Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia | Yogyakarta, 5-6 September 2014 PENGGUNAAN PEMANAS OHMIK UNTUK EKSTRAKSI KARAGENAN MURNI DARI RUMPUT LAUT Euchema cottonii. 1), 2), 3), 4)
Supratomo1, Salengke2, Mursalim3 dan Risal Nur Rahma Syahrir4 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian – Universitas Hasanuddin
[email protected]
Abstrak
perbaikan proses blancir, [15], pengeringan, [8], [20], [12], pemerasan sari buah [21], penggorengan [13], pendeteksian gelatinisasi pada pati [19], percepatan fermentasi [4], [9], dan pengupasan produk [22].
Prinsip dasar pemanasan ohmik adalah perubahan energi listrik menjadi energi panas di dalam suatu konduktor listrik. Peningkatan suhu didalam bahan selama pemanasan ohmik relatif cepat dan seragam karena bahan tersebut berfungsi sebagai tahanan listrik. Pemanas ohmik sudah banyak digunakan di industri-industri makanan untuk menginaktivasi mikroorganisme atau pasteurisasi sari buah, namun belum ada yang menerapkannya untuk ekstraksi karagenan dari rumput laut Euchemia cottonii. Dalam penelitian ini rumput laut E. cottonii dimasak dengan menggunakan prototipe reaktor ohmik pada suhu 90 0 C, di dalam larutan KOH 0.3 M dengan perbandingan rumput laut - KOH, masing-masing 1:50, 1:40, 1:30 dan 1:20. Waktu pemasakan yang dilakukan adalah masing-masing 1 jam, 1.5 jam, 2 jam, 2.5 jam dan 3 jam. Pengamatan dilakukan terhadap rendemen karagenan murni, kekentalan dan kekuatan gel karagenan.Dengan menggunakan analisis multivariat faktorial (manova) didapatkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata antara ratio rumput laut KOH dengan waktu pemasakan terhadap rendemen karagenan murni, kekentalan dan kekuatan gel karagenan. Kombinasi perlakuan yang optimal adalah perbandingan rumput laut - KOH 1:20 dengan waktu pemasakan selama 2,5 jam.
Hasil-hasil penelitian teknologi ohmik menunjukkan bahwa selain efek pemanasan, juga dapat menyebabkan terjadinya permeabilitasi dinding sel. Penelitian yang dilakukan oleh Wang (1995), Lima dan Sastry (1999), Kulshrestha dan Sastry (1999), serta Salengke dan Sastry (2005, 2007) menunjukkan peningkatan permeabilitasi dinding sel pada berbagai produk pertanian akibat pemanasan secara ohmic. Peningkatan permeabilisasi dinding sel tersebut dapat berperan dalam mempercepat proses reaksi, meningkatkan laju diffusi senyawa melewati dinging sel, meningkatkan rendemen ekstraksi senyawa dan cairan dari di dalam sel, serta meningkatkan laju pengeringan. Dalam hubungannya dengan pengolahan rumput laut, peningkatan laju diffusi ini dapat membantu mempercepat laju diffusi alkali kedalam jaringan sel-sel bahan sehingga kecepatan reaksi dapat ditingkatkan dan lama pengolahan dapat diturunkan. Hasil penelitian Supratomo, et al, (2012) menunjukkan teknologi pemanasan ohmik memungkinkan untuk dapat digunakan dalam proses alkalisasi Eucheuma cottonii. Waktu yang diperlukan o untuk mencapai suhu 80 C dalam proses alkalisasi dapat dicapai kurang dari 2 menit dengan kekuatan medan listrik 4.9 V/cm dan konsentrasi KOH 1.0M.
Kata Kunci: pemanas ohmik, rumput laut, eucheuma cottonii, karagenan murni, kekentalan gel, kekuatan gel
Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam produksi rumput laut karena memiliki garis pantai yang sangat panjang dengan air yang cukup hangat dan sangat cocok untuk pembudidayaan rumput laut. Sehubungan dengan itu, rumput laut telah menjadi salah satu komoditas ekspor andalan sehingga pembudidayaannya semakin diintensifkan oleh pemerintah melalui pembentukan klaster-klaster produksi rumput laut yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Budidaya rumput laut di Indonesia sampai saat ini didominansi oleh marga penghasil agar (agarophytes) seperti Gracilaria, Gelidium, Gelidiella dan Gelidiopsis; marga penghasil karanginan (carrageenophytes) seperti Eucheuma dan Hypnea [5], [3].
PENDAHULUAN Pemanasan ohmik adalah metode pemanasan cepat dan relatif seragam. Prinsip dasar dari pemanasan ohmik adalah bahwa energi listrik diubah menjadi energi panas dalam sebuah konduktor listrik. Peningkatan suhu bahan selama pemanasan ohmik disebabkan oleh panas yang dihasilkan didalam bahan yang bersifat konduktor listrik ketika arus dilewatkan ke dalam bahan tersebut, [10],[14]. Keuntungan utama dari pemanasan ohmik adalah proses pemanasan yang cepat dan seragam, yang akan meminimalkan kerusakan dari struktur bahan, nutrisi dan sifat sensoris produk makanan, [11]. Potensi penggunaan pemanas ohmik sangat luas untuk perbaikan proses pengolahan pangan, [14]. Beberapa contoh aplikasi tersebut, antara lain adalah
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi budi daya rumput laut 90
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia | Yogyakarta, 5-6 September 2014 Indonesia pada 2013 mencapai 8,2 juta ton, lebih besar daripada target yang telah ditetapkan pemerintah yaitu 7,5 ton. Angka itu menempatkan Indonesia sebagai negara produsen rumput laut nomor dua terbesar di dunia dengan total nilai sebesar US$162,5 juta pada 2013. Oleh karena ini dalam upaya mengembangkan industri komoditas rumput laut nasional, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) hingga April 2014 telah memberikan pembiayaan kredit sebesar Rp70,5 miliar, [6].
protipe reaktor ohmik kedua dapat dilihat pada Gambar 1.
Teknologi pengolahan rumput laut untuk menghasilkan karagenan kasar (semi refined carrageenan/SRC) maupun karagenan murni (refined carrageenan/RC) yang ada sekarang ini sangat beragam, mulai dari teknologi yang cukup sederhana seperti yang umum digunakan pada pabrik-pabrik pengolahan di Indonesia seperti pada PT. Bantimurung Indah di Maros hingga teknologi yang sangat moderen seperti yang digunakan oleh pabrik pengolahan milik Cargill dan ADM di berbagai negara seperti di Pilipina dan Chili. Baik teknologi yang sederhana maupun teknologi yang sudah moderen masih berbasis pada sistim pemanasan konvensional dengan cara pemanasan langsung diatas tungku api maupun dengan pemanasan dalam reaktor berdinding ganda dengan sumber panas dari uap (steam jacketed reactor). Teknologi berbasis pemanasan konvensional ini sangat boros dalam penggunaan energi dan proses pengolahan umumnya berlangsung selama 3-4 jam per batch [17]. Oleh karena itu, penggunaan teknologi ohmik dalam pengolahan rumput laut diharapkan dapat menghemat penggunaan energi dan mempercepat proses pengolahan.
Gambar 1. Konfigurasi prototipe reaktor ohmik yang digunakan.
Rumput laut yang telah dicampur dengan larutan alkali, KOH, dimasukkan ke dalam reaktor ohmik. Larutan alkali diperlukan, selain sebagai ekstraktor karagenan dari rumput laut, juga sebagai medium penghantar arus listrik yang mengalir melalui kedua kutub elektroda yang kemudian diubah menjadi energi panas ketika melewati larutan alkali. Suhu di dalam setiap reaktor dikontrol oleh thermocontroller yang dihubungkan dengan relay elektronik yang mengontrol status on-off kontaktor arus listrik yang mensuplai aliran listrik ke setiap reaktor. Purwarupa reaktor ohmik ini mampu memberikan arus listrik ke setiap reaktor sampai 20A. Parameter seperti suhu di dalam setiap reaktor, tegangan dan besarnya arus listrik yang digunakan dapat dimonitor dan direkam oleh sistem akuisisi data yang terdiri atas transducer voltage and current (Omega Engineering), penyaring signal thermocouple (Measurement Computing), dan datalogger (Campbell Scientific). Konfigurasi sistem kontrol dan sistem akuisisi data yang diterapkan dapat dilihat pada Gambar 2.
METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah rumput laut dari jenis Eucheuma cottonii segar yang diambil dari nelayan di Kabupaten Barru, KOH 0.3 M dan KCl 0.25 M. Alat yang digunakan adalah Texture Analyzer TA.XT.Plus untuk pengukuran kekuatan gel, Viscometer Brookfield DV-E untuk pengukuran kekentalan gel, oven untuk pengukuran kadar air dan reaktor ohmik untuk menghasilkan karagenan murni. B. Deskripsi Reaktor Ohmik Reaktor ohmik yang digunakan merupakan purwarupa (prototype) yang dirancang dari Hibah Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi tahun ke-II 2013. Reaktor ini terdiri atas empat reaktor/tabung PVC yang dapat dikontrol secara bersamaan ataupun secara tersendiri. Volume masing-masing reaktor adalah 7,6 liter sehingga volume total dari empat reaktor tersebut adalah 30,4 liter. Konfigurasi dari
Gambar 2. Sistem kontrol dan sistem akuisisi data prototipe ohmik yang digunakan.
91
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia | Yogyakarta, 5-6 September 2014 C. Perlakuan Bahan
perbedaan dari setiap perlakuan ratio rumput laut KOH dan/atau waktu pemasakan terhadap rendemen karagenan murni, kekentalan dan kekuatan gel.
Dalam penelitian ini, proses alkalisasi rumput laut dilakukan dengan reaktor ohmik statis. Percobaan dilakukan dengan menggunakan parameter perlakukan ratio rumput laut - KOH, masing-masing adalah 1:50, 1:40, 1:30 dan 1:20. Suhu pemasakan o ditetapkan 90 C dan waktu pemasakan yang digunakan adalah 1 jam, 1.5 jam, 2 jam, 2.5 jam dan 3 jam. Setelah pemasakan, larutan dipisahkan dari rumput lautnya, yang selanjutnya larutan tersebut dipisahkan dari larutan KOH dengan cara menambahkan larutan KCl. Larutan diaduk dan didiamkan selama ± 1 jam. Larutan kemudian disaring kembali dan endapan yang tertahan di atas kain saringan adalah gumpalan karagenan murni yang kemudian dikeringkan dengan sinar matahari yang kemudian digiling untuk mendapatkan bubuk karagenan murni.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Reaktor Ohmik Pengujian awal purwarupa reaktor ohmik dilakukan untuk melihat kemampuan dari sistem kontrol untuk memutus arus listrik ke setiap reaktor pada saat suhu medium, yang menggunakan larutan KOH 0,3M, telah mencapai suhu batas atas dan memberikan kembali arus listrik apabila suhu medium mencapai suhu batas bawah. Pada pengujian tersebut, suhu medium batas atas dan batas bawah o o ditetapkan masing-masing 95 C dan 93 C. Grafik suplai arus listrik ke reaktor ohmik hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 3. Pada Gambar 3. terlihat bahwa dari keadaan o mula-mula, suhu larutan 30 C, diperlukan waktu sekitar 644 detik (10,73 menit) untuk mencapai suhu o batas atas, yaitu 95 C. Waktu tersebut dapat dipercepat dengan meningkatkan konsentrasi larutan KOH atau dengan meningkatkan kekuatan arus listrik. Dari gambar tersebut juga terlihat bahwa ketika suhu batas atas sudah tercapai, aliran arus listrik ke reaktor terhenti (off) dan suplai arus terbuka kembali (on) ketika suhu di dalam reaktor telah mencapai batas bawah. Siklus on-off tersebut berlangsung secara periodik selama proses pemanasan berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa sistem kontrol yang digunakan telah berfungsi dengan baik.
D. Pengamatan Hasil Bubuk karagenan murni yang dihasilkan kemudian dihitung dan diukur : a. Rendemen karagenan murni (FMC Corp, 1977) Rendemen karagenan dihitung dengan persamaan : 100%
(%) =
( )
( )
x
b. Kekentalan gel (gel viscosity, FMC Corp, 1977) Pengukuran kekentalan larutan gel dilakukan dengan cara melarutkan 7.5 g bubuk karaginan murni kedalam 500 ml air hangat. Larutan kemudian dihangatkan di dalam water bath. Ketika o suhu larutan mencapai 75 C, diukur kekentalannya dengan Viscometer Brookfield DVE dalam satuan centiPoise (cP). c.
Kekuatan gel (gel strenght) Pengukuran kekuatan gel dilakukan dengan cara melarutkan 10 g bubuk karaginan murni kedalam 500ml air hangat. Larutan kemudian dipanaskan 0 di dalam water bath sampai mencapai suhu 75 C. Larutan hangat tersebut dimasukkan ke dalam pipa PVC ukuran inchi, ditutup dan didiamkan selama 12 jam. Gel yang terbentuk kemudian diukur kekuatannya dengan menggunakan texture analizer TA.XT.Plus. Kekuatan gel diukur dalam 2 satuan g/cm .
Gambar 3. Suplai arus listrik ke reaktor ohmik selama proses pemanasan larutan KOH 0,3M
Konsumsi energi listrik selama proses o pemanasan dari suhu awal (30 C) ke suhu batas atas o (95 C) sebesar 0,229 kWh dan konsumsi energi listrik untuk satu jam berikutnya (periode untuk o mempertahankan suhu pada kisaran 93-95 C) sebesar 0,08 kWh. Berdasarkan data tersebut, energi yang diperlukan oleh reaktor ohmik dengan volume 7,6 liter untuk proses pemanasan selama 3 jam adalah 0,469 kWh, (Gambar 4). Konsumsi energi ini masih dapat diturunkan dengan cara memberikan isolator panas di sekeliling reaktor sehingga
E. Analisa Hasil Analisa hasil dilakukan dengan metode multivariate analysis of variance (manova) dengan uji Pillai's Trace untuk mengetahui apakah ada 92
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia | Yogyakarta, 5-6 September 2014 kehilangan panas ke lingkungan sekitarnya dapat diperkecil.
Pada Gambar 5. dapat dilihat grafik 3D yang menghubungkan antara Rasio rumput laut - KOH dengan Waktu pemasakan terhadap rendemen karagenan murni. Kombinasi Rasio rumput laut - KOH dengan Waktu pemasakan menghasilkan rendemen karagenan murni antara 33,84 – 71,94 %. Rendemen terendah didapatkan dari kombinasi Ratio 1:50 dengan Lama pemasakan 1,5 jam, sedangkan rendemen yang tertinggi didapatkan dari kombinasi Ratio 1:50 dengan Lama pemasakan 2,5 jam. Hasil uji lanjut (post-hoc) dengan uji Tukey HSD (Honestly Significant Difference) didapatkan bahwa nilai rendemen tertinggi, yaitu 71,94 % tidak berbeda secara nyata dengan rendemen kombinasi Ratio 1:50 – 2,5 jam (61,39 %), Ratio 1:40 – 2 jam (62,91 %), Ratio 1:40 – 2,5 jam (64,82 %), Ratio 1:30 – 2,5 jam (65,35 %) dan Ratio 1:20 – 2,5 jam (59,18 %). Dengan demikian, secara statistik bahwa rendemen karagenan murni yang dihasilkan dari kombinasi Ratio 1:50 dengan Ratio 1:20 yang dimasak pada waktu yang sama, yaitu 2,5 jam tidak berbeda nyata (p = 0,1294).
Gambar 4. Konsumsi energi listrik kumulatif reaktor ohmik selama pemanasan dengan medium KOH 0,3M.
Dari pengujian fungsional tersebut menunjukkan bahwa sistem ohmik dapat berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan dengan menggunakan sistem pemanas ohmik tersebut untuk ekstraksi rumput laut, Eucheuma cottonii untuk menghasilkan karaginan murni (refined carrageenan).
b.
B. Karagenan Murni
Kekentalan Gel
Dengan menggunakan analisis multivariat faktorial (manova) didapatkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata dari pengaruh Rasio rumput laut larutan KOH dengan Waktu pemasakan terhadap Rendemen karagenan murni, Kekentalan dan Kekuatan gel. Demikian juga terdapat pengaruh yang sangat nyata dari masing-masing faktor Rasio rumput laut - larutan KOH dan Waktu pemasakan terhadap Rendemen karagenan murni, Kekentalan dan Kekuatan gel. a.
Rendemen Karagenan Murni
Gambar 6. Grafik Kombinasi Ratio E. cottonii-KOH dengan Waktu Pemasakan terhadap Kekentalan Gel Karagenan Murni.
Kekentalan (viscosity) gel karagenan murni tidak boleh kurang dari 5 cP (mPa.s), [2] dan untuk komersial berkisar antara 5 – 800 cP, [1]. Hasil percobaan yang menggunakan kombinasi Ratio rumput laut – KOH dengan waktu pemasakan menghasilkan kekentalan gel karagenan murni berkisar antara 2,42 – 9,52 cP. Kekentalan gel terendah dihasilkan dari kombinasi ratio 1:50 dengan lama pemasakan 2,5 jam dan yang tertinggi didapatkan dari kombinasi ratio 1:30 dengan lama pemasakan 1,0 jam. Nilai kekentalan tertinggi tersebut berdasarkan uji lanjut dengan uji Tukey HSD, tidak
Gambar 5. Grafik Kombinasi Ratio E. cottonii-KOH dengan Waktu Pemasakan terhadap Rendemen Karagenan Murni
93
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia | Yogyakarta, 5-6 September 2014 berbeda (p = 0,9987) dengan Ratio 1:20 dengan lama pemasakan 1,5 jam, yaitu 9,09 cP dan berbeda sangat nyata dengan kekentalan gel yang dihasilkan dari kombinasi ratio rumput laut – KOH dan waktu pemasakan yang lain. Kombinasi ratio 1:20 – 2,5 menghasilkan kekentatal gel 5,84 cP yang secara statistik tidak berbeda (p = 0,0584) dengan kombinasi Ratio 1:50 – 1,0 yang menghasilkan kekentatal gel 7,14 cP. Pada Gambar 6. dapat dilihat nilai kekentalan gel karagenan murni berdasarkan kombinasi ratio rumput laut – KOH dengan waktu pemasakan. c.
Berdasarkan kekuatan gel, kombinasi ratio 1:20 – 2,5 jam menghasilkan karagenan murni dengan 2 kekuatan gel yang tertinggi, yaitu 797,08 g/cm (CI ± 2 95 %, 773,43 – 820,73 g/cm ), walaupun rendemennya sedang, yaitu 59,18 % (CI ± 95 %, 53,80 – 64,57 %), yang secara statistik tidak berbeda nyata dengan rendemen tertinggi, yaitu 71,94 %, dan kekentalan gelnya, yaitu 5,84 cP (CI ± 95 %, 5,34 – 6,34 cP) yang masih memenuhi syarat kualitas perdagangan. Dengan demikian kombinasi ratio rumput laut – KOH 1:20 dengan lama pemasakan 2,5 jam adalah kombinasi yang optimal untuk menghasilkan karagenan murni dengan kualitas gel yang memenuhi syarat perdagangan.
Kekuatan Gel
KESIMPULAN 1. Teknologi pemanas ohmik dapat digunakan untuk ekstraksi karagenan murni dari rumput laut Euchema cottonii dengan pelarut KOH. 2. Waktu yang diperlukan larutan KOH di dalam o reaktor ohmik 7,6 liter untuk mencapai suhu 95 C o dari suhu mula-mula 30 C, kurang lebih 10 menit. 3. Energi yang diperlukan oleh reaktor ohmik untuk proses pemanasan selama 3 jam adalah 0,469 kWh. 4. Dengan menggunakan analisis multivariat faktorial (manova) didapatkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata antara ratio rumput laut - KOH dengan waktu pemasakan terhadap rendemen karagenan murni, kekentalan dan kekuatan gel karagenan. 5. Kombinasi ratio rumput laut - KOH dengan waktu pemanasan yang optimal adalah ratio 1:20 selama 2,5 jam.
Gambar 7. Grafik Kombinasi Ratio E. cottonii-KOH dengan Waktu Pemasakan terhadap Kekuatan Gel Karagenan Murni
Kekuatan gel adalah kemampuan gel untuk mengembang dan mempertahankan bentuknya ketika gel tersebut ditekan. Indikator kualitas gel untuk karagenan murni mempunyai nilai kekuatan gel 2 berkisar antara 500 – 1200 g/cm , [1]. Hasil dari percobaan yang dilakukan dengan reaktor ohmik didapatkan bahwa kekuatan gel dari kombinasi antara ratio rumput laut – KOH dengan waktu pemasakan 2 adalah berkisar antara 328,27 – 797,08 g/cm . Kekuatan gel tertinggi didapatkan dari kombinasi ratio 1:20 – 2,5 jam. Dari Gambar 7. di atas terlihat bahwa semakin lama waktu pemasakan rumput laut di dalam larutan KOH, semakin meningkat kekuatan gel dari karagenan yang dihasilkan. Sedangkan semakin besar rasio rumput laut – KOH semakin berkurang kekuatan gel dari karagenan yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA [1] Anomimous. Carrageenan : Properties and Spesifications. http://www.agargel.com.br/carrageenantec.html . Diakses 24 Juli 2014. [2] Anonimous. E 407 Carrageenan – EU Spesification. Commission Regulation (EU) no 231/2013 of 9 March 2012. CyberColloids Ltd. Carrigaline, County Cork. Ireland. 2012. [3] Anggadiredja, J. T., Zatnika, A., Purwoto, H. dan Istini, S. Rumput Laut. Jakarta : Penebar Swadaya. 2006. [4] Cho, H.-Y., Yousef, A.E., and Sastry, S.K. Growth kinetics of Lactobacillus acidophilus under Ohmic heating. Biotech. & Bioengr. 49:334–340.Sensoy, I., and Sastry, S.K. 2004a. Ohmic blanching of mushrooms. J. Food Proc. Engr. 27(1):1–15. 1996. [5] Doty, M.S. Biotechnological and Economic Approaches to Industrial Development Based on Marine Algae in Indonesia. Summ. Rep. Workshop on Marine Algae Biotechnology.
Berdasarkan rendemen karagenan murni yang dihasilkan, kombinasi ratio 1:50 – 2,5 jam menghasilkan rendemen yang tertinggi, yaitu 71,94 %, tetapi kombinasi tersebut menghasilkan kekentalan dan kekuatan gel yang masing-masing adalah 3,10 cP 2 dan 485,01 g/cm , tidak memenuhi syarat kualitas karagenan murni untuk perdagangan. 94
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia | Yogyakarta, 5-6 September 2014 National Academy Press. Washington DC. 1987. [6] Fario Untung. LPEI Kucurkan Rp70 Miliar untuk Komoditas Rumput Laut. http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/06 /03/248521/lpei-kucurkan-rp70-miliar-untukkomoditas-rumput-laut. Diakses 8 Juli 2014. [7] Kulshretha, S.A. and Sastry, S.K., Lowfrequency dielectric changes in vegetable tissues from ohmic heating. Paper presented at the 1999 IFT Annual Meeting, Chicago, IL, July 24-28, 1999. [8] Lima, M. and Sastry, S.K., The effects of ohmic heating frequency on hot air drying rate and juice yield. Journal of Food Engineering, 41: 115. 1999. [9] Loghavi, L., Sastry, S.K., and Yousef, A.E. Effect of moderate electric field on the metabolic activity and growth kinetics of Lactobacillus acidophilus. Biotechnol. & Bioengr. 98(4):872–881. 2007. [10] Marra, F., Zell, M., Lyng, J.G., Morgan, D.J. and Cronin, D.A.: Analysis of heat transfer during ohmic processing of a solid food. J. Food Eng. 91. 2009. [11] Nguyen, L.T., Choi, W., Lee, S.H. and June, S. Exploring the heating patterns of multiphase foods in a continuous flow, simultaneous microwave and ohmic combination heater. J. Food Eng. 116 (2013). [12] Salengke, S., and Sastry, S.K. Effect of Ohmic pretreatment on the drying rate of grapes and adsorption isotherm of raisins. Drying Technol. 23(3):551–564. 2005. [13] Salengke, S., and Sastry, S.K. Effects of Ohmic pretreatment on oil uptake of potato slices during frying and subsequent cooling. J. Food Proc. Engr. 30:1–12. 2007. [14] Sastry, S. K.. Overview of Ohmic Heating in Ohmic Heating in Food Processing, edited by Hosahalli S. Ramaswamy, Michele Marcotte, Sudhir Sastry, and Khalid Abdelrahim. CRC Press. Boca Raton. 2014. [15] Sensoy, I., and Sastry, S.K. Extraction using moderate electric fields. J. Food Sci. 69(1):FEP7–13. 2004. [16] Supratomo, Salengke dan Abdul Azis. Karakteristik Pemanasan Ohmic Selama Proses Alkalisasi Rumput Laut Jenis Eucheuma cottonii. Seminar Nasional Perteta 2012 Universitas Udayana. Denpasar. 2012. [17] Tuvikene, R., Truus, K., Vaher, M., Kailas, T., Martin, G., and Kersen, P. Extraction and quantification of hybrid carrageenans from the biomass of the red algae Furcellaria lumbricalis and Coccotylus truncatus. Proc. Estonian Acad. Sci. Chem. 55(1): 40-53. 2006.
[18] Wang, W.C. Ohmic heating of foods: Physical properties and applications. Ph. D. dissertation, Dept. of Food, Agricultural, and Biological Engineering, The Ohio State University, Columbus. 1995. [19] Wang, W.-C., and Sastry, S.K. Starch gelatinization in Ohmic heating. J. Food Engr. 34(3):225–242. 1997. [20] Wang, W.-C., and Sastry, S.K. Effects of thermal and electrothermal pretreatments on hot air drying rate of vegetable tissue. J. Food Proc. Engr. 23(4):299–319. 2000. [21] Wang, W.-C., and Sastry, S.K. Effects of moderate electrothermal treatments on juice yield from cellular tissue. Innovative Food Sci. Emer. Technol. 3(4):371–377. 2002. [22] Wongsa-Ngasri, P., and Sastry,S. K. Method and apparatus for peeling produce. US Patent No. 7550165. 2009.
95