1
BAB I PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang :
Kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kebutuhan hidup sehari-hari seiring dengan pesatnya peningkatan pembangunan dibidang teknologi, industri dan informasi. Namun, pelaksanaan penyediaan energi listrik yang dilakukan PLN, selaku satusatunya lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola masalah kelistrikan di Indonesia, sampai saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan akan energi listrik.
Pertumbuhan listrik di pulau Jawa itu memerlukan 2500 MW (MegaWatt) dalam satu tahun, tetapi sekarang ini masih mengalami defisit 500 MW. Tapi ironisnya PLN tidak dapat membangun pembangkit baru sehingga dua tahun ke depan cadangan yang ada itu akan dimakan dengan pertumbuhan yang ada sehingga praktis kalau ada gangguan sedikit, kita tidak akan punya cadangan.
Ini didukung dengan pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta pihak swasta ikut dalam pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt dalam lima tahun ke depan. Keikutsertaan swasta dinilai perlu karena pemerintah tidak sanggup membangun sendirian butuh 400-500 triliun rupiah untuk membangun itu. APBN dianggap tak kuat.Hal ini disebabkan oleh pembangunan pembangkit-
2
pembangkit listrik baru yang terhambat karena pasokan bahan energy primer yang tersendat seperti batu bara dan gas.
Menurut Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyatakan kapasitas listrik Indonesia masih tertinggal jauh dari China. Saat ini kapasitas listrik China mencapai 1,3 juta megawatt (MW), sedangkan di Indonesia baru 55 ribu MW. Indonesia membutuhkan penambahan pasokan listrik untuk mendukung
pertumbuhan
ekonomi
ke
depan.
Untuk
itu,
pemerintah
mencanangkan program kelistrikan 35 ribu MW yang ditargetkan rampung dalam lima tahun.
Dalam pembangunan pembangkit listrik untuk mengejar target tersebut, pemerintah menekankan penggunaan kandungan lokal. Hal tersebut untuk mendorong penggunaan produk dalam negeri dalam pembangunan infrastruktur Indonesia. Pemerintah memiliki misi untuk membangun pembangkit listrik 35 ribu Mega Watt (MW) dalam lima tahun kedepan. Sebagai perusahaan pemasok listrik, PT PLN (Persero) diminta untuk lebih berorientasi penggunaan elemenelemen lokal dalam pembangunan pembangkitnya, 35 ribu MW ini investasinya sangat besar, untuk menekankan menggunakan komponen lokal, meski begitu, tidak semua komponen pembuatan pembangkit tidak bisa diproduksi di dalam negeri untuk itu harus impor. Tak hanya sekedar impor, perusahaan di Indonesia tidak bisa membuat komponen tersebut, harus melakukan kerjasama dengan perusahaan
luar
negeri
untuk
research
development.
3
(http://bisnis.liputan6.com/read/2199650/ini-perkembangan-terbaru-proyeklistrik-35-ribu-mw).
Kasus krisis energi yang terjadi sangat merugikan bagi para pengguna daya listrik dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Kekurangan sumber daya listrik ini juga berimbas pada kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri No 31 Tahun 2014, pemerintah sudah tidak lagi mensubsidi listrik untuk 12 golongan pelanggan listrik PLN, selanjutnya mekanisme tarifnya menggunakan tarif adjustment (penyesuaian). Mekanisme tarif adjustment bahwa tarif listrik setiap bulannya akan naik atau turun tergantung kepada harga minyak indonesia atau ICP (Indonesia Crude Price), inflasi dan kurs. Penyesuaian bagi beberapa golongan tarif akan mengalami perubahan mulai tanggal 1 Juli 2014. Perubahan tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 09 Tahun 2014 Tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara. Pelanggan yang akan mengalami perubahan tarif tenaga listrik semenjak 1 Juli 2014 secara bertahap dua bulanan sampai 1 Nopember 2014 adalah:
1. Golongan Tarif R-1/TR, untuk Rumah Tangga skala kecil dengan daya 1.300 VA.
2. Golongan Tarif R-1/TR, untuk Rumah Tangga skala kecil dengan daya 2.200 VA.
4
3. Golongan Tarif R-2/TR, untuk Rumah Tangga skala menengah dengan daya 3.500 VA sampai dengan 5.500 VA.
4. Golongan Tarif I-3/TM, untuk Industri skala menengah dengan daya di atas 200 kVA, dan merupakan perusahaan Tertutup (Non Go Public).
5. Golongan Tarif P-2/TM, untuk Pemerintah skala besar dengan daya diatas 200 kVA.
6. Golongan Tarif P-3/TR, untuk Penerangan Jalan Umum. Adapun tahapan dan besaran tari tenaga listrik yang mengalami perubahan adalah Tabel 1 TAHAP PENYESUAIAN TTL 2014 Biaya Pemakaian (Rp/kWh) dan biaya kVArh (Rp.kVArh)
No
Golongan tariff
1 2 3
R-1/TR R-1/TR R-2/TR
4
P-2/TR
5 6
P-3/TR I-3/TM Non Tbk
Tahap I
Tahap II
Tahap III
1 Juli sd 30 Agst 1090 1109 1210
1 Sept sd 31 Okt 1214 1224 1279
Mulai 1 Nop 1352 1352 1352
Blok WBP : K x 999
Blok WBP : K x 1054
Blok WBP : K x 1115
Blok LWBP : 999
Blok LWBP : 1054
Blok LWBP : 1115
kVARh : 1081
kVARh : 1139
1104 Blok WBP : K x 896
1221 Blok WBP : K x 999
Blok LWBP : 896
Blok LWBP : 999
kVARh : 964
kVARh : 1075
Batas daya 1300 VA 2200 VA 3500 s/d 5500VA Daya > 200 kVa
Daya > 200 kVa
kVARh : 1200 1352 Blok WBP : K x 1115 Blok LWBP : 1115 kVARh : 1200
Sumber : http://www.pln.co.id/?p=49
5
Kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) harusnya harus diimbangi dengan pelayanan yang meningkat dengan mengurangi jumlah pemadaman yang terjadi. Menurut Data PT PLN (Persero) Area Surakarta pelanggan listrik di area Surakarta berjumlah 1.158.832 yang terdiri atas 936.593 pelanggan reguler dan 222.249 pelanggan an listrik prabayar. Jumlah pelanggan tersebut dapat dibandingkan dengan jumlah pemadaman yang terjadi di sepanjang tahun 2014 Pemadaman yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor : Grafik 1 : PENYEBAB PEMADAMAN LISTRIK PT PLN AREA SKA 2014 E4 I1 E3 (LAYANG(KOMPONE LAYANG,Dll (PEKERJAAN N) ) 22% PIHAK KE 7% III) E2 23% (GANGGUA N ALAM) E1 (POHON,Dll 19% ) 12%
PMT TRIP PER PENYEBAB I2 (PERALATA 2014… … N JTM) 13%
I3 I4 (GARDU,Dll) (TIANG) 4% 0%
Sumber : Data PT PLN Persero Area Surakarta
Menurut grafik diatas penyebab pemadaman yang terjadi di area Surakarta sepanjang tahun 2014 adalah :
1.
komponen listrik seperti gangguan kabel dan kawat
2.
faktor cuaca (petir, angin kencang, hujan lebat, kebakaran, tanah longsor dll)
3.
peralatan dan gardu yang rusak
4.
tiang listrik yang roboh
6
5.
pihak ke-III (binatang, gangguan penggalian PDAM dan orang kena setrum)
6.
pohon tumbang
7.
laying-layang
8.
gardu listrik
Perusahaan Listrik Negara Area Surakarta mencanangkan program “Anti pemadaman (zero trip feeder)” sebagai upaya meminimalisir jumlah pemadaman. Anti pemadaman (zero trip feeder)” merupakan program anti pemadaman lisrik. Program ini merupakan salah satu program terbaru PT PLN (Persero) Area Surakarta diharapkan bisa meningkatkan kualitas layanan serta menjaga agar pasokan listrik ke pelanggan terjaga dengan baik. Program ini bertujuan untuk menekan terjadinya gangguan di penyulang, travo serta gangguan temporer. Jika ketiga elemen tersebut bisa terjaga, tentu akan berimbas pada kelancaran pasokan listrik hingga ke rumah pelanggan. Dengan dukungan seluruh Rayon yang ada di wilayah kerja Area Surakarta, program tersebut diharapkan bisa tercapai secara maksimal. Terutama untuk daerah yang rawan terjadi gangguan akibat faktor alam serta pepohonan. Kegiatan lain yang akan dilakukan PT PLN (Persero) Area Surakarta adalah penggantian Pengecangan koneksi, Perbaikan Konstruksi serta penggantian Konduktor terbuka dengan masangan kabel A3CS.
PT PLN (persero) AREA Surakarta juga mencanangkan Rabu dan Jumat bersih sebagai upaya untuk mendukung program Anti Pemadaman. Pada hari
7
tersebut, semua unit wajib memeriksa jaringan yang ada di wilayahnya, terutama titik-titik rawan pemadaman. Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa jalur listrik dari kemungkinan hal yang membahayakan, seperti gangguan dari dahan pohon, hujan, dan beberapa gangguan lainnya. Diharapkan meminimalisasi kemungkinan adanya pemadaman. Dengan itu diharapkan angka pemadaman dapat
turun
dari
25
%
menjadi
15%.
(http://regional.kompas.com/read/2011/03/12/16211486/PLN.Perang.terhadap.Pe madaman.Listrik) .
Gangguan listrik yang terjadi dari bulan ke bulan diharapkan akan semakin menurun semakin menurun. Baik penyebab dari alam maupun instalasi yang terpasang sedikit demi sedikit dibenahi PT PLN (Persero) AREA Surakarta. Pemeliharaan yang dilakukan PT PLN (Persero) AREA Surakarta merupakan salah satu bentuk kegiatan dari program Anti Pemadaman (Zero Trip Feeder).
Salah satu daerah yang menjadi perpanjangan tangan PT PLN (Persero) adalah PT PLN AREA Surakarta yang terdiri atas sebelas rayon yaitu; Rayon Manahan, Rayon Surakarta Kota, Rayon Karanganyar, Rayon Sukoharjo, Rayon Jatisrono, Rayon Wonogiri, Rayon Sragen, Rayon Palur, Rayon Grogol, Rayon Rayon Kartasura, Rayon Sumberlawang yang juga berpartisipasi dalam program anti pemadaman tersebut, sehingga pelanggan didaerah pelosok juga akan menikmati pelayanan PT PLN (Persero) AREA Surakarta yang maksimal, tidak hanya di daerah kota.
8
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo, Eko Nugroho, maraknya kebakaran di Kota Solo akhir-akhir ini penyebabnya didominasi oleh hubungan pendek atau korsleting. Dari 26 kejadian kebakaran separuh lebih di antaranya disebabkan adanya hubungan arus pendek. Hampir 70 persen penyebab kebakaran di Solo karena adanya korsleting listrik dan salah satu penyebab korsleting adalah usia kabel yang sudah usang. Masyarakat banyak yang tidak menghiraukan usia kabel listrik dan penambahan daya yang dilakukan di sebuah rumah kurang menghiraukan usia kabel yang ada dirumahnya. Penambahan daya tidak dibarengi dengan pemeriksaan usia maupun kapasitas tegangan kabel itu sendiri. Hal itu bisa memicu kebakaran yang sering terjadi. Penyebab lainnya, penggunaan colokan listrik lebih dari tiga beban. Hal itu mengakibatkan, beban kabel penyalur alur listrik menjadi berlebih. Sehingga, mengakibatkan putusnya kabel yang terbakar. Hal tersebut masih diperparah lagi dengan banyaknya material rumah yang mudah terbakar (http://iorg.merdeka.com/70-persen-penyebab-kebakaran-di-solo-karenakorsleting-listrik.html). Pengguna tenaga listrik kurang adanya kesadaran untuk ikut mengurangi pemadaman. Kesadaran masyarakat untuk memangkas pohon yang ada disekitar nya dengan jarak minimal 2 meter (right of way/ROW) dari kabel listrik sesuai ketentuan yang ada sangatlah kurang. Banyak pihak yang tidak mau memangkas pohon disekitarnya dengan alasan penghijauan, tetapi akibat yang ditimbulkan bila terjadi angin kencang dan hujan berat pohon-pohon yang berusia tua ini
9
tumbang dan merobohkan beberapa tiang listrik. Selain akan terjadi pemadaman yang cukup lama, evakuasi dan perbaikannya pun memerlukan proses yang rumit. Sosialisasi juga sudah dilakukan PT PLN di Media Elektronik maupun Media Sosial. Hubungan yang baik antara kedua belah pihak dapat membawa dampak yang penting dalam mengurangi pemadaman itu sendiri. Untuk menyampaikan kebijakan baru dari PLN tersebut diperlukan adanya komunikasi yang baik antara pihak perusahaan dengan publiknya. Komunikasi sendiri adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2001:10). Komunikasi juga dilakukan untuk terciptanya rasa saling pengertian antara
perusahaan
berkomunikasi
dengan
bertujuan
publiknya. untuk
Perlunya
menciptakan
seorang
humas
pengetahuan,
dalam
pengertian,
pemahaman, kesadaran, minat, dan dukungan dari berbagai pihak untuk memperoleh citra bagi lembaga atau organisasi yang diwakilinya (Ruslan, 2008:37). Dalam menjalankan perannya, humas perlu menyusun strategi agar bisa mengurangi kesalahan saat melakukan sosialisasi. Ruslan (2008:37) juga mengatakan pada hakikatnya, strategi adalah suatu perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. Strategi komunikasi sangat bermanfaat bagi sebuah organisasi atau perusahaan untuk membantu mengurangi munculnya perbedaan pemahaman oleh khalayak dalam memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator. Cutlip, Center, dan Broom (2007:390) mengatakan strategi disusun untuk mengambil
10
langkah yang kredibel, efektif, dan segera. Tetapi dalam menjalankan aksinya, seorang komunikator juga harus mampu menimbulkan efek kepada komunikan untuk dapat menimbulkan suatu pengertian tentang pesan yang disampaikan oleh komunikator. Jika sudah ada pengertian, diharapkan akan adanya perubahan dalam bersikap, cara pandang, dan kepercayaan oleh publik. Sosialisasi Anti Pemadaman (Zero Trip Feeder) tersebut, diperlukan adanya strategi komunikasi agar suatu pesan dapat disampaikan kepada khalayak sesuai dengan yang dimaksud. Strategi dalam komunikasi sangan diperlukan, karena keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif ditentukan oleh strategi komunikasi, terlebih dalam kegiatan komunikasi massa, tanpa strategi komunikasi, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif.
Peneliti ingin mengetahui tentang Strategi Komunikasi Program “Anti Pemadaman (Zero Trip Feeder) PT PLN (Persero) Area Surakarta PT PLN (PERSERO) AREA Surakarta dalam Mengurangi Pemadaman Listrik Tahun 2014. Peneliti akan mengkaji dan mendiskripsikan starategi komunikasi sosialisasi program anti pemadaman PT PLN (Persero) Area Surakarta dalam mengurangi jumlah pemadaman listrik pada pelanggan, serta mengetahui apa saja yang menjadi hambatan PT PLN (Persero) Area Surakarta sendiri dalam melakukan sosialisasi program tersebut. Maka peneliti mendeskripsikan hal tersebut dalam bentuk penelitian deskriptif kualitatif.
11
II. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana strategi komunikasi Program Anti Pemadaman (Zero Trip Feeder) dalam mengurangi pemadaman listrik PT PLN (Persero) AREA Surakarta tahun 2014?
III. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini : Untuk mengetahui strategi komunikasi PT PLN (Persero) Area Surakarta dalam
program “Anti Pemadaman (Zero Trip Feeder)” untuk mengurangi
pemadaman yang terjadi sepanjang tahun 2014.
IV. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat sebagai berikut : 1. Dapat menyumbangkan pengetahuan dan pemikaran yang bermanfaat dibidang ilmu komunikasi. 2. Dapat digunakan sebagai saran bagi penulis untuk memperluas wawasan mengenai ilmu komunikasi khususnya dibidang komunikasi. 3. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi pemilik perusahaan, pemerintah, universitas dan masyarakat luas dalam menjalankan kebijakan dimasa yang akan datang.
12
V. KERANGKA TEORI 1. Komunikasi
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari, karena merupakan kebutuhan yang utama dalam besosialisasi menurut Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Dinamika komunikasi disebutkan pengertian secara epitimologis, dari kata communication, bersumber dari kata communis yang berarti sama, dalam hal ini adalah sama makna. Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan.
Pengertian secara terminologis, komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antar manusia, dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. Secara paradigma komunikasi mengandung tujuan tertentu, yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Maka dapat disimpulkan secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk member tahu mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).
“Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” (Deddy Mulyana, 2007:62) “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing-lambang yang bermakna bagi kedua belah pihak, dalam situasi tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan” (Effendy, 2006:13)
13
Kunci komunikasi yang efektif dalam pelayanan adalah mencoba mengerti dan melakukan tindakan untuk memuaskan keinginan pelanggan. Dengan demikian dapat menambah jumlah pelanggan.
Dalam perkembangan komunikasi didunia bisnis, yang membutuhkan interaksi dengan orang lain dengan tujuan agar terjadi perubahan sikap pada konsumen, maka diperlukan bentuk komunikasi yang lebih persuasive. Sesuai dengan tujuan pokok komunikasi persuasive itu sendiri yaitu mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang ayau kelompok untuk kemudian melakukan tindakan, perbuatan sebagaimana yang dikehendaki.
A. Model Komunikasi
Model Proses Komunikasi yang di kemukakan oleh Harold Lasswell, yaitu :
Gambar 1
Message Sender
Encoding
Decoding Media
Noise Feedback
Response
Sumber : Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Effendy, 2006:18)
Receiver
14
a. Sender : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada sesorang atau sejumlah orang b. Enconding : penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang c. Message : pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna yang disampaikan oleh komunukator d. Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan e. Decoding : pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya f. Receiver : komunikan yang menerima pesan dari komunikator g. Response : tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan h. Feedback : umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator i. Noise : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikan sebagai akibat diterimanya pesan oleh komunikator yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
Model komunikasi diatas menegaskan factor-faktor kunci dalam komunikasi efektif. Komunikator harus tau khalayak mana yang dijadikan sasaran dan tanggapan apa yang diinginkan. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya mengawasandi pesan.
15
Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran.
Komunikasi yang efektif dapat kita lihat dari proses penyandian oleh komunikator harus bertautan denga proses pengawasandian oleh komunikan. Semakin tumpang tindihnya bidang pengalaman (Field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikannya. Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah pengalaman yang dimiliki masingmasing. Memang ini merupakan beban komunikator dari strata social yang lain. Akan tetapi, dalam teori komunikasi dikenal istilah empati, yang berarti kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator dan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama, suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideology, dan lain-lain, jika komunikator bersikap empati, komunikasi tidak akan gagal (Effendy 2006:19)
Komunikasi adalah proses pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan sipenerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Perilaku dikaikan dengan dengan hubungan antara dua manusia atau lebih. Dengan
adanya
komunikasi,
akan
terjadi
perubahan
perilaku
untuk
menghubungkan manusia satu dengan manusia yang lainnya.
Effendy (2006:11-19) mengemukakan bahwa proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni :
16
1.
Proses komunikasi primer
Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambing sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan. Bahada adalah lambing yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena hanya bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang terhadap yang lain. Akan tetapi agar komunikasi menjadi efektif, bahasa dapat dipadukan dengan unsur yang lain. Oleh karena itu perasaan dan pikiran seseorang baru akan diketahui dan ada dampaknya kepada orang lain jika ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut, yakni lambanglambang. Dengan perkataan lain, pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan terdiri atas isi dan lambang.
2.
Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama mereka.
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televise, film dan lain-lain.
17
Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensi dalam mencapai komunikan. Surat kabar, televise dan radio merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak, dengan sekali tayang saja dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya, bukan saja jutaan melainkan puluhan juta, bahkan ratusan juta, seperti pidato kepala Negara yang disiarkan melalui televise dan radio.
Proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambanglambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan cirri-ciri dan sifat-sifat media yang digunakan. Penentuan yang dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang dituju.
Pada proses komunikasi sekunder, komunikator dapat memilih media mana yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Menurut Effendy (2006:12), komunikasi bermedia ini dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
a)
Komunikasi bermedia massa
Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televise, dan film
18
bioskop yang beroprasi dalam bidang informasi, edukasi dan reaksi atau dalam istilah lain: penerangan, pendidikan dan penghiburan.
Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa ialah adanya keserempakan (simultaneity), artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif amat banyakpada saat yang bersamaan.
b)
Komunikasi bermedia nirmassa
Komunikasi bermedia nirmassa umumnya digunakan dalam komunikasi untuk orang-orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Surat, telepon, telegram, papan pengumuman, poster, pamphlet, brosur, CCTV, radio amatirkaset video, film documenter, dan lain-lain. Ini karena media nirmassa tidak memiliki keserempakan dan komunikannya bersifat massal.
B.
Tujuan Komunikasi
Menurut Grace dan Thoha seperti dikutip oleh Suprapto (2011:11) ada empat tujuan komunikasi, yaitu :
1) Tujuan Fungsional (The fungsional Goals) adalah tujuan yang bermanfaat untuk mencapai tujuan organisasi. 2) Tujuan Manipulasi (The Manipulative Goals) adalah tujuan untuk menggerakan orang-orang yang mau menerima ide-ide yang disampaikan, yang sesuai maupun tidak sesuai dengan nilai sikapnya.
19
3) Tujuan Keindahan (The aesthethics Goals) adalah tujuan untuk menciptakan tujuan-tujuan yang kreatif, digunakan untuk memungkinkan seseorang agar mampu mengungkapkan perasaan tersebut dalam kenyataan. 4) Tujuan keyakinan (The confidence Goals) adalah tujuan untuk meyakinkan atau mengembangkan keyakinan orang-orang pada lingkungan.
Marheni Fajar dalam bukunya Ilmu Komunikasi dan teori menyebutkan bahwa tujuan komunikasi antara lain :
1.
Mengubah sikap
2.
Mengubah pendapat
3.
Mengubah perilaku
4.
Mengubah masyarakat
Sehingga fungsi komunikasi dapat diartikan untuk menginformasikan, membidik, menghibur, dan mempengaruhi. Secara umum, hasil komunikasi mencakupi 3 aspek, yakni :
1.
Kognitif, dimana menyangkut kesadaran dan pengetahuan
2.
Afektif, menyangkut sikap dan emosi
3.
Psikomotor, menyangkut perilaku dan tindakan
Adanya komunikasi tersebut awalnya akan membuat seseorang menjadi tahu akan sesuatu (kognitif) kemudian akan berfikir akankah member respon yang positif ataupun negatif atas pengetahuan baru tersebut (afektif) dan diakhiri dengan tindakan atau perilaku atas keputusan yang diambil (psikomotor).
20
Tujuan komunikasi adalah memberikan informasi dan menciptakan pemahaman terhadap komunikan. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, tentunya dibutuhkan sebuah strategi agar komunikasi dapat efektif dan pesan dapat tersampaikan dengan baik kepada khalayak, sehingga mereka dapat memahami dan kemudian dapat melaksanakan apa yang disampaikan dalam komunikasi tersebut, jika komunikator menghendaki perubahan sikap pada komunikannya. 2. Strategi Komunikasi Strategi komunikasi menurut Onong Uchjana Efendi dalam buku yang berjudul “Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek” menyatakan bahwa : “Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning), dan manajemen (communication management) untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) dapat dilakukan berbeda sewaktu-waktu tergantung dengan situasi dan kondisi”. Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multi-media strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda : 1. menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktur secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang maksimal. 2. Menjembatani kesenjangan budaya (curtural gap) akibat kemudahan yang diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkanya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya (Effendy, 1986:35)
21
Strategi komunikasi harus didukung oleh teori karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman (empiris) yang sudah diuji kebenarannya. Harold D. Lasswell menyatakan, cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan : 1.
Who? (Siapakah komunikatornya)
2.
Says what? (pesan apa yang dinyatakannya)
3.
In which channel? (media apa yang digunakannya)
4.
To whom? (siapa komunikannya)
5.
With what effect? (efek apa yang diharapkan)
Strategi komunikasi diperlukan untuk dapat mencapai tujuan tertentu. Strategi komunikasi merupakan bagian yang penting untuk memberikan suatu informasi kepada masyarakat. Apabila komunikator menghendaki adanya perubahan sikap atau memberikan kesadaran pada masyarakat, maka focus dari strategi komunikasi adalah membujuk atau persuasi. Melalui strategi komunikasi tersebut, maka pesan yang akan disampaikan dalam sosialisasi dapat terencana dan terorganisir dengan baik, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan efektif. Dalam International Journal of StrategicCommunication Vol.4 N0. 2 karya Gunter Buntele & Howard Nothhaft tentang strategi komunikasi di ranah public disebutkan, ”Strategic communication in the public sphere always means arguing that your interest is also in the interest of the public of society in general in some way or another”. (2010:93-106)
22
Proses public relations selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian. Berikut ini adalah empat langkah yang biasa dilakukan dalam proses Public Relation sebagaimana yang diajukan oleh Cutlip dan Center. : 1.
Fact Finding Fact finding atau penemuan fakta dilakukan untuk mengetahui apakah
situasi dan pendapat dalam masyarakat menunjang atau justru menghambat kegiatan organisasi, instansi atau perusahaan. 2.
Planning Perencanaan atau planning merupakan bagian penting di dalam usaha
memperoleh public opinion yang menguntungkan. Perencanaan ini merupakan bidang yang cukup penting karena menghubungkan kegiatan komunikasi dengan kepentingan dan organisasi ataupun perusahaan. 3.
Communication and Action Tahapan komunikasi tidak terlepas dari perencanaan tentang
bagaimana mengkomunikasikan dan apa yang dikomunikasikan. Bagimana mengkomunikasikan sesuatu dan apa yang dikomunikasikan sebenarnya tidak terlepas dari tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan public relations. Kegiatan komunikasi dapat berbentuk lisan, tertulis, visual atau dengan menggunakan lambang-lambang tertentu. 4.
Evaluation Setelah komunikasi dilaksanakan, maka suatu organisasi atau
perusahaan tentu ingin mengetahui dampak atau pengaruhnya terhadap publik atau khlayak. Hal ini di lakukan melalui evaluasi.
23
Tujuan dari strategi komunikasi antara lain : 1. to secure understanding (memastikan komunikan mengerti pesan yang diterimanya), 2. to establish ecceptance (pembinaan apabila komunikan sudah mengerti pesan yang diterimanya dan 3. to motivate action (bagaimana pesan tersebut dapat memotivasi komunikan untuk melakukan perubahan). Dalam penyampaian suatu program atau inovasi tersebut kepada masyarakat,
komunikator
perlu
merencanakan
sebuah
strategi
dalam
berkomunikasi agar tercapai apa yang diinginkan. Selain itu, strategi dalam berkomunikasi juga diperlukaanagar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak melaluai cara yang efektif dan efisien. Totok mardikanto (2010:196) menyatakan bahwa strategi komunikasi digunakan untuk mendefinisikan rancangan operasional yang akan dipilih untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan dari kegiatannya. Sebelum melakukan strategi komunikasi, ada baiknya komunikator melakukan
perencanaan
komunikasi.
Prajudi
Atmusudirjo,
perencanaan
komunikasi adalah proses pemanfaatan berbagai bentuk, metode dan teknik komunikasi yang terencana dan terkoordinir untuk mencapai tujuan tertentu di masa yang akan datang. Proses perencanaan komunikasi meliputi :
24
1.
analisa program dan masalah
2.
analisa situasi dan khalayak
3.
mengembangkan perencanaan
4.
menyusun strategi komunikasi
5.
evaluasi dan monitoring
Arifin (1991:50) menawarkan strategi-strategi komunikasi sebagai berikut: a.
Mengenal khalayak Untuk mencapai hasil yang positif dalam proses komunikasi, maka
komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan khalayak terutama dalam pesan metode dan media. Untuk menciptakan persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator harus mengterti dan memahami, pola piker (frame of reference) dan lapangan pengalaman (field of experience) khalayak secara tepat dan seksama meliputi : 1.
Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri atas : a.
Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan
b.
Pengetahuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media yang digunakan
c.
Pengetahuan khalayak terutama pembendaharaan kata yang digunakan
25
2.
Pengaruh kelompok dan masyarakat-masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma dalam kelompok dan masyarakat yang ada.
3.
Situasi dimana kelompok itu berada.
Dalam observasi atau penelitian, public dapat diidentifikasikan dari berbagai segi, dari segi pengetahuan khalayak misalnya terdapat pesan-pesan yang disampaikan dapat ditemukan khalayak yang tidak memiliki pengetahuan, hanya memiliki sedikit, memlikiki banyak, dan yang ahli tentang masalah yang disajikan. Dari segi sikap khalayak terdapat isi pesan yan disampaikan dapat ditemukan khlayak yang setuju, ragu-ragu, dan yang menolak. Mengenal pengaruh kelompok dan nilai-nilai kelompok, memang merupakan hal yang harus dikenal dan diteliti oleh komunikator untuk menciptakan komunikasi yang efektif, sebab manusia hidup dalam dan dari kelompoknya. Dalam identifikasi public ini dapat dilihat, bahwa makin modern hidup seseorang makin banyak kelompok referensinya (reference group) , selanjutnya makin luas pula lingkungan referensinya (frame of reference). Sebaliknya makin traditional seseorang, makin kuat dan erat hubungannya dalam kelompoknya pengenalan mengenaik khalayak sangat diperlukan, unsur manusia dalam proses komunikasi adalah unsure yang sangat penting dan merupakan inti dari komunikasi. b.
Menyusun pesan
Syarat-syarat perlu diperhatikan dalam menyusun pesan yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membengkitkan “perhatian”. Hal yang sesuai dengan A-A
26
Procedure atau from attention to Action procedure. Artinya membangkitkan perhatian untuk selanjutnya menggerakan seseorang atau banyak orang melakukan suatu kegiatan (action) sesuai tujuan yang dirumuskan. Menurut kutipan Onong Uchjana Effendy (2009 : 11-19), syarat berhasilnya suatu pesan sebagai berikut : 1.
Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian yang ditujukan.
2. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang dirasakan pada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian tersebut bertemu. 3.
Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pada sasaran dan meyarankan cara-cara mencapai kebutuhan itu.
4.
Pesan harus meyarankan suatu jalan untuk memperoleh suatu kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok dimana sasaran pada saat digerakan untuk member jawaban yang dikehendaki.
c.
Menetapkan Metode
Setelah mengidentifikasikan situasi dan kondisi khalayak serta telah menyusun pesan sedemikian rupa maka tahap selanjutnya adalah memilih metode penyampaian yang sesuai. Pemilihan metode ini disesuaikan dengan bentuk pesan, keadaan khalayak, fasilitas biaya. Arifin (1984 : 73) menawarkan metode komunikasi yang efektif yaitu :
27
1.
Redundancy (repetition) adalah mempengaruhi khalayak dengan cara
mengulang-ulang pesan kepada khalayak. Dengan metode ini banyak manfaat yang dapat ditarik. Manfaat itu antara lain bahwa khalayak akan lebih memperhatikan pesan itu, karena justru konsentrasi pada pesan yang diulangulang, sehingga ia akan banyak menarik perhatian. Manfaat lainnya, bahwa khalayak tidak akan mudah melupakan hal yang penting disampaikan berulangulang itu. Selanjutnya dengan model repetition ini, komunikator memperoleh kesempatan memperbaiki kesalahan yang tidak disengaja dalam penyampaian sebelumnya. 2.
Analizing ; untuk mempengaruhi khalayak haruslah lebih dahulu mengerti
tentang kerangka referensinya dan lapangan pengalaman dari khalayak tersebut dan kemudian menyusun pesan metode sesuai dengan itu. Hal tersebut dimaksudkan, agar khalayak tersebut pada permulaan dapat menerima pesan yang dikehendaki. Meksudnya komunikator menyedikan saluran-saluran tertentu yang menguasai motif-motif tertentu yang ada pada khalayak, juga termasuk dalam proses canalizing ialah memahami atau meneliti dan memahami pengaruh kelompok terhadap individu atau khalayak. 3.
Informative ; dalam dunia komunikasi massa dikenal salah satu bentuk
pesan yang bersifat informative, yaitu suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan cara (metode) memberikan penerangan. Penerangan berarti penyampaian suatu apa adanya, apa sesungguhnya. Dengan kata lain, penyampaian pesan sesuai dengan fakta-fakta dan data-data yang benar sertapendapat-pendapat yang benar. Jadi dalam penerangan (information) berarti
28
pesan-pesan yang dilontarkan itu berisi tentang fakta-fakta dan pendapat-pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, sehingga bagi komunikan dapat diberi kesempatan untuk menilai, menimbang-nimbang dan mengambil keputusan atas dasar pemikiran pemikiran yang sehat. 4.
Persuasive : berari mempengaruhi khalayak dengan cara membujuk.
Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, terutama perasaanya. Komunikasi persuasive lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan komunikasi informatif. Jika komunikasi informatif bertujuan memberi tahu, komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapan dan perilaku. Metode persuasif ini merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikan dengan tidak member kesempatan untuk banyak berpikir kritis, bahkan kalau perlu khalayak itu dapat terpengaruh secara tidak sadar (suggestive). Dalam metode ini, komunikator terlebih dahulu menciptakan situasi dimana komunikan mudah terkena sugesti (suggestible). Untuk terjadi sugesti kepada individu atau khalayak dapat melalui jalan berikut : -
Menghambat (inhibition)
-
Memecah belah (dissociation) proses berpikirnya
-
Hambatan dalam proses berpikir terjadi karena kelelahan dan
perangsang-perangsang emosional. Effendi (2004:27) berpendapat bahwa persuasi adalah sebuah kegiatan psikologis. Agar komunikasi persuasif mencapai tujuan dan sasarannya, maka
29
diperlukan perencanaan yang matang. Perencanaan dilakukan berdasarkan komponen-komponen proses komunikasi (komunikator, pesan, media dan komunikan). Sehubungan dengan proses komunikasi persuasif itu berikutnya ini adalah teknik- teknik yang dapat dipilih : a. Teknik asosiasi : adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. b. Teknik integrasi : adalah kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan, contohnya : penggunaan kata “kita”, bukan “saya” atau “kamu”. c. Teknik ganjaran : adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming-imingi hal yang menguntungkan atau yang menjanjiakan harapan. d. Teknik tataan : adalah upaya menyusun pesan komunikasi sedemikian rupa sehingga enak didengar atau dibaca serta termotivasikan untuk melakukan sebagaimana disarankan oleh pesan tersebut. e. Teknik red-herring : adalah seni seorang komunikator untuk meraih kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakan argumentasi yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yang dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh untuk menyerang lawan.
30
Komunikasi persuasif perlu dilaksanakan secara sistematis. Formula AIDDA dapat dijadikan landasan pelaksanaan yaitu A – attention (perhatian), I – interest (minat), D – desire (hasrat), D – decision (keputusan), A – action (kegiatan). Komunikasi persuasif didahulukan dengan upaua membangkitkan perhatian. Upaya itu tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan kata-kata yang merangsang, tetapi juga penampilan (appearance) ketika menghadapi khalayak. Ketika perhatian sudah terbangkitkan, kini menyusul
upaya
meningkatkan minat.upaya ini bias berhasil dengan mengutarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan komunikan. Tahap berikutnya dengan memunculakan hasrat terhadap komunikan untuki melakukan ajakan, bujukan, atau rayuan komunikator. Disini himbauan emosional (emotional appeal) perlu ditampilkan komunikator, sehingga pada tahap berikutnya komunikan mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan sebagaimana yang diharapkan. 5.
Educative Method (Metode Pendidikan) Salah satu usahan untuk dapat mempengaruhi khalayak dari suatu
pertanyaan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang berisi : pendapat-pendapat, fakta-fakta dan pengalaman. Metode ini dapat juga disebut metode mendidik. Medidik berarti memberikan ide kepada khalayak, apa adanya dari segi kebenaran, dengan sengaja, teratur, dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia kea rah yang diinginkan. d.
Seleksi dan penggunaan media
31
Media atau saluran yang paling efektif perlu dipertimbangkan sebelum suatu pesan disampaikan,. Dalam ilmu komunikasi langsung (face to face) dan media massa, media komunikasi merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk mempermudah proses penyampaian warta/pesan/informasi dari komunikator kepada komunikan untuk mencapai tujuan tertentu. Media komunikasi banyak jenisnya, mulai cetak, tulis hingga elektronik. Namun efektifitas dari masing-masing media itu sendiri juga berbeda. Oleh karena itu komunikator yang handal harus dapat memahami karakteristik media komunikasi, sehingga pada akhirnya dapat memilih media apa yang tepat dan sesuai dengan karakter pesan maupun karakter khalayaknya. Fungsi media komunikasi adalah sebagai berikut : 1) Menumbuhkan motivasi bagi para komunikan 2) Menumbuhkan daya tarik pesan atau informasi yang akan disampaikan 3) Mengefektifkan proses penyampaian pesan dan informasi 4) Mempercepat waktu yang diperlukan untuk menyampaikan informasi yang akan disampaikan 5) Menjelaskan isi pesan dan informasi yang akan disampaikan 6) Membuat isi pesan dan informasi lebih nyata 7) Sebagai media hiburan dan pendidikan bagi komunikan
32
Jika sasaran hanya terdiri dari beberapa orang saja dan lokasinya dapat dijangkau digunakan komunikasi langsung. Jika sasarannya internal public biasa digunakan pertemuan-pertemuan. Jika sasarannya banyak orang dan tersebar dimana-mana, maka saluran yang sesuai adalah media massa. Sebagaimana dalam penyusunan pesan harus selektif dalam artian menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan media pun harus demikian. e.
Hambatan dalam komunikasi
Dalam komunikasi, pada saat penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sering terjadi tidak tercapainya pergantian sebagaimana yang dikehendaki, malah timbul kesalah pahaman. Tidak dapat diterimanya pesan tersebut denga sempurna dikarenakan perbedaan lambang atau bahasa antara apa yang dipergunakan dan apa yang diterima, atau terdapat hambatan teknis lainya yang menyebabkan gagasan terhadap system kelancaran komunikasi kedua belah pihak. Kreitner dalam Ruslan (2003:8) menyembutkan empat macam hambatan yang dapat mengganggu dalam system komunikasi tersebut, yaitu : 1.
Hambatan dalam proses penyampaian (process barrier) Hambatan ini dapat dating dari pihak komunikator (sender barrier) yang
mendapatkan kesulitan dalam penyampaian pesan-pesannya. Tidak menguasai materi pesan dan belum memiliki kemampuan sebagai komunikator yang handal. Hambatan ini bisa juga berasal dari penerima pesan tersebut (receiver barrier)
33
karena sulitnya komunikan dalam memahami isi pesan tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat penguasaan bahasa, pendidikan, intelektual dan sebagainya yang terdapat dalam diri komunikan. Kegagalan komunikasi dapat pula terjadi dikarenakan factor-faktor feedback (hasil tidak tercapai), media atau alat yang dipergunakan kurang tepat, dan hambatan untuk memahami pesan secara tepat. 2.
Hambatan secara fisik (physical barrier) Sarana fisik dapat menghambat komunikasi yang efektif, midsalnya
pendengaran kurang tajam, dan pengeras suara yang ada di tempat pertemuan/seminar/kelas. Hal ini dapat membuat pesan tidak efektif sampai dengan tepat kepada komunikanya. 3.
Hambatan semantic (semantic barrier) Hambatan segi semantic (bahasa dan perkataan) yaitu adanya perbedaan
pengertian dan pemahaman antara pemberi pesan dan penerima tentang suatu bahasa atau lambang. Mungkin saja bahasa yang disampaikan terlalu teknis dan formal sehingga menyulitkan komunikan yang tingkat pengetahuan dan pemahaman bahasa teknis komunikator yang kurang. 4.
Hambatan psiko-sosial (phychosocial barrier) Adanya perbedaan cukup lebar dalam aspek kebudayaan, adatistiadat,
kebiasaan, persepsi, dan nilai-nilai yang dianut sehingga kecenderungan
34
kebutuhan serta harapan-harap dari kedua belah pihak yang berkomunikasi juga berbeda. VI. METODOLOGI PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian diskriptif yang digunakan didukung dengan data kualitatif. Sebagai sebuah penelitian diskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis, atau membuat prediksi (Rahmat, 1995:24). Sementara data kualitatif diperoleh dari pengolahan informasi yang didapatkan dari sumber data sekunder melalui dokumen resmi terkait. Penelitian kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasan-penjelasan
(explanation),
mengontrol
gejala-gejala
komunikasi,
mengemukakan prediksi-prediksi, atau menguji teori apapun, tetapi lebih dimaksudkan
untuk
mengemukakan
gambaran
dan/atau
pemahaman
(understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi tersebut.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di sebuah perusahaan BUMN di kota Surakarta yaitu PT PLN (Persero) Area Surakarta. perusahaan tersebut beralamat di Jalan Brigjen Slamet Riyadi No. 468 yang bergerak dibidang penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Surakarta dan sekitarnya.
35
3.
Populasi dan Nara Sumber
Pemilihan narasumber pada penelitian kualitatif lebih bersifat selektif, dimana peneliti mempergunakan berbagai pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan, keinginan pribadi, karakteritis empiris dan sebagainya. Pada riset kualitatif sampling mengarah pada generalisasi teoritis, bukan perumusan karakter populasi. Oleh karena itu, cuplikan dalam pendekatan ini lebih banyak bersifat “purposive sampling” (sample bertujuan), dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui suatu masalah secara mendalam.
Dalam penelitian ini penulis mengambil beberapa sample penelitian, yaitu karyawan-karyawan dan Humas PT. PLN (Persero) Area Surakarta sebagai informan, dan Kepala PT PLN (Persero) Area Surakarta sebagai pemimpin yang akan menilai kualitas kerja karyawan. Selain itu penulis akan mengambil beberapa pelanggan PT PLN (Persero) Area Surakarta untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan yang diberikan.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu :
36
1) Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari lapangan, yaitu dari lokasi penelitian di PT PLN (Persero) Area Surakarta dan masyarakat di Surakarta dan sekitarnya.
2) Data Sekunder
Merupakan data yang sumber utamanya diperoleh denga cara mengutip atau memperoleh dari data yang sudah tersedia dan berkaitan dengan Strategi Komunikasi Customer Relation PT PLN (PERSERO) AREA Surakarta. serta menggunakan buku-buku untuk mendukung teori serta mempelajari dokumen, laporan, dan naskah-naskah lain yang berhubungan dengan penelitian.
b. Teknik Pengumpulan Data
1. Adapun pengumpulan data primer adalah :
-
Wawancara / interview
Yaitu teknik mendapatkan data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan informan yang relevan dengan obyek penelitian. Peneliti melakukan kegiatan Tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan tetap berpegang pada interview guide.
37
2. Pengumpulan data sekunder
Untuk mendapatkan data sekunder, peneliti melakukan penelitian kepustakaan
yang merupakan
pendukung dan
pelengkap
penelitian dilapangan. Studi pustaka ini dilakukan dengan identifikasi-literatur berupa buku-buku, maupun artikel-artikel dan jurnal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan mengumpulkan bahan-bahan yang berupa company profile, brosur, tabel, grafik serta bahan-bahan pustaka lain yang berhubungan dengan obyek penelitian.
5. Teknik Validitas Data dan Reabilitas
Untuk
meningkatkan
validitas
data,
dalam
penelitian
ini
menggunakan caratriangulasi data, yaitu mengumpulkan data sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Dengan demikian kebenaran data yang satu akan dikonfirmasikan dengan data yang diperoleh dari sumber data yang lain, sehingga data-data yang terkumpul dalam penelitian ini akan terjamin validitasnya.
Sedangkan menurut H.B. Sutopo, cara ini mengarahkan peneliti agar didalam pengumpulan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan
38
demikian apa yang diperoleh dari sumber yang lain berbeda baik kelompok sumber sejenis maupun sumber yang berbeda jenisnya.
Reliabilitas adalah teknik yang didasarkan pada pembandingan atau komparasi antara hasil-hasil pengukuran, yang dilakukan secara berulangulang pada sejumlah subjek yang sama. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena istrumen tersebut sudah baik. Maka instrument yang valid apabila dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Instrument reliable bila hasil pengukurannya bersifat konsisten. Data yang dikumpulkan tidak semuanya dianggap valid atau reliable, karenanya perlu dilakukan reduksi data akan dianalisis benar-benar memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
6. Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data langkah selanjutnya adalah melakukan analisa untuk mengetahui tindakan pemecahan masalah yang ada. Dalam penelitian ini mengunakan model analisis interaksi (model salin terjalin) . Pada model analisis interaktif yang terdiri dari 3 komponen, yaitu penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Ketiga komponen dilakukan berbentuk interaksi sebagai proses siklus bukan linier.
39
Gambar 1.1
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan/ Pengujian Kesimpulan
Analisis Data Model Interaktif Dari Miles Dan Huberman
Cara kerja skema analisis interaktif diatas sebagai berikut : a. Pengumpulan Data Dalam penelitian , pengumpulan data dilakukan dengan cara interview, observasi dan mengumpulkan artikel-artikel, jurnal atau buku yang menunjang penelitian. b. Reduksi Data Setelah semua data terkumpul langkah berikutnya yaitu melakukan reduksi data. Reduksi data berarti melakukan penyederhanaan data dan memfokuskan data-data yang telah didapatkan. Dengan melakukan reduksi data maka peneliti akan lebih mudah menidentifikasi data-data yang kurang relevan dengan penelitian sehingga saat menganalisis tidak terjadi kesalahan. c. Penyajian Data Penyajian data dilakukan untuk meyatukan / menjalin data yang satu dengan data-data lain yang telah didapatkan. Data yang disajikan
40
berupa kelompok-kelompok yang saling dihubungkan sesuai dengan rancangan kerangka teori yang telah dibuat. d. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan komponen terakhir dari analisis data model interaktif. Setelah melewati beberapa proses maka peneliti akan mengetahui hasi; dari hal yang diteliti sejak awal. Pada penelitian sebaiknya sudah lebih dahulu mencatat pola-pola data yang sudah didapatkan agar mempermudah melakukan pertimbangan untuk mengambil keputusan.