PERFORMANCE KAPAL IKAN 5 GT Pring Prahu 1 DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL LAMINASI BAMBU oleh :
Akhmad Basuki Widodo Viv Djanat Prasita Nur Yanu Nugroho Tri Agung Kristyono Urip Prayogi Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah SURABAYA ABSTRACT Indonesia is an archipelago with 17,000 islands and vast ocean of 749.79 km2 and 95 181 km long beach . The current, the potential of Indonesia's marine can be utilized only about 40 percent of the existing potential of the sea, which is about 5 million tons per year. The potential be exploited just around the littoral. When coupled with the potential of the sea to the Exclusive Economic Zone of potential sea to 7 tons per year. So that the fishing vessel is still lacking many. Until now, the needs of fishing vessels as a tool is still far from enough. Many factors and constraints that make less fulfilling those needs. Some of the obstacles include the high cost of raw materials,. To get the wood to size as required, at this time is very difficult. Government policies suppress illegal logging, further complicate the traditional shipyard to get wood. Boatbuilding process is done the traditional shipyard, known wasteful of raw materials. In an effort to resolve the problem is with the provision of fishing boats provide an inexpensive and fast boats in the production process, but still meet the requirements of the BKI class. One of the actions that can meet these criteria is to develop design fishing boats with bamboo laminate materials. Goal this study is to get the ship design fishing boats size 5 GT with the main material of bamboo laminates. The results showed that the ship laminated bamboo used in the field of fisheries with size 5GT has a better performance than fishing boats used of wood. Keywords : Marine Resource , Illegal Logging, Hidrodynamic, DED
1.PENDAHULUAN. Sampai saat ini, potensi perairan laut Indonesia yang dapat di manfaatkan hanya sekitar 40 persen dari potensi laut yang ada, yaitu sekitar 5 juta ton per tahun. Potensi tersebut hanya disekitar pesisir pantai saja, sehingga apabila ditambah dengan potensi laut hingga wilayah Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) kekayaan atau potensi laut menjadi 7 ton per tahun. Kurang maksimalnya pemanfaatan potensi laut disebabkan oleh karena sarana dan prasarana penangkapan ikan yang masih sangat jauh dari modern. Akibatnya selain rendahnya pemanfaatan potensi laut, juga maraknya penjarahan ikan di wilayah ZEE yang akhirnya menjadikan kehidupan para nelayan jauh dari kecukupan. Sangat ironis sumber daya laut Indonesia yang sangat berlimpah tetapi masyarakat maritimnya berkehidupan yang minim. Apabila diamati secara nyata, bahwa salah satu penyebabnya adalah kondisi dan keadaan kapal kayu penangkap ikan yang sederhana dan sangat tradisional. Dari data yang ada, bahwa dari sekitar 400 ribu armada kapal penangkap ikan yang ada, hanya sekitar 2500 buah kapal yang mampu melayari ZEE. Sampai saat ini masih diperlukan banyak kapal-kapal ikan yang sederhana, tetapi mampu melayari wilayah diluar ZEE. Dan kita belum mampu memasok kebutuhan kapal ikan tersebut agar pemanfaatan sumber daya laut yang kita miliki dapat dikelola secara optimal. Salah satu kendalanya kemampuan kita dalam memproduksi kapal kayu secara cepat dan murah. Dalam pembuatan kapal ikan yang representative, dalam arti kapal tersebut mempunyai disain yang baik, mampu berlayar dalam kurun waktu yang cukup lama dan mampu berlayar dilaut bebas, masih dibutuhkan waktu yang relatif lama dan mahal. Galangan kapal 446
tradisional dalam membangun kapal ikan yang mampu melayari wilayah ZEE, biasanya diperlukan bahan dan material yang khusus dan tidak semua galangan kapal kayu mampu mengerjakan. Dengan
melihat
permasalahan
tersebut
diatas,
maka
ada
ide
untuk membuat
kapal dengan
menggunakan laminasi bambu, dimana komponen-komponen kapal dibuat secara pre fabrication. Dengan sistem pembuatan kapal ini diharapkan galangan-galangan kapal tradisional mampu membangun kapal dalam waktu yang relative singkat dan cepat serta murah. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum bahwa laminasi bambu mempunyai sifat fisis, sifat mekanis dan sifat kelelahan (fatigue) yang baik dan memenuhi persyaratan sebagai bahan pembangunan kapal. Selain itu, ruas bambu (node) dalam konstruksi laminasi hanya menurunkan kekuatan sebesar 10% saja, sedangkan kenaikan kekuatan hampir mencapai 50 % dari sifat fisis dan sifat mekanis kayu jati (hasil penelitian fundamental tahun 2012). Ketahanan laminasi bambu terhadapa serangan bina1tang laut (marine borer) terbukti tahan dengan treatment borax 3% yang direndam selama 1 (satu) minggu. Tujuan dari riset ini adalah merancang dan membangun kapal ikan secara mudah dan murah, yaitu dengan menggunakan bahan baku bambu laminasi, sehingga kapal diharapkan akan lebih kuat, lebih cepat dalam proses pembangunannya dan harganya lebih murah. Sedangkan sasaran dari riset ini adalah membangun kapal ikan dengan menggunakan bahan dasar laminasi bambu yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sehingga akan meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan para nelayan, masyarakat pesisir serta berkembangnya industri rumah tangga pendukung kapal rakyat.
Pelaksanaan kegiatan penelitian meliputi : a.
Merancang-bangun atau membuat Detail Engineering Design (DED) kapal ikan berukuran 5 GT (gross tonnage) dengan bahan utama laminasi bambu. Dalam penentuan dan merancang disain kapal ini, semua hasil penelitian pendahuluan merupakan acuan pembuatan disain kapal ikan.
b.
Melakukan uji numerik dan uji hidrodinamika untuk aplikasi dalam skala laboratorium dari hasil rancang bangun kapal ikan berbasis laminasi bambu.
2. METODE PENELITIAN Dalam pelaksanaan kegiatan Rancang Bangun Kapal Ikan 5 GT Pring Prahu 1 dengan bahan utama laminasi bambu, meliputi kegiatan : a.
Ukuran utama kapal
b.
Perhitungan Konstruksi Kapal Ukuran kapal didasarkan pada kapal-kapal nelayan yang ada saat ini. Perhitungan ukuran juga didasarkan resiko yang akan terjadi dengan penggunaan material baru (Laminasi Bambu). Perhitungan Preliminary Stabilitas Kapal Ikan 5 GT dengan bahan Laminasi Bambu Pring Prahu 1 meliputi : 1.
General Arrangement.
2.
Perhitungan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1). Ukuran Utama Kapal Ikan 5 GT Laminasi Bambu Pada dasarnya rancang bangun kpal ikan 5 GT ini mencoba menggantikan kayu jati sebagai bahan pembangunan kapal perikanan yang selama ini digunakan para pengrajin kapal tradisional akan digantikan 447
dengan Laminasi Bambu. Dari hasil penelitian terdahulu (Widodo dkk, 2012), laminasi bambu mempunyai sifat dan kekuatan yang lebih baik dibandingkan dengan kayu Jati dan memenuhi persyaratan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Perahu yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah perahu jenis Etek, perahu ini mempunyai ukuran sedang dan harganya tidak terlalu mahal, sehingga nelayan akan mampu memiliki. Dari hasil penelitian didapatkan ukuran utama kapal ebagai berikut :Ukuran utama kapal - Panjang keseluruhan (length overall, LoA)
= 9.47 meter
- Panjang garis air (Leng Perpendicullar, Lpp)
= 8.00 meter
- Lebar kapal (breadth, B)
= 2.80 meter
- Tinggi badan kapal (depth, D)
= 1.20 meter.
- Tinggi garis muat (T)
= 0.70 meter
Kapal ini direncanakan menggunakan tenaga penggerak dengan kekuatan 52 kW dan mempunyai kapasitas penyimpanan ikan (fish hold) sebesar 6.7 m3.
2). Gambaran Umum Dari data ukuran utama kapal, maka gambaran umum (general arrangement) dari kapal berbasis laminasi bambu terlihat seperti pada gambar dibawah ini.
Gambaran Umum Kapal Ikan 5 GT Laminasi Bambu Pring
Prahu 1.
Gambaran umum ini menggambarkan rancangan kapal dari samping yang memuat penjelasan tentang kompartemen-kompartemen yang ada dalam kapal seperti, ruang akomodasi (ruang awak kapal), ruangan mesin (engine room), ruangan (tangki) air tawar, ruang penyimpanan hasil tangkapan (fish hold), tempat penyimpanan peralatan penangkapam ikan (storage for chain cable), tempat penyimpanan peralatan (storage for equipment). 3). Rencana Garis
Rencana Garis Kapal Ikan 5 GT Laminasi Bambu Pring
448
Prahu 1.
Pembuatan rencana garis ini menggambarkan bentuk dari badan kapal yang dipriyeksikan sesuai dengan karakteristik bentuk badan kapal (body plan) dan memberikan informasi pandangan atas, samping dan depan kapal. Selain itu, ada penggambaran lines kapal pandangan samping. Dari gambaran ini terlihat ergonomis dari badan kapal.
4). Perhitungan Konstruksi Perhitungan konstruksi kapal ikan berbahan utama laminasi bambu mengacu pada Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Peraturan Kapal Kayu 1996. Angka penunjuk ditentukan dengan mengunakan rumus (BKI, 1996) sebagai berikut : angka penunjuk = L (B/3 + H ) 9.47 (2.8/3 + 1.2) 19.84 Pada gambar berikut ditunjukkan gambar-gambar konstruksi dari Kapal Ikan 5 GT Laminasi Bambu Pring Prahu 1 sebagai berikut : a. Penampang Memanjang. Konstruksi memanjang metunjukkan konstruksi secara umum dan secara memanjang antara gabungan dengan lunas, frame dan dek, serta gambaran sambungan antara frame. Tetapi karena pada konstruksi kapal laminasi bambu Pring Prahu 1 bambu ini dibentuk tanpa sambungan dan sesuai dengan kontur dari frame yang memanjang, maka tidak diperlukan sambungan .
Konstruksi Memanjang Kapal Ikan 5 GT Laminasi Bambu Pring
Prahu 1.
b. Detail Lunas Konstruksi detail lunas menunjukkan gambaran sambungan antara penegar pembentuk badan kapal, seperti wrang, frame, konstruksi lantai (deck) kapal
Konstruksi Detail Lunas Kapal Ikan 5 GT Laminasi Bambu Pring
449
Prahu 1
c. Geladak Utama. Pada gambar konstuksi geladak utama menunjukkan dua gambar yang meliputi konstruksi lantai kapal dan konstruksi penguat lantai kapal. Pada gambar konstruksi ini juga ditunjukkan gambar konstruksi tentang penutup palka untuk ruang mesin, ruang peralatan kapal, ruang peralatan penangkapan ikan dan ruang pentimpanan hasil tangkapan (fish hold). Sedangkan konstruksi penguat lantai kapal ditunjukkan konstruksi sambungan antara frame dengan balok geladakan serta sistem penyambungannya.
Konstruksi Deck Utama Kapal Ikan 5 GT Laminasi Bambu Pring
450
Prahu
d. Lunas Dari angka penunjuk 19.84 tersebut diatas untuk melihat ukuran lunas dapat dilihat pada tabel 1a buku BKI Konstrksi Kapal Kayu tahun 1996 e. Gading-gading dan Wrang. Jarak Gading [dari tabel 6(a) dengan angka penunjuk 19.84] Ukuran Gading Hubungan antara Gading dengan Wrang. Jumlah Gading. f. Galar Kim g. Galar Balok h. Lutut Balok Geladak i. Kulit Luar (Lambung) j. Geladak k. Pagar l. Sekat Kedap Air m. Pondasi Mesin n. Pembautan dan Pemakuan o. Tanki. 4. KESIMPULAN. Dari hasil perhitungan, perancangan dan pembangunan Kapal Ikan 5 GT Laminasi Bambu Pring Prahu 1, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1.
Secara
perhitungan
kekuatan
bahan
(laminasi
bambu)
memenuhi
persyaratan
sebagai bahan
pembangunan Kapal Ikan 5 GT Laminasi Bambu Pring Prahu 1, baik dari segi kekuatan, ketahan terhadap serangan binatang laut maupun ketahanan terhadap beban dinamis. 2.
Disain Kapal Ikan 5 GT Laminasi Bambu Pring Prahu 1,
setalah melalui uji numeric maupun
perhitungan stabilitas, menunjukkan performance kapal yang baik.
DAFTAR PUSTAKA Ananda S, Ichikawa Y, Munelata, Nagase Y and Shimizu H. (1996). Fiber Texture and Mechanical Graded Structure of Bambu. Dep. Of Mechaniccal Engineering, Gumme University. Japan. ASTM E-739. (1988). Standard Practice for Statistical Analysis of Linier or Linearized Stress- Life (S-N) and Strain-Life (-N) Fatigue Data. In Annual Book of ASTM Standards, American Society for Testing and
Martawidjaja, dkk. (1989). Atlas Kayu Indonesia. Bgor: Puslitbang Kehutanan. Morisco. (1999). Rekaya Bambu. Yogyakarta: Pusat Antar Uninersitas untuk Teknik Sipil UGM. Pengembangan Material Laminasi Bambu sebagai Komponen Konstruksi Utama Kapal Kayu. Dibiayai oleh Kopertis Wilayah VII Jawa Timur Kementerian Pendidikan Nasional (sesuai dengan surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian, Nomor : 0054/SP3H/PP/K7/KL/II/2012, tanggal 09 Pebruari 2012). Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan, Universitas Hang Tuah, Surabaya. Pizzi A. (1983). Wood Adhesives, Chemistry and Technology. New York: Marcel Dekker Inc. Rosyid, DM. dan Widodo, AB. (2000). Pengembangan Material Konstruksi Laminasi untuk Aplikasi Kelautan. Riset Unggulan Kemitraan (RUK) VI tahun 2001, kerja sama antara ITS dengan PT. PAL dan PT. Pamolite Adhesive Industry. Surabaya. Walpole, RE. (1995). Pengantar Statistika. Jakarta: Gramerdia Pustaka Utama. Widodo, AB. (2012). Pengembangan Material Laminasi bambu Sebagai Komponen Konstruksi Utama Kapal Kayu. Laporan Akhir Penelitian Hibah Fundamental, DP2M DIKTI. Kementerian pendidikan dan Kebudayaan. Widodo, AB. (2012). Teknologi Pembangunan Kapal Kayu Sebagai Sarana Penangkap Ikan Dengan Menggunakan Material Laminasi bambu Untuk Memenuhi Kebutuhan Kapal Nelayan Di Jawa Timur. Laporan Akhir Penelitian Penelitian Prioritas Nasional Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, DP2M DIKTI. Kementerian pendidikan dan Kebudayaan. US Forest Product Laboratory. (1987). Wood Handbook. US Department of Agriculture Handbook 72. US Government Printing Office. Washington DC. Williamson TG. 2002. APA Engineered Wood Handbook. McGraw-Hill. London.
452