1
2
Perkawinan Inkompatibel Sistem Golongan Darah A-B-O Sebagai Faktor Risiko Keguguran (Abortus) dan Kematian Bayi pada Periode Neonatal Wa Ode Zulhulaifah1, Dr. Elya Nusantari M.Pd2, Dr. Asep Suryana Abdurramat, M.Kes 3 1) Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi, 3)Dosen Jurusan Biologi Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkawinan inkompatibel sistem golongan darah A-B-O sebagai faktor risiko keguguran (Abortus) dan kematian bayi pada periode neonatal. Objek dalam penelitian ini yaitu ibu hamil,ibu melahirkan, ibu keguguran, ibu yang bayinya meninggal pada periode neonatal beserta pasangannya (suami) yang memiliki rekam medis di puskesmas Sidomulyo, Sukamakmur dan Mootilango. Pengumpulan data dilakukan dengan dua metode yakni metode registrasi dan pencatatan untuk mengumpulkan data sekunder dan uji golongan darah untuk mengumpulkan data primer. Analisis data menggunakan analisis Odd ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang melakukan perkawinan inkompatibel sistem golongan darah A-B-O memiliki risiko dua sampai empat kali lebih besar untuk mengalami abortus dan bayi meninggal pada periode neonatal dibandingkan dengan pasangan yang melakukan perkawinan kompatibel. Kata kunci : Perkawinan inkompatibe A-B-O, Abortus, Kematian Neonatal 1
1
. Wa Ode Zulhulaifah Mahasiswa Jurusan Biologi
2
. Dr. Elya Nusantari, M.Pd Dosen Jurusan Biologi Selaku Pembimbing I Dr. Asep Suryana Abdurrahmat Dosen Jurusan Biologi Selaku Pembimbing II
3
3
ABSRACT The aim of this research are to know that incompatible marriage of A-B-O blood group system as the risk factors for miscarriage (Abortus) and infant mortality in neonatal period. The objects of this research are pregnant women, bear women, miscarriage women, women whose babies died in neonatal period as well as their husband who have medical record at the Sidomulyo clinic, Sukamakmur clinic and Mootilango clinic. Data collection was done with two methods, those are registration method and recording for collect secondary data also blood group test for collect the primary data. Technique of analysis data used Odd Ratio Analysis. The result of this research show that incompatible marriage couple of A-B-O blood group system have risks two until four times greater to have abortus and infant mortality in neonatal period than compatible marriage couple. Keywords: Incompatible Marriage of A-B-O, Abortus, Neonatal Mortality
4
PENDAHULUAN Angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi per 1000 kelahiran hidup (Hinchliff dalam pandiangan 2011). Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak. Kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka kematian bayi (Riskesdas dalam Riantini 2010). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34/1.000 kelahiran hidup (dalam Bina Kesehatan Anak 2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 memperkirakan 55,8% dari kematian bayi terjadi pada periode neonatal, sekitar 78,5%-nya terjadi pada umur 0-6 hari (dalam Bina Kesehatan Anak, 2010). Penyebab utama kematian neonatal pada minggu pertama menurut Riskesdas (2007) adalah gangguan pernapasan (38,9%), prematuritas dan berat badan lahir rendah BBLR (32,4%), sepsis (12%), hipotermi (6,3%), kelainan darah/hiperbilirubinimia (5,6%), posmatur (2,8%) dan kelainan kongenital (1,4%) (Riskesdas dalam Riyantini 2010). World Health Organization (WHO) 2009 memperkirakan bahwa ada 4,2 juta abortus dilakukan tiap tahun di Asia Tenggara, dengan rincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina, antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand. Data tersebut menempatkan Indonesia sebagai Negara dengan tingkat abortus tertinggi di Asia Tenggara, terdapat 1,5 juta kasus pertahun dari jumlah kasus di Negara-Negara ASEAN yang mencapai 4,2 juta kasus pertahun (WHO dalam Limbong, 2010). Data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 2011 menunjukkan bahwa terdapat 269 kasus Kematian Bayi (13,4/1000) dengan rincian 33 kasus terjadi di Kota Gorontalo, 102 kasus terjadi di Kabupaten Gorontalo, 44 kasus di Kabupaten Boalemo, 12 kasus di Kabupaten Puhwato, 46 kasus di Kabupaten Bone Bolango dan 29 kasus di Kabupaten Gorontalo Utara. Data ini menjadikan Kabupaten Gorontalo sebagai Kabupaten dengan tingkat kematian bayi tertinggi yakni sebanyak 102 kasus. Tingginya angka kematian bayi di Provinsi Gorontalo, juga disertai dengan tingginya angka kejadian Abortus. Data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa terdapat 172 kasus Abortus (8,5/1000) dengan rincian 14 kasus terjadi di Kabupaten Gorontalo, 26 kasus di Kabupaten Boalemo, 50 Kasus di Kabupaten Puhuwato, 46 kasus di Kabupaten Bone Bolango dan 36 kasus di Kabupaten Gorontalo Utara. Dari beberapa kasus kematian neonatal menurut Riskesdas 2007, dapat diketahui bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah kelebihan kadar bilirubin dalam darah bayi sehingga menyebabkan kulit bayi tampak berwarna kuning dan otakpun rusak. Penelitian membuktikan bahwa memang sejumlah besar anti-A dari serum darah ibu merusak eritrosit bayi dalam kandungan yang memiliki antigen-A. Dengan alasan itulah para ahli berpendapat bahwa inkompatibilitas AB-O dapat menyebabkan matinya janin atau terjadi keguguran (abortus) spontan berkali-kali, tidak jarang janin hilang sangat awal. (Suryo, 2010). Selain itu, hasil
5
dari penelitian yang dilakukan oleh Apriliastuti 2007 di RSU Pandan Arang Boyolali menunjukkan tingginya persentasi kejadian hiperbilirubin akibat inkompatibilitas A-B-O yang mencapai 21,74 %. Hal ini membuktikan inkompatibilitas A-B-O merupakan salah satu faktor risiko kejadian hiperbilirubin (kelainan darah) yang menjadi salah satu penyebab terbesar kematian bayi pada periode neonatal. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 2011 menunjukkan tingginya angka kematian bayi dan keguguran di beberapa Kabupaten. Belum terdapat data yang signifikan mengenai faktor penyebab tingginya kematian bayi dan keguguran, sehingga inkompatibilitas Rh dan A-B-O yang menyebabkan kelainan darah merupakan salah satu faktor utama penyebab kematian bayi menurut Riskesdas 2007. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai inkompatibilitas golongan darah sebagai faktor risiko Kematian Bayi dan keguguran (Abortus) yang terjadi di beberapa kabupaten di Provinsi Gorontalo khususnya Kab. Gorontalo sebagai Kabupaten dengan tingkat kejadian tertinggi, dari 20 Puskesmas yang terdapat di kabupaten tersebut, terdapat 3 puskesmas yang memiliki tingkat keguguran dan kematian bayi pada periode neonatal yang hampir sama banyakanya yakni puskesmas Sidomulyo sebanyak 44 kasus, Sukamakmur sebanyak 40 kasus dan puskesmas Mootilango sebanyak 50 kasus. . Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis liana yang ada di Hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga. 2. Untuk mengetahui kelimpahan jenis liana yang ada di Hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga. 3. Untuk mengetahui jenis tumbuhan yang dirambati oleh liana.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik tipe observasional, dengan rancangan atau desain studi kasus kontrol (case control study) yaitu studi yang mempelajari hubungan antara faktor penelitian/paparan dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. (Rotman dalam Mardiani, 2006) Berikut diagram studi penelitian studi kasus kontrol yang digunakan pada penilitian ini : Waktu penelitian sekarang (faktor risiko) Arah penelitian menelusuri kebelakang (kejadian/penyakit) Seleksi Sampel (uji skrining) Faktor risiko (+) (Inkompatibel A-B-O) Faktor risiko (-) (Kompatibel A-B-O)
Kelompok kasus (Abortus/kematian neonatal)
6
Faktor risiko (+) (Inkompatibel A-B-O)
Kelompok kontrol
Faktor risiko (-) (Kompatibel A-B-O)
Gambar 1. Diagram studi penelitian kasus kontrol bersifat Restropektif atau menulusuri kebelakang (dikutip dari Candra, 2008) Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 3 puskesmas di Kab. Gorontalo yakni Puskesmas Sidomulyo, Sukamakmur dan Mootilango. Penilitian ini dimulai pada bulan November dan berakhir pada bulan Desember 2014. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil, ibu melahirkan, ibu keguguran dan yang bayinya meninggal pada periode neonatal beserta suami yang memiliki rekam medis di puskesmas Sidomulyo, Sukamakmur dan Mootilango. Karena penelitian ini menggunakan desain/rancangan studi kasus kontrol maka populasi pada penelitian dibagi menjadi dua yakni populasi kasus dan populasi kontrol. Sampel Penelitian dibagi atas kelompok kasus dan kelompok kontrol,dimana sampel kelompok kasus adalah semua populasi kelompok kontrol yang memenuhi kriteria inklusi. Untuk a. kriteria inklusi kejadian keguguran meliputi : 1) Ibu tidak mengalami trauma fisik, jatuh atau kecelakaaan 2) Ibu tidak menggunakan obat-obatan dosis tinggi 3) Ibu tidak mempunyai kelainan bentuk rahim 4) Ibu berada pada usia 20-35 tahun 5) Ibu tidak menderita penyakit pada sistem reproduksi 6) Ibu tidak terkena radiasi atau polusi 7) Calon bersedia untuk menjadi sampel b. Kriteria inklusi kejadian kematian bayi periode neonatal 1) Ibu melakukan ANC (Ante Natal Care) dengan baik 2) Ibu tidak menderita infeksi 3) Ibu berada pada usia 20-35 tahun 4) Kebutuhan gizi selama hamil terpenuhi dengan baik 5) Calon sampel bersedia untuk menjadi sampel Sampel Kelompok kontrol adalah sebagian populasi kelompok kontrol yang diambil secara Simple random sampling. Variabel yang Diamati Variable eksogen (X) dalam penelitian ini adalah pasangan yang melakukan perkawinan inkompatibel sistem golongan darah A-B-O. Variabel endogen (Y) dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang mengalami kejadian abortus (Y1) dan ibu melahirkan yang bayinya meninggal pada periode neonatal (Y2).
7
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Registrasi dan pencatatan. 2. Uji Golongan darah / Data penelitian Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu odds ratio atau estimasi risiko relatif karena angka insidensi pada kelompok kasus ataupun kelompok kontrol tidak dapat diukur. Analisis data hasil penelitian menggunakan analisis bivariat untuk mengetahui gambaran kasar hubungan variabel eksogen dan variabel endogen. Analisis data Tabel 1. Kontingensi untuk analisis data Odd Ratio Penyakit Faktor Risiko Total Positif Negatif Positif A b mi Negatif c d mo Total Ni no t Rumus : = a. Interval kepercayaan OR Upper =OR(1+Z/x) Lower = OR (1-Z/x) b. Uji chi-square (Mantel and Haenszel) : X MH =
(
)[(
)]
c. Nilai Z Tabel 2. Interval kepercayaan dan nilai Z Interval kepercayaan Nilai Z 90 % 1,64 95 % 1,96 99 % 2,56 HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut tabel hasil penenlitian terhadap 36 sampel pada kelompok kasus Tabel 1. Rekapitulasi data hasil penelitian Abortus K. N Ttl Ttl Total Faktor Populasi Ttl sampel risiko Jumlah (%) Jumlah (%) 21 100% 17 100 % Ink. A-B-O 14 7 33,3 % 9 53% K. Kasus 36 Kom. A-B-O 22 14 66,6 % 8 47% Ink. A-B-O 8 K.Kontrol 36 Kom. A-B-O 28 -
8
Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui gambaran kasar hubungan variabel independen dan variabel dependen. Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas analisis datanya adalah sebagai berikut: Tabel 2. Hasil penelitian total kejadian abortus dengan faktor risiko (A- B-O) positif dan negatif serta total kelompok kontrol dengan faktor risiko positif dan negatif Kejadian/penyakit Faktor Risiko Total Abortus Normal Inkompatibel A-B-O 7(a) 8(b) 15(mi) Kompatibel A-B-O 14(c) 28(d) 42(mo) Total 21(ni) 36(no) 57(t) Dik : a = faktor risiko positif kejadian/penyakit positif b = faktor risiko positif kejadian/penyakit negatif c = faktor risiko negatif kejadian/penyakit positif d = faktor risiko negatif kejadian/penyakit negatif mi = total faktor risiko positif dengan penyakit/kejadian positif + negatif mo = total faktor risiko negatif dengan penyakit/kejadian positif + negatif ni = total penyakit/kejadian positif dengan faktor risiko positif + negatif no = total penyakit/kejadian negatif dengan faktor risiko positif + negatif t = total ni+no atau mi+mo Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dapat diketahui bahwa risiko mengalami keguguran (abortus) hampir dua kali lebih besar pada pasangan yang melakukan perkawinan inkompatibel sistem golongan darah A-B-O dibandingkan dengan pasangan yang melakukan perkawinan kompatibel. Pada interval kepercayaan 95%, nilai OR di hitung 1,75 masih berada pada rentang nilai atas dengan nilai risiko mencapai hampir enam kali (5,82) dan nilai bawah dengan risiko hampir sama dengan perkawinan kompatibel (0,52). Maka estimasi yang mengatakan bahwa ada asosiasi positif antara perkawinan inkompatibel sistem golongan darah A-B-O dengan kejadian Abortus di tiga Kecamatan di Kab. Gorontalo (Boliyohuto, Mootilango dan Tolangohula) secara statistik signifikan serta dapat diterima. Tabel 3. Hasil penelitian total kejadian kematian neonatal dengan faktor risiko (AB-O) positif dan negatif serta total kelompok kontrol dengan faktor risiko positif dan negatif Kejadian Faktor Risiko Total Kematian Neonatal Normal Inkompatibel A-B-O 9 8 17 Kompatibel A-B-O 8 28 36 Total 17 36 53 Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dapat diketahui bahwa risiko bayi meninggal pada periode neonatal hampir empat kali lebih besar pada
9
pasangan yang melakukan perkawinan inkompatibel sistem golongan darah A-BO dibandingkan dengan pasangan yang melakukan perkawinan kompatibel. Pada interval kepercayaan 95%, nilai OR di hitung (3,93) masih berada pada rentang nilai atas dengan nilai risiko mencapai 13 kali dan nilai bawah dengan risiko hampir sama dengan perkawinan kompatibel, maka estimasi yang mengatakan bahwa ada asosiasi positif antara perkawinan inkompatibel sistem golongan darah A-B-O dengan kematian bayi pada periode neonatal di tiga Kecamatan di Kab. Gorontalo (Boliyohuto, Mootilango dan Tolangohula) secara statistik signifikan serta dapat diterima. Pembahasan Kejadian keguguran (Abortus) dengan faktor risiko perkawinan inkompatibel A-B-O Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, diketahui bahwa risiko mengalami keguguran (Abortus) hampir dua kali lebih besar pada pasangan yang melakukan perkawinan inkompatibel sistem golongan darah A-B-O dibandingkan dengan pasangan yang melakukan perkawinan kompatibel. Hal ini di duga disebabkan oleh perkawinan ketidaksesuaian golongan darah yang dilakukan sehingga mengakibatkan antibodi dalam darah ibu bertemu dengan antigen dari eritrosit fetus (Suryo,2010). Janin memiliki golongan darah yang berbeda dari ibunya, sehingga darah bayi/janin mengalami hemolisis (membran eritrosit pecah) (Yatim, 2003). Kerusakan membran eritrosit bayi menurut Suryo 2010 selain sebagai penyebab keguguran, juga sebagai penyebab hilangnya janin dari kandungan ibu. Perkawinan inkompatibel selain menyebabkan hemolisis pada eritrosit janin, juga menyebabkan aglutinasi (penggumpalan). Jika antigen dari eritrosit fetus masuk kedalam aliran darah ibu akan mengakibatkan terbentuknya antibodi tertentu yang akan beraksi dengan antigen, sehingga protein dalam darah fetus mengalami penggumpalan. Landsteiner dalam Suryo 2010 mengatakan bahwa suatu antibodi sangat spesifik untuk antigen tertentu. Antibodi yang menyebabkan penggumpalan (aglutinasi) sel-sel adalah agglutinin. Terbentuknya antibodi tergantung dari masuknya antigen asing, selain dengan cara itu antibodi tidak akan dibentuk. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa untuk kejadian abortus terdapat beberapa sampel yang mengalami abortus berulang dengan tipe golongan darah O dan golongan darah A. Adapun kemungkinan persilangannya adalah sebagai berikut : P1 ♀ ii X ♂ IAIA (gol. Darah O) (gol. Darah A) Antibodi A, B antigen A, antibodi B G i IA A F1 I i I Ai 100% bergolongan darah A (terdapat antigen A) I Ai I Ai Karena golongan darah O memiliki alel resesif (i) atau dengan kata lain IA dominan terhadap i maka semua perkawinan seperti ini akan menghasilkan anak
10
100 % bergolongan darah mirip dengan ayahnya. Golongan darah O tidak memiliki antigen A ataupun B akan tetapi memiliki antibodi A dan B sedangkan golongan darah A memiliki antigen A dan memiliki antibodi B, sehingga perkawinan jenis ini, dimana ibu memiliki antibodi A dan B dan ayah yang memiliki antigen A akan menghasilkan keturunan yang 100 % bergolongan darah A (memiliki antigen A). Perkawinan jenis ini menyebabkan antigen A dalam eritrosit fetus bertemu dengan antibodi A dalam darah ibu, sehingga bisa terjadi aglutinasi (penggumpalan) dan hemolisis (membran eritrosit pecah). Hemolisis dan aglutinasi menurut Suryo 2010 dapat menyebabkan keguguran dan hilangnya janin dalam kandungan ibu. Kemungkinan lainnya dari persilangan golongan darah O dan A akan menghasilkan keturunan 50 % bergologan darah O dan 50 % bergolongan darah A. Pada perkawinan ini golongan darah ayah adalah A heterozigot yakni memiliki genotp IAi. Adapun persilangan adalah sebagai berikut : P1 ♀ ii X ♂ I Ai (gol. Darah O)
(gol. Darah A heterozigot)
Antibodi A dan B G F1
i I Ai ii I Ai ii
antigen A antibodi B IA, i
50% bergolongan darah A (antigen A) 50% bergolongan darah O (antibodi A)
Perkawinanan dengan jenis seperti ini memiliki kemungkinan yang lebih sedikit bayi/janin mengalami hemolisis, keguguran/ matinya janin. Hal ini disebabkan karena perempuan yang memiliki golongan darah O (tidak memiliki antigen, terdapat antibodi A dan B) melakukan perkawinan dengan laki-laki bergolongan darah A tetapi heterozigot akan menghasilkan keturunan 50% bergolongan darah A (terdapat antigen A) dan 50 % bergolongan darah O (tidak terdapat antigen). Hal tersebut menyebabkan kemungkinan bertemunya antigen A dari eritrosit fetus dengan antibodi A dari ibu juga 50%. Kejadian Kematian Neonatal dengan faktor risiko perkawinan inkompatibel A-B-O Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, diketahui bahwa risiko bayi meninggal pada periode neonatal hampir empat kali lebih besar pada pasangan yang melakukan perkawinan inkompatibel sistem golongan darah A-BO dibandingkan dengan pasangan yang melakukan perkawinan kompatibel. Hal ini di duga disebabkan oleh perkawinan inkompatibilitas yang dilakukan dapat menyebabkan kerusakan sel darah merah sehingga memicu kerusakan otak, bayi kuning, gagal jantung dan anemia dalam kandungan maupun setelah lahir (Aulyaumy, 2011). Berdasarkan penelitian (wawancara) yang dilakukan dapat diketahui bahwa kebanyakan kondisi bayi dari sampel yang meninggal 0-28 hari
11
menunjukkan tanda-tanda kelebihan kadar bilirubin (bayi lahir kuning) dan bayi berwarna hitam yang mengindikasikan gejala gagal jantung. Menurut Aminullah dalam Utari 2013 dikatakan bahwa ikterus dapat menimbulkan gangguan yang menetap dan menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Riskesdas 2007 yang mengatakan bahwa kelebihan kadar bilirubin merupakan salah satu faktor utama kematian bayi. Berdasarakan tabel hasil penelitian dapat diketahui bahwa dominan sampel untuk kematian neonatal, melakukan perkawinan inkompatibiltas yang serupa yakni perkawinan golongan darah O dengan B. Kemungkinan hasil persilangannya adalah : P1 ♀ ii X ♂ IBIB (gol. Darah O) (gol. Darah B) Antibodi A dan B antigen B dan antibodi A G i IB B F1 I i IB i 100% bergolongan darah B (antigen B) B I i IB i Karena golongan darah O memiliki alel resesif (i) atau dengan kata lain IB dominan terhadap i maka semua perkawinan seperti ini akan menghasilkan anak 100 % bergolongan darah mirip dengan ayahnya. Golongan darah O tidak memiliki antigen A ataupun B akan tetapi memiliki antibodi A dan B sedangkan golongan darah B memiliki antigen B dan memiliki antibodi A, sehingga perkawinan jenis ini, dimana ibu memiliki antibodi A dan B dan ayah yang memiliki antigen B akan menghasilkan keturunan yang 100 % bergolongan darah B (memiliki antigen B). Perkawinan jenis ini menyebabkan antigen B dalam eritrosit fetus bertemu dengan antibodi B dalam darah ibu, sehingga bisa terjadi kerusakan sel darah merah yang memicu kerusakan otak, bayi lahir kuning, gagal jantung dan anemia dalam kandungan maupun setelah lahir (Aulyaumy, 2011). Kemungkinan lainnya dari persilangan golongan darah O dan B akan menghasilkan keturunan 50 % bergologan darah O dan 50 % bergolongan darah B. Pada perkawinan ini golongan darah ayah adalah B heterozigot yakni memiliki genotp IBi. Adapun persilangan adalah sebagai berikut : P1 ♀ ii X ♂ IBi (gol. Darah O) (gol. Darah B heterozigot) Terdapat antibodi A dan B antigen A G i IB, i F1 IB i ii 50% bergolongan darah B IB i 50% bergolongan darah O ii Perkawinanan dengan jenis seperti ini memiliki kemungkinan yang lebih sedikit bayi/janin mengalami kerusakan eritrosit, dimana menurut Aulyaumy kerusakan eritrosit dapat memicu kerusakan otak, bayi kuning, gagal jantung dan anemia dalam kandungan maupun setelah lahir. Hal ini disebabkan karena
12
perempuan yang memiliki golongan darah O (tidak memiliki antigen, terdapat antibodi A dan B) melakukan perkawinan dengan laki-laki bergolongan darah B tetapi heterozigot akan menghasilkan keturunan 50% bergolongan darah B (terdapat antigen B) dan 50 % bergolongan darah O (tidak terdapat antigen). Hal tersebut menyebabkan kemungkinan bertemunya antigen B dari eritrosit fetus dengan antibodi B dari ibu juga 50%. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa : 1. Risiko keguguran pada pasangan yang melakukan perkawinan inkompatibel sistem golongan darah A-B-O hampir dua kali lebih besar dibandingkan dengan pasangan yang melakukan perkawinan kompatibel di Kabupaten Gorontalo khususnya di Kec. Boliyohuto, Tolangohula dan Motilango 2. Risiko kematian bayi pada periode neonatal pada pasangan yang melakukan perkawinan inkompatibel sistem golongan darah A-B-O hampir empat kali lebih besar dibandingkan dengan pasangan yang melakukan perkawinan kompatibel di Kabupaten Gorontalo khususnya di Kec. Boliyohuto, Tolangohula dan Motilango
13
DAFTAR PUSTAKA Apriliastuti, Dwi A. 2007. Kejadian Hiperbilirubin Akibat Inkompatibilitas ABO. Boyolali : Akbit Estu Utomo Aulyaumy. 2011. Risiko Rhesus Darah Berbeda antara Ibu dan Bayi. Semarang : Universitas Muhamadiyah Semarang Bina Kesehatan Anak. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Candra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Palembang : EGC Darmawati, dkk. 2005. Frekuensi dan Penyebaran Alel Golongan Darah A B O Siswa SMUN 1 Suku Bangsa Melayu di Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Riau. Pekanbaru : Universitas Riau Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2011. Profil Kesehatan Provinsi gorontalo Tahun 2011. Gorontalo : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Gunasegaran, P. 2013. Gambaran Bayi Baru Lahir Dengan Hiperbilirubinemia Di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2011. Medan : Universitas Sumatra Utara Husnah. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Abortus di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo Periode Januari- Juni 2010. Makasar : Poltekkes Makasar Jusuf, Muhammad. 2001. Genetika 1 Struktur dan Ekspresi Gen. Jakarta : Sagung Seto Limbong, Thabita. 2010. Gambaran Karakteristik Penderita Abortus Inkomplit Dirumah Sakit Umum Daerah Kota Mamuju. Makasar : Poltekkes Makasar Mardiani, Elita. 2006. Faktor – Faktor Risiko Prenatal dan Perinatal Kejadian Cerebral Palsy (Studi Kasus di YPAC Semarang). Semarang : Universitas Diponegoro Nusantari, Elya. 2014. Genetika Belajar Genetika dengan Mudah Komprehensif. Yogyakarta : Deepublish Pandiangan, F Juliana. 2011. Perawatan Bayi Baru Lahir Menurut Perspektif Budaya Suku Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Medan : Universitas Sumatera Utara Radityo, S, dkk. 2011. Asfiksia Neonatorum Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Gagal Ginjal Akut. Semarang : Universitas Diponegoro Riyantini, Yanti. 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Ibu serta Kejadian Hiperbilirubinimia pada Bayi Baru Lahir di RSAB Harapan Kita Jakarta. Depok : Universitas Indonesia Saframanyan, Kaamani. 2014. Gambaran Karakteristik Neonatus dengan Hiperbilirubinemia Di RSUP H. Adam Malik DARI Periode Januari Sehingga Desember 2012. Medan : Universitas Sumatra Utara Susanti, Esarah. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ikterus pada Bayi Baru Lahirb di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Prikasih Jakarta dan RSUD Depok. Jakarta : Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran”
14
Suryo. 2010. Genetika Manusia Cetakan ke 10. Yogyakarta : Universitas gadjah Mada Utari, Diah. 2013. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kematian Neonatal Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru Takengon. Banda Aceh : Stikes U’budiyah Yatim, Wildan. 2003. Genetika. Bandung : Tarsito