AL Juanda Surabaya khususnya dalam penyediaan jasa angkutan taksi untuk penumpang pesawat. Sedangkan perbedaan dari kedua penelitian tersebut adalah, bahwa penelitian terdahulu hanya mengacu pada undang-undang mengenai praktek monopoli dan hanya sebatas kajian-kajian hukum mengingat latar belakang dari peneliti yang berbeda. Selain itu juga hasil temuan dari Faizah Hayati “Dari Pangkalan Udara Militer hingga Bandar Udara Sipil: Perkembangan Fungsi Lapangan Udara Abdulrachman Saleh Malang (1952-2011)” menjelaskan tentang bagaimana perkembangan pangkalan udara Abdulrachman Saleh dan juga bagaimana proses perkembangan fungsi dari lapangan terbang yang awalnya hanya digunakan untuk operasi penerbangan militer hingga difungsikan juga untuk penerbangan sipil. Untuk meningkatkan kualitas personil dan persenjataan dari TNI AU dengan melakukan reformasi salah satunya adalah dengan memperluas fungsi lapangan terbang menjadi bandara sipil dengan legitimasi. Peneliti menganalisis bahwa bisnis yang dibalut dalam koperasi ini, sebenarnya juga memiliki satu kepentingan yakni masih ingin mempertahankan aset pribadi milik TNI AL yaitu bandara Juanda. Oleh sebab itu pihak Primkopal selalu bersikeras untuk tetap mempertahankan usaha bisnis taksi ini, dengan dalih bahwa
7
keamanan dan ketertiban bandara menjadi hal yang utama demi kenyamanan dari penumpang. Temuan berikutnya adalah sikap terbuka dari Primkopal. Latar belakang dari Primkopal yang berbasis militer, biasanya sangat sulit untuk diakses apalagi yang berhubungan dengan masalah bisnis tetapi kenyataannya Primkopal lebih terbuka terhadap perubahan yang terjadi dengan mau menerima teguran dari berbagai pihak salah satunya adalah teguran dari pihak KPPU, yang melarang Primkopal melakukan usaha monopoli. Selain itu juga keterbukaan yang lainnya ditandai dengan transparansinya aliran pendapatan dan pengeluaran dari setiap tahunnya dan dibukukan dalam bentuk LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) tahunan. Singkat kata, hasil temuan dari penelitian ini yang berjudul “Perkembangan Taksi di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya oleh Primkopal (1964-2011)” adanya usaha-usaha TNI AL dengan mempertahankan aset milik pribadi (bandara) dengan cara melakukan usaha yakni menyediakan jasa angkutan taksi oleh Primkopal milik TNI AL Juanda Surabaya.
PENUTUP Kesimpulan Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam tubuh Primkopal semenjak reformasi. Hal ini dapat peneliti analisis bahwa pada tahun-tahun sebelum reformasi, khusunya pada rezim Soeharto banyak bisnis-bisnis dari TNI yang tidak dapat diakses. Baru setelah rezim ini jatuh pada tahun 1998, banyak bisnis TNI yang dapat diakses keberadaannya. Salah satunya bisnis koperasi dari TNI AL Juanda ini. Permasalahan yang terkait dengan monopoli taksi, yang lazim dijumpai di bandara-bandara bekas militer maupun bandara yang berbentuk enclave sipil. Bisnis-bisnis yang berbau monopoli TNI sangat mudah untuk diruntuhkan, salah satunya terkait dengan masalah bisnis taksi yang ada di Juanda Surabaya. Sejak dibangunnya bandara baru ada tahun 2006, bisnis ini menuai berbagai kritikan dari dunia luar salah satunya kritikan dari pihak KPPU. Sebagai badan pengawas yang mengawasi berbagai bidang usaha, KPPU merasa bahwa bandara Juanda harus mau menerima berbagai keberadaan taksi lain selain yang dikelola oleh pihak Primkopal Juanda. Saran
8
Saran untuk pengelola taksi bandara, mempertahankan yang sudah ada memang lebih baik dibandingkan jika menambah jumlah armada taksi. Karena memang jumlah taksi yang ada di bandara sudah memenuhi standar pelayanan yang cukup baik. Untuk taksi bandara sebaiknya tidak hanya mencari keuntungan semata melainkan juga berbagai aspek perlu dikaji ulang salah satunya adalah terus meningkatkan fasilitas jasa pelayanan taksi. Untuk pihak Primkopal, lebih meningkatkan profesionalisme kerja dalam peningkatan jasa pelayanan kepada anggota maupun non anggota selain itu juga lebih bersikap terbuka dengan pelaku usaha lain, lebih tepatnya berbagi lahan pekerjaan untuk sama-sama mendapatkan keuntungan namun tetap menjalankan peraturan yang telah ditetapkan oleh pengelola bandara. Sedangkan untuk pihak PT Angkasa Pura I, lebih bijak dalam mengambil sebuah keputusan agar tidak terjadi konflik dengan pihak-pihak yang merasa dirugikan dalam menjalin sebuah kerja sama. DAFTAR RUJUKAN Bustami, A.L. 2011. Aeropetropolis. Komunikasi. Tahun 33 Nomor 275 JuliAgustus 2011, hal. 9-10. Effendy, M. 2008. Profesionalisme Militer: Profesionalisasi TNI. Malang: UMM Press. Hayati, F. 2012. Dari Pangkalan Udara Militer hingga Bandar Udara Sipil: Perkembangan Fungsi Lapangan Udara Abdulrachman Saleh Malang (19522011). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Pratama, B.W. 2009. Praktek Monopoli dalam Pelayanan Taksi Bandara di Seluruh Indonesia Indonesia (Studi Kasus: Bandara Hang Nadim). Jurnal Persaingan Usaha: Jurnal Komisi Pengawas Pesaingan Usaha. Edisi 1, Tahun 2009, hal. 2. Rimadewi, N. 2008. Indikasi Adanya Monopoli Dalam Penyediaan Jasa Taksi Di Bandara Internasional Juanda Oleh Primer Koperasi TNI AL (PRIMKOPAL). Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Sanna, A. 2008. Persekongkolan Tender Oleh Taksi Prima Juanda Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Yunanto, S., Nurhasim, M., Noorsalim, M., & Maharani, C. 2003. Struktur Bisnis TNI: Kapan Akan Berakhir?. Dalam M. Nurhasim (Ed.), Praktek-Praktek Bisnis Militer Pengalaman Indonesia, Burma, Filiphina, dan Korea Selatan (hlm. 1-76). Jakarta: The Ridep Institute.