STATUS ENTOMOLOGI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PERKAMIL KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO TAHUN 2011 Joy Victor Imanuel Sambuaga Jurusan Kesehatan Lingkungan Kemenkes Manado Email :
[email protected] Abstract. This study aims to determine how much the state entomologist in this case the density of vectors of dengue (Aedes sp. larvae) Perkamil In the village of Manado City. This type of research is observational (survey). Data were collected in January 2011 by using a single method in each larva 15 houses located at the site of dengue fever cases in Perkamil Village in 2010. Each location in the buffer DBD with a radius of 100 meters from the homes of cases and selected 15 homes to be sampled.Implementation of the survey using the larval form of detention entomology equipment, pipettes, flashlight and GPS. From each sample point coordinates taken home and then checked kebrdaan larvae in each container that contains water inside and outside the home. On each container that was found larval tail of larvae taken by detention or using a pipette using mouth if the container is small, after the larvae entered into the bottle labeledand check the type of species by using light microscopy. Research shows the magnitude of House Index (HI) 48.61%, larva-free rate (ABJ) 51.39), Container Index (CI) 23.33% and Breteau Index (BI) 107.8. From the number of positive containers larvae, bath / WC is the type most often found in larvae of container from 29.64%. Kata kunci : Status entomologi, vektor demam berdarah dengue.
Demam berdarah dengue (DBD) pertama kali terjadi di Indonesia yaitu di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968 tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Epidemi pertama di luar Jawa dilaporkan pada tahun 1972 di Sumatera Barat dan Lampung disusul oleh Riau, Sulawesi Utara dan Bali pada tahun 1974. Dengan jumlah kasus cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas ke berbagai wilayah setiap tahunnya, DBD sekarang menjadi salah satu penyakit endemis hampir di seluruh propinsi (Sutaryo, 2004). Masalah tersebut akan meningkat karena beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu nyamuk, manusia, virus, lingkungan dan sistem pemberantasan yang lemah menyangkut komitmen politik, sosial dan ekonomi. Kota Manado adalah salah satu kota endemis DBD di Indonesia. Setiap tahun Kota
Manado memiliki jumlah kasus DBD paling tinggi di antara kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Utara dan pada tahun 2010 jumlah kasus DBD sebanyak 998 kasus. (Depkes, 2010). Kelurahan Perkamil merupakan salah satu daerah endemis DBD dari beberapa kelurahan yang berada di seluruh wilayah Kota Manado dengan jumlah penduduk berdasarkan profil kelurahan tahun 2010 adalah 6.924 jiwa. Berdasarkan laporan kegiatan surveilans di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Manado, jumlah kasus DBD di Kelurahan Perkamil tahun 2010 adalah 24 kasus, jumlah tersebut paling tinggi dari antara 12 kelurahan yang ada di Kecamatan Tikala. Jumlah kasus tertinggi terdapat di lingkungan VII dengan 6 kasus dan terendah di lingkungan IV yang memiliki 2 kasus. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.
54
55
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
Sambuaga, J.V.I. Status Entomologi Vektor Demam,
Gambar 1. Peta penyebaran kasus demam berdarah dengue di Kelurahan Perkamil.
Untuk mengetahui berapa besar status entomologi dalam hal ini kepadatan vektor DBD (larva Aedes sp.) di Kelurahan Perkamil maka survei larva dilakukan untuk memperoleh data ril tentang keberadan larva Aedes sp. Data dan informasi yang diperoleh dapat berguna dalam kegiatan pemberantasan vektor DBD yang bertujuan untuk menekan seminimal mungkin jumlah kasus DBD dan mengantipasi munculnya kasus baru di daerah yang belum pernah terjangkit penyakit DBD. Pengamatan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kepadatan larva Aedes sp yaitu House Index (HI), Angka Bebas Jentik (ABJ), Container Index (CI) dan Breteau Index (BI).
METODE Jenis penelitian ini adalah observasional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari 2011 dengan menggunakan metode single larva pada tiap 15 rumah yang berada di lokasi kasus DBD di Kelurahan Perkamil pada tahun 2010. Tiap lokasi DBD di buffer dengan radius 100 meter dari titik rumah kasus dan dipilih 15 rumah untuk dijadikan sampel. Berdasarkan jumlah kasus DBD yang ada di Kelurahan Perkamil tahun 2010 yang berjumlah 24 kasus maka jumlah rumah yang dijadikan sampel yaitu 360 rumah. Rumah yang dijadikan sampel dapat dilihat pada Gambar 2.
56
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
Sambuaga, J.V.I. Status Entomologi Vektor Demam,
Gambar 2. Posisi rumah sampel berdasarkan kasus DBD dengan buffer 100 meter di Kelurahan Perkamil tahun 2011
Pelaksanaan survei menggunakan peralatan entomologi berupa cidukan larva, pipet, senter dan GPS. Dari tiap rumah yang dijadikan sampel diperiksa kontainer yang berisi air di dalam maupun di luar rumah. Pada setiap kontainer yang ditemukan larva diambil satu ekor larva dengan menggunakan cidukan atau menggunakan pipet jika mulut kontainernya kecil, setelah itu larva dimasukkan ke dalam botol yang sudah diberi label atau kode dan diperiksa jenis spesiesnya menggunakan mikroskop cahaya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Houseindex (HI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ). Lingkungan II mempunyai HI terendah (40%) dan yang tertinggi di Lingkungan I (57,78%). Rata-rata HI dan ABJ di Kelurahan Perkamil yaitu 48,61% dan 51,39%, seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Rumah positif dan negatif larva di Kelurahan Perkamil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.
57
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
Sambuaga, J.V.I. Status Entomologi Vektor Demam,
Gambar 3. Peta rumah yang positif dan negatif larva Aedes sp. di Kelurahan Perkamil tahun 2011.
Tabel 1. House index (HI) dan angka bebas jentik (ABJ) di kelurahan Perkamil tahun 2011 Lingkungan I III IV V VI VII VIII Jumlah
Larva (+) 26 18 14 23 22 47 25 175
Rumah Diperiksa Larva (-) 19 27 16 22 23 43 35 185
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai HI di Kelurahan Perkamil adalah 48,61%, sedangkan ABJ di Kelurahan Perkamil adalah 51,39%. Hal ini menunjukkan bahwa di kelurahan Perkamil terdapat 51,39% rumah yang tidak ada larvanya. Angka ini tidak memenuhi standar
Total 45 45 30 45 45 90 60 360
HI (%) 57.78 40.00 46.67 51.11 48.89 52.22 41.67 48.61
ABJ (%) 42.22 60.00 53.33 48.89 51.11 47.78 58.33 51.39
nasional yaitu <5% untuk HI dan >95% untuk ABJ. Dalam penelitian ini juga rata-rata indikator CI dan BI di Kelurahan Perkamil adalah 23,33% dan 107,8. Angka-angka tersebut jika disesuaikan dengan table density figure masuk dalam kategori tinggi karena berada pada tingkat di atas 5, nilai
58
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
HI dan CI masuk dalam tingkat 6 dan BI pada tingkat 8. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur ditemukan HI 11,5%, CI 6,5% BI 13,3, yang artinya bahwa dilihat dari kepadatan larva yang ada maka Kelurahan Perkamil mempunyai risiko terjadinya transmisi virus dengue lebih tinggi dibandingkan di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur (Novelani, 2007). Bila suatu daerah mempunyai HI lebih dari 5% menunjukkan bahwa daerah tersebut mempunyai risiko tinggi untuk penularan dengue dan bila HI<5% maka masih bisa dilakukan pencegahan untuk terjadinya infeksi virus dengue. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bila HI >15% berarti daerah tersebut sudah ada kasus DBD. Semakin tinggi angka HI, berarti semakin tinggi kepadatan nyamuk, maka semakin tinggi pula risiko masyarakat di daerah tersebut untuk kontak dengan nyamuk dan juga untuk terinfeksi virus dengue (Scott and Morrison, 2002). Sepanjang tahun 2010 terdapat 24 kasus di Kelurahan Perkamil, kejadian kasus ini sangat erat hubungannya dengan angka HI yang tinggi sehingga kemungkinan transmisi
Sambuaga, J.V.I. Status Entomologi Vektor Demam,
virus dengue di Kelurahan Perkamil juga tinggi, karena hampir 48,61 % rumah di Kelurahan Perkamil terdeteksi terinvestasi oleh larva.
Container index (C1) dan Breteau index (BI) Jumlah kontainer dengan air di Kelurahan Perkamil sebanyak 2051 dengan CI sebesar 23,33 % dan BI sebesar 107,8. CI tertinggi di Lingkungan V (28,64 %) dan yang terendah di lingkungan I (19,07 %) sedangkan BI tertinggi di Lingkungan V (131,1) dan yang terendah di Lingkungan VIII (85), dapat dilihat pada Tabel 2. Pada tiap kontainer yang positif larva diambil larvanya kemudian diidentifikasi di laboratorium entomologi Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes kemenkes Manado. Jumlah larva yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 388 larva. Dari hasil identifikasi diperoleh larva nyamuk Ae. aegypti sebanyak 228 larva (58,76 %), larva nyamuk Ae. albopictus sebanyak 141 larva (36,34%) dan larva nyamuk Culex sp. sebanyak 19 larva (4,9%). Selengkapnya hasil CI dan BI dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 2. Container index (CI) dan breteau index (BI) di Kelurahan Perkamil tahun 2011 Lingkungan Lingkungan I Lingkungan III Lingkungan IV Lingkungan V Lingkungan VI Lingkungan VII Lingkungan VIII Total
Larva Dalam Kontainer (+) (-) Total 49 257 306 48 213 261 36 136 172 59 206 265 44 223 267 101 383 484 51 245 296 388 1663 2051
Jumlah Rumah 45 45 30 45 45 90 60 360
CI 19.07 22.54 26.47 28.64 19.73 26.37 20.82 23.33
BI 108.9 106.7 120 131.1 97.8 112.2 85 107.8
59
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
Sambuaga, J.V.I. Status Entomologi Vektor Demam,
Tabel 3. Hasil identifikasi larva dari kontainer yang positif larva di Kelurahan Perkamil tahun 2011 Spesies
Lingkungan
Total
%
4.08
49
12.63
4
8.33
48
12.37
19.44
1
2.78
36
9.28
28.81
0
-
59
15.21
22
50.00
3
6.82
44
11.34
62.38
35
34.65
3
2.97
101
26.03
18
35.29
27
52.94
6
11.76
51
13.14
228
58.76
141
36.34
19
4.90
388
100
Ae. aegypti
%
Ae. albopictus
%
Culex sp.
%
Lingkungan I
33
67,35
14
28.57
2
Lingkungan III
25
52.08
19
39.58
Lingkungan IV
28
77.78
7
Lingkungan V
42
71.19
17
Lingkungan VI
19
43.18
Lingkungan VII
63
Lingkungan VIII Total
Tabel 4. Jenis kontainerdi dalam dan di luar rumah dengan air dan larva Aedes sp. di Kelurahan Perkamil tahun 2011 Jenis Indoor Outdoor Kontainer Air Larva Air Larva Bak Mandi/WC 422 77 134 38 Ember 233 61 91 21 Drum Air 60 15 120 33 Pot/Vas Bunga 157 26 47 12 Kaleng 8 1 118 25 Tempayan 132 16 48 9 Pagar Bambu 0 0 70 19 Lain - lain *) 93 16 0 0 Ban 0 0 62 15 Jerigen 61 2 14 0 Batok Kelapa 0 0 32 1 Tandon 0 0 122 1 Kolam 3 0 24 0 Total 1.169 214 882 174 Ket: *) perangkap semut yang diletakkan pada kaki meja/lemari
Pembahasan Jenis kontainer dengan air yang ada di Kelurahan Perkamil paling banyak adalah bak mandi/WC yaitu sebanyak 556 buah (27,11%), kontainer yang persentase positif larva tertinggi yaitu bak mandi/WC sebanyak 115 buah (29,64%) dan yang terendah pada batok kelapa dan tendon yaitu masing-masing berjumlah 1 buah (0,26%). Jumlah kontainer yang ada air
Total Air 556 324 180 204 126 180 70 93 62 75 32 122 27 2.051
Larva 115 82 48 38 26 25 19 16 15 2 1 1 0 388
Persentase (%) Air Larva 27,11 29,64 15,80 21,13 8,78 12,37 9,95 9,79 6,14 6,70 8,78 6,44 3,41 4,90 4,53 4,12 3,02 3,87 3,66 0,52 1,56 0,26 5,95 0,26 1,32 100 100
berjumlah 2051 buah, lebih banyak berada di dalam rumah dengan jumlah 1169 buah dibandingkan dengan di luar rumah yang berjumlah 882 buah. Dari keseluruhan kontainer dengan air di Kelurahan Perkamil, jumlah kontainer yang positif larva di dalam rumah lebih banyak yaitu berjumlah 214 buah disbanding kontainer yang berada di luar rumah yang berjumlah 174 buah,
60
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
Bila BI<50 berarti daerah tersebut mempunyai risiko rendah untuk terjadinya transmisi virus, bila BI >50 maka daerah tersebut mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya transmisi virus, dan bila CI≤10% menunjukkan bahwa daerah tersebut aman dari transmisi virus dengue (Scott and Morrison, 2002). Berdasarkan indikator tersebut maka kelurahan Perkamil termasuk daerah yang kemungkinan transmisi virus dengue sangat tinggi karena CI lebih besar 10% dari BI juga jauh lebih besar dari 50. Selain untuk menunjukkan hubungan antara kontainer rumah yang positif larva, BI juga bisa untuk menyatakan kepadatan nyamuk yang memberikan informasi yang paling baik untuk melihat berbagai macam kontainer yang sangat potensial sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk (Soedarmo 1998). Penggunaan indikator parameter House Index (HI) Container index (CI) dan Breteau Index (BI) sudah sering digunakan secara luas sebagai dasar pengukuran kepadatan larva, akan tetapi nilai ambang kritisnya untuk penularan penyakit DBD belum pernah ditentukan secara pasti masih diperdebatkan selama beberapa tahun tanpa penyelesaian yang jelas. House Index (HI) 1% dipilih sebagai batas objektif untuk pengendalian vektor demam kuning di Sinegal, tetapi penentuan nilai ambang batas ini tidak berdasarkan penelitian ilmiah terhadap dengue. Di negara Singapura memiliki kepadatan vektor sangat rendah akan tetapi kejadian luar biasa (KLB) dengue masih terjadi walaupun House Index (HI) sudah turun sampai 1% (Suwarja, 2007). Penampungan air di Kelurahan Perkamil yang banyak ditemukan larva adalah bak mandi/WC dan ember, dimana kemungkinan hal ini karena bak mandi/WC dan ember mempunyai mulut (diameter kontainer) yang lebih lebar dibandingkan kontainer lainnya. Kontainer yang paling produktif adalah kontainer dengan diameter yang lebar karena keadaan itu akan memudahkan nyamuk untuk keluar masuk dan berkembang biak
Sambuaga, J.V.I. Status Entomologi Vektor Demam,
di tempat tersebut (Vezzanni and Carbajo, 2008). Ember, bak penampungan air dan tempayan berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk karena biasanya tempat tersebut berukuran besar dibandingkan pot bunga, dan jerigen, dimana ini lebih sulit untuk mengganti airnya dan membersihkan kontainernya dibandingkan tempat air yang lebih kecil sehingga kemungkinan untuk air berada didalamnya lebih lama dan ini akan memungkinkan bagi nyamuk untuk menyelesaikan stadium pradewasanya di tempat tersebut (Hasyimi dan Soekirno 2004). Tingginya kepadatan larva pada lokasi penelitian di Kelurahan Perkamil Kota Manado seperti tersebut di atas, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhinya salah satunya peran serta masyarakat yang kurang dalam melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) seperti menutup tempat penampungan air, menguras dan menyikat bak mandi/ WC secara baik dan benar, sehingga menyebabkan telur-telur nyamuk Aedes sp. bisa menetas menjadi larva. Tingginya kepadatan larva dan rendahnya ABJ di Kelurahan Perkamil ini mungkin juga dikarenakan pemilihan sampel di lokasi penelitian adalah di sekitar rumah kasus DBD, sehingga kemungkinan untuk mendapatkan habitat larva adalah lebih besar dibandingkan bila sampel dipilih secara random di seluruh lingkungan baik dilokasi rumah yang dekat kasus maupun jauh dari kasus. Untuk menekan penyebaran penyakit DBD serta mengurangi dampak ekonomis maupun kesehatan masyarakat akibat penyakit DBD, melalui strategi khusus salah satunya adalah mengurangi tempat-tempat perindukan nyamuk Aedes sp. (Kantachuvessiri, 2002). Upaya pencegahan dan penanggulangan DBD yang paling efektif dan dapat dilaksanakan setiap individu, keluarga dan masyarakat adalah dengan memberantas nyamuk penularnya terutama larvanya, yang dapat terlaksana dengan peran serta masyarakat melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) (Gultom, 1989).
61
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Status entomologis/kepadatan vektor di kelurahan Perkamil adalah tinggi. Berarti kelurahan Perkamil mempunyai risiko tinggi untuk kontak dengan nyamuk Aedes sp. Hasil yang diperoleh adalah HI berkisar 40% - 57,78%, dengan rata – rata sebesar 48,61% sedangkan ABJ berkisar 42,22%-60% dengan rata-rata 51,39% CI berkisar 19,07%-28,64% dengan rata-rata 23,33%. BI berkisar 85-131,1 dengan rata-rata 107,8. Bak mandi/WC adalah jenis kontainer yang banyak ditemukan larvanya. Saran Pihak pemerintah Kelurahan Perkamil kiranya dapat mengkoordinasi masyarakat melakukan pengontrolan terhadap kontainer yang sering ditemukan larva yaitu pada bak mandi/wc, ember dan drum air secara rutin serta perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menutup kontainer supaya tidak digunakan nyamuk sebagai tempat perkembangbiakan. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI., 2010. Laporan Kasus DBD. Dinas Kesehatan Kota Manado. Gultom, B.P.P., 1989. The aspects of Dengue Haemorrhagic Fever and Its Control. The Ford Foundation & Lembaga Penelitian. Universitas Indonesia. Jakarta.
Sambuaga, J.V.I. Status Entomologi Vektor Demam,
Hasyimi, M., & Soekirno, M., 2004. Pengamatan Tempat Perindukan Aedes aegypti pada Tempat Penampungan Air Rumah Tangga pada Masyarakat Pengguna Air Olahan. Jurnal Ekologi Kesehatan. 3(1): 37-42. Kantachuvesiri, A., 2002. Dengue Haemorahagic Fever in Thai society, The South East Journal of Trofical Medicine and Public Health. 33 (1): 4-10. Novelani, B.A., 2007. Studi Habitat Dan Perilaku Menggigit Nyamuk Aedes serta Kaitannya Dengan Kasus Demam Berdarah Di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur. Tesis.IPB. Scott, T.W., & Morrison, A.C., 2002. Aedes aegypti Density and The Risk of Denvir. Departement of Entomology, University of California. Soedarmo, S.S.P., 1988. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. UI Press. Jakarta. Sutaryo, 2004. Dengue. Medika. Yogyakarta. Suwarja, 2007. Kondisi Sanitasi Lingkungan Dan Vektor Dengue Demam Berdarah Pada Kasus Penyakit DBD Di Kecamatan Tikala Kota Manado. Tesis. Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM Yogyakarta. Vezzanni, D., & Carbajo, A.E., 2008. Aedes aegypti, Aedes albopictus and dengue in Argentina : Current Knowledge and Future Directions. Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro.103 (1): 66-74.