KEMANDIRIAN REMAJA YANG MEMILIKI ORANGTUA YANG BERCERAI STARLINA AULIA UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai, serta mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan subjek 2 remaja yang berusia antara 16-17 tahun, dan memiliki orangtua yang bercerai. Data yang diperoleh kemandirian pada remaja yaitu : memiliki kebebasan bertingkah laku, membuat keputusan dan tidak takut bila keputusan yang diambil tidak sesuai dengan keyakinan orang lain, mempunyai kemampuan menemukan akar masalah, mengandalkan diri sendiri, memperlihatkan inisiatif yang tinggi, memiliki kepercayaan diri yang kuat. Faktor faktor yang mempengaruhi kemandirian yang terjadi pada remaja yang memiliki orangtua yang bercerai yaitu faktor perkembangan dan kematangan, pola asuh orangtua, aktivitas ibu, hubungan kasih sayang yang kuat antara ibu dan anak, gen atau keturuanan orangtua, sistem kehidupan masyarakat. Kata kunci : Kemandirian, Perceraian, Remaja PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
mengkondisikan pemberian nilai positif pada anak. Namun sayangnya, keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial
sering kali menjadi sumber konflik bagi
pertama bagi anak yang memberi dasar
sejumlah orang suasana. Keluarga yang
perilaku perkembangan sikap dan nilai
tida k har monis serin g me nd oro ng
kehidupan dari keluarga.Untuk belajar
terjadinya konflik antara kedua orangtua
menghormati orang yang lebih tua serta
salah satunya adalah perceraian
membantu menyelesaikan berbagai masalah yang timbul. Orangtua diharapkan dapat membantu anaknya dalam menyesuaikan diri dengan lingkunganya untuk mengatasi masalahnya secara realistik dan simpati. Oleh karena itu, keluarga
sebagai tempat untuk
Pengertian perceraian itu sendiri adalah perpisahan yang terjadi diantara kedua suami istri yang resmi menikah yang merupakan kulminasi dari penyesuaian
perkawinan yang buruk dimana apabila
Sudarsono (dalam Muktahar, 2001)
antara suami istri tidak mampu lagi
berpendapat bahwa kemandirian adalah
mencari jalan penyelesaian masalah yang
kemampuan untuk menegakkan diri dan
dapat memuaskan kedua belah pihak
tampil sebagai totalitas pribadi yang
(Hurlock, 1980). Anak yang orangtuanya
mantap, harmonis , utuh , dan kuat.
bercerai sering merasa berbeda dengan
B.
Pertanyaan Penelitian
teman sebayanya. Menurut hasil penelitian
Bagaimana kemandirian anak dari
Hetherington (2002) peristiwa perceraian
orang tua yang bercerai dan Faktor-
itu menimbulkan ketidakstabilan emosi,
faktor apa saja yang mempengaruhi
mengalami rasa cemas, tertekan, dan
kemandirian anak dari orang tua yang
sering marah-marah. Menurut Piaget (1998) mengatakan bahwa perkembangan intelektual itu terbentuk karena interaksi adaptif antara fungsi-fungsi giologis dengan lingkungan. Bila lingkungan baik, ia akan berkembang menjadi individu yang baik. Namun bila keadaannya tidak menguntungkan, misalnya dalam situasi broken home di mana orangtuanya hidup
bercerai? C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai, serta men ge tah ui fakt or - fakt or ya n g mempengaruhi kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai. D.
Manfaat Penelitian
berpisah, ia akan berkembang sebagai
Penelitian ilmiah ini setidaknya
pribadi yang akan menghindarkan diri dari
dapat menambah masukkan bagi bidang
kehidupan normal, menjadi anti sosial, agresif serta cenderung melakukan hal-hal
itu
sendiri
perkembangan tentang kemandirian dari remaja yang orang tuanya bercerai.
yang sifatnya destruktif. Perceraian
psikologi terutama dalam psikologi
membawa
perubahan bagi peranan seorang ibu di dalam kehidupan rumah tangga, seorang
Memberikan
gambaran
secara
khusus mengenai kemandirian remaja yang dihadapkan dari orang tua yang
ibu mempunyai tugas baru dan peranan
bercerai, karena dapat menjadi acuan
baru yaitu ibu harus bekerja untuk
untuk mengatasi masalah-masalah
memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk
remaja yang menjadi korban perceraian
anaknya. Serta ibu juga harus berperan
orang tuanya sendiri agar lebih dapat
sebagai orang tua tunggal, oleh karena
berpikir secara positif. Penelitian ini
perubahan ini pula sehingga anak dituntut
juga diharapkan dapat memberikan
untuk menjadi seorang yang mandiri.
gambaran kepada masyarakat sekitar
agar tidak melihat sisi negatif dari anak korban perceraian ataupun menganggap buruk tetapi juga dapat
keturunan orangTua, sistem kehidupan di masyarakat. d. Pengertian perceraian
melihat sisi positif yang anak tersebut
Ganjar (2005) mengartikan perceraian
dapat lakukan.
adalah perpisahan sepasang suami istri yang semula adalah dua individu yang
TINJAUAN PUSTAKA
tidak saling mengenal lantas bersatu,
a. Pengertian kemandirian Menurut
Mukhtar
(2003),
kini kembali menjadi dua manusia dalam
yang tidak lagi memiliki hubungan
pandangan konformistik, kemandirian
atau keterkaitan secara moral, sosial,
merupakan konformitas terhadap
emosional.
prinsip moral rujukan. Oleh sebab itu, individu yang mandiri adalah berani mengambil keputusan dilandasi oleh pemahaman akan segala konsekuensi dari tindakannya. Soelaeman (dalam Mukhtar, 2003) mengatakan bahwa kemandirian merupakan suatu proses yang terarah. Karena perkembangan kemandirian sejalan dengan hakikat eksistensi manusia, arah perkembangan tersebut harus sejalan dan berlandaskan pada tujuan hidup manusia. b. Aspek-aspek kemandirian Aspek
–
aspek
diantaranya emosi, intelektual, sosial.
kemandirian ekonomi,
c. Factor-faktor kemandirian Faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian yaitu faktor perkembangan dan kematangan anak, pola asuh orangtua, faktor aktivitas ibu, hubungan kasih sayang yang kuat antara ibu dan anak, gen atau
e.
Factor- factor perceraian
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian menurut Abid (2009) ialah Masalah ekonomi, perbedaan
prinsip,
tidak
ada
keharmonisan. Reaksi umum anak terhadap perceraian menurut Cole (2006) diantaranya penyangkalan, kesedihan, luka, kehilangan, ketakutan, kemarahan, rasa bersalah. f. Pengertian remaja Ali (2004), remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescense, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Karakteristik umum perkembangan remaja menurut Erickson (dalam Bischof,1983) ialah kegelisahan,
pertentangan,
mengkhayal, keinginan mencoba sesuatu.
METODE PENELITIAN
0. Alat Perekam
A. Pendekatan penelitian Penelitian ini menggunakan
1. Alat Tulis G. Teknik Analisis Data
pendekatan kualitatif dan pendekatan
1. Mengorganisasikan Data
ini dilakukan untuk mengembangkan menginterpretasikan apa yang ada
2. Pengelompokkan Berdasarkan Kategori, Tema, dan Pola Jawaban
dibalik
3. Menguji
pemahaman dalam mengerti dan peristiwa,
latar
belakang
pemikiran manusia yang terlibat didalamnya serta bagaimana manusia meletakan makna pada pemikiran yang
Permasalahan Terhadap Data
Asumsi
atau
yang
Ada
terjadi tersebut (Sarantakos dalam
4. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi data
Poerwandari, 2005).
5. Menulis Hasil Penelitian
B. Subjek Penelitian a. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki orangtua yang bercerai, berusia 16-17 tahun (usia remaja), subjek dalam penelitian ini adalah remaja berjenis kelamin wanita atau pria. b. Jumlah subjek Dalam penelitian ini peneliti mengambil dua orang subjek C. Ciri-ciri Penelitian Kualitatif D. Tahap-tahap Penelitian a.
Tahapan persiapan penelitian
b.
Tahap pelaksanaan penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Poerwandari (1998), teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (in depth interview) dan observasi. F. Alat Bantu Penelitian 1. Pedoman Wawancara Pedoman Observasi
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Identitas subjek ke-1 a. Identitas subjek ke- 1 b. Identitas SO ke-1 c. Identitas subjek ke-2 d. Identitas SO ke-2 2. Observasi a. Pelaksanaan observasi b. Hasil observasi 3. Wawancara a. Pelaksanaan wawancara b. Hasil wawancara B. Analisis 1. Deskripsi/ gambaran umum subjek a. Identitas subjek identitas SO
dan
b. Rangkuman biografi subjek 2. Hasil Analisis Intra Kasus
a. Perbandingan hasil wawancara subjek dengan SO
m e m b ua t s ub j ek me nj a di ti da k memiliki kepercayaan diri, subjek cukup memiliki kepercayaan diri yang
1. Ciri-ciri orang yang mandiri
kuat dan berani menghadapi suatu
2. Faktor-faktor yang memengaruhi kemandirian
perbedaan, pada subjek ke-2 subjek
kegagalan. Pada kedua subjek terdapat kurang memiliki kebebasan dalam
3. Analisis Antar Kasus
bertingkah laku dibandingkan dengan subjek ke-1 yang memiliki kebebasan
a. Analisis antar kasus antara
dalam beritngkah laku. Pada subjek ke-
subjek ke-1 dengan subjek
1 dalam menemukan akar permasalahan
ke-2 berdasarkan cirri-ciri
masih memerlukan bantuan dari orang
orang yang mandiri
yang lebih dewasa, sedangkan subjek
b. Analisis antar kasus antara
ke-2 mampu menemukan akar
subjek ke-1 dengan subjek
permasalahannya tanpa bantuan dari
ke-2 berdasarkan factor-
orang yang lebih dewasa. Faktor-faktor
faktor yang memengaruhi
yang mempengaruhi kemandirian pada
kemandirian
kedua subjek yang memiliki orangtua
C. Pembahasan
yang bercerai antara lain yang berkaitan
PENUTUP
dengan kematangan yang ditunjukkan
A. Kesimpulan
dengan tidak mengandalkan oranglain,
Ciri-ciri kemandirian yang ada pada kedua subjek yang seorang remaja yang memiliki orangtua yang bercerai yaitu : membuat keputusan tanpa merasa takut bila keputusan yang subjek ambil tidak sesuai keyakinan orang lain, mampu menemukan akar masalah, mengandalkan diri sendiri dan berani mengambil resiko atas perbedaan yang diyakini. Memperlihatkan inisiatif yang tinggi melalui ide-idenya dan juga mampu mewujudkan idenya, serta berani untuk mencoba hal yang baru, perceraian
orangtua
subjek
tidak
serta pola asuh yang diterapkan orangtua. Aktivitas ibu juga mempengaruhi kemandirian dari kedua subjek, kedua subjek tetap mendapatkan masukkan- masukkan sosial dan juga nasehat agar kedua subjek tidak melakukan hal-hal yang negatif. Faktor lain diantaranya hubungan kasih sayang yang kuat antara subjek dan ibu yang sangat mempengaruhi kemandirian subjek, faktor gen atau keturunan
orangtua yang memiliki kemandirian
mengembangkan
yang sekurangnya menurunkan anak
penelitian dalam bentuk kemandirian
yang memiliki kemandirian juga.
lainnya yang lebih dapat
Sistem kehidupan masyarakat yang
menggambarkan kemandirian. Serta
mampu menerima subjek apa adanya
lebih mendalam lagi dalam
dan menghargai ekspresi potensi remaja
mengungkap tentang teori dan hal-hal
dalam berbentuk kegiatan,seperti subjek
yang berhubungan dengan kemandirian
selalu dilibatkan dalam kegiatan -
untuk melengkapi penelitian
kegiatan yang dilaksanakan
selanjutnya.
dilingkungan sekitar, serta tidak terlalu
mengungkap lebih detail, lengkap, dan
hirarkis dan tidak memandang latar
tepat dalam pengumpulan data dan
belakang subjek yang orangtua subjek
menganalisa.
mengalami perceraian merangsang dan mendorong subjek menjadi remaja yang mandiri B. Saran 1. Bagi Subjek Sebagai
remaja
yang
memiliki
orangtua yang bercerai kedua subjek dapat lebih menunjukkan lagi
lagi
Peneliti
berbagai
ada
baiknya
Daftar Pustaka Hurlock, E.B. (1980). Development psychology a life span approach third edition .New Delhi : Tata Mc Graw Hill Co. Hetherington. (2002). Perceraian. http://telaga.co/perceraian/250602. htm
kemandirian yang kedua subjek miliki, kedua subjek juga diharapkan lebih terbuka dan lebih bisa untuk menghargai pendapat dari orang-orang sekitar, dan kedua subjek juga lebih positif dalam berpikir dan juga mampu menunjukkan prilaku-prilaku positif
Piaget. (1998). Perceraian dan perkembangan anak. http://telaga.co/anak-danperceraian/250602.htm Muktahar, A, N. (2001). Konsep diri rem aja men uju pribadi mandiri. Jakarta. PT. Rakasta Samasta.
contoh bagi remaja lainnya yang
Mukhtar, dkk, (2003). Konsep diri menuju pribadi mandiri. Jakarta: PT Rakasta Samasta.
memiliki latar belakang keluarga yang
Ganjar.
yang lainnya, untuk bisa menjadi
sama dengan subjek. 2. Bagi Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti kemandirian, diharapkan dapat
(2005).
Perceraian.
http://www.acehinstitute.org/opini. co.
Abid. (20 09). Percer aian da n Jakarta: Lembaga Pengembangan pengaruhnya bagi anak.Semarang. S a r a n a P e n g e t a h u a n d a n Meetabied.Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.
Cole, K. (2004). Mendampingi anak menghadapi perceraian orang tua. Jakarta : Prestasi Pustakaraya. Jakarta – Indonesia. Ali, dan Asrori. (2004). Psikologi remaja.Jakarta. PT Bumi Aksara. Bischof, L. J. (1983). Interpreting personality theories.New York: Harper & Row. Poerwandari, K. (1998). Pendekatan k u a l i t a t i f d a l a m p e n el i t i a n psikologi . Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengetahuan dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. Poerwandari, K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian manusia.