PERKEMBANGAN PENGINDEKSAN SUBYEK
1.
Pengindeksan konsep Assignment indexing
Bahasa indeks Indexing language (Controlled vocabulary atau kosakata terkendali
2.
Pengindeksan pralaras Pre-coordinated indexing
Pengindeksan kata Derivative indexing Bahasa alami Natural language (Kosakata bebas, kata kunci atau keywords)
Pengindeksan pascalaras Post-coordinated indexing
Skema di atas menunjukkan perkembangan yang telah terjadi dalam bidang pengindeksan subyek. Di kolom kiri tercantum metode pengindeksan (no. 1 dan 2) dan sarana yang dulu lazim digunakan, sedangkan sebelah kanan metode dan sarana yang lebih mutakhir. Semua metode dan sarana di atas hingga kini masih dipakai, termasuk yang lama. Pilihan metode dan sarana tergantung dari situasi dan kondisi lembaga informasi atau perpustakaan, dan fungsi serta format indeks yang sedang dibuat. Indeks yang tercetak misalnya, masih tetap menggunakan pengindeksan pra-koordinasi dengan kosa kata terkendali seperti tajuk subyek atau deskriptor (istilah indeks) dari tesaurus. Katalog subyek OPAC pada umumnya menerapkan pengindeksan konsep dengan kosa kata terkendali. Tapi ada pula OPAC yang menerapkan kedua-duanya, yaitu pengindeksan konsep maupun kata (keywords).
PENGINDEKSAN KONSEP Assignment indexing atau concept indexing Pada tahap ke-1 dari proses pengindeksan, yaitu pada tahap analisis, pengindeks (indexer) mempelajari isi dokumen untuk mengidentifikasi KONSEP-KONSEP penting yang dibahas dalam dokumen. Kemudian pada tahap penerjemahan, ia menggunakan bahasa indeks (seperti bagan klasifikasi atau daftar tajuk subyek) untuk menetapkan notasi, tajuk subyek, atau deskriptor, yang dapat mewakili konsep-konsep tsb. (to assign = memberikan, menetapkan). Dalam assignment indexing atau concept indexing pengindeks tidak sekedar mengambil katakata yang ditemukannya dalam dokumen, tetapi harus mengenali konsep-konsep yang berada di belakang kata-kata tsb. Dengan demikian pemakai atau penelusur sistem temu balik informasi dapat menemukan kembali (retrieve) semua dokumen tentang konsep tertentu, meskipun istilah yang ia gunakan untuk konsep tsb. berbeda dari istilah yang digunakan penyusun dokumen atau istilah yang digunakan dalam sistem temu kembali tsb. untuk konsep tsb. Ciri-ciri:
Menggunakan bahasa indeks atau kosa kata terkendali (controlled vocabulary) Gangguan atau noise akibat adanya sinonim dan homonim teratasi Hubungan antar konsep terlihat lewat acuan “ lihat juga” atau “see also”, sistem penunjukan lain, atau karena subyek yang berhubungan ditempatkan berdekatan dalam urutan sistematis Penelusuran dapat diperluas/dipersempit (komprehensif vs spesifik)
Irma U. Aditirto/ KKI/ Perkembangan pengindeksan
1
Memerlukan kemampuan intelektual dan sebab itu tidak dapat dikerjakan secara mekanis (oleh komputer))
PENGINDEKSAN KATA Derivative indexing Pengindeks mengambil kata/istilah sebagaimana adanya dari judul dokumen, abstrak dokumen atau teks seluruh dokumen. (to derive = mengambil atau memperoleh dari). Juga disebut term indexing atau keyword indexing. Ciri-ciri:
Menggunakan bahasa dokumen, jadi bahasa alami (natural language) atau kosa kata tak terkendali Ada gangguan atau noise akibat sinonim dan homonim Hubungan antar subyek tidak terlihat/diperlihatkan Mudah dikerjakan, tidak memerlukan kemampuan intelektual Dapat dikerjakan secara mekanis oleh komputer
Tabel pada halaman 5 secara lebih mendetil memperlihatkan perbedaan antara assignment indexing dan derivative indexing.
PENGINDEKSAN PRALARAS (PRA-KOORDINASI) Pre-coordinate indexing Perbedaan utama antara pengindeksan pralaras dengan pascalaras terletak pada cara subyek majemuk diindeks. Ciri utama: Penggabungan konsep-konsep untuk menyatakan suatu subyek majemuk dilakukan pada tahap pengindeksan (tahap input). Disebut pre-coordinate, pra-koordinasi atau pralaras sebab koordinasi atau penggabungan istilah indeks untuk deskripsi indeks dilakukan pada tahap masukan atau input, jadi sebelum (= pra- ) penelusuran dilakukan. Terutama digunakan untuk indeks tercetak seperti dalam majalah indeks dan abstrak, bibliografi nasional, indeks majalah, dan juga katalog subyek perpustakaan yang belum berbentuk OPAC. Bahasa indeks yang cocok untuk pengindeksan pra-koordinasi adalah daftar tajuk subyek. Ciri: 1. Subyek majemuk diperlakukan sebagai satu kesatuan 2. Pembentukan subyek majemuk dikerjakan pada tahap pengindeksan (input) 3. Perlu urutan sitiran (citation order) agar pengindeksan taat azas 4. Pendekatan terhadap subyek bersifat linear Masalah: 1. Urutan sitiran tidak dapat memuaskan semua pemakai 2. Dokumen berisi informasi yang multi-dimensional bila disajikan secara linear hanya dapat didekati dari salah satu unsurnya Masalah ini timbul karena sistem pralaras adalah “sistem satu tempat” atau one-place system. Konsep primer atau faset yang disebut atau di-cite pertama menjadi titik temu, konsep lain
Irma U. Aditirto/ KKI/ Perkembangan pengindeksan
2
tersembunyi. Pendekatan bersifat linear. Meskipun demikian sistem seperti ini tetap diperlukan, juga dalam abad komputer, sebab: 1. Pertimbangan ekonomis: sangat berguna apabila dalam indeks, bibliografi atau katalog untuk pendekatan subyek tiap dokumen akan diwakili oleh satu entri subyek saja. 2. Pertimbangan praktis: dokumen hanya bisa ditempatkan di satu tempat, meskipun isinya multi-dimensional Contoh: Topik: Klasifikasi peta di perpustakaan khusus di Australia PERPUSTAKAAN KHUSUS – PETA – KLASIFIKASI – AUSTRALIA Topik: Konstruksi jembatan dengan beton bertulang JEMBATAN – KONSTRUKSI – BETON BERTULANG Topik: Kiat pemasaran jamu di lingkungan masyarakat kota JAMU – PEMASARAN – MASYARAKAT KOTA Konsep-konsep yang sudah diterjemahkan menjadi tajuk subyek disusun menurut urutan sitasi (urutan faset).
PENGINDEKSAN PASCALARAS (PASCA-KOORDINASI) Post-coordinate indexing Ciri utama: Penggabungan konsep-konsep untuk menyatakan subyek majemuk dilakukan pada tahap penelusuran (output). Disebut post-coordinate, pasca - koordinasi, sebab koordinasi atau penggabungan istilah indeks dilakukan pada tahap penelusuran. Pada tahap pengindeksan (= tahap masukan atau input) dokumen di-indeks dengan menggunakan istilah-istilah indeks yang mewakili konsep-konsep tunggal. Pada tahap output (= penelusuran) penelusur menggabungkan istilah-istilah indeks sesuai dengan subyek yang dicarinya. Penggabungan ini tidak memerlukan urutan sitasi, karena pendekatan terhadap subyek majemuk dalam sistem pasca-koordinasi bersifat multidimensional. Bahasa indeks yang sesuai untuk sistem pasca-koordinasi adalah tesaurus. Ciri: 1. Pada tahap masukan konsep-konsep tunggal di-indeks 2. Tidak diperlukan urutan sitasi 3. Penggabungan atau kombinasi konsep dilakukan oleh penelusur pada tahap penelusuran 4. Pendekatan bersifat multidimensional 5. Sistem pasca-koordinasi baru bisa efektif apabila diterapkan dalam sistem berbantuan komputer Contoh: Topik: Klasifikasi peta di perpustakaan khusus di Australia. KLASIFIKASI PETA PERPUSTAKAAN KHUSUS AUSTRALIA
Irma U. Aditirto/ KKI/ Perkembangan pengindeksan
3
Topik: Konstruksi jembatan dengan beton bertulang KONSTRUKSI JEMBATAN BETON BERTULANG Topik: Kiat pemasaran jamu di lingkungan masyarakat kota PEMASARAN JAMU MASYARAKAT KOTA Deskriptor yang dipilih oleh pengindeks pada tahap pengindeksan tidak disusun menurut suatu urutan sitasi. Penggabungan atau kombinasi deskriptor dilakukan pada tahap penelusuran oleh penelusur sesuai dengan kebutuhannya, juga tanpa mengikuti suatu urutan sitasi.
Perbandingan pendekatan sistem pra-laras dan pasca-laras:
PENDEKATAN LINEAR VS MULTI-DIMENSIONAL
Irma U. Aditirto/ KKI/ Perkembangan pengindeksan
4
Sistem berbahasa indeks (Kosa kata terkendali) (Assignment indexing)
Sistem berbahasa alami (Derivative indexing)
1.
Titik temu ditetapkan oleh pengindeks
1.
Titik temu ditetapkan oleh komputer
2.
Cantuman akan terkelompok di bawah lebih sedikit istilah
2.
Cantuman tersebar pada lebih banyak kata /istilah
3.
Pengelompokan dilakukan di bawah sejumlah istilah terbatas dan cakupan istilah jelas
3.
Istilah diambil dari dokumen, merupakan bahasa alami, jumlahnya tergantung dokumen, cakupan istilah tidak selalu jelas
4.
Istilah yang menjadi titik temu ditentukan oleh manusia dan sebab itu tidak terlepas dari subyektivitas dan kemungkinan kekeliruan
4.
Komputer menetapkan titik temu dengan konsisten. Cantuman pasti dapat ditemukan lewat istilah yang ada dalam judul, atau bagian lain dari dokumen yang diindeks
5.
Hubungan antar istilah ditunjukkan dan dapat dimanfaatkan
5.
Hubungan antar istilah tidak ditunjukkan, kecuali apabila ada upaya khusus. Berarti pengindeksan tidak bersifat otomatis lagi, dan memerlukan kemampuan intelektual
6.
Bahasa indeks relatif statis. Penambahan istilah baru pada daftar tajuk subyek atau tesaurus harus melalui proses yang memerlukan banyak waktu.
6.
Istilah-istilah mencerminkan perkembangan mutakhir bidang subyek ybs. Bersifat dinamis.
7.
Lazim dipakai dalam pangkalan data dan katalog tradisional
7.
Banyak ditemukan dalam pangkalan data berteks lengkap (full-text databases)
8.
Memerlukan upaya pengindeksan
tahap
8.
Memerlukan penelusuran
9.
Presisi (ketepatan) biasanya tinggi, dan gangguan (noise) rendah
9.
Agak banyak dokumen yang tidak relevan ikut terjaring
intelektual
pada
upaya
intelektual
pada
tahap
10. Tidak perlu mencari pada sinonim-sinonim
10. Semua sinonim dan variasi kata perlu ditelusuri untuk memperoleh hasil komprehensif
11. False drops relatif sedikit
11. Cenderung menghasilkan lebih banyak false drops sebab ada kata/istilah dengan lebih dari satu arti
12. Menggunakan istilah yang di-prekoordinasikan bila untuk menyatakan konsep tertentu perlu lebih dari satu kata
12. Kombinasi kata tidak dikendalikan sehingga dapat menyebabkan false drops. (misalnya “perpustakaan sekolah” dan “sekolah perpustakaan”)
Irma U. Aditirto/ KKI/ Perkembangan pengindeksan
5