KONSEP HABIS GELAP TERBITLAH TERANG MENURUT ISLAM (Refleksi Pendidikan Bagi Kaum Perempuan)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I.)
Oleh: ARDI BARIKLI 107011000967
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M
ABSTRAK Pendidikan merupakan hak semua manusia, baik laki laki maupun perempuan. Namun, pada realitanya jumlah perempuan yang ke perguruan tinggi lebih sedikit dibanding pria. Hal ini salah satunya juga disebabkan oleh budaya tradisional kita yang bersumber pada konsep dari perempuan dan laki-laki secara tipikal atau stereotip gender. Hal yang menarik adalah telah terjadi pemberontakan kebudayaan dalam skala kecil pada abad 19 oleh gadis bernama Kartini. yang menjadi lebih bermakna karena ia mewakili kaum perempuan yang menjadi manusia kedua dalam kebudayaannya, melalui surat-surat Kartini untuk sahabatnya yang kemudian diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang, secara tepat Kartini menempatkan permasalahan penindasan perempuan sebagai bagian dari permasalahan sistem budaya masyarakatnya. Kartini mengambil pendidikan sebagai titik strategis yang harus didobrak dan dibuka untuk kaum perempuan. Penulis bermaksud menganalisis konsep Armijn Pane dalam Habis Gelap Terbitlah Terang guna mengetahui bagaimanakah konsep habis gelap terbitlah terang secara umum, secara khusus (Islam) dan bagaimana praksisnya dalam pendidikan perempuan dengan menggunakan metode study pustaka dan pembahasan Hasil dari penelitian disimpulkan bahwa Habis Gelap Terbitlah Terang merupakan suara pena untuk menggambarkan perjuangan seorang perempuan dengan cara-cara dan maksud-maksud tertentu yang diharapkan bisa memotivasi perempuan muslim khususnya dan perempuan Indonesia pada umumnya untuk bisa berbuat dan berjuang bersama-sama mendapatkan hak-hak dan peranannya sebagai individu dan masyarakat dalam segala bidang dari keterpurukan kepada peradaban dan bermakna yang tentunya melalui pendidikan, hal ini sesuai dengan ajaran agama Islam dimana Allah mengutus Rasul-Nya untuk membacakan dan mengajarkan isi Al-Qur'an yang di dalamnya terdapat bermacam-macam ilmu pengetahuan dan hukum-hukum untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan tersebut kepada cahaya yaitu ilmu pengetahuan, petunjuk jalan yang benar dan peradaban yang tinggi. Kemudian, hingga kini perempuan selalu terdiskriminasikan dalam segala bidang hal termasuk dalam pendidikan, hal tersebut tidak terlepas dari masih mengentalnya budaya patriarkhi. Padahal Islam menunjung tinggi persamaan. persaudaraan, kemerdekaan dan keadilan laki-laki dan perempuan dalam bidang Pendidikan. Adanya kontroversi pemahaman ayat adalah karena menyangkut otoritas ulama-ulama sesudah wafatnya nabi dalam memahami ayat-ayat AlQuran yang memang berpeluang untuk dipahami secara variatif. dan apabila keempat prinsip persamaan tersebut di atas dilaksanakan dalam kehidupan lakilaki perempuan, maka konsep Habis Gelap Terbitlah Terang akan terwujud.
i
Abstraction Education is the right of all human beings, both men and women. However, in reality the number of women to college less than men. It is also caused by one of our traditional culture which is based on the concept of women and men are typical or gender stereotypes. The interesting thing is already happening on a small scale cultural rebellion in the 19th century by a girl named Kartini. which becomes more meaningful because it represents the women who became the second man in the culture, through Kartini's letters to his friend who later translated by Armijn Pane with the publication of "after the darkness comes brightness"title, appropriately Kartini put issues of women's oppression as a part of the community culture system problems. Kartini take education as a strategic point to be broken. The author intends to analyze the concept Armijn Pane in the "after the darkness comes brightness" to determine how the concept of "after the darkness comes brightness"in general, in particular (Islam) and how praxis in the education of women using the library study and discussion. The results of the study concluded that "after the darkness comes brightness"is the voice of the pen to describe the struggle of a woman in ways and means that will hopefully motivate some Muslim women in particular and Indonesian woman in general can do and fight together to get the right rights and roles as individuals and communities in all areas of the downturn to the civilization and meaningful course through education, it is in accordance with the teachings of Islam which Allah sent His Messenger to read and teach the contents of the Qur'an in which there are various range of science and the laws to exclude people from darkness to the light of the knowledge, the right guidance and high civilization.
Kata Pengantar
Alhamdulillahirabbilalamiin, rasa syukur yang terdalam penulis panjatkan kepada sang maha pemilik pengetahuan, atas limpahan cinta dan kasih sayang – Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam senantiasa penulis haturkan kepada nabi agung Muhammad saw pendobrak kebathilan menuju peradaban, habis gelap terbitlah terang. Selanjutnya, melihat realita agama dan kehidupan yang menuntut umatnya untuk memerangi kebodohan dan menuntut ilmu pengetahuan sebanyak– banyaknya dan sepanjang masa tanpa membedakan jenis kelamin, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil judul “ Konsep Habis Gelap Terbitlah Terang Menurut Islam (Refleksi Pendidikan bagi Kaum Perempuan)”. Merupakan cita–cita penulis ingin mengetahui ajaran agama Islam sehubungan dengan sepak terjang tokoh- tokoh perempuan dalam segala bidang permasalahan–permasalahan
yang
timbul
dalam
perjuangannya
dengan
mengambil contoh dari tokoh pahlawan pendidikan Indonesia, Kartini dan tokohtokoh perempuan lainnya yang terdapat dalam Al–Qur’an dan Hadis. maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi, M. A., selaku DEKAN FITK 2. Drs. Bahrissalim, M. A., selaku KAJUR Pendidikan Agama Islam 3. Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag., selaku SEKJUR Pendidikan Islam 4. Dra Mahmudah Fitriyah ZA selaku dosen pembimbing skripsi 5. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan support untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Kakanda Yaumi Nahdliyah yang memberikan dorongan untuk menulis skripsi ini. 7. Mas Ardan yang senantiasa memberi suntikan finansial 8. Mba fitri dan Mba Arum 9. Kawan-kawan basecamp seperjuangan baik yang ganteng maupun tidak. 10. Ahmad Dhani dengan lagunya Cukup Siti Nurbaya.
iii
11. Semua pihak yang dengan tulus ikhlas memberikan sumbangan moril maupun materiil yang sangat berharga sehingga skripsi ini selesai. Atas segala segala jasa baiknya, penulis menghaturkan jaza kumullah ahsanal jaza. Penulis sadar banyak kekurangan dan ketidaksemprnaan skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya dan semoga karya sederhana ini bisa bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi kaum perempuan yang ingin berpikir dan bertindak maju sebagai sumbangsih dalam proses pendidikan dan menjalankan kehidupan yang lebih baik.
Jakarta, 3 Januari 2013
Penulis Ardi Barikli
iii
PEDOMAN TRANSLITERASI Arab
Latin a`
Arab
Latin z
Arab
Latin q
B
s
k
T
sy
l
ts
sh
m
J
dh
n
H
th
w
kh
zh
h
d
‘
‘
dz
gh
y
r
f
ـا.... : a (a panjang), contoh
ُ المَاِلك: Al-Malik
ْــي... : i (i panjang), contoh
ُ الّرَحِيْم: Ar-Rahim
ْـُـو.... : u (u panjang), contoh
ُ الغَفُ ْور: Al-Ghafur
iv
DAFTAR ISI
Abstraksi .........................................................................................................
i
Kata Pengantar ..............................................................................................
ii
Pedoman Transeliterasi .................................................................................
iv
Daftar Isi .........................................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
a. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
b. Identifikasi Masalah .............................................................................
4
c. Pembatasan Masalah ............................................................................
4
d. Perumusan Masalah .............................................................................
5
e. Tujuan Penelitian .................................................................................
5
f. Metode penelitian .................................................................................
5
BAB II PEREMPUAN DAN PENDIDIKAN ..............................................
8
a. Pengertian Pendidiakan Perempuan .....................................................
8
b. Sejarah Singkat Pendidikan Indonesia………………………………..
10
c. Perempuan Dalam Sejarah Kebudayaan Jawa ....................................
12
d. Islam dan Perempuan ...........................................................................
17
e. Pentingnya Pendidikan dalam Memajukan Masyarakat ......................
31
BAB III KONSEP HABIS GELAP TERBITLAH TERANG ......................
40
a. Pengertian dan Sejarah Habis Gelap Terbitlah Terang .......................
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................
48
a. Habis Gelap Terbitlah Terang dalam Perspektif Islam ........................
48
BAB V PENUTUP ..........................................................................................
58
a. Simpulan ..............................................................................................
58
b. Saran-saran ...........................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
59
v
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama bagi masa depan pemuda bahkan dunia, terapi yang paling tepat untuk memajukan negara sedang berkembang yang pada umumnya hidup serba terbelakang dan wahana yang ampuh untuk mengangkat manusia dari berbagai ketinggalan, termasuk dari limbah kemiskinan. Melalui pendidikan, selain memperoleh kepandaian berolah pikir, manusia juga memperoleh wawasan baru yang akan membantu upaya mengangkat harkat mereka, baik sebagai pribadi maupun sebagai anak bangsa. Namun realitas yang ada, kesadaran akan pentingnya pendidikan sangat rendah. Hal ini didukung mahalnya pendidikan di Indonesia. Pendidikan menjadi salah satu komoditas yang sangat menguntungkan secara bisnis di seluruh Asia. Indonesia yang mayoritas atau sekitar 60% penduduknya adalah perempuan, sudah selayaknya harus diperhatikan pendidikannya. Karena diakui ataupun tidak, perempuan juga ikut berperan aktif dalam memajukan bangsa.1 Ditinjau dari partisipasi perempuan dalam pendidikan, tampak bahwa pada umumnya perempuan masih ketinggalan daripada pria. Padahal kemampuan membaca dan menulis adalah persoalan dasar dalam bidang pendidikan. Dengan kemampuan tersebut, seseorang akan dapat mempelajari dan menyerap ilmu pengetahuan, karena itu tingkat buta huruf dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat pendidikan suatu negara. Persentase perempuan buta huruf yang benimur 10 tahun ke atas lebih tinggi daripada laki-laki ialah sebesar 25, 72% pada perempuan dan 12,22% pada laki-laki.2 Data dari BPS tahun 2009 menunjukan bahwa 75.69% perempuan
1
May Yamani, Feminisme dan Islam (Perspektif Hukum Islam), (Jakarta: Yayasan Adi Karya IKAPI dan The Ford fondation, 2000), h.352 2 Fauzie Ridjal, dkk. Wanita Dalam Percakapan Antar Agama Aktualisasinya dalam Pembangunan,( Yogyakarta: LKPSN NU DIY, 1992), h. 150.
1
2
usia 15 tahun keatas hanya berpendidikan tamat SMP ke bawah, dimana mayoritas perempuan hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat SD, yakni 30.70%. Semakin tinggi tingkat pendidikan, persentase partisipasi pendidikan perempuan semakin rendah, yaitu SMA (18.59%), Diploma (2.74%) dan Universitas (3.02%).3 Angka partisipasi sekolah perempuan memang sudah meningkat dibandingkan persentase angka partisipasi sekolah pria, tetapi hal itu terjadi hanya pada tingkat pendidikan rendah. Proporsi terbesar dari pekerja perempuan juga diisi oleh pekerja yang hanya tamatan SD (35.03%), sesuai dengan kisaran jumlah perempuan tamat SD.4
Hal ini tentunya disebabkan angka kaum perempuan miskin di Indonesia lebih dari separuh hingga saat ini mengalami lilitan hidup yang sangat keras, 77,8% mereka tinggal pedesaan dan umumnya berasal dari keluarga petani, 31% berasal dan kelas pekerja atau buruh, 18% berasal dari kelas menengah.5 Kecilnya jumlah perempuan yang memilih untuk mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi juga disebabkan oleh budaya tradisional kita yang bersumber pada konsep dari perempuan dan laki-laki secara tipikal atau stereotip gender.6 Misalnya seorang laki-laki harus kuat dan berani, perempuan harus lemah lembut, emosional, penggoda dan lain sebagainya. Islam tidak melihat derajat seseorang berdasarkan jenis kelaminnya.
Artinya :"Sesimgguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi 3
4 5
http://www.sampoernafoundation.org/?q=id/news/kondisi-perempuan-di-indonesia
http://www.sampoernafoundation.org/?q=id/news/kondisi-perempuan-di-indonesia
May Yamani, Op.Cit, hal. 353 Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2000) , h.7. 6
3
Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu" (Q.S. Al-Hujurat:13).7 Anggapan bahwa perempuan itu irasional atau emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.8
Artinya: "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan". (An-Nahl [16]: 97).9
Artinya : "Kaum laki-laki memiliki bagian dari apa yang mereka usahakan dan kaum perempuan pun memiliki bagian dari apa yang mereka usahakan" (Q.S. An-Nisa': 32).10 Jadi, permasalahan yang timbul selama ini adalah terjadinya kerancuan ajaran agama dengan adat atau kepercayaan tradisional. Manifestasi kepercayaan tersebut salah satunya dapat dilihat dalam bidang pendidikan, karena mainstream yang muncul: "Untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi toh nantinya juga akan kembali ke dapur, sumur dan kasur, mengurus anak dan suami?". di beberapa negara-negara Islam, fenomena sosial yang masih berkembang adalah masih mempertanyakan apakah belajar bagi perempuan itu wajib menurut syara' atau tidak. Kerancuan inilah yang akhirnya mengantarkan kaum perempuan kepada ketidakjelasan status dalam masyarakat. Situasi kebudayaan yang tercermin dalam ungkapan tersebut di atas,
7
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI,1971), h. 7 'Mansour Faqih, Op. Cit, h. 15. 9 Depag RI, Op. Cit, h. 417. 8
4
sangat dominan hingga pergantian abad 20 ini. Hal yang menarik adalah telah terjadi pemberontakan kebudayaan dalam skala kecil yang dilakukan oleh seorang gadis yang sangat maju di zamannya pada abad 19, persis dari dalam salah satu benteng kebudayaan Jawa saat itu: kamar pingitan dalem Kabupaten Jepara Pemberontakan oleh gadis bernama Kartini itu menjadi lebih bermakna karena ia mewakili kaum perempuan yang menjadi manusia kedua dalam kebudayaannya. Dalam surat-surat Kartini untuk sahabat-sahabatnya yang kemudian diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan judul Habis Gelap terbitlah Terang, secara tepat Kartini menempatkan permasalahan penindasan perempuan sebagai bagian dari permasalahan sistem budaya masyarakatnya. Kartini mengambil pendidikan sebagai titik strategis yang harus didobrak dan dibuka untuk kaum perempuan.11 Dengan mengacu kepada sejarah perjuangan gerakan perempuan dalam dunia pendidikan yang dimulai dari Kartini, penulis bermaksud menganalisis konsep Armijn Pane dalam Habis Gelap Terbitlah Terang menurut perspektif proposisi yang ingin dikemukakan adalah pendidikan kaum perempuan akan bisa eksis karena pendidikan tidak mengenal perbedaan gender baik laki-laki maupun perempuan mereka sama-sama tidak dapat diabaikan dan pendidikan adalah hak segala bangsa serta kewajiban setiap muslim yang teriman. Maka dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil judul “KONSEP HABIS GELAP TERBITLAH TERANG MENURUT
ISLAM
(REFLEKSI
PENDIDIKAN
BAGI
KAUM
PEREMPUAN)
B. Identifikasi Masalah 1. Minimnya perempuan yang mengenyam pendidikan tinggi. 2. Budaya patriakhi yang menomor duakan perempuan dalam ranah sosial. 3. Beberapa negara muslim masih memepertanyakan tentang apakah 10 11
Ibid, h. 122. Pramudya Ananta Toer, Panggil Aku Kartini Saja, (Jakarta: Hasta Mitra, 1999), h. 21
5
kewajiban perempuan mengenyam pendidikan. C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari pembahasan yang terlalu melebar, maka penulis membatasi permasalahan yaitu pada konsep habis gelap terbitlah terang menurut Islam. D. Rumusan Masalah Untuk memberikan pemahaman yang terperinci maka penulis perlu mengemukakan inti permasalahan dalam skripsi ini, yaitu: 1.
Bagaimanakah konsep Habis Gelap Terbitlah Terang menurut Islam?
E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui konsep Habis Gelap Terbitlah Terang menurut Islam.
F. Metode Penelitian A. Jenis Penelitian Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian pustaka (library research). Karena skripsi ini mengkaji sumber data dari materi atau literatur yang relevan dengan judul skripsi yang terdapat dalam sumbersumber pustaka, maka skripsi ini secara khusus bertujuan mengumpulkan data atau informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, baik itu berupa buku, majalah, ataupun surat kabar yang ada kaitannya dengan skripsi inidengan cara menelaah dan menganalisa sumber-sumber
tersebut
dan
mencatat
hasilnya
untuk
kemudian
dikualifikasikan menurut kerangka yang sudah ditentukan. B. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam skripsi ini adalah berbentuk paper.Paper adalah sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf. Artinya, dokumen atau literatur yang berupa karya ilmiah baik buku, makalah, artikel, dan lain-lain yang relevan dengan pembahasan permasalahan. Sumber data tersebut dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu sumber primer dan sumber sekunder .
6
1. Data primer Adalah data utama dari berbagai referensi atau sumber-sumber yang
memberikan data langsung dari tangan pertama. Adapun yang
menjadi data primer dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: a) Pane, Armijn. Habis Gelap Terbitlah Terang. Jakarta: (Balai Pustaka, 1978). b) Sobadio, Haryanti dan Sapartinag Sadli. Kartini Pribadi Mandiri. (Jakarta: Gunung Agung,1980) c) Shihab, M. Quraish. Perempuan. (Tangerang Lentera Hati,2005). d) Katapp, Aristides, dkk. Satu Abad Kartini 1879-1979. (Jakarta: PT. Sinara Agrape Press, 1990).
2. Sumber Sekunder Sebagai penopang dalam penulisan skripsi ini, penulis juga menggunakan sumber sekunder yang berasal dari referensi buku-buku, artikel dan sebagainya yang relevan dengan penulisan skripsi ini.
C. Metode Pengumpulan Data Metode yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data adalah metode dokumentasi. yang dimaksud dengan metode dokumentasi di sini adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa buku-buku, jurnal, surat kabar, majalah dan lain sebagainya yang representatif, relevan dan mendukung terhadap kajian.
D.Teknik Analisis Data Data yang diperoleh diramu dalam beberapa tahap. Pertama, menelaah habis gelap terbitlah terang. Kedua, melakukan klasifikasi agar penulisan lebih terfokus pada inti pembahasan. Ketiga, melakukan Content analysis yaitu penafsiran isi habis gelap terbitlah terang terhadap Islam melalui media Al-Qur’an dan Hadist serta beberapa pendapat ahli agar penelitian menjadi objektif. Keempat, mengambil kesimpulan dari seluruh pembahasan.
7
E.Teknik Penulisan Skripsi Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
BAB II PEREMPUAN DAN PENDIDIKAN
A. Pengertian Pendidikan Perempuan Dalam kehidupan manusia, ada tiga bentuk aktivitas yang berkenaan dengan kepentingan mereka: pertama, aktivitas yang menopang kehidupan individual; kedua, aktivitas yang bermanfaat bagi keluarga; dan ketiga, aktivitas yang bisa memberi manfaat bagi sosial masyarakat. Maka dari itu, kaum perempuan sebagaimana kaum laki-laki memiliki kewajiban
moral
dan
agama
untuk
menuntut
ilmu
pengetahuan,
mengembangkan daya intelektualitasnya, mengolah minat dan bakatnya, yang kemudian memanfaatkan potensi dirinya bagi kemanfaatan dirinya sendiri, keluarganya maupun bagi masyarakatnya. Untuk aktivitas yang bermanfaat keluarga perempuan sebagai ibu bisa menjadi teman bermain, bercanda, bercerita dan belajar bagi anak-anaknya. dan sebagai istri perempuan juga bisa bekerja sama dengan
suami
dalam melakukan pekerjaan domestik,
menyelesaikan permasalahan-permasalahan keluarga, merencanakan masa depan dan lain sebagainya. Kemudian perempuan juga diberi kesempatan aunuk mengembangkan karier profesi di segala bidang yang bisa memberi manfaat bagi sosial masyarakat. Namun biasanya perempuan yang ingin berkarier masih menghadapi berbagai kendala antara lain: 1. Peranan alamiah perempuan sebagai ibu rumah tangga dalam sudut pandang budaya yang sempit menyebabkan prospek pengembangan karier perempuan belum memperoleh dukungan masyarakat secara luas. 2. Pengembangan karier perempuan dalam lembaga-lembaga pemerintahan belum optimal karena pegawai negeri perempuan yang telah menikah selalu memiliki status "ikut suami" sehingga mobilitas kerjanya relatif terbatas. Disamping faktor eksternal juga faktor internal yang dapat menjadi kendala bagi perempuan untuk berkarier, seperti:
8
9
a. Rasa bersalah karena adanya perasaan telah menelantarkan keluarga terutama bila anak-anak masih kecil. b. Sikap mendua antara membina peran di luar rumah dengan keinginan sebagai ibu rumah tangga. c. Sikap konvensional dari suami yang beranggapan bahwa tugas perempuan adalah di rumah tangga sebagai istri dan ibu. Arti pendidikan sekolah etimologi: paedagogi, berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata "pais" artinya anak dan "again" diterjemahkan pembimbing. Jadi paedagogi yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak. Secara definitif, pendidikan (paedagogi) diartikan oleh para tokoh pendidikan sebagai berikut: 1.
John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
2.
S A. Branata, dkk. Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangan mencari kedewasaan.
3. Reusseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.1 Pendidikan bisa diartikan sebagai "usaha dan aktivitas" manusia untuk meningkatkan
kepribadian
dengan
jalan
membina
potensi-potensi,
kepribadian untuk menuju kepribadian yang utama, atau dengan kata lain, Itu berarti Pendidikan adalah sebuah proses dialektika manusia untuk mengembangkan kemampuan akal pikirnya, menerapkan ilmu pengetahuan dalam menjawab Problem-problem sosial, mencari hipotesa-hipotesa baru yang kontekstual terhadap perkembangan manusia dan zaman serta media dan alat untuk mencerdaskan kehidupan rakyat dan bangsa, sekaligus instrumen yang akan melahirkan, tenaga-tenaga intelektual dan praktisi
sebagai
10
penompang bagi Perkembangan hidup masyarakat.2 Sedangkan perempuan mempunyai arti jenis kelamin, lawan laki-laki.3 Jadi maksudnya ialah suatu usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensipotensi golongan atau kaum perempuan tanpa ada bentuk pendiskriminasian terhadap kaum perempuan hanya karena perbedaan jenis kelamin. Namun realitas yang terjadi pada masyarakat kita kebanyakan orang . masih berasumsi bahwa pendidikan bagi perempuan tidaklah penting. Lakilaki selalu mendapat peluang emas dalam mengenyam pendidikan, sedangkan perempuan selalu jadi yang dinomorduakan. Anggapan mereka anak perempuan kurang produktif karena memetakan selesai sekolah hanya akan menjadi ibu rumah tangga yang harus melahirkan anak dan mengurus suami. Padahal kalau kita tinjau jauh ke depan, perempuan yang memiliki pengetahuan dan pendidikan yang cukup akan lebih baik. Kalau ia harus ibu rumah tangga total, ia akan menjadi ibu rumah tangga yang baik, juga keluarganya tetap berjalan harmonis dan anak-anaknya tumbuh menjadi anakanak yang sehat mental dan fisiknya.
B. Sejarah Singkat Pendidikan Indonesia di abad 15-16, dimana sistem kerajaan masih mendominasi, pendidikan juga telah dikenal oleh masyarakat pendidikan yang diberikan selain menyalurkan ilmu pengetahuan, juga ditujukan untuk melanggengkan kekuasaan raja dan keturunannya. Pengetahuan tentang pemerintahan, strategi perang dan berbagai pengetahuan mempertahankan kekuasaan adalah materi wajib yang diberikan kepada keturunan dan kerabat raja. Rakyat biasa tidak mendapat penyaluran pengetahuan tersebut. Memasuki fase kolonialisme (termasuk zaman Kartini), empatan mengenyam pendidikan bagi masyarakat masih tetap terbatas walaupun kolonial Belanda melaksanakan program edukasi melalui politik etis. Belanda 1
Abu Ahmadi, dan Nuh Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 69 Front Mahasiswa Nasional, (Jakarta: Majalah PERLAWANAN Edisi 04, Front Mahasiswa Nasional, Maret, 2005), h 9 3 Muhamad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, (Jakarta: Pustaka Amani 2003), h. 2
11
mendirikan sekolah hanya untuk memperoleh tenaga kerja rendahan yang akan mengoperasionalkan pabrik dan perkebunan modern serta mengisi pos administrasi pemerintah kolonial, sekolah hanya dinikmati oleh sebagian golongan saja sesuai stratifikasi sosial pemerintah kolonial, hanya orang Belanda, Eropa, golongan Indo, Priyayi, Pribumi(tuan tanah), Rakyat pribumi jauh yang bisa merasakan bangku sekolah. Menyadari pemerintah sangat diskriminatif dalam menyelenggarakan pendidikan, sebagian kaum pribumi yang maju berinisiatif. Mendirikan sekolah-sekolah bagi masyarakat luas. Pasca proklamasi 17 Agustus 1945 (masa Soekamo), pemerintah berupaya untuk membangun infrastruktur pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perguruan di Indonesia. Dan pada masa ini, perhatian pemerintah dengan kondisi pendidikan mulai terbangun. Naiknya Rezim Orde Baru tidak lantas membuat kondisi dunia pendidikan Indonesia membaik. Ilmu pengetahuan diarahkan atas nama pembangunan sesungguhnya bertujuan menopang kelancaran operasional imperialis dan melanggengkan kekuasaan. Kualitas pendidikan tidak merata dan kurikulum terdistorsi demi mendukung kepentingan pasar. Kampus berubah menjadi mesin pencetak tenaga terdidik yang siap pakai dan murah. Peran mahasiswa sebagai intelektual tidak diarahkan mengabdi kepada rakyat tapi justru sebaliknya. Kemudian memasuki fase pemerintah sekarang, kondisi pendidikan juga tidak memprihatinkan. Pern "BHMN" an perguruan tinggi negri (PTN) atau Otonomi Kampus (OTKAM) telah mengakibatkan kuliah menjadi barang langka di pasaran, karena biayanya selangit. Di tingkat pendidikan dasar dan menengah, komersialisasi pendidikan banyak yang semakin menjadi-jadi. Kesempatan yang minim selain persoalan biaya, juga disebabkan tidak meratanya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Dan dibukanya kesempatan bagi lembaga pendidikan asing menjadi ancaman tersendiri bagi lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia.4 305 4
Majalah Perlawanan Op. Cit, h. 1- 4
12
Dari sejarah singkat pendidikan di Indonesia di atas maka istilah masa depan suram atau tren disebut "madesu" mungkin tepat untuk menggambarkan kondisi pendidikan Indonesia. Satu yang tetap ada yang tumbuh subur dari zaman ke zaman di pendidikan kita adalah bahwa pendidikan hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu, rakyat biasa (yang tidak memiliki biaya untuk pendidikan) tidak dapat menikmatinya. "Istilahnya; orang miskin dilarang sekolah, pendidikan mahal bikin otak pindah ke dengkul". Itu pun masih didukung dengan masih mengentalnya budaya, adat yang bias gender dalam pendidikan.
C. Perempuan dalam Sejarah Kebudayaan Jawa Memahami berbagai konsep yang berbeda-beda tentang perempuan dalam berbagai kebudayaan, tidak akan banyak gunanya bila kemudian kita cockkan dengan praktek kebudayaan bersangkutan dalam memperlakukan perempuan. Dalam kata lain, sekalipun terdapat berbagai konsep yang baik tentang perempuan, namun dalam prakteknya hanya ada dalam satu kenyataan perempuan berada di bawah dominasi lelaki. Dari sejarah manusia, yang sakral, yakni yang diambil dari kitab-kitab suci atau mitos maupun . sakral, yakni yang disusun secara ilmiah, senantiasa menunjukkan diri sebagai sejarah lelaki. Kaum lelaki itulah yang membangun dunia, dimana terdapat perempuan di dalamnya. Dengan kata lain, lelaki dan perempuan tidak setara. Kelelakian sejarah bukanlah suatu keniscayaan, sekalipun bukti kelakian sangat kuat dan melimpah. Kasus seperti kebudayaan Minangkabau yang matrilinial itu misalnya, barangkali amat berguna sebagai bukti ketidak niscayaan kelelakian sejarah. Walaupun hal tersebut tidaklah seberapa berpengaruh terhadap citra kebudayaan mereka secara keseluruhan yang tetap maskulin. Namun yang penting di sini adalah perbedaan dibuat, sekalipun pa dalam wilayah konsep5 Perbedaan yang hanya ada pada wilayah konsep ini menjadi penting t 5
Fauzie Ridjal, dkk, Dinamakan Gerakan Perempuan Di Indonesia, (Yogyakarta: Cetakan Pertama, Desember 1993), h. 49
13
dibandingkan dengan kebudayaan Jawa, yang secara konsep pun manganggap lelaki lebih tinggi dari pada perempuan, menempatkan parempuan sebagai the second sex, kawula Wingking (kaum kedua) dalam segala peran sosial di masyarakat. Bahkan tercermin dalam ungkapan-ungkapan proverbial yang sangat mengunggulkan lelaki. Misalnya ungkapan swargo nunut neroko katut, yang berarti bahwa kebahagiaan atau penderitaan istri hanya bergantung pada suami, adalah contoh dimana perempuan dianggap tidak berperan dalam kehidupan. Fenomena ini begitu nampak pada komunitas masyarakat padat, masyarakat keraton, yang sampai saat ini masih dipegang teguh sebagai budaya oleh kelompok tradisional Jawa di desa, namun biarpun sebenarnya di kota gaya diskriminasi terhadap perempuan bentuknya lebih parah bahkan mm berupa kekerasan, intimidasi, perbudakan dan perdagangan kaum perempuan. Perempuan dalam kebudayaan belum merdeka, mereka masih tertindas. seluruh elemen pembentuk kebudayaan tampak jelas memiliki watak memihak atau dominasi laki-laki.6 Kasus Jawa menjadi penting untuk konteks Indonesia karena dominasi mereka di negara ini. Dalam kebudayaan Jawa, lelaki adalah penulis sejarah kebudayaan Jawa, yang seperti kebudayaan lain, kebenarannya telah ditabalkan dalam nilai-nilai resmi dan diluhurkan, Jawa juga menghadapi masalah dalam mempertahankan nilai kelelakiannya ketika warganya semakin banyak yang pandai berpikir.7 Diskriminasi terhadap kaum perempuan Jawa tersebut tidak terlepas dari masih mengentalnya budaya patriarkhi yaitu budaya dimana kaum laki-laki berkuasa dalam menentukan segala sesuatu. Kerja produksi disesuaikan dengan pembagian kerja berdasarkan seks atau jenis kelamin. Itulah sebabnya perempuan lebih banyak berkutat dalam urusan domestik (dapur, kasur dan sumur).8 Budaya tersebut juga mengakibatkan peran dan posisi perempuan
6
P3M Ford Foundation, Menakar Harga Perempuan, (Bandung: Mizan, 1999), h.89 Fauzie Ridjal, dkk, Op. Cit, h. 51 8 Mengenal Gender, Makalah disampaikan pada Pelatihan Pendidikan Anggota Baru 7
14
tersubordinasi (anggapan bahwa perempuan irasional, lemah sehingga perempuan tidak bisa menjadi pemimpin) dan termarginalkan ("pemikiran" terhadap perempuan). Salah satu bentuk subordinasi dalam kebudayaan Jawa pemisahan kerja produksi dan reproduksi, perempuan hanya bertugas kerja reproduksi, yaitu "kerja memproduksi manusia''', sedangkan kerja produksi adalah tanggung jawab laki-laki. Namun pada kenyataannya, kerja produksi tidak hanya mengandung, melahirkan dan menyusui saja, tapi pengasuhan. perawatan sehari-hari anak secara fisik dan mental dipikul semata-mata oleh perempuan.9 Ideologi gender komunitas Jawa tradisional lebih mengutamakan pengabdian mutlak perempuan kepada laki-laki, mereka mengatakan bahwa laki-laki adalah soko guru yang bertugas mengayomi, ngantepi
dan
menganyomi mengayani ngantepi. Sedangkan perempuan dianggap sebaliknya. Manifestasi dari budaya patriarkhi yang lain yaitu marginalisasi perempuan, seperti proses eksploitasi dan lain sebagainya. Disebut Bung Karno: I'exploitation de I'homme par I'homme (penghisapan oleh manusia lain dalam segala bentuk). Dari segi sumbernya bisa kebijaksanaan pemerintah, keyakinan atau tafsiran keagamaan, tradisi kebiasaan. atau bahkan asumsi ilmu pengetahuan.10 Di Jawa misalnya, program pendekatan panen dengan sistem tebang menggunakan sabit, mcmungkinkan lagi menggunakan ani-ani yaitu alat yang biasanya oleh perempuan. Akibatnya banyak perempuan miskin di desa termarginalisasi yakni tersingkir dari sawah. Ini berarti program dirancang tanpa mempertimbangkan aspek gender Dari segi kepercayaan/religi, orang Jawa percaya bahwa hidup manusia ini sudah diatur dalam alam semesta, sehingga tidak sedikit dari mereka bersikap nrimo, yaitu menyerahkan diri pada takdir. Selain itu orang Jawa percaya kepada kekuatan atau kesakten (kesaktian) yang terdapat pada Inada-benda pusaka, seperti keris, gamelan dan lain-lain. Mereka juga mempercayai keberadaan arwah atau roh leluhur, dan makhluk-makhluk halus seperti Front Mahasiswa Nasional (FMN), Wonosobo, 25 September 2007. 9 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Pustaka Pelajar Offset, 1996). h. 4. 10 Ibid, hal 5
15
memedi, lelembut, tuyul dan lain-lain. Menurut kepercayaan, makhluk tersebut dapat mendatangkan kesuksesan, kebahagiaan, ketenteraman. 'sebaliknya ada juga makhluk halus yang dapat menimbulkan ketakutan atau kematian. Pada dasarnya, di Jawa cukup banyak tokoh perempuan pelaku sejarah dalam. berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan agam. Di antara tokoh-tokoh perempuan Jawa tersebut antara lain : 1.
Ratu Sima (674) Menurut kitab sejarah dinasti Tang, di Jawa ada sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Ho-Ling atau Kaling. Letaknya di Jawa Tengah, tanahnya subur dan kaya. Di situ terdapat sumber air asin. Kerajaan aasebut diperintah oleh raja perempuan yang bernama Sima sejak tahun 674 memerintah dengan keras. Ia juga menghendaki agar kejujuran dijungjung tinggi. Hukum dijalankan tanpa pilih kasih, semua yang bersalah dihukum dengan setimpal. Tidak ada orang yang berani melanggar hak kewajibannya masing-masing, barang yang tercecer di jalan tidak ada yang berani mengambil kecuali pemiliknya. Oleh karena itu, kerajaan kaling aman. Rakyatnya hidup aman, tenteram dan juga pandai menulis dan mengenal ilmu perbintangan.
2. Ratu Tribuanatunggadewi Jayawisnuwhadani (1329) Kerajaan Majapahit di Jawa Timur juga pernah diperintah oleh -ang raja putri selama 22 tahun. Ketika raja Jayanegara meninggal Adak meninggalkan putra mahkota, maka adiknya seorang putri diangkat Untuk. Menggantikannya
dengan
Jayawisnuwhadani.
Pada
gelar
masa
Ratu
Tribuanatunggadewi
pemerintahannya,
banyak
terjadi
pemberontakan dalam perebutan tanah kekuasaan Majapahit. Namun di bawah perintah dan kekuatan pengawal pribadinya, pemberontakan itu dapat dipadamkan. Pada tahun 1350-an ia mengundurkan diri dan pemerintahan digantikan oleh putranya yang bernama Hayam Wuruk dibantu Patih Gajahmada. Mereka berhasil meluaskan kekuasaannya ke sriuruh nusantara. 3. Ratu Kalinyamat (1552)
16
Pada masa perkembangan Islam di Jawa juga mengenal pemimpin wanita. Salah satunya adalah Ratu Kalinyamat yang berkuasa di Kalinyamat, wilayah yang terletak dekat Jepara ini adalah daerah bawahan Kesultanan Demak. Di masa ini pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara berkembang aaenjadi bandar yang penting dan didatangi oleh armada dagang baik lokal aaaupun asing dalam menghadapi saingan dari Portugis dan melindungi asaha para saudara Islam, pada tahun 1574 Ratu Kalinyamat membantu Aceh menyerang Malaka yang menjadi pusat kekuasaan
Portugis.
Walaupun
serangan-serangan
itu
mengalami
kegagalan, semangatnya sntuk menentang orang Portugis terus berkobar. Misalnya, ia juga diminta okh para pimpinan persekutuan Hindu di Ambon untuk membantu menghadapi Portugis. Ia meninggal pada tahun 1579 dan digantikan oleh irmenakannya karena Ratu Kalinyamat tidak berputra. 4. Raden Ajeng Kartini (1879-1904) Memasuki abad ke-20, ide atau pemikiran dari Barat mulai masuk bersamaan diperkenalkan dan disebarluaskan pendidikan cara Barat. Kaum perempuan walaupun jumlahnya terbatas, mulai ada kesempatan menikmati pendidikan Barat tersebut. Sebagai putri Bupati, Kartini disekolahkan di ELS (Europeesche Lagerschool - sekolah rendah Belanda) di Jepara. Itu pun karena dianggap hanya sekolah itulah yang dapat membawa kehormatan. R.A. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879, putri Adipati Sasraningrat, anak kedua dari tiga bersaudara. Kartini tumbuh di tengah masyarakat Jawa yang adat istiadatnya waktu itu tidak memperbolehkan perempuan berpendidikan, tidak boleh bekerja di luar rumah dan menduduk jabatan. Dalam masyarakat Jawa, perempuan bumiputra, harus bersedia dikawinkan oleh orang tuanya. Perkawinan hanya itu cita-cita yang diangan-angankan oleh gadis.11 Waktu berumur 12 tahun, Kartini dilarang sekolah dan dipingit 11
Aristides Kattap, dkk., Satu Abad Kartini, 1879-1979, (Jakarta:PT. Sinar Agrape Press), h. 33.
17
(ditutup, tidak boleh keluar rumah) memenuhi adat istiadat bangsawan. Dalam usia 16 tahun dimerdekakan lagi, selama dalam pingitan, hanya dapeibolehkan berkirim-kirim surat dengan sahabat karibnya bangsa da. Surat tersebut berisi tentang diri dan cita-cita seorang Kartini, dalah yang mula-mula pandai menguraikan pikirannya dan pendapatnya lentang masyarakat Jawa dan tentang apa yang harus dilakukan untukmemperbaiki keadaan tersebut12 Perjuangan emansipasi kaum perempuan yang dilakukan R.A. kartini disalurkan melalui pendidikan, yakni dengan mendirikan sekolah khusus kaum wanita. Jenis sekolah yang dirintis dan didirikan oleh R.A. kartini adalah : a. Sekolah Gadis di Jepara, dibuka tahun 1903. b. Sekolah Gadis di Rembang.13 Jejak emansipasi perempuan-perempuan Jawa tersebut di atas Hanjutkan oleh perempuan-perempuan Indonesia dalam segala bidang.
D. Islam dan Perempuan Sebelum Islam datang, status perempuan di beberapa negara di belahan duni sangat diremehkan dan dirampas hak-haknya secara paksa. Perempuan tidak hanya dijadikan budak tapi juga berhak untuk dibunuh. Berikut ini dangan orang-orang (sebelum datangnya Islam) tentang kedudukan wanita 1. Perempuan di mata orang-orang Yunani Di mata mereka, perempuan sangat dilecehkan dan diejek. Sampaisampai mengklaim kaum perempuan sebagai najis dan kotoran dari hasil perbuatan syetan, perempuan sama rendahnya dengan dagangan yang bisa diperjual belikan di pasar dan perempuan boleh dirampas haknya, tidak periu. Diberikan hak bagian harta pusaka dan juga tidak berhak menggunakan hartanya sendiri sekalipun. 2. Perempuan di mata orang-orang Romawi 12 13
Armijn Pane, Habis Gelap Terbitlah Terang, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet XII), h. 25 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persadaedisi
18
Di zaman Romawi, orang-orangnya memiliki semboyan cukup terkenal "wanita itu tidak punya ruh", perempuan mengalami berbagai macam siksaan yang sangat kejam, misalnya diikat pada ekor kuda yang disurah lari sekencang mungkin sampai mati dan Iain sebagainya. 3. Perempuan di mata orang-orang Cina Mereka menyamakan perempuan dengan air penyakit yang membasuh harta dan benda, dan berhak menjual istrinya sebagaimana badak perempuan. Apabila seorang wanita Cina menjadi janda, maka Keluarga mendiang suaminya berhak atas istrinya dan bahkan seorang suami berhak mengubur istrinya hidup-hidup. 4. Perempuan di mata Undang-Undang Hammurabi Perempuan
dianggap
binatang
ternak
yang
diperlakukan
seenaknya. Misalnya, seorang membunuh anak perempuan orang lain naka dia harus menyerahkan anak perempuannya kepada orang tadi untuk dibunuh atau dimiliki. 5. Perempuan di mata orang-orang Hindu Di dalam syariat Hindu ditegaskan : "Sesungguhnya kesabaran tertentu, angin, kematian, neraka, racun dan ular itu tidaklah lebih jahat daripada perempuan". Perempuan tidak berhak hidup dan harus membakar diri apabila suaminya mati. 6. Perempuan di mata orang-orang Persia. Menurut mereka, seseorang boleh saja menikahi ibunya sendiri, saudara perempuan kandung, tante, bibi, keponakannya dan muhrimmuhnm yang lain serta pada saat menjelang haid, perempuan harus diasingkan jauh di luar kota. 7. Perempuan di mata orang-orang Yahudi Mereka menganggap perempuan adalah laknat atau kutukan Tuhan lantaran perempuan yang telah menyesatkan Adam dan ayah dari anak perempuan berhak menjualnya dengan harga yang paling murah sekalipun. revisi, 2003), h. 264
19
Perempuan di mata orang-orang Nasrani Mereka mengatakan bahwa "perempuan adalah sumber kejahatan, aaalapetaka yang disukai, sangat penting bagi keluarga dan rumah tangga, pembunuh yang dicintai dan musibah yang dicari". Demikian sekilas tentang perempuan di masa sebelum datangnya Islam sama sekali tidak mencerminkan peradaban namun sebaliknya lebih kalau disebut sebagai penindasan dan kedustaan. Islam datang membawa cahaya kebebasan yang sebenarnya bagi manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Kaum perempuan yang pada atasa pra-Islam mengalami masamasa suram dan menyedihkan, secara khusus telah diakui sifat kemanusiaannya. Kebangkitan Islam juga menyebabkan kedudukan perempuan didefinisikan ulang secara radikal. Pertama, Islam melarang "pembunuhan bayi perempuan" dan mengembalikan hak-hak lahir bagi perempuan. Untuk selanjutnya, baik laki-laki maupun perempuan dihargai sama dalam kemanusiaan mereka. Dalam Islam terdapat prinsip-prinsip yang harus mendasari relasi (persamaan) lelaki-perempuan dalam kemanusiaan tersebut sebagai mana diajarkan dalam Al-Qur'an: 1. Persamaan a.
Mereka sama-sama dimuliakan oleh Allah sebagai keturunan Adam
Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami heri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan" (Q.S.
20
Al-Isra' [17]: 70).14 b.
Diciptakan untuk menjadi hamba yang harus beribadah kepadaNya
Artinya: " Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku" (Adz-Dzariyat [51]: 56).15 c Sebagai khalifah yang harus memakmurkan bumi
Artinya:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" (Al-Baqarah [2]: 30).16
d. Menjadi hamba yang harus beribadah kepada-Nya (Adz-Dzariyat [51]: 56) dan khalifah-Nya yang harus memakmurkan bumi (Al- 30)
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan Supaya mereka menyembah-Ku''' (Adz-Dzariyat [51]: 56)17
14
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI. 1971), h. 435 15 Ibid, h. 862 16 Ibid, h. 13 17 Ibid, h. 862
21
Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumr (Al-Baqarah [2]: 30).18 e. Jika mereka beriman dan beramal shaleh maka akan diberi kehidupan yang baik dan balasan yang terbaik
Artinya: "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakari''. (An-Nahl [16]: 97).19 f. Kelebihan yang satu dengan yang lain ditentukan oleh ketakwaan (Al-Hujurat [49]: 13) dan prestasinya (Al-An'am [6]: 165).
.Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Al-Hujurat [49]: 13)20
18
Ibid, h. 13 Ibid, h. 417 20 Ibid, h. 847 19
22
Artinya: "Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Al-An'am [6]: 165).21 2. Persaudaraan a. Manusia merupakan bangsa yang satu
Artinya: "Manusia itu adalah umat yang satu''' (Al-Baqarah [2]: 213).22 b. Manusia diarahkan untuk bekerja sama dalam kebaikan dan menghindari tolong menolong dalam dosa dan permusuhan
Artinya: "... Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbual dosa danpelanggaran" (Al-Maidah [5]: 2).23
3. Kemerdekaan
21
Ibid, h. 217 Ibid, h. 51 23 Ibid, h. 187 22
23
a. Allah memberi amanah kepada manusia yang sebelumnya ditawarkan kepada langit, bumi, gunung-gunung namun mereka menolaknya
Artinya: "Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh" (AlAhzab [33]: 72).24 b. Dalam melaksanakan kehendak bebasnya (amanah) itu, manusia diberi beban sesuai kemampuannya
Artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya" (Al-Baqarah [2]: 286).25 c. Seseorang tidak memikul dosa orang lain dan mempertanggungjawabkan atas perbuatannya sendiri
Artinya: " ... dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain" (Al-An'am [6]: 164).26 4. Keadilan Perintah untuk menegakkan keadilan untuk siapa saja, karena keadilan merupakan kewajiban yang paling dekat dengan takwa (Al-Maidah [5]: 8)
24
Ibid, h. 680 Ibid, h. 72 26 Ibid, h. 217 25
24
baik di pemerintahan (An-Nisa [4]: 58) maupun keluarga (An-Nisa [4]: 3)
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orangorang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan add. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, karena add itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakah" (AlMaidah[5]: 8).27
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar bagi Maha Melihat (An-Nisa [14]. 58)28
Artinya : "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu 27 28
Ibid, h 159 Ibid, h. 128
25
takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya" (An-Nisa [4]: 3).29 Hal yang paling besar yang diberikanlslam kepada perempuan adalah bahwa Islam telah menghapus untuk kali pertama "kesalahan abadi" sebagai penyebab utama Adam a.s. memakan pohon terlarang di surga. Islam Mengembalikan status perempuan dalam masyarakat dan mencela mitos lama tentang hawa yang dianggap sebagai penggoda dan sumber kejahatan. Sebagai penyebab dosa asal dan jatuhnya manusia, Islam menganggap keduanya sama-sama bersalah karena mendengarkan bisikan setan. Firman Allah :
Artinya "Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula" (Q.S. Al-Baqarah: 36).30 Dari ayat tersebut jelaslah bahwa perempuan tidak bertanggung jawab atas kesalahan Adam, keduanya sama-sama bersalah karena tidak taat kepada ban. keduanya telah memohon ampunan dan kemudian diampuni. Selain Islam melarang pembunuhan terhadap anak-anak perempuan mengembalikan citra perempuan sebagai penggoda dan sumber kejahatan, di masa Nabi juga memiliki agenda penghapusan beberapa bentuk terasan terhadap wanita, sebagai mana dikemukakan dalam Al-Qur'an diantaranya: 1. Memukul
Artinya : "Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah1''. (Q.S. 29 30
Ibid, h 128 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: Depag RI. 1971).h. 14
26
An-Nisa [4]: 30).31 2. Mengusir dari rumah
Artinya : "... Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakanperbuatan keji yang terang\ (Q.S. At-Talaq [65 1] :32 3. Membuat sengsara dan menderita
Artinya...
dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (liati) mereka" (Q.S. At-Talaq [65]: 6).33
4. Mempersulit kehidupan wanita
Artinya: "Tidak ada sesuatu pun mahar atas kamu, jika kamu menceraikan istri-istri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. Dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. Yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikari”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 236).34 5. Menzhihar istri (semacam perkataan atau sumpah yang mempunyai maksud tidak mau mencampuri istrinya seperti haramnya mencampuri 31
Ibid, h. 115 Ibid, h 945 33 Ibid, h 946 32
27
ibunya).
Artinya: "Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha PengampurT (Q.S. Al-Mujadalah [58]: 2).35 6. Mempergauli istri dengan paksa dan mengambil mahar yang telah diberikan
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka Karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang Telah kamu 34
35
Ibid, h. 58 Ibid, h. 908.
28
berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (Q.S Annisa:19)
Kehadiran Islam pada intinya adalah memporak-porandakan pagar keterkungkungan perempuan dalam tatanan sistem nilai yang ada, dimana perempuan belum pernah sepanjang sejarah didudukkan sejajar dengan lelaki dan untuk pertama kalinya secara konseptual dan terarah menegakkan status perempuan. Kedudukan perempuan yang diangkat oleh Islam tercermin dalam 3 aspek sebagai berikut: 1.
Aspek kemanusiaan perempuan yang diakui sama dengan laki-laki.
2.
Aspek sosial yang dapat memberikan peluang bagi perempuan dalam bidang
pendidikan
dan
pengajaran,
berpartisipasi
dalam
kemasyarakatan, menyatakan pendapat dan gugatan dalam rangka mencapai haknya. 3.
Aspek hak perempuan, termasuk hak memenej harta ketika menginjak usia dewasa. Sejarah awal Islam juga penuh dengan keteladanan perempuan
Muslim yang menunjukkan kemampuan luar biasa dan berkompetisi dengan laki-laki, ahkan mampu mengungguli laki-laki dalam banyak kesempatan dan di berbagai bidang, antara lain: 1. Studi-studi keagamaan Ini adalah bidang favorit bagi kaum perempuan pada masa awal Islam dan banyak perempuan Muslim yang dapat menjadi tokoh-tokoh terkemuka di kalangan para ahli hadits dan hukum. “Misalnya: Aisyah istri Nabi Saw., ia adalah ilmuwan yang terkenal pada masanya, perspektif ke depan dan nasihat yang ia miliki mengenai persoalan kaum muslimin
29
dianggap sangat penting oleh para penguasa Islam pada masa itu. Aisyah dipercaya memiliki ribuan hadits yang diterima langsung dari Nabi Saw. dan sampai hari ini tetap dinilai memiliki otoritas yang tinggi dalam yurisprudensi (putusan-putusan hukum) Islam. 1. Kesusastraan Kaum perempuan muslim telah membuktikan kemampuan mereka untuk menguasai bidang kesusastraan ini dan memperoleh reputasi yang tinggi. Di antara mereka yang mampu menempati garis terdepan dalam bidang ini adalah Al-Khasna, seorang penyair terbesar pada masanya. Puisinya masih bertahan sampai hari ini. Al-Khasna, bahkan pernah dipuji oleh Nabi Saw. sendiri ketika Nabi Saw. bersabda bahwa puisi karyanya puisi yang tidak ada bandingnya. 2. Kemiliteran Kaum perempuan Muslim juga telah membuktikan diri untuk menjadi pejuang-pejuang yang tangguh dan mereka bertempur bersamasama berdampingan dengan laki-laki. Naisabah, istri Zaid bin Asim, salah satu perempuan yang ikut mengambil bagian dalam perang Uhud. Dalam perang tersebut, Nusaibah bertempur dengan penuh semangat dan pada saat yang kritis ketika Nabi ditinggal sendirian, dia mendampingi Nabi Saw. Dan berhasil melukai 11 orang dengan pedangnya. Dalam perang Yarmuk perempuan seperti Hindun binti Utbah dan Hindun bin Al-Harits bin Hisyam juga dua orang perempuan yang luar biasa dalam hal ini. 3. Bidang usaha dan pekerjaan Kaum perempuan di masa Nabi juga aktif dalam berbagai bidang pekerjaan, antara lain36 a. Khadijah binti Khuwalaid, istri Nabi Saw. Dan Qilat Urn mi bani Ammar adalah pedagang yang sukses. b. Al-Syafa' binti Abdullah, perempuan yang pandai menulis, diangkat oleh khalifah kedua, Umar, sebagai pengawas pasar yang ada di 36
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an, cet. X, (Bandung: Mizan, Februari, 2000), h.
30
Madinah. c. Ummu Salim binti Malhan, bekerja sebagai perias pengantin. Istri Nabi Saw. Yang bernama Shafiyah binti Huyay juga pernah dirias olehnya. d. Zainab binti Jahsy, bekerja menyamak kulit dan hasil usahanya itu beliau sedekahkan. e. Raithah, istri sahabat Nabi yang bernama Abdullah ibn Mas'ud, sangat aktif bekerja karena suami dan anaknya ketika itu tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga. f. Zainab dari bani Awd dan Umm Al-Hasan binti Qadi Abi Ja'far AITanjali, menjadi dokter yang terkenal. Demikian sedikit dari banyak yang terjadi pada masa Rasulullah Saw. dan sahabat beliau menyangkut keikutsertaan perempuan dalam berbagai bidang usaha dan pekerjaan. Di dalam tradisi Islam, khususnya dalam Al-Qur'an tidak pernah ditemukan satu ayat pun yang menunjukkan keutamaan seseorang karena faktor jenis kelamin atau keturunan suku bangsa tertentu. Kemandirian dan otonomi perempuan sejak awal terlihat begitu kuat. Perjanjian, baiat, sumpah dan nadzar yang dilakukan oleh perempuan mengikat dengan sendirinya, sebagaimana halnya laki-laki.
Suatu ketika Nabi Muhammad Saw. didatangi oleh seorang perempuan untuk menyatakan dukungan politik (bai'ah), maka peristiwa langka ini menyebabkan turunnya ayat Al-Qur'an :
31
Artinya: Hai Nabi apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q.S. Al-Mumtahanah [60]: 12).37 Maka jelaslah, salah satu obsesi pada masa Islam yaitu terwujudnya keadilan sesuai dengan konsep Al-Qur'an. Keadilan dalam Al-Qur'an mencakup segala segi kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Karena itu, Al-Qur'an tidak menolerir segala bentuk penindasan atau diskriminasi baik berdasarkan kelompok etnis, warna kulit, suku bangsa dan kepercayaan maupun yang berdasarkan jenis kelamin. Namun jika terdapat suatu hasil pemahaman atau penafsiran yang bersifat menindas atau menyalahi nilai-nilai luhur kemanusiaan, maka hasil pemahaman dan penafsiran itu terbuka peluang untuk diperdebatkan atau harus ditafsir ulang.
E. Pentingnya Pendidikan dalam Memajukan Masyarakat Dalam bagian terdahulu telah disinggung tentang pengertian pendidikan yang mana merupakan usaha manusia untuk membina epribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Proses tersebut merupakan proses kontinyu, yang semula sejak seorang ilahirkan hingga meninggal dunia, mencakup bentuk- bentuk belajar secara tiformal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah, alam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat,38 Islam sudah mengenal onsep pendidikan seumur hidup tersebut jauh sebelum orang-orang Barat lengangkatnya. Konsep ini pula yang diterapkan dalam sistem 37
Depag RI, Op. Cit, h.925
38
Hasbulah, Dasar Dasar Ilmu Pendidikan( Jakarta: PT Raja GRAFINDO
32
pendidikan slam. Bentuk konsep pendidikan tanpa batas usia. Setiap individu dibebankan ntuk menerima pendidikan sepanjang hayatnya, perlakuan itu disetarakan antara laki-laki dan perempuan. Sebagatmana dinyatakan oleh hadits Nabi Muhammad saw. yang berbunyi:
Artinya : Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunid".. Konsep tersebut menjadi aktual kembali terutama dengan terbitnya buku An Introduction to Lifelong Education pada tahun 1970 karya Paul engrand, yang dikembangkan lebih lanjut oleh UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization)39 Proses pendidikan tersebut sebenarnya telah berlangsung lama, yaitu sepanjang sejarah manusia itu sendiri dan seiring pula dengan perkembangan sosial budayanya. Secara mum memang aktivitas pendidikan sudah ada sejak manusia diciptakan. Betapapun sederhana bentuknya, manusia memang memerlukan pendidikan. sebab manusia bukan termasuk makhluk instinkif. Dalam pandangan Islam, pendidikan juga diartikan sebagai sebuah proses, berawal dari saat Allah sebagai Rabb al-'Alamin menciptakan alam ini Sejumlah informasi yang termuat dalam ayat Al-Qur'an, yang lenjelaskan bahwa Allah memberikan pendidikan kepada makhluk, termasuk lanusia, antara lain dengan cara menganugerahkan sejumlah potensi yang engan potensi dimaksud manusia menjadi berkemampuan untuk dididik dan lendidik. Potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia antara lain dengan cara: 1. Mengajarkan pandai berbicara
Artinya : "Mengajarnyapandai berbicara" (Q.S. Ar-Rahman [55]: 4).40
PERSADA,2006). h. 64 39 Hasbullah, Op. Cit, h. 63. 40 Depag RI,. Op. Cit, h. 885.
33
2. Mengajarkan apa yang tidak diketahui
Artinya : "Mengajarkan apa yang tidak diketahui" (Q.S. Al-'Alaq [96]: 5)41
Artinya : "...dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dan sisi Kami" (Q.S. Al-Kahfi [18]: 65).42
Artinya: "Dan (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (bendabenda) seluruhnya" (Q.S. Al-Baqarah [2]: 31).43 Secara garis besarnya, potensi tersebut di atas terdiri dari empat potensi utama yang secara fitrah sudah dianugerahkan Allah kepadanya, yaitu:
1. Hidayah al-ilham al-fithry (potensi ilham yang bersifat fitri) Potensi tersebut diberikan kepada anak sejak kelahirannya. Anak merasa butuh untuk makan dan minum. Jika orang tuanya lupa memberinya, ia menangis minta makan atau minum. 2. Hidayah al-hawas (potensi indra) Potensi indrawi erat kaitannya dengan peluang manusia untuk mengenal potensi yang pertama dan dimiliki baik oleh manusia maupun binatang. Potensi indrawi yang umum dikenal terdiri atas indra pelihat, pencium, peraba, pendengar dan perasa. 3. Hidayah al 'aql (potensi intelektual) Potensi ini tingkatannya lebih tinggi dari dua hidayah yang sudah 41 42
Ibid, h.. 885. Ibid, h. 38.
34
disebut sebelumnya. Potensi akal memberi kemampuan kepada manusia untuk mengetahui simbol-simbol, hal-hal yang abstrak, menganalisa, membandingkan maupun membuat kesimpulan dan akhirnya memilih maupun memisahkan antara yang benar dari yang salah. 4. Hidayah ad-diniyat (potensi keagamaan) Pada diri manusia sudah ada potensi keagamaan, yaitu berupa dorongan untuk mengabdi kepada sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuasaan
tertinggi.
Karena
manusia
memerlukan
sesuatu
yang
meluruskan, membimbing dan menunjukkan, yang tidak terpengaruh oleh hawa nafsu. Maka ia perlu dibantu dan ditolong dengan hidayah agama guna membimbingnya ke jalan yang paling lurus baik setelah atau sebelum terjerumus dalam kesalahan. Adanya potensi-potensi tersebut di atas dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah serta ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah
dan
hukum-hukum
Tuhan,
menjadikan
ilmuwan
dapat
memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu mengantarkan nanusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Tuhan. Keberhasilan memanfaatkan alam itu merupakan buah teknologi. Karena pentingnya pendidikan, Islam menganjurkan umatnya untuk selalu belajar dan menuntut ilmu:
Artinya : "Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap orang Islam'' (H.R. AtTabrani melalui Ibnu Mas'ud".44 Menurut Syekh Ibrahim bin Ismail dalam kitabnya Ta 'limul Muta 'alim menyatakan bahwa: ilmu merupakan pangkat tertinggi dari segala pangkat, antaran ilmu diperoleh dengan kepayahan dan kesusahan dan
43
44
Ibid, hal 36
Abi Abdillah Muhammad Yazid Al-Qozwini, Sunan Ibnu Majah,
35
hanya dengan kemuliaan ilmulah menjadi perantara untuk bertakwa kepada hamba-Nya. Drang yang berilmu juga kekal kemuliaannya setelah mati, dan kemuliaannya itu senantiasa dilipatgandakan karena selalu terkenang baik di dunia dan nemperoleh derajat yang agung di akhirat. Antara orang yang berilmu pengetahuan dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya. Orang yang berilmu secara praktis memiliki keutamaan dengan derajat yang lebih tinggi. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur'an :
Artinya : "Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS. Az-Zumar [39] 9)45
Artinya : " Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hambahamba-Nya, hanyalah ulamd" (Q.S. Al-Fathir [35]: 28).46 Maka di sinilah pentingnya sebuah pendidikan, tanpa pendidikan, mustahil seseorang memiliki pengetahuan. Bagaimana seseorang akan beriman kepada Tuhannya, sedangkan dia tidak memiliki pengetahuan tentang itu. Dan bagaimana seseorang akan memperoleh kenikmatan dunia sedangkan dia tidak tahu ilmu atau pengetahuan untuk mendapatkannya? Maka jelas, lanya dengan ilmulah yang dapat menghilangkan kebodohan dan nengantarkannya kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia maupun akhirat. Lesempatan untuk memperoleh ilmu tersebut tidak difokuskan kepada salah atu jenis kelamin saja, baik laki-laki maupun perempuan berkewajiban mencari dan berhak memperolehnya. Hal tersebut sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw. : (Semarang : Sunan Ibnu Majah, Toha Putra,1995 M/1415 H), h.81 45
Depag RI, dkk , Op. Cit, h. 747.
36
Artinya : "Barang siapa yang melewati jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan untuknya jalan menuju surga".47 Para perempuan di zaman Nabi Saw. pun menyadari benar kewajiban ini, sehingga mereka memohon kepada Nabi agar beliau bersedia menyedia waktu tertentu dan khusus untuk mereka agar dapat menuntut ilmu Pengetahuan. Permohonan ini tentu saja dikabulkan oleh Nabi Saw. Dalam hadits diriwayatkan: "Kaum wanita berkata kepada Nabi Saw.: Kaum laki-laki mengalahkan kami untuk dapat bersamamu. Karena itu, sediakanlah olehmu satu hari untuk kami yang pada hari itu kami datang menemuimu sehingga engkau mengajarkan kepada kami apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, Rasuiullah Saw. Menjawab: "Berkumpullah kalian pada hari ini dan ini, mereka pun berkumpul48 Secara umum, pendidikan dimaksudkan untuk membantu manusia memperoleh
kehidupan
yang
bermakna
hingga
diperoleh
suatu
kebahagiaan hidup. baik secara individu maupun kelompok. Dalam hal ini pendidikan dapat diselenggarakan melalui 2 (dua) jalur, itu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Pendidikan di sekolah juga mempunyai dua aspek penting, di satu pihak mdidikan sekolah bertugas mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang emungkinkan perkembangan anak, secara optimal. Di satu pihak, pendidikan sekolah bertugas mendidik agar anak mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah yang 46
Ibid, h. 700 Abi Abdillah Muhammad Yazid Al-Qozwini, Sunan Ibnu Majah, (Libanon : Sunan Ibnu Majah, Juz Awal, Darul Fikr,1995 M/1415 H), h.86 48 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Matan al-Bukhari, (Libanon: Matan al-Bukhari, Juz IV, Darul Kitab Islami, Bairut) , h. 25. 47
37
tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. 49Keluarga dan masyarakat merupakan bagian dari jalur pendidikan tersebut yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya dan keterampilan. Pendidikan sebagaimana ilmu pengetahuan itu sendiri adalah selalu berubah dan berkembang secara progresif, sejauh mana pendidikan nasional ejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, itulah sebenarnya perkembangan uatu bangsa. Sebagai proses, pendidikan memerlukan sebuah sistem yang terprogram dan mantap, serta tujuan yang jelas agar arah yang dituju mudah dicapai. Kenyataan berkata lain, pendidikan di Indonesia tidak seperti yang diharapkan banyak pihak, baik itu masyarakat atau generasi muda akhirnya menjadi bingung dan kecewa setelah mereka mengamati atau mengecap pendidikan kita. Bahkan mereka ada yang meragukan tentang fungsi dan arti pendidikan kita. Mereka telah mati-matian menempuh dan membiayai pendidikan, namun akhirnya tidak dapat bekerja menurut pengalaman serta lapangan yang ada. Dengan pendidikan, mereka toh akhirnya tidak menemukan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.50 Padahal untuk dapat memimpin bangsa ini membutuhkan wawasan yang luas yang tentu saja tidak lepas dari pendidikannya. Orang yang tidak mengenyam
pendidikan,
akan
kesulitan
dalam
berinteraksi
dan
bersosialisasi, apalagi di zaman yang sudah serba modern ini. Maka dalam rangka membangun paradigma pendidikan nasional yang berorientasi kerakyatan mau tidak mau harus meninjau kembali pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia saat ini yang penuh dengan berbagai kelemahan. Dan tingkat permasalahan pendidikan di Indonesia sangat kompleks serta beragam. Dari permasalahan tersebut, terdapat beberapa yang merupakan persoalan-persoalan pokok pendidikan di Indonesia, yaitu : 1. Mahalnya biaya pendidikan 49
50
Abudin Nata: Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 232 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rhineka Cipta, cet. IV), h. 2.
38
Salah satu indikasi penyebabnya adalah minimnya alokasi anggaran pendidikan dan pencabutan subsidi sosial. Alokasi anggaran yang minim karena negara harus menanggung utang domestik dan luar negeri, sedangkan pencabutan subsidi sosial terhadap sektor publik (termasuk pendidikan) merupakan kebijakan yang memaksa institusi pendidikan (khususnya milik negara) mencari tambahan dana untuk kebutuhan operasional, seperti perguruan-perguruan tinggi (PTN) yang BHMN-kan. Maka apabila kecenderungan ongkos pendidikan di perguruan tinggi semakin mahal, maka pada akhirnya pendidikan tinggi di Indonesia pada masa mendatang menjadi tempat bagi anak dari keluarga yang mampu. Sementara anak-anak dari keluarga yang miskin terpaksa harus puas dengan pendidikan yang jauh lebih rendah. Pendidikan di negara kita juga semakin jauh dari tujuannya mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Pendidikan yang tidak merata dan rendahnya kualitas pendidikan Di berbagai pelosok desa di Indonesia, jumlah sekolah yang tersedia sangat sedikit. Jika mau berangkat sekolah harus menempuh perjalanan sekian kilometer, penyediaan fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar juga masih terbatas, Dan fenomena yang terjadi sekarang ini adalah pendidikan tinggi tidak menjamin peserta didik untuk mencapai tujuannya. Ijazah perguruan tinggi yang diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk kehidupan ekonomi yang lebih baik, ternyata tidak mampu menjawab kepentingan mahasiswa karena masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Maka yang terjadi semakin banyak perguruan tinggi, semakin banyak pula lulusan universitas yang menganggur. 3. Orientasi pendidikan yang tidak ilmiah Kebijakan pemerintah tentang ujian nasional (UN) yang justru membebani siswa dan orang tua siswa, adalah contoh dimana sistem
39
pendidikan Indonesia dipertanyakan keilmiahannya. Keilmiahan tidak hanya berkaitan dengan knowledge (pengetahuan), namun juga memiliki kemampuan memecahkan problematika yang dialami rakyat. 4. Sistem pendidikan yang tidak demokratis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Namun realitasnya dalam dunia pendidikan kita, sekolah atau kampus ternyata belum mampu menjamin kebebasan akademis bagi peserta didik, kebebasan berpendapat, berorganisasi serta keterlibatan mahasiswa dalam menentukan kebijakan di sekolah atau di kampus masih dikekang51 Mengenai demokrasi pendidikan ini, John Dewey menggagas "pendidikan progresif' yang menggambarkan adanya guru menjadi "pelayan"
di
kelas
dari
murid,
dan
murid
memegang"tampuk
kepemimpinan".52 Berdasarkan uraian di atas, maka pendidikan bergantung pada sejauh mana mampu menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di pasaran bebas. Sehingga pendidikan di Indonesia ke depan, mampu melahirkan manusia yang memiliki daya kompetisi yang tinggi sehingga di manapun ia berada di muka bumi ini, ia akan tetap sukses dan bertahan untuk kelangsungan hidupnya.
51 52
Majalah Perlawanan, OP. Cit, h. 9-11 Wasty Soemanto, Op. Cit, h. 4
BAB III KONSEP HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
A. Pengertian dan Sejarah Habis Gelap Terbitlah Terang Habis gelap terbitlah terang merupakan judul sebuah buku yang diterjemahkan oleh Armijn Pane dari judul aslinya “Door Dulsternis Tot Licht “ karya Mr. Abendanon, suami dari Nyonya R.M. Abendanon Mandiri yang disebut oleh Kartini ibu. Buku kumpulan surat-surat R.A. Kartini, putri seorang bupati di Afdeling Jepara kepada sahabat-sahabatnya. Surat-surat itu diumumkan oleh Mr. Abendanon pertama kalinya dalam tahun 1911. Pada mulanya maksudnya akan menarik perhatian dan meminta pertolongan orang mendirikan sekolah untuk anak gadis bumiputra yang dicita-citakan oleh Kartini.1 Buku tersebut banyak mendapat sambutan dari orang-orang yang paham bahasa Belanda, hingga perlu dicetak beberapa kali. Hasil penjualan buku tersebut, digunakan untuk mendirikan "Kartini Ponds" di Den Hag, yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pendidikan kaum perempuan. Pada tahun 1913, didirikanlah sekolah yang pertama di Semarang atas dorongan Van Deventer. Dalam pidato pembukaannya, M. Atmodirono mengutarakan bahwa pendidikan kaum perempuan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan masyarakat keseluruhan.2 Sepuluh tahun kemudian, tahun 1920, surat-surat yang termaktub dalam buku tersebut terbit dalam terjemahan bahasa Inggris oleh A.L. Symmers dengan judul Letters of a Javanese Princess, kemudian diterbitkan kembali di New York, Amerika Serikat. Tahun 1922, buku tersebut diterjemahkan dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran sebagai terbitan Balai Poestaka. Tahun 1938, Balai Poestaka mengeluarkan terbitan baru Armijn Pane, meskipun dengan judul yang sama, Habis Gelap Terbitlah Terang. Lebih dari 40 tahun kemudian, 1
Armijn Pane, Habis Gelap Terbitlah Terang, (Jakarta: Balai Pustaka, 1978, cet. XII), h.
25-26. 2
Aristides Kattap, dkk. Satu Abad Kartini, 1879-1979, (Jakarta: PT Sinar Agrape Press, cet. IV), h. 30.
40
41
Sulastin Sutrisno, dosen Filologi di Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada, menghasilkan terjemahan buku tersebut ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Surat-surat Kartini: Renungan tentang dan untuk Bahasanya, terbit tahun 1981 dam 1985. Bahkan sejak tahun 1926 pembaca di negeri-negeri Arab dapat membaca pemikiran-pemikiran Kartini tersebut yang diterjemahkan dalam bahasa Arab dengan judul: Alhajat Alkadimat wal Ruh Alhadissya: Bikalam Raden Adidjin Kartini3 Kartini
melalui
korespondensi
dengan
kawan-kawannya
yang
berkebangsaan Belanda mengomunikasikan kondisi perempuan di sekitarnya. Kepnhatinan dan pikiran-pikirannya tentang bagaimana memperbaiki nasib perempuan pada zamannya. Ia juga menerjemahkan ke dalam program nyata dengan menyelenggarakan pendidikan untuk kaumnya. Sekolah yang pertama ia dirikan adalah sekolah untuk anak gadis di Jepara. Muridnya hanya sembilan orang, terdiri dari teman-teman atau famili. Di sekolah itu diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak dan lain-lain tanpa dipungut bayaran. Setelah menikah, sekolah seperti itu didirikan pula di Rembang.4 Meskipun sepintas program tersebut lebih menunjukkan program vokasional, namun pada hakikatnya mengandung nilai penyadaran yang amat penting bagi perkembangan berpikir pada zaman tersebut; penyadaran untuk pembebasan dan pengembangan diri.5 Kartini hidup dalam zaman dimana perempuan hidup dalam sistem patnarkat,
diskriminasi
terhadap
perempuan
diterapkan
secara
ketat.
Perempuan tidak mempunyai hak sama dengan lelaki, dan sebagai gadis kabupaten kenyataan ini disampaikan kepadanya dengan berbagai kata maupun tindakan. Maka tidak heran jika Kartini cenderung memberontak terhadap segala sesuatu yang dianggapnya "kolot", gambaran masyarakat yang "bebas", 3
Haryati Soebadio dan Saparinah Sadli, Kartini Pribadi Mandiri, (Jakarta,: PT Gramedia Pustaka Utama. 1990), h. viii. 4 Soedojo Dirjosisworo, Megawati dalam Babar Sejarah Pemimpin Perempuan Indonesia, (Jakarta: CV. Mandar Maju, cet I, 1999), h. 19 5 Aristides Kattap, Op. Cit, h. 14.
42
"modern", tentu saja sangat mengesankan dan lebih menarik dari apa yang dialaminya setiap hari. Lewat surat-suratnya pula, Kartini sering bercerita tentang pikiran, perasaan, sikap atau tindakan anggota keluarga, terutama yang berasal dari generasi tua. Ia juga menceritakan kepercayaan dan adat kebiasaan tradisional Jawa.6 Sesuai dengan adat istiadat yang berlaku pada waktu itu, setelah menamatkan sekolah dasar, yaitu pada waktu umur dua belas tahun, seorang anak gadis menjalani masa pingitan sampai tiba saatnya menikah. Mereka tidak bebas bergerak, berbeda dengan kaum laki-laki.7 Selama dalam pingitan, ayah Kartini yang memahami dan mengerti akan cita-cita anaknya, memberikan kebebasan kepada Kartini untuk membaca surat-surat resmi ayahnya, tidak memberikan larangan sedikit pun terhadap jenis bacaan yang dipilih oleh Kartini dan diperbolehkan untuk ikut serta menerima atau menyambut perwiraperwira kapal perang Belanda, Edie yang berlabuh di pelabuhan Jepara. Kartini banyak bergaul dengan orang-orang terpelajar, kegemaran membaca buku, terutama buku-buku mengenai kemajuan kaum perempuan di luar negeri, menyebabkan pikirannya terbuka. Rasa sedih melihat keadaan perempuan bangsanya mulai timbul. Mereka jauh tertinggal dibandingkan dengan perempuan luar negeri terutama perempuan Eropa. Dalam suratnya Kartini mengatakan : "Dan adat kebiasaan negeri kami sungguh-sungguh bertentangan dengan zaman baru, zaman baru yang saya inginkan masuk ke dalam masyarakat kami," (surat kepada Zeehandelaar, 25 Mei 1899)8 Sejak saat itu, timbul keinginan untuk berjuang memajukan kaum perempuan, kemajuan tersebut menurutnya, dapat dicapai melalui pendidikan. Dari surat-surat Kartini juga diketahui bahwa sebenarnya Kartini bukan gadis pertama yang tidak mau menerima ketentuan adat yang sangat membatasi ruang gerak perempuan usia remaja. Kartini juga mengetahui dari buku-buku yang ia baca bahwa di daerah lain seperti di Priangan dan Minahasa ada gadis6
Haryati Soebadio dan Saparinah Sadli, Op. Cit, h. 29. Soedojo Dirjosisworo, Op. Cit, h 18 8 Armijn Pane, Op. Cit, h. 15. 7
43
gadis yang sudah bergerak secara luas. Mereka diperbolehkan mengikuti suatu jenjang pendidikan yang melampaui sekolah dasar. Namun ada satu hal yang membuat Kartini "berbeda" dan menonjol dari gadis lain sebaya dan sezamannya, yaitu bahwa Kartini meninggalkan tulisan (dalam bahasa asing) yang mencerminkan pikiran dan perasaannya tentang apa yang ia alami dan amati di sekelilingnya. Menuangkan pengamatan dan pikiran dalam suatu bentuk tulisan seperti yang Kartini perbuat, langka dilakukan oleh orang biasa, apalagi dalam bahasa asing dan dilakukan orang yang hanya berpendidikan sekolah dasar. Dalam salah satu suratnya, Kartini menulis : "Mereka dapat mengambil sesuatu dari diriku, tetapi tidak penaku" (Men kan ons veel, ja alles ontnemen, maar niet mijne per, DDTL, hal. 298).9 Diukur dengan keadaan zamannya, maka pikiran-pikiran Kartini tersebut boleh dikatakan sangat maju, banyak orang yang mengatakan bahwa Kartini adalah te vreog geboren dalam arti terlahir mendahului zamannya. Ada juga yang menyebutnya revolusioner, karena melihat dari surat-suratnya yang mengatakan bahwa, feodalisme perlu dirombak dan diubah, sehingga setiap manusia dapat menikmati hak-haknya serta menjalankan kewajibannya sebagaimana telah ditentukan Tuhan.10 Ada tiga hal yang membuat Kartini dan surat-suratnya itu penting dan menarik perhatian, ialah: 1. Cita-cita Kartini Dalam surat-surat Kartini banyak diungkapkan tentang cita-citanya untuk memajukan kaum perempuan Indonesia, memajukan bangsanya yang masih bodoh dan miskin serta membebaskan kaum perempuan dari belenggu seklusi dan satu-satunya jalan untuk memerdekakan kaum perempuan menurutnya dengan melalui pendidikan yaitu memperbanyak sekolah-sekolah bagi kaum perempuan. Pokok-pokok pandangan Kartini tentang pendidikan adalah sebagai berikut: a. Kunci kemajuan bangsanya terletak pada pendidikan, maka dari itu 9
Haryati Sobadio dan Saparinah Sadli, Op. Cit, h. 54-58. " Aristides Kattap, Op. Cit, h. 30.
10
44
rakyat Indonesia harus menerima pendidikan tanpa terkecuali. b. Pendidikan sifatnya harus non diskriminatif dan harus diberikan kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama, keturunan, kedudukan sosial dan lain sebagainya. c. Pendidikan untuk rakyat yang bersifat nasional meliputi pendidikan sekolah (formal), pendidikan keluarga dan pendidikan luar sekolah (nonformal). d. Selain
memberikan
pengetahuan
dan
keterampilan,
pendidikan
hendaknya. lebih mengutamakan pembentukan watak dan kepribadian anak-anak. e. Memperhatikan
kedudukan
perempuan
yang
masih
tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara Barat, maka sangat penting dan urgen untuk secara khusus mendirikan sekolah-sekolah bagi kaum perempuan.11
2. Perjuangan Jiwa dan Rohani Kartini Jika' kita melihat jalan perjuangan Kartini, maka kita bisa menilai bahwa pada awal mulanya Kartini mencaci agama dan adat istiadatnya. Pemahaman Islam pada waktu itu belum luas, hanya dipahami secara sekilas karena adat istiadat Jawa lebih mendominasi. Maka dari itu, pemikiran dan pandangannya
selalu
berkiblat
pada
negara
Barat.
Namun
yang
mengherankan adalah, pada saat usahanya untuk memperoleh beasiswa pendidikan dari pemerintah Belanda berhasil, ia menuruti kemauan orang tuanya yang mengharuskannya menikah dengan Raden Adipati Djojo Adimngrat, Bupati Rembang, duda beristri tiga dan beranak 6. Walaupun pada awalnya, batinnya berontak dengan keadaan tersebut, tapi akhirnya ia sadar, bahwa perjuangan tidak bisa dilakukan seorang diri, tetapi harus dengan bantuan orang lain. Dia berharap, dengan bersuami ia akan mendapatkan kebebasan dan bantuan dari suaminya untuk melanjutkan perjuangan dan akan terlepas dari berbagai prasangka yang selama itu selalu 11
Aristides Kattap, dkk, Op. Cit, h. 34
45
mengikuti langkah perjuangannya. Kartini pun merubah haluan dan ikhlas untuk kawin. Karena tahu arti sabar dan tawakal itulah, Kartini mulai melihat kebaikan adat istiadat dan agama bangsanya. Perasaan itu timbul karena banyaknya alangan yang dilihat dan dirasakannya. Pada akhirnya Kartini berpendapat bahwa cukup baginya sebagai pembuka jalan perjuangan, orang lain yang akan meneruskan. "Akan datang juga kiranya keadaan baru dalam dunia bumiputra; kalau bukan oleh kami, tentu orang karena orang lain" (Surat kepada Nona Zeehandelaar, 9 Januari 1901). "Janganlah kami coba dengan paksa mengubah adat kebiasaan negeri kami ini; bangsa kami yang seperti anak-anak itu, akan mendapat apa yang dikehendakinya, yang mengkilap bercemerlangan. Kemerdekaan perempuan tidak boleh tidak akan datang juga; pasti akan datang jua. Hanyalah tiada dapat dipercepat datangnya" (Surat kepada Nyonya VanKol, 1 Agustus 1903).12 3. Bahasa Kartini Banyak orang yang menilai bahwa gaya bahasa surat-surat Kartini indah, karena di dalamnya mengandung perasaan yang dalam dan ditopang oleh cita-cita yang suci, perjuangan jiwa manusia yang dapat dirasakan dan menjadi perjuangan semua manusia. Gaya bahasanya sama dengan sifat perjuangannya, kadang bimbang, tertahan-tahan, marah, berontak, sedih, gembira, pesimis dan tak jarang optimis. Karena bahasa yang indah itu menjadi pembawa cita-cita Kartini, maka hal itu pulalah yang membuat Kartini lebih teraama daripada yang lain. Dan yang lebih mengesankan ialah bahwa surat-surat dengan bahasa indah tersebut dibuat oleh seorang perempuan yang berpendidikan formalnya sangat terbatas.13 Merenungkan apa yang harus dialami Kartini sebagai perempuan muda yang dibesarkan dalam suasana "perlu direnungi, tidak perlu memikirkan hari depan", maka dalam membaca surat-suratnya, ia muncul sebagai seorang yang selama hidupnya beranjak pada dua dunia. Dunia 12 13
Armijn Pane, Op. Cit, hal. 21. Ibid, h. 24.
46
kenyataan yang dihayatinya sebagai serba kejam dan tidak bersahabat, dan dunia mimpi yang berisi harapan untuk mengembangkan berbagai potensinya sebagaimana manusia dan perempuan. Hingga akhirnya Kartini tetap terombang-ambing antara dua dunia ini. Karena setiap kali harapannya hampir terpenuhi, ditariklah kembali ke dalam dunia kenyataan yang menyadarkannya kembali
ke
adat
istiadat Jawa yang masih
tetap
mencintainya.14 Dari uraian-uraian tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa untuk menunjang kemandirian kaum perempuan di masa mendatang, perempuan harus mempunyai inisiatif dan kreatif untuk mengembangkan diri, karena kemajuan perempuan terletak pada usaha perempuan itu sendiri. Firman Allah:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”(Q. S Arra’du: 13)
14
Haryati Soebadio dan Saparinah Sadli, Op. Cit, h. 66.
47
Tidak ada usaha yang sia-sia, ungkapan ini sering kita dengar, sebuah sistem yang telah mapan dan telah berjalan (sistem peninggalan kolonial Yaitu pengklasifikasian strata sosial dan sistem adat Jawa yaitu feodalisme dan patriarkhi) tentu saja masih bisa diubah (Habis Gelap Terbitlah Terang).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Habis Gelap Terbitlah Terang dalam Perspektif Islam Allah telah melebihkan hambanya yang bernama manusia dengan menganugerahkan beberapa potensi. Potensi tersebut dikembangkan manusia melalui bimbingan dan arahan para Rasul. Karena baik Malaikat, para Rasul, para Nabi serta wali-wali demikian pula ulama adalah penerus risalah Mahiyat kepada manusia, agar manusia mampu mengembangkan diri sejalan dengan fitrah dan hakikat dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah. Nilai-nilai ajaran itu pula membawa manusia dari kehidupan primitif ke kehidupan yang berkualitas. Nilai-nilai yang terkandung dalam risalah Ilahiyat tersebut memiliki peran yang strategis dalam melahirkan pencerahan akal budi manusia. Hingga menjadikan mereka sebagai makhluk yang berperadaban dan bermakna (min al-dhulumat ila al-nur) Allah SWT. Berfirman:
11
Artinya : "(dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayatayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya ... " (Q.S. At-Thalaq [65]: ll)1 Dalam ayat tersebut Allah menerangkan bahwa Dia telah mengutus seorang Rasul untuk membacakan dan mengajarkan ayat-ayat kitab suci AlQur'an yang diturunkan kepadanya, yang di dalamnya terdapat bermacammacam persoalan dan hukum. Ayat-ayatnya sangat jelas dan mudah dipahami oleh orang yang mau memikirkan dan mempergunakan akalnya. Kemudian orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih akan memperoleh petunjuk dan keluar dari kegelapan menuju cahaya yang terang 1
Depag RI, Op. Cit, h. 964
48
49
benderang.2 Pengembangan potensi manusia tersebut juga bisa kita ketahui prinsippnnsipnya dari analisis wahyu pertama yang diturunkan oleh Nabi Muhammad Saw. :
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S Al-Alaq: 1-5)3 Iqra' terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. dari menghimpun, lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. Dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra' berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah maupun diri sendiri, yang tertulis maupun tidak. Maka, objek perintah iqra' mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya. Selanjutnya, dari wahyu tersebut diperoleh isyarat bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan potensi dan pengetahuan. Cara pertama Allah mengajar dengan "pena" yang telah diketahui manusia lain sebelumnya (dengan alat atau atas dasar usaha manusia sendiri) dan cara kedua Allah mengajar manusia ("tanpa pena") yang belum diketahuinya (mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia). Walaupun berbeda, keduanya berasal dari satu
2
Universitas Islam Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya Jus 28, 29, 30, ( Jogjakarta: PT Verisia Yogya Grafika. 1995) h. 213 3
Depag RI, Op. Cit, h. 110
50
sumber, yaitu Allah SWT.4 Dalam pengembangan potensi-potensi yang ada pada manusia tersebut, seperti prestasi individu baik dalam bidang spiritual, urusan karier profesional, pendidikan dan sebagainya tidak mesti dimonopoli oleh satu jenis kelamin saja, namun baik laki-laki maupun perempuan memperoleh kesempatan dalam meraih prestasi optimal. Hal ini ditegaskan secara khusus di beberapa ayat AlQur'an, diantaranya:
Artinya : Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Q.S. Ali Imran: 195).5 Allah menjelaskan alasan persamaan ini dalam kalimat ba'dukum min ba'd karena laki-laki lahir dari perempuan dan perempuan lahir dari laki-laki. Oleh sebab itu, tidak ada perbedaan antara keduanya dalam hal kemanusiaan, kelebihan, dan keunggulan tergantung pada amal perbuatannya. Dalam konsep Islam, laki-laki dan perempuan adalah ciptaan Allah yang memiliki kedudukan sederajat dihadapan Nya. Selain memiliki persamaan, di antara keduanya terdapat pula perbedaan yang terletak pada faktor biologis yang bersifat kodrati. Misalnya, perempuan mempunyai vagina, rahim dan indung telur, yang memungkinkari mereka dapat menstruasi, hamil dan menyusui.
Sedangkan
laki-laki
memiliki
penis
dan
sperma
yang
memungkinkan mereka menghamili. Dan pandangan yang menempatkan perempuan pada posisi subordinat sering dikaitkan dengan kondisi biologis atau faktor biologis perempuan tersebut.6 Padahal maksud perbedaanperbedaan yang bersifat jasmaniah dan kodratiyah sama sekali tidak
4
M. Quraish Shihab, Op. Cit, h. 433-434 Depag RI. Op. Cit, h. 110. 6 Nasaruddin Umar, dkk., Bias Jender dalam Penafsiran Kitab Suci, Jilid I, (Yogyakarta: Gama Media, Maret 2002), h. 30 5
51
dimaksudkan oleh penciptanya sebagai alat untuk membedakan laki-laki dan perempuan dalam realitas sosial. Karena kemajuan dan perkembangan yang diperoleh oleh laki-laki maupun perempuan, merupakan kemajuan dan perkembangan bersama yang ditentukan oleh peranan bersama yang dimainkan baik oleh perempuan maupun laki-laki. Dengan adanya firman Allah:
Artinya : " Dan segala-galanya Kami ciptakan serba berpasangan agar kamu dapat merenungkan kekuasaan Kami" (Q.S. Al-Dzariyat [51]: 49).7 Maka jelas, jika sesuatu yang diciptakan sebagai pasangan, maka yang satu tidak lengkap tanpa adanya yang lain.8
Artinya : "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat" (Q.S. Al-Mujadilah: ll).9 Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman, berilmu dan ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, dan Allah SWT. mengetahui segala yang dikerjakan hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu, Dia akan memberikan pembalasan yang seadil-adilnya10. Jika kita mengkaji konsep habis gelap terbitlah terang menurut perspektif Islam maka ada 2 hal pokok yang harus dibahas yaitu mengenai pendidikan perempuan dan seklusi dalam Islam. 1.
Pendidikan bagi perempuan dalam Islam
Wahyu pertama iqra yang diterima oleh nabi Muhammad SAW. Bukan saja ditujukan kepada beliau pribadi, melainkan juga ditujukan kepada umatnya, baik lelaki maupun perempuan. Selain itu, sekian banyak ayat dan 7
Op. Cit, h. 842. Suciko Murata, The Tao of Moslem, (Bandung : Mizan), h. 231-232. 9 Depag RI, dkk. Op. Cit, h. 910. 10 Universitas Islam Indonesia,Op. Cit, h. 27 8
52
hadist yang memuji orang yang berpengetahuan, dan sekian banyak pula ancaman
dan
kecaman
yang
ditujukan
kepada
orang
yang
tidak
berpengetahuan. Disamping itu, Rasulullah saw. menjadikan upaya menuntut ilmu sebagai jalan menuju surga. Beliau bersabda: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencuri ilmu, allah memudahkan untuknya jalan menuju surga”(HR. at-Tirzi melalui Abu Hurairah)11 Sabda rasulullah juga mengatakan12: “Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim”(HR. Athabrani melalui Ibnu mas’ud ra.).13
Hadist diatas, walaupun tanpa kata muslimah, mencakup pola perempuan sesuai dengan kebiasaan teks al-Qur’an dan sunnah yang menjadi redaksi berbentuk maskulin mencakup pula feminis, selama tidak ada indikator yang menghalanginya.14 Pada masa nabi Muhammad saw., perempuan memohon kepada Nabi saw. agar diberi waktu tertentu untuk belajar langsung kepada beliau, dan permohonan mereka dikabulkan. Kalau kita berkata kalau salah satu tugas utama perempuan adalah mendidik aqnak-anaknya, bagaimana mungkin tugas pokoknya itu dapat mereka laksanakan dengan baik kalau mereka tidak diberi kesempatan untuk belajar? Bukankah perempuan adalah sekolah yang bila dipersiapkan dengan baik, mereka akan melahirkan generasi yang cerdas? Kini, ilmu pengetahuan dengan berbagi disiplinnya sudah sedemikian maju dan pesat. Karena itu, kewajiban perempuan untuk belajar tidak lagi hanya sebatas pada disiplin agama, tetapi telah meluas sedemikian rupa
11
M.Quraish Shihab, Perempuan,(Tangerang: Lentera Hati, 2005), h. 394 Hadist tersebut kendatidinilai lemah oleh ulama, namun mereka sepakat menyatakan bahwa kandungannya sejalan dengan tuntunan al-Qur’an. 13 Ibid, h.395. 14 Ibid, h. 394. 12
53
sehingga lapangan studi merekapun dapat mencakup banyak sekali disiplin ilmu. Menurut Quraish Shihab, kepergian perempuan untuk studi walau tanpa mahram dapat dibenarkan selama terjamin kehormatan dan keselamatannya serta tidak mengundang kemaksiatan. Memang, ada larangan Nabi saw. bagi perempuan untuk bepergian tanpa mahram,tetapi larangan itu harus dipahami berdasar „illat nya, bukan sekedar bunyi teksnya. Larangan tersebut disebabkan oleh kekhawatiran terjadinya gangguan terhadap mereka di perjalanan, atau ikut sertanya setan merangsang untuk melakukan dosa, atau timbulnya isu negatif dari kepergiannya sendiri tanpa ditemani oleh mahram. Akan tetapi, jika perempuan berangkat bersama-sama dengan orang lain bisa menampik kekhawatiran tersebut15. Jadi, menurut hemat penulis, pendidikan merupakan hak setiap individu yang ingin memperoleh cahaya ilahi (ilmu) dengan tanpa membedakan jenis kelamin. hal ini sesuai dengan ajaran agama Islam dimana Allah mengutus Rasul-Nya untuk membacakan dan mengajarkan isi Al-Qur'an yang di dalamnya terdapat bermacam-macam ilmu pengetahuan dan hukum-hukum untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan tersebut kepada cahaya yaitu ilmu pengetahuan, petunjuk jalan yang benar dan peradaban yang tinggi dengan tanpa memarginalkan golongan tertentu 2.
Seklusi (Pelarangan Wanita Keluar Rumah).
Perempuan adalah setengah masyarakat. Masyarakat terdiri dari lelaki dan perempuan. Jika demikian, perempuan adalah masyarakat selurunya. Demikian moto salah satu acara tentang perempuan yang ditayangkan oleh stasiun televisi terkenal,al-Jazirah Qatar. Moto itu sangat terasa biasnya dari ungkapan beberapa lelaki yang menyatan:”masyarakat yang kuat adalah lelaki, maka yang kuat adalah lelaki.” Karena merasa kuat itulah maka pendukung moto ini berlaku sewenang-wenang dalam menetapkan peraturan dan hukum yang menjadikan lelaki tuan dan perempuan bagaikan pelayannya. Lelaki
15
.Ibid,h. 397
54
memiliki kebebasan dan perempuan diikat walaupun dengan rantai emas.16 Islam datang untuk menempatkan masing-masing pada tempatnya yang amat terhormat:
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.17 (QS al- hujuraat. 13)
Karena itu pula Nabi Muhammad saw bersabda: “Perempuan adalah saudara kandung laki-laki”.(HR. Ahmad Abu Daud dan Tirmidzi).18 Masyarakat jahiliyah menilai perempuan tidak memiliki peran apa-apa. Mereka menuliskannya dengan: “Pembelaannya adalah tangisan dan baktinya adalah mencuri(milik suami untuk diberikan kepada keluarganya)”. dan, karena itu, al-Qur’an melukiskan sikap masyarakat jahiliyah dengan firman-Nya:
dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) 16
Ibid, h. 388 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI,1971), h. 18 Op. Cit. h. 388 17
55
anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah.(QS. An-Nahl [16]:58).19 Al-Qur'an al-Karim, demikian juga Nabi Muahammad saw., selalu berusaha menghilngkan pandangan yang keliru itu, antara lain seperti firmanNya:
“dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan RasulNya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. At- Taubah[9]: 71)20. Dari teks-teks al-Qur’an Dan hadist shahih, kita menemukan betapa perempuan dan lelaki harus dapat bekerja sama dalam membangun masyarakat sejahtera. Nabi Muhammad saw. Bersabda: “Siapa yang tidak memerhatikan urusan kaum muslim, dia bukanlah termasuk kelompok mereka.”21 Hadist ini tentu saja peringatan kepada siapapun dari umat Nabi Muhammad saw., sekaligus anjuran kepada mereka baik lelaki maupun pertempuan agar memberi perhatian kepada masyarakatnya.22
19
Depag RI, Op. Cit. h. 761 Ibid, h. 453 21 Op cit. Cit. h. 388 22 M.Quraish Shihab, Op. Cit, h. 391 20
56
Sisa-sisa pandangan miring terhadap perempuan hingga kini masih sayup terdengar, seperti ucapan “tempat perempuan adalah rumah.” Bahkan, sebagian ulama ada yang berdalih dengan firman Allah yang menyatakan:
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahuludan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.(QS. Al-Ahzab [33] 33).23 Penafsiran al- Qurthubi (671 H) menulis tentang ayat diatas bahwa agama:”agama penuh dengan tuntunan agar perempuan- perempuan tinggal dirumah mereka, dan tidak keluar karena keadaan darurat.” Menurut Quraish Shihab, pendapat ini sangatlah aneh, apakah perempuan harus dihukum terus menerus berada dalam rumah dan tidak keluar
kecuali ada kebutuhan
mendesak. Tidakkah mereka, yang mengharuskan perempuan terus menerus membaca bahwa keadaan seperti itu dinilai oleh al-Qur’an sebagai sebuah hukuman . dalam surat annisa [4]: 15, yang di dalamnya Allah menetapkan hukuman bagi perempuan yang berzina untuk tetap dirumah, tidak keluar samasekali hingga ia wafat atau diberi jalan keluar lain, yakni adanya ketetapan hukum baru atau dia memperoleh suami. Demikian terlihat bahwa mewajibkan perempuan di rumah dan tidak boleh keluar kecuali karena adanya darurat 23
Depag RI, Op. Cit, h.645
57
dinilai oleh Al-Qur’an sebagai hukuman. Jika demikian, wajarkah perempuan yang tidak bersalah dijatuhi hukuman agar terus menerus berada di dalam rumah?.24 Ayat dalam QS. Al-Ahzab [33]: 33 diatas hanya menekankan perlunya perempuan menitikberatkan perhatian mereka kepada pembinaan rumah tangganya. Sayyid Quthub (1958 M) dalam tafsirnya menulis bahwa: “ayat ini bukan berarti bahwa perempuan tidak boleh meninggalkan rumah. Ia hanya mengisyaratkan bahwa rumah tangga adalah tugas pokoknya, sedangkan selain itu adalah tempat dimana dia tidak menetap / bukan tugas pokoknya.25 Dari keterangan-keterangan yang diporeh diatas, maka menurut hemat penulis pendapat yang melarang samasekali perempuan keluar rumah tidak dapat bertahan maupun dipertahankan. Mengabaikan perempuan dan tidak melibatkannya dalam kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat berarti menyia- nyiakan paling tidak separuh dari potensi masyarakat. Seklusi atau pemingitan dalam Islam tidaklah dibenarkan. Karena mengasingkan dan membuat perempuan pada legalitas status yang rendah, sama saja menghalangi perempuan untuk bisa menikmati haknya. Pendidikan perempuan yang minim, adalah salah satu faktor yang membuat perempuan kesulitan untuk memahami kesempatan tersebut. Maka konsekuensi logis untuk menghindari seklusi adalah dengan melakukan pendidikan terhadap perempuan. Namun sangat disayangkan, banyaknya perempuan yang sudah memiliki kesempatan untuk berpendidikan tinggi sekaarang ini malah membuat banyak perempuan melupakan kewajiban qodrati mereka yaitu sebagai ibu dan isteri di dalam keluarga, hal tersebut tidak lagi relevan dengan cita-cita kartini dan tidak sesuai dengan ajaran agama islam.
24
M.Quraish Shihab, Op. Cit, h. 391
25
Ibid. 391
BAB V PENUTUP Refleksi pendidikan kaum perempuan dalam konsep habis gelap terbitlah terang dapat disimpulkan sebagai berikut.
: A. Simpulan Habis
Gelap
Terbitlah
Terang
merupakan
suara
pena
untuk
menggambarkan perjuangan seorang perempuan dengan cara-cara dan maksudmaksud tertentu yang diharapkan bisa memotivasi perempuan muslim khususnya dan perempuan Indonesia pada umumnya untuk bisa berbuat dan berjuang bersama-sama mendapatkan hak-hak dan peranannya sebagai individu dan masyarakat dalam segala bidang dari keterpurukan kepada peradaban dan bermakna yang tentunya melalui pendidikan, hal ini sesuai dengan ajaran agama Islam dimana Allah mengutus Rasul-Nya untuk membacakan dan mengajarkan isi Al-Qur'an yang di dalamnya terdapat bermacam-macam ilmu pengetahuan dan hukum-hukum untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan tersebut kepada cahaya yaitu ilmu pengetahuan, petunjuk jalan yang benar dan peradaban yang tinggi dengan tanpa memarginalkan golongan tertentu.
B. Saran-Saran 1. Pendidikan untuk laki-laki dan perempuan sama penting tidak mengenal gender. Untuk itu, semua pihak yang dapat mendukung terselenggaranya sebuah pendidikan, seperti orang tua, sekolah dan negara harus bertanggung jawab dalam terselenggaranya proses pendidikan. 2. Bahwa perubahan dari terpurukan kaum perempuan kepada kebebasan dalam segala aspek kehidupan adalah berangkat dari perempuan sendiri, maka dari itu sudah saatnya perempuan bangkit memperjuangkan hakhaknya dengan tanpa melupakan kewajibannya.
58
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Uhbiyati Nur. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta, 1991.
Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari Libanon: Sahih al-Bukhari, Juz IV, Daral Islami, Bairut Ali Muhammad, Kamus lengkap bahasa indonesia modern. Jakarta: Pustaka Amani. Al-Qozwaini, Abdillah Muhammad Yazid. Ibnu Majjah. Lebanon: Thoha Putra, 1995M / 1415 H. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Edisi Revisi 2010. Faqih, Mansour. Analisis Gender Dan Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar, 2001.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, 2006 Jauhari, Tantowi. Al Jawhir Fi Al Tafsir Al Qur’an Al Karim. Libanon: Darul a’ rifah, 1980 m / 1400h. Katapp, Aristides, dkk. Satu Abad Kartini 1879-1979. Jakarta: PT. Sinara Agrape press, 1990. Front Mahasiswa Nasional. Majalah Perlawanan,Jakarta: FMN, Maret 2005 Nata, Abudin. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada, 2001 Pane, Armijn. Habis Gelap Terbitlah Terang. Jakarta: Balai Pustaka, 1978 P3m,The Ford Fondation. Menakar Harga Perempuan. Bandung: Mizan, 1999. Ridjal, Fauzie,dkk. Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia.Yogyakarta: Yayasan Prakarsa Yogyakarta, 1995. Shihab, Quraish, Tafsir Al- Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002. Shihab, Quraish M. Wawasan Al Qur’an. Bandung: Mizan, 2003.
59
60
Soedojo, Dirjosisworo. Megawati Dalam Babat Sejarah Pemimpin Perempuan Indonesia. Jakarta: CV. Maju Mundur 1999 Soemanto, Wasti. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rhineka Cipta, 1990. Soenarjo, R.H.A.dkk. Al- Quran dan Terjemahannya. Semarang: Toha Putra. Sobadio, Haryanti dan Sapartinag Sadli. Kartini Pribadi Mandiri. Jakarta: Gunung Agung. Toer, Pramoedya Ananta. Panggil Aku Kartini Saja. Jakarta: Hasta Mitra, 1999. Umar, Nasaruddin. Bias Jender dalam Penafsiran kitab suci. Yogyakarta: Gama Media, 2002. Universitas Islam Indonesia. Al-Qur’an Dan Tafsirnya. Yogyakarta: PT. Verisia Yogya Grafika Yunus Mahmud, Terjemah Al – Qur;an Karim. Bandung: PT Al Ma’arif. Urata, Suciko. The Taw Of Islam. Bandung: Mizan. Yamani, May. Feminisme Dan Islam. Jakarta: Yayasan Adikarya Ikapi Dan The Ford Fondation. Jakarta, 2000.