Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI BREEDING STOCK DI KECAMATAN LAMPUNG UTARA ADRIANA M.
LuBIs
dan P.
SI"mmi
Balai Penelitian Temak, P.O . Box 221, Bogor 16002
ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui potensi breeding dan ketersediaan sapi lokal scbagai breeding stock dilakukan di Kabupaten Lampung Utara. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran langsung terhadap sapi betina sampel yang dipilili dengan teknik accidental .sampling
dan berunutr antara 2,5-5 talum sejumlah 75 ekor . Persentase lingkar dada tcrbanyak terdapat pada interval 151-154 cm (49,3%), persentase tinggi gumba 113-115 cm (52 'yo) dan panjang badan 116 cin (49%), 115 cm (26,6%) . Service per conception sapi Icrpilih berturut-tunlt lncniukjukkan angka 1 (48%), 2 (33%), 3 (16%), 4 (2,6%) . Lama kebuntingan yang lercatal yaitu 266-275 hari (38,6%,) serta 276-285 hari (49,3% . Persentasc terbesar sapi Mina terpilih unluk kembali berahi setelall beranak (postpartum estrus) adalah 126-145 hari (26 .6%) diikuti 146-165 hari (18,6%) dan 106125 hari (18,6%) . Jarak beranak yang tercatat adalah antara 414-440 hari (26,6%,) diikuti 351-380 hari (21,3%) dan yang berjarak beranak antara 381-410 hari (18,6%) . Masih dipcrlukan penelitian dan seleksi lebih lanjut unluk mendapatkan sapi betina lokal yang dalmt digunakan untuk breeding stock. Kata kunci : Sapi Bali, performans reproduksi PENDAHULUAN Laju peningkatan junllah penduduk yang cepat disertai perkembangan ekonomi nasional dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein asal tcrnak mendorong pembahan pola konsunisi masyarakat . Hal ini terlihat dari meningkatnya permintaan koniodid hasil peternakan tenltaina sapi dan kerbau yang ditunjukkan oleli meningkaUlya angka pemolongan (Tabel 1).
Tabel 1.
Pemotongan sapi talmn
Tahun 1990 1991 1992 1993
(ekor) Jumlah pemotontum 1 .262.781 1 .277.323 1 .446 .901
1 .686 .896
1994 Sumber : MR(:) PUSAT
1990-1994
1 .745 .199 STATIST0 .. 1995
Peningkatan peinotongan sapi dan kerbau ini lidak diikuti olch peningkatan polnllasi sapi sebagai sumber daging asal ternak besar, hal ini discbabkan karena perkembangan populasi sapi potong di Indonesia sclama 5 talutn terakhir tidak begilu banyak benibah (Tabel 2) .
215
Seminar Nasional Peternokan dan I "eteriner 199,1?
Act 2. Tallun 1990 1991 1992 1993 1994 Sumber :
Populasi sapi potonn indonesia talutn 1990-1994 (ckor) Populasi 10.410.207 10 .967 .437 11 .2 10 .999 ' 1 10 .929 .215 11 .010 .106
BIRO PUSAT STATISTIk, 1995
Kondisi status populasi ternak ini disebabkan,!oleb berbagai, faktor, antara ; .lain i'masalalt perkembangbiakan, pakan, keseltatan ternak dan?tatalaksana . Unlukattemperbaiki koiidi-si tersgbtit diperlukan usalia peningk itan produksi dan mutu genet-ik ten ak melaliti+bcrbagai upaya Ienerhptm teknolggi . Dalain lial ini penianftatan potensi .lok~ll, hendak.nya merupakan - suatu badan pertimbangai) . Guna ntcncapai tuluan di atas diperlukan upaya peningkatan produksi sapi potong nasional ntelaltii pendekatan kuantitatif (peningkpt<m populasi) dan pcndckatan kitalitalif (peningkatan produktivitas per unit ternak). ' Penelitian ini ditujukan untuk menghimpun inforinasi kuaiitit itif Nafg bcrkaitan dengan ketntingkinan pentanftatan sapi Bali' lokal sebagai breeding stock. " ' METODOLOGI PENELITIAN Tujuan Itenelitian a)
Untuk mengctalmi gainbaran kentampuan rcproduksi sapi potong lokal dan kcnutngkinan pemanfaatan potensinya sebagai breeclhlg stock.
b)
Untuk membantu tercapainya usalia peningkatan populasi secant kuantitalif ataupun secara kualitatif Inelalui penclitian breeding, tcknik pembibitan serta budi daya pcmcliltaraan .
Keluaran penclitian Keluaran penelitian benipa rekomendasi kenutngkinan penianftalan ternak sapi Bali di lokasi penelitian sebagai breeclint; stock didasarkan kepada tcnnian penclitian yang dilakukan . Metodologi clan lokasi Itenelitian Lokasi penclitian ditentukan dengan tcknik areal purposeful saulpliut,, technique (SNI?DBCOR and COCHRAN, 1979). Penelitian dilaksanakan di Kabupatcn Lampung Utara dengan pertimbangan perkenibangan populasi yang tidak terlalu ccpat dan tidak terlalu lainbat (Tabcl 3). Disain ex post-facto dan tcknik acciclerttal saurphi-W (Kt:IZ1 .IN0FR, 1981) diterapkan untuk menghimpun data dari 75 ekoa sapi Bali belina produktif bcnuttur antara 2,5-5 talutn . Peubah yang dianiati meliputi peubali fisik dan peubalt reproduktif. Peubah fisik biologis individu yang diamati adalah : (a) lingkar dada, (b) tinggi gumba, dan (c) panjang badan . Data pcubah fisik dihintpun dengan teknik pengukuran langsting .
216
Seminar Nasional Peternakan don 1 ""eteriner 1998
Tabel 3 .
Populasi teniak sapi potong di Propinsi Lampung 1992
1994
Lampung iltara
42 .336
60 .224
57 .183
1 17 .001
Lampung Tengali
93 .610
142 .196
155 .297
222 .590
39 .612
49 .753
49 .425
67 .910
"1
6.355
7 .514
Kabupaten
1990
1985
Lampung Sclatan
0
Lampung Barat Bandar Lampung Propinsi Lampung
222
1 .269
866
1 .342
175.790
252.452
269.126
436.3 5 7
Sumher : LAPORANTAIRJNAN DINAS PE"rHRNAKAN PRO MISI LA1n'1lw, 1994'1995 Peubah reproduktifyang dihimpun adalah : (a) service per conception . (b) post parlnnr estrus, dan (c) calving interval. Disain ex hasl-Jiictu ditcrapkan untuk mcngumpolkan data rcproduksi yang menipakan inforinasi sckundcr niclalui tcknik wawancara berstruklur (dose ended
questions) .
accidental sampling tidak ntenutngkinkan pengttjian data secara interaktif, nainun dijabarkan secara dcskriptif perscntasc (SNE:DECtIR and CO C1tRAN . 1979 ; K1 :.R1 .IN(;t R, lianya dapat . Nilai rata-rata yang absali untuk tcknik pengainbilan contoll accidental sampling ini 1981) Teknik
menuntt SLIDJANA (1980) dan KERLINGER (1981) adalah frckucnsi nilai terbanyak atau modus. Dalatn tcknik sampling ini pcnganibilan rata rata dari jumlah total dibagi jumlah contoll (x ratarata) dan beniuk analisis kuantitatif lain mcnjadi tidak absah (St!DJANA, 19811) . HASIL DAN PEMBAIIASAN Linglcar dada
Lingkar dada berkisar antara 147-158 cm dcngan inodus yang mcnunj jukkan nilai frckucnsi lingkar dada tcrtinggi tcrdapat pada kolas 149 cnt, yaittl 13 ckor atau 17,3%. dari sclurtlli sampel . Hal ini mcnunjukkan baliNva pcluang uniuk mcndapatkan sapi Mina dcngan lingkar dada tcrscbut adalah sebcsar 17,3 W. Sedangkan nilai tengah lingkar dacia (ntedian) cliperolch dcngan runuts
(n+l)/2 yaita pada sampel ke-38 dengan nilai 152 cm . Nilai median 152 cin ini mcnunjukkan tilik tengah lingkar dada di ntana lingkar dada lcbill rendah dan lcbitt tinggi santa frckucnsinya . Frekucnsi
individu
katcgori
mcnunjukkan scbaran angka
mullak
lingkar
dada .
Guna
menjabarkan penyebaran aktual lingkar dada tersebut, data yang dipcrolch dikeloinpokkan dalam
kolas interval . Keadaan ini memuliukkan bahwa distribusi frckucnsi tcrtinggi intcn-al lingkar dada berada pada kolas inten~al 151-154 cm (49,3'Y,,) . Frckuensi lingkar dada bcrikutnva berada pads kolas interval 147-150 cm (34,6'%) .
Pcrformans ukuran tubuli sapi Bali di Sulawcsi Sclatan, NTB. NTT dan Bali menuntt hasil
penclitian tcrdalitilu mcnunjukkan bahiva, lingkar dada sapi Bali di lokasi hcnclitian ini lcbill kecil . Hal ini erat kaitannya dcngan pengaruli lingkungan clan tatalaksana pcincliliaman scrta inutu pakan yang dibcrikan. Sapi Bali yang dikcmbangkan di Lampung bcrasal dari Sulawcsi Selatan dan tatalaksana penteliliaraan di Sulawesi Sclatan tidak jauh bcrbeda dcngan di Lampung. Tinggi gumba Tinggi gumba sapi sampel berkisar antara
110-115 cm . Frekucnsi tcrtinggi nilai pcubali 24%, serta nilai 113 sebcsar
tinggi gumba adalah 114 cin (30,6Y.)), diikuti olch nitai 112 cin sebcsar
21 7
Seminar Nasional Peternakan clan 1 'feriner 1998
16%. Sebagian besar sapi sampel berada pada kisaran tinggi gumba 112-114 cm (to ( al 70,6%) . Hill ini menunjukkan indikasi balnva peluang bagi ternak sapi di lokasi penelitian untuk mcmiliki tinggi gumba antara 112-114 cm adalah 70,6%. Bila tinggi gumba dikelompokkan dalam kelas interval ternyata scbaran frekuensi kelas interval tinggi gumba yang tertinggi terdapat pada kelas interval 113-115 cm, yaiti sebanyak 52%. Hal ini mendukung perhitungan scbaran nilai individu tinggi gumba yang menunjukkan scbaran frekuensi tertinggi antara 112-114 cm dimilna interval ini berada dalam interval 113-115 cm . Panjang badan Panjang badan tcrnak sampel berkisar antara 114-117 ctu dcngan frekucnsi terbcsar pada kategori 116 cm (65,3%) dan nilai median 116 cm. Sebagian besar tcrnak sampel (95%,) mcmiliki panjang badan antara 115-116 cm. Tinglcat konselmi (service per conception) .Service per conception (s/c) pada ternak sampel berkisar antara 1 (satu) sampai 4 (empat) kali. Tabel 4 menunjukkan frekuensi s/c tertinggi berada pada kategori 1 (satu) kali (48`Y.), diikuti oleh kategori 2 (dua) kali (33,3%,) . Hal ini menunjukkan bah%va potensi breeding tcrnak sapi di lokasi penelitian cukup tinggi karcna Icbill dari 80%, tcrnak sampel mampu bunting sclelah l (sa (u) atau 2 (dua) kali service . Tabel 4.
..
Sebaran frekuensi
service per conception
Kategori Frekuensi 1 36 2 25 3 12 4 . . . . . . . . . . . . . ... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . ... .. . . . . . . . . . . . .... . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . 2 . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .
.Total
.
Keteran^an :
" ..
48 33,3 16 2,6. . . . . . . . . . . . . . . . . . ..... . . . . . . . .
'0(1
.
klodus = 1 kali Median = 2 kali
Persentase kclahiran dam .service per conception merulmkan ukuran kesuburan tcrnak sapi. Dalam kaitannya dengan ukuran ini, sapi Bali mcmiliki persentasc kelahiran yang tinggi, yaitu sebesar 83,4%j (PAS'r1KA dam DARDIADIA, 1976) dam service per conception sebesar 1,35 (ANONYMOUS, 1974, 1979). Scdangkan menurut DAVI:NDRA et al (1973), angka service per conception sapi Bali adalah sebesar 1,22. Pcndapat ini mendukung tenman penelitian yang menunjukkan 48% sapi Bali sampel menunjukkan service per conception 1 (situ) dam 33% mcmiliki service per conception 2 (dua) dam hanya 18,6'% menunjukkan angka service per conception lebill dari 2 (dua) . Tenman ini menunjukkan bahwa penampilan kesuburan sapi Bali di wilayah liar Bali masili tetap baik walaupun tatalaksana penieliharaannya berbeda dengan di tempat asalnya . Lama kebuntingan
(pregnanq rate)
Lama kebuntingan berkisar antara 216-300 hari (Tabel 5) dcngan frekuensi tertinggi kelas interval berada pada kelompok 286-295 hari (49,3%.) diikuti kelas interval 276-285 hari (38,6%) . 21 8
Seminar Nasional Peternakan dan h"eteriner 1998
Lama kebuntingan kedua kelas interval ini mentpakan lama kebuntingan normal pada ternak sapi. Interval kebuntingan antara 266-275 hari tidak tercatat pada tcrnak sampcl . Tabel 5.
Sebaran frekuensi kelas interval lama kebuntingan
Frekuensi Kelas hiterval 1 216-225 1 226-235 I 236-245 246-255 2 2 256-265 (1 266-275 276-285 29 37 286-295 296-300 .. .... ............................................................................. ........... 1 ...................................... .. .............. .~ ' Total 75
1,3 1,3 1,3
2,6 2,6 U
38,6 49,3
. ..
1,3
Keterangan : Modus kelas interval = 286 - 295 hari
Lama kebuntingan sapi Bali menunlt tenutan DAVENDRA et al. (1973) AAA 287+t1,7 hari, sedangkan PASTIKA dan DARMADJA (1976) mclaporkan lania kebuntingan 9,55 bulan serta DARMADJA dan SUTEDJA (1975) 286+15 hari. Tenwan penelitian ini ntcnuttjukkan lanta kebuntingan yang tercatat adalah 266-275 hari (38,6%,) dan 276-285 hari (49,3" ). Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dilaporkan olch pcneliti terdahulu dan sckah lagi menunjukkan baliwa prestasi sapi Bali di luar Bali masili tetap baik walaulxin ternak sapi di lokasi penelitian dimanfaatkan sebagai tenaga kerja. Fakta ini membcrikan intplikasi bahwa ternak sapi Bali yang bunting masili dapat dipekerjakan . Akan tetapi masili perlu ditcliti unitir kebuntingan yang tidak menutngkinkan sapi dipekerjakan tanpa berakibat negatif Aktivitas ovarium setelah melahirkan
(postpartum ovarian activity)
Aktivitas ovarium setelah melahirkan (post partum ovarian activitv) pada sapi betina umumnya muncul beberapa minggtt setelah kelahiran . Kisaran aktivitas ovariuni sapi yang diamati berkisar antara 45-290 hari. Kisaran yang lebar ini nampaknya erat kaitannya dengan giri ternak dan tatalaksana pemeliliaraan yang diterapkan peternak. Pada untuninya tcrnak sainpel yang diamati menunjukkan postpartum ovarian activitv antara 106-165 hari dengan penyenipitan kisaran antara 106-125 hari (18,6%), 126-145 hari (26,6%) clan 146-165 hari (21,3%,) . Frekuensi total yang tinggi (54,5%) pada kisaran 106-165 hari menunjukkan bahwa kisaran ini mentpakan kisaran normal bagi sapi yang berada di lokasi pengantatan . Pengamatan terhadap post partunt ovarian activitv menunjukkan bahwa 18,68%, sapi betina memerlukan waktu antara 106-125 hari untuk kembali berahi, 13,38%, membutulikan 86-105 hari, dan 12% berada dalani periode antara 45-65 hari. Angka yang dipcrolch ini masili berada dalain kisaran waklu yang dipcrolch PANE (1979) yang melaporkan bahwa 75,5% dari sapi-sapi yang telah ditelitinya menumjukkan berahi kembali sctelah beranak dalain waktu lebili dari 4 (empat) bulan, sedangkan 24,5% menunjukkan berahi kembali sctelah beranak dalani waktu kurang dari 4 (empat) bulan dan hanya 15,5% yang menunjukkan berahi dalam Nvaktu 2 (dua) bulan sctelah beranak . 219
Seminar Nasional Peternakan clan I ereriner 1993
Tabel 6.
Sobaran trekuensi kelas interval aktivitas ovarium sctclah melahirkan
Kelas biterval Frekuensi ' 45-65 9 12 66-85 9 0 86-105 0 1,3 106-125 1 18,6 126-145 14 26,6 146-165 20 21,3 166-185 16 6,6 186-205 5 5,3 206-225 4 2,6 226-245 2 2,6 246-265 2 1,3 266-290 1 ........................................... ............................... .................... .. ....... .. ......................... . . . ................... . 1,3... . ~t1(1 . Total Keterangan : Modus kolas interval = 126-145 hari Calving interval
Jarak kelahiran (calving interval) berkisar antara 290-566 hari . Kisaran yang lebar pada calving interval ini erat kaitannya dengan kondisi ternak, tatalaksana pcinelillaman dan waktu serta teknik perkawinan . Frekuensi jarak kelahiran terbesar adalah antara 411-440 hari (26,68%), diikuti oleh kelas interval 351-390 hari (21,38'Y,,) dan 381-410 hari (18,68%o) . Distribusi kelas interval untuk jarak kelahiran ini menunjukkan distribusi normal scbagaimana ditunjukkan dalam Tabel 7 . Tabel 7.
Sobaran frekuensi kelas jarak kelahiran
Kelas biterval 290-320 321-350 351-380 381-410 411-440 441-470 471-500 500-530
Frekuensi
1 1,3 4 5,3 16 21,3 14 18,6 20 26,6 8 10,6 8 10,6 3 4 1 531-566 ... ........................................ ............. . . ............. . . . .................7, .......... .............. ... . .... .. . . .. ..... ..... ..... ...... . .~ . 1,3 ... ' . . Total ... Keterangan : Modus kolas interval = 411-440 hari
Sebanyak 26,6% sapi Bali di lokasi penclitian mempunyai jarak beranak antara 414-440 hari dan 21,3% antara 351-380 hari . Jarak beranak ini hampir sama dengan yang dilaporkan DAVENDRA et al. (1973) . Namun jarak beranak yang diamati lebill singkat dibandingkan dengan laporan DARMADJA dan SIJTEDJA (1976) . Hal ini dapat terjadi karena tatalaksana pemeliltaman sapi pada saat ini diasumsikan lebill baik jika dibandingkan dengan mat kedua peneliti tersebut 220
Seminar Nasional Peternokan don Vetermer 1998 melakukan pengamatannya pada tahun 1976 . DAVENDRA et nl. (1976) melaporkan jarak beranak antara 15,48-16,28 bulan (15,88+0,4 balan) dan DARNIADJA dan SUTED.IA (1976) Inclaporkan jarak beranak antara 373-683 hari (528+155 hari).
KESIMPULAN Pcnampilan reproduksi sapi Bali di lokasi pcnclitian membcrikan indikasi ballwa sapi Bali
tetap mampu mcmiliki ketalianan fisiologis tinggi untuk tetap bcrcproduksi dcngan balk dalanl kondisi iklim dan tatalaksana di daerah pcnclitian . Implikasi tcmuan ini aclalall bahwa pcnyebaran sapi
Bali
untuk
meningkatkan
taraf hidup peternak
dapat
dilakukan
dcngan
tidak
terlalu
mempertimbangkan faktor tatalaksana pcmclillaraan dan proscs aklimatisasi . Lcbill jauh lagi sapi
Bali betina tetap dapat dipckerjakan sampai pada umur kebuntingan tcrtentu tanpa menimbulkan dampak bunlk terhadap penampilan rcproduksinya . Implikasi
praktis
dari
tcnluan
pcnclitian
ini
adalall
tcrnak
bahwa
sapi
Bali
yang
dikembangkan di Propinsi Lampung. tenltarua di Lampung Utara clapat dirckomendasikan sebagai
breeding stock karena penampilan peuball fisik biologis dan penampilan pcuball rcproduksinya baik . UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima
kasih kami
sampaikan kcpada
Bapak Kcpala
Dinas Peternakan
Dati
I
Lampung, yang telah membcri izin untuk mengadakan pcnclitian di Propinsi Lampung. Ueapan terima kasill kami sampaikan juga kcpada selunlh staf lapangan di Kecanlatan Lampung Utara
yang telah mcmbantu mengumpulkan data dan informasi yang ciipcrlukan dalam pcnclitian ini. DAFTAR PUSTAKA ANONYMOUS. 1974 . Laporan Tallunan Dinas Peternakan Dati I Bali .
ANONYMOUS. 1979 . Laporan Perfonnauls Sapi Bali dan Ongole di Propinsi Hall dan Nusa 'henggara 'finulr. Fakultas Peternakan histitut Pertanian Bogor dan Direktorat Bina Produksi, Direktorat Jenderal Peternakan .
DARMADJA, D. dan P. SUTEDJA. 1976 . Masa kebmltingan dan interval beranak pada sapi Bali . Prosiding Seminar Reproduksi Sapi Bali . Dinas Petemakan Propinsi DTI Bali .
DAVENDRA, C .T ., LEE KoK Cxoo and M. PATHMASINGAN . 1973 . The productivity 01'H,111 cattle in Malaysia .
Agncultttral Jountal 49 :183 .
DINAS PETERNAKAN PROPINSI DT-I LANvumi, 1995 . Laporan Tahunan 1994/1995. KERLINGER, F.N . 1981 . Reasoning wills Statistics . J .B . Lippincott Company, New York . PANE, I. 1979 . Perfonnans reproduksi sapi Bali di P3 Bali . Prosiding Seminar Keahlian di Bidang Peternakan . Fakultas Kedokteran Hewan dan Petemakan Universitas Udayana, Denpasar. Bah.
PANE, 1. 1990 . Upaya peningkatan mute genetik sapi Bali di 1 1 3 Bali . Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali, Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar . Bali .
PASTIKA, M. dan D. DARMADJA . 1976 . Perfonnans reproduksi sapi Bali . Prosiding Seminar Reproduksi Sapi Bali . Dinas Peternakan Propinsi DT I Bali .
SNEDECOR and COCERAN. 1979 . Statistical flualvsis . McGraw I-till Book Company, London . SUDJANA . 1990 . Serrnh-Seudi StatiStik. PT Pembanounan, Jakarta.
22 1