ISBN: 978-979-8636-19-6
PERHITUNGAN PENURUNAN TANAH LINTASAN BANDARHARJO-PONCOL, KOTA SEMARANG BERDASARKAN PERMODELAN 2 DIMENSI Dwi Sarah1, Eko Soebowo1, Arifan Jaya Syahbana1 , Dodid Murdohardono2 , Taat Setiawan2, Asep Mulyono3, dan Nugroho Aji Satriyo1 1
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Kompleks LIPI, Gd 70. Jl Sangkuriang, Bandung 40135 2 Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi 3 UPT. Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana Liwa LIPI Email :
[email protected]
Abstrak Kota Semarang di bagian utara hingga timur laut diketahui telah mengalami proses penurunan tanah di beberapa lokasi sejak tahun 1980an hingga sekarang. Permasalahan amblesan tanah telah menimbulkan kerugian yang cukup besar akibat kerusakan pemukiman, infrastruktur dan masalah lingkungan seperti banjir (rob). Faktor endapan alluvial berumur kuarter yang belum terkonsolidasi sempurna, penurunan muka airtanah, pembebanan permukaan dan faktor tektonik diduga merupakan faktor penyebab amblesan tanah di kota Semarang. Tulisan ini bertujuan untuk menghasilkan model perhitungan penurunan tanah yang dapat menjelaskan kontribusi masingmasing pengaruh faktor konsolidasi lempung, penurunan muka airtanah dan beban permukaan. Model geologi bawah permukaan dan sifat keteknikan tanah yang digunakan dalam pemodelan penurunan tanah merupakan hasil dari penelitian tahun 2011. Masukan parameter muka airtanah pada perhitungan menggunakan hasil pemodelan aliran airtanah yang terkalibrasi dengan data historis muka airtanah. Pemodelan penurunan tanah dilakukan menggunakan metode elemen hingga dan hasil perhitungan dikalibrasikan dengan data pemantauan elevasi tanah oleh Badan Geologi dan Institute for Geosciences and Natural Resources (BGR) Jerman. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa proses konsolidasi alamiah tanah lempung memakan waktu yang cukup lama, bergantung pada kondisi keteknikan tanah, aliran airtanah dan pembebanan eksternal. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa akhir proses konsolidasi (seluruh airpori terperas keluar) akan dicapai pada tahun 5624-11119 untuk lintasan Bandarharjo-Poncol dan 2273-2374 untuk lintasan Poncol- Wiroto. Hasil pemodelan untuk penampang Bandarharjo-Poncol dan Poncol- Wiroto menunjukkan bahwa pada tahun 2002-2007, kontribusi penurunan muka airtanah di daerah ini mendominasi penyebab penurunan tanah sebesar 67-96%, kecuali pada penampang Poncol-Wiroto 1000-1300m dimana kombinasi penurunan muka airtanah dan pembebanan permukaan menjadi penyebab utama penurunan tanah. Kata kunci: penurunan tanah, lempung, pemodelan,kota Semarang.
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
199
ISBN: 978-979-8636-19-6
Abstract The north and north east parts of Semarang city has long suffered from land subsidence since the 1980s until recently. The land subsidence has brought about substantial loss due to the destruction and damages of housing and infrastructures and also environmental problem such as tidal flood. Factors such as consolidation of quaternary alluvial deposit, drawdown of groundwater table, surface loading and tectonics are indicated to cause land subsidence in Semarang City. This paper aims to produce a calculation model which can clarify the contributions of each influencing factors of clay consolidation, drawdown of groundwater table and surface loading. The subsurface geological model and its engineering properties used in this modelling are the result of the 2011 study. The input parameter of groundwater level uses the result of groundwater modelling which has been calibrated with the historical groundwater level monitoring data. The modelling of land subsidence utilized finite element method and the results were calibrated with the ground elevation monitoring data by Geological Agency and Institute for Geosciences and Natural Resources (BGR) Germany. Modelling results show that the natural consolidation of clay takes a reasonably long time depending on the engineering properties of soil, groundwater and external loading condition. The calculation shows that the end of consolidation (all the pore water dissipated) would be achieved in the year 5624-1119 for Bandarharjo- Poncol line and year 2273-2374 for PoncolWiroto line. For these lines during the year 2002-2007, the drawdown groundwater level contributes to the subsidence as much as 67-96% , except for line Poncol- Wiroto 1000-1300m where the combination of groundwater level drawdown and surface loading is the main cause of subsidence. Keywords: land subsidence, clay, modelling, Semarang City.
PENDAHULUAN Permasalahan amblesan tanah di kota Semarang bagian utara hingga timur laut telah dirasakan sejak tahun 1980an hingga sekarang (Marfai dan King, 2007) dan telah menimbulkan kerugian yang tidak sedikit akibat kerusakan pemukiman, infrastruktur dan masalah lingkungan seperti banjir dan rob. Beberapa faktor diduga menjadi penyebab bencana amblesan tanah di kota Semarang antara lain kondisi geologi dataran alluvial kota Semarang berumur Holosen (Thadhen dkk., 1975) yang belum terkonsolidasi sempurna, penurunan muka air tanah akibat pemanfaatan airtanah berlebihan, pembebanan akibat pembangunan di kota Semarang (beban timbunan dan bangunan) dan faktor tektonik (Abidin dkk., 2010; Marfai dan King, 2007). Lintasan Bandarharjo – Poncol - Wiroto merupakan kawasan pusat kegiatan kota Semarang yang mengalami penurunan tanah. Lintasan ini merupakan kawasan pemukiman, perdagangan dan jasa yang juga merupakan jalur transportasi penting dimana terdapat stasiun kereta api Poncol. Mengingat kegiatan kota yang semakin pesat, maka upaya untuk dapat memberikan solusi pengurangan dampak bencana amblesan tanah memerlukan pengetahuan mengenai faktor penyebab amblesan tanah secara kuantitatif khususnya mengenai faktor- faktor konsolidasi lempung, penurunan muka airtanah dan beban permukaan. Tulisan ini bertujuan untuk menghasilkan model perhitungan penurunan tanah yang dapat menjelaskan kontribusi masing-masing pengaruh faktor konsolidasi lempung, penurunan muka airtanah dan beban permukaan. Model geologi bawah permukaan dan sifat keteknikan tanah yang digunakan dalam pemodelan penurunan tanah merupakan hasil dari 200
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
ISBN: 978-979-8636-19-6
penelitian tahun 2011 (Sarah dkk, 2011). Masukan parameter muka airtanah pada perhitungan menggunakan dan hasil pemodelan aliran airtanah yang terkalibrasi dengan data historis muka airtanah. Pemodelan penurunan tanah dilakukan menggunakan metode elemen hingga dan hasil perhitungan dikalibrasikan dengan data pemantauan elevasi tanah oleh Badan Geologi dan BGR Jerman (Murdohardono dkk., 2009).
METODOLOGI Pemodelan penurunan tanah kota Semarang dilakukan menggunakan teori konsolidasi Biot (1955) dengan perangkat lunak Plaxis (Plaxis, 1998) berbasis metode finite element. Stratifikasi bawah permukaan lintasan Rusun Bandarharjo – Stasiun Poncol – Wiroto terdiri atas tanah penutup, lempung, lanau-lempung, pasir-lanau, gravel-pasir lempung, konglomerat dengan susunan seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Stratifikasi Bawah Permukaan Lintasan Distamb – Rusun Bandarharjo – Poncol – Wiroto
Kondisi batas pemodelan adalah sebagai berikut: - Kondisi tegangan adalah plane strain 2 dimensi - Penampang model stratifikasi bawah permukaan didiskritisasi menjadi mesh segitiga dengan 15 nodal - Kondisi batas konsolidasi diterapkan pada batas vertikal geometri model - Aplikasi beban permukaan diterapkan sebagai beban terdistribusi sebesar 15kN/m2 - Perpindahan tidak diperkenankan pada dasar model (Ux, Uy=0). Pada batas vertikal model tanah tidak diperkenankan mengalami perpindahan lateral (Ux =0), tapi dapat berpindah pada arah vertikal (Uy). (Gambar 2) Pemodelan penurunan tanah dilakukan pada tiga skenario yaitu : (A) Skenario konsolidasi alamiah, (B) skenario penurunan muka airtanah dan (C) skenario penurunan muka airtanah dan pembebanan permukaan. Masing masing skenario dapat dijelaskan sebagai berikut: A. Skenario konsolidasi alamiah Pemodelan konsolidasi dilakukan pada kondisi awal tahun 1980 hingga proses konsolidasi berakhir(tekanan air pori terdisipasi = 1 kN/m2) Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
201
ISBN: 978-979-8636-19-6
B.
C.
Skenario penurunan muka airtanah Skenario penurunan muka airtanah menggunakan kondisi awal adalah muka airtanah tahun 1980 dan kondisi muka airtanah selanjutnya adalah tahun 1990, 2000, 2010 Skenario penurunan muka airtanah dan pembebanan permukaan
Ux=0
Ux, Uy =0 Gambar 2. Kondisi batas pemodelan penurunan tanah untuk lintasan Poncol – Wiroto 500- 1000 m
Skenario pembebanan permukaan dilakukan berdasarkan perhitungan beban yang terdapat di atas permukaan tanah pada setiap penampang. Perhitungan beban mengacu kepada peta tata ruang wilayah kota Semarang. Pada penampang lintasan Ponco l-Wiroto dan Poncol-Bandarharjo, pembebanan permukaan diasumsikan sebagai berikut: Rumah ukuran 4x4 Beban Pondasi 22 kN/m3 Pondasi 168.96 kN Beton bertulang 24 kN/m3 Balok 30.72 kN Atap 0.5 kN/m2 Kolom 15.36 kN Dinding 0.45 kN/m2 Dinding 5.76 kN Atap 18.02776 kN Total 238.8278 kN Beban merata/m 15 Hasil pemodelan penurunan tanah kemudian dikalibrasi dengan peta penurunan tanah tahun 2002-2007 hasil pemantauan Pusat Sumberdaya Airtanah dan Geologi Lingkungan beserta BGR (Gambar 3). Parameter geoteknik dan muka airtanah yang digunakan pada pemodelan dapat dilihat pada Tabel 1 sampai Tabel 4.
202
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
ISBN: 978-979-8636-19-6
Rusun - Poncol jarak 0-500m Rusun - Poncol jarak 500-1000m Rusun - Poncol jarak 10001500m Rusun - Poncol jarak 15001700m
Poncol - jarak Wiroto 0-500m Poncol – jarak Wiroto 500-1000m Poncol – Wiroto jarak 1000-1300m
Gambar 3.
Peta penurunan muka tanah untuk kota Semarang (2002-2007) (Murdohardono, dkk., 2009) menunjukkan lokasi lintasan pemodelan Rusun Bandarharjo - Stasiun Poncol – Wiroto
Tabel 1. Parameter Geoteknik pemodelan penurunan tanah untuk lintasan Bandarharjo - Poncol Jarak 0-500 m dan 500-1000 m
Jenis tanah
Tanah penutup Pasir lanau Lanau lempung Lempung Pasir lempung Konglomerat
Bobot isi tak jenuh γ unsat (kN/m3) 11.76 12.56 10.97 11.27 14.15 20
Bobot isi jenuh γ sat (kN/m3) 17.05 14.45 16.46 16.46 15.39 22
Young Modulus E (kPa) 460-2000 15750 679-750 1000-1350 12500 2x106
Poisson Permeabilitas ratio k (m/s) (ν) 0.34 0.3 0.33 0.34 0.3 0.33
6x10-7 2x10-5 5.5x10-10 5.42 x10-10 7x10-6 1.12x10-12
Kohesi efektif c’ (kPa) 2.94 5.0 23.07 4.31 5 300
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
Sudut geser dalam efektif (o) 4.7 30 11.52 13.52 35 20
203
ISBN: 978-979-8636-19-6
Tabel 2. Parameter Geoteknik Parameter masukan pemodelan penurunan tanah untuk lintasan BandarharjoPoncol jarak1000-1500m dan jarak 1500 – 1700 m
Jenis tanah
Tanah penutup Pasir lanauatas Lanau lempung atas Pasir lanau bawah Lanau lempung bawah Lempung Pasir lempung Konglomerat
Bobot Bobot isi tak isi jenuh jenuh γ unsat γ sat 3 (kN/m ) (kN/m3) 11.76 17.05 12.57
14.45
10.97
16.46
15.71
17.28
11.47
16.76
11.27 14.53
16.46 15.39
20
22
33005500 2950045000 29504500 2250030000 12001500
0.34
6x10-7
2.94
Sudut geser dalam efektif (o) 4.7
0.3
2x10-5
5.0
30
0.34
5.54x10-10
23.07
11.52
0.33
7x10-5
5
30
0.3
3.77 x10-10
27.64
12.48
550-775 1250014500 2x106
0.34 0.3
5.42 x10-10 7x10-6
4.31 5
13.52 35
0.33
1.12x10-12
300
20
Young Modulus E (kPa)
Kohesi Poisson Permeabilitas efektif ratio k (m/s) c’ (ν) (kPa)
Tabel 3. Parameter Geoteknik Parameter masukan pemodelan penurunan tanah untuk lintasan Poncol Wiroto jarak 0 - 500m, Poncol - Wiroto jarak 500 – 1000 m dan jarak 1000 – 1300 m
Jenis tanah
Tanah penutup Pasir lanauatas Lanau lempung atas Pasir lanau bawah Lanau lempung bawah Pasir lempung Konglomerat
204
Bobot isi Bobot tak isi jenuh jenuh γ unsat γ sat 3 (kN/m ) (kN/m3) 11.76 17.05 12.57 14.45 15 17
25000-35000 10000-16000 3000-8500
0.34 0.3 0.34
7x10-7 2x10-5 4.59x10-9
2.94 5.0 23.07
Sudut geser dalam efektif (o) 4.7 30 11.52
Young Modulus E (kPa)
Kohesi Poisson Permeabilitas efektif ratio (ν) k (m/s) c’ (kPa)
18
20
22500
0.33
1x10-6
5
30
11.47
16.76
5000-32000
0.3
3.77 x10-10
27.64
12.48
14.53 20
15.39 22
12500 2x106
0.3 0.33
2x10-6 1.12x10-12
5 300
35 20
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
ISBN: 978-979-8636-19-6
Tabel 4. Parameter Muka airtanah
Muka Airtanah (m) Poncol - Wiroto Poncol - Bandarharjo -5.8 -3 -17 -12 23.7 -19.5 26.6 -24.4
Tahun 1980 1990 2000 2010
HASIL DAN DISKUSI Hasil perhitungan penurunan tanah untuk lintasan Rusun Bandarharjo - Poncol dan Poncol Wiroto dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5. Perhitungan penurunan tanah telah terkalibrasi dengan data penurunan tanah tahun 2002-2007 (Gambar 3) dan kuantifikasi faktor penyebab penurunan tanah dihitung berdasarkan perbandingan masing- masing faktor penyebab terhadap kondisi konsolidasi akibat penurunan muka airtanah dan pembebanan permukaan (Skenario C). 0 1980 -2
3980
5980
7980
11980
A. 1980 Rusun Poncol 0-500 m B. Perubahan m.a.t 1980-2010 Rusun Poncol 0-500 m
-4
C. Perubahan m.a.t 1980-2010+beban Rusun Poncol 0-500 m
-6 Penurunan (m)
9980
A. 1980 Rusun Poncol 500-1000 m
-8
B. Perubahan m.a.t 1980-2010 Rusun Poncol 500-1000 m
-10
C. Perubahan m.a.t 1980-2010+beban Rusun Poncol 500-1000 m
-12
A. 1980 Rusun Poncol 1000-1500 m
-14
B. Perubahan m.a.t 1980-2010 Rusun Poncol 10001500 m
-16
C. Perubahan m.a.t 1980-2010+beban Rusun Poncol 1000-1500 m A. 1980 Rusun Poncol 1500-1700 m
-18 -20
B. Perubahan m.a.t 1980-2010 Rusun Poncol 15001700 m
Tahun
C. Perubahan m.a.t 1980-2010+beban Rusun Poncol 1500-1700 m
Gambar 4. Hasil perhitungan penurunan tanah lintasan Bandarharjo – Poncol
Gambar 4 menunjukkan bahwa lintasan Rusun Bandarharjo-Poncol, proses konsolidasi akan berakhir pada rentang waktu tahun 5448-11065, dimana semua tekanan airpori berlebih sudah terdisipasi. Kuantifikasi faktor penyebab amblesan tanah dari tahun 1980 hingga akhir masa konsolidasi (tahun 5448-11065) menunjukkan bahwa pada lintasan Bandarharjo-Poncol didominasi oleh konsolidasi alamiah sebesar 64-78%, penurunan muka airtanah 22-27% dan beban permukaan 2-8%. Penurunan disebabkan faktor konsolidasi alamiah (skenario A) baru terjadi pada tahun 2020-2060. Pada kurun waktu 2002-2007 laju penurunan tanah berkisar 2-5 cm/tahun
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
205
ISBN: 978-979-8636-19-6
dimana faktor penyebab penurunan tanah lebih didominasi oleh penurunan muka airtanah 85-95% dan beban permukaan 5-16%. 0 1980
2080
2180
2280
2380
2480
A. 1980 Poncol-Wiroto 0-500m B. Perubahan m.a.t 1980-2010 PoncolWiroto 0-500m
-0.5
Penurunan (m)
C. Perubahan m.a.t 1980-2010+beban Poncol-Wiroto 0-500m A. 1980 Poncol-Wiroto 500-1000m
-1
B. Perubahan m.a.t 1980-2010 Poncol-Wiroto 500-1000m
-1.5
C. Perubahan m.a.t 1980-2010+beban Poncol-Wiroto 500-1000m A. m.a.t 1980 Poncol-Wiroto 1000-1300m
-2
-2.5
B. Perubahan m.at 1980-2010 PoncolWiroto 1000-1300m C. Perubahan m.at 1980-2010 +beban Poncol-Wiroto 1000-1300m
Tahun Gambar 5. Hasil perhitungan penurunan tanah lintasan Poncol – Wiroto
Gambar 5 menunjukkan bahwa proses konsolidasi akan berakhir pada rentang waktu tahun 2273- 2374 untuk lintasan Poncol-Wiroto. Kuantifikasi faktor penyebab amblesan tanah dari tahun 1980 hingga akhir masa konsolidasi (tahun 2273-2374) menunjukkan bahwa pada lintasan PoncolWiroto 0-500 m didominasi oleh konsolidasi alamiah sebesar 53%, penurunan muka airtanah 27% dan beban permukaan 20%. Sementara lintasan Poncol-Wiroto 500-1000m dan 1000-1300m dari tahun 1980 hingga akhir masa konsolidasi menunjukkan kontribusi faktor konsolidasi alamiah sebesar 92-93%, penurunan muka airtanah 1% dan beban permukaan 6-7%. Penurunan disebabkan faktor konsolidasi alamiah (skenario A) pada lintasan Poncol-Wiroto 0-500m mulai terjadi pada tahun 2050 dan pada lintasan Poncol-Wiroto 500-1000m dan 1000-1300m pada tahun 1987 dan 2000. Pada kurun waktu 2002-2007 laju penurunan tanah berkisar 1-3 cm/tahun dimana faktor penyebab penurunan tanah lebih didominasi oleh penurunan muka airtanah 67-96% dan beban permukaan 4-33% pada lintasan Poncol-Wiroto 0-500m sampai 500-1000m. Sementara pada lintasan Poncol-Wiroto 1000-1300m pada tahun 2002-2007 laju penurunan 1cm/tahun seluruhnya disebabkan oleh beban permukaan.
DISKUSI Proses konsolidasi alamiah tanah lunak berbutir halus memakan waktu yang cukup lama, bergantung pada kondisi keteknikan tanah, aliran airtanah dan pembebanan eksternal. Pemodelan penurunan tanah di kota Semarang telah dilakukan untuk penampang Bandarharjo-Poncol dan Poncol-Wiroto. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa akhir proses konsolidasi (seluruh airpori terperas keluar) akan dicapai pada tahun 5448-11065 untuk daerah Bandarharjo-Poncol dan 2273206
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
ISBN: 978-979-8636-19-6
2374 untuk daerah Poncol-Wiroto. Hasil pemodelan juga menunjukkan bahwa faktor penurunan muka airtanah dan faktor penambahan beban permukaan meningkatkan laju penurunan tanah. Hasil pemodelan yang terkalibrasi dengan data pemantauan Pusat Sumberdaya Airtanah dan Geologi Lingkungan dan BGR (2002-2007) terangkum pada Tabel 5. Tabel 5. Laju penurunan tanah hasil pemodelan dan sifat tanah lempung
Laju penurunan tanah (cm/tahun) 2002-2007 Referensi Skenario Skenario Skenario laju A B C penurunan Penampang tanah (penurunan (penurunan (m.a.t m.a.t 1980(PLG-BGR) m.a.t 19801980) 2010 + beban (2002-2007) 2010) permukaan) Bandarharjo-Poncol 0-500m 4.2 5 5-7 500-1000m 4 4.72 3-5 1000-1500m 2 2.1 2-3 1500-1700m 2.8 3 2-3 Poncol Wiroto 0-500m 500-1000m 1000-1300m
-
2.0 1.2 -
3.0 1.25 1.0
2-3 1-2 0-1
Sifat tanah lempung
Modulus elastisitas E (MPa)
OCR
0.68-1.35 7.5-1.0 0.55-4.5 0.77-2.95
<1-2 <1-2 <1-2 <1-2
8.5-9 4-5 30-32
1- 2 >2 >2
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa penurunan tanah di daerah Bandarharjo- Poncol dan Poncol- Wiroto pada tahun 2002-2007 disebabkan oleh konsolidasi tanah lempung akibat penurunan muka airtanah dan pembebanan permukaan. Secara umum dalam kurun waktu 20022007 kontribusi penurunan muka airtanah di daerah ini mendominasi penyebab penurunan tanah sebesar 67-96% , kecuali pada penampang Poncol-Wiroto 1000-1300m dimana kombinasi penurunan muka airtanah dan pembebanan permukaan menjadi penyebab utama penurunan tanah (skenario C). Korelasi antara laju penurunan tanah dengan sifat tanah lempung menunjukkan bahwa tanah lempung dengan modulus elastisitas dan nilai rasio overkonsolidasi (OCR) rendah memiliki laju penurunan tanah yang lebih tinggi. Daerah Bandarharjo-Poncol memiliki laju penurunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah Poncol-Wiroto (Tabel 5) mencerminkan sifat tanah lempung di daerah Bandarharjo-Poncol yang memiliki distribusi nilai OCR yang lebih rendah (Tabel 5 dan Gambar 6).
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
207
ISBN: 978-979-8636-19-6
Wiroto Bandarharjo Poncol
Gambar 6. Penampang stratifikasi bawah permukaan berdasarkan interpretasi data geolistrik dan CPT/CPTU pada lintasan 1dan 2
KESIMPULAN Hasil pemodelan penurunan tanah menunjukkan bahwa laju penurunan tanah di seluruh lintasan pada tahun 2002-2006 berkisar 1-5 cm/tahun yang berkesesuaian dengan hasil pemantauan penurunan tanah (Murdohardono, dkk.,2009). Karakteristik laju penurunan tanah tiap lintasan dipengaruhi oleh karakteristik sifat keteknikan tanah lempungnya. Proses konsolidasi pada lintasan Rusun Bandarharjo-Poncol akan berakhir pada tahun 5448-11065 dan tahun 2273-2374 untuk daerah Poncol-Wiroto. Perhitungan dari tahun 1980 hingga masa akhir konsolidasi memperlihatkan kontribusi faktor konsolidasi alamiah mendominasi keseluruhan lintasan sebesar 53-92%, faktor penurunan muka airtanah berpengaruh 1-27% dan faktor beban permukaan sebesar 2-20%. Sementara pada kondisi tahun 2002-2007 faktor penurunan muka airtanah berkontribusi terhadap penurunan tanah sebesar 67-96%, kecuali pada penampang Poncol-Wiroto 1000-1300m dimana kombinasi penurunan muka airtanah dan pembebanan permukaan menjadi penyebab utama penurunan tanah. Pengetahuan mengenai kontribusi faktor-faktor penyebab amblesan tanah di kota Semarang dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan upaya-upaya mitigasi yang tepat dilakukan untuk mengurangi dampak amblesan tanah sesuai karakteristik keteknikan setiap lintasan.
DAFTAR PUSTAKA Abidin H.Z, Andreas H., Gumilar I., Sidiq T.P., Gamal M., Murdohardono D., Supriyadi, Fukuda Y. , 2010. Studying Land Subsidence in Semarang (Indonesia) Using Geodetic Methods.FIG Congress 2010 Facing the Challenges – Building the Capacity.Sydney, Australia, 11-16 April 2010. http://www.fig.net/pub/fig2010/papers/fs04d%5Cfs04d_abidin_andreas_et_al_3748.pdf
208
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012