Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA MASYARAKAT RT 001 – RT 007 DESA PAYAMAN KABUPATEN BOJONEGORO Novia Puspita Utami Putri Universitas Airlangga: Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat, Surabaya Email:
[email protected]
ABSTRAK Pemberdayaan masyarakat merupakan proses yang harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga. Rumah tangga atau keluarga yang sehat merupakan modal pembangunan bagi suatu Negara dimana modal tersebut perlu untuk dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit menular atau penyakit tidak menular, oleh karena itu untuk mencegah penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (Depkes, 2013). Di Indonesia dalam melaksanakan program PHBS tingkat rumah tangga menggunakan 10 indikator PHBS. Indikator-indikator tersebut harus diperaktikan di rumah tangga, karena kesepuluh indikator tersebut dianggap dapat mewakili, atau dapat mencerminkan secara keseluruhan perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan bermasyarakat. Indikator-indikator tersebut antaralain : Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, Bayi di beri ASI ekslusif, Menimbang balita setiap bulan, Ketersediaan air bersih, Ketersediaan jamban sehat, Memberantas jentik nyamuk, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Tidak merokok dalam rumah, Melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan Makan buah dan sayur. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods), dengan kuesioner untuk kuantitatif, dan untuk kualitatif menggunakan metode observasi, dan wawancara sebagai instrumen penelitian. Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi gambaran PHBS rumah tangga di RT 001 – RT 007, Dusun Payaman, Desa Payaman, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur, berdasarkan sepuluh indikator PHBS rumah tangga yang ada di Indonesia.
Kata Kunci : PHBS, Desa Payaman, Kabupaten Bojonegoro
Halaman | 72
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
PENDAHULUAN Mahasiswa adalah sosok agen perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa diharapkan mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat sekitarnya. Mahasiswa dituntut untuk memiliki hardskill dan softskill untuk menjadi pribadi yang berwawasan, peduli, dan empati terhadap lingkungan dan kehidupan bermasyarakat. Universitas Airlangga melalui pendekatan Evidence Based Learning (EBL) dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan wadah yangb tepat untuk mengajak mahasiswa merasakan keadaan yang akan dihadapi mahasiswa dalam realitas kerjanya di masa depan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya yang dari perorangan atau individu, keluarga, kelompok serta masyarakat untuk belajar dan menciptakan kondisi baru bagi diri mereka. Upaya tersebut dilakuakn dengan cara membuka jalur komunikasi, memberikan informasi, serta melakukan edukasi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan merubah perilaku dari perorangan atau individu, keluarga, kelompok serta masyarakat. Lewat strategi promosi kesehatan yang ada, anatara lain melalui pendekatan kepemimpinan, melalui bina suasana, serta melalui pemberdayaan masyarakat, diharapkan pada akhirnya masyarakat tersebut akan mampu mengenali, dan mampu untuk mengetahui masalah kesehatannya sendiri. Terutama pada tingkat rumah tangga, karena rumah tangga merupakan dasar dari bermasyarakat, maka dari rumah tangga diharapkan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup bersih dan sehat (Depkes,2005). Pemberdayaan masyarakat merupakan proses yang harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga. Rumah tangga atau keluarga yang sehat merupakan modal pembangunan bagi suatu Negara dimana modal tersebut perlu untuk dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit menular atau penyakit tidak menular, oleh karena itu untuk mencegah penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (Depkes, 2013). Di Indonesia dalam melaksanakan program PHBS tingkat rumah tangga
menggunakan 10 indikator PHBS. Indikatorindikator tersebut harus diperaktikan di rumah tangga, karena kesepuluh indikator tersebut dianggap dapat mewakili, atau dapat mencerminkan secara keseluruhan perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan bermasyarakat. Indikator-indikator tersebut antaralain : 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. 2. Bayi di beri ASI ekslusif. 3. Menimbang balita setiap bulan. 4. Ketersediaan air bersih. 5. Ketersediaan jamban sehat. 6. Memberantas jentik nyamuk. 7. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. 8. Tidak merokok dalam rumah. 9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari. 10. Makan buah dan sayur. Keberhasilan program PHBS merupakan salah satu indikator penilaian dari kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota dalam bidang kesehatan. Target dari pencapaian program PHBS ini adalah sebesar 70% rumah tangga sehat. Menurut Laporan Akuntanbilitas Kinerja Kementrian Kesehatan RI tahun 2014, target rumah tangga berPBHS adalah 70%. Dari target pemerintah sebesar 70% tersebut, didapatkan data bahwa propinsi Jawa Timur capaian rumah tangga ber-PHBS masih dibawah standar yaitu sebesar 48,3%. Penelitian ini dilakukan di RT 001 – RT 007, Dusun Payaman, Desa Payaman, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mengidentifikasi gambaran PHBS rumah tangga berdasarkan sepuluh indikator PHBS rumah tangga yang ada di Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods), dengan kuesioner untuk kuantitatif, dan untuk kualitatif menggunakan metode observasi, dan wawancara sebagai instrumen penelitian. Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi gambaran PHBS rumah tangga di RT 001 – RT 007, Dusun Payaman, Desa Payaman, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur, berdasarkan sepuluh indikator PHBS rumah tangga yang ada di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data Halaman | 73
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
sekunder. Data primer didapatkan dari hasil kuesioner di lapangan, hasil observasi di lapangan, serta hasil wawancara dengan informan di lapangan. Sedangkan pengambilan data sekunder didapatkan dari dokumen Puskesmas Ngraho, dokumen Ponkesdes Payaman, dokumen Balai Desa Payaman dan dokumen kader posyandu di dusun payaman. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner, dan wawancara kepada masyarakat desa Payaman RT 001 – RT 007. Selain itu dilakukan observasi non partisipatif di lapangan, peneliti hanya sebagai pengamat dan tidak mengikuti kegiatan secara langsung. Pengamatan yang dilakukan peneliti yaitu pengamatan terhadap fasilitas MCK rumah tangga dan ketersediaan SPAL ditiap rumah tangga. Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dideskriptifkan secara menyeluruh. Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara dengan informan saat pengisian kuesioner. Setelah melakukan wawancara peneliti membuat transkrip hasil kuesioner, serta hasil wawancara dengan cara memutar kembali rekaman wawancara kemudian menuliskan kata-kata yang sesuai dengan apa yang ada di dalam rekaman tersebut, selanjutnya peneliti membuat reduksi data dengan cara abstraksi, yaitu mengambil data sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan data yang tidak diperlukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Payaman Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro Secara geografis terletak pada posisi 7°21'-7°31' Lintang Selatan dan 110°10'-111°40' Bujur Timur. Topografi ketinggian desa berupa daratan sedang, sekitar 29 m dpl di atas permukaan laut. Berdasarkan data BPS Kabupaten Bojonegoro tahun 2014, selama tahun 2014 curah hujan di Desa Payaman rata-rata mencapai 2.400 mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga mencapai 405,04 mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2014 2016. Secara administratif, Desa Payaman terletak di wilayah Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro dengan posisi dibatasi oleh wilayah :
a. Sebelah Utara : Desa Tebon Kecamatan Padangan b. Sebelah Timur : Desa Bancer Kecamatan Ngraho c. Sebelah Selatan : Desa Sumberarum Kecamatan Ngraho d. Sebelah Barat : Desa Ngloran Kecamatan Cepu Jawa Tengah Jumlah responden yang didapatkan dari penyebaran kuesioner RT 001-007 Desa Payaman yaitu sebanyak 204 responden dari total responden sebanyak 251 responden. 1. Pendidikan masyarakat Gambar 1. Latar Belakang Pendidikan warga Desa Payaman RT 001 – RT 007
Presentasi tertinggi pendidikan warga desa Payaman RT 001 – RT 007 yaitu sebanyak 47,88% adalah tamatan Sekolah Dasar (SD). Terbanyak kedua adalah tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak 16.34%. Hanya 0,16% warga yang dapat menempuh pendidikan S1. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan akhir masyarakat Dusun Payaman masih tergolong rendah. Golongan warga yang menempuh pendidikan tamat SD sebagian besar didominasi oleh lansia yang pada waktu masanya memang sulit menempuh pendidikan tinggi. 2. Pendapatan masyarakat Gambar 2. Rata-rata Penghasilan warga desa Payaman RT 001 –RT 007 Halaman | 74
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
Berdasarkan gambar 2 penghasilan keluarga per bulan di desa Payaman RT 001 – RT 007 adalah sebesar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000, karena rata-rata pekerjaan warga di desa Payaman RT 001 - 007 adalah sebagai petani. Penghasilan sebagai petani di desa Payaman tidak tetap pada setiap bulannya. Menurut hasil wawancara dengan warga, hal ini diakibatkan karena bekerja sebagai petani penghasilan terbanyak hanya datang pada saat musim panen tiba. 3. Pelaksanaan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat desa Payaman RT 001 –RT 007, kabupaten Bojonegoro, propinsi Jawa Timur, dalam meningkatkan derajat kesehatan : a. Pemeriksaan Kehamilan Gambar 3. Ibu Periksa Ke Fasilitas Kesehatan Selama Kehamilan
yang lebih memilih berobat ke dukun daripada ke tenaga kesehatan. Pemeriksaan kehamilan atau pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang diikuti adanya upaya koreksi terhadap penyimpangan perilaku selama kehamilan yang ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih dan terdidik dalam bidang kebidanan. Tenaga kesehatan yang dimaksud dapat berupa seorang pembantu bidan, bidan, dokter dan perawat yang sudah dilatih. Warga desa Payaman RT 001 – RT 007 yang pernah mengalami masa kehamilan atau saat penelitian warga tersebut sedang hamil sudah memiliki perilaku yang baik, yaitu mereka sudah banyak yang telah melakukan pemeriksaan kehamilan ke fasilitas kesehatan yang ada. b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Gambar 4. Persalinan Ibu Hamil Ditolong Nakes
Berdasarkan gambar 3 sebanyak 82,77% warga desa Payaman RT 001 – RT 007 yang pernah mengalami masa kehamilan atau saat penelitian warga tersebut sedang hamil mengaku dan mengatakan bahwa telah memeriksakan kehamilannya ke Fasilitas Kesehatan. Sebanyak 17,33% warga desa Payaman RT 001 – RT 007 yang pernah mengalami masa kehamilan lainnya mengatakan tidak memeriksakan kehamilannya ke Fasilitas Kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, warga yang tidak memeriksakan kehamilannya ke pelayanan kesehatan dikarenakan dipengaruhi oleh budaya jaman dahulu
Berdasarkan gambar 4, peneliti memperoleh data bahwa terdapat 72,25% atau sebanyak 125 warga desa Payaman RT 001 – RT 007 yang pernah mengalami masa kehamilan mengatakan persalinannya ditolong oleh Tenaga Kesehatan, sedangkan 27,75% atau sebanyak 48 warga desa Payaman RT 001 – RT 007 yang pernah mengalami masa kehamilan mengatakan persalinannya tidak ditolong oleh Tenaga Kesehatan, melainkan ke dukun karena mayoritas 48 warga ini merupakan seorang lansia, dimana mereka mengalami masa kehamilan sudah sekitar 20 – 30 tahun yang lalu, dan pada jaman tersebut Halaman | 75
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
tenaga kesehatan masih sangat sedikit jumlahnya, dan aksesnya menuju fasilitas kesehatan terbilang susah. Sebagian besar Ibu hamil atau ibu yang pernah hamil di desa Payaman sudah melahirkan di tenaga kesehatan, hal tersebut sudah sesuai dengan pendapat Nur Latifah pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi. Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tenaga profesional dan dukun bayi. Berdasarkan indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pertolongan persalinan sebaiknya oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan) tidak termasuk oleh dukun bayi. Kesadaran 125 warga desa Payaman RT 001 – RT 007 yang pernah mengalami masa kehamilan dalam upaya pencarian pelayanan kesehatan dapat dikatakan sudah bagus. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh data bahwa 125 ibu pernah hamil di desa Payaman telah memeriksakan kehamilannya di tenaga kesehatan. Baik pemeriksaan itu dilakukan di bidan praktik swasta maupun di puskesmas setempat. Berdasarkan hasil wawancara, pemilihan tempat pemeriksaan kehamilan ini dipengaruhi oleh jarak bidan praktik swasta ataupun puskesmas setempat dari rumah tempat tinggal mereka. c. Bayi di beri ASI ekslusif Gambar 5. Bayi yang diberi ASI
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Wong, 2003). Menurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun. ASI Eksklusif (menurut WHO dalam Kristiyansari, W. 2009) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Berdasarkan gambar 5, pada saat penelitian peneliti berhasil menemukan bayi di desa Payaman RT 001 – RT 007 sejumlah 4 orang bayi. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu pemilik bayi, semua bayi telah mendapat ASI eksklusif sampai bayi tersebut 12 bulan. Bayi yang ada di desa Payaman telah diberikan ASI hingga usia 12 bulan, hal tersebut sudah melebihi anjuran WHO yang menganjurkan memberikan ASI hingga 6 bulan, hal ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa Payaman RT 001 – RT 007 khususnya para kaum ibu telah memiliki kesadaran yang baik, dengan sudah memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. d. Menimbang balita setiap bulan dan pemantauan tumbuh kembang bayi Gambar 6. Bayi yang dibawa ke Posyandu
Bayi adalah seseorang yang berumur 0-12 bulan, ditandai dengan
Berdasarkan gambar 6, empat bayi yang terdapat di desa Payaman RT
Gambar 7. Bayi yang rutin dipantau Pertumbuhannya
Halaman | 76
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
001 – RT 007 semuanya telah dibawa ke Posyandu terdekat untuk mengikuti program Posyandu, serta untuk cek kesehatan bayi secara rutin. Berdasarkan gambar 7, melalui hasil wawancara dengan informan, didapatkan data bahwa empat bayi yang terdapat di desa Payaman RT 001 – RT 007 yang lahir semuanya rutin dipantau pertumbuhannya dengan mengikuti posyandu yang diadakan oleh bidan setempat. Salah satu tujuan Posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan gambar 6, dan gambar 7 semua bayi yang ada di desa Payaman RT 001 – RT 007 dibawa ke posyandu dan telah dilakukan pemantauan pertumbuhan bayi tersebut melalui program Posyandu yang mereka ikuti. Hal tersebut berarti membantu untuk mencapai tujuan Posyandu yaitu mencegah adanya kematian bayi, dengan dibawa ke Posyandu diharapkan pertumbuhan dan kesehatan bayi dapat terpantau dan dapat dideteksi dini jika ada gangguan kesehatan sehingga tidak sampai terjadi kematian bayi. e. Ketersediaan air bersih
Gambar 8. Ketersediaan Sarana Air Bersih
Berdasarkan gambar 8, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 99% semua responden di desa Payaman RT 001 – RT 007 sudah tersedia sarana air bersih. Air bersih yang digunakan oleh warga desa Payaman sudah sesuai syarat air bersih. Sumber air bersih masyarakat sebagian besar menggunakan air dari sumur. Air bersih ini digunakan masyarakat untuk
kehidupan sehari-hari seperti mandi dan cuci-cuci. Berdasarkan hasil observasi air bersih yang digunakan warga desa Payaman RT 001 – RT 007 sebagian besar sudah memenuhi kriteria air bersih. Sebanyak 99% air yang digunakan tidak keruh, sebanyak 98% air yang digunakan tidak berwarna, sebanyak 99% air yang digunakan tidak berasa dan sebanyak 97% air yang digunakan tidak berbau. Jadi kriteria air bersih yang digunakan oleh masyarakat Dusun Payaman telah memenuhi syarat sesuai kriteria air bersih. Air bersih menurut Permenkes RI Nomor 416 tahun 1990 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas Air bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Aspek penilaian meliputi ketersediaan sarana air bersih, jenis sumber air yang tertutup, dan kualitas air bersih yang dilihat secara fisik. Berdasarkan hasil kuesioner, 204 responden atau sudah 100% responden memiliki sarana air bersih yang terdiri atas 203 responden yang sumber airnya terlindung dan hanya 1 yang jenis sumber airnya terbuka. Sumber air terlindung ini mencakup PDAM, sumur pompa, sumur gali terlindung, dan mata air terlindung. Sedangkan sumber air yang terbuka mencakup sumur terbuka, air sungai, air danau, dll. Berdasarkan wawancara jenis sumber air yang paling banyak dimiliki oleh warga adalah PDAM dan sumur pompa. Persyaratan air bersih (Depkes RI, 2009) meliputi beberapa parameter yaitu air tidak keruh, air tidak berwarna, air tidak berasa, dan air tidak berbau. Air tidak keruh yaitu harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah debu, lumpur, sampah, busa, dan kotoran lainnya. Air tidak berwarna harus benin/jernih. Air tidak berasa yaitu tidak berasa asin, tidak asam, tidak payau, dan tidak pahit, harus bebas dari bahan kimia. Sedangkan air tidak berbau seperti tidak berbau amis, anyir, busuk atau bau belerang. Hasilnya menunjukkan bahwa 202 responden memiliki air yang tidak keruh, 201 air tidak berwarna, 202 air tidak Halaman | 77
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
berasa, dan 198 air tidak berbau. Dari hasil tersebut kualitas fisik air di Desa Payaman sudah cukup baik dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Air yang memenuhi syarat secara fisik bisa melindungi dari gangguan penyakit atau menurunkan resiko terjadinya waterborne disease, walaupun perlu dilakukan pengujian lebih lanjut terkait parameter kimia, biologi, maupun radioaktif. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas rumah warga sudah memiliki sarana air yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. f. Ketersediaan jamban sehat Gambar 9. Ketersediaan Jamban Keluarga
Berdasarkan gambar 9, menunjukan dari hasil kuesioner didapatkan data bahwa dari semua responden terkait ketersediaan jamban keluarga, hampir sebagian besar telah mempunyai jamban keluarga, yaitu sebanyak 83% atau sebanyak 168 keluarga telah mempunyai jamban keluarga, dan yang tidak tersedia jamban keluarga sebanyak 17% atau sebesar 36 keluarga. Gambar 10. Jenis Jamban yang Digunakan
Jenis jamban yang dimiliki masyarakat desa Payaman RT 001 – RT 007 sebagian besar adalah menggunakan jamban leher angsa. Berdasarkan gambar 10, menunjukkan
bahwa dari hasil observasi kepada 168 responden yang memiliki jamban, sebanyak 96% menggunakan jamban jenis leher angsa, dan sebanyak 4% menggunakan jamban cemplung. g. Memberantas jentik nyamuk. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti, kegiatan memberantas jentik nyamuk merupakan kegiatan yang hanya akan dilakukan jika terdapat kasus malaria, demam berdarah dengu, ataupun filariasis yang menyerang desa Payaman. Apabila tidak terdapat kasus yang dianggap urgent oleh warga, maka kegiatan memberantas nyamuk jarang sekali dilakukan. h. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan warga desa Payaman RT 001 – RT 007 didapatkan hasil bahwa, warga desa Payaman sudah melakukan kegiatan mencuci tangan. Tetapi, sangat jarang sekali menggunakan sabun. Mayoritas penduduk hanya mencuci tangannya menggunakan air bersih tanpa menggunakan sabun. Kegiatan cuci tangan yang dilakukan pun hanya pada saat masuk ke rumah setelah datang dari sawah, atau luar rumah, dan setelah buang air besar. Kegiatan cuci tangan sebelum makan merupakan hal yang jarang dilakukan. i. Tidak merokok dalam rumah. Berdasarkan dari data sekunder yang didapatkan dari ponkesdes desa payaman ditemukan penduduk yang mengalami penyakit ISPA dalam kurun waktu 6 bulan terakhir ini terdapat 221 orang yang terdiagnosis penyakit ISPA meliputi, 23 orang pada nulan Januari, 26 orang pada bulan Februari, 56 orang pada bulan Maret, 51 orang pada bulan April, 26 orang pada bulan Mei, dan 29 orang pada bulan Juni. Sehingga, kejadian ISPA di desa Payaman cukup tinggi dikarenakan beberapa faktor resiko antara lain: perilaku merokok, pengolahan sampah yang tidak tepat misalnya dibakar, higiene perorangan yang buruk dan lain-lain. Hipertensi juga merupakan salah satu 10 penyakit tertinggi di Desa Payaman dengan total penderita 61 Halaman | 78
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
orang dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni berdasarkan data yang diperoleh dari data Ponkesdes desa Payaman. Hipertensi di desa Payaman banyak diderita oleh lansia yang dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko berdasarkan wawancara dengan diantaranya konsumsi banyak garam dari makanan sehari-hari, merokok, banyak minum kopi, dan konsumsi buah yang kurang. Berdasarkan gabungan antara hasil kuesioner dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa sebesar 52,5% kepala keluarga yang ada di desa Payaman RT 001 – RT 007 merokok, dan berdasarkan hasil wawancara didapatkan data bahwa perokok yang ada didalam keluarga tersebut melakukan aktifitas merokoknya lebih banyak didalam rumah daripada di luar tempat tinggal mereka. j. Melakukan aktifitas fisik setiap hari Gambar 11. Karakteristik Aktifitas fisik Warga desa Payaman RT 001 – RT 007
Mayoritas pekerjaan warga desa Payaman RT 001 – RT 007 adalah bekerja sebagai petani. Pekerjaan sebagai petani mendapat presentasi yang paling tertinggi yaitu 43.63%, di desa Payaman lahan sawah merupakan potensi utama sebagai sumber matapencaharian dalam menunjang perekonomian warga. Selain sebagai petani, sebanyak 13,07% warga bekerja sebagai wiraswasta. Dan hanya
sebagian kecil sebanyak 0,98% warga yang bekerja sebagai PNS. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa, hampir semua warga desa Payaman RT 001 – RT 007 sudah melakukan aktifitas fisik. Baik aktifitas fisik berat maupun aktifitas fisik yang ringan. Berdasarkan hasil observasi, hampir semua petani yang ada di desa Payaman RT 001 – RT 007 berjalan kaki untuk menuju ke sawah atau ladang ketika akan bekerja. Tidak hanya petani saja yang suka berjalan kaki, beberapa warga yang melakukan aktivitas menggembala kambing juga selalu berjalan kaki sembari menggiring hewan ternak. Selain jalan kaki, sepeda kayuh merupakan alat transportasi yang masih banyak digunakan oleh warga desa Payaman RT 001 – RT 007 untuk menjangkau segala aktifitas yang akan mereka lakukan. Warga kerap menggunakan sepeda kayuh untuk pergi ke toko, pergi ke desa sebelah, pergi mengantar anak ke sekolah, ataupun pergi ke balai desa, sedangkan untuk berkinjung ke rumah sesama warga pun mereka lebih suka berjalan kaki. Selain itu, mayoritas para ibu di desa Payaman RT 001 – RT 007 ini adalah seorang ibu rumah tangga. Aktifitas ibu rumah tangga selama di rumah seperti menyapu, bersih-bersih rumah, hingga memasak juga termasuk dalam kategori aktifitas fisik. Masih sangat sedikit bahkan sangat jarang dijumpai seorang warga yang memiliki kendaraan bermotor. Kategori Aktivitas Fisik menurut RDA 10th edition, National Academic Press terbagi menjadi 5 kategori, yaitu ; 1) Istirahat : Aktifitas tidur, berbaring atau bersandar 2) Sangat ringan : Aktifitas duduk dan berdiri, melukis, menyetir mobil, pekerja laboratorium, mengetik, menyapu, menyetrika, memasak, bermain kartu, bermain alat musik 3) Ringan : Aktifitas berjalan dengan kecepatan 2,5 – 3 mph, bekerja di bengkel, pekerjaan yang berhubungan dengan listrik, tukang kayu,pekerjaan yang berhubungan denhgan restoran, membersihkan Halaman | 79
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
rumah, ,mengsuh anak, golf, memancing, tenis meja 4) Sedang : Aktifitas berjalan dengan kecepatan 3,5 – 4 mph, mencabut rumput, menangis dengan keras, bersepeda, ski, tenis, ski, menari 5) Berat : Aktifitas berjalan mendaki, menebang pohon, menggali tanah , basket, panjat tebing, sepak bola k. Makan buah dan sayur Gambar 12. Konsumsi serat warga desa Payaman RT 001 – RT 007
Berdasarkan gambar 12, mayoritas masyarakat desa Payaman RT 001 – RT 007 sebesar 97,05% sudah mengkonsumsi serat. Jenis serat yang sering dikonsumsi yaitu serat dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Gambar 13. Jenis sayuran yang sering dikonsumsi
Berdasarkan gambar 13, masyarakat desa Payaman RT 001 – RT 007 sebesar 75,49% dalam seharihari jenis yang sering biasa dikonsumsi adalah sayur bayam. Di desa Payaman sayur bayam sangat mudah diperoleh dari kebun warga sendiri, dan jika harus membeli sayur, sayur bayam sangat mudah ditemukan di penjual atau tengkulak sayur dengan harga yang sangat murah, yaitu sebesar Rp. 1.500,per ikat sayur bayam. Gambar 14. Jenis buah-buahan yang sering dikonsumsi warga desa Payaman RT 001 – RT 007
Berdasarkan gambar 14, masyarakat desa Payaman RT 001 – RT 007 sebesar 49,01% dalam kehidupan sehari-harinya tidak mengkonsumsi buah-buahan. Sebesar 14,21% mengkonsumsi buah-buahan tertentu, yaitu buah jeruk, sebesar 13,23% mengkonsumsi buah pisang, dan sebesar 9,8% mengkonsumsi buah pepaya. Buah-buahan tersebut buah yang mudah di dapat di sekitar tempat tinggal para warga, dan harganya terjangkau, dan bahkan ada warga yang memperoleh buah tersebut dari kebun sendiri. Berdasarkan dari data kuesioner didapatkan 204 responden yang menyatakan bahwa dalam mengkonsumsi sehari-hari sudah hampir memenuhi gizi seimbang yaitu pemenuhi konsumsi serat seperti sayursayuran dan buah-buahan misalnya contoh serat yang berupa sayur-sayuran responden menyatakan mayoritas mengonsumsi bayam sebanyak 154 responden dan lain-lainnya seperti terong, kacang panjang, kangkung, daun ketela, wortel dan lain-lain. Konsumsi serat berupa buah-buahan mayoritas responden tidak mengonsumsi buah karena responden terkendala oleh ekonomi responden rendah. Sumber serat yang didapatkan dengan cara dari kebun sendiri sebanyak 62 responden sedangkan responden yang mendapatkan sumber serat dengan cara beli dipasar sebanyak 142 responden. Pada hasil uraian gambar diatas dinyatakan konsumsi serat penduduk desa Payaman khususnya RT 001-007 kurang beragam sebagian besar hanya mengonsumsi bayam saja dalam kesehariannya, seharusnya dalam mengonsumsi makanan setiap harinya bisa berganti-ganti dan tidak hanya Halaman | 80
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
sayur bayam saja. Sedangkan, konsumsi serat berupa buah-buahan warga desa payaman khususnya RT 001-007 jarang mengonsumsi buah karena terkendala oleh mayoritas penduduk ekonomi yang rendah, sehingga konsumsi buah untuk keseharian mereka bukanlah sebuah prioritas. KESIMPULAN 1. RT 001 – RT 007 Desa Payaman, Kecamatan Ngraho. Desa Payaman terletak di Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro. RT 001 – RT 007 Desa Payaman rata-rata per rumah tangga sebanyak 4-5 jiwa. 2. Desa Payaman merupakan salah satu desa yang tiang penyangga ekonominya berada pada sektor pertanian. 3. Mayoritas masyarakat desa Payaman memiliki tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar. 4. Penghasilan rata-rata per bulan masyarakat desa Payaman berkisar antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000. 5. Kesadaran warga desa Payaman RT 001 – RT 007 akan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dirasa oleh peneliti sudah baik, dan masih perlu ditingkatkan. Masih terdapat beberapa poin dari indikator PHBS rumah tangga yang belum terlaksana di warga desa Payaman RT 001 – RT 007. Seperti Memberantas jentik nyamuk, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Tidak merokok dalam rumah dan, Makan buah dan sayur. SARAN 1. Pemerintah setempat seharusnya dapat bekerja sama dengan bidan desa atau puskesmas setempat untuk mengagendakan bersama waktu untuk memberi penyuluhan terkait persoalan perilaku merokok dan hygiene personal bagi masyarakat desa. 2. Hendaknya dibentuk kader juru pemantau jentik atau jumatik. Akan lebih baik apabila kader jumantik ini dibedakan dengan kader posyandu, agar aktifitas kader posyandu tidak terlalu banyak. 3. Pemerintah desa dapat bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk membuat program “Gemar makan sayur dan buah” yang dilaksanakan satu bulan tiga kali di sekolah-sekolah dasar yang ada
di desa Payaman dengan tujuan mengenalkan pentingnya makan sayur dan buah bagi kesehatan tubuh manusia, serta membiasakan sejak dini bagi warga desa Payaman agar gemar makan sayur dan buah. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. 2005. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Bakti Husada. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2269/Menkes/Per/Xi/2011 Tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Laporan Akuntanbilitas Kinerja Kementrian Kesehatan RI tahun 2014. [Diunduh 28 November 2016]. Melalui Web : http://www.depkes.go.id/download.php?f ile=download/laporan/kinerja/lakipkemenkes-2014.pdf Colti Sistiarani. 2008. Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal Yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Studi Pada ibu Yang Periksa Hamil Ke Tenaga Kesehatan Dan Melahirkan Di RSUD Banyumas Tahun 2008. Universitas Dipenegoro . Semarang. Diaskes pada laman http://eprints.undip.ac.id/16901/1/Colti_S istiarani.pdf pada 24 Agustus 2016 pukul 22.40 WIB. Nur Latifah Amilda. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi. Universitas Diponegoro. Semarang. Diakses pada laman http://eprints.undip.ac.id/23628/1/Nur_L atifah.pdf pada 24 Agustus 2016 pukul 23.12 WIB Kristiyansari, W. 2009. ASI: Menyusui dan Sadari. Nuha Medika. Yogyakarta. Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. 2003 Soetjiningsih, 2004. Buku Ajar: Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. KEMENKES RI. Jakarta Halaman | 81
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan menteri kesehatan RI Nomor 416 tahun 1990. Jakarta : 1990 Depkes RI. Seri Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Jakarta : Depkes RI; 2009 [online] http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/b
itstream/123456789/1444/2/BK209A.pdf diakses pada 2 Agustus 2016 pukul 10.22 [RDA] Recommended Dietary Allowances. 1989.RDA 10th Edition. Washington, D.C.:National Academy Press.
Halaman | 82