Seminar Nasional IX – 2013 Teknik Sipil ITS Surabaya Peran Industri Konstruksi dalam Menunjang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)
PERILAKU LUMPUR SIDOARJO (LUSI) SEBAGAI AGREGAT RINGAN BUATAN UNTUK BAHAN DASAR BETON RINGAN (AAC) Rizqi A Perdanawati1, Farid R S Nasir2, Januarti J Ekaputri3, Triwulan4 1Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Struktur FTSP ITS, email:
[email protected] 2 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Sipil FTSP ITS, email:
[email protected] 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email:
[email protected] 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946710, email:
[email protected]
ABSTRAK Pembuatan beton ringan dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah dengan perawatan autoclave (Autoclave Aerated Concrete / AAC). Bahan dasar beton AAC yang sering digunakan adalah fly ash. Perkembangan selanjutnya digunakan lumpur sidoarjo (lusi) sebagai bahan dasar beton AAC. Pada penelitian ini dibuat pasta ringan dengan komposisi OPC (Original Portland Cement), kapur (Ca(OH)2), lusi bakar , dan air dengan pengembang alumunium powder. Pasta tersebut kemudian ditambahkan pasir untuk dijadikan mortar ringan. Pengembangan selanjutnya, mortar dibuat menggunakan agregat ringan buatan sebagai pengganti pasir. Agregat ringan dibuat dari lumpur sidoarjo yang dibakar pada suhu 800°C selama 2 jam. Setelah dibakar selanjutnya dihancurkan sebesar ukuran agregat halus. Uji berat jenis didapatkan hasil 1,538 gram/cm3 dan masih memenuhi syarat agregat halus tetapi besar penyerapan tidak memenuhi karena didapatkan hasil 16%. Pasta ringan menghasilkan kuat tekan sebesar 2,37 MPa dan berat volume 817 kg/m3 pada benda uji (P10-1(14-6)). Sedangkan jika pasta ditambahkan pasir dengan perbandingan pasta ringan : pasir adalah 1 : 0,5 , kuat tekan yang dihasilkan sebesar 1,84 Mpa dan berat volume 1052 kg/m3. Dari penelitian tentang pasta ringan dan agregat ringan buatan tersebut jika keduanya dicampur dengan komposisi tertentu akan berpotensi baik dijadikan mortar ringan. Kata kunci: Lusi, fly ash, agregat buatan, alumunium powder
1. PENDAHULUAN Teknologi pembuatan beton ringan berkembang dengan berbagai metode, salah satunya adalah Autoclaved Aerated Concrete (AAC). Salah satu karakter utama dari AAC adalah memiliki kerapatan tidak lebih dari 1000 kg/m3 (Aroni et al 1993). Karena memiliki kerapatan yang jauh lebih kecil dari beton normal, beton ringan banyak dikembangkan untuk struktur agar mendapatkan berat sendiri yang jauh lebih ringan juga. AAC yang sudah pernah dibuat menggunakan agregat ringan buatan atau artificial lightweight aggregate (ALWA) dengan bahan dasar lempung bekah (explanded clay). Untuk menjadi agregat ringan lempung harus diberi bahan tambahan batu obsidian dengan komposisi tertentu lalu dibakar sampai kondisi sintering 1150˚C (Husin dan Sugiharto 2008). Pada penelitian ini, AAC dibuat menggunakan bahan dasar lumpur sidoarjo (lusi). Pemanfaatan lusi agar stabil harus dibakar dan diberi bahan tambahan berupa fly ash atau pasir silica untuk menjadi agregat ringan buatan (Lasino 2007). ISBN 978-979-99327-8-5
V - 123
Seminar Nasional IX – 2013 Teknik Sipil ITS Surabaya Peran Industri Konstruksi dalam Menunjang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku fisik lumpur Sidoarjo yang digunakan sebagai agregat ringan buatan pada AAC (Autoclave Aerated Concrete). AAC direncanakan menggunakan dengan pasta ringan berbahan dasar lusi dengan menambahkan OPC, kapur dengan pengembang alumunium powder. Informasi mengenai perilaku dari lumpur Sidoarjo sangat berguna bagi masyarakat luas yang akan menggunakan beton ringan berbahan dasar lumpur Sidoarjo. Selanjutnya, akan dikembangkan lumpur bakar sebagai agregat ringan buatan pengganti pasir pada mortar ringan. Lumpur dibakar pada suhu 800°C selama 120 menit.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AAC (Autoclaved Aerated Concrete) Menurut ASTM C1693-11, AAC adalah produk yang memiliki komposisi seperti semen yang terbentuk dari hidrasi kalsium dan silica dengan bobot rendah, yang tercapai karena adanya agent yang menghasilkan pori dengan perawatan menggunakan mesin kukus bertekanan tinggi. Menurut Aroni et al (1993) AAC adalah material berpori yang ringan, terbentuk dari reaksi kimia antara calcareous (kapur / semen) dan siliceous material (pasir natural / PFA (pulverized fuel ash). Pori pada struktur AAC dihasilkan dari beberapa metode seperti reaksi kimia yang membentuk pori, menambahkan foam kedalam campuran mortar, atau mekanisme pembentukan lainnya. Baik menurut ASTM C1693-11 maupun Aroni et al (1993), AAC memiliki kerapatan kurang dari 1000 kg/m3 jauh dibawah kerapatan beton normal. 2.2 ALWA (Artificial lightweight Agregate) Menurut SNI 03-2847-2002, agregat ringan (lightweight Agregate) adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur memiliki berat isi sebesar 1100 kg/m3 atau kurang. Sedangkan Artificial Lightweight Aggregate atau yang biasa disebut agregat ringan buatan merupakan pengolahan bahan baku menjadi bahan butiran dengan ukuran tertentu, ringan, keras, dan dapat digunakan sebagai agregat pembuatan beton (Lasino 2007). Agregat ringan buatan yang telah dikembangkan salah satunya dibuat dari lempung bekah (explanded clay). Menurut Arioz et al (2008) agar lempung dapat digunakan sebagai agregat (lightweight expanded clay aggregate/LECA) harus melalui proses pembakaran dengan suhu antara 1000˚C -1200˚C dengan kapur sebagai bahan penstabil. Agregat yang dihasilkan berupa butiran dengan diameter antara 3-8 mm. 2.3 Material Lumpur Sidoarjo dan Pemanfaatannya Lumpur Sidoarjo merupakan material berbentuk butiran halus, berwarna abu-abu kehitaman, sangat plastis, dan memiliki nilai susut kering yang tinggi (Lasino 2007). Menurut Prasetya, Triwulan, dan Ekaputri (2012) kandungan mineral dominan yang terkandung pada lusi bakar yang didapat dari tes XRD antara lain quartz (SiO2), Anorthite ordered (CaAl2Si2O8), dan Hematite (Fe2O3). Beberapa penelitian pemanfaatan lumpur sidoarjo yang dapat dijadikan acuan pada penelitian ini antara lain :
ISBN 978-979-99327-8-5
V - 124
Seminar Nasional IX – 2013 Teknik Sipil ITS Surabaya Peran Industri Konstruksi dalam Menunjang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)
1. Lasino (2007) menyatakan lumpur Sidoarjo dapat digunakan sebagai agregat ringan buatan. Butiran Lumpur Sidoarjo sangat halus dan memiliki sifat susut yang tinggi maka ditambahkan limbah batu bara/flyash untuk meningkatkan kuat tekan dan kestabilan. Suhu pembakaran optimum pada 1000 0C dalam waktu 5-10 menit. 2. Sid’qon dan Triwulan (2010) menggunakan lusi sebagai perkerasan jalan (paving block) tetapi belum ringan. 3. Prasetya, Triwulan, dan Ekaputri (2012) melakukan penelitian lanjut tentang penggunaan lusi bakar sebagai beton ringan, tetapi beton yang terbentuk belum kedap terhadap penyerapan air.
3. METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah pengerjaan disajikan dengan diagram alir seperti pada gambar 1 dan gambar 2 dibawah ini. a. Pembuatan Pasta Ringan Px-y Material yang perlu disiapkan pada pembuatan pasta ringan ini antara lain: 1) OPC, 2) Lumpur Sidoarjo bakar, 3) Kapur Non Aktif (Ca(OH)2), 4) Bubuk Alumunium (Al. powder). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara coba-coba komposisi. Tujuanya adalah untuk mencari campuran yang paling baik antara pasta dasar Px dengan tambahan alumunium powder. Komposisi yang digunakan disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi campuran pasta ringan Px-y Pasta Ringan (Px-y) (Px-1) (Px-1) (Px-1)
Komposisi Material (% terhadap binder) Lusi Al. OPC Ca(OH)2 Bakar Powder 10 20 70 1 10 15 75 1 10 10 80 1
Air 60 60 60
Keterangan : (%) * = Prosentase dari berat total binder ; Variabel x = Prosentase kapur non aktif terhadap berat binder. Variabel y = Prosentase alumunium powder terhadap berat semen. Misal : P10-1 = Pasta dengan campuran 10% kapur non aktif dan ditambah 1% a.l powder.
b. Perawatan Pasta Ringan Px-y Menggunakan Autoclave Tekanan yang diberikan pada pasta ringan adalah 5, 9, dan 14 Bar sedangkan lama proses perawatan mulai dari 2, 3, 4, 6, 8, dan 10 jam. Selanjutnya dicatat hasil yang paling baik sebagai patokan untuk perawatan mortar ringan pada proses selanjutnya. c. Pembuatan Mortar Ringan Mx-y-z Mix design yang digunakan tetap menggunakan metode konvensional dengan mencampur adonan pasta ringan Px-y dengan pasir lumajang sebagai agregat halus. Komposisi yang dicoba disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Komposisi campuran mortar ringan Mx-y-z Mortar Ringan (Mxy-z)
OPC
ISBN 978-979-99327-8-5
Komposisi Material (% terhadap binder) Al. Pasir Ca(OH)2 Lusi Bakar Powder (*)
Air V - 125
Seminar Nasional IX – 2013 Teknik Sipil ITS Surabaya Peran Industri Konstruksi dalam Menunjang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)
(Mx-y-0.25) (Mx-y-0.5) (Mx-y-0.75) (Mx-y-1)
10 10 10 10
x x x x
100-10-x 100-10-x 100-10-x 100-10-x
1 1 1 1
0.25 0.5 0.75 1
60 60 60 60
Keterangan : * = dari berat binder+filler; Variabel x = Prosentase kapur non aktif terhadap berat binder.; Variabel y = Prosentase alumunium powder terhadap berat semen.; Variabel z = Jumlah total pasir dari berat binder. Misalnya : M10-1-0.5 = Mortar ringan dengan campuran 10% kapur non aktif ditambah 1% alumunium powder dan perbandingan binder dan pasir 1:0.5.
d. Perawatan Mortar Ringan Mx-y-z Menggunakan AutoclAve Tekanan (p) dan lama waktu perawatan (t) yang menghasilkan kuat tekan paling optimum dari pasta ringan digunakan untuk proses perawatan mortar ringan. e. Pembuatan agregat ringan buatan (Alwa) Pembuatan agregat ringan buatan / Artificial lightweight aggregate (Alwa) diawali dengan mengayak butiran lumpur sidoarjo (lusi) oven lolos ayakan no. 50. Lusi lolos ayakan no. 50 tersebut kemudian dicampur dengan air dengan takaran tertentu sampai tercampur rata. Selanjutnya masukkan adonan lusi kedalam cetakan dan didiamkan sampai agak kering (±1-2 minggu) lalu dioven. Keluarkan benda uji dari cetakan untuk dibakar pada pada suhu 800˚C selama 2 jam lalu dinginkan selama 24 jam. Hancurkan benda uji tersebut dengan menumbuknya kemudian ayak sampai lolos ayakan no.20 dan tertahan ayakan no.100. f. Pengetesan Benda Uji 1) Tes Kuat Tekan Hancur (ASTM C39). 2) Tes Berat Volume Pasta Ringan Px-y dan Mortar Ringan Mx-y-z (ASTM C29/C29M-91) 3) Tes berat jenis agregat buatan, TGA-DSC, XRD. g. Kesimpulan Data yang telah didapatkan digunakan untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan ini meliputi kelayakan pemanfaatan lumpur sidoarjo sebagai AAC maupun agregat ringan buatan.
4. HASIL PENELITIAN a. Kuat Tekan Pasta Ringan Px-y Tes kuat tekan hancur pasta ringan dengan curing Autoclave (Px-y(pt)) mendapatkan hasil seperti tertera pada grafik Gambar 1.
ISBN 978-979-99327-8-5
V - 126
Seminar Nasional IX – 2013 Teknik Sipil ITS Surabaya Peran Industri Konstruksi dalam Menunjang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)
Kuat Tekan Pasta Ringan Px-y Umur 7 Hari 1.5
Kuat Tekan (MPa)
1.2 5 Bar
0.9
9 Bar
0.6
14 Bar
0.3 0.0 5%
10%
15%
20%
25%
% Ca(OH)2
Gambar 1. Grafik hubungan kuat tekan pasta ringan Px-y dengan variasi tekanan selama 4 jam Dari gambar 1 dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tekanan autoclave, kuat tekan yang dihasilkan juga lebih tinggi (P10-1 , tekanan 14 Bar, 4 jam sebesar 1.3 Mpa). Selain itu penambahan kapur non aktif (Ca(OH)2) yang lebih banyak menyebabkan menurunnya kuat tekan. Selanjutnya dicoba variasi lama penekanan dengan autoclave bertekanan 14 Bar. Hasilnya tersaji pada gambar 2.
Kuat Tekan (MPa)
Kuat Tekan Pasta Ringan Px-y(pt) 2.5
P20-1(14,t)
2.0
P15-1(14,t)
1.5
P10-1(14,t)
1.0 0.5 0.0 0
2
4
6
8
10
12
Lama Acv (Jam)(t)
Gambar 2. Grafik Peningkatan Kuat Tekan Pasta Ringan Akibat Lama Waktu Perawatan Dari gambar 2 dapat disimpulkan bahwa kuat tekan tertinggi pasta ringan adalah saat perawatan autoclave bertekanan 14 bar selama 6 jam (P10-1(14,6)) yaitu sebesar 2.4 Mpa. Setelah melewati lama perawatan 6 jam, ternyata kuat tekan mengalami penurunan yaitu saat 8 dan 10 jam.
b. Tes Berat Volume Pasta Ringan Px-y Tes berat volume pasta ringan Px-y(p,t) dapat dilihat hasilnya pada Tabel 3. Tabel 3. Berat volume pasta ringan Px-y Kode Px-y(p,t) P20-1(14,2) P15-1(14,2) P10-1(14,2)
Umur (hari) 7 7 7
ISBN 978-979-99327-8-5
Rata-rata Berat Volume (kg/m3) 719 712 621
Kode Px-y(p,t) P20-1(9,4) P15-1(9,4) P10-1(9,4)
Umur (hari) 7 7 7
Rata-rata Berat Volume (kg/m3) 775 819 766 V - 127
Seminar Nasional IX – 2013 Teknik Sipil ITS Surabaya Peran Industri Konstruksi dalam Menunjang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)
P20-1(14,3) P15-1(14,3) P10-1(14,3) P20-1(14,4) P15-1(14,4) P10-1(14,4) P20-1(5,4) P15-1(5,4) P10-1(5,4)
7 7 7 7 7 7 7 7 7
772 735 654 740 702 776 749 773 794
P20-1 P15-1 P10-1 P20-1 P15-1 P10-1 P20-1 P15-1 P10-1
14 14 14 28 28 28 56 56 56
663 687 718 715 726 753 674 706 718
Berat volume pasta ringan Px-y sebagian besar dibawah 800 kg/m3 yang merupakan batas maksimal berat jenis beton yang direncanakan. Pasta yang dirawat dengan autoclave memiliki berat volume dibawah 1000 kg/m3 sesuai dengan persyaratan beton AAC.
c. Kuat Tekan Mortar Ringan dengan Pasir Mx-y-z Tes kuat tekan hancur mortar ringan mendapatkan hasil seperti tertera pada grafik Gambar 3. Kuat Tekan Mortar Mx-y-z 2.0
Kuat Tekan (MPa)
1.6 1.2 0.8 0.4 0.0 0
0.25
0.5
0.75
1
1.25
Perbandingan dengan Binder
Gambar 3. Grafik kuat tekan mortar ringan Mx-y-z terhadap prosentase penambahan pasir Dari Gambar 3 dapat disimpulkan bahwa semakin besar penambahan pasir (z) pada adonan pasta ringan Px-y untuk membuat mortar ringan Mx-y-z mengakibatkan penurunan kuat tekan pada mortar. Dari grafik tersebut dapat dilihat komposisi mortar ringan M10-1-0.5 dengan perbandingan pasta ringan (Px-y) dengan pasir (z) sebesar 1:0.5 memiliki kuat tekan tertinggi yaitu sebesar 1.8 MPa.
d. Tes Berat Volume Tes berat volume mortar ringan Mx-y-z dilakukan terhadap benda uji pada umur 7 hari.
ISBN 978-979-99327-8-5
V - 128
Seminar Nasional IX – 2013 Teknik Sipil ITS Surabaya Peran Industri Konstruksi dalam Menunjang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)
Rata-rata Berat Volume kg/m3
Rata-rata Berat Volume Mortar Mx-y-z 1100 1050 1000 950 900 850 800 0
0.25
0.5
0.75
1
1.25
Perbandingan Dengan Binder
Gambar 4. Grafik rata-rata berat volume mortar ringan Mx-y-z terhadap prosentase penambahan pasir Mortar ringan M10-1-1 memiliki berat volume yang paling tinggi yaitu 1052 kg/m3 sedangkan mortar ringan M10-1-0.25 memiliki berat volume yang paling rendah sebesar 840 kg/m3. Semakin banyak penambahan pasir maka semakin berat mortar ringan yang dihasilkan. Berat volume yang berada di kisaran 1000 kg/m3 masih dapat digolongkan sebagai beton ringan.
e. Hasil Pengujian Agregat Buatan Pengujian yang dilakukan terhadap agregat buatan dengan komposisi 100% lumpur ini adalah uji TGA/DSC, XRD, dan berat jenis. 1) Thermogravimetry analysis (TGA) - DSC Pengujian ini digunakan untuk mengukur perubahan massa lumpur kering terhadap temperatur. Hasil uji TGA dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. TGA-DSC lumpur kering Dari gambar 4 dapat disimpulkan bahwa kondisi lumpur stabil pada kisaran suhu 600-850°C, ditandai dengan heat flow yang optimal tetapi perubahan berat lumpur relatif tidak besar. ISBN 978-979-99327-8-5
V - 129
Seminar Nasional IX – 2013 Teknik Sipil ITS Surabaya Peran Industri Konstruksi dalam Menunjang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)
2) XRD Pengujian XRD digunakan untuk mengetahui mineral yang terkandung didalam lusi bakar. Pada Gambar 5 dan Gambar 6 berikut ini disajikan hasil XRD lumpur setelah di oven (suhu 100°C, 48 jam) dan setelah dibakar (suhu 800°C, 2 jam). Lumpur Oven 1600 q,d
1400 1200
Intensity
1000 800 Lumpur Oven 600 p,z,fm,h 400
q,b
h
q,z,fm d,s,fm fb
200
s
q,fb
q d p,z,h
c
q,k
q
z
k,c
k k
k,c
z,h
0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
°2 Theta
Gambar 5. Grafik analisa hasil XRD lusi kering oven Lumpur Bakar 900
q
800 700 a
Intensity
600 500 400
Lumpur Bakar
300 200
q a
100 a
a,h
h a,h,c q,s a q h m c,s q a a a,m
s h,s c
q
h
q h
a,h
h
a,m
0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
°2 Theta
Gambar 6. Grafik analisa hasil XRD lusi bakar Selanjutnya komposisi mineral masing-masing hasil analisa XRD akan dijelaskan dalam bentuk tabel. Berikut adalah komposisi mineral lusi oven pada Tabel 4 dan lusi bakar pada Tabel 5.
Tabel 4. Kandungan Mineral Lusi Oven Kode q fm c s b z d k
Nama Mineral Quartz Fayalite Magnesian = Iron Silicate Cuprite = Copper Oxide Sarcopside = Iron Phosphate Berlinite = Aluminium Phosphate Zinc Oxide Dalyte = Potassium Titanium Zirconium Silicate Kalsilite = Potasssium Aluminium Silicate
ISBN 978-979-99327-8-5
Rumus Kimia SiO2 Fe2SiO4 Cu2O Fe3(PO4)2 AlPO4 ZnO K2(Zr, Ti)Si6.O15 KAlSiO4 V - 130
Seminar Nasional IX – 2013 Teknik Sipil ITS Surabaya Peran Industri Konstruksi dalam Menunjang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)
p fb h
Potasssium Aluminium Phosphate Ferrobustamite = Calcium Iron, Manganese Silicate Halite = Sodium Chloride
K3Al2(PO4)3 (Ca,Fe,Mn)3Si3O9 NaCl
Tabel 5. Kandungan Mineral Lusi Bakar Kode q h c a m s
Nama Mineral Quartz = Silicon Oxide Hematite = Iron Oxide Copper Iron Oxide Anorthite = Calcium Aluminium Silicate Manganese Oxide Sillimanite = Aluminium Silicate
Rumus Kimia SiO2 Fe2O3 CuFeO2 CaAl2Si2O8 MnO2 Al2SiO5
Berdasarkan hasil analisa XRD diketahui bahwa kandungan Quartz (SiO2) sangat tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan mineral yang lainnya. Pada grafik hasil analisa XRD lusi bakar dapat dilihat bahwa terdapat banyak Peaks(puncak) mineral dibandingkan dengan lusi oven. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lusi bakar lebih reaktif dibandingkan dengan lusi oven. 3) Analisa berat jenis agregat halus buatan. Hasil perhitungan berat jenis agregat halus buatan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perhitungan berat jenis agregat halus buatan Perhitungan W1 = Berat volume + pasir + air (gram) Berat pasir SSD (gram) W2 = berat labu + air Berat jenis pasir = (250/((250+W2)-W1) x 0,8 (gram/cm3) W3 = berat kering oven Penyerapan air
nilai 780 250 660 1,538 16 %
5. KESIMPULAN Dari hasil analisa diatas, pasta ringan Px-y dan mortar ringan Mx-y-z memenuhi persyaratan beton ringan kerena memiliki berat volume lebih rendah dari 1800 kg/m3 yaitu 819 kg/m3 dan 1052 kg/m3. Jika dilihat dari hasil uji tekan, kuat tekan maksimal pasta Px-y sebesar 2,4 MPa, menurut SNI 03-0349-1989 pasta dapat digolongkan pada mutu IV bata beton berlubang dengan kuat tekan rata-rata 2,41 MPa. Sedangkan untuk mortar ringan, kuat tekan maksimum yang didapatkan sebesar 1,84 MPa belum memenuhi syarat. Hasil analisa berat jenis agregat halus buatan memnuhi syarat agregat ringan buatan dengan nilai 1,538 gram/cm3 (syarat 1,0 – 1,8 gram/cm3) dan besar penyerapan 16% tidak memenuhi persyaratan (syarat maks. 2%).
ISBN 978-979-99327-8-5
V - 131
Seminar Nasional IX – 2013 Teknik Sipil ITS Surabaya Peran Industri Konstruksi dalam Menunjang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)
6. DAFTAR PUSTAKA 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
Arioz, O. et.al. (2008), “A Preliminary Research On The Properties of Lightweight Explanded Clay Aggregate”, J. Aust. Ceram. Soc, Vol. 44, No. 1, hal. 23-30. Aroni, S. et.al., (2005), Autoclaved Aerated Concrete Properties, Testing and Design, Taylor and Francis, London and Newyork. ASTM C1693-11. (2011), Standard Specification for Autoclaved Aerated Concrete. ASTM International, United States. Husin, A.A. dan Sugiharto, B. (2008), “Peningkatan Mutu Agregat Ringan Buatan Untuk Beton Ringan Struktural”, Jurnal Permukiman, Vol. 3, No. 1, hal. 1-14. Lasino (2007), “Penelitian Pemanfaatan Lumpur Sidoarjo Untuk Agregat Buatan”, jurnal Permukiman, Vol.2, no.1 Prasetya, W.C., Triwulan, Ekaputri, J.J. (2012), Pemanfaatan Material Lumpur Sidoarjo Sebagai Beton Ringan, Jurusan Teknik Sipil, FTSP, ITS, Surabaya. Sid’qon, H. dan Triwulan, (2008), Pemanfaatan Material Lumpur Porong, Sidoarjo Sebagai Interblok Perkerasan Lentur Jalan, Jurusan Teknik Sipil, FTSP, ITS, Surabaya. SNI 03-2847-2002 (2002), Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, BSN, Indonesia.
ISBN 978-979-99327-8-5
V - 132