J. Agrivigor 10(1): 18-25, September-Desember 2010; ISSN 1412-2286
PERKECAMBAHAN BENIH AREN DALAM KONDISI TERANG DAN GELAP PADA BERBAGAI KONSENTRASI GA3 Palm sugar seed germination in light and dark conditions of various GA3 concentration Muhammad Salim Saleh1 dan Wardah2 1Laboratorium
Ilmu dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNTAD studi Kehutanan Fakultas Kehutanan UNTAD Kampus Bumi Tadulako Tondo-Palu, 94118, Telp. 0451-429738
2 Program
Diterima: 16 September 2010
Disetujui: 21 November 2010
ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mendapatkan cara yang efektif dan efisien dalam usaha menyediakan kecambah aren dalam waktu cepat dan jumlah banyak. Percobaan dirancang dengan menggunakan metode Rancangan Petak Terbagi (Split plot), sementara rancangan lingkungan digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Benih aren dikecambahkan pada kondisi terang, dan gelap sebagai faktor utama, dan konsentasi GA3 sebagai anak petak yaitu: 0 ppm 200 ppm, 400 ppm, dan 600 ppm. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian, kondisi gelap memiliki potensi tumbuh maksimum tertinggi (90%) membutuhkan waktu 60 hari, sedangkan daya berkecambah benih aren sebanyak 58,33% membutuhkan waktu berkecambah 66,98 hari. Benih yang dikecambahkan pada kondisi gelap menghasilkan kecambah yang lebih vigor dibandingkan pada kondisi terang. Perlakuan kondisi gelap dan konsentrasi GA3 200 ppm menghasilkan bobot kering kecambah terberat (2,90 g).
Kata kunci : aren, benih, perkecambahan, cahaya, dan GA3
ABSTRACT The objective of the research was to obtain an effective and efficient technique to provide palm sugar seedlings in short time and large in quantity. Experiments designed using split plot design methods, while the environmental design used randomized block design (RBD) in factorial pattern. Palm sugar seeds were germinated in light and dark conditions as a main factor and GA3 concentration as sub plot, that is: 0 ppm, 200 ppm, 400 ppm, and 600 ppm. The treatment was repeated three times respectively. The results showed that dark conditions has the highest maximum growth potential (90%) took 60 days, while the germination capacity of palm seeds were 58.33%, germination takes 66.98 days. Seeds germinated in dark conditions produce more vigor seedlings than in light conditions. Treatment of dark condition and the concentration of 200 ppm GA3 produced the heaviest weight of sprouts (2.90 g).
Keywords: palm sugar, seeds, germination, light, and GA3
PENDAHULUAN Tanaman aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr) memiliki peranan yang cukup penting bagi Indonesia, khususnya masyarakat pedesaan. Kini aren lebih
18
diarahkan menjadi solusi untuk mengatasi kemiskinan, pelestarian lingkungan hidup, energi terbarukan (biofuel), ketahanan pangan, dan lapangan kerja petani. Bila dilihat dari segi ekonomi dan keterlibatan
Muhammad Salim Saleh dan Wardah
tenaga kerja tanaman aren tidak kalah dengan tanaman yang telah dibudidayakan (Saleh,2008). Hasil utama tanaman aren yang mempunyai nilai ekonomi tinggi adalah nira, pati, ijuk dan buah/biji (Rumokoi, 1990). Nira dapat disadap pada umur 610 tahun, selama 3–4 tahun (Soeseno, 1993), nira diolah menjadi gula merah, gula semut, gula cair, dan cuka aren (Saleh dkk., 1998). Kini aren lebih berpotensi untuk menghasilkan bioetanol (bahan bakar nabati) sebagai energi alternatif (Sinar Tani, 2008). Batang aren menghasilkan pati sebanyak 60 kg (Miller, 1964). Pati aren diolah menjadi tepung yang memiliki sifat fisikokimia khas (Sinar Tani, 2009). Menghasilkan ijuk 200-300 kg pohon-1 (Nasution, 1996). Ijuk digunakan untuk membuat alat rumah tangga, konstruksi atap rumah dan landasan pesawat terbang. Ijuk dikenal pula sebagai alat untuk menjernihkan air (Burkill, 1935). Mayang betina sekitar 4–7 tandan, dan tiap tandan terdapat 5.000– 7.000 buah atau 50-70 kg kolang-kaling (Saleh, 2004). Populasi aren di alam semakin berkurang karena pohon-pohon aren yang ada, umumnya sudah tua dan tidak produktif lagi. Selain itu eksploitasi untuk pengambilan pati dan pembukaan lahan oleh masyarakat untuk lahan pertanian atau peruntukan lain makin meluas. Salah satu upaya untuk mempercepat regenerasi tanaman aren diperlukan teknik budidaya terutama dalam mengatasi sulitnya perkecambahan benih aren yang bersifat dorman. Selain itu benih aren sangat lambat berkecambah dan jumlah benih yang berkecambah dalam waktu tertentu sangat sedikit. Kondisi tersebut mengharuskan dilakukan penelitian yang bertahap dan berkesinambungan untuk menemukan cara yang tepat meningkatkan jumlah ke-
cambah dan mempercepat perkecambahan aren. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan cara yang efektif dan efisien dalam usaha menyediakan kecambah aren dalam waktu cepat dan jumlah banyak.
BAHAN DAN METODE Percobaan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Tadulako di Palu, mulai bulan April hingga bulan Juli 2010. Materi yang digunakan terdiri atas bahan dan alat. Bahan tanam yang digunakan adalah benih aren yang berasal dari pohon induk terpilih, GA3 (giberillin acid), pasir steril, aquadest, kertas amplas, furadan, dithene-45, karung goni dan kertas label. Alat yang digunakan adalah handsprayer, sekop, gembor, ember, pisau, gelas ukur, timbangan analitik, dan alat tulis menulis. Percobaan ini dirancang dengan menggunakan metode Rancangan Petak Terbagi (Split plot), sedangkan rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial yang terdiri atas dua faktor dengan tiga ulangan. Perlakuan yang dicoba adalah benih aren dikecambahkan pada kondisi cahaya, dan kondisi gelap sebagai faktor utama, yaitu: kondisi cahaya terang (C1), kondisi cahaya gelap (C2). Konsentasi GA3 sebagai anak petak yaitu: aquades (Go), 200 ppm (G1), 400 ppm (G2), dan 600 ppm (G3). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 24 kombinasi perlakuan. Pengamatan (a) potensi tumbuh maksimum, (b) daya berkecambah (c) waktu berkecambah (menggunakan rumus dari Hartman dan Kester, 1983), (d) kecepatan tumbuh (menggunakan rumus dari Sadjad, 1993), (e) bobot kering kecambah. 19
Pengaruh berbagai konsentrasi GA3 terhadap perkecambahan benih aren
HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Tumbuh Maksimum Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa potensi tumbuh maksimum 30 HST tidak teruji nyata, baik pengaruh cahaya, konsentrasi GA3 maupun interaksi keduanya. Potensi tumbuh maksimum 60 HST, hanya pengaruh cahaya yang teruji nyata, sedangkan pengaruh perlakuan konsentrasi GA3 dan interaksi antara cahaya dan konsentrasi GA3 tidak teruji nyata. Potensi tumbuh maksimum benih aren lebih besar apabila dikecambahkan pada kondisi gelap, berapapun konsentrasi GA3 yang diberikan (Tabel 1). Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat diindikasikan oleh fenomena pertumbuhan benih ataupun gejala metabolismenya (Sadjad et al., 1999). Salah satu parameter yang digunakan untuk mengindikasikan viabilitas benih adalah viabilitas total dengan tolok ukur potensi tumbuh maksimal (PTM). Potensi tumbuh maksimal merupakan total benih yang menunjukkan gejala pertumbuhan, berarti PTM benih merupakan gambaran dari kapasitas potensial benih untuk berkecambah atau kemampuan benih untuk tumbuh. Pada benih aren gejala pertum-
buhan benih ditunjukkan dengan munculnya axis embrio dari kulit benih (eksokarp). Perlakuan kondisi gelap pada benih aren memberi harapan dapat meningkatkan potensi tumbuh maksimal dan daya berkecambah serta mempercepat berkecambahnya benih aren, mengingat benih aren membutuhkan waktu relatif lebih lama yaitu 4-6 bulan untuk berkecambah (Hadipoetyanti dan Luntungan, 1988), walaupun benih yang digunakan telah masak fisiologi atau stadium M-5 (Saleh, 2009). Potensi tumbuh maksimal yang diamati 60 hari setelah tanam (HST) yang ditumbuhkan pada kondisi gelap mencapai 90,00%, sedangkan dalam kondisi terang hanya 66,67%. Hasil penelitian sebelumnya, benih direndam KNO3 selama 36 jam + suhu 40oC selama 5 menit menghasilkan PTM lebih rendah yaitu 60-80% dalam waktu > 90 hari (Saleh dan Nuraeni, 2006). Hal ini ditegaskan oleh Ramli (1991) bahwa perkecambahan benih aren harus dalam kondisi gelap. Penelitian ini membuktikan benih aren yang dikecambahkan pada kondisi gelap lebih cepat mengeluarkan axis embrio dari kulit benih dibandingkan dengan benih yang dikecambahkan pada kondisi terang.
Tabel 1. Potensi tumbuh maksimum (%) 30 dan 60 HST berbagai kondisi cahaya dan konsentrasi GA3 Kondisi Cahaya 30 HST Gelap Terang Rata-rata 60 HST Gelap Terang Rata-rata
Konsentrasi GA3 (ppm) 0 60,00 60,00 60,00 83,33 60,00 71,67
200 73,33 80,00 76,67 86,67 80,00 83,33
400 63,33 66,67 65,00 93,33 66,67 80,00
600 83,33 60,00 71,67 96,67 60,00 78,33
Rata-rata 69,99 66,67 90,00b 66,67a -
BNJ 0,05
-
19,99
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom (a,b) yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ α 0,05
20
Muhammad Salim Saleh dan Wardah
Kepekaan terhadap kondisi gelap juga ditemukan pada benih pinang (Areca catechu L.), pada penelitian ini diketahui bahwa benih pinang dapat berkecambah lebih banyak dan lebih cepat pada kondisi gelap. Benih pinang dan aren termasuk kelompok tanaman palma, selain itu kelapa (Cocos nucifera L.), kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.), dan lontar (Borasus sundaicus) juga termasuk kelompok tanaman palma. Daya Berkecambah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa daya berkecambah 90 HST tidak teruji nyata, baik pengaruh cahaya, konsentrasi GA3 maupun interaksi keduanya. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa daya berkecambah 60 HST, hanya pengaruh cahaya yang teruji nyata, sedangkan pengaruh perlakuan konsentrasi GA3 dan interaksi antara cahaya dan konsentrasi GA3 tidak teruji nyata. Daya berkecambah benih aren lebih besar apabila dikecambahkan pada kondisi gelap, berapapun konsentrasi GA3 yang diberikan (Tabel 2). Perkecambahan benih aren ada suatu pertumbuhan morfologi yang spesifik, yang di awali dengan pertumbuhan axis embrio yang memanjang (Mujahidin dkk., 2003). Axis embrio tumbuh ke arah ke dalam media kecambah secara vertikal pada panjang tertentu terjadi pembengkakan pada bagian ujung axis embrio sebagai tempat tumbuhnya plumula dan radikula (Masano, 1989). Radikulanya tumbuh secara vertikal ke arah media kecambah, sementara plumula tumbuh pada posisi yang saling berlawanan melalui celah lidah daun (Mogea, 1991). Selanjutnya kecambah ini diikuti oleh tumbuhnya akar-akar lateral secara horizontal. Oleh karena itu kecambah normal aren ditandai munculnya
plumula dan radikula yang diikuti tumbuhnya akar-akar lateral. Kecambah normal digunakan dalam perhitungan daya berkecambah benih (Mugnisjah dkk., 1994). Daya berkecambah dihitung dari kecambah normal yang merupakan fase-5 dari perkecambahan benih aren yang ditandai tumbuhnya akar lateral dan plumula secara sempurna (Saleh, 2005; Saleh, 2008). Tabel 2 menunjukkan bahwa daya berkecambah 60 HST pada kondisi gelap berbeda nyata dengan kondisi terang, walaupun daya berkecambah 90 HST tidak berpengaruh nyata, namun benih yang di-kecambahkan pada kondisi gelap lebih banyak (58,33%) dan kondisi terang hanya 44,17%. Bila Tabel 2 dikaitkan dengan Tabel 1, tampak bahwa tidak semua benih yang berkecambah pada fase-1 (potensi tumbuh maksimum) dapat berkecambah normal (fase-5). Dari pengamatan diketahui bahwa benih yang dikecambahkan pada kondisi gelap lebih cepat membentuk axis embrio yang cukup panjang memungkinkan bagi kecambah membentuk plumula. Waktu Berkecambah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa waktu berkecambah hanya pengaruh cahaya yang teruji nyata, sedangkan pengaruh perlakuan konsentrasi GA3 dan interaksi antara cahaya dan konsentrasi GA3 tidak teruji nyata. waktu berkecambah benih aren lebih cepat apabila dikecambahkan pada kondisi gelap, berapapun konsentrasi GA3 yang diberikan (Tabel 3). Waktu berkecambah adalah rata-rata hari yang diperlukan untuk berkecambahnya benih. Tampak pada Tabel 3 bahwa benih yang dikecambahkan pada kondisi gelap 7 hari lebih cepat berkecambah dari benih yang dikecambahkan pada kondisi terang masing-masing 66,98 hari dan 73,96 21
Pengaruh berbagai konsentrasi GA3 terhadap perkecambahan benih aren
hari. Diketahui bahwa kondisi gelap dapat memacu tumbuhnya axis embrio lebih panjang yang memungkinkan tumbuhnya akar dan plumula lebih sempurna dan lebih cepat daripada benih yang dikecambahkan dalam kondisi terang. Kecepatan Tumbuh Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kecepatan tumbuh hanya pengaruh cahaya yang teruji nyata, sedangkan pengaruh perlakuan konsentrasi GA3 dan interaksi antara cahaya dan konsentrasi GA3 tidak teruji nyata. Kecepatan tumbuh
benih aren lebih cepat apabila dikecambahkan pada kondisi gelap, berapapun konsentrasi GA3 yang diberikan (Tabel 4). Benih yang vigor tentu menjadi cepat proses reaktivitasi apabila kondisi lingkungan tumbuh optimum dan proses metabolisme tidak terhambat dan hal ini dapat ditunjukkan kecepatan tumbuh yang lebih cepat. Benih vigor menunjukkan nilai kecepatan tumbuh yang tinggi, karena benih dapat berkecambah cepat lebih pada waktu yang relatif singkat (Sadjad dkk., 1999). Benih yang mempunyai kece-
Tabel 2. Daya berkecambah (%) 60 dan 90 HST pada berbagai kondisi cahaya dan konsentrasi GA3 Konsentrasi GA3 (ppm) Rata-rata BNJ 0,05 Kondisi Cahaya 0 200 400 600 60 HST Gelap Terang Rata-rata 90HST Gelap Terang Rata-rata
35,97 6,96 21,47
38,02 28,55 33,29
54,01 15,72 34,87
56,87 6,96 31,91
46,22b 14,55a -
21,53
46,67 30,00 38,34
56,67 40,00 48,34
56,67 30,00 433,34
73,33 20,00 46,67
58,33 44,17 -
-
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom (a,b) yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ α 0,05
Tabel 3 Waktu berkecambah (hari) pada berbagai kondisi cahaya dan konsentrasi GA3 Kondisi Konsentrasi GA3 (ppm) BNJ 0,05 Rata-rata Cahaya 0 200 400 600 Gelap 65,00 70,17 62,00 66,98 66,98a Terang 81,00 67,50 70,67 76,67 73,96b 6,95 Rata-rata 73,00 68,84 66,34 71,83 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom (a,b) yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ α 0,05
22
Muhammad Salim Saleh dan Wardah
Tabel 4 Kecepatan tumbuh (%/etmal) pada berbagai kondisi cahaya dan konsentrasi GA3 Kondisi Cahaya Gelap Terang Rata-rata
Konsentrasi GA3 (ppm) 0 200 400 0,71 0,85 0,94 0,41 0,63 0,43 0,56 0,74 0,69
600 1,14 0,30 0,72
Rata-rata
BNJ 0,05
0,91b 0,44a -
0,40
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom (a,b) yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ α 0,05
Tabel 5 Bobot kering kecambah (g) pada berbagai kondisi cahaya dan konsentrasi GA3 Konsentrasi GA3 (ppm) Kondisi Cahaya BNJ 0,05 0 200 400 600 b c b b Gelap 0,32 p0,17 q2,90 q0,50 q0,77 b b ab a Terang p0,21 p0,39 p0,13 p0,10 BNJ 0,05 0,27 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom (a,b,c) atau kolom (p,q) yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ α 0,05
patan tumbuh lebih besar dari 30% per etmal memiliki kecepatan tumbuh kuat, 2530% per etmal memiliki kecepatan tumbuh kurang kuat, dan lebih kecil dari 25% per etmal memiliki kecepatan tumbuh lemah (Sadjad, 1993). Benih yang dikecambahkan kondisi gelap memiliki kecepatan tumbuh 0,91 atau 27,30 per etmal, sedangkan kondisi terang memiliki kecepatan tumbuh 13,20 per etmal. Dengan demikian, benih yang dikecambahkan kondisi gelap lebih vigor dibandingkan benih yang dikecambahkan kondisi terang. Bobot Kering Kecambah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bobot kering kecambah teruji nyata, baik pengaruh cahaya, dan perlakuan konsentrasi GA3 dan interaksi antara cahaya dan konsentrasi GA3 (Tabel 5). Pertumbuhan merupakan salah satu aspek perkembangan tanaman. Perkembangan adalah perubahan secara keseluruhan baik kuanti-
tatif maupun kualitatif selama siklus hidup tanaman (Tohari, 2002). Selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan tanaman dapat dicirikan oleh penambahan jumlah sel yang disertai dengan pembesaran sel atau pertumbuhan adalah pertambahan bobt kering yang tidak dapat balik. Dengan demikian, bobot kering kecambah normal menggambarkan secara keseluruhan pertumbuhan kecambah dari yang dikecambahkan. Benih yang dikecambahkan dalam kondisi gelap dan diberi perlakuan konsentrasi GA3 200 ppm menghasilkan bobot kering ke-cambah terberat (2,90 g), dan berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi GA3 lainnya baik yang dikecambahkan pada kondisi gelap maupun terang.
KESIMPULAN Kondisi gelap memiliki potensi tumbuh maksimum tertinggi (90%) membutuhkan waktu 60 hari, sedangkan daya berkecambah benih aren sebanyak 58,33% mem23
Pengaruh berbagai konsentrasi GA3 terhadap perkecambahan benih aren
butuhkan waktu berkecambah 66,98 hari. Benih yang dikecambahkan pada kondisi gelap menghasilkan kecambah yang lebih vigor dibandingkan pada kondisi terang. GA3 tidak dapat meningkatkan perkecambahan benih aren dan tidak dapat menggantikan fungsi cahaya dalam perkecambahan benih aren Perlakuan kondisi gelap dan konsentrasi GA3 200 ppm menghasilkan bobot kering kecambah terberat (2,90 g).
UCAPAN TERIMA KASIH Disampaikan ucapan terima kasih kepada Direktur DP2M DIKTI Kementerian Pendidikan Nasional RI, dan Ketua Lembaga Penelitian UNTAD yang memberi kepercayaan dalam melaksanakan kegiatan penelitian Skim HIBAH KOMPETENSI (2010), serta kepada Yuldanto Larekeng (mahasiswa S1 UNTIKA), Marnince (mahasiswa S1 UNTIKA), dan Ibnu Taimiyah (mahasiswa S1 UNTAD) yang ikut penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Burkill, J. H. 1935. A dictionary of the economic product of the malay paninsula. Vol. 1 (A-H). The Crown Agent’s for The Colonies 4, Mill bank. London. Hadipoetyanti, E dan H.Luntungan. 1988. Pengaruh beberapa perlakuan terhadap perkembangan biji aren. J. Penelitian Kelapa 2(2): 20 – 25. Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, C.Santiwa. 1994. Panduan praktikum dan penelitian bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Masano. 1989. Perkecambahan benih aren. Duta Rimba No. 105– 106/XV/ 1989:
24
106–106. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor. Mogea, J. P. 1991. Revisi marga Arenga (Palmae). (Disertasi). Fakultas Pascasarjana UI. Jakarta. Miller,R. H. 1964. The Versatile Sugar Palm Principles. The Palm Society (8): 113144. Mujahidin, Sutrisno, D.Latifah, Tri Handayani dan I.A.Fijridianto. 2003. Aren budidaya dan prospeknya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Bogor. Nasution,M.Y. 1996. Aren tanaman serba guna bagi kehidupan manusia. Majalah Pendidikan Science. 09: 76-81. Rofik, A., E.Murniati. 2008. Pengaruh perlakuan deoperkulasi benih dan media perkecambahan untuk meningkatkan viabilitas benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Bul. Agronomi 36(1): 33-40. Romokoi, M.,M.M. 1990. Manfaat tanaman aren. Buletin Balitka 10: 21-28. Sadjad, S. 1993. Dari benih kepada benih. Gramedia Widiasarana Indonesia. ----------, E.Murniati, S.Ilyas, 1999. Parameter pengujian vigor benih. Grasindo bekerjasama dengan PT Sang Hyang Seri. Jakarta. Saleh, M. S. 2004. Karakteristik pohon induk aren di Kecamatan Biromaru Kabupaten Donggala. Dalam: Hamzun (ed.). p. 174–178. Pros. Sem. Pemanfaat-an Sumberdaya Hayati Berkelanjutan. Palu, 28 September 2004. Kerjasama UNTAD dan LIPI. Palu. Saleh, M.S. 2005. Perkecambahan benih aren yang berasal dari tingkat kemasakan dan umur pohon induk
Muhammad Salim Saleh dan Wardah
berbeda. J. Agroscientiae 3(3): 173179. Saleh, M.S. 2008. Teknologi benih dan peranannya dalam membangun industri benih guna mendukung budidaya aren di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Pertanian UNTAD, 25 November 2008 di Palu. Saleh, M.S. 2009. Perubahan anatomi, biokimia dan fisiologi pada berbagai tingkat kemasakan benih aren. J.Agrivigor 8 (3): 207-212.
Saleh, M.S., Umrah, dan H.Anam, 1998. Diversifikasi produk nira aren pada KUIK Bunga Aren Desa Omu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala. Laporan Program VUCER DIKTI dan UNTAD. Palu. Saleh, M.S., dan Nuraeni. 2006. Peningkatan perkecambahan benih aren pada berbagai cara ekstraksi buah dan pematahan dormansi. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian UNTAD Palu. Tohari. 2002. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Program Pascasarjana UGM. Jogyakarta.
25