PERHITUNGAN LAJU KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DI KABUPATEN SOLOK MENGGUNAKAN PEMOGRAMAN DELPHI ( )
,
.
ℎ
ℎ
,
.
( )
,
.
,
.
( )
(1) Mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Bung Hatta, (2) Dosen Teknik Elektro, Universitas Bung Hatta. E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian kebutuhan energi listrik di kabupaten Solok ini bertujuan memprediksi laju pertumbuhan kebutuhan (Konsumen) energi listrik di kota Solok dari tahun ke tahun dan menghitung pertumbuhan kebutuhan energi listrik di masa yang akan datang sesuai undang-undang no. 20 tahun 2002 tentang ketenagalistrikan dalam bab IV, pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa pemerintah daerah wajib menyusun rencana umum ketenagalistrikan daerah. Dan uu no 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan diatur bahwa pemerintah daerah termasuk kabupaten/kota memiliki wewenang dalam pengembangan energi di wilayahnya. Jumlah konsumsi energi listrik di kabupaten Solok tahun 2018 yaitu sebesar 142.910.376 kwh, sektor rumah tangga masih menjadi sektor yang memiliki kebutuhan listrik tertinggi yaitu 117.504.254 pada tahun 2018, selanjut nya sektor pemerintahan sebesar 8.979.871 kwh, permintaan energi listrik terbesar ketiga yaitu sektor bisnis dengan jumlah permintaan sebanyak 8.162.912 kwh, setelah sektor bisnis konsumsi listrik terbesar di tahun 2018 yaitu sektor sosial dengan permintaan sebanyak 5.215.248 kwh, dan sektor dengan permintaan energi listri terendah adalah sektor industri yaitu hanya sebesar 3.048.090 kwh, hal ini dikarenakan belum banyak nya industri di solok saat ini.
1. Pendahuluan Konsumsi listrik setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, prakiraan kebutuhan listrik jangka panjang sangat diperlukan agar dapat menggambarkan kondisi kelistrikan saat ini dan masa datang. Dengan diketahuinya perkiraan kebutuhan listrik jangka panjang akan dapat ditentukan jumlah kebutuhan energi listrik di masa yang akan datang agar dapat di sesuaikan dengan kapastitas pembangkit yang tersedia Dari data tahun 2012 konsumsi listrik sektor rumah tangga sektor solok naik sebesar 2,85 %, sektor industri sebesar 2,05 %, sektor bisnis 1,7 %, sektor sosial sebesar 2,45 %, dan sektor pemerintah 1,18 %. sedangkan konsumsi energi listrik Silungkang sektor rumah tangga sebanyak 2,97 %, sektor industri 0, sektor bisnis -2,002 %, sektor sosial sebesar 1,13 %, dan sektor 13,6 %. konsumsi energi listrik Kayu Aro sektor rumah tangga sebanyak 2,93%, sektor industri 5,97%,, sektor bisnis 0,81 %, sektor sosial sebesar 2,28 %, dan sektor pemerintah -0,02 %. konsumsi
energi listrik Muaro Labuh sektor rumah tangga sebanyak 3,36 %, sektor industri 0 %,, sektor bisnis 6,44 %, sektor sosial sebesar 4,24 %, dan sektor pemerintah 3,13 %. konsumsi energi listrik singkarak sektor rumah tangga sebanyak 0,64 %, sektor industri -2,28 %,, sektor bisnis 1,08 %, sektor sosial sebesar 2,70 %, dan sektor pemerintah 0,73 %.. Untuk mencapai tersedianya tenaga listrik yang ada sekarang pembangunan dan pengembangan sistem kelistrikan yang dikelola oleh PLN perlu dikembangkan dengan penggunaan sumber energi tanpa bahan bakar minyak dalam rangka menghemat penggunaan bahan bakar minyak, sekaligus mengatasi masalah kekurangan akan bahan bakar minyak dan ini dapat dilakukan dengan pemanfaatan sumber energi seperti tenaga air, angin, biogas, surya dan lain sebagainya. Kebutuhan akan tenaga listrik dari pelanggan selalu bertambah dari waktu ke waktu. Untuk tetap dapat melayani kebutuhan tenaga listrik dari para pelanggan, maka sistem tenaga listrik haruslah dikembangkan seirama dengan kenaikan kebutuhan akan tenaga listrik dari
para pelenggan. PLN sebagai perusahaan yang diberi kewenangan untuk mengelola energi listik harus memberikan pelayanan yang baik, dalam hal pemenuhan kebutuhan energi listrik, menjamin keamanan, kenyamanan dan kehandalan pengoperasiannya baik masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
2. Landasan Teori Kabuaten Solok terletak pada posisi 0º32" LU - 1º45" LS, 100º27" BT - 101º41" BT dengan luas 57,64 km² (0,14% dari luas Provinsi Sumatera Barat). Wilayah administrasi Kota Solok berbatasan dengan Kabupaten Solok dan Kota Padang. Kota Solok memiliki peran sentral di dalam menunjang perekonomian masyarakat Kota Solok dan Kabupaten Solok pada umumnya. Topografi Kota Solok bervariasi antara dataran dan berbukit dengan ketinggian 390 dpl serta curah hujan rata-rata 184,31 mm kubik per tahun. Terdapat tiga anak sungai yang melintasi Kota Solok, yaitu Sungai Batang Lembang, Sungai Batang Gawan dan Sungai Batang Air Binguang. Suhu udara berkisar dari 26,1 °C sampai 28,9 °C. Dilihat dari jenis tanah, 21,76% tanah di Kota Solok merupakan tanah sawah dan sisanya 78,24% berupa tanah kering Penyediaan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan wilayah Propinsi Sumatera Barat secara umum diusahakan oleh PT. PLN (Persero). Usaha pembangkitan dan transmisi untuk wilayah Sumetera Selatan, Bengkulu, Jambi, Riau dan Sumatera Barat dikelola sepenuhnya oleh PT. PLN (Persero) KIT-LUR SUMBAGSEL yang berpusat dikota Palembang. Untuk melayani kebutuhan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik untuk wilayah Sumatera Barat dilakukan oleh PT. PLN (Persero) KIT-LUR SUMBAGSEL Sektor Padang, Sektor Bukittinggi dan Sektor Ombilin. Usaha pendistribusian dan penjualan energi listrik untuk wilayah Sumatera Barat dilakukan sepenuhnya oleh PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat. Berdasarkan wilayah usaha, PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat terbagi dalam 3 cabang; yaitu Cabang Padang, Cabang Bukittinggi dan Cabang
Solok. Setiap cabang dibagi dalam beberapa daerah kerja. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat cabang Padang terdiri atas daerah kerja Padang, Painan, Pariaman, Sicincin dan Lubuk Alung, Rayon Tabing dan Sungai Penuh yang merupakan perluasan daerah kerja PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat di Propinsi Jambi. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat cabang Solok terdiri atas daerah kerja Solok, Silungkang, Sijunjung, Muaro Labuh, Sulit Air, Talawi, Saning Bakar, Sitiung dan Sawahlunto. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat cabang Bukittinggi terdiri atas daerah kerja Bukittinggi, Payakumbuh, Padang Panjang,Batusangkar,Lubuk Sikaping, Lubuk Basung dan Simpang IV. 2.2. Kondisi Kelistrikan Kabupaten Solok Ketersediaan energi listrik Kabupaten Solok di pasok sepenuhnya dari PT.PLN (PERSERO), kehandalan sistem kelistrikan mengalami penurunan akibat dari meningkatnya permintaan energi listrik yang tidak diikuti dengan penambahan kapasitas pembangkit. Bahkan pada tahun 2012, cadangan yang tersedia (reserve margin) pada kondisi normal tinggal 25%. Hal ini semakin memburuk pada waktu berlangsung perawatan dan perbaikan pada pembangkit yang berlangsung pada bulan Mei dan Juni. Akibatnya, pada tahun-tahun yang telah berjalan, terjadi pemadaman listrik secara bergiliran, tak terkecuali pada pelanggan di wilayah Kabupaten Solok. . Di sektor ketenagalistrikan, melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Pemerintah Kabupaten Solok telah menyatakan misinya, yaitu Menjaga Keberlanjutan Kegiatan Perekonomian Masyarakat. Dalam rangka tetap menjaga keberlanjutan kegiatan perekonomian masyarakat, pemerintah daerah berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan fungsi ekonomi, pariwisata, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum. Program yang dijalankan adalah Program Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan. Kondisi kelistrikan Kabupaten Solok tetap mengandalkan pasokan dari sistem jaringan listrik PLN Subsistem Solok. Wilayah kerja sistem ini meliputi kota solok,
kabupaten Solok, kota Sawah Lunto, dan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung.Energi listrik pada pusat-pusat beban di wilayah kerja ini di pasok melalui GI Solok (20MVA),GI Salak (20 MVA dan 25 MVA) dan GI Kiliranjao (20 MVA) 2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan Energi Listrik Penggunaan tenaga listrik diperkirakan akan selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan oleh semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan tenaga listrik, seperti faktor ekonomi, kependudukan, kewilayahan, dan lain-lain. Menurut tingkat kebutuhan energi listrik dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini: 1. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat kebutuhan tenaga listrik adalah pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Secara umum, PDRB dapat dibagi menjadi 3 sektor, yaitu PDRB sektor komersial (bisnis), sektor industri dan sektor publik. Kegiatan ekonomi yang dikategorikan sebagai sektor komersial/bisnis adalah sektor listrik, gas dan air bersih, bangunan dan konstruksi, perdagangan, serta transportasi dan komunikasi. Kegiatan ekonomi yang termasuk sektor publik adalah jasa dan perbankan, termasuk lembaga keuangan selain perbankan. Sektor Industri sendiri adalah mencakup kegiatan industri migas dan manufaktur. 2. Faktor Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk memiliki pengaruh besar terhadap kebutuhan tenaga listrik selain faktor ekonomi. Sesuai dengan prinsip demografi, pertumbuhan penduduk akan terus turun setiap tahunnya sampai pada suatu saat akan berada pada kondisi yang stabil.
3.
FaktorPerencanaan Pembangunan Daerah Berjalannya pembangunan daerah akan sangat dipengaruhi oleh tingkat perekonomian daerah itu sendiri. Dalam hal ini baik langsung maupun tidak langsung, faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap kebutuhan energi listrik seiring dengan berjalannya pembangunan. Pemerintah Daerah sebagai pelaksana pemerintahan di tingkat daerah akan mengambil peran penting dalam perencanaan pengembangan wilayah. Hal itu berbentuk kebijakan yang tertuang dalam berbagai produk peraturan daerah. Termasuk di dalamnya adalah perencanaan tentang tata guna lahan, pengembangan industri, kewilayahan, pemukiman dan faktor geografis. 4. Faktor Lain-lain Selain 3 faktor di atas, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingkat kebutuhan energi listrik di antaranya luas bangunan konsumen, tingkat pekerjaan, jumlah anggota keluarga dan lain-lain. Namun beberapa faktor tersebut hanya berpengaruh dalam kajian spesifik masing-masing sektor tarif dan bukan dalam skala makro. 2.3 Forcesting (Peramalan) Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya kesenjangan waktu (timelag) antara kesadaran dibutuhkannya suatu kebijakan baru dengan waktu pelaksanaan kebijakan tersebut. Jika perbedaan waktu tersebut panjang, maka peran peramalan begitu penting dan sangat dibutuhkan terutama dalam penentuan waktu kapan akan terjadinya sesuatu, sehingga dapat dipersiapkan tindakan yang perlu dilakukan.
2.3.1 Jenis-Jenis Peramalan Pada umumnya peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi tergantung dari cara melihatnya. Apabila dilihat dari sifat penyusunnya, maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu : 1.Peramalan yang subjektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya. 2.Peramalan yang objectif, peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu dengan menggunakan teknik-teknik dan metode dalam penganalisaan data tersebut Disamping itu, dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun. Maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam pula yaitu: a. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga semester. b. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dalam jangka waktu yang kurang dari satu setengah tahun atau tiga semester. Berdasarkan sifat ramalan yang telah disusun, maka peramalan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Peramalan kualitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. 2. Peramalan kuantitatif, yaitu peramalan didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada metode yang digunakan dalam peramalan tersebut. Dengan peramalan yang berbeda akan diperoleh hasil peramalan yang berbeda. Ada pun yang perlu diperhatikan dari penggunaan metode-metode tersebut adalah baik tidaknya metode yang dipergunakan, dimana sangat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan
antara hasil peramalan dengan kenyataan yang terjadi.
2.3.2 Metode Regresi a.regresi linier Regresi linier sederhana menunjukkan hubungan antara data/variabel tidak bebas (misalnya data masa lalu) dengan satu variabel bebas.dari variabel bebas ini dihitung variavel tak bebas.dengan regresi linier ditentukan garis kecenderungan (trend line) untuk kemudian dipakai untuk memperkirakan beban di masa yang akan datang Secara umum bentuk matematika persamaan regresi linier adalah Y=a+bx dengan y= data beban/perkiraan a= koefesien nilai y jika x bernilai 0 b= koefesien kemiringan garis regresi dengan a dan b dapat dicari dengan persamaan − ( )( ) = − ( ) −(
=
)
b.Regresi Linier Berganda Metode regresi linier berganda digunakan untuk menentukan pola atau kecenderungan data tahunan masa lalu Y= a+
+
+....+
c.moving average Moving averagre adalah rata-rata bergerak dari data beban atau energi dalam eriode 1 tahun. ( )=
( − 6)+. . + ( )+. . + ( − 5) 12
2.4 Data
2.5. Kesimpulan
Dalam melakukan studi permintaan energi listrik perbulan untuk PLN (persero) wilayah kabupaten solok sampai tahun 2018 digunakan analisis regresi linier konsumsi energi listrik di masa lalu, yang nanti akan diperoleh suatu perkiraan permintaan energi listrik masing masing sektor meliputi sektor : rumah tangga, industri, bisnis, sektor sosial dan pemerintah TAHUN
2008
2009
2010
2011
2012
RT
1736160
41816671
48428049
54571242
59655893
INDUSTRI
0
2011258
2159848
2102468
2208886
BISNIS
1688140
2608926
5926625
3963277
6576264
SOSIAL
92583
1789619
2204796
5053807
2754439
2264821
4299699
5625352
6345250
6322161
PEMRT
Salah satu data ranting Sektor Solok Seperti yang terlihat di tabel di atas ini, kemudian di buat model matematis nya yang akan di masukkan kedalam pemograman delphi
1. Sektor Rumah Tangga Total kebutuhan Energi sektor Rumah tangga 2018 adalah 117.504.254 kWh 2. Sektor Industri sektor industri memiliki permintaan terendah, ini disebabkan belum banyaknya pabrik di daerah Solok untuk saat ini Total Kebutuhan Energi listrik Industri 2018 adalah 3.048.090 kWh 3. Sektor Bisnis Sedangkan pada tahun 2018 permintaan Energi Listrik disektor komersial meningkat hingga 8.162.912 kWh 4. Sektor Sosial Jumlah Permintaan Energi Listrik Tahun 2018 Sektor Sosial Adalah Sebanyak 5.215.248 KWh
5. Sektor Pemerintah sektor Pemerintahan permintaan Energi Listrik nomor dua tertinggi setelah sektor rumah tangga Jumlah Permintaan Energi Listrik Tahun 2018 Sektor Pemerintal Adalah Sebanyak 8.979.871 kWh
Gambar hasil proyeksi menggunakan pemograman delphi untuk menghitung laju pertumbuhan energi listrik nya
Saran 1. Dalam menghitung pertumbuhan kebutuhan energi listrik metode perhitungan sangat menentukan akurat nya hasil perhitungan 2. Pemograman delphi sangat baik digunakan karna sangat memudah untuk memasukkan model perhitungan kedalam bentuk pemograman. 3. Untuk penelitian yang akan datang sebaik nya memasukkan berbagai variabel seperti pengembangan suatu daerah, teknologi pembangkit, dan hal lain yang menebabkan peningkatan pemakaian listrik 2.6. Daftar Pustaka 1. Dinas Pertambangan Dan Energi Propinsi Sumatera Barat (2003), “Rencana Umum Ketenagalistrikan Propinsi Sumatera Barat”. 2. Lestari, Wahyu Dian (2004), “ Analisa Perkiraan pertumbuhan Pelanggan Dan Kebutuhan Energi Listrik Di Sumatera Barat Untuk Mandapatkan Besar Tegangan Menengah”. 3. Sumanto (1993), “Metode Prakiraan Kebutuhan Energi Listrik Berdasarkan Kecenderungan Pemakaian Sektoral “. 4. Nugroho, Agung (2006), “ Metode Pengaturan Penggunaan Tenaga Listrik Dalam Upaya Penghematan Bahan Bakar Pembangkit Dan Energi”. 5. Agus widiyanto mikha, Mpd, “statistik terapan” 2013 6. Oetomo Tri Winarno “Perencanaan Energi dan Profil Energi”