PERGESERAN KATA SAPAAN DALAM BAHASA MINANGKABAU DIALEK AGAM DI KOTA MEDAN
TESIS Oleh:
RAINA ROSANTI 097009033/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011
1
PERGESERAN KATA SAPAAN DALAM BAHASA MINANGKABAU DIALEK AGAM DI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh:
RAINA ROSANTI 097009033/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011
2
: PERGESERAN KATA SAPAAN DALAM BAHASA MINANGKABAU DIALEK AGAM DI KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Raina Rosanti Nomor Induk : 097009033 Program Studi : Linguistik
Judul Tesis
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP.) Ketua
(Dr. Deliana, M.Hum.) Anggota
Ketua Program Studi
Direktur
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.)
(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Tanggal Lulus : 14 Juli 2011
3
Telah diuji pada tanggal 14 Juli 2011
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota
: Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP. : 1. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. 2. Dr. Tengku Syarfina, M.Hum. 3. Dr. Deliana, M.Hum.
4
PERNYATAAN PERGESERAN KATA SAPAAN DALAM BAHASA MINANGKABAU DIALEK AGAM DI KOTA MEDAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksisanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, 14 Juli 2011
Raina Rosanti
5
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka
apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain Dan hanya kepada Tuhan-Mu lah hendaknya kamu berharap... “ (Q.S Al Insyarah: 6 – 8)
Kugapai cita yang masih tersisa Dikala secercah sinar rembulan di selimuti awan Diantara butir-butir keringat yang masih bercucuran Akhirnya hari ini sepercik keberhasilan telah kudapati Namun perjalanan ini masih panjang
Dipersembahkan kepada kedua Orang Tuaku, Ayahanda Drs. H. Sofyan Silahiddin dan Ibunda Hj. Etty Rohaety, Suamiku Drs. Indra Fauzi, M.T dan anak—anakku Muhammad Hilman Fauzi dan Muhammad Iqbal Fauzi tercinta...Yang tiada henti-hentinya memberikan semangat, dorongan, dan do’a untuk menyelesaikan studi ini.
Dan harapan belumlah usai
Dra. Raina Rosanti, M.Hum.
6
RIWAYAT HIDUP I. Data Pribadi Nama Lengkap
: Dra. Raina Rosanti, M.Hum
Jenis Kelamin
: Wanita
Tempat/Tgl. Lahir : Bandung/10 Desember 1966 Alamat Rumah
: Jalan Pintu Air IV Perumahan Politeknik No 21 Kuala Bekala Medan - 20142
Telepon
: (061) 836 1655
HP
: 0813 7589 2659
Alamat Kantor
: Politeknik Negeri Medan, Jurusan Akuntansi Jl. Almamater No.1 Kampus USU Padang Bulan Medan
Agama
: Islam
II. Riwayat Pendidikan SD
: SD Negeri 95 Palembang Lulus Tahun 1980
SMP
: SMP Negeri 4 Palembang Lulus Tahun 1983
SMA
: SMA Xaverius 1 Bersubsidi Palembang Lulus Tahun 1986
S1
: FKIP Bahasa Inggris Universitas Sriwijaya Palembang Lulus Tahun 1991
S2
: PS Linguistik Pascasarjana USU Lulus Tahun 2011
III. Pekerjaan Dosen Politeknik Negeri Medan : Tahun 1994 sampai sekarang
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, kemurahan dan kemudahan yang telah diberikan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini dan sekaligus dapat menyelesaikan studi pada Program Studi
Linguistik Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara. Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Humaniora
pada Program Studi
Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU), yang berjudul Pergeseran Kata Sapaan dalam Bahasa Minangkabau Dialek Agam di Kota Medan. Materi yang diuraikan pada tesis ini adalah tentang pergeseran kata sapaan yang meliputi kata sapaan umum, kata sapaan dalam adat menurut kaum, kata sapaan dalam agama, dan kata sapaan jabatan. Materi ini bermanfaat untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pergeseran kata sapaan dalam bahasa Minangkabau Dialek Agam. Penulis menyadari bahwa tesis ini bukan hasil kerja penulis sendiri. Tesis ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan, dukungan, bimbingan dan sumbangan pemikiran serta kritikan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI
yang telah memberi bantuan beasiswa (BPPS).
8
2. Direktur Politeknik Negeri Medan, Ketua Jurusan dan Kepala Program Studi Perbankan dan Keuangan
Politeknik Negeri Medan yang telah memberikan
kemudahan selama penulis menjalani kuliah di Universitas Sumatera Utara. 3.
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. A.
Rahim Matondang, MSIE yang telah memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan S2 pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 4.
Ir. Nasier, Kepala Tata Usaha
Sekolah
ascasarjana Universitas Sumatera
Utara atas bantuannya. 5. Ketua Program
Studi Linguistik
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, Prof. Tengku Silvana Sinar, M.A., Ph.D. dan Sekretaris Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Dr. Nurlela, M.Hum. yang telah banyak membantu selama studi. 6.
Dr.Eddy Setia, M.Ed. TESP, Dosen Pembimbing I, yang
telah
banyak
memberikan bimbingan, masukan dan saran selama penyusunan dan penulisan tesis ini. 7. Dr. Deliana, M.Hum., Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, saran-saran dan memotivasi serta membantu dalam penyusunan dan penulisan tesis ini. 8
Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D., Dosen Penguji I dalam
ujian kolokium,
seminar hasil dan sidang atas masukan dan koreksi dalam penulisan tesis ini.
9
9.
Dr.Tengku Syarfina, M.Hum., Dosen Penguji II dalam ujian kolokium, seminar hasil dan sidang atas masukan dan kritikan dalam penulisan tesis ini.
10. Seluruh Dosen pada
Program
Studi
Linguistik Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara. 11. Orang Tua, Mertua, Suami
beserta Anak-anak, dan
Saudara-saudara penulis,
terima kasih atas dukungan dan kasih sayang serta do’a yang telah diberikan selama ini. 12. Rekan-rekan Angkatan 2009 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk semua bantuan selama menuntut ilmu bersama-sama. 13 Semua pihak yang telah banyak membantu menyelesaikan tesis ini, termasuk dalam pengisian kuesioner selama penulisan tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas kemurahan hati yang telah ikhlas membantu dalam penyusunan tesis ini, semoga bermanfaat dan menjadi amal ibadah bagi kita semua, Amin.
Medan, 14 Juli 2011 Penulis
RAINA ROSANTI
10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................
iv
DAFTAR TABEL..........................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN...............................................................
xiv
ABSTRAK .................................................................................. ABSTRACT.....................................................................................
xv xvi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………
1
1.1
Latar Belakang……………………………………..
1
1.2
Identifikasi Masalah.................................................
2
1.3
Rumusan Masalah Penelitian…………………........
3
1.4
Tujuan Penelitian…………………………………
3
1.5
Manfaat Penelitian…………………………………
3
1.5.1 Manfaat Teoretis…………………………………
4
1.5.2 Manfaat Praktis……………………………………
4
BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................
5
2.1
Pendahuluan............................................................
5
2.2
Sosiolinguistik.........................................................
6
11
2.3
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah dalam Masyarakat Indonesia………………
9
2.4
Sejarah Singkat Bahasa Minangkabau……………
10
2.5
Pemilihan Bahasa…………………………………
12
2.6
Pengertian Sistem Sapaan…………………………
13
2.6.1 Sistem Sapaan dalam Bahasa Minangkabau………
14
2.6.2 Sistem Sapaan dalam Bahasa Minangkabau Dialek
2.7
Agam.......................................................................
15
Pengertian Istilah Kekerabatan…………………
20
2.7.1 Istilah Kekerabatan dalam Bahasa Minangkabau Dialek Agam .........................................…...........
22
Pengertian Pergeseran Bahasa…............................
23
2.8.1 Konsep Pergeseran Bahasa......................................
23
2.8.2 Kerangka Konseptual………………………………
32
2.8.2.1 Konsep Pemilihan Bahasa......................................
32
2.8.2.2 Konsep Kata Sapaan dalam BMA..........................
33
2.8.2.3 Konsep Pergeseran Bahasa....................................
33
2.8
Penelitian Terdahulu………………………………
34
BAB III METODE PENELITIAN………………………...........
36
2.9
3.1
Pendekatan, Rancangan, dan Langkah-langkah Penelitian
12
36
3.1.1
Pendekatan Penelitian..................................................
36
3.1.2
Rancangan dan Langkah-langkah Penelitian.................
37
3.2
Lokasi Penelitian…………………………………….
39
3.3
Data dan Sumber Data..................................................
39
3.3.1
Sumber Data Primer....................................................
39
3.3.2
Sumber Data Sekunder...............................................
40
3.4
Teknik Pengumpulan Data............................................
41
3.4.1 Wawancara dan Observasi Pengamatan........................
41
3.4.2 Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data.........................
41
3.5
Teknik Pengujian Keabsahan Data………………….....
41
3.6
Analisis Data............................................................... ...
42
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN ................................................................
47
4.1 Paparan Data ...................................................
47
4.1.1 Identitas Sosial Informan........................................
47
4.1.1.1 Jumlah Informan Berdasarkan Jenis Pendidikan...
47
4.1.1.2 Jumlah Informan Berdasarkan Jenis Pekerjaan....
48
4.1.1.3 Pengelompokkan Informan Berdasarkan Penghasilan
50
4.1.1.4 Jumlah Pemakaian Bahasa Berdasarkan Ranah...
51
4.1.1.4.1 Ranah Rumah...................................................
51
4.1.1.4.2 Ranah Masyarakat...........................................
53
13
4.2 Temuan Penelitian..................................................
54
BAB V PEMBAHASAN PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN .................................................. 5.1
61
Pembahasan Temuan Penelitian Berdasarkan Pergeseran Kata Sapaan ..........................................
61
5.2 Pembahasan Temuan Penelitian Berdasarkan Faktor-faktor Penyebab Pergeseran Kata Sapaan untuk Masing-masing Keluarga informan...............................................................
70
5.2.1 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga I
70
5.2.2 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga II .....
73
5.2.3 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga III
75
5.2.4 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga IV..
78
5.2.5 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga V..
81
5.2.6 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga VI..
83
5.2.7 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga VII..
85
5.2.8 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga VIII.
87
5.2.9 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga IX..
89
5.2.10 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Informal.........
14
93
5.2.11 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan.......................................
..
100
5.2.12 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Penghasilan...................................... ..
110
5.2.13 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Ranah Rumah ..................................................
118
5.2.14 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Ranah Masyarakat .................................................. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN..............................................
126 135
6.1 Simpulan............................................................................
135
6.2 Saran...............................................................................
135
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………. ....
137
LAMPIRAN 1. PEDOMAN WAWANCARA ....................................
141
2. HASIL WAWANCARA ............................................
150
15
DAFTAR TABEL
Tabel
Judul
Halaman
Kata Sapaan Umum dalam BI dan BMA Kata Sapaan Adat Menurut Kaum dalam BI dan BMA Kata Sapaan dalam Agama dalam BI dan BMA Kata Sapaan dalam Jabatan dalam BI dan BMA Kata Sapaan Umum Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Kata Sapaan dalam Agama Kata Sapaan dalam Jabatan Jumlah Informan Berdasarkan Pendidikan Jumlah Informan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jumlah Informan Berdasarkan Penghasilan Bahasa yang Digunakan dalam Ranah Rumah Bahasa yang Digunakan dalam Ranah Masyarakat Pergeseran Kata Sapaan Umum Pergeseran Kata Sapaan Adat Pergeseran Kata Sapaan Agama Pergeseran Kata Sapaan Kata Jabatan Pergeseran Kata Sapaan Umum Pergeseran Kata Sapaan Adat Pergeseran Kata Sapaan Agama Pergeseran Kata Sapaan Kata Jabatan Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Umum Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 5.8 Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 5.9 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Adat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 5.10 Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 5.11 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Agama Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 5.12 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 5.13 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 5.14 Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 5.15 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Umum Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7
16
17 18 19 19 44 45 45 46 48 49 50 52 53 55 56 58 59 61 63 65 67 70 93 93 94 95 96 96 98 98 100 101
Tabel 5.16 Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 5.17 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Adat Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 5.18 Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 5.19 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Agama Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 5.20 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 5.21 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 5.22 Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Penghasilan Tabel 5.23 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Penghasilan Tabel 5.24 Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Penghasilan Tabel 5.25 Rata-rata Pregeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Penghasilan Tabel 5.26 Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Penghasilan Tabel 5.27 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Penghasilan Tabel 5.28 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Penghasilan Tabel 5.29 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Penghasilan Tabel 5.30 Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Ranah Rumah Tabel 5.31 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Ranah Rumah Tabel 5.32 Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Ranah Rumah Tabel 5.33 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Ranah Rumah Tabel 5.34 Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Ranah Rumah Tabel 5.35 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Ranah Rumah Tabel 5.36 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Ranah Rumah Tabel 5.37 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Ranah Rumah Tabel 5.38 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Ranah Rumah Masyarakat Tabel 5.39 Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Ranah Masyarakat Tabel 5.40 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Ranah Masyarakat Tabel 5.41 Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Ranah Masyarakat Tabel 5.42 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Ranah Masyarakat Tabel 5.43 Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Ranah
17
104 104 106 106 108 108 110 111 112 113 114 114 116 116 118 119 120 120 122 122 124 124 125 127 127 128 129
Masyarakat
130
Tabel 5.44 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Ranah Masyarakat Tabel 5.45 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Ranah Masyarakat Tabel 5.46 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Ranah Masyarakat Tabel 5.47 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Ranah Masyarakat
18
133 132 132 133
DAFTAR GAMBAR
NO.
JUDUL
HALAMAN
Gambar 4.1 Grafik Tingkat Pendidikan Informan Gambar 4.2 Grafik Jenis Pekerjaan Informan Gambar 4.3 Grafik Kelompok Penghasilan Informan Gambar 4.4 Grafik Data Pergeseran Kata Sapaan Umum Gambar 4.5 Grafik Data Pergeseran Kata Sapaan Adat Gambar 4.6 Grafik Data Pergeseran Kata dalam Agama Gambar 4.7 Grafik Data Pergeseran Kata dalam Jabatan
19
48 49 51 55 57 58 60
DAFTAR LAMPIRAN
NOMOR
JUDUL
HALAMAN LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA
141
LAMPIRAN 2
HASIL WAWANCARA
150
20
DAFTAR SINGKATAN
BA
= Bahasa Asing
BD
= Bahasa Daerah
BI
= Bahasa Indonesia
BM
= Bahasa Minangkabau
BMA
= Bahasa Minangkabau Dialek Agam
21
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Pergeseran Kata Sapaan dalam Bahasa Minangkabau Dialek Agam di Kota Medan, dan dilatarbelakangi karena terjadinya pergeseran kata sapaan dalam bahasa Minangkabau dialek Agam (BMA) di Kota Medan. Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan kata sapaan dalam BMA yang mengalami pergeseran, dan (2) mendeskripsikan faktor-faktor penyebab pergeseran kata sapaan dalam BMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan mengadaptasi teori Miles dan Huberman. Sumber data informan diperoleh dari empat (4) anak laki-laki dan lima (5) anak perempuan dari sembilan keluarga asli Agam perantauan Medan. Hasil yang diperoleh setelah data dianalisis adalah: (1) kata sapaan yang mengalami pergeseran dalam BMA yang tertinggi adalah kata sapaan dalam adat menurut kaum, kedua kata sapaan dalam agama, ketiga kata sapaan umum, dan yang terendah kata sapaan jabatan, dan (2) faktor-faktor yang menyebabkan kata sapaan tersebut mengalami pergeseran adalah prestise, urbanisasi, peralihan antargenerasi, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, dan variasi pemakaian bahasa.
Kata Kunci: Pergeseran, Kata Sapaan, Bahasa Minangkabau Dialek Agam
22
ABSTRACT This study is entitled The Shifts of Addressing Words in Minangkabau Language Agam Dialect (BMA) in Medan. It is based on shifts of addressing words occured in local dialect. The objectives of this study are (1) to describe the addressing words in BMA having shift, and (2) to describe the factors causing the shifts on addressing words in that local dialect. This study adapted qualitative descriptive method using Miles and Huberman theories. Informan data are taken from four (4) sons and five (5) daughters of original Agam families who have migrated to Medan. The results show: (1) the highest shift of the addressing words in BMA is addressing words in cultural practices based on local community, in religion matters, in general communication, however the lowest shift of addressing words is in profession. The addressing words shifted are prestige, urbanization, inter-generations shift, educational level, types of profession, income rates, and varities of language use. Keywords: Shifts, Addressing Words, Minangkabau Language Agam Dialect
23
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Minang merupakan salah satu Bahasa Daerah yang hidup dan berasal dari rumpun Austronesia (Salzner, 1960 dalam Keraf, 1984:209), bahasa ini tumbuh dan berkembang di Provinsi Sumatera Barat. Akibat kebiasaan merantau dalam masyarakat Minangkabau, para perantaunya di Kota Medan ditemukan bahwa terjadi pergeseran kata sapaan mamak, etek menjadi oom, tante. Sebagaimana lazimnya dalam adat Minangkabau semua saudara laki-laki dan adik perempuan dari pihak ibu dipanggil dengan kata sapaan mamak dan etek. Tetapi sekarang yang berkembang terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar lebih suka bila dipanggil dengan sapaan oom, tante daripada mamak, etek. Begitu juga dalam adat dinyatakan bahwa panggilan untuk kata sapaan saudara perempuan dari pihak bapak yang lebih tua maktuo dan yang lebih muda etek; dalam adat Minangkabau mereka dinyatakan sebagai bako - yang dari sistem kekerabatannya kurang dekat atau akrab. Karena hal itu mereka yang di perantauan mengubah kata sapaannya menjadi mama atau ibu diikuti dengan nama panggilan kecilnya untuk membedakan kata sapaan kepada ibu kandung bila disapa dengan mama atau ibu. Pergeseran ini juga terjadi dalam bahasa Minangkabau dialek Agam (yang selanjutnya disebut dengan BMA); dalam BMA dahulu orang menyapa orang tua laki-
24
lakinya dengan apa(k), sekarang umumnya mereka menyapa dengan papa, begitu juga terhadap orang tua perempuan kini mereka menyapa dengan mama, mami, bunda, umi yang pada masa lampau disapa dengan biyai. Penelitian bahasa Minangkabau (selanjutnya disebut dengan BM) mengenai kata sapaan secara khusus perdialek sudah pernah dilakukan, khususnya untuk dialek Pariaman dan sebagaimana diketahui dialek Agam merupakan dialek standar BM (Ayub dkk.,1993:18). Terjadinya pergeseran-pergeseran inilah dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut kata-kata sapaan apa sajakah yang mengalami pergeseran dengan mengambil judul “Pergeseran Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Dialek Agam di Kota Medan”.
1.2 Identifikasi Masalah Faktor penutur bahasa menentukan keberadaan suatu bahasa di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Hal ini bertalian dengan keberadaan BM amat bergantung kepada penuturnya, yang berbahasa ibu BM, di dalam berkomunikasi sehari-hari. Para penutur BM suka tidak suka harus berhubungan dengan penutur bahasa yang lain, seperti bahasa Jawa, bahasa Karo, bahasa Batak, bahasa- bahasa lainnya. Berdasarkan gejala kebahasaan tersebut akan dijumpai
pergeseran dan
perubahan bentuk komunikasi antar para penutur pengguna bahasa tersebut. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah tentang “ Pergeseran kata sapaan
25
umum, kata sapaan adat, kata sapaan dalam agama dan kata sapaan jabatan dari aslinya di daerah Agam dengan mereka yang merantau di Kota Medan”.
1.3 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan paparan terdahulu dapat disimpulkan bahwa masalah-masalah yang berhubungan dengan pergeseran kata sapaan dalam bahasa Minangkabau dialek Agam di Kota Medan dirumuskan sebagai berikut. (1) Kata sapaan apakah yang mengalami pergeseran dalam BMA? (2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan
kata sapaan tersebut mengalami
pergeseran?
1.4 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan masalah-masalah yang telah dipaparkan terdahulu tujuan penelitian adalah: (1) mendeskripsikan kata sapaan dalam BMA yang mengalami pergeseran, dan (2) mendeskripsikan faktor-faktor penyebab pergeseran kata sapaan dalam BMA.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat tulisan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu manfaat teoretis dan praktis; secara rinci dijabarkan di bawah ini. 1.5.1 Manfaat Teoretis
26
Diharapkan temuan penelitian ini a. memperkaya kajian sosiolinguistik, dan linguistik umumnya; b. bermanfaat bagi masyarakat Minangkabau dalam melestarikan budaya Minangkabau; c. dijadikan sumber acuan bagi para penulis terhadap tulisan sosiolinguistik selanjutnya, dan d. memotivasi peneliti lainnya yang tertarik meneliti BM umumnya dan BMA khususnya. 1.5.2 Manfaat Praktis Temuan penelitian ini diharapkan a. dijadikan materi muatan lokal BM terkait sosiologi BM, terutama yang bertalian dengan kata sapaan dalam BMA, dan b. dijadikan materi dalam pembuatan kamus, kamus istilah, thesaurus BM, dan lain-lain.
27
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan Bahasa Daerah (selanjutnya disebut BD) sebagai bahasa yang digunakan di wilayah Nusantara menurut Politik Bahasa Nasional berfungsi sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional dan oleh sebab itu dilindungi oleh negara, sesuai dengan bunyi Penjelasan Pasal 36, Bab XV, UUD 1945. Satu di antara bahasa daerah yang terdapat di Indonesia adalah bahasa Minangkabau (selanjutnya disebut BM). Berdasarkan kedudukan dan fungsi BD yang penting seperti yang termaktub dalam Politik Bahasa Nasional serta pengaruh BA yang dapat mendesak kedudukan BD, sudah sepantasnya BD dibina dan dikembangkan. Pembinaan dan pengembangan tersebut dapat dilaksanakan dengan berbagai cara diantaranya melalui inventarisasi dan penelitian-penelitian bahasa (Ayub dkk., 1993:2). Bahasa dan penggunaan bahasa mencakup kegiatan manusia secara keseluruhan, baik yang bersifat ilmiah maupun
yang nonilmiah dalam kehidupan sehari-hari
umumnya. Bahasa juga berada dalam proses pergeseran (perubahan). Pergeseran itu meliputi bidang fonologi, gramatikal, dan kosa katanya (Hockett, 1965:9 dalam Supriyanto dkk., 1986:1).
Pergeseran itu disebabkan oleh pengaruh timbal-balik
antara bahasa dan dinamika masyarakat, antara bahasa dan mobilitas bangsa. Interaksi dalam sebuah kelompok kecil berbahasa, ikut berperan sertanya kelompok yang lebih
28
besar dalam berbahasa, penggunaan bahasa pada umumnya, penilaian terhadap bahasa, penyimpangan terhadap bahasa, variasi berbahasa secara regional, sosial, secara etnis dan fungsional, secara agama, dan pembinaan serta politik bahasa secara nasional dan politis, termasuk dalam bidang kerja penelitian sosiolinguistik yang menarik (Parera, 1965:21 dalam Supriyanto dkk., 1986:1). Secara umum orang Minangkabau dahulu
dalam menyapa orang tua laki-
lakinya dengan apa(k), buya, tetapi pada masa kini mereka memilih menyapa dengan papa, papi, abih,; begitu juga terhadap orang tua perempuan mereka tidak lagi menyapa dengan biyai, anduang, mandeh, tetapi menyapa dengan kata sapaan mama, mami, ibu, bunda, umi. Pergeseran kata sapaan ini tidak hanya untuk kedua kata sapaan ini saja tetapi juga kata sapaan lainnya. Sebagaimana diketahui dahulu dalam masyarakat Minangkabau anak laki-laki bila disapa cukup dengan (bu)yuang dan anak perempuan dengan (u)piak, tetapi sekarang mereka dipanggil dengan nama kecilnya (Moussay, 1998:187) .
2.2 Sosiolinguistik Sosiolinguistik membahas keterkaitan antara bahasa dan masyarakat, yang dapat dikaji secara terpisah, yakni struktur formal bahasa oleh linguistik dan struktur masyarakat
oleh
Sosiologi
(Wardhaugh,
1988;
Holmes,
1993:1).
Istilah
Sosiolinguistik itu sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Haver C Curie pada tahun
29
1952 dalam Dittmar (1978:27) dinyatakan perlu adanya kajian perihal hubungan antara perilaku ujaran dengan status sosial. Bahasa dalam kajian Sosiolinguistik didekati sebagai sarana interaksi di dalam masyarakat. Dengan kata lain Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin sosiologi dan linguistik. Jadi sosiolinguistik dapat diartikan ilmu yang membahas bahasa bertalian dengan penutur bahasa tersebut selaku anggota masyarakat. Sosiolinguistik selaku ilmu antardisiplin memiliki pokok bahasan yang amat luas. Nababan menyatakan (1984:3)
ada tiga masalah pokok yang dianalisis
sosiolinguistik, yakni (a) masalah bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan; (b) masalah hubungan faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri dan ragam bahasa
dengan
situasi serta faktor-faktor sosial dan budaya; (c) masalah fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa dalam masyarakat. Selanjutnya berdasarkan ketiga masalah tersebut di atas Nababan menjabarkan beragam topik yang dapat dianalisis dalam Sosiolinguistik, seperti: (1) bahasa, dialek, idiolek dan ragam bahasa; (2) repertoar bahasa; (3)
masyarakat bahasa; (4)
kedwibahasaan dan kegandabahasaan; (5) fungsi kemasyarakatan bahasa dan profil Sosiolinguistik; (6) penggunaan bahasa (etnografi berbahasa); (7) sikap bahasa; (8) perencanaan bahasa; (9) interaksi Sosiolinguistik; dan (10) bahasa dan kebudayaan. Tidak seperti titik perhatian kajian linguistik umum lainnya, yakni bahasa, sosiolinguistik tidak mengkaji bahasanya melainkan memberi perhatian pada aspekaspek yang di luar bahasa tersebut, tetapi masih terkait dengan persoalan bahasa,
30
sebagai contoh sikap suatu kelompok orang terhadap bahasa tertentu, atau fungsi dialek tertentu untuk keperluan tertentu. Jadi dalam hal ini sosiolinguistik digunakan sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat yang terefleksi dalam segala kegiatan di dalam masyarakat tersebut seperti upacara perkawinan, seni budaya, pemberian nama pada bayi yang baru lahir, dan lain sebagainya. Semua upacara tersebut tentu saja tidak terlepas dari pemakaian bahasa. Dapat disimpulkan bahwa Sosiolinguistik terkait erat dengan pemakaian bahasa yang sebenarnya. Dirumuskannya tujuh dimensi dalam penelitian Sosiolinguistik pada Konferensi Sosiolinguistik pertama yang dilaksanakan di University of California Los Angeles tahun 1994 dalam Chaer dan Agustina (1995:7), yaitu: (1) identitas sosial penutur; (2) identitas sosial pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi; (3) lingkungan sosial tempat tutur terjadi, (4) analisis sinkronik dan diakronik dialek-dialek sosial; (5) penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran; (6) tingkatan variasi dan ragam linguistik; dan
(7)
penerapan praktis penelitian
sosiolinguistik. Sehubungan dengan bidang kajian Sosiolinguistik di atas penelitian pergeseran kata sapaan BMA terkait tiga dimensi masalah dalam Sosiolinguistik. Identitas sosial penutur
mendeskripsikan
mendeskripsikan
orang
orang yang yang
disapa
menyapa, dan
lingkungan
mendeskripsikan pemakaian bahasa dalam masyarakat.
31
identitas
sosial
tempat
pendengar
tutur
terjadi
2.3
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah dalam Masyarakat Indonesia Bangsa Indonesia (selanjutnya disebut BI) adalah masyarakat pengguna dua
bahasa atau lebih. Medan selaku ibukota Provinsi Sumatera Utara didiami beragam etnis dengan beragan budaya dan bahasa. Meskipun beragam budaya dan bahasa, BI dipakai sebagai alat komunikasi antarkelompok etnis yang beragam tersebut dan bahasa daerah memiliki kedudukan dan fungsi yang beragan pula dalam masyarakat Indonesia. Menurut Gunarwan (2000:63) BD berfungsi sebagai bahasa intrasuku, bukan bahasa antarsuku. Ini bermakna bahwa pada tingkat daerah BD mempunyai fungsi pemersatu para anggota suku dan sekaligus ia pemisah suku itu dari suku-suku yang lain, yang menggunakan BD-BD yang lain. Berdasarkan hasil seminar Politik Bahasa Indonesia, BI memiliki fungsi selaku bahasa nasional dan negara, dan bahasa seperti BM berlaku sebagai BD. Dampaknya adalah kedua bahasa ini diterima oleh masyarakat daerah di Indonesia sebagai dua bahasa yang mampu berdampingan dan saling mengisi dalam peri kehidupan mereka. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa BI dan BD mempunyai fungsi dan kedudukan yang berlainan di dalam masyarakat Indonesia. BD meliputi bidang kehidupan sehari-hari dalam ranah keluarga sementara BI dalam ranah kehidupan resmi. Bertalian dengan penjelasan – perjelasan tersebut
32
akan diteliti apakah BI memiliki fungsi dan kedudukan khusus bagi penutur BMA di Kota Medan sehingga menyebabkan pergeseran kata sapaan dalam BMA.
2.4 Sejarah Singkat Bahasa Minangkabau Bahasa Minangkabau adalah satu di antara sepuluh besar bahasa-bahasa daerah yang tumbuh dan berkembang di Indonesia (Ayub dkk.,1993:13). Di wilayah Provinsi Sumatera Barat BM merupakan bahasa pertama (bahasa ibu). Di samping itu merupakan alat komunikasi antaranggota keluarga dan masyarakat dan juga alat pendukung kebudayaan daerah. Atau dengan kata lain BM menempati posisi sebagai bahasa daerah yang berfungsi: (a) sebagai lambang kebangsaan daerah Sumatera Barat dan pendukung perkembangan kebudayaan Minangkabau; (b) sebagai lambang identitas daerah Sumatera Barat dan masyarakat Minangkabau sebagai satu suku bangsa di Indonesia; (c) sebagai alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat dalam komunikasi lisan; juga komunikasi lisan antaretnis di Sumatera Barat. Dalam hubungannya dengan BI, BM berfungsi: (a) sebagai bahasa pengantar pada tingkat permulaan di Sekolah Dasar untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain; (b) sekaligus berfungsi sebagai alat pendukung pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional; dan (c) sebagai alat untuk pengembangan serta pendukung kebudayaan nasional di daerah Sumatera Barat (Ayub dkk.,1993:1314).
33
Dari apa yang telah dipaparkan di atas, ini menunjukkan bahwa BM memiliki kedudukan dan fungsi sebagai satu diantara beberapa bahasa daerah yang penting di kawasan nusantara. Hal ini didasari oleh: (1) jumlah penuturnya; (2) luas penyebarannya; dan (3) peranannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan budaya yang dianggap bernilai (Ayub dkk., 1993:14). Andai jumlah penuturnya dijadikan ukuran, maka BM berhubungan erat dengan jumlah penduduk di Sumatera Barat dan perantau Minangkabau. Naim (1975) dalam Ayub dkk. (1993:14) menyatakan dalam penelitiannya memprediksi perantau Minangkabau di luar Sumatera Barat setara dengan jumlah penduduk Minangkabau. Secara tradisional, Ranah Minangkabau dahulu mulai dari Sungai Kampar di sebelah timur, dan masuk jauh ke pedalaman, di sepanjang Sungai Indragiri dan Sungai Batang Hari, di sebelah tenggara. Di sebelah selatan, mulai dari Kerinci hingga Bengkulu. Pada masa kini, dapat dinyatakan BM dipakai sampai Padang Sidempuan; tempat bermulanya bahasa Batak ke arah utara. Di sebelah timur sampai Bangkinang dan Kuantan, yang berbatasan dengan wilayah bahasa Melayu Riau. Gunung Kerinci dan gunung Seblat merupakan batas dengan wilayah bahasa Kerinci dan bahasa Rejang Lebong (Moussay, 1998:9). Hal ini menunjukkan bahwa BM berfungsi secara penuh sebagai BD, yaitu sebagai sarana komunikasi lisan antara suku Minangkabau. Menurut Ayub dkk. (1993:13-14) fungsi BM sebagai bahasa daerah, yaitu antara lain menyatakan rasa intim dan rasa hormat, lebih dapat memudahkan berkomunikasi dengan lawan bicara.
34
Daerah BM terbagi atas dua bagian, yaitu bagian darat dan rantau. Bagian darat sebagai pemukiman tertua suku bangsa Minangkabau, dan daerah rantau sebagai pemukiman baru. Daerah darat terdiri atas tiga luhak (wilayah), yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota. Dan daerah rantau merupakan daerah-daerah pesisir pantai barat dan timur Sumatera yang merupakan perluasan dari daerah Minangkabau. Berdasarkan pembagian wilayah tersebut, secara tradisional BM dikelompokkan menjadi empat macam dialek: dialek Tanah Datar, Lima Puluh Kota, Agam dan Pasisir (Moussay, 1998:21-22).
2.5 Pemilihan Bahasa Menurut Fasold (1984:180) hal pertama yang terbayang bila memikirkan bahasa adalah merupakan bahasa secara keseluruhan (whole language). Maknanya yang terbayangkan oleh seseorang dalam masyarakat bilingual atau multilingual berbicara dengan memakai dua bahasa atau lebih dan harus memilih yang mana harus dipakai. Dalam pemilihan bahasa, terdapat tiga jenis pilihan: (1) dengan alih kode (code switching) yaitu memakai suatu bahasa pada suatu domain dan memakai bahasa lain pada domain yang lain; (2) dengan campur kode (code mixing), yakni memakai satu bahasa tertentu dengan dicampuri serpihan-serpihan bahasa lain; dan (3) dengan memakai suatu variasi dalam satu bahasa (variation within the same language).
35
Menurut Fishman (dalam Chaer dan Agustina, 1995:204) untuk menelaah pemilihan bahasa dapat dilaksanakan dengan memakai konteks institutional tertentu yang disebut
dengan domain, yang di dalamnya menunjukkan kecenderungan
menggunakan satu variasi tertentu daripada variasi lain. Domain dipandang sebagai konstelasi faktor-faktor seperti
lokasi, topik, dan partisipan, seperti keluarga,
tetangga, teman, transaksi, pemerintahan, pendidikan, dsb. Misalnya jika seorang penutur berbicara dalam lingkungan keluarga maka dikatakan berada dalam domain keluarga. Analisis domain ini biasanya terkait dengan analisis diglosia, sebab ada domain yang formal dan domain yang tidak formal. Di masyarakat yang diglosia untuk domain yang tidak formal dapat digunakan bahasa ragam
rendah (low
language), sedangkan dalam domain yang formal dipakai bahasa ragam tinggi (high language). Maka pemilihan satu bahasa atau ragam bahasa tergantung domainnya.
2.6 Pengertian Sistem Sapaan Sistem sapaan (address system) yang ada di dalam suatu masyarakat terkait pada bentuk hubungan orang menyapa dengan orang yang disapa. Kridalaksana (2008:224) mendefinisikan sistem sapaan adalah sistem yang mengikat unsur-unsur bahasa yang menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam berkomunikasi dengan bahasa. Misalnya dalam BI kata-kata seperti engkau, anda, saudara, dan sebagainya merupakan unsur-unsur sistem sapaan.
36
Menurut Fasold (1993:1) Address forms are the speakers use to designate the person they are talking to while they are talking to them. In most language, there are two main kinds of address forms: names and second person pronouns. (Bentukbentuk kata sapaan adalah merupakan pembicara menggunakan kata –kata sapaan untuk menyapa kepada orang yang sedang diajak berbicara. Dalam menyapa dikenali ada dua cara yang dapat digunakan kepada lawan bicara, yaitu dengan nama dan kata ganti orang kedua. Dengan kata lain dapat digunakan nama pertama atau gelar maupun nama belakangnya) (terjemahan penulis). Sapaan adalah cara mengacu seseorang di dalam interaksi linguistik yang dilakukan secara langsung (Crystal, 1991:7). Menurut Kridaklasana (1974:14), semua bahasa mempunyai bahasa tutur, yakni sistem yang mempertautkan seperangkat katakata atau ungkapan yang dipakai untuk menyapa para pelaku dalam suatu peristiwa. Crystal (1991:7) memberikan batasan perihal kata sapaan; yaitu dianalisisnya tipe-tipe partisipan dan dibedakan berdasarkan situasi sosial dan kaidah-kaidah untuk menjabarkan penulisan pemakaian istilah yang dilakukan oleh si pembicara, sebagai contoh pemakaian nama pertama, gelar, dan pronomina. Brown dan Ford dalam tulisannya yang berjudul Address in American English dalam Lever dan Hutcheson (1972:120) menyatakan bahwa dalam berkomunikasi orang memakai pilihan bentuk linguistik menurut tingkat keeratan hubungan antara pembicara dan mitra bicara. Mereka menjumpai kaidah sapaan seperti pilihan nama pertama (first name) yang sifatnya resiprokal atau gelar dan nama terakhir (title and
37
last name). Resiprokal hubungan nonsimetris didapati jika terjadi perbedaan usia atau pangkat dalam jabatan. 2.6.1 Sistem Sapaan dalam Bahasa Minangkabau Sapaan yang berlaku di Minangkabau kalau dilihat dari segi pemakaiannya dapat dibagi menjadi sapaan umum, sapaan adat, sapaan agama, dan sapaan jabatan (Ayub dkk., 1984:10). Pemakaian jenis kata sapaan umum berkaitan dengan hubungan tidak resmi, baik di dalam kerabat maupun dengan orang lain di luar kerabat. Sapaan adat berkaitan dengan gelar adat dalam perkembangan adat Minangkabau yang diwariskan menurut garis keturunan ibu. Orang yang memakai gelar adat biasanya disapa menurut gelarnya sebagaimana pepatah mengatakan ketek banamo, gadang bagala ’kecil diberi nama, besar diberi gelar’. Sistem sapaan mencerminkan sistem sosial budaya masyarakat Minangkabau yang berlandaskan adat dan syarak. Hal ini tercermin dalam pepatah Minangkabau yang berbunyi syarak mangato adat memakai artinya syarak mengatakan dan adat memakai. Misalnya seorang yang menjabat penghulu (kepala kaum) di Minangkabau dipanggil datuak dan bukan dipanggil namanya (Amir M.S., 2007). 2.6.2 Sistem Sapaan dalam Bahasa Minangkabau Dialek Agam Kabupaten Agam merupakan satu di antara beberapa daerah di Sumatera Barat. Ada dua pemahaman perihal daerah Agam, yaitu wilayah Agam berdasarkan administrasi dan wilayah Agam berdasarkan kebudayaan Minangkabau. Wilayah Agam berdasarkan administrasi mencakupi wilayah luhak Agam ditambah sebagian
38
wilayah Pariaman (Tiku dan Lubuk Sikaping). Sedangkan wilayah Agam berdasarkan kebudayaan mencakupi wilayah luhak Agam saja (Syafyahya dkk., 2000:7). Kata sapaan yang akan dijabarkan berikut ini merupakan kata sapaan yang dipakai di wilayah Agam berdasarkan kebudayaan (Luhak Agam). Di Kabupaten Agam, di samping berlaku gelar adat seperti di daerah lainnya di Minangkabau- gelar adat yang diperoleh dari garis keturunan ibu yang akhirnya dapat membuat si pemilik gelar diangkat menjadi kepala suku dalam kaumnya atau diangkat selaku penghulu,
juga terdapat gelar adat yang diperoleh dari pihak ayah yang
diturunkan kepada anak-anak lelakinya pada saat akan dilangsungkan pernikahan yang diberikan oleh pihak bakonya--saudara perempuan ayahnya. Sebagai contoh dalam BMA nama Syaifuddin disapa Udin atau gelarnya Sutan Bandaro – gelar yang diperolehnya dari bako (keluarga ayah karena telah menikah), dan sebagainya (Moussay, 1998:191-192). Kata sapaan di wilayah Agam bisa dibagi atas dua sapaan, yaitu kata sapaan kekerabatan dan kata sapaan nonkekerabatan. Kata sapaan kekerabatan merupakan pertalian langsung
atau tidak langsung dan cara pemakaian kata sapaan pada
umumnya. Sementara kata sapaan nonkekerabatan meliputi, yaitu (1) kata sapaan bidang agama, (2) kata sapaan bidang adat, dan (3) kata sapaan jabatan. Kata sapaan bidang agama merupakan kata sapaan yang dipakai untuk menyapa orang yang terlibat dan bekerja dalam bidang agama; hal ini menyangkut pengetahuan
39
seseorang perihal agama Islam khususnya. Kata sapaan bidang adat merupakan kata sapaan yang dipakai untuk menyapa orang yang menduduki jabatan dalam adat. Pemakaian kata sapaan ini sesuai jabatan yang bersangkutan dalam adat tersebut. Sementara kata sapaan umum dipakai untuk menyapa orang lain. Pemakaian kata sapaan ini ditentukan oleh usia, pekerjaan, dan status sosial (Syafyahya dkk., 2000: 12-13). Berikut ini diberikan panduan untuk keempat kata sapaan tersebut, yaitu kata sapaan umum, kata sapaan adat menurut kaum, kata sapaan dalam agama, dan kata sapaan dalam jabatan dalam BI dan BMA.
40
Tabel 2.1 Kata Sapaan Umum dalam BI dan BMA Jenis Kata Sapaan dalam BI
Jenis Kata Sapaan dalam BMA
1. Panggilan terhadap Ibu kandung Ibu
inyiak (uci), nenek, enek, amai gaek
2. Panggilan terhadap Ibu kandung
biyai, (a)mak, amai, uwai
3. Panggilan terhadap kakak Perempuan Ibu 4. Panggilan terhadap adik Perempuan Ibu
maktuo, mak adang, mak angah Etek
5. Panggilan terhadap kakak dan adik laki- mak dang, mak etek laki Ibu 6. Panggilan terhadap Ayah kandung abak, abah, ayah, (a)pa, apak, buya 7. Panggilan terhadap Kakak dan Adik Laki-laki Ayah Kandung 8. Panggilan kakak dan Adik Perempuan Ayah 9. Panggilan terhadap Kakak Laki-laki Kandung 10. Panggilan terhadap Adik Laki-laki Kandung 11. Panggilan terhadap Kakak Perempuan Kandung Panggilan terhadap Adik Perempuan Kandung 13. Panggilan terhadap Istri
pak tuo, pak dang, pak angah, pak etek mak tuo,etek
14. Panggilan terhadap Suami
tuan, uda, gelarnya, apaknyo
15. Panggilan terhadap Anak Kandung Laki-laki 16. Panggilan terhadap Anak Kandung Perempuan 17. Panggilan terhadap Cucu Kandung Laki-laki 18. Panggilan terhadap Cucu Kandung Perempuan 19. Panggilan terhadap Ayah Kandung dari Ibu dan Ayah Kandung dari Ayah
Buyuang
tuan, uwan, uda, panggil nama adiak, panggil nama (ka)kak, uni, panggil nama adiak, panggil nama panggil nama, amaknyo, uwai, iyak
Upiak panggil nama panggil nama U(w)o, gaek, antan
(Diadaptasi dari Kuesioner Hepy Yen Trisny, 2006)
41
Tabel 2.2 Kata Sapaan Adat Menurut Kaum dalam BI dan BMA Jenis Kata Sapaan dalam BI
Jenis Kata Sapaan dalam BMA
1. Panggilan terhadap Penghulu
Datuak
1. Panggilan terhadap Menantu Laki-laki
sutan, bagindo, malin nama kecil/panggilan
3. Bisan (orang tua ibu dan ayah) dari istri atau suami anak kandung bisan 4. Mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami Mintuo 5. Istri kakak laki-laki kandung timudo 6 . Minantu (istri atau suami anak Kandung) 7. Ipa (saudara kakak dan adik istri atau suami)
bisan
8. Para pendatang yang menikah dengan wanita setempat
sutan, bagindo, malin kecil/nama panggilannya
mintuo mama/mak/ibu uni diikuti nama kecil/panggilan sama minantu nama kecil/nama panggilan ipa nama kecil/panggilan
(Diadaptasi dari Kuesioner Hepy Yen Trisny, 2006)
42
nama
Tabel 2.3 Kata Sapaan dalam Agama dalam BI dan BMA Jenis Kata Sapaan dalam BI
Jenis Kata BMA
1. Panggilan terhadap orang yang menjaga Mesjid atau Surau garin (garim) 2. Panggilan terhadap orang yang membaca doa 3. Panggilan terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat 4. Panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang tuan kadi 5. Panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama) buya, ustad 6. Panggilan terhadap orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di Masjid atau Surau bilal 7. Panggilan kepada orang yang memimpin shalat di Mesjid atau Surau imam 8. Panggilan kepada orang yang memberi Khotbah Jum’at khatib 9. Panggilan terhadap alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat yang sering memberikan pengajian agama ungku, angku, tuangku 10. Panggilan untuk ulama wanita umi 11. Panggilan terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji
Sapaan
Garin Pakiah (pakih) labai (lebai)
angku kali, tuan kadi buya, angku labai , ustad
angku bila , bilal
Angku imam katik angku, khatib Buya
ibu ustazah pak haji, bu hajjah
(Diadaptasi dari Kuesioner Hepy Yen Trisny, 2006) Tabel 2.4 Kata Sapaan Jabatan dalam BI dan BMA Jenis Kata Sapaan dalam BI
Jenis Kata Sapaan dalam BMA
1. 2. 3. 4. 5.
pak camaik
Camat
Lurah nyik palo Ketua Lingkungan inyiak suku Guru pak/buk Dokter pak/buk doktor 6. Bidan buk bidan (Diadaptasi dari Kuesioner Hepy Yen Trisny, 2006)
43
dalam
2.7 Pengertian Istilah Kekerabatan KUBI (1999:482) mendefinisikan istilah kerabat adalah 1 yang dekat (pertalian keluarga); 2 keluarga; sanak saudara; 3 keturunan dari induk yang sama. Contohnya : ayah, ibu, kakak, adik, paman, bibi dan sebagainya dalam BMA contohnya apak, amak, uda, adiak, mamak, etek dan sebagainya. Selanjut kekerabatan bermakna perihal berkerabat, perihal mempunyai hubungan keluarga. Koentjaraningrat (1992:143) membedakan dua istilah dalam sistem kekerabatan. Pada umumnya tiap bahasa memiliki dua macam sistem istilah yaitu (a) istilah menyebut dan (b) istilah menyapa. Istilah menyebut digunakan untuk memanggil seseorang apabila berhadapan dengan orang lain atau berbicara tentang orang ketiga; sementara istilah menyapa digunakan untuk memanggil seseorang apabila berhadapan langsung. Selanjutnya Ayub dkk. (1984 : 5) membedakan istilah menyebut dan menyapa atas tiga ciri: 1. Istilah menyebut jumlahnya lebih sedikit dari istilah menyapa. 2. Istilah menyebut dipakai untuk menyatakan kedudukan seseorang dari lingkungan kerabat, misalnya, orang tua, adik, ipar dan besan. Sedangkan istilah menyapa seseorang, misalnya, ayah, dan bapak. 3. lstilah menyebut tidak dipakai langsung kepada orang kedua (lawan bicara), sedangkan istilah menyapa langsung dipakai untuk orang kedua.
44
Selanjutnya Romaine (1994:26) dalam Syarfina (2000:15) menyatakan istilah kekerabatan dalam bahasa-bahasa berbeda akan menunjukkan bagaimana kategori persaudaraan yang menggambarkan perbedaan susunan sosial yang realitas untuk budaya tertentu berbicara tentang bahasa tertentu. Istilah kekerabatan dalam suatu bahasa
muncul karena kebutuhan untuk
menyatakan kedudukan diri seseorang secara komunikatif dalam suatu lingkungan keluarga. Makin luas lingkungan keluarga yang dikenal dan dipertahankan oleh suatu masyarakat maka makin banyak pula istilah kekerabatan yang diperlukan dan hidup dalam bahasa mereka. Sebagai contoh: Jubaidah = seorang suami memanggil nama istrinya secara langsung; Amak si Ida = seorang suami menyebut istrinya secara tidak langsung dan Ida adalah anaknya. Orang yang telah berkeluarga termasuk dalam kelompok kekerabatan suatu masyarakat akibat perkawinan yang terlaksana dalam suatu komunitas. Hal ini terlaksana dikarenakan pihak pria dan wanita telah menjadi sebuah keluarga. Sebuah keluarga yang terdiri dari seorang suami, seorang istri, anak-anak yang belum berkeluarga, anak tiri, dan anak angkat yang telah mempunyai hak yang sama dengan anak kandung disebut keluarga inti. Menurut Koentjaraningrat (1992:109) dalam Syafyahya dkk. (2000:8), ada dua jenis keluarga inti, yaitu (1) keluarga inti yang terdiri atas seorang suami, istri, dan anak-anak, baik anak kandung maupun bukan disebut keluarga inti yang berdasarkan monogami, (2) keluarga inti yang bentuknya lebih kompleks, yaitu (a) terdiri dari seorang suami, tetapi lebih dari
45
seorang istri, tetapi lebih dari seorang disebut keluarga inti yang berdasarkan poligami, dan (b) terdiri dari seorang istri, tetapi lebih dari seorang suami disebut keluarga inti yang berdasarkan poliandri. Setiap keluarga, keluarga luas atau inti, selalu menginginkan hubungan yang akrab, baik dengan keluarga intinya maupun dengan kaum kerabatnya dari kedua belah pihak. Rasa bahagia yang dirasakan pada pelaksanaan perkawinan baiknya berkelanjutan sampai tua. Tetapi, selaku makhluk bermasyarakat, seseorang tak lepas dari lingkungan hidup mereka, yaitu adat-istiadat dan aturan-aturan yang harus ditaati. Mereka terkait dengan kebiasaan yang berlangsung secara turun-temurun, seperti kata sapaan. Dalam masyarakat Minangkabau apabila anak/ego, baik pria maupun wanita yang telah menikah maupun belum, masing-masing mempunyai sistem sapaan tertentu pada suami, istri, atau sanak keluarga kedua belah pihak (Syafyahya dkk., 2000:8). 2.7.1 Istilah Kekerabatan dalam Bahasa Minangkabau Dialek Agam Dalam BMA ada dijumpai istilah-istilah kekerabatan yang tidak dijumpai dalam BM dialek lainnya, sebagai contoh pada masa`dahulu sampai era tahun 1940-an pada masyarakat Agam untuk menyapa kakak laki-laki dengan sapaan Tuan (wan) diikuti nama kecilnya, sebagai contoh nama sebenarnya Mardjohan disapa oleh adikadiknya atau yang usianya lebih muda dari dia dengan sapaan Tanduan; bila namanya Muhsinin maka akan disapa menjadi Tuanin. Begitu pula sapaan kepada saudara perempuan yang lebih tua akan disapa dengan Kakak diikuti dengan nama kecilnya;
46
sebagai contoh bila namanya Lamsuri maka akan disapa dengan sapaan Kak Ilam (Moussay, 1998:189). Kata sapaan lainnya yang berbeda dengan dialek yang ada dalam BM seperti menyapa ibu kandung sampai kelahiran awal tahun 1900-an; mereka menyapanya dengan kata sapaan biyai. Yang pada masa kini tidak lagi dijumpai kata sapaan tersebut terutama yang berdomisili di perkotaan tetapi akan disapa dengan kata-kata sapaan seperti mama, mami, umi, bunda; keempat kata sapaan ini diadopsi dari bahasa di luar BMA, dan lain sebagainya.
2.8 Pengertian Pergeseran Bahasa Gunarwan (2006:95) mendefinisikan pergeseran bahasa
jika dan bila
masyarakat bahasa itu secara kolektif (mulai) tidak lagi menggunakan bahasa tradisionalnya, dan alih-alih itu menggunakan bahasa yang lain. Sementara menurut Kridalaksana (2008: 188) pergeseran bahasa merupakan perubahan secara tetap dalam pilihan bahasa seseorang untuk keperluan sehari-hari, terutama sebagai akibat migrasi. Dan Fasold (1984:213-214) berpendapat pergeseran merupakan
bahasa
hasil dari proses pemilihan bahasa dalam jangka waktu yang sangat
panjang. Pergeseran bahasa memperlihatkan adanya suatu bahasa yang benar-benar tidak digunakan lagi oleh komunitas penuturnya. Hal ini maknanya bahwa ketika pergeseran bahasa terjadi, anggota suatu komunitas bahasa secara berkelompok lebih
47
memilih memakai bahasa baru daripada bahasa lama yang secara tradisional biasa digunakan. Jadi makna pergeseran memakai bahasa dari bahasa
bahasa adalah beralihannya suatu komunitas dalam yang dimiliki dan diwariskan oleh pendahulunya
berganti dengan bahasa baru dengan berbagai alasan. 2.8.1
Konsep Pergeseran Bahasa Pergeseran bahasa merupakan dua istilah yang mengacu kepada pilihan yang
diambil masyarakat tentang bahasa mana yang akan digunakan untuk fungsi tertentu. Pilihan ini bisa mengakibatkan kematian bahasa lainnya secara total, tanpa menyisakan pemakai bahasa, atau kematian bahasa hanya di dalam komunitas tertentu. Ada diidentifikasi beberapa kondisi yang akan menimbulkan pergeseran bahasa. Kondisi ini meliputi bilingualisme masyarakat, migrasi, industrialisasi, pemakaian bahasa di sekolah dan di pemerintahan, urbanisasi dan bahasa dalam hubungan tingkat prestise. Seperti yang dinyatakan oleh Aitchison (1981) dan Day (1985) : “Societal bilingualism must exist at some point for language shift to occur. A monolingual society may inevitably remain monolingual unless an additional language is introduced that will affect the economic or power balance achieved through the languages”. Bilingualisme masyarakat harus ada sampai tingkat tertentu agar pergeseran bahasa terjadi. Masyarakat yang monolingual selalu bisa tetap monolingual kecuali masuk bahasa tambahan yang akan mempengaruhi keseimbangan ekonomi
48
atau kekuasaan yang dicapai melalui bahasa. Pernyataan ini diperkuat oleh para ahli lainnya seperti Fasold (1984), Dressler (1984), Aitchison (1981), dan Fishman (1991) sebagai berikut: “Bilingualism can ultimately lead to language shift in a society and is often marked by intergenerational switching of the languages”. Bilingualisme pada akhirnya bisa menyebabkan pergeseran bahasa pada masyarakat dan sering ditandai dengan peralihan bahasa antar-generasi. Faktor lainnya yang terkait dengan pergeseran bahasa adalah faktor migrasi. Seperti yang sering diamati dalam pendudukan militer, sejumlah besar pemakai bahasa lain bisa bermigrasi atau masuk ke suatu masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Fasold (1984) dan Lieberson (1982): “ At times these speakers may in fact outnumber the native population of the area, creating an environment propitious for language shift”. (Kadang-kadang si pemakai bahasa ini ternyata bisa lebih banyak jumlahnya dari jumlah penduduk setempat, yang menciptakan lingkungan yang mendukung pergeseran bahasa) (terjemahan penulis). Walaupun bilingualisme masyarakat dan jumlah pemakai bahasa lain merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran bahasa, faktor-faktor tersebut sering merupakan akibat dari kondisi yang ada lainnya. Faktor yang satu ini didukung oleh para ahli sosiolinguistik seperti Fasold (1984), dan Fishman (1977, 1991) seperti yang
dinyatakan oleh mereka
bahwa: ”One of the conditions is
industrialization”. (Salah satu kondisi adalah industrialisasi) (terjemahan penulis). Industrialisasi dan atau modernisasi sering menimbulkan perlunya bahasa lain atau
49
populasi yang menggunakan bahasa lain yang lebih bisa beradaptasi dengan lingkungan teknologi yang dihasilkan akibat oleh proses ini. Lieberson (1984) juga menyatakan bahwa: “The association of a language with modern transportation and communication may lead to a shift towards that language”.
(Hubungan bahasa dengan transportasi dan komunikasi modern bisa
menyebabkan pergeseran ke arah bahasa tersebut) (terjemahan penulis). Selanjutnya Day (1985), Beer dan Jacob (1985), Fasold (1984), dan Fishman (1977, 1991) berpendapat bahwa: “ The society in which it occurs may then find that only through the learning of an additional language will the people have access to social mobility via the power and resources that industrialization brings”. (Masyarakat di mana pergeseran bahasa itu terjadi bisa mendapati bahwa hanya melalui belajar bahasa tambahan orang mendapat akses ke mobilitas sosial melalui kekuasaan dan sumberdaya yang dibawa industrialisasi) (terjemahan penulis). Fishman (1977: 115) selanjutnya menyatakan: “These resources include access to better job opportunities, specialized knowledge needed for progress and in general, to higher prestige and privileges associated with this language. "In those settings in which either the myth or reality of social mobility is widespread, bilingualism is repeatedly skewed in favor of the more powerful being acquired and used much more frequently than that of the lesser power". (Sumberdaya ini meliputi akses ke peluang kerja yang lebih baik, pengetahuan khusus yang dibutuhkan untuk kemajuan dan pada umumnya, prestise yang lebih tinggi dan keistimewaan yang terkait dengan bahasa ini. ”Di lingkungan di mana mitos atau realitas mobilitas sosial tersebar luas, bilingualisme berulang kali condong
50
mendukung bahasa yang lebih kuat daripada yang kurang kuat”. Karena itu walaupun bilingualisme diperlukan untuk pergeseran bahasa, mungkin serangan gencar industrialisasi dan penyangkalan akses selanjutnya ke sumberdaya oleh orang yang tidak menggunakan bahasa tertentu yang menjadi daya dorong terhadap pergeseran bahasa) (terjemahan penulis). ”Still another factor promoting language shift and discussed extensively by sociolinguists is the language used in schools and by the government. In order for language shift to occur, the spreading language must allow access to power and resources, and this is achieved primarily through the educational process. It is education that will allow people access to better positions, specialized knowledge and control over human and material resources. "For language spread, schools have long been the major formal (organized) mechanisms involved..." (Fishman, 1977). (Faktor lain yang mendorong pergeseran bahasa dan dibahas secara panjang lebar oleh kalangan ahli sosiolinguistik bahwa bahasa yang digunakan di sekolahsekolah dan oleh pemerintah. Agar pergeseran bahasa terjadi, bahasa yang sedang mengalami penyebaran harus memungkinkan akses ke kekuasaan dan sumberdaya, dan ini pada pokoknya dicapai melalui proses pendidikan. Pendidikan yang akan memungkinkan akses ke posisi yang lebih baik, pengetahuan khusus dan pengendalian atas sumberdaya manusia dan material) (terjemahan penulis). ”Untuk penyebaran bahasa, sekolah sudah lama menjadi mekanisme formal (terorganisir) utama yang terlibat...”. Fishman (1991) , dan Day (1985) turut mendukung faktor pergeseran ini seperti pernyataannya berikut ini: ” The school policy may also include the promotion of the cultural characteristics related to a particular language and a deemphasis on cultural aspects of the natives including in some cases the prohibition of vernacular
51
use on school grounds”. (Kebijakan sekolah juga bisa mencakup peningkatan ciri-ciri budaya yang terkait dengan bahasa tertentu dan penekanan pada aspek budaya penduduk pribumi yang dalam sebagian kasus mencakup larangan atas penggunaan bahasa penduduk pribumi di sekolah) (terjemahan penulis). Fasold (1984), Dressler (1984), Beer dan Jacob (1985), Lewis (1982), dan Fishman (1991) berpendapat: ” The language used in other government agencies is also of some importance in that institutional (governmental) support of a language can be essential in spread or maintenance”. (Bahasa yang digunakan di lembaga pemerintah lainnya juga penting di mana dukungan institusional (pemerintah) atas suatu bahasa bisa penting dalam penyebaran bahasa) (terjemahan penulis). Selanjutnya Fasold (1984: 253) menguatkan bahwa:” The language that governments use for legislative debate and the language in which laws are written and government documents are issued are also means that can be used to promote a selected language or language variety". (Bahasa yang digunakan pemerintah untuk perdebatan legislatif dan bahasa yang digunakan di dalam undang-undang dan dokumen pemerintah yang dikeluarkan juga berarti itu bisa dipakai untuk meningkatkan bahasa tertentu atau keanekaragaman bahasa) (terjemahan penulis). Kemudian, tampak bahwa bahasa yang dipilih pemerintah untuk sekolah dan untuk berkomunikasi dengan rakyatnya juga bisa meningkatkan pergeseran bahasa jika tidak ada pendukung terhadap pemeliharaan bahasa asli.
52
Selanjutnya Fishman (1977), dan Fasold (1985) menyatakan bahwa faktor-faktor lainnya yang menyebabkan pergeseran bahasa adalah seperti pernyataan berikut ini: ”Urbanization and prestige are two other factors that have been identified as influential in language spread and shift. Along with industrialization, there is often a move away from rural life and migration toward urban areas. These urban areas are often the focal points of spread”. (Urbanisasi dan prestise merupakan dua faktor lain yang diidentifikasi sebagai berpengaruh pada
pergeseran bahasa. Bersama-sama
dengan industrialisasi, sering terjadi perpindahan dari kehidupan pedesaan dan migrasi ke daerah perkotaan. Daerah perkotaan ini sering menjadi titik fokus pengeseran bahasa) (terjemahan penulis). Selanjutnya Beer dan Jacob (1985), dan
Fishman
(1972) menyatakan: “Probably because they are also the focal points of economic growth in industrialized societies. However, it is in these urban areas, that the people may also come in contact with the major part of the educated sector of the society that will promote or create organized resistance to the spread of the new language and the prestige associated with it”. (Mungkin karena daerah perkotaan ini juga merupakan titik fokus pertumbuhan ekonomi pada masyarakat industri. Akan tetapi, di daerah perkotaan inilah orang juga bisa berkontak dengan sebagian besar sektor masyarakat berpendidikan yang akan meningkatkan atau menimbulkan resistansi teorganisir terhadap penyebaran bahasa baru dan prestise yang terkait dengannya) (terjemahan penulis). Kemudian Dressler (1984) menguatkan dengan pernyataannya sebagai berikut : “ The process of raising the prestige level of the spreading language as the native language slowly loses prestige "social subordination". This is the first step in
53
language decay according to Dressler. As the native language loses prestige and is used less in social functions, this social subordination leads to a "negative sociopsychological evaluation" of the language. Native speakers of a language may "voluntarily" shift to another more prestigious language”. (Mengacu kepada proses peningkatan tingkat prestise bahasa yang sedang menyebar karena bahasa asli perlahan-lahan kehilangan prestise ”subordinasi sosial”. Ini merupakan langkah pertama dalam pembusukan bahasa menurut Dressler. Begitu bahasa asli kehilangan prestise dan semakin sedikit digunakan dalam fungsi-fungsi sosial, subordinasi sosial ini mendorong ”evaluasi sosiopsikologis negatif” atas bahasa. Pembicara asli suatu bahasa bisa ’dengan sukarela” beralih ke bahasa yang lebih prestisius lainnya) (terjemahan penulis). Peranan nasionalisme dalam menciptakan
dukungan
meningkatkan pergeseran
institusional
tampak
jelas,
tetapi
fungsinya
dalam
bisa dikaji lebih lanjut dari sudut pandang paparan
sebelumnya.
Keberadaan gerakan nasionalis mungkin juga merupakan salah satu alasan atas kondisi-kondisi untuk pergeseran bahasa yang terjadi. Tidak diragukan lagi, dukungan institusional terhadap bahasa asli tidak akan dimungkinkan. Kalangan nasionalis juga menciptakan atau memperluas terjadinya pergeseran bahasa. Mereka membentuk hubungan etnis dan ideologis dengan bahasa asli; akan tetapi, dengan menegaskan keunikan kelompok ini dibandingkan dengan kelompok lainnya, hubungan etnis dan ideologis bisa dibentuk untuk kelompok lainnya dan juga bahasanya. "Ethnic and ideological encumberedness can pose problems for the spread of LWC" [a language
54
of wider communication, in this case English] (Fishman, 1977). Muatan etnis dan ideologi bisa menimbulkan masalah untuk penyebaran LWC [bahasa komunikasi yang lebih luas, dalam kasus ini bahasa Inggris](terjemahan penulis). Kalangan nasionalis, sambil meningkatkan keunikan etnokulturalnya sendiri yang dilambangkan oleh bahasa asli, dalam waktu yang bersamaan, bisa menciptakan identifikasi etnis dan ideologis untuk bahasa Inggris yang menahan penyebaran dan pergeseran ke bahasa ini (Dressler, 1982; Fishman, 1977; Lewis, 1985). Terakhir, tampaknya dorongan kalangan nasionalis ke arah kebijakan perencanaan bahasa yang memungkinkan pilihan akan ada dan adaptasi dari bahasa asli melalui rekayasa bahasa atau cara lainnya yang memungkinkan akses ke kemajuan ekonomi dan sosial dengan menggunakan bahasa ini. Bila motivasi instrumental untuk mempelajari bahasa tambahan tidak lagi ada atau telah berkurang, maka pergeseran bahasa juga lebih kecil kemungkinannya terjadi.
Penekanan nasionalisme
ternyata memegang peranan dalam pergeseran ke
bahasa lain dalam sebagian kasus. Kajian tentang gerakan bahasa nasional, kondisikondisi untuk pergeseran dan usaha-usaha perencanaan bahasa di Guam, Filipina dan Puerto Rico termasuk di Indonesia - seperti yang dijabarkan oleh Gunarwan (2006:109),
bisa
memberikan
informasi
pengaruhnya di negara-negara tersebut.
55
relevan
tentang
nasionalisme
dan
Menurut Romaine (1989) faktor-faktor pergeseran bahasa itu juga dapat berupa kekuatan kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas, kelas sosial, latar belakang agama dan pendidikan, hubungan dengan tanah leluhur atau asal, tingkat kemiripan antara bahasa mayoritas dengan bahasa minoritas, sikap kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas, perkawinan campur, kebijakan politik pemerintah terhadap bahasa pemakaian
bahasa
dan pendidikan kelompok minoritas, serta pola
(nama-nama
para
ahli
tersebut
dapat
dilihat
dalam
http://ponce.inter.edu/vl/tesis/sharon/chap2.html diakses pada tanggal 2 Januari 2011) . Gejala-gejala yang menunjukkan terjadinya pergeseran bahasa
dapat diamati.
Contohnya, ketika ada gejala yang menunjukkan bahwa penutur suatu komunitas bahasa mulai memilih menggunakan bahasa baru dalam domain-domain tertentu yang menggantikan bahasa lama, hal ini memberikan sinyal bahwa proses
pergeseran
bahasa sedang berlangsung. Terdapat kemungkinan bahwa pergeseran bahasa dapat diperkirakan. Sebagai contoh, pergeseran bahasa hanya dapat berkemauan untuk
terjadi jika suatu komunitas tidak lagi
mempertahankan identitasnya sebagai kelompok sosiokultural
yang dikenal dan lebih memilih untuk mengganti identitasnya menjadi bagian dari komunitas lain.
56
Namun, paparan di atas bukan satu-satunya hal yang menjadi dasar dapat diprediksinya pergeseran bahasa. Hal terpenting justru seharusnya dapat diprediksi kapan suatu komunitas mulai berganti identitas. 2.8.2 Kerangka Konseptual Penelitian ini merupakan kajian Sosiolinguistik yang membahas keterkaitan antara bahasa dan masyarakat. Hal pokok yang dianalisis dalam penelitian ini, yakni masalah bahasa dalam konteks sosial, kebudayaan, dan bagaimana
sikap suatu
kelompok orang dalam hal ini masyarakat Agam yang ada di Kota Medan terhadap kata sapaan yang berlaku dalam BMA. 2.8.2.1 Konsep Pemilihan Bahasa Dalam pemilihan
bahasa, masyarakat Agam di Kota Medan dapat
mengaplikasikan tiga jenis pilihan berikut ini dalam berkomunikasi dengan seseorang: (1) dengan alih kode, yaitu
menggunakan suatu bahasa pada suatu domain dan
menggunakan bahasa lain pada domain yang lain; (2) dengan campur kode, yaitu menggunakan satu bahasa tertentu dengan dicampuri serpihan-serpihan bahasa lain; dan (3) dengan menggunakan suatu variasi dalam satu bahasa. Dalam hal ini dapat dimaknai bagaimana masyarakat Agam di Kota Medan mengaplikasikan penggunaan kata sapaannya dalam kehidupan sehari-hari; apakah ada menggunakan kata sapaan yang berasal dari bahasa lain ataukah murni hanya memakai kata sapaan BMA saja. 2.8.2.2 Konsep Kata Sapaan dalam BMA
57
Kata sapaan di wilayah Agam dapat
dibagi
dua jenis, yaitu kata sapaan
kekerabatan dan kata sapaan nonkekerabatan. Kata sapaan kekerabatan merupakan pertautan langsung
atau tidak langsung dan cara penggunaan kata sapaan pada
umumnya. Sementara kata sapaan nonkekerabatan meliputi, yaitu (1) kata sapaan bidang agama, (2) kata sapaan bidang adat, dan (3) kata sapaan jabatan. Kata sapaan bidang agama adalah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang terlibat dan bekerja dalam bidang agama; dalam hal ini menyangkut pengetahuan seseorang perihal agama Islam khususnya. Kata sapaan bidang adat adalah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang menduduki jabatan dalam adat. Pemakaian kata sapaan ini sesuai jabatan yang bersangkutan dalam adat tersebut. Sementara kata sapaan umum dipakai untuk menyapa orang lain. Pemakaian kata sapaan ini ditentukan oleh usia, pekerjaan, dan status sosial (Syafyahya dkk., 2000:12). 2.8.2.3 Konsep Pergeseran Bahasa Pergeseran bahasa merupakan beralihannya suatu komunitas dalam memakai bahasa dari bahasa yang dimiliki dan diwariskan oleh pendahulunya berganti dengan bahasa baru dengan berbagai alasan. Beberapa kondisi yang menimbulkan pergeseran bahasa
meliputi bilingualisme masyarakat, migrasi,
industrialisasi, pemakaian bahasa di sekolah dan di pemerintahan, urbanisasi, bahasa dalam hubungan tingkat prestise, peralihan antargenerasi, dan gerakan nasionalisme.
58
2.9 Penelitian Terdahulu Dalam kepustakaan sosiolinguistik, pergeseran bahasa merupakan fenomena yang menarik. Terminologi pergeseran
bahasa pertama kali diperkenalkan oleh
Fishman (1964) yang kemudian dikembangkan oleh Susan Gal (1979) yang meneliti masalah pilihan dan pergeseran bahasa di Oberwart, Austria Timur, dan Nancy Dorian (1981) yang mengkaji pergeseran bahasa Gaelik dalam bahasa Inggris di Sutherland Timur, Britania Utara. Pergeseran bahasa kuat ikatannya dengan ranah yang berhubungan dengan pilihan bahasa dan kedwibahasaan (nama-nama ketiga ahli tersebut dapat dilihat dalam http://ponce.inter.edu/vl/tesis/sharon/ chap2.html diakses pada tanggal 2 Januari 2011) . .Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan di Indonesia satu diantaranya berjudul ”Pergeseran Bahasa Jawa pada Masyarakat Wilayah Perbatasan Jawa-Sunda dalam Ranah Keluarga di Losari Kabupaten Brebes yang diteliti oleh Ahmad Syaifudin. Hasil penelitian menunjukkan desakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya merupakan penyebab pergeseran bahasa Jawa di Losari sulit dihindarkan. Bahkan, pola pewarisan bahasa Jawa di Losari ke generasi berikutnya telah sedikit memudar akibat kemajuan zaman menuju era globalisasi. Keanekaragaman bahasa daerah sebagai bahasa ibu oleh masing-masing penutur saat ini didapati mendapat tantangan dari bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pemersatu bangsa dan juga interferensi bahasa asing. Berdasarkan hal itu, pergeseran bahasa daerah sebagai bahasa ibu mulai terusik. Hal ini sesuai dengan
59
pendapat Wilian (2005:94) sebagai bangsa yang multilingual, gejala pergeseran bahasa itu memang sedang dialami oleh bahasa daerah –bahasa daerah (bahasa ibu) di Indonesia. Sebagai contoh, penelitian Gunarwan (2001) yang hasil temuannya adalah bahasa Lampung (bahasa daerah) tergeser diakibatkan karena adanya desakan bahasa Indonesia. Di samping itu, pergeseran bahasa (language shift) juga bisa terjadi pada generasi muda,
seperti hasil penelitian bahasa Tonsea di Sulawesi Utara yang
dilaksanakan oleh Wantania (1996). Kontribusi penelitian-penelitian terdahulu ini terutama apa yang telah diteliti oleh Ahmad Syaifudin terhadap tesis ini adalah bagaimana mendapatkan data-data penelitian dan menganalisis data-data yang telah diambil sehingga bermakna, yaitu dengan mengelompokkan data-data yang telah diambil dan dikelompokkan dalam ranah-ranahnya, seperti ranah di dalam rumah, dan ranah di luar rumah.
60
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan, Rancangan, dan Langkah-langkah Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yakni dengan memberikan gambaran secara sistematis dan akurat tentang pergeseran kata sapaan dalam BMA di Kota Medan. Penelitian untuk membuktikan atau menemukan sebuah kebenaran dapat digunakan pendekatan kualitatif. Kebenaran yang diperoleh pada pendekatan kualitatif lebih menekankan pada esensi dari fenomena yang diteliti. Kebenaran dari hasil analisis penelitian kualitatif lebih bersifat ideographik, tidak dapat digeneralisasi. Hasil
analisis
penelitian
kualitatif
naturalistik
lebih
bersifat
membangun,
mengembangkan maupun menemukan terori-teori sosial. Miles dan Huberman (1992:15) menyatakan penelitian kualitatif merupakan data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas.
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2001:3)
mendefinisikan penelitian kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
61
Menurut Ali (1985:120) metode deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Langkah-langkah yang ditempuh berupa pengumpulan, klasifikasi, dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan, dengan tujuan utama membuat penggambaran tentang sesuatu keadaan secara objektif dalam deskripsi situasi sekarang. Sementara Moleong (2001:6) menyatakan bahwa metode deskriptif merupakan metode dimana data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. 3.1.2 Rancangan dan Langkah - langkah Penelitian Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, dan pengamatan langsung. Pertama informan diminta untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana dan mudah untuk dipahami. Informan didampingi pada saat pengisian kuesioner, bila ada yang tidak jelas dapat ditanyakan langsung, dan bila informan tidak mau mengisi sendiri, dapat dibantu mengisikannya. Setelah kuesioner diisi, informan diwawancarai, dan kegiatan ini dicatat sesuai dengan data yang dibutuhkan. Wawancara dilakukan satu - persatu agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Dari hasil wawancara ini, data dianalisis apakah kata sapaan dalam BMA mengalami pergeseran ataukah tidak. Dan bila terjadi pergeseran apakah penyebabnya. Dengan kata lain analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua prosedur, yaitu: (1) analisis selama proses pengumpulan data, dan (2) analisis
62
setelah pengumpulan data (Miles dan Huberman, 1992:15-21). Prosedur pertama dilakukan dengan langkah-langkah: (a) reduksi data, yaitu identifikasi pergeseran kata sapaan dalam BMA, (b) sajian data, dan (c) pengambilan simpulan (verifikasi). Prosedur kedua dilakukan dengan langkah-langkah: (a) tabulasi data hasil pencatatan, (b) pengelompokan data yang berasal dari catatan lapangan, (c) penafsiran pergeseran kata sapaan dalam BMA, serta (d) penyimpulan atau perampatan tentang pergeseran kata sapaan dalam BMA di Kota Medan. Selanjutnya, untuk mendapatkan hasil tafsiran yang tepat dalam penelitian ini ditempuh langkah-langkah: (1) diskusi, (2) pengecekan ulang, dan (3) konsultasi dengan dosen pembimbing. Untuk lebih jelasnya proses ini dapat dilihat pada langkah-langkah penelitian di bawah ini:
63
Langkah – langkah Penelitian Identifikasi Masalah dan Penetapan Judul Studi Literatur
Penentuan Populasi dan Sampel Penelitan Pembuatan/Penyempurnaan Kuesioner Pengambilan Data Melakukan Wawancara, Pencatatan
Tabulasi Data
Analisis Data
Pergeseran Kata Sapaan BMA
Pengujian Keabsahan Data/Triangulasi Data
(Diadaptasi dari Miles dan Huberman, 1992:15-21)
3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan dimana bermukim para perantau penutur BMA, yaitu di Amplas Medan, Kelurahan Sari Rejo, Jln. Binjai Medan, Jln. Sei Mencirim, Simalingkar A (Jln. Kapas Raya), Jl K.H. Wahid Hasyim, Jln. Pintu Air, Helvetia, dan Jln. Sembada.
64
3.3 Data dan Sumber Data 3.3.1 Sumber Data Primer Dalam penelitian kualitatif ini, sampel sumber data
primer dipilih secara
purposive (data diambil dengan tujuan tertentu) dan bersifat snowball sampling (data diperoleh dari seseorang yang dikenal; dari orang
tersebut diperoleh
seorang
informan; dari informan tersebut diperoleh lagi seorang informan lainnya dan seterusnya sehingga diperoleh jumlah informan yang dibutuhkan). Penentuan sumber data primer penelitian ini adalah seperti berikut ini. (1) Sampel sumber data (informan)
merupakan
keluarga
penutur BMA, yang
kedua orang tuanya asli Agam dan lahir di Agam dan sekitarnya; sehingga dapat diteliti apakah terjadi pergeseran kata sapaan pada anaknya (yang dijadikan sampel satu orang anak saja). (2) Sampel sumber data (informan) dikelompokkan: a). Berdasarkan penghasilan : 1. Kelompok keluarga ekonomi lemah/orang miskin, yaitu keluarga dengan tingkat penghasilan per kapita/orang per bulan sebesar Rp 211.726 atau sekitar Rp 7000 per hari. 2. Kelompok keluarga ekonomi menengah, yaitu dengan penghasilan ratarata sebulan berkisar Rp 4.106.000,-/bulan atau berpenghasilan
rata-
rata Rp 49.275.000,- /tahun. 3. Kelompok keluarga
ekonomi
65
kelas atas dengan penghasilan rata-
rata
minimal berkisar Rp 10.885.000,-/bulan atau Rp 130.621.000,-/
tahun (sumber data Badan Pusat Statistik). b) Berdasarkan Pendidikan informan. c) Berdasarlan Jenis pekerjaan informan. d) Berdasarkan Variasi pemakaian bahasa informan – BI, BMA, dan kedua bahasa BI dan BMA. 3.3.2 Sumber Data Sekunder Data sekunder penelitian ini diperoleh dari pengisian kuesioner dan hasil wawancara dari informan kunci yang berasal dan bertempat tinggal di Agam, dan yang mengetahui kata sapaan dalam BMA, baik dalam bentuk kata sapaan umum, adat, agama, maupun jabatan. Karena banyaknya varian kata sapaan tersebut dirujuk juga 2 (dua) buku yang membahas apa yang disebutkan terdahulu – kata sapaan dalam BMA, yaitu (1) Tata Bahasa Minangkabau oleh Gerard Moussay, dan (2) Kata Sapaan Bahasa Minangkabau di Kabupaten Agam oleh Leni Syafyahya dkk.
3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Wawancara dan Observasi (Pengamatan) Penelitian ini memakai teknik wawancara dan observasi. Pertama data diambil dari informan kunci terlebih dahulu. Informan kunci pemakai BMA yang memahami adat istiadat Minangkabau dan merupakan penutur asli BMA. Dari data yang diperoleh khusus untuk kata sapaan BMA, data ini diperiksaulang kepada penutur
66
BMA dengan usia yang beragam. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara langsung kepada para informan yang dimintai informasi yang dibutuhkan, juga dilakukan pencatatan untuk keakuratan data. Di samping itu juga dilakukan observasi (pengamatan) langsung kepada para informan ini sehingga didapatkan data akurat pada saat para informan ini melakukan interaksi di antara sesama penutur. Bila dari hasil lapangan ternyata terjadi pergeseran kata sapaan tersebut, kepada informannya ditanyakan langsung apa penyebab terjadinya pergeseran tersebut; tetapi dapat juga dianalisis sesuai dengan teori faktor-faktor pergeseran bahasa dari para ahlinya (dalam hal ini dianalisis berdasarkan teori pergeseran bahasa Fishman). 3.4.2 Jadwal Pelaksanaa Pengumpulan Data Pelaksanaan pengumpulan data penelitian ini telah mulai dilakukan dari bulan November 2010 sampai dengan Mei 2011.
3.5 Teknik Pengujian Keabsahan Data Menurut Moleong (2001:178), teknik pengujian keabsahan data merupakan usaha untuk meningkatkan derajat kepercayaan data. Teknik pengujian keabsahan data yang digunakan merupakan teknik Triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Penerapan teknik triangulasi adalah dengan memohon kesediaan orang-orang yang berpengetahuan di
67
bidang yang akan diteliti, dalam penelitian ini Ibu Dr. Deliana, M Hum, selaku Dosen Pembimbing II tesis ini yang juga memahami bahasa Minangkabau dialek Agam.
3.6 Analisis Data Langkah-langkah pengolahan data penelitian seperti tersebut di bawah ini. (1) Hasil
pengambilan
data
dalam
bentuk
kuesioner
kata sapaan BMA
dimasukkan ke dalam empat tabel sebagai berikut. (1) Tabel Pergeseran Kata Sapaan Umum, (2) Tabel Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum, (3) Tabel Pergeseran Kata Sapaan dalam Agama, dan (4) Tabel Pergeseran Kata Sapaan Jabatan. (2) Tabel-tabel ini dibuat
untuk setiap
keluarga dan dianalisis satu per satu
berdasarkan kata sapaan yang digunakan kedua orang tua dengan merujuk baik dari informan kunci maupun data sekunder yang dirujuk untuk penelitian ini seperti telah disebutkan terdahulu, kemudian dibandingkan terhadap kata sapaan yang digunakan oleh anak dalam masing-masing keluarga apakah terjadi pergeseran. (3) Jika terjadi pergeseran kata sapaan seperti disebutkan terdahulu, kata sapaan ini dianalisis sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori pergeseran bahasa Fishman. (4) Untuk mendapatkan
Persentase
Pergeseran Kata Sapaan, yaitu Frekuensi
Pergeseran kata sapaan dibagi dengan total kata sapaan dikali dengan 100 persen.
68
Pernyataan di atas sesuai dengan rumus untuk mendapatkan persentase menurut Sudjana (1992: 50) persentase tersebut dinyatakan sebagai frekuensi relatif dan dapat digunakan rumus berikut ini. Frekuensi absolut Frekuensi relatif = ------------------------------- x 100 % Jumlah frekuensi absolut Berdasarkan rumus di atas dapat dianalogikan untuk menghitung persentase pergeseran kata sapaan dalam penelitian ini dan dirumuskan sebagai berikut: Frekuensi Persentase Pergeseran Kata Sapaan Seseorang = -------------------- x 100 % Total kata sapaan (5) Setelah
data
dari
masing-masing
anak dalam satu keluarga didapatkan dan
telah diproses seperti pada poin 4, kemudian kelompokkan data-data tersebut sesuai dengan kelompoknya yang terdiri dari beberapa keluarga atau bisa saja hanya berisi data dari anak satu keluarga dibagi dengan jumlah data sesuai dengan rumus untuk mendapatkan rata-rata hitung menurut Sudjana (1992: 66) dengan cara membagi jumlah nilai data oleh banyak data, dengan rumus sebagai berikut :
_ ∑ xi x = --------n _ Keterangan : x = simbol rata-rata xi = data n = banyak data
69
Berdasarkan rumus di atas dapat dianalogikan untuk menghitung rata-rata persentase pergeseran kata sapaan dalam penelitian ini dan dapat digunakan rumus berikut ini. ∑ % data (Frekuensi) Rata-rata persentase Pergeseran Kata Sapaan : ----------------------------Banyak data (∑ Informan)
(6) Berdasarkan data
yang diperoleh dari poin 4 dan 5 dianalisis sesuai dengan
teori yang dirujuk dalam penelitian ini – teori pergeseran bahasa Fishman. Contoh Data Kata Sapaan Umum Tabel 3.1 Kata Sapaan Umum Jenis Kata Sapaan
Ayah
1. Panggilan terhadap Ibu kandungnya Ibu inyiak (uci), nenek, enek, amai gaek
inyiak
Anak
Ibu
nenek
nenek
Contoh Analisis Data Kata Sapaan Umum Pada poin nomor 1 pada tabel di atas yaitu Panggilan terhadap Ibu kandungnya Ibu inyiak (uci), nenek, enek, amai gaek. Kata sapaan umum yang
digunakan
oleh ayah dan ibu untuk panggilan terhadap ibunya ibu berbeda; tetapi kata panggilan ini keduanya baik inyiak maupun nenek
merupakan kata sapaan dalam BMA.
Sementara anak dalam keluarga ini memanggil dengan nenek. Jadi kata sapaan ini tidak mengalami pergeseran. Contoh Kata Sapaan Adat Menurut Kaum
70
Tabel 3.2 Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Jenis Kata Sapaan 1. Panggilan terhadap Penghulu datuak
Ayah angku; datuk
Ibu
Anak
angku, datuk
-
Contoh Analisis Data Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Untuk kata sapaan adat menurut kaum panggilan terhadap penghulu baik ayah maupun ibu pada keluarga ini mengetahui kata sapaannya, tetapi anak dalam keluarga ini tidak mengetahuinya. Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa hal ini disebabkan karena kelaurga ini sangat jarang pulang kampung. Jadi faktor urbanisasi dalam teori Fishman menjadi penyebab hal ini terjadi. Contoh Kata Sapaan Adat Agama Tabel 3.3 Kata Sapaan Agama Jenis Kata Sapaan 1. Panggilan terhadap orang yang menjaga Mesjid atau Surau garin (garim) garin
Ayah garin
Ibu
Anak
garin
wak Nuh / pak Nazir
Contoh Analisis Data Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Faktor urbanisasi menyebabkan anak tidak mengetahui kata sapaan agama dalam bahasa ibunya, disamping itu dari data yang diperoleh anak ini pun jarang pulang kampung. Ini sesuai dengan teori Fishman salah satu penyebab terjadinya pergeseran
71
bahasa karena faktor urbanisasi. Ini juga semakin memperkuat teori Fishman yang lainnya bahwa terjadinya pergeseran bahasa terjadi karena faktor antargenerasi. Contoh Kata Sapaan Jabatan Tabel 3.4 Kata Sapaan Jabatan Jenis Kata Sapaan 1. Camat pak camaik
Ayah pak camaik
Ibu pak
Anak bapak
Contoh Analisis Data Kata Sapaan Jabatan Pada bagian ini kalau diperhatikan anak mengikuti pola menyapa seperti ibunya, tetapi dengan menggunakan bahasa yang lebih sopan. Dan bila dianalisis terjadinya pergeseran untuk kata sapaan ini disesuaikan dengan kata sapaan yang berlaku di lingkungannya. Jadi dalam hal ini berlaku teori Fishman terjadinya pergeseran kata sapaan karena urbanisasi.
72
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
4.1 Paparan Data Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dapat ditabelkan sebagai berikut. 4.1.1 Identitas Sosial Informan Identitas sosial informan merujuk pada ciri-ciri perihal masyarakat dengan bahasa; yang dijadikan sampling pada penelitian ini dengan identifikasi sebagai berikut. 1. Jumlah informan berdasarkan pendidikan. 2. Jumlah informan berdasarkan jenis pekerjaan. 3. Jumlah informan berdasarkan penghasilan. 4. Jumlah informan berdasarkan pemakaian bahasa. 4.1.1.1 Jumlah Informan Berdasarkan Pendidikan Pendidikan para informan dalam penelitian ini terbagi atas pendidikan D3 sebanyak 4 orang
dari 9 keluarga , S1 sebanyak 4 orang dari 9 keluarga, dan S2
sebanyak 1 orang dari 9 keluarga seperti pada Tabel 4.1 berikut ini.
73
Tabel 4.1 Jumlah Informan Berdasarkan Jenis Pendidikan No
Informan
Pendidikan S1 S2
D3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Anak Keluarga I Anak Keluarga II Anak Keluarga III Anak Keluarga IV Anak Keluarga V Anak Keluarga VI Anak Keluarga VII Anak Keluarga VIII Anak Keluarga IX Jumlah
√ √ √ √ √ √ √ √ 4
√ 1
4
Data Informan Berdasarkan Pendidikan
Jumlah
6 4 Jumlah
2 0 D3
S1
S2
Pendidikan
Gambar 4.1 Grafik Tingkat Pendidikan Informan
4.1.1.2 Jumlah Informan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Perihal pekerjaan informan dari 9 keluarga sebagai informan dalam penelitian ini memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta 2 orang, staf pengajar di perguruan tinggi
74
1 orang, mahasiswa 5 orang dan staf administrasi 1 orang seperti yang ditampilkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.2 Jumlah Informan Berdasarkan Jenis Pekerjaan No Informan
√ √
Anak Anak Anak Anak Anak Anak Anak Anak Anak Jumlah
√ √ √ √ √ √ 2
√ 1
1
5
Data Informan Berdasarkan Pekerjaan 6 5 4 3 2 1 0
St af
sw
Ad m
St af
W ira
in st ra si Pe ng aj ar M ah as isw a
Jumlah
at a
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Jenis Pekerjaan Wiraswasta Staf Staf Mahasiswa Administrasi Pengajar
Jenis Pekerjaan
Gambar 4.2 Grafik Jenis Pekerjaan Informan
75
4.1.1.3 Pengelompokkan Informan Berdasarkan Penghasilan Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa kategori miskin adalah mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan sebesar Rp 211.726 atau sekitar Rp 7000 per hari. Dalam penelitian ini ditemukan 3 (tiga) keluarga dari 9 keluarga yang dijadikan informan yang termasuk dalam golongan keluarga kelas bawah dengan penghasilan berkisar ≤ Rp 1.500.000,-,
3 (tiga) keluarga kelas menengah dengan
penghasilan rata-rata sebulan ≥ Rp 4.106.000,- per bulan atau berpenghasilan ratarata ≥ Rp 49.275.000,- per tahun, dan 3 (tiga) keluarga lainnya kelas atas dengan penghasilan rata-rata ≥ Rp 10.885.000,- per bulan atau ≥ Rp 130.621.000,- per tahun. Untuk keluarga kelas atas ini juga memiliki aset lainnya seperti rumah di lingkungan elite, beberapa kendaraan roda empat, juga aset lainnya seperti ruko, usaha bisnis dan lain-lain. Datanya seperti tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Jumlah Informan Berdasarkan Penghasilan No
Informan ≤ Rp 1500.000
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Anak Keluarga I Anak Keluarga II Anak Keluarga III Anak Keluarga IV Anak Keluarga V Anak Keluarga VI Anak Keluarga VII Anak Keluarga VIII Anak Keluarga IX Jumlah
Penghasilan ≥Rp 4000.000
≥ Rp 10. 000.000
√ √ √ √ √ √
3
3
76
√ √ √ 3
3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Jumlah
at as
h
Ke la s
en en ga m
Ke la s
Ke la s
ba wa h
Jumlah
Data Kelompok Penghasilan
Kelompok Penghasilan
Gambar 4.3 Grafik Kelompok Penghasilan Informan 4.1.1.4 Jumlah Pemakaian Bahasa Berdasarkan Ranah Ranah yang menjadi objek penelitian ini adalah
berdasarkan angket yang
diberikan kepada informan. Pertanyaan yang terkait dengan pemilihan bahasa dikelompokkan sebagai berikut. 1. Pertanyaan nomor 18, 19, 22, 23, dan 25 merupakan pertanyaan perihal ranah rumah (lingkungan keluarga). 2. Pertanyaan nomor 21, 24, 26, dan 27 merupakan pertanyaan perihal ranah di luar rumah atau masyarakat. 4.1.1.4.1 Ranah Rumah Data yang berhubungan dengan ranah rumah ini didapatkan dari jawaban informan atas pertanyaan nomor 18,19,22, 23, dan 25 (lihat Lampiran 1).
77
Jawaban yang disediakan untuk pertanyaan kuesioner nomor 18, 19, 22, dan 25 adalah: (1) Bahasa Indonesia (BI), (2) Bahasa Minangkabau (BM), dan Bahasa Campur (BC) – BI dan BM dipakai bergantian. Berikut ini ditampilkan jawaban atas empat pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 4.4 Bahasa yang Digunakan dalam Ranah Rumah No
Informan BI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 8.
Anak Keluarga I Anak Keluarga II Anak Keluarga III Anak Keluarga IV Anak Keluarga V Anak Keluarga VI Anak Keluarga VII Anak Keluarga VIII Anak Keluarga IX
Dari Tabel 4.4
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Bahasa BM
BC
Pasif
√ √ √
√ √ √
√
√
Pasif Pasif
dijabarkan sebagai berikut. Ditemukan 2 anak dalam keluarga
dengan ekonomi bawah hanya mampu menggunakan BI, dan 1 anak dapat menggunakan BMA secara pasif. Sementara dalam keluarga menengah semua anak menggunakan BI, BMA, dan kedua bahasa ini sesuai dengan situasi dan kondisi di dalam rumahnya. Untuk keluarga kelas atas 1 ( satu) anak mampu menggunakan baik BI, BMA, maupun keduanya, dan 2 (dua) anak lainnya hanya mampu menggunakan BMA secara pasif.
78
4.1.1.4.2 Ranah Masyarakat Dalam ranah masyarakat didapatkan data yang terkait dengan bahasa yang dipakai informan bila berbicara di luar rumah berdasarkan pertanyaan nomor 21, 24, 26, dan 27 (lihat Lampiran 1). Jawaban yang disediakan untuk pertanyaan kuesioner nomor 21, 24, 26, dan 27 adalah: (1) Bahasa Indonesia (BI), (2) Bahasa Minangkabau Dialek Agam (BMA), dan
Bahasa Campur (BC) – BI dan BMA dipakai bergantian. Dan berikut ini
ditampilkan jawaban atas empat pertanyaan tersebut.
Tabel 4.5 Bahasa yang Digunakan dalam Ranah Masyarakat N0
Informan
Bahasa BI
BMA
BC
1.
Anak Keluarga I
√
2
Anak Keluarga II
√
3
Anak Keluarga III
√
4
Anak Keluarga IV
√
√
√
5
Anak Keluarga V
√
√
√
6
Anak Keluarga VI
√
√
√
7
Anak Keluarga VII
√
8
Anak Keluarga VIII
√
√
√
9
Anak Keluarga IX
√
√
√
Dari Tabel 4.5 ini dijabarkan sebagai berikut. Ditemukan ketiga anak dalam keluarga dengan ekonomi lemah hanya mampu menggunakan BI pada saat berkomunikasi pada lingkungan masyarakatnya. Sementara dalam keluarga menengah
79
semua anak menggunakan BI, BMA, dan kedua bahasa ini sesuai dengan situasi dan kondisi di lingkungan masyarakatnya. Untuk keluarga kelas atas 2 ( dua) anak mampu menggunakan baik BI, BMA, maupun keduanya, dan 1 (satu) anak lainnya hanya mampu menggunakan BI pada saat berkomunikasi di lingkungan masyarakatnya. 4.2 Temuan Penelitian Pada Bab II Tinjauan Pustaka, Syafyahya dkk (2000:12-13) menyatakan bahwa Kata sapaan di wilayah Agam bisa dibagi atas dua sapaan, yaitu kata sapaan kekerabatan dan kata sapaan nonkekeratan. Kata sapaan kekerabatan yaitu pertalian langsung atau tidak langsung yaitu meliputi kata sapaan umum. Kata sapaan nonkekerabatan meliputi kata sapaan bidang agama, bidang adat dan kata sapaa jabatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari sembilan (9) anak dari sembilan (9) keluarga yang dijadikan sebagai informan pada penelitian ini, berikut.
1. Pergeseran Kata Sapaan Umum
80
ditabelkan sebagai
Tabel 4.6 Pergeseran Kata Sapaan Umum No
Informan
Jumlah Kata Sapaan Umum = 19 Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan Umum
1
Anak keluarga I
12
2
Anak keluarga II
10
3
Anak keluarga III
12
4
Anak keluarga IV
17
5
Anak keluarga V
6
6
Anak keluarga VI
4
7
Anak keluarga VII
15
8
Anak keluarga VIII
14
9
Anak keluarga IX
12
20 15 10
Pergeseran
5
el 9 K
el 7 K
el 5 K
K
K
el 3
0
el 1
Jumlah Pergeseran
Data Pergeseran Kata Sapaan Umum
Informan
Gambar 4.4 Grafik Data Pergeseran Kata Sapaan Umum Dari tampilan data tersebut untuk pergeseran kata sapaan umum diketahui bahwa anak Keluarga VI yang terendah melakukan pergeseran, yaitu 4 pergeseran dari 19
81
jumlah kata sapaan umum, dan yang tertinggi adalah anak Keluarga IV sebanyak 17 pergeseran dari 19 jumlah kata sapaan umum. 2. Pergeseran Kata Sapaan Adat Tabel 4.7 Pergeseran Kata Sapaan Adat No
Informan
Jumlah Kata Sapaan Adat = 8 Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan Adat
1
Anak keluarga I
8
2
Anak keluarga II
8
3
Anak keluarga III
8
4
Anak keluarga IV
8
5
Anak keluarga V
4
6
Anak keluarga VI
8
7
Anak keluarga VII
8
8
Anak keluarga VIII
8
9
Anak keluarga IX
7
82
10 8 6
Pergeseran
4 2
Ke l.9
Ke l.7
Ke l.5
Ke l.3
0 Ke l.1
Jumlah Pergeseran
Data Pergeseran Kata Sapaan Adat
Informan
Gambar 4.5 Grafik Data Pergeseran Kata Sapaan Adat Untuk kata sapaan adat menurut kaum anak Keluarga V terendah membuat pergeseran, yaitu sebanyak 4 pergeseran dari 8 jumlah kata sapaan adat, anak Keluarga IX membuat pergeseran sebanyak 7 pergeseran dari 8 jumlah kata sapaan adat dan 7 keluarga lain anak-anaknya tidak mengetahui kata sapaan kelompok ini, yaitu Keluarga I, II, III, IV, VI, VII, dan VIII.
83
3. Pergeseran Kata Sapaan Agama Tabel 4.8 Pergeseran Kata Sapaan Agama Informan
Jumlah Kata Sapaan Agama = 11
1
Anak keluarga I
Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan Agama 5
2
Anak keluarga II
2
3
Anak keluarga III
10
4
Anak keluarga IV
5
5
Anak keluarga V
6
6
Anak keluarga VI
11
7
Anak keluarga VII
3
8
Anak keluarga VIII
6
9
Anak keluarga IX
0
Data Pergeseran Kata Sapaan Agama
Jumlah Pergesran
12 10 8 6
Pergeseran
4 2
Ke l.9
Ke l.7
Ke l.5
Ke l.3
0 Ke l.1
No
Informan
Gambar 4.6 Grafik Data Pergeseran Kata Sapaan Agama
84
Kata sapaan dalam agama anak Keluarga IX melakukan pergeseran terendah, yaitu 0 pergeseran (tidak ada pergeseran), dan yang tertinggi dilakukan oleh anak Keluarga VI sebanyak 11 pergeseran dari 11 jumlah kata sapaan agama. 4. Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Tabel 4.9 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan No Informan
Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6 Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan Jabatan
1
Anak keluarga I
6
2
Anak keluarga II
6
3
Anak keluarga III
6
4
Anak keluarga IV
2
5
Anak keluarga V
5
6
Anak keluarga VI
6
7
Anak keluarga VII
3
8
Anak keluarga VIII
6
9
Anak keluarga IX
0
85
7 6 5 4 3 2 1 0
Ke l.9
Ke l.7
Ke l.5
Pergeseran
Ke l.3
Ke l.1
Jumlah Pergeseran
Data Pergeseran Kata Sapaan Jabatan
Informan
Gambar 4.7 Grafik Data Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Anak Keluarga IX melakukan pergeseran kata sapaan jabatan terendah atau sebanyak 0 atau tidak ada pergeseran, Anak Keluarga IV melakukan pergeseran sebanyak 2 dari 6 jumlah kata sapaan jabatan, Anak Keluarga V melakukan pergeseran sebanyak 5 dari 6 jumlah kata sapaan jabatan, Anak Keluarga VII melakukan pergeseran sebanyak 3 dari 6 jumlah kata sapaan jabatan, dan anak-anak dari Keluarga I, II, III, VI, dan VIII melakukan pergeseran tertinggi, yaitu sebanyak 6 dari 6 jumlah kata sapaan jabatan.
86
BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN
5.1 Pembahasan Temuan Penelitian Berdasarkan Pergeseran Kata Sapaan Berikut ini ditampilkan paparan data beserta pembahasannya yang terkait dengan permasalahan pergeseran kata sapaan yang merupakan jawaban pada rumusan masalah pertama dalam tesis ini. 1. Pergeseran Kata Sapaan Umum Tabel 5.1 Pergeseran Kata Sapaan Umum No
Informan
Jumlah Kata Sapaan Umum = 19 Persentase Pergeseran Kata Sapaan Umum
1
Anak keluarga I
Frek. Pergeseran Kata Sapaan Umum 12
2
Anak keluarga II
10
(10/19) x 100 % = 54,63 %
3
Anak keluarga III
12
(12/19) x 100 % = 63,16 %
4
Anak keluarga IV
17
(17/19) x 100 % = 90 %
5
Anak keluarga V
6
(6/19) x 100 % = 31,58 %
6
Anak keluarga VI
4
(4/19) x 100 % = 21 %
7
Anak keluarga VII
15
(15/19) x 100 % = 79 %
8
Anak keluarga VIII
14
(14/19) x 100 % = 73,68 %
9
Anak keluarga IX
12
(12/19) x 100 % = 63,16 %
Jumlah Rata – rata Pergeseran Kata Sapaan Umum
102
(12/19) x 100 % = 63,16 %
539,37 %
102/9 = 11,33
(11,33/19) x 100 % = 59,65 % atau 539,37 % / 9 = 59,93 %
87
Dari tampilan data tersebut untuk pergeseran kata sapaan umum diketahui bahwa anak Keluarga VI yang terendah melakukan pergeseran, yaitu 4 pergeseran kata sapaan dari 19 jumlah kata sapaan umum (21%), dan yang tertinggi adalah anak Keluarga IV sebanyak 17 pergeseran kata sapaan dari 19 jumlah kata sapaan umum (90%). Dari hasil wawancara yang mendalam ternyata anak dalam Keluarga VI ini tinggal di kampung halamannya selama lebih kurang 20 tahun. Bila dianalisis lebih lanjut adalah wajar jika yang bersangkutan paling rendah melakukan pergeseran kata sapaan umum ini, karena kata sapaan ini digunakan oleh yang bersangkutan setiap hari dalam kehidupannya. Sementara pada anak Keluarga IV dari hasil wawancara mendalam ternyata anak ini tidak mempunyai saudara perempuan baik kakak mau pun adik; juga tak memiliki adik laki-laki. Dan dari pihak ibunya - ibu anak ini
tidak
memiliki kakak perempuan dan juga kakak dan adik laki-laki. Dan bila ditelusuri lebih lanjut dari data isian kuesioner diketahui keluarga ini sering berpindah tempat (melakukan urbanisasi). Dan kata sapaan yang digunakan ternyata bukan kata sapaan dari daerah asalnya. Jadi sesuai dengan teori Fishman pergeseran kata sapaan ini terjadi karena faktor urbanisasi.
88
2. Pergeseran Kata Sapaan Adat Tabel 5.2 Pergeseran Kata Sapaan Adat No
Informan
Jumlah Kata Sapaan Adat = 8
1
Anak keluarga I
Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan Adat 8
2
Anak keluarga II
8
(8/8) x 100 % = 100 %
3
Anak keluarga III
8
(8/8) x 100 % = 100 %
4
Anak keluarga IV
8
(8/8) x 100 % = 100 %
5
Anak keluarga V
4
(4/8) x 100 % = 50 %
6
Anak keluarga VI
8
(8/8) x 100 % = 100 %
7
Anak keluarga VII
8
(8/8) x 100 % = 100 %
8
Anak keluarga VIII
8
(8/8) x 100 % = 100 %
9
Anak keluarga IX
7
(7/8) x 100 % = 87,50 %
67
837,50 %
Jumlah Rata – rata Pergeseran Kata Sapaan Umum
Persentase Pergeseran Kata Sapaan Adat
(8/8) x 100 % = 100 %
67/9 = 7,444
Untuk kata sapaan adat
(7,444/8) x 100 % = 93,05 % atau 837,50 % / 9 = 93,05 %
menurut kaum anak Keluarga V terendah membuat
pergeseran, yaitu sebanyak 4 pergeseran kata sapaan dari 8 jumlah kata sapaan adat (50%), anak Keluarga IX membuat pergeseran sebanyak 7 pergeseran kata sapaan dari 8 jumlah kata sapaan adat (87,50%) dan 7 keluarga lain anak-anaknya tidak mengetahui kata sapaan kelompok ini, yaitu Keluarga I, II, III, IV, VI, VII, dan VIII. Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa keluarga ini aktif mengikuti perkumpulan asal kampungnya dan secara rutin pulang kampung tidak hanya pada
89
masa liburan, tetapi juga bila ada pesta perkawinan. Hal inilah yang menyebabkan anak dalam keluarga ini terendah melakukan pergeseran untuk kata sapaan tersebut. Sementara untuk anak Keluarga IX kata sapaan adat yang diketahuinya adalah kata panggilan terhadap penghulu karena ayah dari ibunya adalah seorang penghulu. Jadi yang bersangkutan sudah terbiasa mendengar kata sapaan ini. Dan anak dari tujuh (7) keluarga lainnya penyebab ketidaktahuan mereka terhadap kata sapaan ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Anak Keluarga I diketahui dari hasil wawancara mendalam jarang sekali pulang kampung dan Keluarga ini juga tidak ikutserta dalam perkumpulan asal kampung halamannya. Anak Keluarga
II,
dan III dari hasil
wawancara mendalam tidak pernah pulang kampung dan juga kedua keluarga ini tidak ikutserta dalam perkumpulan asal kampung halamannya. Dan anak Keluarga IV, VII, dan VIII dari hasil wawancara mendalam sebenarnya sering pulang kampung juga ikutserta dalam perkumpulan asal kampungnya tetapi anak dalam keluarga ini jarang menghadiri pertemuan tersebut dan pulang kampung tujuannya mengunjungi keluarga atau berlibur, bukan menghadiri pesta perkawinan. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak tersebut tidak mengetahui kata sapaan adat ini.
90
3. Pergeseran Kata Sapaan Agama Tabel 5.3 Pergeseran Kata Sapaan Agama No
Informan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan Agama Anak keluarga I 5 Anak keluarga II 2 Anak keluarga III 10 Anak keluarga IV 5 Anak keluarga V 6 Anak keluarga VI 11 Anak keluarga VII 3 Anak keluarga VIII 6 Anak keluarga IX 0 Jumlah
Rata – rata Pergeseran Kata Sapaan Umum
Jumlah Kata Sapaan Agama = 11
48
Persentase Pergeseran Kata Sapaan Agama (5/11) x 100 % = 45,45 % (2/11) x 100 % = 18,18 % (10/11) x 100 % = 90,91% (5/11) x 100 % = 45,45 % (6/11) x 100 % = 54,55 % (11/11) x 100 % = 100 % (3/11) x 100 % = 27,27 % (6/11) x 100 % = 54,55 % (0/11) x 100 % = 0,00 % 436,36 %
48/9 = 5,333
(5,333/11) x 100 % = 48,48 % atau 436,36 % /9 = 48,48 %
Kata sapaan dalam agama anak Keluarga IX melakukan pergeseran terendah, yaitu 0 pergeseran (tidak ada pergeseran), dan yang tertinggi dilakukan oleh anak Keluarga VI sebanyak 11 pergeseran kata sapaan dari 11 jumlah kata sapaan agama (100 %). Dari data diperoleh bahwa anak Keluarga IX ini berjenis kelamin laki-laki dan telah berusia 40 tahun, dan dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa yang bersangkutan melanjutkan sekolah menengah atasnya di Bukit Tinggi. Di samping itu yang bersangkutan juga berprofesi sebagai staf pengajar, aktif ikutserta dalam
91
perkumpulan asal kampungnya, dan ayahnya adalah ketua perkumpulan tersebut. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan tersebut adalah wajar jika yang bersangkutan mengetahui semua kata sapaan dalam agama ini. Sementara untuk anak Keluarga VI dari data diketahui yang bersangkutan berjenis kelamin wanita, berusia 40 tahun, dan dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa yang bersangkutan berprofesi sebagai wiraswasta. Jadi walaupun informan ini baru bermukim 20 tahun di Medan, karena mobilitasnya yang tinggi sebagai wiraswasta, dan adaptasinya yang tinggi terhadap lingkungannya (diketahui informan ini aktif dalam perkumpulan pengajian ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya) adalah wajar jika yang bersangkutan melakukan pergeseran kata sapaan agama ini – disesuaikan dengan dimana yang bersangkutan bermukim sekarang ini. Hal ini sesuai dengan teori pergeseran bahasa Fishman yang dirujuk dalam penelitian ini, yaitu faktor urbanisasi menjadi penyebab kata sapaan agama ini bergeser.
92
4. Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Tabel 5.4 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan No
Informan
Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6
1
Anak keluarga I
Frekuensi Persentase Pergeseran Kata Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Sapaan Jabatan 6 (6/6) x 100 % = 100 %
2
Anak keluarga II
6
(6/6) x 100 % = 100 %
3
Anak keluarga III
6
(6/6) x 100 % = 100 %
4
Anak keluarga IV
2
(2/6) x 100 % = 33,33 %
5
Anak keluarga V
5
(5/6) x 100 % = 83,33 %
6
Anak keluarga VI
6
(6/6) x 100 % = 100 %
7
Anak keluarga VII
3
(3/6) x 100 % = 50 %
8
Anak keluarga VIII
6
(6/6) x 100 % = 100 %
9
Anak keluarga IX
0
(0/6) x 100 % = 0,00 %
Jumlah
40
666,66 %
Rata – rata Pergeseran Kata Sapaan Umum
40/9 = 4,444
(4,44/6) x 100 % = 74,07 % atau 666,66 % / 9 = 74,07 %
Untuk kata sapaan dalam jabatan ini yang terendah melakukan pergeseran adalah anak Keluarga IX, yaitu 0 pergeseran (tidak ada pergeseran), dan yang tertinggi dilakukan oleh anak Keluarga I, II, III, VI, dan VIII sebanyak 6 pergeseran kata sapaan dari 6 jumlah kata sapaan jabatan (100 %). Dari data diperoleh bahwa anak Keluarga IX ini berjenis kelamin laki-laki dan telah berusia 40 tahun, dan dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa yang bersangkutan melanjutkan sekolah
93
menengah atasnya di Bukit Tinggi. Di samping itu yang bersangkutan juga berprofesi sebagai staf pengajar, aktif ikutserta dalam perkumpulan asal kampungnya, dan ayahnya adalah ketua perkumpulan tersebut. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan tersebut adalah wajar jika yang bersangkutan mengetahui semua kata sapaan dalam jabatan ini, karena selama bermukim di Bukit Tinggi selama 3 tahun tentu yang bersangkutan menggunakan kata sapaan ini dalam kehidupan sehariharinya. Untuk anak dalam Keluarga I, II, III, VI, dan VIII mengikuti pola menyapa seperti yang ada di lingkungannya. Ini artinya terjadi pergeseran kata sapaan jabatan sebesar 100 persen. Jadi dalam hal ini berlaku teori Fishman terjadinya pergeseran kata sapaan karena urbanisasi. Sementara pada anak Keluarga IV terjadi pergeseran ada 2 (dua) kata sapaan dari 6 (enam) atau 33,33 persen. Jadi untuk kata sapaan jabatan ini terjadinya pergeseran kata sapaan karena faktor lingkungan. Dan dari data kuesioner yang lainnya didapatkan bahwa
Keluarga IV ini sering urbanisasi ke
berbagai tempat. Jadi sesuai dengan teori Fishman faktor pergeseran kata sapaan jabatan pada keluarga ini karena faktor urbanisasi. Dan pada anak Keluarga V ini membuat pergeseran kata sapaan sebanyak 5 dari 6 (enam) kata sapaan yang ditanyakan atau 83,33 persen. Dan bila dianalisis lebih lanjut secara umum terjadinya pergeseran kata sapaan jabatan ini disesuaikan karena anak ini menggunakan kata sapaan yang berlaku di lingkungannya. Jadi dalam hal ini berlaku teori Fishman terjadinya pergeseran kata sapaan karena faktor urbanisasi.
94
Dari 4 (empat) tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata kata sapaan yang terendah mengalami pergeseran adalah kata sapaan dalam agama sebesar 48,48 persen, ini disebabkan karena kata sapaan agama dalam hal ini agama Islam boleh dikatakan secara umum tiap-tiap daerah sama seperti (1) panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang tuan kadi, angku kali; (2) panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama)
buya,
angku labai, ustad; (3)
panggilan kepada orang yang memimpin shalat di mesjid atau surau imam, angku imam; (4) panggilan kepada orang yang memberi khotbah Jum’at khatib; (5) panggilan untuk ulama wanita umi, ibu,
katik angku,
ustazah; dan (6) panggilan
terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji , pak haji, bu hajjah. Kata sapaan kedua terendah adalah kata sapaan umum sebesar 59,93 persen. Hal ini disebabkan karena beberapa kata sapaan ini sama dengan yang ada di tempat tinggalnya sekarang seperti (1) panggilan terhadap adik laki-laki kandung adiak, panggil nama; (2) panggilan terhadap kakak perempuan kandung (ka)kak, uni, panggil nama; (3) panggilan terhadap adik perempuan kandung adiak, panggil nama; dan (4) panggilan terhadap istri panggil nama, amaknyo, uwai, iya. Pada urutan ketiga terendah adalah kata sapaan dalam jabatan sebesar 74,07 persen. Hal ini disebabkan karena untuk kata sapaan ini dapat menggunakan cara penyapaan yang sopan, yaitu dengan menyapa orang yang lebih tua dengan Bapak dan Ibu. Dan cara menyapa seperti ini berlaku tidak hanya di tempat tinggal informan sekarang tetapi juga di tempat asal yang bersangkutan. Dan yang tertinggi mengalami pergeseran
95
adalah kata sapaan adat menurut kaum yaitu sebesar 93,05 persen. Hal ini disebabkan karena kata sapaan dalam adat berlaku tetap dan tidak dapat digantikan dengan katakata yang lain. Untuk keempat kata sapaan tersebut data besarnya pergeseran tercantum pada tabel berikut ini. Tabel 5.5 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Pergeseran Kata Sapaan
Rata-rata Persentase Pergeseran dari Jumlah Kata Sapaan
Kata Sapaan Umum
59,93 % dari 19 Kata sapaan
Kata Sapaan Adat
93,05 % dari 8 Kata Sapaan
Kata Sapaan Agama
48,48 % dari 11 Kata Sapaan
Kata Sapaan Jabatan
74,07 % dari 6 Kata Sapaan
5.2 Pembahasan Temuan Penelitian
Berdasarkan
Faktor-faktor
Penyebab
Pergeseran Kata Sapaan untuk Masing-masing Keluarga Informan Pembahasan berikut ini merupakan jawaban atas rumusan masalah kedua dalam penelitiannya ini. Berdasarkan 4 (empat) tabel yang telah ditampilkan
sebelumnya (
Tabel 14,15,16, dan 17) yang diperoleh dari 9 (sembilan) anak dari 9 (sembilan) keluarga sebagai informan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut. 5.2.1 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga I Berikut ini dijabarkan hasil temuan penelitian untuk keluarga I secara berturutturut mulai dari pergeseran kata sapaan umum, kata sapaan adat menurut kaum, kata sapaan agama, dan kata sapaan jabatan.
96
5.2.1.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum Dari data yang diperoleh (Lihat Lampiran 2) dapat dianalisis sebagai berikut. Kata sapaan umum ayah dan ibu hampir sama kecuali untuk panggilan terhadap ibunya ibu; tetapi kata panggilan ini keduanya baik inyiak maupun nenek merupakan kata sapaan dalam BMA. Sementara pada anak terjadi pergeseran kata sapaan dari 19 (sembilan belas) kata sapaan umum yang mengalami pergeseran adalah sebanyak 12 kata sapaan atau 63,16 persen. Sementara kata sapaan seperti panggilan terhadap (1) ibu dari amak menjadi mama begitu juga dengan kata sapaan terhadap (2) ayah dari abak menjadi papa mengalami pergeseran sesuai dengan teori Fishman hal ini disebabkan karena kata sapaan yang sekarang digunakan lebih prestise. Untuk kata panggilan terhadap (3) kakak dan adik perempuan ayah anak menyapa dengan mami; karena anak menggunakan kata sapaan yang sama dengan sepupu-sepupunya. Hal ini memang tak dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Fishman. Sementara kata sapaan terhadap (4) kakak laki-laki anak menyapa dengan abang –terjadinya pergeseran ini juga berdasarkan teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu disebabkan karena faktor urbanisasi – berpindahnya dari tempat asalnya ke tempat yang baru mengakibatkan panggilannya pun mengalami pergeseran. Di samping itu ternyata anak dalam Keluarga I ini tidak mengetahui kata sapaan umum sebanyak 8 kata sapaan, dan hal inilah yang menjadi penyebab tingginya kata sapaan umum yang tidak diketahuinya, yaitu untuk kata sapaan terhadap (5) adik laki-laki kandung, (6) adik kandung perempuan; (7) istri, (8) suami, (9) anak kandung laki-laki,
97
(10) anak kandung perempuan, (11) cucu kandung laki-laki, dan (12) cucu kandung perempuan. Pergeseran kata sapaan (5) dan (6) karena yang bersangkutan tidak memilikinya, dan untuk (7), (8), (9), (10), (11), dan (12) karena sebagaimana diketahui informan belum menikah, jadi yang bersangkutan belum menggunakan kata sapaan ini.
5.2.1.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Dari data yang ditampilkan (Lihat Lampiran 2) ketidaktahuan anak terhadap kata sapaan adat ini (terjadi pergeseran 100 persen) semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan antargenerasi; anak karena usianya masih muda belum mempelajari adatistiadat daerah asalnya. Biasanya dengan pertambahan usia yang bersangkutan akan mempelajarinya juga. Tetapi untuk ayah dan ibu kata sapaan adat ini telah dipahami dan dipraktikkan dalam kehidupannya sehari-hari. 5.2.1.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama Dari sebelas (11) kata sapaan agama yang mengalami pergeseran adalah sebanyak lima (5) atau
sebesar 45,46 persen. Ini artinya
bahwa anak hanya
mengetahui kata sapaan agama ini lebih kurang separuhnya saja. Faktor urbanisasi menyebabkan anak tidak mengetahui kata sapaan agama dalam bahasa ibunya, disamping itu dari data yang diperoleh anak ini pun jarang pulang kampung. Ini sesuai dengan teori Fishman salah satu penyebab terjadinya pergeseran bahasa karena faktor
98
urbanisasi.
Sementara kata sapaan agama untuk kedua orang tua anak ini tidak
mengalami pergeseran atau masih sama dengan ketika mereka berada di kampungnya. Ini juga semakin memperkuat teori Fishman yang lainnya bahwa terjadinya pergeseran bahasa terjadi karena faktor antargenerasi. 5.2.1.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Pada bagian ini kalau diperhatikan anak mengikuti pola menyapa seperti ibunya, tetapi dengan menggunakan bahasa yang lebih sopan. Dan bila dianalisis lebih lanjut secara umum terjadi pergeseran untuk kata sapaan jabatan ini (mengalami pergeseran 100 persen) disesuaikan dengan kata sapaan yang berlaku di lingkungannya. Jadi dalam hal ini berlaku teori Fishman
terjadinya pergeseran kata sapaan karena
urbanisasi. 5.2.2 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga II 5.2.2.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum Dari data yang diperoleh (Lihat Lampiran 2) dapat dianalisis sebagai berikut: kata sapaan umum ayah dan ibu hampir sama kecuali untuk panggilan terhadap ibu dan ayah; tetapi kata panggilan ini keduanya baik amai maupun amak; apak dan ayah merupakan kata sapaan dalam BMA. Sementara pada anak terjadi pergeseran kata sapaan sebanyak 10 (sepuluh) atau 54,63 persen dari 19 (sembilan belas) kata sapaan yang anak gunakan, yaitu pergeseran untuk kata sapaan terhadap (1) ibu dan (2) ayah kandung – anak menyapa dengan mama dan papa. Hal ini sesuai dengan teori Fishman, yaitu bergesernya kata sapaan ini karena kata sapaan yang anak gunakan
99
sekarang lebih prestise. Dan ternyata anak dalam Keluarga II ini tidak mengetahui kata sapaan umum atau terjadi pergeseran kata sapaan lainnya sebanyak 8 kata sapaan, dan hal inilah yang menjadi penyebab tingginya
kata sapaan umum yang tidak
diketahuinya, yaitu untuk kata sapaan terhadap (3) kakak laki-laki kandung, (4) adik laki-laki kandung, (5) istri, (6) suami, (7) anak kandung laki-laki, (8) anak kandung perempuan, (9) cucu
kandung laki-laki,
dan (10) cucu kandung perempuan.
Pergeseran kata sapaan (3) dan (4) karena yang bersangkutan tidak memilikinya, dan untuk (4), (5), (6), (7), (8), (9), dan (10) karena sebagaimana diketahui informan belum menikah, jadi yang bersangkutan belum menggunakan kata sapaan ini. 5.2.2.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Dari data yang ditampilkan pada Lampiran 2 ketidaktahuan anak terhadap kata sapaan adat ini semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan antar- generasi (terjadi pergeseran 100 persen); anak karena usianya masih muda belum mempelajari adat-istiadat daerah asalnya. Selain itu dari data yang diperoleh diketahui anak ini tidak pernah pulang kampung. Biasanya dengan pertambahan usia yang bersangkutan akan mempelajari adat-istiadat daerah asalnya. 5.2.2.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama Dari sebelas (11) kata sapaan agama yang mengalami pergeseran adalah sebanyak dua (2) atau sebesar lebih kurang 19 (sembilan belas) persen. Ini artinya bahwa kata sapaan agama anak hanya berbeda untuk dua kata sapaan saja dengan
100
orang tuanya. Faktor urbanisasi menyebabkan anak tidak mengetahui kata sapaan agama dalam bahasa ibunya, disamping itu dari data yang diperoleh anak ini pun tidak pernah
pulang kampung. Ini sesuai dengan teori Fishman salah satu penyebab
terjadinya pergeseran bahasa karena faktor urbanisasi. Sementara kata sapaan agama untuk kedua orang tua anak ini tidak mengalami pergeseran atau masih sama dengan ketika mereka berada di kampungnya. Ini juga semakin memperkuat teori Fishman yang lainnya bahwa terjadinya pergeseran bahasa terjadi karena faktor antargenerasi.
5.2.2.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Dari data yang ditampilkan pada Lampiran 2 kata sapaan jabatan dalam keluarga kedua ini telah mengalami pergeseran, kecuali untuk kata sapaan kepada camat dan lurah yang digunakan oleh ayah. Jadi pergeseran kata sapaan jabatan pada anak dalam keluarga ini adalah sebesar 100 persen. Hal ini terjadi sesuai dengan teori Fishman yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu faktor urbanisasi. Keluarga ini telah lama bermuukim di Medan dan tidak pernah pulang kampung; sehingga yang digunakan adalah kata sapaan jabatan yang berlaku di lingkungannya sekarang ini. 5.2.3 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga III 5.2.3.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan data pada Lampiran 2 dapat dianalisis sebagai berikut: kata sapaan umum yang dipakai oleh anak dalam keluarga ini hanya empat (4) dari sembilan belas (19) yang ditanyakan dan dari hasil wawancara secara tidak langsung anak dalam
101
keluarga ini tidak memiliki baik adik laki-laki maupun perempuan. Dan dari pihak ibunya -- ibu anak ini
memanggil kakak dan adik perempuan dari pihak ibunya
dengan umi. Ini artinya dari pihak ibu pun telah terjadi pergeseran kata sapaan. Sementara kata sapaan yang tidak diketahuinya adalah sebanyak 7 (tujuh) kata sapaan. Jadi terjadi pergeseran sebanyak 12 (dua belas) kata sapaan atau 63,16 persen, yaitu (1) pergeseran
kata sapaan terhadap
suami, anak menyapa dengan mas karena
suaminya berasal dari suku Jawa.; (2) pergeseran kata sapaan terhadap adik perempuan ibu dari etek menjadi tante + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya etek.; (3) pergeseran kata sapaan ayah kandung dari abak, apa, menjadi papa. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya abak maupun apa; (4) pergeseran kata sapaan kakak dan adik perempuan ayah dari etek menjadi tante + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya etek; dan (5) pergeseran kata sapaan kakak laki-laki kandung dari memanggil nama ataupun uda menjadi abang + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini bergeser karena faktor urbanisasi. Dan 7 (tujuh) kata sapaan yang tidak diketahui informan, yaitu untuk kata sapaan (6) kakak dan adik laki-laki ibu, (7) adik laki-laki kandung, (8) adik kandung perempuan; (9) istri- karena yang bersangkutan wanita, (10) anak kandung perempuan, (11) cucu kandung laki-laki, dan (12) cucu kandung perempuan. Pergeseran kata sapaan (6), (7), dan (8), karena
102
yang bersangkutan tidak memilikinya, dan untuk (10), (11), dan (12) karena yang bersangkutan belum memilikinya. 5.2.3.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Dari data yang ditampilkan pada Lampiran 2 ketidaktahuan anak terhadap kata sapaan adat ini semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan antargenerasi (terjadi pergeseran 100 persen); anak karena usianya masih muda belum mempelajari adat-istiadat daerah asalnya. Selain itu dari data yang diperoleh diketahui anak ini tidak pernah pulang kampung. Biasanya dengan pertambahan usia yang bersangkutan akan mempelajari adat-istiadat daerah asalnya. 5.2.3.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama Dari 11 kata sapaan agama yang ditanyakan kepada anak dalam keluarga III ini yang mengalami pergeseran adalah sebanyak 9 kata sapaan atau 82 persen, yaitu untuk kata sapaan terhadap (1) orang yang menjaga mesjid atau surau, (2) orang yang membaca doa, (3) orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat, (4) petugas agama yang mengawinkan orang, (5) orang yang mengetahui ajaran agama (ulama), (6) orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di mesjid atau surau, (7) orang yang memimpin shalat di mesjid atau surau, (8) orang yang memberi khotbah Jum’at, dan (9) alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat yang sering memberikan pengajian agama. Dan bila diperhatikan penyebab pergeseran
103
ini karena pengaruh lingkungan tempat anak bermukim (faktor urbanisasi), dan dari hasil wawancara mendalam diketahui anak ini tak pernah pulang kampung . 5.2.3.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan data yang diperoleh ternyata anak dalam keluarga ini mengalami pergeseran kata sapaan jabatan sebesar 100 persen. Semua kata sapaan yang digunakan telah mengalami pergeseran. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan. Anak ini menyapa sesuai dengan lingkungan dimana tempat dia bermukim. Dari hasil wawancara yang mendalam diketahui anak ini tidak pernah pulang kampung. Jadi faktor urbanisasi penyebab utama pergeseran kata sapaan jabatan ini.
5.2.4 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga IV 5.2.4.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan data yang diperoleh (Lihat Lampiran 2) dapat dianalisis sebagai berikut: kata sapaan umum yang dipakai oleh anak dalam keluarga ini hanya delapan (8) dari sembilan belas (19) yang ditanyakan dan dari hasil wawancara secara tidak langsung anak tidak mempunyai saudara perempuan baik kakak mau pun adik; juga tak memiliki adik laki-laki. Dan dari pihak ibunya - ibu anak ini
tidak memiliki
kakak perempuan dan juga kakak dan adik laki-laki. Jadi dari 19 (sembilan belas) kata sapaan yang ditanyakan yang mengalami pergeseran adalah sebanyak 17 (tujuh belas) kata sapaan atau 90 persen, yaitu (1) pergeseran kata sapaan terhadap ibu kandung, anak menyapa dengan mama. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa
104
kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya emak ataupun amak; (2) pergeseran kata sapaan terhadap adik perempuan ibu dari etek menjadi tante + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya etek.; (3) pergeseran kata sapaan ayah kandung dari abak, apa, menjadi papa. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya abak maupun apa; (4) pergeseran kata sapaan kakak dan adik perempuan ayah dari etek menjadi tante + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya etek; (5) pergeseran kata sapaan kakak laki-laki kandung dari memanggil nama. ataupun uda menjadi abang + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini bergeser karena faktor urbanisasi; (6) pergeseran kata sapaan ayah kandung ibu maupun ayah dari inyiak menjadi kakek. Hal ini terjadi sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini bergeser karena faktor urbanisasi. Sementara kata sapaan antan merupakan kata sapaan dalam BMA juga. Dan bila ditelusuri lebih lanjut dari data isian kuesioner diketahui keluarga ini sering berpindah tempat (melakukan urbanisasi). Begitu pun untuk data ayah dan ibu – ada hal yang menarik; baik ayah dan ibu dalam Keluarga IV ini menyapa kepada istri atau pun suami dengan mama dan papa; kepada anak laki-lakinya dengan abang; dan anak perempuannya dengan adek. Dari hasil wawancara mendalam diketahui hal itu memang secara sengaja dilakukan baik oleh ayah maupun ibu dalam keluarga ini untuk mengajarkan kepada anak-anaknya agar
105
menyapa dengan kata-kata yang serupa. Dan kata sapaan ini bukan kata sapaan dari daerah asalnya. Jadi sesuai dengan teori Fishman pergeseran kata sapaan dalam keluarga ini terjadi karena faktor urbanisasi. Dan ternyata anak dalam Keluarga IV ini tidak mengetahui kata sapaan umum atau terjadi pergeseran kata sapaan lainnya sebanyak 11 kata sapaan, dan hal inilah yang menjadi penyebab tingginya kata sapaan umum yang tidak diketahuinya, yaitu untuk kata sapaan terhadap
(7) kakak
perempuan kandung, (8) adik laki-laki kandung, (9) kakak perempuan kandung, (11) adik perempuan kandung, (12) istri karena yang bersangkutan wanita jadi tidak menggunakan kata sapaan ini, (13) suami, (14) anak kandung laki-laki, (15) anak kandung perempuan, (16) cucu
kandung laki-laki,
dan (17) cucu kandung
perempuan. Pergeseran kata sapaan (7), (8), (9), (10), dan
(11) karena yang
bersangkutan tidak memilikinya, dan untuk (13), (14), (15), (16), dan (17), karena sebagaimana diketahui informan belum menikah. 5.2.4.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Dari data yang ditampilkan di atas ketidaktahuan anak atau terjadi pergeseran sebesar 100 persen terhadap kata sapaan adat ini semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan antargenerasi; anak karena usianya masih muda belum mempelajari adat-istiadat daerah asalnya. Biasanya dengan pertambahan usia yang bersangkutan akan mempelajarinya juga.
106
5.2.4.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan data yang diperoleh (Lihat Lampiran 2) dapat dianalisis sebagai berikut anak pada dasarnya mengetahui kata sapaan yang lazim digunakan dalam kata sapaan agama dan secara kebetulan kata sapaan agama tersebut sama dengan kata sapaan agama dari tempat asalnya. Jadi ada lima (5) kata sapaan agama yang tidak diketahui anak ini dalam bahasa ibunya atau bahasa lainnya atau sebesar 45,46 persen dari sebelas (11) kata sapaan agama yang ditanyakan. Walaupun anak ini sering pulang kampung tetapi karena usianya yang masih muda belum mengetahui secara mendalam perihal kata sapaan dalam agama ini.
Sementara kedua orang tua dalam
keluarga ketiga ini masih mengenal kata sapaan agama dalam bahasa ibunya walaupun keluarga ini telah lama urbanisasi. Dari data yang diperoleh diketahui keluarga ini sering pulang kampung. Jadi terjadinya ketidaktahuan anak perihal beberapa kata sapaan sesuai dengan teori Fishman karena faktor urbanisasi. 5.2.4.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Dari data yang diperoleh (Lihat Lampiran 2) dapat dijelaskan sebagai berikut: kata sapaan jabatan baik pada ayah, ibu mau pun anak tidak banyak perbedaannya. Dari enam (6) kata sapaan jabatan yang mengalami pergeseran ada 2 (dua) atau 33,33 persen. Jadi untuk kata sapaan jabatan ini terjadinya pergeseran kata sapaan karena kata sapaan tersebut sama dengan kata sapaan yang ada di lingkungannya di sini. Dan bila diteliti lebih lanjut ternyata kata sapaan kedua orang tua dari keluarga ini telah mengalami pergeseran juga, sebagai contoh untuk kata sapaan jabatan nomor lima (5)
107
biasanya disapa dengan pak/bu doktor, tetapi
bukan pak/bu dokter. Dari data
kuesioner yang lainnya didapatkan informasi bahwa keluarga ini sering urbanisasi ke berbagai tempat. Jadi sesuai dengan teori Fishman faktor pergeseran kata sapaan jabatan pada keluarga ini karena faktor urbanisasi. 5.2.5 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga V 5.2.5.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum Pergeseran kata sapaan umum anak dalam keluarga V ini terjadi sebanyak 6 dari 19 kata sapaan yang digunakannya atau terjadi pergeseran sebesar 31,58 persen, yaitu untuk kata sapaan terhadap (1) istri, (2) suami karena yang bersangkut pria, (3) anak kandung laki-laki, (4) anak kandung perempuan, (5) cucu kandung laki-laki, dan (6) cucu kandung perempuan. Pergeseran kata sapaan (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) karena sebagaimana diketahui informan belum menikah. 5.2.5.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Dari data yang ditampilkan di atas pengetahuan anak terhadap kata sapaan adat ini mengalami sebesar 50 persen atau anak mengetahui 4 kata sapaan dalam adat dari 8 kata sapaan adat yang ditanyakan. Kata sapaan adat menurut kaum ini yang tidak diketahui oleh anak dalam keluarga V ini adalah untuk kata sapaan (1) terhadap menantu laki-laki, (2) bisan (orang tua ibu dan ayah) dari istri atau suami anak kandung, (3) mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami, dan (4) minantu (istri atau suami anak kandung). Hal ini semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan
108
antar
generasi; anak karena usianya masih muda belum mempelajari adat-istiadat daerah asalnya. Biasanya dengan pertambahan usia yang bersangkutan akan mempelajarinya juga. Tetapi untuk ayah dalam keluarga V ini kata sapaan adat ini telah dipahami dan dipraktikkan dalam kehidupannya sehari-hari. Ternyata ibu dalam keluarga ini memiliki pengetahuan yang sama dengan anaknya. Jadi dapat disimpulkan ketidaktahuan anak terhadap kata sapaan ini karena ibu dalam keluarga ini juga tidak mengetahui. Seperti yang telah diketahui bahwa sesungguhnya anak banyak belajar sesuatu dari ibunya, termasuk untuk bahasa ibunya. 5.2.5.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama Dari sebelas (11) kata sapaan agama yang bergeser artinya kata sapaan tersebut tidak diketahui oleh generasi berikutnya dalam hal ini anak adalah 3 (tiga) atau sama juga 27,3 persen. Ini artinya bahwa anak mengetahui kata sapaan agama ini lebih dari separuhnya atau 72,7 persen. Hal ini disebabkan karena anak dalam keluarga V ini selama satu tahun belajar mengaji di kampung halamannya.
Sementara kata
sapaan agama untuk kedua orang tua ini tetap bertahan masih sama dengan ketika berada di kampungnya. Ini juga semakin memperkuat teori Fishman yang lainnya bahwa terjadinya pergeseran bahasa karena faktor antargenerasi. 5.2.5.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Pada bagian ini kalau diperhatikan anak mengikuti pola menyapa seperti ibunya. Dan bila dianalisis lebih lanjut secara umum terjadinya pergeseran kata sapaan jabatan ini disesuaikan dengan kata sapaan yang berlaku di lingkungannya. Jadi
109
dalam hal ini berlaku teori Fishman
terjadinya pergeseran kata sapaan karena
urbanisasi dan yang mengalami pergeseran adalah sebesar 83,33 persen. 5.2.6 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga VI 5.2.6.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum Dari 19 kata sapaan yang ditanyakan kepada anak dalam Keluarga VI ini ternyata yang mengalami pergeseran ataupun tidak diketahuinya adalah sebanyak 4 kata sapaan atau 21 persen, yaitu untuk kata sapaan terhadap (1) kakak laki-laki kandung. Pergeseran kata sapaan (1)
disebabkan karena faktor lingkungan; anak menyapa
dengan abang terhadap kakak laki-laki kandung. Sementara 2 kata sapaan yang belum digunakannya karena yang bersangkutan belum memilikinya, yaitu untuk kata sapaan terhadap (2) cucu kandung laki-laki, dan (3) cucu kandung perempuan. Dan kata sapaan terhadap (4) istri yang bersangkutan tidak menggunakannya karena informan ini berjenis kelamin wanita.
5.2.6.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Anak dalam keluarga ini menggunakan kata sapaan adat menurut kaum yang berbeda dengan kedua orng tuanya sebanyak 3 (tiga) kata sapaan dari 8 (delapan) yang ditanyakan atau 37,5 persen, yaitu untuk (1) panggilan terhadap penghulu, (2) Mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami, dan (3) para pendatang yang menikah dengan wanita setempat. Tetapi bila diteliti lebih mendalam, ternyata baik kedua orang tua maupun anak dalam keluarga ini tidak mengalami pergeseran kata
110
sapaan tetapi anak dalam keluarga ini memakai varian yang berbeda. Dari hasil wawancara mendalam ternyata anak dalam keluarga ini cukup lama bermukim di kampung sekitar 20 tahun. Jadi sebenarnya tidak terjadi pergeseran kata sapaan atau 0 persen pergeseran kata sapaan adat menurut kaum dalam keluarga ini. 5.2.6.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama Dari data yang ditampilkan untuk kata sapaan agama ini, ternyata perbendaharaan kata sapaan anak lebih lengkap dari kedua orang tuanya. Kedua orang tua dalam keluarga VI ini lupa untuk 2 kata sapaan, yaitu (1) terhadap orang yang menjaga mesjid atau surau, dan (2) terhadap orang yang membaca doa. Jadi anak dalam keluarga ini mengetahui semua kata sapaan agama atau terjadi pergeseran 0 persen. 5.2.6.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Bila diperhatikan kata sapaan jabatan anak dalam keluarga ini telah mengalami pergeseran sebanyak 4 (empat) kata sapaan atau 66,67 persen dari 6 kata sapaan jabatan yang ditanyakan, 1 kata sapaan jabatan terhadap Ketua Lingkungan tidak diketahuinya, dan 1 kata sapaan terhadap lurah merupakan varian dari kata sapaan yang digunakan orang tua dalam keluarga ini. Pergeseran keempat kata sapaan tersebut bila diteliti lebih lanjut disebabkan oleh faktor urbanisasi.
Anak dalam
keluarga VI ini terpengaruh dengan kata sapaan yang digunakan di lingkungannya sekarang ini dimana dia bermukim. Ini sesuai dengan teori Fishman yang dirujuk dalam penelitian ini.
111
5.2.7 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga VII 5.2.7.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum Dari 19 kata sapaan yang ditanyakan kepada anak dalam keluarga VII ini yang mengalami pergeseran adalah sebanyak 15 kata sapaan atau 79 persen, yaitu untuk kata sapaan terhadap (1) ibu kandung, (2) ayah kandung, (3) kakak laki-laki kandung, (4) kakak perempuan kandung, dan (5) ayah kandung ibu atau ayah. Pergeseran kata sapaan (1) dan (2) disebabkan karena faktor prestise anak menyapa dengan mama terhadap ibu kandung dan papa terhadap ayah kandung. Pergeseran kata sapaan (3) dan (4) diakibatkan karena faktor lingkungan – anak dalam keluarga ini menyapa baik kakak laki-laki kandung maupun kakak perempuan kandung dengan sapaan yang dipakai di lingkungannya yaitu abang dan kakak. Ini sesuai dengan teori Fishman pergeseran yang terjadi karena faktor urbanisasi. Sementara untuk (5) pergeseran terjadi karena anak dalam keluarga ini menciptakan kata sapaan sendiri yang mudah untuk diingatnya. Hal ini tak dapat dijelaskan berdasarkan teori Fishman. Anak dalam Keluarga VII ini tidak mengetahui kata sapaan umum sebanyak 11 kata sapaan, dan hal inilah yang menjadi penyebab tingginya
kata sapaan umum yang tidak
diketahuinya, yaitu untuk kata sapaan terhadap (6) kakak dan adik perempuan ibu, (7) kakak dan adik laki-laki ibu, (8) adik laki-laki kandung, (9) adik kandung perempuan; (10) istri, (11) suami karena yang bersangkutan pria, (12) anak kandung laki-laki, (13) anak kandung perempuan, (14) cucu kandung laki-laki, dan (15) cucu kandung perempuan. Pergeseran kata sapaan (6), (7), (8), (9) karena yang bersangkutan tidak
112
memilikinya, dan untuk (10), (12), (13), (14), dan (15) karena sebagaimana diketahui informan belum menikah. 5.2.7.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Dari data yang ditampilkan di atas ketidaktahuan anak terhadap kata sapaan adat ini semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan antargenerasi; anak karena usianya masih muda belum mempelajari adat-istiadat daerah asalnya. Biasanya dengan pertambahan usia yang bersangkutan akan mempelajarinya juga. Anak dalam keluarga ini hanya mengetahui kata sapaan terhadap penghulu itupun mengalami pergeseran. Dari hasil wawancara mendalam anak ini menyamaratakan semua laki-laki tua dengan sapaan inyiak. Jadi untuk kata sapaan dalam adat ini terjadi pergeseran sebesar 100 persen. 5.2.7.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan data yang diperoleh dari anak keluarga VII ini kata sapaan agama yang tidak diketahui atau mengalami pergeseran sebanyak 3 kata sapaan dari 11 kata sapaan yang ditanyakan atau 27,27 persen, yaitu untuk kata sapaan (1) terhadap orang yang menjaga mesjid atau surau, (2) terhadap orang yang membaca doa, dan (3) terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat. Hal ini disebabkan karena dalam lingkungan anak ini sekarang berada sapaan secara khusus terhadap ketiga kelompok ini tidak ditemukan. Jadi hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi, anak dalam keluarga ini tak mengenali kata sapaan tersebut. 5.2.7.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan
113
Dari data yang diperoleh (Lihat Lampiran 2) dapat dijelaskan sebagai berikut: kata sapaan jabatan baik pada ayah, ibu mau pun anak tidak banyak perbedaannya. Dari enam (6) kata sapaan jabatan yang mengalami pergeseran boleh dikatakan tidak ada karena anak juga menyapa dengan pak camat sementara kedua orang tuanya dengan (pak) camaik. Jadi untuk kata sapaan jabatan tidak mengalami pergeseran karena kata sapaan tersebut sama dengan kata sapaan yang ada di lingkungannya di sini. Dan bila diteliti lebih lanjut ternyata kata sapaan kedua orang tua dari keluarga ini telah mengalami pergeseran juga, sebagai contoh untuk kata sapaan jabatan nomor lima(5) biasanya disapa dengan pak/bu doktor, tetapi bukan pak/bu dokter. Dari data kuesioner yang lainnya didapatkan informasi bahwa keluarga ini sering urbanisasi ke berbagai tempat. Sesuai dengan teori Fishman faktor pergeseran kata sapaan jabatan pada keluarga ini karena faktor urbanisasi. Jadi dalam keluarga ini terjadi pergeseran kata sapaan jabatan sebanyak 3 (tiga) atau 50 persen dari 6 kata sapaan jabatan yang ditanyakan. Dan penyebab pergeseran tersebut karena faktor urbanisasi. 5.2.8 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga VIII 5.2.8.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum Dari 19 (sembilan) kata sapaan umum yang diketahui anak dalam keluarga VIII ternyata yang mengalami pergeseran adalah 14 kata sapaan atau 73,68 persen, yaitu panggilan terhadap (1) ibu kandung, (2) ayah kandung, dan (3) kakak dan adik perempuan ayah. Penyebab pergeseran (1), (2), dan (3) karena faktor prestise. Anak dalam keluarga ini juga melakukan pergeseran kata sapaan terhadap (4) kakak laki-
114
laki kandung – yang bersangkutan menyapa dengan nama panggilan. Hal ini tak dapat dijelaskan berdasarkan teori yang dirujuk dalam penelitian ini, yaitu teori pergeseran Fishman. Anak dalam Keluarga VIII ini juga tidak mengetahui kata sapaan umum sebanyak 10 kata sapaan, dan hal inilah yang menjadi penyebab tingginya kata sapaan umum yang tidak diketahuinya, yaitu untuk kata sapaan terhadap (5) kakak dan adik laki-laki ibu, (6) adik laki-laki kandung, (7) kakak perempuan kandung, (8) adik kandung perempuan; (9) istri karena yang bersangkutan wanita, (10) suami karena yang bersangkutan pria, (11) anak kandung laki-laki, (12) anak kandung perempuan, (13) cucu kandung laki-laki, dan (14) cucu kandung perempuan. Pergeseran kata sapaan (5), (6), (7), dan (8) karena yang bersangkutan tidak memilikinya, dan untuk (10), (11), (12), (13), dan (14) karena sebagaimana diketahui informan belum menikah. 5.2.8.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Dari hasil wawancara mendalam diketahui ayah dalam keluarga ini dalam usia yang masih belia telah pindah ke kota lain, sementara ibu dalam keluarga ini setelah lulus SMA melanjutkan sekolah ke kota lain juga. Jadi urbanisasi menjadi penyebab utama ketidaktahuan kata sapaan adat menurut kaum bagi kedua orang tua ini. Sementara anakpun tidak memiliki pengetahuan terhadap kata sapaan adat menurut kaum artinya kata sapaan ini mengalami pergeseran sebesar 100 persen . Ini semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini bahwa terjadinya hal tersebut karena faktor urbanisasi.
115
5.2.8.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama Dari 11 kata sapaan agama yang diketahui anak dalam keluarga VIII ini ternyata 6 kata sapaan atau 54,55 persen mengalami pergeseran, yaitu untuk kata sapaan terhadap (1) orang yang menjaga mesjid atau surau, (2) orang yang membaca doa, (3) orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat, (4) petugas agama yang mengawinkan orang, (5) orang yang mengetahui ajaran agama (ulama), dan (6) orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di mesjid atau surau. Dan bila diperhatikan penyebab pergeseran tersebut karena anak dalam keluarga ini menggunakan kata sapaan yang digunakan di lingkungannya atau dengan kata lain disebabkan oleh faktor urbanisasi. 5.2.8.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Pada bagian ini kalau diperhatikan anak mengikuti pola menyapa seperti yang ada di lingkungannya. Ini artinya terjadi pergeseran kata sapaan jabatan sebesar 100 persen. Jadi dalam hal ini berlaku teori Fishman terjadinya pergeseran kata sapaan karena urbanisasi. 5.2.9 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga IX 5.2.9.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum Dari data yang diperoleh (Lihat Lampiran 2) dapat dianalisis sebagai berikut: kata sapaan umum ayah dan ibu sama kecuali untuk beberapa kata sapaan karena baik ayah maupun ibu dalam keluarga ini memang tidak memiliki hubungan kekerabatan tersebut. Sebagai contoh karena semua saudara dari pihak ayah laki-laki semua maka
116
tak digunakan kata sapaan kepada saudara perempuan; begitupun dari pihak ibu – karena beliau anak paling kecil dalam keluarganya maka kata sapaan terhadap adik baik laki-laki maupun perempuan tidak ditemukan. Sementara pada anak terjadi pergeseran kata sapaan dari 19 kata sapaan umum yang ditanyakan terjadi pergeseran sebanyak 12 kata sapaan atau 63,16 persen kata sapaan umum, yaitu kata sapaan terhadap (1) ibunya ibu, (2) kata sapaan terhadap ibu kandung – anak dalam keluarga ini menyapa dengan mama sementara kedua orang tuanya menyapa dengan amai, (3) kata sapaan terhadap ayah kandung – anak menyapa dengan papa sementara kedua orang tuanya menyapa dengan apak. Jadi bergesernya kata sapaan ini sesuai dengan teori Fishman hal ini disebabkan karena kata sapaan yang sekarang digunakan lebih prestise; (4) adik perempuan ibu, (5) kakak dan adik perempuan ayah, (6) kakak lakilaki kandung, (7) adik laki-laki kandung, (8) kakak perempuan kandung, (9) istri, (10) suami- karena yang bersangkutan pria, (11) cucu kandung laki-laki, dan (12) cucu kandung perempuan. Untuk kata sapaan (4), (5), dan (6) informan atau anak dalam keluarga ini tidak memilikinya. Sementara untuk (7), (8), (9) informan menyapa dengan kata sapaan yang lebih akrab, yaitu dengan memanggil nama yang bersangkutan terhadap (7), dan (8), dan memanggil adik terhadap (9). Dan untuk kata sapaan terhadap (11), dan (12) yang bersangkutan tidak menggunakannya karena belum memilikinya.
117
5.2.9.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Dari data yang ditampilkan pada Lampiran 2 ketidaktahuan anak terhadap kata sapaan adat ini semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan antargenerasi, selain itu salah satu penyebab terjadinya pergeseran kata sapaan adat ini karena yang bersangkutan menikah dengan orang yang berasal dari daerah lain sehingga beberapa kata sapaan adat mengalami pergeseran disesuaikan dengan kata sapaan yang berlaku dari asal daerah istrinya seperti kata sapaan terhadap Ipa (saudara kakak dan adik istri atau suami) seharusnya disapa dengan ipa
nama kecil/panggilan, tetapi karena tidak
berasal dari daerah yang sama maka anak Keluarga IX menyapa dengan kakak dan adik. Tetapi ada istilah adat yang diketahui oleh anak dalam keluarga ini datuak. Dari hasil wawancara mendalam ternyata orang tua laki-laki ibunya adalah datuak. Karena yang bersangkutan juga telah menikah kebetulan bukan dengan orang sekampungnya maka kata sapaan terhadap saudara kakak dan adik istri juga mengalami pergeseran. Ini juga dapat dijelaskan atau sesuai dengan teori Fishman karena faktor urbanisasi. Untuk kata sapaan pada bagian ini anak dalam keluarga ini yang tidak mengalami pergeseran dan diketahuinya hanya 1 (satu) kata sapaan saja atau 12,5 persen atau 87,5 persen kata sapaan adat menurut kaum yang mengalami pergeseran. 5.2.9.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama Pada bagian ini kalau diperhatikan anak mengikuti pola menyapa seperti kedua orang tuanya. Dan bila dianalisis lebih lanjut hal ini terjadi karena yang bersangkutan
118
berada dan menggunakan kata sapaan tersebut secara langsung. Dari wawancara mendalam dengan anak dalam Keluarga IX ini didapati bahwa si anak melanjutkan sekolahnya (SMA di Bukit Tinggi). Jadi untuk kata sapaan ini tidak terjadi pergeseran (0 persen) atau 100 persen sama dengan orang tuanya. 5.2.9.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Pada bagian ini kalau diperhatikan anak mengikuti pola menyapa seperti kedua orang tuanya. Dan bila dianalisis lebih lanjut hal ini terjadi karena yang bersangkutan berada dan menggunakan kata sapaan tersebut secara langsung. Dari wawancara mendalam dengan anak dalam Keluarga IX ini didapati bahwa si anak melanjutkan sekolahnya (SMA di Bukit Tinggi). Jadi untuk kata sapaan ini tidak terjadi pergeseran (0 persen) atau 100 persen sama dengan kedua orang tuanya. Dari pembahasan-pembahasan yang telah dijabarkan dapat disimpulkan anak Keluarga VI yang paling rendah melakukan pergeseran kata sapaan umum, yaitu sebesar 21 persen, dan yang paling tinggi adalah anak Keluarga IV sebesar 90 persen. Untuk kata sapaan adat menurut kaum anak Keluarga V terendah membuat pergeseran, yaitu 50 persen, dan 7 keluarga lain anak-anaknya tidak mengetahui kata sapaan kelompok ini, yaitu Keluarga I, II, III, IV, VI, VII, dan VIII. Kata sapaan dalam agama anak Keluarga IX melakukan pergeseran terendah, yaitu 0 persen, dan yang tertinggi dilakukan oleh anak Keluarga III sebesar 90,1 persen.
119
Anak Keluarga IX melakukan pergeseran kata sapaan jabatan terendah atau sebesar 0 persen, dan anak-anak dari Keluarga I, II, III, VI, dan VIII melakukan pergeseran tertinggi, yaitu sebesar 100 persen. 5.2.10 Pembahasan
Pergeseran Kata
Sapaan
Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Informan Dari tabel berikut ini akan tampak apakah tingkat pendidikan informan memiliki arti yang signifikan terhadap pergeseran kata sapaan dalam BMA. 1. Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Tingkat Pendidikan Informan Tabel 5.6 Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Pendidikan
Jumlah Kata Sapaan Umum= 19 Frekuensi Pergeseran dari 19
% Pergeseran
Jumlah Kata Sapaan Umum 1 2 3 4 5 6 7 8 9
D-3 D-3 S-1 D-3 D-3 S-1 S-1 S-1 S-2
12 10 12 17 6 4 15 14 12
63,16 54,63 63,16 90 31,58 21 79 73,68 63,16
120
Tabel 5.7 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Umum Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Pendidik
Jumlah Kata Sapaan Umum= 19
an Frek. Pergeseran rata-rata
Persentase Pergeseran (%)
1
D3
11,25
(11,25/19) x 100 % = 59,21 %
2
S1
11,25
(11,25/19) x 100 % = 59,21 %
3
S2
12
(12/19) x 100 % = 63,15 %
Berdasarkan teori Fishman semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pergeseran kata sapaan seperti dalam penelitian ini, yaitu mengenai kata sapaan umum dalam BMA tinggi pula. Ternyata pada kata sapaan umum ini yang tertinggi melakukan pergeseran adalah untuk kelompok pendidikan tertinggi (S2), yaitu 63,16 persen. Faktor-faktor penyebabnya adalah (1) informan tidak memiliki kerabat seperti adik perempuan ibu, kakak dan adik perempuan ayah, dan kakak laki-laki kandung; (2) informan menyapa dengan panggilan yang lebih akrab seperti terhadap adik laki-laki kandung,
kakak perempuan kandung, dan istri dengan
menyebut nama yang bersangkutan dan terhadap istrinya dengan panggilan adik; (3) informan belum memilikinya seperti
cucu kandung laki-laki, dan
cucu kandung
perempuan. Jadi kata sapaan ini belum digunakannya. Sementara untuk pendidikan D3 dan S1 melakukan tingkat pergeseran yang sama, yaitu 59,21%.
121
2. Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Informan Tabel 5.8 Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Pendidikan
Jumlah Kata Sapaan Adat = 8 Frekuensi Pergeseran dari 8
% Pergeseran
Jumlah Kata Sapaan Adat 1 2 3 4 5 6 7 8 9
D-3 D-3 S-1 D-3 D-3 S-1 S-1 S-1 S-2
8 8 8 8 4 8 8 8 7
100 100 100 100 50 100 100 100 87,5
Tabel 5.9 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Adat Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Pendidikan Jumlah Kata Sapaan Adat = 8 Frek. Pergeseran rata-rata
Persentase Pergeseran (%)
1
D3
7
(7/8) x 100 % = 87,50 %
2
S1
8
(8/8) x 100 % = 100 %
3
S2
7
(7/8) x 100 % = 87,50 %
Untuk kata sapaan adat menurut kaum pergeseran untuk kelompok pendidikan D3 dan pendidikan S2 adalah sama tingginya, yaitu sebesar 87,50 persen dan yang paling tinggi rata-rata pergeserannya untuk kata sapaan ini adalah informan dalam kelompok pendidikan S1, yaitu sebesar 100%. Faktor penyebab pergeseran tersebut karena peralihan antargenerasi, selain itu untuk informan yang berpendidikan S2 penyebab terjadinya pergeseran kata sapaan adat ini karena yang bersangkutan
122
menikah dengan orang yang berasal dari daerah lain sehingga beberapa kata sapaan adat mengalami pergeseran disesuaikan dengan kata sapaan yang berlaku dari asal daerah istrinya. Sementara pada kelompok pendidikan S1 di samping faktor antargenerasi, bila diperhatikan dari data-data yang diperoleh diketahui informan memiliki mobilitas yang tinggi berjumpa dengan orang lain (pekerjaan sebagai wiraswasta dan staf administrasi). Berdasarkan teori pergeseran bahasa Fishman yang dirujuk dalam penelitian ini dinyatakan bahwa orang-orang yang memiliki mobilitas yang tinggi berjumpa dengan orang lain maka tingkat pergeseran bahasanya juga tinggi, dalam hal ini pergeseran kata sapaan adatnya dalam BMA juga tinggi. 3.
Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Tingkat Pendidikan Informan
Tabel 5.10 Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Pendidikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
D-3 D-3 S-1 D-3 D-3 S-1 S-1 S-1 S-2
Jumlah Kata Sapaan Agama = 11 Frekuensi Pergeseran dari 11 % Jumlah Kata Sapaan Agama Pergeseran 5 45,46 2 19 10 90,1 5 45,46 6 54,54 11 100 3 27,27 6 54,54 0 0
123
Tabel 5.11 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Agama Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Pendidikan Jumlah Kata Sapaan Agama = 11 Frek. Pergeseran rata-rata
Persentase Pergeseran (%)
1
D3
4,5
(4,5/11) x 100 % = 40,90 %
2
S1
7,5
(7,5/11) x 100 % = 68,18 %
3
S2
0
0 %
Kata sapaan dalam agama yang terendah melakukan pergeseran adalah untuk kelompok pendidikan S2 yaitu 0 %. Untuk kata sapaan Agama yang banyak melakukan pergeseran adalah kelompok pendidikan S1 sebesar 68,18 % sedangkan untuk kelompok pendidikan D3 sebesar 40,90 %.
Faktor penyebab terjadinya
pergeseran terendah pada kelompok pendidikan S2 dari data diperoleh bahwa informan ini berjenis kelamin laki-laki dan telah berusia 40 tahun, dan dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa yang bersangkutan melanjutkan sekolah menengah atasnya di Bukit Tinggi. Di samping itu yang bersangkutan juga berprofesi sebagai staf pengajar, aktif ikutserta dalam perkumpulan asal kampungnya, dan ayahnya adalah ketua perkumpulan tersebut. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan tersebut adalah wajar jika yang bersangkutan mengetahui semua kata sapaan dalam agama ini. Sementara untuk kelompok pendidikan S1 dari data diketahui 3 (tiga) informan berjenis kelamin wanita, dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa yang bersangkutan berprofesi sebagai wiraswasta dan staf administrasi, dan 1
124
(satu) informan berjenis kelamin laki-laki. Dua dari empat informan berprofesi sebagai wiraswasta karena mobilitasnya yang tinggi sebagai wiraswasta begitu juga dengan yang berprofesi sebagai staf administrasi, dan adaptasinya yang tinggi terhadap lingkungannya (diketahui informan-informan ini aktif dalam perkumpulan pengajian ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya) adalah wajar jika yang bersangkutan melakukan pergeseran kata sapaan agama ini – disesuaikan dengan dimana yang bersangkutan bermukim sekarang ini. Hal ini sesuai dengan teori pergeseran bahasa Fishman yang dirujuk dalam penelitian ini, yaitu faktor urbanisasi yang menjadi penyebab kata sapaan agama ini bergeser. 4. Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Informan Tabel 5.12 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Pendidikan
Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6 Frekuensi Pergeseran dari 6 Jumlah Kata Sapaan Jabatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
D-3 D-3 S-1 D-3 D-3 S-1 S-1 S-1 S-2
6 6 6 2 5 6 3 6 0
% Pergeseran 100 100 100 33,33 83,33 100 50 100 0
125
Tabel 5.13 Pergeseran
Rata-rata Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan No
Pendidikan
Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6
1
D3
Frek. Pergeseran ratarata 4,75
(4,75/6) x 100 % = 79,16 %
2
S1
5,25
(5,25/6) x 100 % = 87,5 %
3
S2
0
Persentase Pergeseran (%)
0 %
Kata sapaan jabatan yang melakukan pergeseran tertinggi adalah untuk kelompok pendidikan S1 yaitu 87,5 persen dan diikuti informan dengan jenjang pendidikan D3 melakukan pergeseran kata sapaan Jabatan sebesar 79,16 persen. Sementara informan dalam kelompok pendidikan S2 yang terendah melakukan pergeseran kata sapaan ini, yaitu 0%. Dari data diperoleh bahwa informan kelompok pendidikan S2 ini berjenis kelamin laki-laki dan telah berusia 40 tahun, dan dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa yang bersangkutan melanjutkan sekolah menengah atasnya di Bukit Tinggi. Di samping itu yang bersangkutan juga berprofesi sebagai staf pengajar, aktif ikutserta dalam perkumpulan asal kampungnya, dan ayahnya adalah ketua perkumpulan tersebut. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan tersebut adalah wajar jika yang bersangkutan mengetahui semua kata sapaan dalam jabatan ini, karena selama bermukim di Bukit Tinggi selama 3 tahun tentu yang bersangkutan menggunakan kata sapaan ini dalam kehidupan sehariharinya.
Sementara untuk kelompok pendidikan S1- yang tertinggi melakukan
126
pergeseran kata sapaan jabatan ini dari data diketahui 3 (tiga) informan berjenis kelamin wanita, dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa yang bersangkutan berprofesi sebagai wiraswasta,
staf administrasi, dan 1 (satu) informan berjenis
kelamin laki-laki. Dua dari empat informan berprofesi sebagai wiraswasta karena mobilitasnya yang tinggi sebagai wiraswasta begitu juga dengan yang berprofesi sebagai staf administrasi, dan adaptasinya yang tinggi terhadap lingkungannya (diketahui informan-informan ini aktif dalam perkumpulan pengajian ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya) adalah wajar jika yang bersangkutan melakukan pergeseran kata sapaan jabatan ini – disesuaikan dengan dimana yang bersangkutan bermukim sekarang ini. Hal ini sesuai dengan teori pergeseran bahasa Fishman yang dirujuk dalam penelitian ini, yaitu faktor urbanisasi yang menjadi penyebab kata sapaan jabatan ini bergeser. Jadi disimpulkan bahwa informan yang tingkat pendidikannya tertinggi memiliki pergeseran kata sapaan terendah dalam Kata Sapaan Agama dan Kata Sapaan Jabatan. Untuk Kata Sapaan Umum pergeseran kata sapaan yang tertinggi adalah untuk pendidikan tertinggi, yaitu S2 sebesar 63,16 persen, sedangkan untuk Kata Sapaan Adat pergeseran kata sapaan yang tertinggi adalah untuk informan dengan jenjang pendidikan S1 yaitu sebesar 100 persen pada penelitian ini.
5.2.11 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
127
Dari tabel berikut ini akan tampak apakah jenis pekerjaan informan memiliki arti yang signifikan terhadap pergeseran kata sapaan dalam BMA. 1. Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 5. 14 Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Jenis Pekerjaan No
Jenis Pekerjaan
Jumlah Kata Sapaan Umum= 19
1
Mahasiswa
Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan dari % 19 Jumlah Kata Sapaan Umum Pergeseran 12 63,16
2
Mahasiswa
10
54,63
3
Staf administrasi
12
63,16
4
Mahasiswa
17
90
5
Mahasiswa
6
31,58
6
Wiraswasta
4
21
7
Mahasiswa
15
79
8
Wiraswasta
14
73,68
9
Staf Pengajar
12
63,16
Tabel 5.15 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Umum Berdasarkan Jenis Pekerjaan No
Jenis Pekerjaan
Jumlah Kata Sapaan Umum = 19 Frekuensi Pergeseran rata-rata
Persentase Pergeseran (%)
1
Mahasiswa
12
(12/19) x 100 % = 63,16 %
2
Staf Administrasi
12
(12/19) x 100 % = 63,16 %
3
Wiraswasta
9
(9/19) x 100 % = 47,39 %
4
Staf Pengajar
12
(12/19) x 100 % = 63,16 %
128
Berdasarkan teori Fishman
semakin tinggi tingkat mobilitas seseorang, maka
tingkat pergeseran kata sapaan seperti dalam penelitian ini, yaitu mengenai kata sapaan umum dalam BMA tinggi pula. Ternyata pada kata sapaan umum ini yang terendah melakukan pergeseran adalah kelompok yang berprofesi sebagai wiraswsata. Faktor-faktor penyebab rendahnya pergeseran kata sapaan umum ini karena salah seorang dari dua informan ini bermukim lama di kampung halamannya, yaitu selama 20 tahun. Dan seorang informan lainnya dari hasil wawancara mendalam diketahui sering pulang kampung. Jadi adalah wajar bila kedua informan ini terendah melakukan pergeseran karena yang bersangkutan sering menggunakan kata sapaan ini. Sementara faktor-faktor penyebab pergeseran kata sapaan umum ini tertinggi pada seseorang yang berprofesi sebagai mahasiswa, staf administrasi, dan staf pengajar, yaitu sebesar (47,39) persen adalah sebagai berikut. Sebagai mahasiswa faktor-faktor penyebabnya adalah (1) bergeser untuk kata sapaan terhadap (a) ibu kandung, (b) ayah kandung, (c) kakak laki-laki kandung, dan (d) kakak perempuan kandung. Pergeseran kata sapaan (a) dan (b) disebabkan karena faktor prestise anak menyapa dengan mama terhadap ibu kandung dan papa terhadap ayah kandung. Pergeseran kata sapaan (c) dan (d) diakibatkan karena faktor lingkungan – anak dalam keluarga ini menyapa baik kakak laki-laki kandung maupun kakak perempuan kandung dengan sapaan yang dipakai di lingkungannya yaitu abang dan kakak. Ini sesuai dengan teori Fishman pergeseran yang terjadi karena faktor urbanisasi. Para mahasiswa ini tidak mengetahui kata sapaan umum lainnya, dan hal inilah yang menjadi penyebab tingginya kata sapaan
129
umum yang tidak diketahuinya, yaitu untuk kata sapaan (e) istri, (f) suami, (g) anak kandung laki-laki, (h) anak kandung perempuan, (i) cucu kandung laki-laki, dan (j) cucu kandung perempuan. Pergeseran kata sapaan ini
sebagaimana diketahui
informan belum menikah. Sebagai staf administrasi faktor-faktor penyebabnya adalah dari hasil wawancara mendalam diketahui anak dalam keluarga ini tidak memiliki baik
adik laki-laki maupun perempuan. Dan dari pihak ibunya -- ibu anak ini
memanggil kakak dan adik perempuan dari pihak ibunya dengan umi. Ini artinya dari pihak ibu pun telah terjadi pergeseran kata sapaan. Sementara kata sapaan yang tidak diketahuinya adalah sebanyak 7 (tujuh) kata sapaan. Jadi terjadi pergeseran sebanyak 12 (dua belas) kata sapaan atau 63,16 persen, yaitu (1) pergeseran kata sapaan terhadap suami, anak menyapa dengan mas karena suaminya berasal dari suku Jawa.; (2) pergeseran kata sapaan terhadap adik perempuan ibu dari etek menjadi tante + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya etek.; (3) pergeseran kata sapaan ayah kandung dari abak, apa, menjadi papa. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya abak maupun apa; (4) pergeseran kata sapaan kakak dan adik perempuan ayah dari etek menjadi tante + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya etek; dan (5) pergeseran kata sapaan kakak laki-laki kandung dari memanggil nama ataupun uda menjadi abang + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini bergeser
130
karena faktor urbanisasi. Dan 7 (tujuh) kata sapaan yang tidak diketahui informan, yaitu untuk kata sapaan (6) kakak dan adik laki-laki ibu, (7) adik laki-laki kandung, (8) adik kandung perempuan; (9) istri- karena yang bersangkutan wanita, (10) anak kandung perempuan, (11) cucu
kandung laki-laki,
dan (12) cucu kandung
perempuan. Pergeseran kata sapaan (6), (7), dan (8), karena yang bersangkutan tidak memilikinya, dan untuk (10), (11), dan (12) karena yang bersangkutan belum memilikinya. Dan sebagai staf pengajar faktor-faktor penyebabnya adalah (1) informan tidak memiliki kerabat seperti
adik perempuan ibu,
perempuan ayah, dan kakak laki-laki kandung; panggilan yang lebih akrab
kakak
dan adik
(2) informan menyapa dengan
seperti terhadap adik laki-laki kandung,
kakak
perempuan kandung, dan istri dengan menyebut nama yang bersangkutan dan terhadap istrinya dengan panggilan adik; (3) informan belum memilikinya seperti cucu kandung laki-laki, dan cucu kandung perempuan. Jadi kata sapaan ini belum digunakannya.
131
2. Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 5.16 Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Jenis Pekerjaan No
Jenis Pekerjaan
Jumlah Kata Sapaan Adat = 8 Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan dari 8 Jumlah Kata Sapaan Adat
% Pergeseran
1
Mahasiswa
8
100
2
Mahasiswa
8
100
3
Staf administrasi
8
100
4
Mahasiswa
8
100
5
Mahasiswa
4
50
6
Wiraswasta
8
100
7
Mahasiswa
8
100
8
Wiraswasta
8
100
9
Staf Pengajar
7
87,5
Tabel 5.17 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Adat Berdasarkan Jenis Pekerjaan No
Jenis Pekerjaan
Jumlah Kata Sapaan Adat = 8 Frekuensi Pergeseran rata-rata
Persentase
Pergeseran
(%)
1
Mahasiswa
7,2
(7,2/8) x 100 % = 90 %
2
Staf Administrasi
8
(8/8) x 100 % = 100 %
3
Wiraswasta
8
(8/8) x 100 % = 100 %
4
Staf Pengajar
7
(7/8) x 100 % = 87,5 %
132
Berdasarkan tampilan data dapat dijabarkan sebagai berikut. Pergeseran kata sapaan dalam Adat ternyata yang paling rendah adalah seseorang dengan profesi sebagai staf pengajar. Hal ini dapat dimaklumi karena tingkat kesadaran seseorang dengan profesi tersebut memiliki keinginan yang kuat untuk melestarikan akar budayanya termasuk apa yang diteliti dalam penelitian ini. Berikutnya seseorang dengan profesi sebagai mahasiswa ternyata memiliki kesadaran yang lebih tinggi untuk memelihara akar budayanya dibandingkan dengan seseorang yang berprofesi sebagai wiraswasta maupun staf administrasi. Pada urutan ketiga yang terendah melakukan pergeseran kata sapaan dalam Adat ini adalah seseorang yang berprofesi sebagai wiraswata. Berdasarkan berbagai teori “biasanya” memiliki tingkat pergeseran bahasa dalam hal ini kata sapaan dalam BMA “seharusnya” tinggi karena yang bersangkutan memiliki mobilitas yang tinggi baik berjumpa dengan beragam etnis maupun melakukan perjalanan. Dan yang tertinggi melakukan pergeseran dalam kata sapaan ini adalah seseorang yang berprofesi sebagai staf administrasi. Penjelasan perihal pekerjaan ini memang tidak ditemukan dalam teori pergeseran Fishman.
133
3. Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 5.18 Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Jenis Pekerjaan No
Jenis Pekerjaan
Jumlah Kata Sapaan Agama = 11 Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan dari 11 Jumlah Kata Sapaan
% Pergeseran
Agama 1
Mahasiswa
5
45,46
2
Mahasiswa
2
19
3
Staf administrasi
10
90,1
4
Mahasiswa
5
45,46
5
Mahasiswa
6
54,54
6
Wiraswasta
11
100
7
Mahasiswa
3
27,27
8
Wiraswasta
6
54,54
9
Staf Pengajar
0
0
Tabel 5.19 Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Agama Berdasarkan Jenis Pekerjaan No
Jenis Pekerjaan
Jumlah Kata Sapaan Agama = 11
1
Mahasiswa
Frekuensi Pergeseran rata-rata 4,2
(4,2/11) x 100 % = 38,18 %
2
Staf Administrasi
10
(10/11) x 100 % = 90,91 %
3
Wiraswasta
8,5
(8,5/11) x 100 % = 77,27 %
4
Staf Pengajar
0
0%
134
Persentase Pergeseran (%)
Berdasarkan tampilan data terdahulu dapat dijabarkan sebagai berikut. Kata sapaan dalam agama yang terendah melakukan pergeseran adalah seseorang yang berprofesi sebagai staf pengajar, yaitu 0 pergeseran (tidak ada pergeseran), dan yang tertinggi dilakukan oleh seseorang yang berprofesi sebagai staf administrasi Dari data diperoleh bahwa staf pengajar ini berjenis kelamin laki-laki dan telah berusia 40 tahun, dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa yang bersangkutan melanjutkan sekolah menengah atasnya di Bukit Tinggi, aktif ikutserta dalam perkumpulan asal kampungnya, dan ayahnya adalah ketua perkumpulan tersebut. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan tersebut adalah wajar jika yang bersangkutan mengetahui
semua kata sapaan dalam agama ini. Sementara yang
berprofesi sebagai staf administrasi yang tertinggi membuat pergeseran kata sapaan dalam agam. Dari data diketahui yang bersangkutan berjenis kelamin wanita, dan berusia 29 tahun. Jadi
informan ini karena adaptasinya yang tinggi terhadap
lingkungannya (diketahui informan ini aktif dalam perkumpulan pengajian ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya) adalah wajar jika yang bersangkutan melakukan pergeseran kata sapaan agama ini – disesuaikan dengan dimana yang bersangkutan bermukim sekarang ini. Hal ini sesuai dengan teori pergeseran bahasa Fishman yang dirujuk dalam penelitian ini, yaitu faktor urbanisasi menjadi penyebab kata sapaan agama ini bergeser.
135
4. Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 5.20 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Jenis Pekerjaan No
Jenis Pekerjaan
Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6 Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan dari 6 Jumlah Kata Sapaan Jabatan
% Pergeseran
1
Mahasiswa
6
100
2
Mahasiswa
6
100
3
Staf administrasi
6
100
4
Mahasiswa
2
33,33
5
Mahasiswa
5
83,33
6
Wiraswasta
6
100
7
Mahasiswa
3
50
8
Wiraswasta
6
100
9
Staf Pengajar
0
0
Tabel
5.21
Pergeseran Rata-rata Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No
Jenis Pekerjaan
Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6 Frekuensi Pergeseran rata-rata
Persentase Pergeseran (%)
1
Mahasiswa
4,4
(4,4/6) x 100 % = 73,33 %
2
Staf Administrasi
6
(6/6) x 100 % = 100 %
3
Wiraswasta
6
(6/6) x 100 % = 100 %
4
Staf Pengajar
0
0
136
Untuk yang berprofesi sebagai staf pengajar membuat pergeseran Kata Sapaan Jabatan terendah, yaitu 0%.
Hal ini dapat dimaklumi karena tingkat kesadaran
seseorang dengan profesi tersebut memiliki keinginan yang kuat untuk melestarikan akar budayanya termasuk apa yang diteliti dalam penelitian ini. Dan seseorang yang berprofesi sebagai wiraswasta dan staf administrasi berdasarkan berbagai teori memiliki tingkat pergeseran bahasa dalam hal ini Kata Sapaan dalam Jabatan tertinggi, yaitu 100%,
karena yang bersangkutan memiliki mobilitas yang tinggi
berjumpa dengan beragam etnis. Sebagai seorang wiraswasta juga banyak melakukan perjalanan. Hal ini yang menyebabkan yang bersangkutan melakukan pergeseran kata sapaan jabatan tertinggi. Seseorang dengan profesi sebagai mahasiswa ternyata memiliki kesadaran yang lebih tinggi untuk memelihara akar budayanya dibandingkan dengan seseorang yang berprofesi sebagai wiraswasta dan staf administrasi. Perihal pekerjaan berpengaruh terhadap pergeseran bahasa dalam hal ini Kata Sapaan Jabatan tidak ditemukan dalam teori Fishman yang dirujuk dalam penelitian ini. Jadi rata-rata pergeseran kata sapaan berdasarkan pekerjaan yang terendah melakukan pergeseran pada Kata Sapaan Umum adalah sesorang yang berprofesi sebagai wiraswasta, dan yang tertinggi melakukan pergeseran kata sapaan ini seseorang yang berprofesi sebagai staf pengajar. Untuk Kata Sapaan Adat yang terendah melakukan pergeseran adalah seseorang yang berprofesi sebagai staf pengajar, dan yang tertinggi melakukan pergeseran adalah seseorang yang berprofesi sebagai wiraswasta dan staf administrasi. Seseorang yang berprofesi sebagai staf
137
pengajar melakukan pergeseran kata sapaan terendah dalam agama dan jabatan. Sementara seseorang yang berprofesi sebagai staf administrasi melakukan pergeseran kata sapaan tertinggi dalam agama. Untuk Kata Sapaan Jabatan yang tertinggi melakukan pergeseran adalah seseorang yang berprofesi sebagai wiraswasta dan staf administrasi. 5.2.12 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Penghasilan Dari tabel berikut ini akan tampak apakah penghasilan informan memiliki arti yang signifikan terhadap pergeseran kata sapaan dalam BMA. Tabel 5.22 Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Penghasilan
No
Tingkat Penghasilan
Jumlah Kata Sapaan Umum= 19 Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan
%
1
≤ Rp 1500.000
12
63,16
2
≤ Rp 1500.000
10
54,63
3
≤ Rp 1500.000
12
63,16
4
≥Rp 4000.000
17
90
5
≥Rp 4000.000
6
31,58
6
≥Rp 4000.000
4
21
7
≥ Rp 10. 000.000
15
79
8
≥ Rp 10. 000.000
14
73,68
9
≥ Rp 10. 000.000
12
63,16
Berdasarkan data-data di atas dikelompokkan seperti tabel berikut ini.
138
Tabel 5.23 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Penghasilan No
Tingkat Penghasilan
Jumlah Kata Sapaan Umum = 19
1
≤ Rp 1500.000
Frekuensi Pergeseran rata-rata 11,33
(11,33/19) x 100 % = 59,65 %
2
≥Rp 4000.000
9
(9/19) x 100 % = 47,37 %
3
≥ Rp 10. 000.000
13,66
(13,66/19) x 100 % = 71,93 %
Persentase Pergeseran (%)
Berdasarkan tampilan data dapat dianalisis sebagai berikut. Pada Kata Sapaan Umum yang banyak melakukan pergeseran kata sapaan tersebut adalah keluarga dengan penghasilan tertinggi, yaitu sebesar 71,93% sementara yang berpenghasilan menengah melakukan pergeseran kata sapaan terendah, yaitu 47,37%. Faktor-faktor yang menyebabkan keluarga dengan penghasilan tertinggi melakukan pergeseran Kata Sapaan Umum tertinggi karena salah satu anak dari tiga keluarga dengan penghasilan tertinggi ini telah berkeluarga dan istrinya berasal dari daerah lain sehingga yang bersangkutan untuk beberapa kata sapaan ini juga menggunakan kata sapaan yang berasal dari daerah asal istrinya. Faktor –faktor lainnya penyebab pergeseran kata sapaan ini mengalami pergeseran adalah beberapa pertanyaan dalam kata sapaan ini belum digunakan oleh para informan karena belum menikah dan belum memilikinya seperti misalnya panggilan terhadap (1) istri atau suami, (2) anak laki-laki maupun perempuan kandung, (3) cucu laki-laki maupun perempuan, dan sebagainya. Dan faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya pergeseran kata sapaan pada keluarga
139
dengan penghasilan menengah karena anak-anak dalam keluarga ini selama setahun memperdalam belajar mengajinya selama setahun di kampung halaman. Jadi adalah wajar jika kelompok ini melakukan pergeseran kata sapaan umum terendah, karena kata sapaan ini telah mereka gunakan dalam kehidupannya sehari-hari selama berada di kampung halamannya. Tabel 5.24 Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Penghasilan No
Tingkat Penghasilan
Jumlah Kata Sapaan adat = 8 Frekuensi Pergeseran Kata Sapaan
%
1
≤ Rp 1500.000
8
100
2
≤ Rp 1500.000
8
100
3
≤ Rp 1500.000
8
100
4
≥Rp 4000.000
8
100
5
≥Rp 4000.000
4
50
6
≥Rp 4000.000
8
100
7
≥ Rp 10. 000.000
8
100
8
≥ Rp 10. 000.000
8
100
9
≥ Rp 10. 000.000
7
87,5
140
Berdasarkan data-data di atas dikelompokkan seperti tabel berikut ini. Tabel 5.25 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Penghasilan No
Tingkat Penghasilan Jumlah Kata Sapaan Adat = 8
1
≤ Rp 1500.000
Frekuensi Pergeseran ratarata 8
Persentase Pergeseran (%)
2
≥Rp 4000.000
6,67
(6,67/8) x 100 % = 83,33 %
3
≥ Rp 10. 000.000
7,66
(7,66/8) x 100 % = 95,83 %
(8/8) x 100 % = 100 %
Berdasarkan tampilan data dapat dianalisis sebagai berikut. Untuk kata sapaan adat ternyata
keluarga dengan penghasilan berkisar ≥Rp 4000.000 yang
terendah
melakukan pergeseran. Sementara yang tertinggi melakukan pergeseran kata sapaan ini adalah keluarga dengan penghasilan ≤ Rp 1500.000. Faktor-faktor yang menjadi penyebabnya pergeseran ini terendah pada keluarga dengan penghasilan menengah (1) dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa keluarga ini sering pulang kampung tidak hanya pada masa liburan tetapi juga bila ada pesta perkawinan, (2) karena anakanak dalam keluarga ini belajar mengaji di kampung halamannya selama setahun. Tentunya dalam kurun waktu tersebut mereka mengenal beberapa kata sapaan adat ini, dan telah menggunakannya dalam kehidupannya sehari-hari, dan (3) salah seorang anak dari tiga keluarga menengah ini bermukim di kampung halamannya selama 20
141
tahun, dan tentunya yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang cukup untuk kata sapaan ini. Tabel 5.26 Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Penghasilan No
Tingkat Penghasilan
Jumlah Kata Sapaan Agama = 11 Frek. Pergeseran Kata Sapaan
%
1
≤ Rp 1500.000
5
45,46
2
≤ Rp 1500.000
2
19
3
≤ Rp 1500.000
10
90,1
4
≥Rp 4000.000
5
45,46
5
≥Rp 4000.000
6
54,54
6
≥Rp 4000.000
11
100
7
≥ Rp 10. 000.000
3
27,27
8
≥ Rp 10. 000.000
6
54,54
9
≥ Rp 10. 000.000
0
0
Berdasarkan data-data di atas dikelompokkan seperti tabel berikut ini. Tabel 5.27 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Penghasilan No
Tingkat Penghasilan Jumlah Kata Sapaan Agama = 11
1
≤ Rp 1500.000
Frekuensi Pergeseran ratarata 5,67
2
≥Rp 4000.000
7,33
(7,33/11) x 100 % = 66,67 %
3
≥ Rp 10. 000.000
3
(3/11) x 100 % = 27,27 %
142
Persentase Pergeseran (%)
(5,67/11) x 100 % = 51,51 %
Berdasarkan tampilan data dapat dianalisis sebagai berikut. Keluarga dengan penghasilan ≥ Rp 4000.000 melakukan pergeseran Kata Sapaan Agama tertinggi, yaitu sebesar 66,67%. Faktor-faktor yang menyebabkan kata sapaan ini mengalami pergeseran tertinggi dalam keluarga menengah ini sebagaimana diketahui dari datadata yang diperoleh bahwa dua informan dari tiga keluarga menengah ini berjenis kelamin wanita dan satu orang berprofesi sebagai wiraswasta. Sebagaimana diketahui wanita lebih tinggi tingkat berkomunikasi dengan orang –orang yang berada di sekitarnya dan informan yang berprofesi sebagai wiraswasta ini disamping berjenis kelamin wanita juga aktif dalam kelompok pengajian ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya. Faktor-faktor inilah yang menjadi penyebab tingginya pergeseran kata sapaan tersebut. Dan keluarga dengan penghasilan ≥ Rp 10. 000.000 melakukan pergeseran Kata Sapaan Agama ini terendah, yaitu sebesar 27,27%. Faktor-faktor penyebabnya karena dua informan dari tiga keluarga ini berjenis kelamin pria, dan keduanya aktif dalam kegiatan keagamaan di lingkungannya, dan bila diperhatikan beberapa kata sapaan ini umumnya memiliki kemiripan sebagai contoh cara memanggil orang yang memimpin shalat di mesjid imam, orang yang pulang menunaikan ibadah haji bapak haji, ibu hajjah, dan lain-lain.
143
Tabel 5.28 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Penghasilan No
Tingkat Penghasilan Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6 Frek. Pergeseran Kata Sapaan
%
1
≤ Rp 1500.000
6
100
2
≤ Rp 1500.000
6
100
3
≤ Rp 1500.000
6
100
4
≥Rp 4000.000
2
33,33
5
≥Rp 4000.000
5
83,33
6
≥Rp 4000.000
6
100
7
≥ Rp 10. 000.000
3
50
8
≥ Rp 10. 000.000
6
100
9
≥ Rp 10. 000.000
0
0
Berdasarkan data-data di atas dikelompokkan seperti tabel berikut ini. Tabel 5.29 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Penghasilan No
Tingkat Penghasilan Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6
1
≤ Rp 1500.000
Frekuensi Pergeseran ratarata 6
2
≥Rp 4000.000
4,33
(4,331/6) x 100 % = 72,22 %
3
≥ Rp 10. 000.000
3
(3/6) x 100 % = 50 %
144
Persentase Pergeseran (%)
(6/6) x 100 % = 100 %
Berdasarkan tampilan data- data tersebut dianalisis sebagai berikut. Keluarga dengan penghasilan ≥ Rp 10. 000.000 (ekonomi atas) menggunakan kata sapaan terendah untuk Kata Sapaan Jabatan ini, yaitu sebesar 50%. Faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran kata sapaan ini terendah adalah karena salah satu anak dari tiga keluarga ekonomi atas ini melanjutkan sekolah menengahnya di Bukit Tinggi, tentu saja yang bersangkutan sudah terbiasa menggunakan kata sapaan ini dalam kehidupannya sehari-hari. Dan dua informan lainnya sering pulang kampung terutama pada masa liburan. Mereka juga sudah terbiasa mendengarkan dan menggunanakan kata sapaan ini pada saat mereka berada di kampung halamannya. Sementara yang tertinggi melakukan pergeseran Kata Sapaan Jabatan
adalah keluarga dengan
penghasilan ≤ Rp 1500.000 (ekonomi bawah), yaitu sebesar 100% . Faktor yang menyebabkannya dari data diperoleh bahwa keluarga dalam kelompok ini satu keluarga jarang sekali pulang kampung, dan dua keluarga lainnya tidak pernah pulang kampung. Jadi faktor ekonomi menyebabkan mereka melakukan pergeseran kata sapaan ini. Hal ini bertentangan dengan teori pergeseran bahasa Fishman yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang maka pergeseran bahasa dalam penelitian ini kata sapaannya semakin tinggi pula. Jadi yang melakukan pergeseran Kata
Sapaan Umum yang tertinggi
adalah
keluarga dengan penghasilan tertinggi, sementara yang berpenghasilan menengah pergeseran kata sapaan kelompok ini yang
terendah. Untuk Kata Sapaan Adat
ternyata keluarga dengan penghasilan berkisar ≥Rp 4000.000 atau kelompok ekonomi
145
menengah yang terendah melakukan pergeseran. Sementara yang tertinggi membuat pergeseran kata sapaan lainnya adalah keluarga dengan penghasilan ≤ Rp 1500.000 (ekonomi bawah), yaitu untuk kata sapaan adat menurut kaum, agama, dan jabatan. Dan keluarga dengan penghasilan ≥ Rp 10. 000.000 (ekonomi atas) menggunakan kata sapaan terendah untuk kata sapaan agama, dan jabatan. Hal ini bertentangan dengan teori pergeseran bahasa Fishman yang menyatakan bahwa seseorang dengan penghasilan tinggi juga tinggi melakukan pergeseran bahasa. 5.2.13 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Ranah Rumah Dari tabel berikut ini akan tampak apakah keragaman bahasa yang digunakan informan memiliki arti yang signifikan terhadap pergeseran kata sapaan dalam BMA. Tabel 5.30 Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Ranah Rumah No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata SapaanUmum= 19 Frek.
Pergeseran
% dari Jumlah
Kata Sapaan Umum
Kata Sapaan
1
BI, BMA pasif
12
63,16
2
BI
10
54,63
3
BI
12
63,16
4
90
5
BI, BMA pasif; aktif 17 bila di kampung BI, BMA, BC 6
6
BI, BMA, BC
4
21
7
BI, BMA pasif
15
79
8
BI, BMA pasif
14
73,68
9
BI, BMA, BC
12
63,16
31,58
146
Tabel 5.31 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Ranah Rumah No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Umum = 19 Frekuensi Pergeseran rata-rata
Persentase Pergeseran (%)
1
BI
11
(11/19) x 100 % = 57,89 %
2
BI, BMA pasif
13,66
(13,66/19) x 100 % = 71,92 %
3
BI, BMA pasif; aktif bila di kampung BI, BMA, BC
17
(17/19) x 100 % = 89,47 %
7,33
(7,33/19) x 100 % = 38,60 %
4
Berdasarkan data-data yang tersaji, tampak dengan jelas bahwa informan dalam hal ini anak dari masing-masing keluarga yang menggunakan bahasa lebih bervariasi artinya menggunakan tidak hanya bahasa Indonesia, tetapi juga bahasa Minangkabau dialek Agam, dan juga keduanya paling rendah melakukan pergeseran kata sapaan umum. Hal ini disebabkan karena yang bersangkutan tetap memelihara bahasa ibunya sesuai dengan situasi dan kondisi. Dan yang banyak melakukan pergeseran adalah informan yang menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Minangkabau Dialek Agam secara pasif, dan aktif bila berada di kampung halamannya. Faktor penyebabnya setelah ditelusuri dari hasil wawancara yang mendalam ternyata informan ini sering melakukan perpindahan (urbanisasi) sejak kecil. Jadi seringnya berjumpa dengan beragam etnis menjadi penyebab informan ini melakukan pergeseran Kata Sapaan Umum tertinggi.
147
Tabel 5.32 Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Ranah Rumah No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Adat = 8 Frek.
Pergeseran
Kata Sapaan Adat
% dari Jumlah Kata Sapaan
1
BI, BMA pasif
8
100
2
BI
8
100
3
BI
8
100
4
8
100
5
BI, BMA pasif; aktif bila di kampung BI, BMA, BC
4
50
6
BI, BMA, BC
8
100
7
BI, BMA pasif
8
100
8
BI, BMA pasif
8
100
9
BI, BMA, BC
7
87,5
Tabel 5.33 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Ranah Rumah No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Adat = 8 Frekuensi Pergeseran rata-rata
Persentase Pergeseran (%)
1
BI = 2
8
(8/8) x 100 % = 100 %
2
BI, BMA pasif = 3
8
(8/8) x 100 % = 100 %
3
BI, BMA pasif; aktif bila di kampung = 1 BI, BMA, BC = 3
8
(8/8) x 100 % = 100 %
6,33
(6,33/8) x 100 % = 79,17 %
4
148
Berdasarkan data-data yang tersaji, tampak dengan jelas bahwa informan dalam hal ini anak dari masing-masing keluarga yang menggunakan bahasa lebih bervariasi artinya menggunakan tidak hanya BI, tetapi juga BMA, dan juga keduanya (BC) terendah melakukan pergeseran kata sapaan adat. Pada umumnya faktor pergeseran untuk kata sapaan ini karena faktor antargenerasi. Anak karena usianya masih muda belum memliki keinginan untuk mengetahui Kata Sapaan dalam Adat ini. Faktorfaktor khusus lainnya dijabarkan sebagai berikut. Faktor penyebab informan yang menggunakan BI, BMA, dan BC melakukan pergeseran terendah adalah karena yang bersangkutan tetap memelihara bahasa ibunya sesuai dengan situasi dan kondisi, termasuk pengetahuan yang
bersangkutan mengenai kata sapaan ini. Dan yang
banyak melakukan pergeseran adalah informan yang menggunakan BI; BI dan BMA secara pasif, dan BI, BMA pasif; aktif bila berada di kampung halamannya. Faktor penyebab pergeseran Kata Sapaan Adat ini tertinggi untuk yang menggunakan BI karena informan-informan ini tidak pernah pulang kampung dan keluarganya tidak ikutserta dalam perkumpulan asal kampung halamannya. Faktor penyebab pergeseran Kata Sapaan Adat tertinggi untuk yang menggunakan BI, dan BMA secara pasif, dan aktif berada di kampung halamannya karena faktor-faktor sebagai berikut. Setelah ditelusuri dari hasil wawancara yang mendalam ternyata informan ini sering melakukan perpindahan (urbanisasi) sejak kecil. Jadi seringnya berjumpa dengan beragam etnis menjadi penyebab informan ini melakukan pergeseran Kata Sapaan Adat tertinggi.
149
Tabel 5.34 Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Ranah Rumah No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Agama = 11 Frek. Pergeseran Kata Sapaan Agama
% dari Jumlah Kata Sapaan
1
BI, BMA pasif
5
45,46
2
BI
2
19
3
BI
10
90,1
4
5
45,46
5
BI, BMA pasif; aktif bila di kampung BI, BMA, BC
6
54,54
6
BI, BMA, BC
11
100
7
BI, BMA pasif
3
27,27
8
BI, BMA pasif
6
54,54
9
BI, BMA, BC
0
0
Tabel 5.35 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Ranah Rumah No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Agama = 11
1
BI = 2
Frekuensi Pergeseran rata-rata 6
(6/11) x 100 % = 54,55 %
2
BI, BMA pasif = 3
4,67
(4,67/11) x 100 % = 42,42 %
3
BI, BMA pasif; aktif bila di kampung = 1 BI, BMA, BC = 3
5
(5/11) x 100 % = 45,45 %
5,66
(5,66/8) x 100 % = 70,83 %
4
Persentase Pergeseran (%)
Berdasarkan data-data yang tersaji, tampak dengan jelas bahwa informan dalam hal ini anak dari masing-masing keluarga yang menggunakan BI, BMA secara pasif
150
terendah melakukan pergeseran Kata Sapaan Agama, yaitu sebesar 42,42%. Faktor penyebabnya adalah sebagai berikut. Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa para informan ini ternyata aktif dalam organisasi keislaman dari masa sekolah menengah atas. Dan sebagaimana diketahui kata sapaan dalam agama ini dalam berbagai BD untuk beberapa kata sapaannya sama sebagai contoh cara menyapa orang (1) yang memiliki pengetahuan agama Islam ustad, (2) petugas yang mengawinkan orang tuan kadi, dan kata sapaan lainnya. Dan yang tertinggi melakukan pergeseran kata sapaan ini adalah informan yang hanya menggunakan BI, yaitu sebesar 54,55%. Faktor penyebabnya adalah dari jawaban yang diberikan para informan ini terfokus pada kata dalam BMAnya, mereka tidak menganalogikannya istilah tersebut dengan agama Islam sehingga jawaban mereka pada pertanyaan tidak dijawabnya. Jadi pengetahuan mereka tentang kata sapaan ini yang rendah merupakan faktor penyebab pergeseran pada kata sapaan agama ini tertinggi.
151
Tabel 5.36 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Ranah Rumah No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6 Frek. Pergeseran Kata Sapaan Jabatan
% dari Jumlah Kata Sapaan
1
BI, BMA pasif
6
100
2
BI
6
100
3
BI
6
100
4
2
33,33
5
BI, BMA pasif; aktif bila di kampung BI, BMA, BC
5
83,33
6
BI, BMA, BC
6
100
7
BI, BMA pasif
3
50
8
BI, BMA pasif
6
100
9
BI, BMA, BC
0
0
Tabel 5.37 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Ranah Rumah No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6 Frekuensi Pergeseran rata-rata
Persentase
Pergeseran
(%)
1
BI = 2
6
(6/6) x 100 % = 100 %
2
BI, BMA pasif = 3
5
(5/6) x 100 % = 83,33%
3
BI, BMA pasif; aktif bila di kampung = 1 BI, BMA, BC = 3
2
(2/6) x 100 % = 33,33 %
3,67
(3,67/6) x 100 % = 61,11 %
4
Berdasarkan data-data yang tersaji, tampak dengan jelas bahwa informan yang menggunakan BI, BMA pasif; aktif bila berada di kampung halamannya terendah
152
melakukan pergeseran Kata Sapaan Jabatan. Faktor-faktor penyebabnya adalah dari hasil wawancara mendalam diketahui informan ini sering pulang kampung, tentu selama mereka berada di kampung terjadi interaksi dengan anggota masyarakat sekitar, dan secara tidak disadari mereka menggunakan kata sapaan jabatan ini. Dan yang tertinggi melakukan pergeseran kata sapaan ini adalah informan yang menggunakan BI saja. Faktor-faktor penyebabnya adalah karena para informan ini tidak pernah pulang kampung, sehingga mereka tidak pernah mendengar kata sapaan ini. Di samping itu keluarga –keluarga ini tidak ikutserta dalam perkumpulan asal kampung halamannya. Dari data yang diperoleh diketahui mereka masuk dalam kelompok keluarga dengan tingkat ekonomi rendah. Berdasarkan data-data di atas dikelompokkan seperti tabel berikut ini. Tabel 5.38 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Ranah Rumah No. Pemakaian Bahasa
Umum (%)
Adat (%)
Agama (%)
Jabatan (%)
1.
BI = 2
57,89
100
54,55
100
2.
BI, BMA pasif = 3 BI, BMA pasif; aktif bila di kampung = 1 BI, BMA, BC = 3
71,92
100
42,42
83,33
89,47
100
45,45
33,33
38,60
79,17
70,83
3.
4.
61,11
Jadi anak dari masing-masing keluarga yang menggunakan bahasa lebih bervariasi artinya menggunakan tidak hanya BI,
tetapi juga BMA, dan juga BC terendah
153
melakukan pergeseran kata sapaan umum dan adat. Sementara anak dalam masingmasing keluarga yang menggunakan BI, dan
BMA secara
pasif melakukan
pergeseran kata sapaan agama terendah. Anak dalam keluarga yang menggunakan BI, BMA secara pasif; dan aktif bila berada di kampung halamannya melakukan pergeseran kata sapaan jabatan terendah. Untuk kata sapaan umum yang tertinggi melakukan pergeseran adalah anak dalam keluarga yang menggunakan BI, BMA secara pasif; dan aktif bila berada di kampung halamannya. Anak dalam masing-masing keluarga yang menggunakan BI, BI, dan BMA secara pasif, dan BI, BMA secara pasif; dan aktif bila berada di kampung halamannya melakukan pergeseran kata sapaan adat tertinggi. Anak dalam masingmasing keluarga yang menggunakan BI, BMA, dan BC melakukan pergeseran kata sapaan agama tertinggi. Dan anak dalam masing-masing keluarga yang menggunakan BI melakukan pergeseran kata sapaan jabatan tertinggi.
5.2.14 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Ranah Masyarakat Dari tabel berikut ini akan tampak apakah keragaman bahasa yang digunakan informan dalam ranah masyarakat memiliki arti yang signifikan terhadap pergeseran kata sapaan dalam BMA.
154
Tabel 5.39 Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Ranah Masyarakat No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Umum = 19 Frek. Pergeseran
% dari Jumlah Kata
Kata Sapaan Umum Sapaan 1
BI
12
63,16
2
BI
10
54,63
3
BI
12
63,16
4
BI, aktif bila di kampung
17
90
5
BI, BMA, BC
6
31,58
6
BI, BMA, BC
4
21
7
BI
15
79
8
BI
14
73,68
9
BI, BMA, BC
12
63,16
Tabel 5.40 Rata-rata
Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Ranah
Masyarakat No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Umum = 19 Frekuensi Pergeseran rata-rata
Persentase Pergeseran (%)
1
BI = 5
12,6
(12,6/19) x 100 % = 63,32 %
2
BI, aktif bila di kampung = 1 BI, BMA, BC = 3
17
(17 /19) x 100 % = 89,47 %
7,33
(7,33/19) x 100 % = 38,60 %
3
155
Berdasarkan data-data yang tersaji, tampak dengan jelas bahwa informan dalam hal ini anak dari masing-masing keluarga yang menggunakan bahasa lebih bervariasi artinya menggunakan tidak hanya BI, melakukan pergeseran kata sapaan
tetapi juga BMA, dan juga BC terendah umum. Hal ini disebabkan karena yang
bersangkutan tetap memelihara bahasa ibunya sesuai dengan situasi dan kondisi. Dan yang banyak melakukan pergeseran adalah informan yang menggunakan BI, BMA secara pasif, dan aktif bila berada di kampung halamannya. Faktor penyebabnya setelah ditelusuri dari hasil wawancara yang mendalam ternyata informan ini sering melakukan perpindahan (urbanisasi) sejak kecil. Jadi seringnya berjumpa dengan beragam etnis menjadi penyebab informan ini melakukan pergeseran Kata Sapaan Umum tertinggi. Tabel 5.41 Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Ranah Masyarakat No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Adat = 8
1
BI
Frek. Pergeseran Kata Sapaan Adat 8
2 3 4
BI BI BI, aktif bila di kampung
8 8 8
100 100 100
5 6 7 8
BI, BMA, BC BI, BMA, BC BI BI
4 8 8 8
50 100 100 100
9
BI, BMA, BC
7
87,5
156
% dari Jumlah Kata Sapaan 100
Tabel 5.42
Rata-rata
Pergeseran Kata Sapaan Adat Berdasarkan Ranah
Masyarakat No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Adat = 8 Frekuensi. Pergeseran rata-rata
Persentase Pergeseran (%)
1
BI = 5
8
(8/8) x 100 % = 100 %
2
BI, aktif bila di kampung = 1 BI, BMA, BC = 3
8
(8/8) x 100 % = 100 %
6,33
(6,33/8) x 100 % = 79,17 %
3
Berdasarkan data-data yang tersaji, tampak dengan jelas bahwa informan dalam hal ini anak dari masing-masing keluarga yang menggunakan bahasa lebih bervariasi artinya menggunakan tidak hanya BI, tetapi juga BMA, dan juga keduanya (BC) terendah melakukan pergeseran kata sapaan adat. Pada umumnya faktor pergeseran untuk kata sapaan ini karena faktor antargenerasi. Anak karena usianya masih muda belum memliki keinginan untuk mengetahui Kata Sapaan dalam Adat ini. Faktorfaktor khusus lainnya dijabarkan sebagai berikut. Faktor penyebab informan yang menggunakan BI, BMA, dan BC melakukan pergeseran terendah adalah karena yang bersangkutan tetap memelihara bahasa ibunya sesuai dengan situasi dan kondisi, termasuk pengetahuan yang
bersangkutan mengenai kata sapaan ini. Dan yang
banyak melakukan pergeseran adalah informan yang menggunakan BI; BI dan BMA secara pasif, dan BI, BMA pasif; aktif bila berada di kampung halamannya. Faktor penyebab pergeseran Kata Sapaan Adat ini tertinggi untuk yang menggunakan BI karena informan-informan ini tidak pernah pulang kampung dan keluarganya tidak
157
ikutserta dalam perkumpulan asal kampung halamannya. Faktor penyebab pergeseran Kata Sapaan Adat tertinggi untuk yang menggunakan BI, dan BMA secara pasif, dan aktif bila berada di kampung halamannya karena faktor-faktor sebagai berikut. Setelah ditelusuri dari hasil wawancara yang mendalam ternyata informan ini sering melakukan perpindahan (urbanisasi) sejak kecil. Jadi seringnya berjumpa dengan beragam etnis menjadi penyebab informan ini melakukan pergeseran Kata Sapaan Adat tertinggi. Tabel 5.43 Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Ranah Masyarakat No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Agama = 11 Frek. Pergeseran Kata Sapaan Agama
% dari Jumlah Kata Sapaan
1
BI
5
45,46
2
BI
2
19
3
BI
10
90,1
4
5
45,46
5
BI, BMA aktif bila di kampung BI, BMA, BC
6
54,54
6
BI, BMA, BC
11
100
7
BI
3
27,27
8
BI
6
54,54
9
BI, BMA, BC
0
0
158
Tabel 5.44 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Agama Berdasarkan Ranah Masyarakat No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Agama = 11
1
BI = 5
Frekuensi Pergeseran rata-rata 5,2
(5,2/11) x 100 % = 47,27 %
2
BI, BMA aktif bila di kampung = 1 BI, BMA, BC = 3
5
(5/11) x 100 % = 45,46 %
5,67
(5,67/11) x 100 % = 51,52 %
3
Persentase Pergeseran (%)
Berdasarkan data-data yang tersaji, tampak dengan jelas bahwa informan dalam hal ini anak dari masing-masing keluarga yang menggunakan BI, BMA aktif bila berada di kampung halamannya terendah melakukan pergeseran Kata Sapaan Agama, yaitu sebesar 45,46%.
Faktor penyebabnya adalah sebagai berikut. Dari hasil
wawancara mendalam diketahui bahwa informan ini ternyata aktif dalam organisasi keislaman dari masa sekolah menengah atas. Dan sebagaimana diketahui kata sapaan dalam agama ini dalam berbagai BD untuk beberapa kata sapaannya sama sebagai contoh cara menyapa orang (1) yang memiliki pengetahuan agama Islam ustad, (2) petugas yang mengawinkan orang tuan kadi, dan kata sapaan lainnya. Dan yang tertinggi melakukan pergeseran kata sapaan ini adalah anak dalam masing-masing keluarga yang
menggunakan BI, BMA, dan BC yaitu sebesar 51,52%. Faktor
penyebabnya adalah ketidaktahuan dua anak dari tiga keluarga mengenai kata sapaan agama ini yang sebenarnya memiliki kesamaan dalam tiap-tiap BD, tetapi karena yang bersangkutan hanya memfokuskan kata sapaan tersebut dalam BMA menjadi penyebab pergeseran kata sapaan ini tertinggi dalam kelompok ini.
159
Tabel 5.45 Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Ranah Masyarakat
No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6 Frek. Pergeseran
% dari Jumlah
Kata Sapaan Jabatan
Kata Sapaan
1
BI
6
100
2
BI
6
100
3
BI
6
100
4
BI, aktif bila di kampung
2
33,33
5
BI, BMA, BC
5
83,33
6
BI, BMA, BC
6
100
7
BI
3
50
8
BI
6
100
9
BI, BMA, BC
0
0
Tabel 5.46 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Berdasarkan Ranah Masyarakat No
Pemakaian Bahasa
Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6 Frekuensi Pergeseran rata-rata
Persentase Pergeseran (%)
1
BI = 5
5,4
(5,4/6) x 100 % = 90 %
2
BI, aktif bila di kampung = 1 BI, BMA, BC = 3
2
(2/6) x 100 % = 33,33 %
3,67
(3,67/6) x 100 % = 61,11 %
3
160
Berdasarkan data-data yang tersaji, tampak dengan jelas bahwa anak dalam keluarga
yang menggunakan BI, BMA pasif; aktif bila berada
di kampung
halamannya terendah melakukan pergeseran Kata Sapaan Jabatan. Faktor-faktor penyebabnya adalah dari hasil wawancara mendalam diketahui informan ini sering pulang kampung, tentu selama berada di kampung terjadi interaksi dengan anggota masyarakat sekitar, dan secara tidak disadarinya menggunakan kata sapaan jabatan ini. Dan yang tertinggi melakukan pergeseran kata sapaan ini adalah informan yang menggunakan BI saja. Faktor-faktor penyebabnya adalah karena para informan ini tidak pernah pulang kampung, sehingga mereka tidak pernah mendengar kata sapaan ini. Di samping itu keluarga –keluarga ini tidak ikutserta dalam perkumpulan asal kampung halamannya. Dari data yang diperoleh diketahui mereka masuk dalam kelompok keluarga dengan tingkat ekonomi rendah. Berdasarkan data-data terdahulu dikelompokkan seperti tabel berikut ini. Tabel 5.47 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan Berdasarkan Ranah Masyarakat No. Pemakaian Bahasa
Umum (%)
Adat (%)
Agama (%)
Jabatan %)
1.
BI = 5
63,32
100
47,27
90
2.
BI, aktif bila di kampung = 1
89,47
100
45,46
33,33
3.
BI, BMA, BC = 38,60 3
79,17
51,52
61,11
Berdasarkan data-data yang tersaji, tampak dengan jelas bahwa informan dalam hal ini anak dari masing-masing keluarga yang menggunakan bahasa lebih bervariasi
161
artinya menggunakan tidak hanya BI, tetapi juga BMA, dan juga keduanya (BC) terendah melakukan pergeseran kata sapaan, yaitu untuk kata sapaan umum, dan adat menurut kaum. Tetapi untuk kata sapaan jabatan ternyata yang terendah melakukan pergeseran adalah informan yang hanya menggunakan BI, dan BMA secara aktif ketika berada di kampung halamannya, tetapi yang bersangkutan juga membuat banyak pergeseran kata sapaan untuk kata sapaan umum. Dan informan yang hanya menggunakan BI saja melakukan pergeseran kata sapaan yang tertinggi, yaitu untuk kata sapaan adat menurut kaum, agama, dan jabatan. Perihal penggunaan bahasa bervariasi ini tidak ditemukan dalam teori Fishman yang dirujuk untuk penelitian ini. Jadi dari hasil pembahasan dalam masing-masing keluarga informan dapat disimpulkan bahwa rata-rata kata sapaan yang terendah mengalami pergeseran secara berurutan adalah kata sapaan dalam agama, kata sapaan umum, kata sapaan dalam jabatan, dan kata sapaan adat menurut kaum. Dan faktor-faktor yang menyebabkan kata sapaan tersebut mengalami pergeseran adalah prestise, urbanisasi, peralihan antargenerasi, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, dan variasi pemakaian bahasa.
162
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Berdasarkan paparan pada bab-bab terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Kata sapaan yang mengalami pergeseran dalam BMA adalah kata sapaan umum, kata sapaan adat menurut kaum, kata sapaan dalam agama, dan kata sapaan jabatan. Rata-rata pergeseran kata sapaan tertinggi adalah untuk kata sapaan adat menurut kaum. Hal ini disebabkan karena mayoritas informan (anak dalam masing-masing keluarga) tidak mengetahui kata sapaan tersebut. Kata sapaan dalam jabatan merupakan pergeseran kata sapaan tertinggi kedua, kata sapaan umum pergeseran kata sapaan ketiga, dan yang terendah adalah kata sapaan agama. (2) Faktor-faktor yang menyebabkan kata sapaan-kata sapaan tersebut mengalami pergeseran adalah prestise, urbanisasi,
peralihan antargenerasi, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, dan variasi pemakaian bahasa.
6.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan disarankan sebagai berikut. (1) Kemungkinan terjadi pergeseran kata sapaan dalam bahasa Minangkabau dialek lainnya dialek Tanah Datar, Lima Puluh Kota, dan Pesisir dan juga dalam BD-BD
163
lainnya seperti bahasa Batak, bahasa Karo, bahasa Melayu, dan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia. (2) Dimungkinkan faktor-faktor pergeseran kata sapaan yang lainnya menjadi penyebab kata sapaan tersebut mengalami pergeseran dan diharapkan adanya penelitian-penelitian
selanjutnya
dengan
menggunakan
kajian
sejenis-
sosiolinguistik atau kajian-kajian dan metode-metode penelitian yang lainnya.
164
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa. Amir, M.S. 2007. Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Ayub, Asni, dkk. 1984. Sistem Sapaan Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. -----------------------. 1993. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. ---------------- dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Edisi Revisi. Rineka Cipta, Jakarta. Crystal, David. 1991. A Dictionary of Linguistics and Phonetics. Massachusetts: Basil Blackwell. Deliana. 2002. “Faktor-faktor Pemertahanan Bahasa Minangkabau di Kotamadya Medan: Studi Kasus Pedagang-pedagang Minangkabau Biligual di Pasar Sukaramai Medan (Tesis) untuk Program Studi Magister Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Dittmar, Norbert. 1978. Language in Society. Cambridge University Press. Dorian, N. 1982. Language Death: The Life Cycle of a Scottish Gaelic Dialect. Philadelphia: University of Pennsylvania Press. ________. “Language Loss and Maintenance in Language Contact Situations”. Dalam Lambert dan B. Freed (ed). The Loss of Language Skills. Rowley, Massachusatte: Newbury House. Edwards, John. 1972. Multilingualism. England: Penguin Books. Fasold, Ralph. 1984. Sociolingustics of Society. New York: Basil Blackwell.Fishman, Joshua A. 1991. Reversing Language Shift: Theoretical pirical Foundations of Assistance to Threatened Languages. Philadelphia: Multilingual Matters. ---------------------. 1997. ``Maintaining Languages: What Works? What Doesn't?'' in Cantoni, Gina (ed.) (1997) Stabilizing Indigenous Languages Flagstaff: Northern Arizona University, Center for Excellence in Education. pp. 186198. Gal, Susan. 1979 Language Shift: Social Determinants of Linguistic Change in Bilingual Austria. New York: Academic Press.
165
Groesjean, Fracois. 1982. Life with Two Languages. Cambridge: Harvard University Press. Gumperz, John dan Delly Hymes. 1972. Directions in Sociolinguistics: the Ethnography of Communication, USA. Gunarwan, Asim. 2000. “Peran Bahasa sebagai Pemersatu Bangsa” artikel dalam Kajian Serba Linguistik untuk Anton Moeliono Pereksa Bahasa. Jakarta: BPK Gunung Mulia ----------------------. 2001. “Beberapa Kasus Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa: Implikasinya pada Pembinaan Bahasa Lampung”. Makalah pada Seminar Nasional Pembinaan Bahasa, Sastra dan Budaya Daerah. Bandar Lampung, 29-30 Oktober 2001. ---------------------. “Linguistik Indonesia: Tahun ke 24, No. 1, Februari 2006: 95-113”. Hanafiah, Ridwan. “ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol.1 No.1, Mei 2005: 64-68”. Holmes. 1993. Sociolinguistics. Harmondsworth: Penguin. Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Historis Bandingan. Jakarta: Gramedia. Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Kridalaksana, Harimurti. 1974 . Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah. --------------.2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lever and Hutcheson. 1972. Communication Face to Face Interaction. London: Penguin Books. Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 1988. Qualitative Data Analysis. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohedi. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia, Jakarta. Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moussay, Gerard. 1998. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik. Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. Rokhman, Fathur. 2003. Pemilihan Bahasa dalam Masyarakat Dwibahasa: Kajian Sosiolinguistik di Banyumas. Disertasi. Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada. _______________. 2006. Membangun Komunikasi Lintas Budaya yang Bermakna dalam Masyarakat Multikultural: Studi Sosiolinguistik. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Universitas Negeri Semarang. Romaine, Suzanne. 1989. Biliangualism. Oxford: Basil Blackwell.
166
_______________.1994. Language in Society: An Introduction to Sociolinguistics. New York: Oxford University Press. Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan: Himpunan Bahasan. Penerbit: Diponegoro. Syafyahya, Leni, dkk. 2000. Kata Sapaan Bahasa Minangkabau di Kabupaten Agam. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Subyakto, Sri Utari dan Nababan. 1992. Psikolinguistik: Statu Pengantar. Jakarata: Gramedia Pustaka Utama. Supriyanto, Henricus dkk. 1986. Penelitian Bentuk Sapaan Bahasa Jawa Diales Jawa Timur. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Syarfina, Tengku. 2000. “Sistem Sapaan dan Istilah Kekerabatan dalam Bahasa Melayu Deli Tinjauan Sosiolinguistik” (Tesis) untuk Program Studi Magister Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan Trisny, Hepy Yen. 2006. ”Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Dialek Pariaman” (Tesis) untuk Program Studi Magister Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Wantania, Theresya. 1996. “Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa Tonsea di Minahasa, Propinsi Sulawesi Utara: Kajian Sosiolinguitik”. Tesis. Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta. Wardhaugh, Ronald. 1988. An Introduction to Sociolinguistics. New York: Basil Blackwell. Wilian, Sudirman. 2005. “Bahasa Minoritas, Identitas Etnik, dan Kebertahanan Bahasa: Kasus Bahasa Sumbawa di Lombok”. Linguistik Indonesia. Jurnal Ilmiah Masyarakat Indonesia tahun ke-23 Nomor 1. Jakarta: Masyarakat Linguistik Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Obor Indonesia. Hal. 89-102. Yuliawati, Susi. 2008. “Situasi Kebahasaan di Wilayah Pangandaraan: Suatu Kajian Sosiolinguistik tentang Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa” (Makalah) untuk Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Bandung.
Sumber Internet:
http://www.pascaunhas.net/jurnalpdf/vol12/LUKMAN12 pdf diakses pada tanggal 3 Oktober 2010. (http://miskin-bodoh.org/tag/kriteria-orang-miskin-indonesia-versi-bps/ diakses pada tanggal 18 Maret 2011).
167
Musgrave, Simon. Language Shift and Language Maintenance in Indonesia. http://www.ydli.org/biblios/maintbib.htm diakses pada tanggal 2 Januari 2011. NN. Chapter II Literature Review. http://ponce.inter.edu/vl/tesis/sharon/chap2.html diakses pada tanggal 2 Januari 2011. -----Pendapatan Pekerja Indonesia Tahun 2010 Rp.5.6 juta/bulan. http://mantanburuh.wordpress.com/tag/guyon-buruh-2/page/2/ diakses pada tanggal 19 Maret 2011. ----. Pengertian Remaja Menurut Para Ahli. http://belajarpsikologi.com/pengertianremaja/http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/diakses tanggal 19 Maret 2011. ---. Overview adolescent health problems and services. http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=70 diakses pada tanggal 27 April 2011. ---. Kriteria Orang Miskin Indonesia Versi BPS. http://miskin-bodoh.org/tag/kriteriaorang-miskin-indonesia-versi-bps/diakses pada tanggal 19 Maret 2011. Rokhman, Fahtur. Fenomena Pemilihan Bahasa dalam Masyarakat Multilingual: Paradigma Sosiolinguistik Pedoman Laporan Penelitian Sosiolinguistik. http://fathurrokhmancenter.wordpress.com/2009/08/24/pergeseran-bahasaindonesia-di-era-global-dan-imlpikasinya-terhadap-pembelajaran/ diakses pada tanggal 27 Desember 2010. Syaifudin, Ahmad. “Pola Pergeseran Bahasa Jawa pada Masyarakat Wilayah Perbatasan Jawa – Sunda dalam Ranah Keluarga di Losari Kabupaten Brebes”. http://sosiolinguistik.wordpress.com/2008/10/24/pergeseranbahasa/ diakses pada tanggal 3 Oktober 2010.
168
LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA
Nama Informan Bahasa Minangkabau Dialek Agam Nama
:
Jenis Kelamin
: Pria/Wanita
Usia
:
Alamat
:
Tahun
Penghasilan/bulan : DAFTAR PERTANYAAN I. Latar Belakang Informan 01. Usia A. Kurang dari 50 tahun B. 51- 60 tahun C. 61 tahun ke atas 02. Pekerjaan: A. Guru/Staf Pengajar B. PNS C. DLL. Tuliskan................ 03. Pendidikan: A. Tidak tamat SD/Sederajat B. SMP/Madrasah Tsanawiyah C. SMA/Madrasah Aliyah D. Akademi/Universitas E. DLL. Tuliskan......... 04. Lahir di............ A. Kabupaten Agam, tepatnya di ..........(tuliskan). B. Medan
169
C. DLL. Tuliskan.............................
05. Bahasa pertama yang dikuasai: A. Bahasa Minang Dialek Agam B. Bahasa Indonesia C. Bahasa daerah lainnya. Tuliskan............................ D. Bahasa asing. Tuliskan.................................... 06. Sejak kapan bahasa Minang dikuasai: A. Sejak kecil B. Sejak bersekolah di SD C. Sejak bersekolah di SMP/SMA D. Sejak bersekolah di perguruan tinggi E. DLL. Tuliskan......................... 07. Bagaimana penguasaan bahasa Minang Dialek Agam Bapak/Ibu: A. Lancar B. Dapat berbicara C. Hanya mengerti saja 08. Bahasa apa saja yang Bapak/Ibu kuasai selain bahasa pertama: A. Bahasa Minang Dialek Agam B. Bahasa Indonesia C. Bahasa daerah lainnya. Tuliskan............................ D. Bahasa asing. Tuliskan.................................... 09. Sejak kapan Bapak/Ibu dapat berbahasa Indonesia? A. Sejak kecil B. Sejak bersekolah di SD C. Sejak bersekolah di SMP/SMA D. Sejak bersekolah di perguruan tinggi E. DLL. Tuliskan.........................
170
II. Kesukubangsaan 10. Apakah suami/istri Bapak/Ibu juga berasal dari Kabupaten Agam? A. Ya B. Tidak, tuliskan............................. 11. Apakah Bapak/Ibu memiliki keluarga di Kabupaten Agam? A. Ya B. Tidak 12. Apakah Bapak/Ibu sering mengunjungi mereka? A. Ya B. Tidak 13. Apakah Bapak/Ibu sering berhubungan dengan mereka (via telepon/handphone)? A. Ya B. Tidak 14. Apakah Bapak/Ibu anggota salah satu perkumpulan orang Minang? A. Ya B. Tidak 15. Apakah Bapak/Ibu A. Ya, tuliskan nama perkumpulannya...................... B. Tidak 16. Alasan Bapak/Ibu masuk perkumpulan tersebut? .............................. .............................................................................................................. 17. Bahasa apakah yang digunakan pada saat berkumpul? A. Bahasa Minang Dialek Agam B. Bahasa Indonesia C. Bahasa daerah lainnya. Tuliskan............................ D. Bahasa asing. Tuliskan....................................
III. Pemakaian Bahasa
171
Jawablah semua pertanyaan di bawah ini dengan melingkari salah satu jawaban yang cocok. Keterangan: BMA = Bahasa Minang Dialek Agam BI
= Bahasa Indonesia
BC = Bahasa Campuran 18. Bahasa apakah yang Bapak/Ibu gunakan sehari-hari di rumah jika berbicara dengan :
A. Istri/Suami
BMA
BI
BC
B. Anak
BMA
BI
BC
C. Keluarga
BMA
BI
BC
D. Keluarga Istri/Suami
BMA
BI
BC
E. Orang tua
BMA
BI
BC
F. Mertua
BMA
BI
BC
G. Orang yang berasal dari daerah
BMA
BI
BC
yang sama dengan Bapak/Ibu 19. Bahasa apakah yang Bapak/Ibu gunakan di rumah bila ada orang ketiga jika berbicara dengan: A. Istri/Suami
BMA
BI
BC
B. Anak
BMA
BI
BC
C. Keluarga
BMA
BI
BC
D. Keluarga Istri/Suami
BMA
BI
BC
E. Orang tua
BMA
BI
BC
F. Mertua
BMA
BI
BC
G. Orang yang berasal dari daerah
BMA
BI
BC
yang sama dengan Bapak/Ibu 20. Bahasa apakah yang Bapak/Ibu gunakan di luar rumah jika berbicara dengan :
172
A. Istri/Suami
BMA
BI
BC
B. Anak
BMA
BI
BC
C. Keluarga
BMA
BI
BC
D. Keluarga Istri/Suami
BMA
BI
BC
E. Orang tua
BMA
BI
BC
F. Mertua
BMA
BI
BC
G. Orang yang berasal dari daerah
BMA
BI
BC
yang sama dengan Bapak/Ibu 21. Bahasa apakah yang Bapak/Ibu gunakan di luar rumah bila ada orang ketiga, jika berbicara dengan:
A. Istri/Suami
BMA
BI
BC
B. Anak
BMA
BI
BC
C. Keluarga
BMA
BI
BC
D. Keluarga Istri/Suami
BMA
BI
BC
E. Orang tua
BMA
BI
BC
F. Mertua
BMA
BI
BC
G. Orang yang berasal dari daerah
BMA
BI
BC
yang sama dengan Bapak/Ibu 22. Bahasa apakah yang Bapak/Ibu gunakan jika marah (kesal) di rumah kepada: A. Istri/Suami
BMA
BI
BC
B. Anak
BMA
BI
BC
C. Keluarga
BMA
BI
BC
D. Keluarga Istri/Suami
BMA
BI
BC
E. Orang tua
BMA
BI
BC
F. Mertua
BMA
BI
BC
G. Orang yang berasal dari daerah
BMA
BI
BC
yang sama dengan Bapak/Ibu
173
23.
Bila Bapak/Ibu membaca pengumuman, yang mudah dipahami adalah yang berbahasa: A. Bahasa Minang Dialek Agam B. Bahasa Indonesia C. Bahasa Minang Dialek Agam dan bahasa Indonesia D. ...........................................................................................
24.
Pemakaian bahasa apakah yang Bapak/Ibu sukai bila ada penerangan dari pengurus perkumpulan di depan umum: A. Bahasa Minang Dialek Agam B. Bahasa Indonesia C. Bahasa Minang Dialek Agam dan bahasa Indonesia D. ..........................................................................................
25. Bahasa apakah yang Bapak/Ibu gunakan bila menyampaikan sesuatu kepada anak-anak dan keluarga di rumah? A. Bahasa Minang Dialek Agam B. Bahasa Indonesia C. Bahasa Minang Dialek Agam dan bahasa Indonesia D. ............................................................. 26. Bahasa apakah yang Bapak/Ibu gunakan bila berbicara dengan orang Minang ketika bertemu di perantauan? A. Bahasa Minang Dialek Agam B. Bahasa Indonesia C. Bahasa Minang Dialek Agam dan bahasa Indonesia D. .............................................................
174
27. Menurut pengamatan Bapak/Ibu bahasa apakah yang digunakan dalam pertemuan –pertemuan keluarga Minang di perantauan? A. Bahasa Minang Dialek Agam B. Bahasa Indonesia C. Bahasa Minang Dialek Agam dan bahasa Indonesia D. ............................................................. (Diadaptasi dari “Daftar Pertanyaan” Deliana, 2002)
KUESIONER Kata Sapaan Bahasa Manangkabau Dialek Agam Kata Sapaan Umum Jenis Kata Sapaan Kata Sekarang/ Alasan terjadi Panggilan saat ini perubahan ketika di kampung 1.Panggilan terhadap Ibu kandung Ibu 2.Panggilan terhadap Ibu kandung 3.Panggilan terhadap kakak Perempuan Ibu 4.Panggilan terhadap adik Perempuan Ibu 5.Panggilan terhadap kakak dan adik laki-laki Ibu 6.Panggilan terhadap Ayah kandung 7.Panggilan terhadap Kakak dan Adik Laki-laki Ayah Kandung 8.Panggilan kakak dan Adik Perempuan Ayah 9.Panggilan terhadap Kakak Laki-laki
175
Kandung 10. Panggilan terhadap Adik Laki-laki Kandung 11. Panggilan terhadap Kakak Perempuan Kandung 12.Panggilan terhadap Adik Perempuan Kandung 13. Panggilan terhadap Istri 14.Panggilan terhadap Suami 15.Panggilan terhadap Anak Kandung Laki-laki 16.Panggilan terhadap Anak Kandung Perempuan 17. Panggilan terhadap Cucu Kandung Laki-laki 18. Panggilan terhadap Cucu Kandung Perempuan 19. Panggilan terhadap Ayah Kandung dari Ibu dan Ayah Kandung dari Ayah Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Jenis Kata Sapaan
Kata Panggilan ketika di kampung
Sekarang/
Alasan
saat ini
bila terjadi perubahan:
1. Panggilan terhadap Penghulu 2. Panggilan terhadap Menantu Laki-laki 3. Bisan (orang tua ibu dan ayah) dari istri atau suami anak kandung 4. Mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami 5. Istri kakak laki-laki kandung 6. Minantu (istri atau suami anak kandung) 7. Ipa (saudara kakak dan adik istri atau suami) 8. Para pendatang yang menikah dengan wanita setempat Kata Sapaan Agama Jenis Kata Sapaan
Kata Panggilan
176
Sekarang/saat ini
Alasan bila
ketika di kampung
terjadi perubahan:
1. Panggilan terhadap orang yang menjaga Mesjid atau Surau 2. Panggilan terhadap orang yang membaca doa 3. Panggilan terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat 4. Panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang 5. Panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama) 6. Panggilan terhadap orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di Masjid atau Surau 7. Panggilan kepada orang yang memimpin shalat di Mesjid atau Surau 8. Panggilan kepada orang yang memberi Khotbah Jum’at 9. Panggilan terhadap alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat yang sering memberikan pengajian agama 10. Panggilan untuk ulama wanita 11. Panggilan terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima
Kata Sapaan Jabatan
Jenis Kata Sapaan
Kata Panggilan ketika di kampung
Sekarang/saat ini
Alasan bila terjadi perubahan:
1. Camat 2. Lurah 3. Ketua Lingkungan 4. Guru 5. Dokter 6. Bidan
177
(Diadaptasi dari “ Kuesioner” Hepy Yen Trisny, 2006)
LAMPIRAN 2 HASIL WAWANCARA
Daftar nama-nama informan untuk Keluarga I 1. Nama Ayah : A Usia : 62 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaan : Wiraswasta Penghasilan/bulan: Rp 1000 000,Alamat : Amplas Medan Lama di Medan : 34 tahun 2. Nama Ibu Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
: B : 56 tahun : SMEA : Ibu Rumah Tangga : Amplas Medan : 33 tahun
3. Nama Anak Jenis Kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
: C : Pria : 20 tahun : Mahasiswa : Mahasiswa : Amplas Medan : 20 tahun
178
HASIL ISIAN KUESIONER UNTUK KELUARGA I Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Dialek Aga Kata Sapaan Umum Jenis Kata Sapaan 1.Panggilan terhadap Ibu kandung Ibu inyiak (uci), nenek, enek, amai gaek 2.Panggilan terhadap Ibu kandung biyai, (a)mak, amai, uwai 3.Panggilan terhadap kakak Perempuan Ibu maktuo, mak adang, mak angah 4.Panggilan terhadap adik Perempuan Ibu etek 5.Panggilan terhadap kakak dan adik laki-laki Ibu mak dang, mak etek 6.Panggilan terhadap Ayah kandung abak, abah, ayah, (a)pa, apak, buya 7.Panggilan terhadap Kakak dan Adik Laki-laki Ayah Kandung pak tuo, pak dang, pak angah, pak etek 8.Panggilan kakak dan Adik Perempuan Ayah mak tuo,etek
Ayah
Ibu
Anak
Inyiak
nenek
nenek
Amak
amak
mama
maktuo
mak tuo
uo
Etek
etek
etek, tante
Angku
angku
uncu, mak uncu
Abak
abak
papa
pak tuo/pak pak tuo /pak apak, pak uo, etek etek pak cik
mak tuo/etek mak tuo/etek
179
mami
9.Panggilan terhadap Kakak Lakilaki Kandung tuan, uwan, uda, panggil nama 10. Panggilan terhadap Adik Laki-laki Kandung adiak, panggil nama 11. Panggilan terhadap Kakak Perempuan Kandung (ka)kak, uni, panggil nama 12.Panggilan terhadap Adik Perempuan Kandung adiak, panggil nama 13. Panggilan terhadap Istri panggil nama, amaknyo, uwai, iyak 14.Panggilan terhadap Suami tuan, uda, gelarnya, apaknyo 15.Panggilan terhadap Anak Kandung Laki-laki buyuang 16.Panggilan terhadap Anak Kandung Perempuan upiak 17. Panggilan terhadap Cucu Kandung Laki-laki panggil nama 18. Panggilan terhadap Cucu Kandung Perempuan panggil nama 19. Panggilan terhadap Ayah Kandung dari Ibu dan Ayah Kandung dari Ayah u(w)o, gaek, antan,
Uda
uda
Abang
panggil nama
panggil nama
-
uni
idem
Kakak
panggil nama
idem
-
Idem
-
-
-
uda
-
panggil nama Idem
panggil nama
-
idem
-
Idem
idem
-
Idem
idem
-
Gaek
gaek
abak; gaek
Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Jenis Kata Sapaan 1. Panggilan terhadap Penghulu datuak 2. Panggilan terhadap Menantu Lakilaki sutan, bagindo, malin nama kecil/panggilan
Ayah angku; datuk nama kecil
180
Ibu
Anak
angku, datuk
-
nama kecil
-
3. Bisan (orang tua ibu dan ayah) dari istri atau suami anak kandung bisan bisan bisan 4. Mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami Mintuo mintuo mama/mak/ibu 5. Istri kakak laki-laki kandung timudo uni diikuti nama kecil/panggilan sama 6. Minantu (istri atau suami anak kandung) minantu nama kecil/nama panggilan 7. Ipa (saudara kakak dan adik istri atau suami) ipa nama kecil/panggilan 8. Para pendatang yang menikah dengan wanita setempat sutan, bagindo, malin nama kecil/nama panggilannya
besan
besan
amak
mak
uni
uni
-
nama kecil
-
idem
nama kecil
-
nama panggilan
nama kecil
nama
-
-
kecil
-
Kata Sapaan Agama
Jenis Kata Sapaan 1.
Panggilan terhadap orang yang menjaga Mesjid atau Surau garin (garim) garin
Ayah
Ibu
garin
garin
Anak wak Nuh/pak Nazir
2. Panggilan terhadap orang yang membaca doa pakiah (pakih) 3. Panggilan terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat labai (lebai) 4. Panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang tuan kadi angku kali , tuan kadi 5. Panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama) buya, ustad buya, angku labai , ustad
malin
malin
pak
labai
labai
bilal
angkukali
angkukali
tuan
ustad
ustad
ustad
181
kadi
6. Panggilan terhadap orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di Masjid atau Surau bilal angku bila , bilal 7. Panggilan kepada orang yang memimpin shalat di Mesjid atau Surau imam angku imam 8. Panggilan kepada orang yang memberi Khotbah Jum’at khatib katik angku, khatib
9. Panggilan terhadap alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat yang sering emberikan pengajian agama ungku, angku, tuangku buya 10. Panggilan untuk ulama wanita umi ibu ustazah 11. Panggilan terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji , pak haji, bu hajjah
bilal
bilal
muadzin
Imam
imam
imam
Katik
katik
khatib
Buya
buya
ustad
ustazah
ustazah
ustazah
Pak haji; bu pak haji/ bu hajjah pak/wak ha hajjah
ji/bu hajjah
Kata Sapaan Jabatan Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Anak
1. Camat pak camaik
pak camaik
pak
bapak
2. Lurah nyik palo
pak lurah
pak
bapak
3. Ketua Lingkungan
pak kepling
pak
bapak
4. Guru pak/buk
pak/bu guru
pak
bapak/ibu
5. Dokter pak/buk
pak/bu dokter
pak
dok
bu bidan
buk
ibu
inyik suku
doktor 6. Bidan buk bidan
182
Daftar nama-nama informan untuk Keluarga II 1. Nama Ayah :D Usia : 56 tahun Pendidikan : SD Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jl. Binjai Medan Lama di Medan : 40 tahun Penghasilan/bulan: Rp 1000.000,-
2. Nama Ibu : Usia : Pendidikan : Pekerjaan : Alamat : Lama di Medan : Penghasilan/bulan:
3. Nama Anak Jenis Kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
E 49 tahun SD Wiraswasta Jl. Binjai Medan 30 tahun Rp 500.000,-
: F : Wanita : 20 tahun : Mahasiswa : Mahasiswa : Jl. Binjai Medan : 20 tahun
183
HASIL ISIAN KUESIONER UNTUK KELUARGA II Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Dialek Agam Kata Sapaan Umum Jenis Kata Sapaan 1.Panggilan terhadap Ibu kandung Ibu inyiak (uci), nenek, enek, amai gaek 2.Panggilan terhadap Ibu kandung biyai, (a)mak, amai, uwai 3.Panggilan terhadap kakak Perempuan Ibu maktuo, mak adang, mak angah 4.Panggilan terhadap adik Perempuan Ibu etek 5.Panggilan terhadap kakak dan adik laki-laki Ibu mak dang, mak etek 6.Panggilan terhadap Ayah kandung abak, abah, ayah, (a)pa, apak, buya 7.Panggilan terhadap Kakak dan Adik Laki-laki Ayah Kandung pak tuo, pak dang, pak angah, pak etek 8.Panggilan kakak dan Adik Perempuan Ayah mak tuo,etek 9.Panggilan terhadap Kakak Laki-laki Kandung tuan, uwan, uda, panggil nama 10. Panggilan terhadap Adik Laki-laki Kandung adiak, panggil nama 11. Panggilan terhadap Kakak Perempuan Kandung (ka)kak, uni, panggil nama 12.Panggilan terhadap Adik Perempuan
Ayah
Ibu
Anak
enek
enek
nenek
amak
amai
mama
mak dang
mak dang
mak uo
etek
etek
etek + nama kecil
mak etek
mak etek
adang
apak
ayah
papa
pak dang
pak dang
pak uo, pak etek
mak tuo/etek
mak tuo/etek
uda
uda
mak uo; etek + nama kecil -
Nama
panggil nama
-
uni
uni
kakak
Nama
nama
adik +nama
184
Kandung adiak, panggil nama 13. Panggilan terhadap Istri panggil nama, amaknyo, uwai, iyak 14.Panggilan terhadap Suami tuan, uda, gelarnya, apaknyo 15.Panggilan terhadap Anak Kandung Laki-laki buyuang 16.Panggilan terhadap Anak Kandung Perempuan upiak 17. Panggilan terhadap Cucu Kandung Laki-laki panggil nama 18. Panggilan terhadap Cucu Kandung Perempuan panggil nama 19. Panggilan terhadap Ayah Kandung dari Ibu dan Ayah Kandung dari Ayah u(w)o, gaek, antan,
Nama
-
-
-
uda
-
-
panggil nama
-
Nama
idem
-
-
-
-
-
-
-
uwo
uwo
Uo, uo
Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Anak
1. Panggilan terhadap Penghulu Datuak
datuk
datuk
-
2. Panggilan terhadap Menantu Lakilaki Sutan, Bagindo, Malin Nama kecil/panggilan 3. Bisan (orang tua ibu dan ayah) dari istri atau suami anak kandung Bisan Bisan Bisan 4. Mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami Mintuo Mintuo mama/mak/ibu 5. Istri kakak laki-laki kandung Timudo Uni diikuti nama kecil/panggilan sama 6. Minantu (istri atau suami anak kandung) Minantu nama kecil/nama panggilan 7. Ipa (saudara kakak dan adik istri atau suami) ipa nama kecil/panggilan 8. Para pendatang yang menikah dengan wanita setempat sutan,
sutan
sutan
-
-
-
-
-
-
-
uni
uni nama
-
gelar
-
uda/nama
uda/nama
-
sumando
sumando
-
gelar
185
bagindo, malin nama kecil/nama panggilannya
Kata Sapaan Agama Jenis Kata Sapaan 1.
2. 3.
4.
5.
6.
7.
8.
Panggilan terhadap orang yang menjaga Mesjid atau Surau garin (garim) garin Panggilan terhadap orang yang membaca doa pakiah (pakih) Panggilan terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat labai (lebai) Panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang tuan kadi angku kali , tuan kadi Panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama) buya,, ustad buya, angku labai , ustad Panggilan terhadap orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di Masjid atau Surau Bilal angku bila , bilal Panggilan kepada orang yang memimpin shalat di Mesjid atau Surau Imam angku iam Panggilan kepada orang yang
Ayah
Ibu
garin
garin
Anak nazir mesjid
-
ustadz
-
-
bilal
bilal
angku kali
tuan kadi
tuan kadi
Buya
kyai
ustad
bilal
bilal
bilal
imam
imam
imam
khatib
khatib
khatib
186
memberi Khotbah Jum’at khatib katik angku, khatib 9. Panggilan terhadap alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat yang sering memberikan pengajian agama ungku, angku, tuangku buya 10. Panggilan untuk ulama wanita umi ibu , ustazah 11. Panggilan terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji , pak haji, bu hajjah
tuanku
tuangku
ustad
ustazah
ustazah
ustazah
Pak
haji; pak haji,
bu hajjah
pak haji
bu hajjah
wak haji, bu hajjah
Kata Sapaan Jabatan Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Anak
1. Camat pak camaik
pak camaik
pak camat
pak +nama
2. Lurah nyik palo
pak wali
pak kades
pak + nama
3. Ketua Lingkungan
pak lorong
pak kepling
pak + nama
4. Guru pak/buk
pak/bu guru
pak guru
bapak/ibu
5. Dokter pak/buk
pak/bu dokter
pak dokter
pak/bu dokter
bu bidan
buk bidan
bu bidan
inyik suku
doktor 6. Bidan buk bidan
Daftar nama-nama informan untuk Keluarga III 1. Nama Ayah : G Usia : 66 tahun Pendidikan : SMP Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Kel. Sari Rejo Medan Lama di Medan : 51 tahun
187
Penghasilan/bulan : Rp 1000.000,2. Nama Ibu : H Usia : 63 tahun Pendidikan : SR Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Kel. Sari Rejo Medan Lama di Medan : 51 tahun Penghasilan/bulan : Rp 500.000,3. Nama Anak Jenis Kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
:I : Wanita : 29 tahun : S1 : PNS : Kel. Sari Rejo Medan : 29 tahun
HASIL ISIAN KUESIONER UNTUK KELUARGA III Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Dialek Agam Kata Sapaan Umum Jenis Kata Sapaan 1.Panggilan terhadap Ibu kandung Ibu inyiak (uci), nenek, enek, amai gaek 2.Panggilan terhadap Ibu kandung biyai, (a)mak, amai, uwai 3.Panggilan terhadap kakak Perempuan Ibu maktuo, mak adang, mak angah 4.Panggilan terhadap adik Perempuan Ibu etek 5.Panggilan terhadap kakak dan adik laki-laki Ibu mak dang, mak etek 6.Panggilan terhadap Ayah kandung abak, abah, ayah, (a)pa, apak, buya 7.Panggilan terhadap Kakak dan Adik Laki-laki Ayah Kandung pak tuo, pak dang, pak angah, pak etek 8.Panggilan kakak dan Adik Perempuan Ayah mak tuo,etek 9.Panggilan terhadap Kakak Laki-laki Kandung tuan, uwan, uda, panggil nama 10. Panggilan terhadap Adik Laki-laki Kandung adiak, panggil nama
Ayah
Ibu
Anak
inyiak
ibu
nenek
mamak
mamak
mamak
maktuo
-
uo
etek
etek
Ibu, etek
mamak
pak etek
-
ayah
bapak
ayah
pak tuo
pak etek
uo, om
mak tuo
umi
ibu, etek
uda
-
abang
panggil nama
panggil nama
-
188
11. Panggilan terhadap Kakak Perempuan Kandung (ka)kak, uni, panggil nama 12.Panggilan terhadap Adik Perempuan Kandung adiak, panggil nama 13. Panggilan terhadap Istri panggil nama, amaknyo, uwai, iyak 14.Panggilan terhadap Suami tuan, uda, gelarnya, apaknyo 15.Panggilan terhadap Anak Kandung Laki-laki buyuang 16.Panggilan terhadap Anak Kandung Perempuan upiak 17. Panggilan terhadap Cucu Kandung Laki-laki panggil nama 18. Panggilan terhadap Cucu Kandung Perempuan panggil nama 19. Panggilan terhadap Ayah Kandung dari Ibu dan Ayah Kandung dari Ayah u(w)o, gaek, antan,
kakak
uni
kakak
panggil nama
panggil nama
-
Idem
-
-
-
abang
mas
panggil nama
panggil nama
sebut nama
Idem
idem
-
Idem
idem
-
Idem
idem
-
-
-
atuk
Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Anak
1. Panggilan terhadap Penghulu datuak
datuk
datuk
-
2. Panggilan terhadap Menantu Lakilaki sutan, bagindo, malin nama kecil/panggilan 3. Bisan (orang tua ibu dan ayah) dari istri atau suami anak kandung bisan bisan bisan 4. Mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami Mintuo mintuo mama/mak/ibu 5. Istri kakak laki-laki kandung timudo uni diikuti nama kecil/panggilan sama 6. Minantu (istri atau suami anak kandung) minantu nama kecil/nama panggilan
gelar
gelar
-
-
-
-
mamak
mamak
-
uni
uni
-
suami:
suami: gelar
gelar;
istri: nama
189
-
istri: nama 7. Ipa (saudara kakak dan adik istri atau suami) ipa nama kecil/panggilan 8. Para pendatang yang menikah dengan wanita setempat sutan, bagindo, malin nama kecil/nama panggilannya
kakak
kakak
-
nama
nama panggilan -
panggilan
Kata Sapaan Agama
Jenis Kata Sapaan 1.
2. 3.
4.
5.
Panggilan terhadap orang yang menjaga Mesjid atau Surau garin (garim) garin Panggilan terhadap orang yang membaca doa pakiah (pakih) Panggilan terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat labai (lebai) Panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang tuan kadi angku kali , tuan kadi Panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama) buya, ustad buya, angku labai , ustad
Ayah
Ibu
Garin
-
Anak pak
Pakiah
pakiah
pak/ustad
Bilal
bilal
pak/ibu
Angkukali
angkukali tuan kadi
Buya
190
buya
ustad
6.
Panggilan terhadap orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di Masjid atau Surau bilal angku bila , bilal 7. Panggilan kepada orang yang memimpin shalat di Mesjid atau Surau imam angku imam 8. Panggilan kepada orang yang memberi Khotbah Jum’at khatib katik angku, khatib 9. Panggilan terhadap alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat yang sering memberikan pengajian agama ungku, angku, tuangku buya 10. Panggilan untuk ulama wanita umi ibu ustazah 11. Panggilan terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji , pak haji, bu hajjah Kata Sapaan Jabatan Jenis Kata Sapaan
-
garin
bang/pak
angku imam
angku imam
ustad
Khatib
khatib
ustad
Buya
buya
ustad
Ustazah
umi
ustazah
angku haji; bu
angku haji, bu
haji
haji
pak haji, bu haji
Ayah
Ibu
1. Camat pak camaik
pak camaik
pak camaik
pak
2. Lurah nyik palo
wali nagari
wali nagari
pak
3. Ketua Lingkungan inyik suku 4. Guru pak/buk
wali jorong
wali jorong
pak
Pak
pak guru
pak/bu
5. Dokter pak/buk doktor 6. Bidan buk bidan
doktor
doktor
dok
bu bidan
bu bidan
bu
Daftar nama-nama informan untuk Keluarga IV 1. Nama Ayah Usia Pendidikan
: J : 53 tahun : S1
191
Anak
Pekerjaan : Karyawan Swasta Alamat : Jl. Sei Mencirim Medan Lama di Medan : 8 tahun 2. Nama Ibu Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
: K : 37 tahun : SMA : Ibu Rumah Tangga : Jl. Sei Mencirim Medan : 6 tahun
3. Nama Anak Jenis Kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
:L : Wanita : 20 tahun : Mahasiswa : Mahasiswa : Jl. Sei Mencirim Medan : 6 tahun
HASIL ISIAN KUESIONER UNTUK KELUARGA IV Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Dialek Agam Kata Sapaan Umum Jenis Kata Sapaan Ayah Ibu Anak 1.Panggilan terhadap Ibu kandung Ibu Emak nenek nenek inyiak (uci), nenek, enek, amai gaek 2.Panggilan terhadap Ibu kandung biyai, (a)mak, amai, uwai 3.Panggilan terhadap kakak Perempuan Ibu maktuo, mak adang, mak angah 4.Panggilan terhadap adik Perempuan Ibu etek 5.Panggilan terhadap kakak dan adik laki-laki Ibu mak dang, mak etek 6.Panggilan terhadap Ayah kandung abak, abah, ayah, (a)pa, apak, buya 7.Panggilan terhadap Kakak dan Adik Laki-laki Ayah Kandung pak tuo, pak dang, pak angah, pak etek 8.Panggilan kakak dan Adik Perempuan Ayah mak tuo,etek
Emak
amak
mama
maktuo
mak tuo
-
Etek
etek
tante kecil
mak etek
uda
-
Abak
apa
papa
mak etek
pak tuo /pak angah, pak etek etek
Etek
mak tuo/etek tante
192
+
+
nama
nama
9.Panggilan terhadap Kakak Laki-laki Kandung tuan, uwan, uda, panggil nama 10. Panggilan terhadap Adik Laki-laki Kandung adiak, panggil nama 11. Panggilan terhadap Kakak Perempuan Kandung (ka)kak, uni, panggil nama 12.Panggilan terhadap Adik Perempuan Kandung adiak, panggil nama 13. Panggilan terhadap Istri panggil nama, amaknyo, uwai, iyak 14.Panggilan terhadap Suami tuan, uda, gelarnya, apaknyo 15.Panggilan terhadap Anak Kandung Laki-laki buyuang 16.Panggilan terhadap Anak Kandung Perempuan upiak 17. Panggilan terhadap Cucu Kandung Laki-laki panggil nama 18. Panggilan terhadap Cucu Kandung Perempuan panggil nama 19. Panggilan terhadap Ayah Kandung dari Ibu dan Ayah Kandung dari Ayah u(w)o, gaek, antan,
kecil abang + nama kecil
panggil nama
uda
panggil nama -
panggil nama uni
-
panggil nama Mama
panggil nama -
-
-
papa
-
panggil nama/abang Idem
abang
-
adek
-
-
-
-
-
-
-
Inyiak
apa
antan; kakek
-
-
Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
1. Panggilan terhadap Penghulu datuak
kukali
datuk
-
2. Panggilan terhadap Menantu Lakilaki sutan, bagindo, malin nama kecil/panggilan 3. Bisan (orang tua ibu dan ayah) dari istri atau suami anak kandung bisan bisan bisan 4. Mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami Mintuo mintuo mama/mak/ibu
sutan
sutan
-
Tuan
bisan
-
Kakak
mintuo
-
193
Anak
5. Istri kakak laki-laki kandung timudo uni diikuti nama kecil/panggilan sama 6. Minantu (istri atau suami anak kandung) minantu nama kecil/nama panggilan 7. Ipa (saudara kakak dan adik istri atau suami) ipa nama kecil/panggilan 8. Para pendatang yang menikah dengan wanita setempat sutan, bagindo, malin nama kecil/nama panggilannya
Nama
uda/uni
-
minantu
minantu
-
Nama
ipa
-
nama
-
-
panggilan
Kata Sapaan Agama Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Panggilan terhadap orang yang menjaga Mesjid atau Surau garin (garim) garin 2. Panggilan terhadap orang yang membaca doa pakiah (pakih) 3. Panggilan terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat labai (lebai) 4. Panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang tuan kadi angku kali , tuan kadi
Garin
garin
1.
Anak -
Pakih
ustad,buya
-
Labai
labai
-
Angkukali
angkukali
-
194
5. Panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama) buya, ustad buya, angku labai , ustad 6. Panggilan terhadap orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di Masjid atau Surau bilal angku bila , bilal 7. Panggilan kepada orang yang memimpin shalat di Mesjid atau Surau imam angku imam 8. Panggilan kepada orang yang memberi Khotbah Jum’at khatib katik angku, khatib 9. Panggilan terhadap alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat yang sering memberikan pengajian agama ungku, angku, tuangku buya 10. Panggilan untuk ulama wanita umi ibu ustazah
Buya
11. Panggilan terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji , pak haji, bu hajjah
aji + nama
buya, ustad buya,ustad
angkubila
angku bila
-
angkuimam
angku imam
imam
Katik
katik
khatib
Buya
buya
ustad, buya
ustazah
umi, ibu uztazah ustazah pak haji, bu haji pak haji, bu haji
Kata Sapaan Jabatan Jenis Kata Sapaan 1. Camat pak camaik
Ayah
Ibu
Anak Pak
pak camaik
camat/nama
camaik 2. Lurah nyik palo
pak lurah
3. Ketua Lingkungan
pak kepling
pak desa
pak lurah/nama pak lingkungan/nama
inyik suku 4. Guru pak/buk
pak/bu guru
pak /ibu guru
pak/bu
5. Dokter pak/buk
pak/bu dokter
dokter
pak dokter
195
doktor 6. Bidan buk bidan
Bu bidan
buk bidan
bu bidan
Daftar nama informan untuk Keluarga V 1. Nama Ayah :M Usia : 52 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaan : Staf Pengajar Penghasilan/bulan: Rp 4000 000,Alamat : Jl. Kapas Raya Medan Lama di Medan : 26 tahun 2. Nama Ibu Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
: N : 47 tahun : SMA : Wiraswasta : Jl. Kapas Raya Medan : 25 tahun
3. Nama Anak Jenis Kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
: O : Pria : 20 tahun : Mahasiswa : Mahasiswa : Jl. Kapas Raya Medan : 20 tahun
HASIL ISIAN KUESIONER UNTUK KELUARGA V Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Dialek Agam Kata Sapaan Umum Jenis Kata Sapaan 1.Panggilan terhadap Ibu kandung Ibu inyiak (uci), nenek, enek, amai gaek 2.Panggilan terhadap Ibu kandung biyai, (a)mak, amai, uwai 3.Panggilan terhadap kakak Perempuan Ibu maktuo, mak adang, mak angah 4.Panggilan terhadap adik Perempuan Ibu etek 5.Panggilan terhadap kakak dan adik laki-laki Ibu mak dang, mak etek
Ayah
Ibu
Anak
enek
nenek
nenek
ibu
mak
mak
maktuo
mak tuo
uo
etek
tante
etek, tante
mamak
mamak
mamak
196
6.Panggilan terhadap Ayah kandung abak, abah, ayah, (a)pa, apak, buya 7.Panggilan terhadap Kakak dan Adik Laki-laki Ayah Kandung pak tuo, pak dang, pak angah, pak etek 8.Panggilan kakak dan Adik Perempuan Ayah mak tuo,etek 9.Panggilan terhadap Kakak Laki-laki Kandung tuan, uwan, uda, panggil nama 10. Panggilan terhadap Adik Laki-laki Kandung adiak, panggil nama 11. Panggilan terhadap Kakak Perempuan Kandung (ka)kak, uni, panggil nama 12.Panggilan terhadap Adik Perempuan Kandung adiak, panggil nama 13. Panggilan terhadap Istri panggil nama, amaknyo, uwai, iyak 14.Panggilan terhadap Suami tuan, uda, gelarnya, apaknyo 15.Panggilan terhadap Anak Kandung Laki-laki buyuang 16.Panggilan terhadap Anak Kandung Perempuan upiak 17. Panggilan terhadap Cucu Kandung Laki-laki panggil nama 18. Panggilan terhadap Cucu Kandung Perempuan panggil nama 19. Panggilan terhadap Ayah Kandung dari Ibu dan Ayah Kandung dari Ayah u(w)o, gaek, antan,
apak
pa
pa
pak etek
pak dang /pak etek
pak dang, pak etek
etek
tante
tante
uda
uda
uda
adiak
adiak
adiak
uni
uni
uni
panggil nama
uncu
uncu
Idem
-
-
-
uda
-
panggil nama
panggil nama
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
inyiak
uwak
uwak
Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
1. Panggilan terhadap Penghulu datuak
datuak
datuak
2. Panggilan terhadap Menantu Laki-laki sutan, bagindo, malin nama kecil/panggilan 3. Bisan (orang tua ibu dan ayah) dari istri atau suami anak kandung bisan bisan bisan
sutan
-
-
bisan
-
-
197
Anak datuak
4. Mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami Mintuo mintuo mama/mak/ibu 5. Istri kakak laki-laki kandung timudo uni diikuti nama kecil/panggilan sama 6. Minantu (istri atau suami anak kandung) minantu nama kecil/nama panggilan 7. Ipa (saudara kakak dan adik istri atau suami) ipa nama kecil/panggilan 8. Para pendatang yang menikah dengan wanita setempat sutan, bagindo, malin nama kecil/nama panggilannya
apak/mamak -
-
uni +nama
un i + nama
uni + nama
minantu
-
mamak/etek
malin
nama kecil
gelarnya
nama kecil
gelarnya
Kata Sapaan Agama Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Panggilan terhadap orang yang menjaga Mesjid atau Surau garin (garim) garin 2. Panggilan terhadap orang yang membaca doa pakiah (pakih) 3. Panggilan terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat labai
garin
-
-
pakiah
-
-
bilal
-
-
1.
198
Anak
(lebai) 4. Panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang tuan kadi angku kali , tuan kadi 5. Panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama) buya, ustad buya, angku labai , ustad 6. Panggilan terhadap orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di Masjid atau Surau bilal angku bila , bilal 7. Panggilan kepada orang yang memimpin shalat di Mesjid atau Surau imam angku imam 8. Panggilan kepada orang yang memberi Khotbah Jum’at khatib katik angku, khatib 9. Panggilan terhadap alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat yang sering memberikan pengajian agama ungku, angku, tuangku buya 10. Panggilan untuk ulama wanita umi ibu ustazah 11. Panggilan terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji , pak haji, bu hajjah
angkukali
angkukali
angkukali
Buya
buya
buya
-
bila
bila
angku imam
angku imam
angku imam
khatib
khatib
khatib
Buya
buya
buya
ustazah
mualimah
mualimah
Aji + nama
pak haji, bu hajjah pak haji, bu hajjah
Kata Sapaan Jabatan Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
1. Camat pak camaik
pak camaik
camaik
camaik
2. Lurah nyik palo
pak wali nagari
kepala desa
kepala desa
3. Ketua Lingkungan
pak dusun
kepala dusun
kepala dusun
inyik suku
199
Anak
4. Guru pak/buk
pak/bu guru
guru
guru
5. Dokter pak/buk
pak/bu dokter
dokter
dokter
buk bidan
bidan
bidan
doktor 6. Bidan buk bidan
Daftar nama-nama informan untuk Keluarga VI 1.
Nama Ayah Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
: P : 63 tahun : SMA : Wiraswasta : Jl. KH Wahid Hasyim Medan : 45 tahun
2. Nama Ibu Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
: Q : 60 tahun : SMA : Wiraswasta : Idem : 40 tahun
3. Nama Anak Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
: : : : :
R 42 tahun S-1 Wiraswasta Jl. Cengkeh Medan : 20 tahun
HASIL ISIAN KUESIONER UNTUK KELUARGA VI Kata Sapaan Bahasa Manangkabau Dialek Agam Kata Sapaan Umum Jenis Kata Sapaan 1.Panggilan terhadap Ibu kandung Ibu inyiak (uci), nenek, enek, amai gaek 2.Panggilan terhadap Ibu kandung biyai, (a)mak, amai, uwai 3.Panggilan terhadap kakak Perempuan
Ayah
Ibu
Anak
nenek
nenek
nenek
mak
ma’
amak
mak adang
mak adang
mak adang
200
Ibu maktuo, mak adang, mak angah 4.Panggilan terhadap adik Perempuan Ibu etek 5.Panggilan terhadap kakak dan adik laki-laki Ibu mak dang, mak etek 6.Panggilan terhadap Ayah kandung abak, abah, ayah, (a)pa, apak, buya 7.Panggilan terhadap Kakak dan Adik Laki-laki Ayah Kandung pak tuo, pak dang, pak angah, pak etek 8.Panggilan kakak dan Adik Perempuan Ayah mak tuo,etek 9.Panggilan terhadap Kakak Laki-laki Kandung tuan, uwan, uda, panggil nama 10. Panggilan terhadap Adik Laki-laki Kandung adiak, panggil nama 11. Panggilan terhadap Kakak Perempuan Kandung (ka)kak, uni, panggil nama 12.Panggilan terhadap Adik Perempuan Kandung adiak, panggil nama 13. Panggilan terhadap Istri panggil nama, amaknyo, uwai, iyak 14.Panggilan terhadap Suami tuan, uda, gelarnya, apaknyo 15.Panggilan terhadap Anak Kandung Laki-laki buyuang 16.Panggilan terhadap Anak Kandung Perempuan upiak 17. Panggilan terhadap Cucu Kandung Laki-laki panggil nama 18. Panggilan terhadap Cucu Kandung Perempuan panggil nama 19. Panggilan terhadap Ayah Kandung dari Ibu dan Ayah Kandung dari Ayah u(w)o, gaek, antan,
etek
etek
etek
mamak
mamak
mamak
bapak
bapak
bapak
pak etek
pak tuo/etek
apak
Maktuo/ etek
maktuo /etek
maktuo /etek
tuan
tuan
abang
panggil nama
panggil nama
adiak
uni
uni
uni
panggil nama
panggil nama
adiak
panggil nama
-
-
-
uda
uda
panggil nama
panggil nama
panggil nama
panggil nama
panggil nama
panggil nama
panggil nama
panggil nama
-
panggil nama
panggil nama
-
nenek, kakek
nenek, kakek
nenek, kakek
Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Jenis Kata Sapaan
1. Panggilan terhadap Penghulu datuak
Ayah
angku datuak
201
Ibu
Anak
angku datuak mak datuak
2. Panggilan terhadap Menantu Lakilaki sutan, bagindo, malin nama kecil/panggilan 3. Bisan (orang tua ibu dan ayah) dari istri atau suami anak kandung bisan bisan bisan 4. Mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami mintuo mintuo mama/mak/ibu 5. Istri kakak laki-laki kandung Timudo uni diikuti nama kecil/panggilan sama 6. Minantu (istri atau suami anak kandung) minantu nama kecil/nama panggilan 7. Ipa (saudara kakak dan adik istri atau suami) ipa nama kecil/panggilan 8. Para pendatang yang menikah dengan wanita setempat sutan, bagindo, malin nama kecil/nama panggilannya
sutan
sutan
sutan
bisan
bisan
bisan
mak
mak
mintuo
uni
uni
uni
minantu
minantu
ipa
ipa
nama kecil
sutan
minantu
ipa
nama kecil
Kata Sapaan Agama Jenis Kata Sapaan 1.
Panggilan terhadap orang yang menjaga Mesjid atau Surau garin (garim) garin
Ayah
Ibu
-
-
202
Anak garin
2. Panggilan terhadap orang yang membaca doa pakiah (pakih) 3. Panggilan terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat labai (lebai) 4. Panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang Tuan Kadi angku kali , tuan kadi 5. Panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama) buya, ustad buya, angku labai , ustad 6. Panggilan terhadap orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di Masjid atau Surau bilal angku bila , bilal 7. Panggilan kepada orang yang memimpin shalat di Mesjid atau Surau imam angku imam 8. Panggilan kepada orang yang memberi Khotbah Jum’at khatib katik angku, khatib 9. Panggilan terhadap alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat yang sering memberikan pengajian agama ungku, angku, tuangku buya 10. Panggilan untuk ulama wanita umi ibu ustazah 11. Panggilan terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji , pak haji, bu hajjah Kata Sapaan Jabatan Jenis Kata Sapaan 1. Camat pak camaik
-
-
pakiah
labai
labai
labai
angku kali
angku kali
angku kali
ustad
ustad
ustad
angku bila
bilal
angku bila
angku imam
angku imam angku imam
khatib
khatib
angku katik
Buya
buya
buya
ustazah
ustazah
ustazah
haji,hajjah
pak haji, bu hajjah
aji
Ayah
Ibu
Anak
Camaik
camaik
pak camat
203
2. Lurah nyik palo
wali nagari
wali nagari
wali jorong
3. Ketua Lingkungan
pak jorong
pak jorong
-
4. Guru pak/buk
Guru
guru
pak guru
5. Dokter pak/buk
pak dokter
dokter
pak dokter
bu bidan
bidan
bu bidan
inyik suku
doktor 6. Bidan buk bidan
Daftar nama informan untuk Keluarga VII 1. Nama Ayah : S Usia : 51 tahun Pendidikan : S2 Pekerjaan : Staf Pengajar dan Konsultan Konstruksi Alamat : Jl Pintu Air Medan Lama di Medan : 27 tahun Penghasilan/bulan: > Rp 10.000.000 (juga memiliki rumah di Tasbih, ruko di Amplas, dll.) 2. Nama Ibu :T Usia : 46 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Idem Lama di Medan : 25 tahun Penghasilan/bulan: > Rp 3000.000 3.
Nama Anak Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
:U : 20 tahun : S1 : Mahasiswa : Idem : 20 tahun
HASIL ISIAN KUESIONER UNTUK KELUARGA VII Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Dialek Agam Kata Sapaan Umum
204
Jenis Kata Sapaan 1.Panggilan terhadap Ibu kandung Ibu inyiak (uci), nenek, enek, amai gaek 2.Panggilan terhadap Ibu kandung biyai, (a)mak, amai, uwai 3.Panggilan terhadap kakak Perempuan Ibu maktuo, mak adang, mak angah 4.Panggilan terhadap adik Perempuan Ibu etek 5.Panggilan terhadap kakak dan adik laki-laki Ibu mak dang, mak etek 6.Panggilan terhadap Ayah kandung abak, abah, ayah, (a)pa, apak, buya 7.Panggilan terhadap Kakak dan Adik Laki-laki Ayah Kandung pak tuo, pak dang, pak angah, pak etek 8.Panggilan kakak dan Adik Perempuan Ayah mak tuo,etek 9.Panggilan terhadap Kakak Laki-laki Kandung tuan, uwan, uda, panggil nama 10. Panggilan terhadap Adik Laki-laki Kandung adiak, panggil nama 11. Panggilan terhadap Kakak Perempuan Kandung (ka)kak, uni, panggil nama 12.Panggilan terhadap Adik Perempuan Kandung adiak, panggil nama 13. Panggilan terhadap Istri panggil nama, amaknyo, uwai, iyak 14.Panggilan terhadap Suami tuan, uda, gelarnya, apaknyo 15.Panggilan terhadap Anak Kandung Laki-laki buyuang 16.Panggilan terhadap Anak Kandung Perempuan upiak 17. Panggilan terhadap Cucu Kandung Laki-laki panggil nama 18. Panggilan terhadap Cucu Kandung Perempuan panggil nama 19. Panggilan terhadap Ayah Kandung dari Ibu dan Ayah Kandung dari Ayah u(w)o, gaek, antan,
Ayah
Ibu
Anak
Nenek
nenek
nenek
Emak
amak
mama
maktuo
mak tuo
-
Etek
etek
-
mak dang, mamak mak etek Abak ayah
papa
pak adang, pak adang pak uo, pak etek pak etek /pak etek Etek
amai
etek
Uda
uda
abang + nama kecil
panggil nama -
panggil nama uni
-
panggil nama panggil nama
-
-
-
-
-
uda
-
Panggil nama/abang Kakak
abang/panggil nama kakak
-
-
-
-
-
-
-
inyiak
inyiak aki
nek ayah, pak gaek
Kata Sapaan Adat Menurut Kaum
205
kakak
-
Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Anak
1. Panggilan terhadap Penghulu datuak
datuak
datuak
inyiak
2. Panggilan terhadap Menantu Lakilaki sutan, bagindo, malin nama kecil/panggilan 3. Bisan (orang tua ibu dan ayah) dari istri atau suami anak kandung bisan bisan bisan 4. Mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami Mintuo mintuo mama/mak/ibu 5. Istri kakak laki-laki kandung timudo uni diikuti nama kecil/panggilan sama 6. Minantu (istri atau suami anak kandung) minantu nama kecil/nama panggilan 7. Ipa (saudara kakak dan adik istri atau suami) ipa nama kecil/panggilan 8. Para pendatang yang menikah dengan wanita setempat sutan, bagindo, malin nama kecil/nama panggilannya
-
-
-
-
-
-
amak,
amak, apak
-
apak nama
uda/uni
-
minantu
minantu
-
nama
ipa
-
nama
-
-
panggilan
206
Kata Sapaan Agama Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Panggilan terhadap orang yang menjaga Mesjid atau Surau garin (garim) garin 2. Panggilan terhadap orang yang membaca doa pakiah (pakih) 3. Panggilan terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat labai (lebai) 4. Panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang tuan kadi angku kali , tuan kadi 5. Panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama) buya, ustad buya, angku labai , ustad 6. Panggilan terhadap orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di Masjid atau Surau bilal angku bila , bilal 7. Panggilan kepada orang yang memimpin shalat di Mesjid atau Surau imam angku imam 8. Panggilan kepada orang yang memberi Khotbah Jum’at khatib katik angku, khatib 9. Panggilan terhadap alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat yang sering memberikan pengajian agama ungku, angku, tuangku buya 10. Panggilan untuk ulama wanita umi ibu ustazah 11. Panggilan terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji , pak haji, bu hajjah
garin
-
-
pakiah
-
-
bilal
-
-
angkukali
angkukali
angkukali
Buya
buya
buya
-
bila
bila
angku imam
angku imam
angku imam
khatib
khatib
khatib
Buya
buya
buya
ustazah
mualimah
mualimah
aji + nama
pak haji,
1.
bu hajjah
Anak
pak haji, bu hajjah
207
Kata Sapaan Jabatan Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Anak
1. Camat pak camaik 2. Lurah nyik palo
pak camaik
3. Ketua Lingkungan p inyik suku
pak kepling
4. Guru pak/buk
pak/bu guru
pak lingkungan/ nama pak /ibu guru pak/bu
5. Dokter pak/buk
pak/bu
dokter
pak dokter
doktor
dokter
6. Bidan buk bidan
bu bidan
Bu bidan
bu bidan
pak lurah
pak camat/nama camaik pak desa
pak urah/nama
Daftar nama informan untuk Keluarga VIII 1. Nama Ayah :V Usia : 61 tahun Pendidikan : D3 Pekerjaan : Pensiunan BUMN, Wiraswasta Alamat : Jl. Karya Medan Lama di Medan : 17 tahun Penghasilan/bulan: > Rp 10.000.000,- (memiliki beberapa rumah dengan harga > 2 M, 4 mobil dengan harga > 1 M, dll.) 2. Nama Ibu Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan Penghasilan 3. Nama Anak Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat
:W : 53 tahun : D3 : PNS : Jl. Karya Medan : 17 tahun : > Rp 3000.000,: X : 26 tahun : S1 : Wiraswasta : Jl. Karya Medan
208
Lama di Medan : 17 tahun Penghasilan : < Rp 3000.000,HASIL ISIAN KUESIONER UNTUK KELUARGA VIII Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Dialek Agam Kata Sapaan Umum Jenis Kata Sapaan 1.Panggilan terhadap Ibu kandung Ibu inyiak (uci), nenek, enek, amai gaek 2.Panggilan terhadap Ibu kandung biyai, (a)mak, amai, uwai 3.Panggilan terhadap kakak Perempuan Ibu maktuo, mak adang, mak angah 4.Panggilan terhadap adik Perempuan Ibu etek 5.Panggilan terhadap kakak dan adik laki-laki Ibu mak dang, mak etek 6.Panggilan terhadap Ayah kandung abak, abah, ayah, (a)pa, apak, buya 7.Panggilan terhadap Kakak dan Adik Laki-laki Ayah Kandung pak tuo, pak dang, pak angah, pak etek 8.Panggilan kakak dan Adik Perempuan Ayah mak tuo,etek 9.Panggilan terhadap Kakak Laki-laki Kandung tuan, uwan, uda, panggil nama 10. Panggilan terhadap Adik Laki-laki Kandung adiak, panggil nama 11. Panggilan terhadap Kakak Perempuan Kandung (ka)kak, uni, panggil nama 12.Panggilan terhadap Adik Perempuan Kandung adiak, panggil nama 13. Panggilan terhadap Istri panggil nama, amaknyo, uwai, iyak 14.Panggilan terhadap Suami tuan, uda, gelarnya, apaknyo 15.Panggilan terhadap Anak Kandung Laki-laki buyuang 16.Panggilan terhadap Anak Kandung Perempuan upiak 17. Panggilan terhadap Cucu Kandung Laki-laki panggil nama 18. Panggilan terhadap Cucu Kandung Perempuan panggil nama 19. Panggilan terhadap Ayah Kandung
Ayah
Ibu
Anak
Inyiak
nek
nenek
Amak
mak
mama
maktuo
mak tuo
maktuo
Etek
etek
etek, tante
mamak
mamak
-
Papa
papa
papa
pak tuo /pak etek
pak etek
mak tuo/etek
mak tuo/etek
tante
-
-
panggil nama
panggil nama
-
-
-
uni
-
panggil nama
adiak/nama
-
panggil nama
-
-
-
uda, tuan
-
panggil nama
panggil nama
-
Idem
idem
-
-
-
-
panggil nama
panggil nama
-
uo,angku
uo, angku
uo, angku
pak etek
tuo/pak
209
dari Ibu dan Ayah Kandung dari Ayah u(w)o, gaek, antan,
Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Anak
1. Panggilan terhadap Penghulu Datuak
datuk
datuk
-
2. Panggilan terhadap Menantu Lakilaki Sutan, Bagindo, Malin Nama kecil/panggilan 3. Bisan (orang tua ibu dan ayah) dari istri atau suami anak kandung Bisan Bisan Bisan 4. Mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami Mintuo Mintuo mama/mak/ibu 5. Istri kakak laki-laki kandung Timudo Uni diikuti nama kecil/panggilan sama 6. Minantu (istri atau suami anak kandung) Minantu nama kecil/nama panggilan 7. Ipa (saudara kakak dan adik istri atau suami) Ipa nama kecil/panggilan 8. Para pendatang yang menikah dengan wanita setempat Sutan, Bagindo, Malin Nama kecil/nama panggilannya
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
210
Kata Sapaan Agama Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Panggilan terhadap orang yang menjaga Mesjid atau Surau Garin (Garim) Garin 2. Panggilan terhadap orang yang membaca doa Pakiah (Pakih) 3. Panggilan terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat Labai (Lebai) 4. Panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang Tuan Kadi Angku Kali , Tuan Kadi 5. Panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama) Buya, Ustad Buya, Angku Labai , Ustad 6. Panggilan terhadap orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di Masjid atau Surau Bilal Angku Bila , Bilal 7. Panggilan kepada orang yang memimpin shalat di Mesjid atau Surau Imam Angku Imam 8. Panggilan kepada orang yang memberi Khotbah Jum’at Khatib Katik Angku, Khatib 9. Panggilan terhadap alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat yang sering memberikan pengajian agama ungku, angku, tuangku Buya 10. Panggilan untuk ulama wanita
garin
garin
1.
Anak pak Nazir
pakiah
pakiah
pak
labai
labai
bilal
angkukali
angkukali
tuan kadi
Buya
buya
ustad
bilal
bilal
muadzin
imam
imam
imam
Tuan katik
tuan katik
Buya
buya
ustad
ustazah
ustazah
ustazah
211
khatib
umi Ibu Ustazah 11. Panggilan terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji , Pak Haji, Bu Hajjah
Pak ji; buk ji
pak ji; buk ji pak haji, bu haji
Kata Sapaan Jabatan
Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Anak
1. Camat pak camaik
Camaik
camaik
bapak
2. Lurah nyik palo
Lurah
lurah
bapak
3. Ketua Lingkungan
kapalo lorong
kapalo lorong
bapak
4. Guru pak/buk
Guru
guru
bapak/ibu
5. Dokter pak/buk
doktor
doktor
dok
Bidan
bidan
ibu bidan
inyik suku
doktor 6. Bidan buk bidan
Daftar nama informan untuk Keluarga IX 1. Nama Ayah :Y Usia : 69 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Pengusaha Alamat : Jl. Medan Area Selatan Medan Lama di Medan : 51 tahun Penghasilan/bulan: >Rp 10.000.000,- (memiliki usaha tailor, rumah makan, toko, dll.) 2.
Nama Ibu Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
:Z : 60 tahun : PGA : Ibu Rumah Tangga : Idem : 43 tahun
212
3.
Nama Anak Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Lama di Medan
: AA : 40 tahun : S2 : Staf Pengajar : Jl. Sembada Medan : 40 tahun
HASIL ISIAN KUESIONER UNTUK KELUARGA IX Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Dialek Agam Kata Sapaan Umum Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Anak
1.Panggilan terhadap Ibu kandung Ibu inyiak (uci), nenek, enek, amai gaek 2.Panggilan terhadap Ibu kandung biyai, (a)mak, amai, uwai 3.Panggilan terhadap kakak Perempuan Ibu maktuo, mak adang, mak angah 4.Panggilan terhadap adik Perempuan Ibu etek 5.Panggilan terhadap kakak dan adik laki-laki Ibu mak dang, mak etek 6.Panggilan terhadap Ayah kandung abak, abah, ayah, (a)pa, apak, buya 7.Panggilan terhadap Kakak dan Adik Laki-laki Ayah Kandung pak tuo, pak dang, pak angah, pak etek
-
-
nenek
amai
amai
mama
mak tuo
mak tuo
mak tuo
etek
etek
-
mak adang
mamak
mak adang
apak
apak
papa
pak adang/pak
pak tuo /pak pak adang , pak
etek
etek
8.Panggilan kakak dan Adik Perempuan Ayah mak tuo,etek 9.Panggilan terhadap Kakak Laki-laki Kandung tuan, uwan, uda, panggil nama 10. Panggilan terhadap Adik Laki-laki Kandung adiak, panggil nama 11. Panggilan terhadap Kakak Perempuan Kandung (ka)kak, uni, panggil nama 12.Panggilan terhadap Adik Perempuan Kandung adiak, panggil nama 13. Panggilan terhadap Istri panggil nama, amaknyo, uwai, iyak 14.Panggilan terhadap Suami tuan, uda, gelarnya, apaknyo 15.Panggilan terhadap Anak Kandung Laki-laki buyuang
mak tuo/etek
mak tuo/etek -
uda/ito
uda
-
panggil nama
-
nama/abih
-
uni
nama
panggil nama
-
nama
Idem
-
adik
-
uda
-
panggil nama
panggil nama
idem
213
etek
16.Panggilan terhadap Anak Kandung Perempuan upiak 17. Panggilan terhadap Cucu Kandung Laki-laki panggil nama 18. Panggilan terhadap Cucu Kandung Perempuan panggil nama 19. Panggilan terhadap Ayah Kandung dari Ibu dan Ayah Kandung dari Ayah u(w)o, gaek, antan,
Idem
idem
idem
Idem
idem
-
Idem
Idem
-
inyiak
Inyiak
inyiak
Kata Sapaan Adat Menurut Kaum
Jenis Kata Sapaan
1. Panggilan terhadap Penghulu Datuak 2. Panggilan terhadap Menantu Lakilaki Sutan, Bagindo, Malin Nama kecil/panggilan 3. Bisan (orang tua ibu dan ayah) dari istri atau suami anak kandung Bisan Bisan Bisan 4. Mintuo (ibu dan ayah) kandung dari istri atau suami Mintuo Mintuo mama/mak/ibu 5. Istri kakak laki-laki kandung Timudo Uni diikuti nama kecil/panggilan sama 6. Minantu (istri atau suami anak kandung) Minantu nama kecil/nama panggilan 7. Ipa (saudara kakak dan adik istri atau suami) Ipa nama kecil/panggilan 8. Para pendatang yang menikah dengan wanita setempat Sutan, Bagindo, Malin Nama kecil/nama panggilannya
Ayah
datuak
Ibu
Anak
datuak
datuak
nama
nama
-
bapak/ibu
bapak/ibu
-
apak
apak
-
uni
uni
-
nama
nama kecil
-
idem
idem
kakak, adik
nama
-
-
kecil
panggilan
214
Kata Sapaan Agama Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Panggilan terhadap orang yang menjaga Mesjid atau Surau Garin (Garim) Garin 2. Panggilan terhadap orang yang membaca doa Pakiah (Pakih) 3. Panggilan terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat Labai (Lebai) 4. Panggilan untuk petugas agama yang mengawinkan orang Tuan Kadi Angku Kali , Tuan Kadi 5. Panggilan untuk menyapa orang yang mengetahui ajaran agama (ulama) Buya, Ustad Buya, Angku Labai , Ustad 6. Panggilan terhadap orang yang bertugas sebagai tukang azan (muadzin) di Masjid atau Surau Bilal Angku Bila , Bilal 7. Panggilan kepada orang yang memimpin shalat di Mesjid atau Surau Imam Angku Imam 8. Panggilan kepada orang yang memberi Khotbah Jum’at Khatib Katik Angku, Khatib 9. Panggilan terhadap alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat yang sering memberikan pengajian agama ungku, angku, tuangku Buya 10. Panggilan untuk ulama wanita umi Ibu Ustazah 11. Panggilan terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji , Pak Haji, Bu Hajjah
garin
garin
1.
Anak
garin pakiah
pakiah
pakiah
labai
labai
labai
tuan kadi
tuan kadi
tuan kadi
ustad
ustad
muadzin
muadzin
muadzin
imam
imam
imam
khatib
khatib
khatib
Buya
buya
buya
ustazah
ustazah
ustazah
pak aji; bu
pak aji;
aji
bu aji
ustad
pak aji, bu aji
215
Kata Sapaan Jabatan
Jenis Kata Sapaan
Ayah
Ibu
Anak
1. Camat pak camaik
Camaik
camaik
camaik
2. Lurah nyik palo
lurah nagari
lurah nagari
lurah nagari
3. Ketua Lingkungan
-
-
-
4. Guru pak/buk
pak/bu guru
pak/bu guru
pak/bu guru
5. Dokter pak/buk
Doktor
doktor
doktor
bu bidan
bu bidan
bu bidan
inyik suku
doktor 6. Bidan buk bidan
216
217