PERILAKU VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (Aedes spp.) DI DAERAH ENDEMIS KELURAHAN BANTARJATI KOTA BOGOR
AJIPUTRA FAKHRUL IHSAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Vektor Demam Berdarah Dengue (Aedes spp.) di Daerah Endemis Kelurahan Bantarjati Kota Bogor adalah benar karya saya sesuai arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Ajiputra Fakhrul Ihsan NIM B04090148
ABSTRAK AJIPUTRA FAKHRUL IHSAN. Perilaku Vektor Demam Berdarah Dengue (Aedes spp.) di Daerah Endemis Kelurahan Bantarjati Kota Bogor. Dibimbing oleh UPIK KESUMAWATI HADI. Kelurahan Bantarjati merupakan daerah yang memiliki kasus Demam Berdarah Dengue tertinggi di Kota Bogor dari tahun 2007−2011. Tujuan penelitian ini adalah mengamati perilaku mengisap darah dan istirahat nyamuk Aedes spp. Pengumpulan nyamuk dilakukan dengan cara human landing collection dan resting collection dari jam 08.00−17.00 di Kelurahan Bantarjati pada bulan April-Juli 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti lebih banyak beraktivitas di dalam rumah (0.24 nyamuk/orang/jam) daripada di luar rumah (0.16 nyamuk/orang/jam) dengan aktivitas tertinggi terjadi pada jam 10.00−11.00 (0.42 nyamuk/orang /jam) dan pada jam 16.00−17.00 (0.21 nyamuk/orang /jam). Adapun nyamuk Ae. albopictus lebih banyak beraktivitas di luar rumah (0.18 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (0.05 nyamuk/orang/jam) dengan aktivitas tertinggi terjadi pada jam 10-00−11.00 (0.42 nyamuk/orang/jam) dan pada jam 14.00−15.00 (0.17 nyamuk/orang/jam). Nyamuk Ae. aegypti lebih banyak beristirahat di dalam rumah (0.03 nyamuk/rumah) dari pada di luar rumah (0.02 nyamuk/rumah), sedangkan Ae. albopictus lebih banyak beristirahat di luar rumah (0.01 nyamuk/rumah) daripada di dalam rumah (0.00 nyamuk/rumah). Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk Ae. aegypti (r=0.94, P>0.05) dan Ae. albopictus (r=0.49, P>0.05). Kata kunci: Ae. aegypti, Ae. albopictus, aktivitas mengisap darah, perilaku istirahat.
ABSTRACT AJIPUTRA FAKHRUL IHSAN. The Behaviors of Dengue Vectors (Aedes spp.) in Endemic Area Bantarjati Subdistrict Bogor City. Advised by UPIK KESUMAWATI HADI. Bantarjati subdistrict is an area that has the highest dengue cases in the city of Bogor during 2007 to 2011. The purpose of this research was to observe the behavior of biting and resting Aedes spp. Mosquito collection was done by human landing collection and resting collection from 08.00 to 17.00 in Bantarjati subdistrict during April−July 2012. The results showed that Aedes aegypti was more active indoor the house (0.24 mosquito/person/hour) than outdoor (0.16 mosquito/person/hour) with the biting activity occurred at 10.00−11.00 (0.42 mosquito/person/hour) and at 16.00−17.00 (0.21 mosquito/person/hour). While Ae. albopictus was more active outdoor the house (0.18 mosquito/person/hour) than indoor (0.05 mosquito/person/hour) with the biting activity occurred at 10.00−11.00 (0.42 mosquito/person/hour) and at 14.00−15.00 (0.17 mosquito/person/hour). Ae. aegypti was found resting more indoor the house (0.03 mosquito/house) than outdoor (0.02 mosquito/house), while Ae. albopictus was
found resting more outdoor the house (0.01 mosquito/house) than indoor (0.00 mosquito/home). The result of Pearson’s correlation analysis showed that the relationship between the rainfall index with the density of Ae. aegypti (r=0.94, P>0.05), and Ae. albopictus (r=0:49, P>0.05). Keyword: Ae. aegypti, Ae. albopictus, biting activity, resting behavior.
PERILAKU VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (Aedes spp.) DI DAERAH ENDEMIS KELURAHAN BANTARJATI KOTA BOGOR
AJIPUTRA FAKHRUL IHSAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
paz
Judul Skripsi: Perilaku Vektor Demam Berdarah Dengue (Aedes spp.) di Daerah Endemis Kelurahan Bantarjati Kota Bogor : Ajiputra Fakhrul Ihsan Nama : B04090148 NIM
Disetujui oleh
drh Upik Kesumawati Hadi, MS, PhD Pembimbing
MS PhD APVet
Tanggal Lulus:
17 oel
to U
Perilaku Vektor Demam Berdarah Dengue (Aedes spp.) di Judul Skripsi : Daerah Endemis Kelurahan Bantarjati Kota Bogor Nama NIM
: Ajiputra Fakhrul Ihsan : B04090148
Disetujui oleh
drh Upik Kesumawati Hadi, MS, PhD Pembimbing
Diketahui oleh
drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet Wakil Dekan
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai dengan Juli 2013 ini ialah penyebaran penyakit, dengan judul Perilaku Vektor Demam Berdarah Dengue (Aedes spp.) di Daerah Endemis Kelurahan Bantarjati Kota Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS selaku pembimbing, serta Bapak drh. Supriyono yang telah banyak memberi saran. Terima kasih kepada Titi, Zahara, Rindang, Karen, Rahmat, Imran, Anang, Ridho yang telah membantu selama pengambilan sampel. Sebuah apresiasi dan terima kasih penulis sampaikan kepada warga Kelurahan Bantarjati serta staf Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga, yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih juga kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013 Ajiputra Fakhrul Ihsan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Penyakit Demam Berdarah Dengue
2
Siklus Hidup Nyamuk Aedes spp.
3
Aktivitas Mengisap Darah Aedes spp.
3
Perilaku Istirahat Aedes spp.
4
METODE
4
Lokasi dan Waktu Penelitian
4
Rancangan Penelitian
5
Pengumpulan Nyamuk
5
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Jenis Nyamuk Tertangkap
6
Aktivitas Mengisap Darah
8
Perilaku Istirahat SIMPULAN DAN SARAN
10 11
Simpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
20
DAFTAR TABEL 1 Jumlah nyamuk yang tertangkap dengan metode human landing collection dan resting collection di Kelurahan Bantarjati periode April hingga Juli 2012
6
2 Kepadatan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang tertangkap di Kelurahan Bantarjati periode April hingga Juli 2012
7
3 Aktivitas mengisap darah Ae. aegypti dan Ae. albopictus (nyamuk/orang/jam) dengan metode human landing collection di dalam rumah dan luar rumah di Kelurahan Bantarjati periode April hingga Juli 2012
9
4 Perilaku istirahat nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus (nyamuk/rumah) dengan metode resting collection di dalam rumah dan luar rumah di Kelurahan Bantarjati periode April hingga Juli 2012
11
DAFTAR GAMBAR 1 Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus (nyamuk/orang/hari) di Kelurahan Bantarjati periode April hingga Juli 2012
7
2 Hubungan antara tingkat kelembaban dengan kepadatan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus (nyamuk/orang/hari) di Kelurahan Bantarjati periode April hingga Juli 2012
8
3 Aktivitas nyamuk Ae. aegypti yang tertangkap saat mengisap darah (nyamuk/orang/jam) di Kelurahan Bantarjati periode April hingga Juli 2012
9
4 Aktivitas nyamuk Ae. albopictus yang tertangkap saat mengisap darah (nyamuk/orang/jam) di Kelurahan Bantarjati periode April hingga Juli 2012
10
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta Kota Bogor
15
2 Rataan kasus DBD di Kota Bogor periode Tahun 2007−2012
15
3 Data nyamuk dewasa yang tertangkap periode April hingga Juli 2012 di Kelurahan Bantarjati
16
4 Data cuaca Bogor Utara periode April hingga Juli 2012
17
5 Jumlah nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang tertangkap saat mengisap darah di Kelurahan Bantarjati periode April hingga Juli 2012
17
6 Jumlah nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang tertangkap saat beristirahat di Kelurahan Bantarjati periode April hingga Juli 2012
17
7 Data kasus DBD Kota Bogor Tahun 2011
18
8 Foto saat penangkapan
19
PENDAHULUAN Latar Belakang Demam berdarah telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dalam 10 tahun terakhir. Populasi dari seluruh dunia beresiko demam berdarah berjumlah lebih dari 40%. Saat ini, terdapat 50-100 juta infeksi dengue di seluruh dunia di tiap tahunnya (WHO 2009). Epidemik demam berdarah yang tergolong parah hanya dialami oleh 9 negara sebelum tahun 1970, namun sekarang penyakit ini endemik lebih dari 100 negara di Amerika, Afrika, Pasifik Barat, Mediterania Timur, dan Asia Tenggara (WHO 2004; Hadi 2012). Data seluruh dunia menunjukkan bahwa negara di Asia menempati urutan pertama yang memiliki jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) paling banyak di tiap tahunnya. Pertama kali kasus DBD ditemukan di Asia Tenggara pada tahun 1950-an tetapi kematian utama terhadap anak-anak terjadi pada tahun 1975 hingga sekarang (Hadi 2012). Asia Tenggara merupakan tempat yang strategis dalam penyebaran kasus DBD, karena wilayah Asia Tenggara termasuk wilayah iklim tropis dan memiliki curah hujan yang tinggi (Ginanjar 2008). DBD pertama kali dikenali di Filipina pada tahun 1953, berhasil diisolasi tahun 1956, dan 2 tahun kemudian berhasil diisolasi di Thailand (WHO 2013). Indonesia telah menduduki peringkat pertama yang memiliki kasus DBD terbanyak di antara negara-negara ASEAN, yang sebelumnya ditempati oleh Thailand dan Filipina. Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Brazil dalam tingkat kasus DBD terbanyak di dunia (Santoso 2012). Penyakit DBD pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1968 yaitu di Kota Jakarta dan Surabaya (Hadi 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2012), kasus DBD terbanyak pada tahun 2011 adalah di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah 13 836 kasus, yang kemudian diikuti DKI Jakarta, Jawa Timur dan provinsi lainnya. Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor DBD dan Cikungunya faktanya telah dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan Kota Bogor (Anonim 2012). Dari seluruh data yang berhasil dikumpulkan Dinas Kesehatan Kota Bogor (2012), jumlah kasus yang terjadi di Kota Bogor dari Tahun 2007 sekitar 1807 orang, 2008 sekitar 1344 orang, 2009 sekitar 1504 orang, 2010 sekitar 1769 orang, 2011 sekitar 608 orang yang masing-masing tesebar dalam 6 kecamatan di Kota Bogor. Daerah yang paling banyak tercatat kasus DBD di Kota Bogor adalah daerah Bogor Utara, tepatnya di Kelurahan Bantarjati terjadi selama 5 tahun terakhir. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi vektor dan kaitannya dengan faktor cuaca; (2) mengamati aktivitas mengisap darah dan perilaku istirahat vektor DBD (Aedes spp.) di Kelurahan Bantarjati periode April sampai dengan Juli 2012.
2 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini akan menjadi informasi dasar untuk memahami faktor penyebab meningkatnya populasi nyamuk Aedes spp. Kepadatan nyamuk dapat dijadikan sebagai peringatan dini terhadap penyebaran populasi nyamuk Aedes spp. Perilaku nyamuk Aedes spp. dapat memberi kesadaran terhadap ancaman gigitan dan tempat berkembang biak nyamuk Aedes spp.
TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dikenal sebagai “breakbone fever” atau demam dengue, adalah penyakit yang menyebar di daerah tropis dan subtropis, tetapi juga terjadi di iklim hangat yang sangat cocok dengan habitat vektor (Herms & Maurice 1961). Penyakit demam berdarah dengue terjadi akibat infeksi virus dengue yang penularannya ke manusia melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus (Ginanjar 2008). Virus dengue mempunyai 4 serotipe yaitu DEN−1, DEN−2, DEN−3, dan DEN−4, termasuk kelompok B Arthropod borne virus yang saat ini diketahui sebagai genus Flavivirirus, famili Flaviviridae. DEN−1 merupakan serotipe pertama diisolasi dari tentara yang sedang sakit di Hawaii, India, dan New Guinea. Serotipe DEN−2 pertama kali diisolasi di New Guinea. Tahun 1956, 2 serotipe tambahan (DEN−3 dan DEN−4) diisolasi dari pasien di Filipina (Eldridge & Edman 2000). Mekanisme penularan terjadi dimulai dari nyamuk Aedes spp. mengisap darah manusia yang menderita penyakit DBD, kemudian virus dipindahkan pada manusia lainnya. Virus dipindahkan saat mengisap darah melalui air ludah menuju pembuluh darah. Darah yang diperoleh digunakan oleh nyamuk Aedes spp. untuk bertelur. Virus dapat berpindah ke telur nyamuk secara transovarial, dan sebagian virus lainnya masih berada di dalam tubuh nyamuk yang akan berpindah ke tubuh manusia yang sehat (Lestari 2007). Virus dengue mencapai fase infektif dalam tubuh nyamuk selama 8−12 hari setelah mengisap darah penderita DBD sebelumnya. Masa inkubasi penyakit DBD dimulai dari nyamuk Aedes spp. mengisap darah hingga timbul gejala klinis pada manusia antara 4−10 hari (WHO 2013). Hidayati et al. (2008) melaporkan hasil penelitiannya bahwa resiko terjadinya tingkat endemik berat terjadi di kota yang padat penduduk dan memiliki catatan hujan tahunan yang relatif besar (lebih dari 1000 mm). Faktor iklim dan kepadatan penduduk dapat mempercepat transmisi virus dengue. Kondisi penduduk yang padat membuat jarak antar orang menjadi lebih dekat sehingga memperpendek jarak terbang nyamuk untuk menularkan virus dalam waktu yang singkat.
3 Siklus Hidup Nyamuk Aedes spp. Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) dalam siklus hidupnya, yaitu dimulai dari telur, larva (jentik), pupa, dan dewasa. Faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas hidup nyamuk antara lain suhu lingkungan, kelembaban, dan curah hujan. Sari et al. (2010) melaporkan bahwa di Banda Aceh larva Ae. albopictus banyak ditemukan di dalam rumah dari pada di luar rumah, hal ini disebabkan karena tidak tersedianya tempat perindukan yang berisi air di luar rumah akibat kondisi lingkungan pada musim kemarau. Kondisi kering pada musim kemarau menyebabkan tidak ditemukannya genangan air di luar rumah sebagai tempat perkembangbiakkan nyamuk Ae. albopictus. Jenis media perkembangbiakkan nyamuk dapat mempengaruhi jumlah telur karena permukaan media yang kasar mempermudah nyamuk dalam menempelkan telurnya. Tempat perkembangbiakkan nyamuk merupakan bagian terpenting dalam siklus hidup karena fase (telur, larva, pupa) hidup di dalam air (Rosa 2007). Telur menetas dalam waktu 1−2 hari untuk menjadi larva. Tahap perkembangan larva disebut instar yang terbagi menjadi instar 1, 2, 3, dan 4. Rahmawati (2004) melaporkan bahwa di Laboratorium larva instar 1 terbentuk 6 jam setelah terjadi penetasan, larva instar 2 terbentuk selama 48 jam setelah terbentuk larva instar 1, larva instar 3 terbentuk 24 jam kemudian, dan larva instar 4 terbentuk 24 jam kemudian. Total waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan selama 4 hari pada suhu 25−30 ⁰C. Pupa tidak makan dan hanya membutuhkan oksigen, sensitif terhadap pergerakan air, rata-rata berumur 2.5 hari. Nyamuk Aedes spp. jantan dapat bertahan hidup selama 6−7 hari, sedangkan yang betina dapat bertahan hidup hingga 2 minggu lebih di alam (Hadi & Sigit 2006). Nyamuk dapat bertahan hidup berkisar antara 50−53 hari di Salatiga dan Semarang (Suwasono et al. 1996). Menurut Bahang (1978), nyamuk Aedes spp. betina yang diberi darah marmut di laboratorium dapat bertahan hidup berkisar 12−40 hari, sedangkan nyamuk Aedes spp. jantan yang diberi larutan gula berkisar antara 20−22 hari. Setiap jenis nyamuk di lingkungan mempunyai ketahanan yang berbeda. Makanan dari nyamuk dewasa jantan yaitu cairan tumbuhan atau nektar sedangkan betina dapat mengisap darah berbagai jenis hewan dan manusia untuk produksi telurnya (Hadi & Sigit 2006).
Aktivitas Mengisap Darah Aedes spp. Nyamuk Aedes spp. memiliki kebiasaan aktif mengisap darah di siang hari (diurnal). Riwu (2011) menjelaskan bahwa puncak aktivitas nyamuk Ae. aegypti mengisap darah di Pasir Kuda Bogor Barat yaitu pada jam 11.00−12.00 (6.81 nyamuk/orang/jam) dan jam 14.00−15.00 (6.50 nyamuk/orang/jam) di dalam rumah, sedangkan Ae. albopictus berada di luar rumah yaitu pada jam 07.00−08.00 dan jam 15.00−16.00. Nyamuk Aedes spp. dapat melakukan aktivitas di malam hari (nokturnal) pada jam 18.00−05.00 seperti yang ditemukan di beberapa daerah di Bogor yaitu di Cikarawang, Babakan, dan Cibanteng Kabupaten Bogor (2004), Cangkurawuk Darmaga Bogor (2005, 2007), dan daerah lain di Indonesia seperti Pulau Pramuka, Pulau Pari Kepulauan Seribu (2008), Gunung Bugis, Gunung Karang,
4 Gunung Utara Balikpapan (2009) dan Kayangan, Lombok Utara (2009) (Hadi et al. 2012). Nyamuk Aedes spp. betina merupakan pengisap darah yang aktif sedangkan yang jantan hanya terbang di sekitar tubuh manusia, dan tidak mengisap darah (Christophers 1960). Ponlawat dan Harington (2005) melaporkan bahwa hampir seluruh nyamuk Aedes spp. mengisap darah manusia (99%) di Thailand pada tahun 2003 dan 2004. Manusia adalah inang yang disukai oleh vektor nyamuk, tetapi anjing dan mamalia lainnya juga menjadi inang (CDC 2012). Waluyo et al. (2011) di Semarang melaporkan bahwa jumlah rata-rata nyamuk mengisap darah paling banyak pada suhu 29 oC (23 nyamuk), berbanding terbalik dengan suhu kamar 25−27 ⁰C (3 nyamuk). Ae. albopictus lebih agresif dan lebih lincah daripada Ae. aegypti, tetapi memiliki waktu aktivitas yang sama yaitu dari setelah matahari terbit hingga sebelum matahari terbenam. Nyamuk dapat mengisap darah dari 1 orang ke orang lainnya dengan jarak terbang 100 meter (Agoes et al. 2000).
Perilaku Istirahat Aedes spp. Nyamuk Aedes spp. melakukan istirahat ketika telah kenyang mengisap darah dan ketika bertelur. Nyamuk Aedes spp. betina membutuhkan protein darah untuk memenuhi kebutuhan dalam proses pematangan telur, dan membutuhkan waktu 2−3 hari untuk beristirahat (Agoes et al. 2000). Ae. aegypti lebih menyukai beristirahat di dalam rumah seperti pakaian yang digantung, gorden, lemari buku, kardus, dan lain-lain. Riwu (2011) menyatakan bahwa di Pasir Kuda Bogor Barat nyamuk Ae. aegypti yang tertangkap saat beristirahat di dalam rumah sebesar 98.46% dan 1.54% tertangkap di luar rumah, sedangkan Ae. albopictus yang tertangkap beristirahat di dalam rumah sebesar 29.41% dan 70.59% tertangkap di luar rumah. Ae. albopictus menyukai di area terbuka di luar rumah yang tidak terpapar sinar matahari langsung seperti kebun, semak-semak, rerumputan, di dalam pot tanaman. Nyamuk Ae. albopictus sering meletakkan telur di barang-barang bekas maupun wadah alam seperti lubang pohon, batok kelapa, tunggul bambu, dedaunan, dan lain-lain (Cane 2007).
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pada jumlah kasus DBD terbanyak di Kota Bogor dalam 6 tahun terakhir yaitu di Kelurahan Bantarjati Kota Bogor. Pengumpulan nyamuk diperoleh dari rumah penduduk yang anggota keluarganya pernah menderita penyakit DBD. Pengumpulan nyamuk dilakukan selama 4 bulan berturut-turut dimulai dari Bulan April sampai dengan Juli 2012, dengan frekuensi seminggu 2 kali.
5 Rancangan Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan metode survei di lapangan selama periode waktu 4 bulan. Sampel yang diambil dihitung berdasarkan rumus (Notoatmojo 2002) sebagai berikut: n=
N 1 + N (d2)
Keterangan: N = Besar populasi penduduk n = Besar Sampel nyamuk yang tertangkap d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan yaitu 0.05
Pengumpulan Nyamuk Pengumpulan nyamuk dilakukan dengan metode human landing collection (HLC) dan resting collection (RC) dilakukan dari jam 08.00 hingga jam 17.00 (dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok 1 dari jam 08.00−12.00, dan kelompok 2 dari jam 12.00−17.00). Penangkapan dilakukan oleh 2 orang di tiap rumah, 1 orang menangkap di bagian dalam rumah dan 1 orang di luar rumah. Tiap penangkap duduk dengan membiarkan kulit tangan dan kaki tetap terbuka tanpa ditutup kain agar menjadi umpan nyamuk. Penangkap tidak diperbolehkan menggunakan parfum atau wangi-wangian serta merokok ketika menangkap nyamuk karena hal ini dapat mengganggu nyamuk mengisap darah. Penangkapan nyamuk dilakukan dari rumah ke rumah dengan menggunakan aspirator. Dalam 1 rumah dilakukan penangkapan selama 20 menit untuk menangkap nyamuk yang mengisap darah dan 5 menit berikutnya dilakukan penangkapan nyamuk yang sedang beristirahat. Penangkapan nyamuk yang sedang beristirahat diperoleh di sekitar rumah, bagian dalam maupun di luar rumah, seperti di bawah meja, tembok, tirai, tumbuhan, barang bekas dan lain-lain. Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam gelas kertas atau paper cup yang diberi label dan dicatat hasilnya. Nyamuk hasil penangkapan kemudian dipinning dan selanjutnya diidentifikasi di Laboratorium Entomologi Kesehatan FKH IPB dengan menggunakan kunci identifikasi Depkes 2008.
Analisis Data Seluruh data yang diperoleh dari hasil pengumpulan nyamuk dewasa dianalisis secara deskriptif dan analitik serta ditampilkan dalam bentuk narasi, tabel, dan grafik dengan program Microsoft Excel dan SPSS. Kepadatan nyamuk dewasa dihitung dengan menggunakan indeks nyamuk yaitu landing rate (LR), man biting rate (MBR), dan resting rate (RR) (WHO 2002). Faktor yang mempengaruhi tingkat kepadatan nyamuk dapat dihitung menggunakan Indeks Curah Hujan (ICH).
6 Rumus: LR
= Jumlah nyamuk Aedes spp. tertangkap umpan orang Jumlah penangkap × jam penangkapan
; (nyamuk/orang/jam)
MBR
= Jumlah nyamuk Aedes spp. tertangkap umpan orang Jumlah hari × jumlah umpan orang
; (nyamuk/orang/hari)
RR
= Jumlah nyamuk Aedes spp. tertangkap saat beristirahat Jumlah rumah yang dilakukan penangkapan
; (nyamuk/rumah)
ICH
=
Curah hujan × hari hujan Jumlah hari pada bulan yang dihitung
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Nyamuk Tertangkap Hasil identifikasi nyamuk yang berhasil ditangkap menunjukkan 3 spesies berbeda yaitu Ae. aegypti, Ae. albopictus, dan Culex spp. Keseluruhan nyamuk yang tertangkap selama periode April sampai dengan Juli 2012 di Kelurahan Bantarjati sebanyak 127 nyamuk. Jenis nyamuk yang paling banyak tertangkap adalah Ae. aegypti 75 nyamuk (59.06%), Ae albopictus 29 nyamuk (22.83%), dan Culex spp. sebanyak 23 nyamuk (18.11%) (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah nyamuk yang tertangkap dengan metode human landing collection dan resting collection di Kelurahan Bantarjati periode April sampai dengan Juli 2012 Jumlah nyamuk tertangkap Jenis Nyamuk Ae. aegypti Ae. albopictus Culex spp. Jumlah
April
Mei
Juni
Juli
20 13 0 33
15 5 1 21
22 1 1 24
18 10 21 49
Total
%
75 29 23 127
59.06 22.83 18.11 100.00
Jumlah nyamuk mengisap darah didominasi oleh Ae. aegypti (6.33 nyamuk/orang/jam), sedangkan nyamuk beristirahat didominasi oleh Ae. albopictus (1.17 nyamuk/rumah). Jumlah kepadatan nyamuk Ae. aegypti, dan Ae. albopictus yang tertangkap saat mengisap darah tertinggi pada bulan April 2012. Bulan Mei 2012 menunjukkan angka tertinggi kepadatan nyamuk Ae. albopictus yang tertangkap saat istirahat, sedangkan Ae. aegypti pada bulan Juni 2012 (Tabel 2).
7 Tabel 2 Bulan
Kepadatan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang tertangkap di Kelurahan Bantarjati periode April sampai dengan Juli 2012 landing rate (nyamuk/orang/jam)
resting rate (nyamuk/rumah)
Ae. aegypti
Ae. albopictus
Ae. aegypti
Ae. albopictus
April
2.17
2.00
0.04
0.17
Mei
1.50
0.00
0.03
0.83
Juni
1.50
0.00
0.07
0.17
Juli
1.17
1.67
0.06
0.00
Jumlah
6.33
3.67
0.19
1.17
Indeks curah hujan yang terjadi di Kelurahan Bantarjati dari bulan April sampai dengan Juli 2012 cenderung menurun. Penurunan indeks curah hujan berbanding lurus dengan terjadinya penurunan jumlah kepadatan nyamuk (Gambar 1). Fenomena yang sama saat perubahan musim penghujan ke musim kemarau menyebabkan penurunan kepadatan nyamuk pada bulan Desember 2011 hingga Maret 2012 terjadi di Kelurahan Pasir Kuda (Riwu 2011).
Gambar 1 Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus (nyamuk/orang/hari) di Kelurahan Bantarjati periode April sampai dengan Juli 2012 Hasil analisis korelasi pearson antara kepadatan nyamuk dengan indeks curah hujan pada Ae. aegypti (r=0.94) dengan angka signifikansi (0.06, P>0.05), sedangkan pada Ae. albopictus (r=0.49) dengan angka signifikansi (0.51, P>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kepadatan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus dengan indeks curah hujan saling berkaitan (korelasi kuat) tetapi tidak signifikan, karena terdapat faktor lain seperti kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Appawu et al. (2006) di Ghana menunjukkan bahwa nyamuk mengisap darah di musim kemarau lebih tinggi dari pada musim hujan. Hal ini disebabkan oleh perilaku masyarakat membersihkan air secara teratur saat musim hujan di Tiwu, Ghana. Selain itu, pada musim kemarau terdapat genangan air pada waduk
8 kecil dan penampungan air dalam panci atau barel yang sering digunakan untuk pembuatan bir. Hal ini membuktikan bahwa faktor kepadatan nyamuk tidak hanya disebabkan oleh cuaca, tetapi juga oleh perilaku masyarakat.
Gambar 2 Hubungan antara tingkat kelembaban dengan kepadatan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus (nyamuk/orang/hari) di Kelurahan Bantarjati periode April sampai dengan Juli 2012 Jumlah kepadatan nyamuk Aedes spp. menurun seiring dengan penurunan tingkat kelembaban dari bulan April hingga Juli 2012 di Kelurahan Bantarjati (Gambar 2). Kelembaban udara tinggi akan meningkatkan kepadatan nyamuk Aedes spp., begitu juga sebaliknya (Cahyati & Suharyo 2006). Kelembaban rendah dapat mempengaruhi jarak terbang dan kondisi fisik nyamuk karena terjadi penguapan pada cairan tubuh nyamuk, sehingga nyamuk berisitrahat lebih banyak dari pada mengisap darah.
Aktivitas Mengisap Darah Jumlah rata-rata nyamuk Ae. aegypti yang mengisap darah lebih tinggi di dalam rumah daripada di luar rumah, sedangkan aktivitas nyamuk Ae. albopictus di dalam rumah lebih rendah daripada di luar rumah (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa nyamuk Ae. aegypti lebih bersifat endofagik (di dalam rumah), sedangkan Ae. albopictus bersifat eksofagik (Depkes 2007). Thavara et al. (2000) melaporkan bahwa di Pulau Samui Thailand jumlah nyamuk Ae. aegypti mengisap darah di dalam rumah (75%) dan di luar rumah (1%), sedangkan Ae. albopictus mengisap darah di dalam rumah (24.6%) dan di luar rumah (99%).
9 Tabel 3
Bulan
Aktivitas mengisap darah Ae. aegypti dan Ae. albopictus (nyamuk/orang/jam) dengan metode human landing collection di dalam rumah dan luar rumah di Kelurahan Bantarjati periode April sampai dengan Juli 2012 Ae. aegypti (nyamuk/orang/jam)
Ae. albopictus (nyamuk/orang/jam)
Dalam Rumah 0.13
Luar Rumah 0.42
Dalam Rumah 0.21
Luar Rumah 0.29
0.33
0.04
0.00
0.00
Juni
0.33
0.04
0.00
0.00
Juli Rata-rata
0.17 0.24
0.13 0.16
0.00 0.05
0.42 0.18
April Mei
Kesukaan nyamuk Aedes spp. mengisap darah manusia menunjukkan bahwa nyamuk bersifat anthropofilik, selain itu juga mengisap darah mamalia dan burung. Secara normal nyamuk Ae. aegypti menyerang vertebrata berdarah panas dan dingin seperti katak dan kadal (Christophers 1960). Nyamuk Aedes spp. memiliki kebiasaan aktif mengisap darah di siang hari (diurnal), karena itu pengambilan sampel dilakukan pada jam 08.00−17.00. Gambar 3 menunjukkan bahwa aktivitas nyamuk Ae. aegypti mengisap darah tertinggi pada jam 10.00−11.00 (0.42 nyamuk/orang/jam) di dalam rumah, sedangkan di luar rumah terjadi pada jam yang sama dengan di dalam rumah.
Gambar 3 Aktivitas nyamuk Ae. aegypti yang tertangkap saat mengisap darah (nyamuk/orang/jam) di Kelurahan Bantarjati periode April sampai dengan Juli 2012 Aktivitas Ae. aegypti mengisap darah di dalam dan luar rumah di Pasir Kuda Bogor Barat tertinggi pada jam 11.00−12.00 (6.81 nyamuk/orang/jam) (Listinawati 2013). Ae. aegypti mengisap darah kembali meningkat pada jam 16.00−17.00 (0.21 nyamuk/orang/jam) di dalam rumah, hal ini sesuai dengan Novelani (2007) yang menyatakan bahwa di Kelurahan Kayu Utara Jakarta Timur aktivitas mengisap darah tertinggi pada jam 16.00−18.00 (1.9 nyamuk/orang/2jam). Aktivitas Ae. aegypti mengisap darah di luar rumah kembali meningkat pada jam 15.00−16.00. Ae. aegypti mengisap darah terjadi pada pagi
10 hari dan sore hari tepatnya pada jam 08.00−12.00 dan jam 15.00−17.00 (Depkes 2007).
Gambar 4 Aktivitas nyamuk Ae. albopictus yang tertangkap saat mengisap darah (nyamuk/orang/jam) di Kelurahan Bantarjati periode April sampai dengan Juli 2012 Gambar 4 menunjukkan bahwa aktivitas nyamuk Ae. albopictus mengisap darah tertinggi pada jam 10.00−11.00 (0.42 nyamuk/orang/jam) di luar rumah. Aktivitas di dalam rumah terjadi pada jam yang sama dengan di luar rumah yaitu pada jam 10.00−11.00 (0.08 nyamuk/orang/jam). Hal ini berbeda dengan di Desa Babakan Kabupaten Bogor aktivitas Ae. albopictus mengisap darah tertinggi pada jam 08.00−08.20 (41.67%) (Bahari 2011). Aktivitas Ae. albopictus mengisap darah kembali meningkat pada jam 14.00−15.00 (0.17 nyamuk/orang/jam) di luar rumah, sedangkan di Pasir Kuda Bogor Barat aktivitas nyamuk Ae. albopictus mengisap darah meningkat pada jam 15.00−16.00 (1.31 nyamuk/orang/jam) (Listinawati 2013).
Perilaku Istirahat Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyamuk Ae. aegypti yang sedang beristirahat paling banyak diperoleh di dalam rumah di tempat yang gelap, lembab, gorden, pakaian yang digantung dan di bawah kursi atau di balik lemari. Nyamuk Ae. albopictus beristirahat di sekitar semak-semak, tanaman hias, barang-barang bekas, ranting dan daun pepohonan. Ae. aegypti yang tertangkap berisitirahat di dalam rumah (0,025 nyamuk/rumah) lebih tinggi daripada di luar rumah (0,021 nyamuk/rumah). Nyamuk Ae. albopictus yang tertangkap beristirahat di luar rumah (0.008 nyamuk/rumah) lebih tinggi daripada di dalam rumah (0.001 nyamuk/rumah) (Tabel 4). Nyamuk yang beristirahat di dalam rumah disebut endofilik, sedangkan yang di luar rumah disebut eksofilik. Perich et al. (2000) melaporkan bahwa di Kota Panama Ae. aegypti beristirahat di dalam rumah, terutama di kamar tidur, ruang keluarga, dan kamar mandi. Tandon dan Sudipta (2000) melaporkan bahwa di India nyamuk Ae. albopictus beristirahat di luar rumah (62.06%). Thavara et al. (2000) melaporkan bahwa di India nyamuk Ae. albopictus ditemukan beristirahat di tempurung dan batang kelapa.
11
Tabel 4 Perilaku istirahat nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus (nyamuk/rumah) dengan metode resting collection di dalam rumah dan luar rumah di Kelurahan Bantarjati periode April sampai dengan Juli 2012 Bulan April Mei Juni Juli Rata-rata
Ae. aegypti (nyamuk/rumah)
Ae. albopictus (nyamuk/rumah)
Dalam Rumah 0.01 0.01 0.03 0.06
Luar Rumah 0.03 0.02 0.04 0.00
Dalam Rumah 0.01 0.00 0.00 0.00
Luar Rumah 0.00 0.03 0.01 0.00
0.025
0.021
0.001
0.008
DEPKES (2008) menyatakan bahwa nyamuk Ae. aegypti setelah mengisap darah, akan beristirahat di pakaian yang digantung, gorden, barang-barang furniture, serta di dinding yang lembab, tempat yang gelap dan sedikit angin. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitio (2008) di Medan bahwa ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD. Masyarakat yang memiliki kebiasaan menggantung pakaian memiliki resiko kemungkinan terserang DBD daripada masyarakat yang tidak memiliki kebiasaan tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan . Hasil identifikasi dari nyamuk yang tertangkap menunjukkan 3 spesies berbeda yaitu Ae. aegypti, Ae. albopictus, dan Culex spp. Aktivitas nyamuk Ae. aegypti mengisap darah di dalam rumah (0.24 nyamuk/orang/jam) lebih banyak dari pada di luar rumah (0.16 nyamuk/orang/jam) dengan aktivitas tertinggi terjadi pada jam 10.00−11.00 dan jam 16.00−17.00. Ae. albopictus mengisap darah di luar rumah (0.18 nyamuk/orang/jam) lebih banyak dari pada di dalam rumah (0.05 nyamuk/orang/jam) dengan aktivitas tertinggi pada jam 10.00−11.00 dan jam 14.00−15.00. Ae. aegypti yang beristirahat lebih banyak tertangkap di dalam rumah (0.03 nyamuk/rumah) dari pada di luar rumah (0.02 nyamuk/rumah), sedangkan Ae. albopictus beristirahat lebih banyak tertangkap di luar rumah (0.01 nyamuk/rumah) daripada di dalam rumah (0.00 nyamuk/rumah).
Saran Penyuluhan kepada masyarakat oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor dan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ditingkatkan.
12
DAFTAR PUSTAKA Agoes R, Oehadian H, Djaenudin. 2000. Bunga Rampai Entomologi Medik.Edisi ke-2. Jatinangor: Parasitologi FK Unpad. Anonim. 2012. DBD dan Chikungunya Serang Kota Bogor [Internet]. [diunduh 2013 Mei 30]. Tersedia pada: http://www.kabarpublik.com/2012/01/dbddan-cikungunya-serang-kota-bogor/ Appawu M, Dadzy S, Abdul H, Asmah H, Boakye D, Wilson M, Ofori-adjej D. 2006. Surveilance of Viral Haemorrhagic Fever in Ghana: Entomological Assessment of The Risk of Transmission in The Northern Region. Ghana Med. J. 40 (4): 137-141. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika. 2012. Data Iklim Cimanggu. Darmaga Bogor (ID): BMKG Bahang ZB. 1978. Life History of Aedes (S) aegypti and Aedes (S) albopictus. Laboratory Conditions. Kuala Lumpur (MY): Institute for Medical Research. Bahari DN. 2011. Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Aedes (Diptera: Culicidae) di Desa Babakan Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Cahyati WH, Suharyo. 2006. Dinamika Aedes aegypti sebagai vektor penyakit. Kemas. 2(1):34-38 Cane R. 2007. New Zealand BioSecure Entomology Laboratory, Aedes (Stegomyia) albopictus (Skuse) Asian Tiger Mosquito. New Zealand (NZ): Southern Monitoring Service Limited. [CDC] Center for Disease Control. 2012. Dengue Homepage, Entomology and Ecology [Internet]. [diunduh 2013 Juni 1]. Tersedia pada: http://www.cdc.gov/dengue/entomologyecology/index.html Christophers. 1960. Aedes aegypti (L) The Yellow Fever Mosquito. London (UK): Cambridge University. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2007. Survei Entomologi Kesehatan Demam Berdarah Dengue. Jakarta (ID): Direktorat Jenederal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [Dinkes Kota Bogor] Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2012. Data Kasus dan Kematian Penyakit DBD Di Kota Bogor. Bogor (ID): Dinas kesehatan Kota Bogor. Dicky. 2011. Antisipasi DBD, Dinkes Kota Bogor Giatkan Penyuluhan [Internet]. [diunduh 2013 Mei 30]. Tersedia pada: http://kotabogor.go.id/article/1berita-terbaru-antisipasi-dbd-dinkes-kota-bogor-giatkan-penyuluhan-. Eldridge BF, Edman JD. 2000. Medical Entomology: A Textbook on Public Health and Veterinary Problems Caused by Arthropods. Amerika (US): Kluwer Academic Publisher. Ginanjar G. 2008. Demam Berdarah. Bandung (ID): B-first.
13 Hadi UK, Sigit SH. 2006. Hama Pemukiman Indonesia. Bogor (ID): Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman (UKPHP) FKH-IPB Hadi UK. 2012. Penyakit Tular Vektor: Demam Berdarah Dengue [Internet]. [diunduh 2013 Feb 11]. Tersedia pada: http://www.academia.edu. Hadi UK, Soviana S, Gunandini DD. 2012. Aktivitas Nokturnal Vektor Demam Berdarah Dengue di Beberapa Daerah di Indonesia. J E I. 9(1):1-6. Herms WB, Maurice TJ. 1961. Medical Entomology. New York (US): The Macmillan Company. Hidayati R, Boer R, Koesmaryono Y, Hadi UK, Syafrida M. 2008. Sebaran Daerah Rentan Penyakit DBD Menurut Keadaan Iklim maupun Non Iklim. J Agromet I. 22(1):1−11. Lestari K. 2007. Epidemiologi dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Farmaka. 5(3):1-29 Listinawati ES. 2013. Perilaku menggigit dan Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya Di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Notoatmodjo S. 2002. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Penerbit Rineksa Cipta: Jakarta. Novelani BA. 2007. Studi Habitat dan Perilaku Menggigit Nyamuk Aedes serta Kaitannya dengan Kasus Demam Berdarah di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Perich MJ, Davila G, Turner A, Garcia A, Nelson M. 2000. Behaviour of Resting Aedes aegypti (Culicidae: Diptera) and Its Relation to Ultra-Low Volume Adulticide Efficicacy in Panama City. J Med Entomol. 37(4):541−546. Ponlawat A, Harrington LC. 2005. Blood Feeding Patterns of Aedes aegypti and Aedes albopictus in Thailand. J Med Entomol. 42:844−849. Rahmawati D. 2004. Jumlah dan Daya Tetas Telur, serta Perkembangan Pradewasa Aedes aegypti di Laboratorium [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Riwu YR. 2011. Bioekologi Nyamuk Aedes spp. dan Deteksi Keberadaan Virus Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kecamatan Bogor Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rosa E. 2007. Studi Tempat Perindukan Nyamuk Vektor Demam Berdarah Dengue di Dalam dan di Luar Rumah di Rajabasa Bandar Lampung. J Sains MIPA. 13(1):57−80. Santoso. 2012. DBD dan Chikungunya Serang Kota Bogor [Internet]. [diunduh 2013 Mei 2]. Tersedia pada: http://www.kabarpublik.com/2012/01/dbddan-cikungunya-serang-kota-bogor/. Sari W, Zanaria TM, Agustina E. 2010. Kajian Tempat Perindukan Nyamuk Aedes di Kawasan Kampus Darussalam Banda Aceh. J Bio Edu. 2(2):1−5. Sitio A. 2008. Hubungan Perilaku Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Suwasono H, Santoso L, Mintarsih ER. 1996. Pengaruh Suhu dan Kelembaban Terhadap Jangka Hidup Aedes aegypti Betina di Kota Semarang dan Salatiga. Jakarta (ID): Cermin Dunia Kedokteran. 107: 20−22.
14 Tandon N, Sudipta R. 2000. Host Feeding Pattern of Aedes aegypti and Aedes albopictus in Kolkata India [Internet]. [diunduh 2013 Feb 5]. Tersedia pada:http://repository.searo.who.int/bitstream/123456789/15825/1/dbv24p 117.pdf. Thavara U, Tawatsin A, Chansang C, Kong-ngamsuk W, Paosriwong S, BoonLong J, Rongsriyam R, Komalmisra N. 2000. Larval Occurrence, Oviposition Behaviour and Bitting Activity of Potential Mosquito Vectors of Dengue on Samui, Thailand. J Vector Ecol. 26(2):172−180. Waluyo B, Sayono, Nurullita U. 2011. Pengaruh Penggunaan Cahaya Buatan terhadap Perilaku Aedes aegypti. J Kesehat Masy Indones. 7(1):36−42. [WHO] World Health Organization. 2002. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue: Panduan Lengkap. Palupi W, penerjemah; Samiyatun, Editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Prevention And Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Comprehensive Guidelines. [WHO] World Health Organization. 2004. Dengue Alert in South East Asia Region. New Delhi [Internet]. [diunduh 2004 Agustus 25]. Tersedia pada: http://w3.whosea.orga/index.htm. [WHO] World Health Organization. 2009. Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control. Geneva: World Health Organization [WHO] World Health Organization. 2013. Dengue [Internet]. [diunduh 2013 Oktober 1]. http://www.who.int/entity/denguecontrol/en.
15 Lampiran 1 Peta Kota Bogor
Sumber: www.google.com Lampiran 2 Rataan Kasus DBD di Kota Bogor pada Tahun 2007-2012
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2012
I
8 10 11 16 16 61
♀
4 4 6 14
♂
5
5
L
DR
Keterangan: L=Landing, R=Resting, RW=Rukun Warga
15 JUMLAH
3 4 11 14
Dalam Rumah L R 3 3 1 8 8 2 3 2 8 5 23 20
Ae. aegypti Luar Rumah L R 2 1 1 4 10 5 1 8 15 17 1
1
R
17
7
L 10
LR
1 6
5
R
Jenis Nyamuk Ae. albopictus
28
5 13
10
♀
1 1
♂ DR L
Lampiran 3 Data Nyamuk Dewasa yang tertangkap Bulan April-Juli 2012 di Kelurahan Bantarjati
RW
14
22
R 2 19 1
L
LR
1 1
R
Culex spp.
1 18
2 14 1
♀
5
5
♂
127
20 29 21 33 24
TOTAL
16
17 Lampiran 4 Data Cuaca Bogor Utara Bulan April- Juli Tahun 2012 Bulan
Curah Hujan Cimanggu
Hari Hujan Cimanggu
April Mei Juni Juli
(mm) 513.8 288.0 148.0 140.8
(Hari) 21 17 8 7
Temperatur
(°C) 26.0 26.1 26.2 25.8
Kelembaban Udara (%) 86 85 81 79
Lampiran 5 Jumlah nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang tertangkap saat mengisap darah di Kelurahan Bantarjati periode April hingga Juli 2012 Bulan April Mei Juni Juli Jumlah Total
Ae. aegypti Dalam Rumah Luar Rumah 3 10 8 1 8 1 4 3 23 15
Ae. albopictus Dalam Rumah Luar Rumah 5 7 0 0 0 0 0 10 5 17
38 nyamuk
22 nyamuk
Lampiran 6 Jumlah nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang tertangkap saat berisitirahat di Kelurahan Bantarjati periode April hingga Juli 2012 Bulan April Mei Juni Juli Jumlah Total
Ae.aegypti Dalam Rumah Luar Rumah 2 5 2 4 5 8 11 0 20 17
Ae.albopictus Dalam Rumah Luar Rumah 1 0 0 5 0 1 0 0 1 6
37 nyamuk
7 nyamuk
18 Lampiran 7 Data kasus DBD Kota Bogor Tahun 2011 Tahun NO
Kecamatan/
Desa/
Puskesmas
Kelurahan
2011 Penyakit
I
II
Kec.Tanah Sareal Tanah Sareal
Tanah Sareal Jumlah Pondok Rumput Kebon Pedes Jumlah Kedung Badak Kedung Badak Kedung Jaya Kedung Waringin Jumlah Kayu Manis Kayu Manis Cibadak Kencana Jumlah Mekarwangi Sukaresmi Sukadamai Mekar wangi Jumlah TOTAL KECAMATAN Kec.Bogor Utara Bogor Utara Cibuluh Cimahpar Tanah Baru Jumlah Tegal Gundil Tegal Gundil Bantar Jati Jumlah Kedung Warung jambu Halang Ciparigi Ciluar Jumlah TOTAL KECAMATAN
Meninggal
3 3 18 18 13 6
0 0 0 0 0 0
13 32 6 14 6 26 9 4 8 21 100
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 7 10 24 43 51 94
0 0 0 0 0 0 0
11 10 9 30 148
0 0 0 0 0
19 Lampiran 8 Foto kegiatan penelitian
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mataram, pada tanggal 4 Juli 1990. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara, putra pasangan Bapak Muhammad Ikhsan dan Ibu Retno Palupi. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1996-2002 di SDN 2 Sumbawa Besar. Pada tahun 2003-2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Sumbawa Besar, kemudian melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Sumbawa Besar dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis memiliki pengalaman organisasi antara lain sebagai Staf Departemen Kominfo Pengurus Besar Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI), Staf Divisi Kaderisasi Pengurus Cabang FKH IPB IMAKAHI, Ketua Redaksi Majalah Veterinfo IMAKAHI, Ketua Panitia Musyawarah Kerja Nasional IMAKAHI, Ketua Divisi Clan Kerbau Himpunan Minat dan Profesi Ruminansia FKH IPB, dan Petugas Pemeriksaan Hewan Kurban tahun 2010 dan 2012.
16