Laporan Program dan Acara
“Peresmian Program Konservasi & Penanaman Perdana Pohon Mangrove” Kamis, 14 Juni 2012 Pantai Embe, KNR, Lampung Selatan
I. Pendahuluan Saat ini, keberadaan hutan mangrove di Lampung Selatan tercatat telah mengalami penurunan drastis dalam kurun waktu kurang dari 50 tahun, yaitu dengan hanya menyisakan 5% dari total luasan area mangrove yang sebelumnya. Itulah kemudian mengapa area mangrove yang kini tersisa di kawasan Merak Belantung, Lampung Selatan, menjadi sangat strategis dan signifikan untuk dipertahankan karena terkait secara langsung bagi keberlanjutan kehidupan alam dan manusia pesisir di sekitarnya. Terdapat begitu banyak fungsi serta manfaat mangrove secara ekologi, sosialbudaya, dan ekonomi yang sampai kini masih dibutuhkan oleh masyarakat sekitar Merak Belantung terhadap ekosistem mangrove di sana, seperti sumber makanan (ikan, kepiting, udang, dan lainnya), mata pencaharian (nelayan), sumber air bersih, maupun kelestarian lingkungan fisik dan florafaunanya. Keberadaan ekosistem mangrove yang terancam di kawasan Merak Belantung, kemudian turut menginisiasi dibentuknya sebuah program khusus bagi konservasi mangrove di Merak-Belantung, Lampung Selatan yang sekarang telah menjadi area privat bernama Krakatoa Nirwana Resort. Atas kerja sama Bakrieland Hotels & Resorts (BHR) dan Miyara Sumatera Foundation (Miyara Sumatera) sebagai pemilik lahan sekaligus organisasi bisnis yang memiliki kepedulian terhadap isu pelestarian lingkungan, maka dibentuklah Program “Pohon untuk Negeri: Mangrove for Life” yang merupakan upaya bersama dalam mewujudkan lingkungan dan kehidupan yang lebih baik melalui pemanfaatan dana investasi tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan konservasi berbasis masyarakat lokal (community-based conservation). “Peresmian Program Konservasi dan Penanaman Perdana Mangrove” ini merupakan acara peresmian program di mana akan dilakukan penanaman pohon bakau untuk yang pertama kalinya. Acara juga menjadi ajang sosialisasi program secara lebih luas, baik kepada masyarakat, pemerintah, media massa, dan publik lainnya, sehingga program akan lebih dikenal dan dapat menjaring kemitraan dengan pihak-pihak terkait lainnya. Sosialisasi dan jalinan kemitraan kelak akan membawa dampak
1
positif bagi keberlangsungan program sekaligus rencana pengembangan dan pemanfaatan selanjutnya terhadap area konservasi dan eco-tourism di area mangrove.
II. Tujuan Tujuan awal yang telah ditetapkan dari penyelenggaraan acara “Peresmian Program Konservasi dan Penanaman Perdana Pohon Mangrove,” yaitu: a. Peresmian program “Pohon untuk Negeri, Mangrove for Life.” b. Penanaman perdana pohon mangrove. c. Sosialisasi program kepada pihak pemerintah, media massa, masyarakat lokal, dan publik (media massa).
III. Target Audiens Target audiens untuk penyelenggaraan acara, terdiri dari: a. b. c. d. e. f. g.
Pejabat dan staf (tim) BHR-KNR, termasuk perwakilan unit usaha terkait lainnya. Ketua/pendiri dan tim Miyara Sumatera. Pejabat pemerintah daerah. Perwakilan dari akademisi. Komunitas lingkungan lokal. Tokoh masyarakat dan masyarakat lokal. Media massa/jurnalis lokal.
IV. Aktivitas Program 4.1. Pra-Peresmian Program Konservasi & Penanaman Perdana Sebelum memulai pelaksanaan acara, berikut ini adalah update aktivitas terbaru yang telah dilakukan oleh Miyara Sumatera terkait Program Konservasi Mangrove “Pohon untuk Negeri, Mangrove for Life.” a. Pemetaan Bersama dengan expert/ahli dari PILAR (Pergerakan Lingkungan Rakyat) dan Badan Pengelola Daerah Perlindungan Mangrove (BPDPM) serta masyarakat Desa Merak Belantung, Miyara Sumatera telah melakukan pemetaan terhadap cakupan area program. Pada kegiatan ini, tidak hanya dihasilkan sebuah peta fisik yang menggambarkan batasan-batasan area program, tetapi juga telah memetakan vegetasi mangrove di mana kita dapat mengetahui di mana letak/lokasi jenis mangrove tertentu, letak/lokasi flora-fauna yang berhabitat di mangrove, serta draf peta wisata (eco-tourism) yang menjelaskan titik-titik potensial sebagai atraksi dan aktivitas wisata di kawasan hutan mangrove. (Laporan mengenai hasil pemetaan telah dilaporkan sebelumnya.)
2
Untuk jenis-jenis mangrove yang terdapat di ekosistem mangrove di KNR, terdaftar pada tabel di bawah ini. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Nama Lokal Pakisan Waru-lot Buta-buta, madengan, kalibuda Api-api, sia-sia, unimorf Keduduk, mangadai (Merak Belantung), api-api, sia-sia Bakau, bako kurap, slindur, bako Ketapang, bayur laut Belah hulu, banag-banang, nyirih, siri Tajang putih, tajang sukun, legadai,bius Tengah, mentigi, tingi, tengal Pidada, prapat, bogem/bugem Jeruju, darulu, deruju Nipah, buyuk, buyuh, niu-nipa, nypa Pedada, prapat, padada, bogem, pupat Bakung-bakung, baoko-bakoan Pandan laut Sentigi, centigi, mentigi, centinggi Waru, waru daun halus, waru laut, waru langit Belah hulu merah (Pahawang), banang-banang, nyirih, siri Katang-katang, ketapeng Legundi Bogem, hutun Sesepi, gelang-gelang, gelang-laut, gelan pasir
Nama Latin Acrostichum aureum L Thespesia populnea (L) Sol Excoecaria agallocha L Avicennia alba Blume Lumnitzera racemosa Willd Rhizophora Stylosa Heritiera Littorallis Dryand Xylocarpus mulluccensis (Lam) M.Roem Bruguiera cylindrica Blume Ceriops tagal C.B. Rob Sonneratia caseolaris (L.) Engl Acanthus ilicifolius L Nypa fruticans Wurmb Sonneratia alba J. Sm Scaevola taccada (Gaertn) Roxb Pandanus tectorius Parkinson Pemphis acidula J.R Fors Hibiscus tiliaceus L Xylocarpus granatum Koen Ipomoea pes-caprae (L) Sweet Vitex ovata Thumb Barringtonia asiatica (L) Kurz Sesuvium portulacastrum (L) L
b. Pembentukkan Kelompok Pada tanggal 26 April 2012, Miyara Sumatera bersama perwakilan dari BHR telah melakukan sosialisasi informasi dasar tentang mangrove dan program untuk yang pertama kalinya. Dilanjutkan dengan FGD bersama masyarakat sekitar Desa Merak Belantung pada tanggal 31 Mei 2012. Dari FGD ini, telah berhasil dibentuk sebuah kelompok pelestari mangrove bernama “Bangkit Lestari” dengan jumlah keanggotaan mencapai sekitar 20 orang yang terdiri dari nelayan, petani, aparat desa, buruh, dan perwakilan dusun di Desa Merak Belantung. Saat ini, kelompok telah memiliki struktur organisasi 3
dan telah terlibat dalam aktivitas-aktivitas konservasi, termasuk penyimpanan bibit dan persiapan acara launching/peresmian program.
c. Pembibitan dan Penanaman Untuk persiapan penanaman, Miyara Sumatera telah membeli bibit-bibit mangrove yang terbaik (unggul dan bersertifikat) kepada organisasi mitra, yaitu dari masyarakat Pahawang dan LMC (Lampung Mangrove Center). Tidak hanya membeli bibit yang terbaik, tetapi pemilihan pembelian bibit juga mempertimbangkan kontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat pesisir. Bibit yang dibeli melalui Pahawang dan LMC merupakan bibit yang berasal dari ekosistem mangrove terbaik dan dikelola oleh masyarakat lokal, sehingga berdampak pada pemberdayaan lingkungan dan ekonomi masyarakat pesisir.
Untuk pembelian bibit melalui Pahawang, berjumlah sekitar 5 ribu bibit. Sementara bibit yang didatangkan dari LMC, terdapat sekitar 20 ribu bibit, sehingga total bibit yang dimiliki adalah sekitar 25 ribu bibit. Saat ini bibit terdapat di lokasi penyimpanan bibit di kawasan dekat Dusun Serdang Jaya. Untuk jenis bibit yang telah dibeli dan akan ditanam, rincian jenis dan deskripsinya, terdapat pada tabel di bawah ini. Bibit termasuk yang kelak ditanam secara perdana oleh perwakilan dari BHR dan Miyara Sumatera, serta tamu undangan lainnya yang kemudian diikuti oleh penanaman di hari yang sama dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 250 bibit. Jenis Rhizophora mucronata (bakau betul, bakau hitam)
Karakteristik Bunga berkelompok, 4-8 kuntum. Daun mahkota putih, berambut panjang hingga 9 mm. Buah bentuk telur, hijau kecoklatan, 5 – 7 cm. Hipokotil besar, kasar dan berbintil, panjang 36 – 70 cm. Leher kotiledon kuning jika matang. Memiliki batang berwarna hitam memecah datar. Toleran terhadap substrat yang lebih keras dan berpasir. Lebih menyukai substrat/lahan yang tergenang dalam dan kaya humus. 4
Jarang sekali didapati di tempat yang jauh dari pasang surut. Rhizophora apiculata (bakau tandok, bakau akik, bakau kacang)
Tandanya, dengan warna kemerahan pada tangkai daun dan sisi bawah daun. Bunga biasanya berkelompok dua-dua, dengan daun mahkota gundul dan kekuningan. Buah kecil, coklat, panjangnya 2 – 3,5 cm. Hipokotil dengan warna kemerahan atau jingga, dan merah pada leher kotiledon bila sudah matang. Panjang hipokotil sekitar 18 – 38 cm. Menyukai tanah berlumpur halus dan dalam, yang tergenang jika pasang serta terkena pengaruh masukan air tawar yang tetap dan kuat.
Rhizophora Stylosa (bakau, bako kurap, slindur, bako)
Bakau kecil ini umumnya hanya tumbuh sampai dengan tinggi sekitar 10 m. memiliki bunga dalam kelompok besar, 8-16 kuntum, kecil-kecil. Daun mahkota putih, berambut panjang hingga 8 mm. Buah coklat kecil, panjang s/d 4 cm. Hipokotil berbintil agak halus, 20-35 cm (kadang-kadang 50 cm). Leher kotiledon kuning kehijauan ketika matang. Bakau ini menempati habitat yang paling beragam. Mulai dari lumpur, pasir sampai pecahan batu atau karang. Mulai dari tepi pantai hingga daratan yang mengering. Terutama di tepian pulau yang berkarang.
Avicennia alba Blume (api-api, sia-sia, unimorf)
Memiliki akar napas serupa paku yang panjang dan rapat, muncul ke atas lumpur di sekeliling pangkal batangnya. Daun-daun dengan kelenjar garam di permukaan bawahnya. Daun api-api berwarna putih di sisi bawahnya, dilapisi kristal garam. Ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut. Biji api-api berkecambah tatkala buahnya belum gugur, masih melekat di rantingnya. Dengan demikian biji ini dapat segera tumbuh sebegitu terjatuh atau tersangkut di lumpur.
d. Transfer & Sharing Knowledge kepada Staf GEK & KNR/KLTD Transfer & sharing knowledge diperlukan kepada seluruh pihak-pihak strategis untuk kesuksesan program secara menyeluruh (wholistic) dan berkelanjutan (sustainable). Setelah melakukan sosialisasi terhadap masyarakat lokal, Miyara Sumatera juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan transfer & sharing knowledge mengenai mangrove dan program kepada staf GEK dan KNR-KLTD. Transfer & sharing knowledge kepada para staf GEK dibarengi dengan acara general meeting tahunan di mana turut hadir adalah Bapak Dwi Prasetyo sebagai General Manager GEK. Acara berlangsung pada Selasa, 12 Juni 2012, pada jam 2 siang di ruang seminar/serba guna di GEK. Sekitar 80 staf (dari total keseluruhan 5
mencapai sekitar 100 orang staf GEK) telah menerima pemahaman mengenai siapa dan apa yang dilakukan oleh Miyara Sumatera, pengetahuan dasar tentang mangrove, dan juga informasi terkait Program “Pohon untuk Negeri, Mangrove for Life,” sekaligus pentingnya keterlibatan staf GEK terhadap program. Sementara untuk transfer & sharing knowledge kepada para staf KNR-KLTD dilakukan pagi hari pada Jumat, 15 Juni 2012 di pelataran Pantai Embe. Acara didampingi oleh Bapak Dony. Acara dihadiri oleh 13 orang yang bekerja di sekitar kawasan KNR mencakup berbagai divisi dan job desk. Pemahaman yang disampaikan adalah mengenai profil Miyara Sumatera, pemahaman dasar tentang mangrove, informasi program, dan peran aktif/keterlibatan para staf kawasan dalam kesuksesan program konservasi mangrove. 4.2. Penyelenggaraan Peresmian Program Konservasi dan Penanaman Perdana Acara bertajuk “Peresmian Program Konservasi dan Penanaman Perdana Pohon Mangrove” telah berhasil diselenggarakan melalui kepanitiaan bersama antara pihak BKR dan Miyara Sumatera. Acara diselenggarakan pada:
Hari dan tanggal Pukul Tempat Pidato
: Kamis, 14 Juni 2012 : 10:00 – selesai : Pantai Embe, Merak Belantung : Bapak Nugroho Santosa (Group Head Resort Development, BHR) Ibu Irma Hutabarat (Pendiri dan Ketua Miyara Sumatera) Bapak Syaiful Bachri (Kepala Dinas Kehutanan, mewakili Bupati Lamsel)
Acara telah dihadiri oleh sekitar 70 peserta, mencakup perwakilan berbagai unit usaha Bakrieland, pejabat pemerintah daerah, akademisi, aparat desa, masyarakat lokal, komunitas lingkungan, dan media massa. Pada acara yang berlangsung sekitar 3 jam ini, para pembicara (pemberi pidato) telah meresmikan dimulainya Program “Pohon untuk Negeri, Mangrove for Life” yang dilaksanakan atas kerja sama BHR dan Miyara Sumatera. Melalui pidato tersebut, sekaligus menjadi upaya sosialisasi program dan pemahaman mengenai pentingnya pelaksanaan program konservasi bagi semua pihak secara lingkungan, sosial-budaya, dan ekonomi terkait pada pelestarian hutan mangrove di Merak Belantung. Setelah pidato berlangsung, kegiatan dilanjutkan dengan penanaman perdana pohon mangrove di sepanjang muara sungai yang berbatasan dengan Pantai Tanjung Beo dan Pantai Embe. Tamu dan peserta VIP yang turut berpartisipasi dalam penanaman perdana, terdiri dari perwakilan:
6
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Bapak Nugroho Santosa (BHR). Ibu Irma Hutabarat (Miyara Sumatera). Bapak Syaiful Bachri (Dinas Kehutanan Lamsel). Bapak Idrus Djaendar Muda (Komisaris KNR). Bapak Afif (UNILA). Bapak Dwi Prasetyo (GEK). Ibu Erna Rochana (LMC). Bapak Rizal Fauzi (BLHD Lamsel). Bapak Djazuli (BTMC). Masyarakat lokal Desa Merak Belantung. Jurnalis/media massa.
Usai melakukan penanaman perdana yang dibarengi dengan atraksi kano dari tim GEK, aktivitas dilanjutkan dengan wawancara bersama rekan-rekan jurnalis dari berbagai media massa lokal. Sementara para peserta lainnya – setelah melakukan penanaman – memulai menikmati kelapa segara dan santap siang bersama, para rekan jurnalis ditemani oleh perwakilan Miyara Sumatera dan BHR-KNR, ikut menemani wartawan melakukan kunjungan lapangan (peliputan) menuju kawasan mangrove di mana terdapat tempat penyimpanan bibit.
V. Hambatan & Tantangan Hambatan dan tantangan selama penyelenggaraan acara, meliputi: a. Persiapan lahan Karena lokasi acara dipusatkan di area Pantai Embe, maka penanaman pun akhirnya dilakukan di sepanjang muara sungai di Pantai Embe sebagai area terdekat dan bagian penting dari ekosistem mangrove. Bagi Miyara Sumatera, persiapan lahan menjadi tantangan sebab medan/lokasi penanaman memiliki kontur yang miring, tidak rata, berlumpur, dan penuh karang, sehingga perlu persiapan khusus. Apalagi, sebelumnya area tersebut menjadi area pembuangan dan pembakaran sampah di sekitar Pantai Embe di mana banyak sekali ditemukan sisa pembakaran, sampah plastik, sampah organik, serta pecahan kaca (beling). Untuk pembersihan lahan, Miyara Sumatera berkoordinasi dengan pihak kawasan, sementara untuk persiapan lubang tanam, bibit, dan perlengkapan tanam, kami bekerja sama dengan kelompok “Bangkit Lestari” yang bekerja hingga malam sebelum penyelenggaraan acara. b. Konfirmasi dan kedatangan tamu dan peserta acara (termasuk media massa)
7
Agar acara berjalan secara efektif dan tujuan dari acara dapat tersampaikan kepada seluruh pihak terkait, maka tamu dan peserta undangan diberikan kepada beragam kelompok, meliputi pejabat pemerintah, aparat desa, masyarakat lokal, akademisi, media massa, dan komunitas lingkungan. Untuk mengundang beberapa pejabat pemerintah, konfirmasi menghadapi tantangan pada birokrasi dan kompleksitas kontak person yang hendak dikonfirmasikan kedatangannya. c. Tantangan jarak dan lokasi (kendala transportasi) Karena tidak berada di pusat kota, maka pertimbangan jarak dan lokasi kerap menghadapi kendala bagi tamu/peserta undangan yang berasal dari luar kota (di luar Kalianda), apalagi tidak ada transportasi publik yang baik di kawasan Merak Belantung. Beberapa tamu, seperti komunitas dan jurnalis, berhalangan untuk hadir karena kesulitan akses transportasi. Meski begitu, sebagian besar undangan masih tetap datang dengan mempertimbangkan pentingnya acara dan kehadiran mereka guna menjalin kemitraan. Serta, lokasi acara yang berada di dekat pantai dan bersinggungan langsung dengan ekosistem mangrove, di sisi lain, memberikan nilai lebih bagi estetika acara. d. Undangan dan materi acara Untuk persiapan (cetak) undangan, sebagian tidak dikirim karena mengalami keterlambatan. Undangan baru siap dikirim jelang 2 hari sebelum acara, sehingga sebagian undangan tidak dapat secara efektif dikirim. Untuk materi acara, karena pertimbangan penempatan logo dan kesepakatan desain, juga harus mengalami perbaikan beberapa kali. e. Tantangan koordinasi Penyelenggaraan acara merupakan kepanitian bersama antara tim BHR dan Miyara Sumatera, meski menjadi tantangan dalam hal koordinasi, namun komunikasi dapat berjalan dengan baik di antara dua pihak. Selain itu, Miyara Sumatera juga berkoordinasi dengan masyarakat lokal kelompok “Bangkit Lestari” guna keterlibatan mereka dalam acara melalui kehadiran sebagai peserta maupun dalam aktivitas penanaman di mana para tamu didampingi (dibantu) langsung oleh masyarakat lokal yang telah dilatih sebelumnya dalam proses persiapan lahan dan penanaman mangrove.
VI. Capaian Hasil yang dicapai dari penyelenggaraan acara “Peresmian Program Konservasi dan Penanaman Perdana Pohon Mangrove,” meliputi: a. Telah diresmikannya Program “Pohon untuk Negeri, Mangrove for Life,” oleh pihak BHR, Miyara Sumatera, dan Dinas Kehutanan Lamsel (mewakili Bupati) di hadapan stakeholders terkait di Lampung Selatan. d. Telah ditanamnya pohon mangrove secara perdana oleh BHR, Miyara Sumatera, pejabat pemerintah daerah, dan stakeholders terkait lainnya. Momen ini sekaligus dimulainya aktivitas penanaman mangrove secara serempak pada tahap pertama. e. Telah disosialisasikannya Program “Pohon untuk Negeri, Mangrove for Life,” kepada pihak internal perusahaan (unit usaha Bakrieland lainnya), pemerintah, masyarakat lokal, komunitas lingkungan, dan publik (media massa). Dampak dari pencapaian sosialisasi ini, adalah: - Para tamu/peserta acara (sekitar 70 orang dari berbagai pihak terkait di Lamsel) telah tahu
8
-
mengenai program konservasi mangrove yang dilakukan oleh BHR dan Miyara Sumatera di KNR, Merak Belantung. Terjalinnya komunikasi dan kemitraan yang dengan masyarakat lokal Desa Merak Belantung. Potensi kerja sama dan kemitraan dengan stakeholders terkait di Lamsel. Publikasi berupa liputan di berbagai media massa lokal dan nasional (elektronik, cetak, dan online).
VII. Kehadiran Peserta Untuk peserta yang dikonfirmasi dan diharapkan untuk hadir oleh Miyara Sumatera pada acara peresmian program, awalnya berjumlah 35 orang, meliputi: - Kepala Desa (aparat desa) dan masyarakat lokal di sekitar Desa Merak Belantung. - Pejabat/perwakilan lembaga pemerintah (Dinas Kehutanan Lampung Selatan dan Polisi Pariwisata Lampung Selatan). - Akademisi (UNILA). - Komunitas dan OMS/Organisasi Masyarakat Sipil (Lampung Mangrove Center, Mitra Bentala, Kawan Tani, Pilar, dan kelompok mahasiswa pecinta alam/Mapala). - Media massa (Lampung TV, Kantor Berita Antara, Lampung Post, Radar TV, dan Radar Lampung).
Namun, Kepala Desa Merak Belantung berhalangan untuk hadir karena berbenturan dengan jadwal tugas di luar kota. Untuk komunitas, banyak yang tidak hadir karena ketiadaan kontak person dan letak geografis yang berada di Bandar Lampung. Sementara kehadiran media massa/jurnalis, sebagian datang memenuhi undangan dan sebagian lainnya berasal dari media massa yang semula tidak ditargetkan untuk hadir. Peserta acara yang berhasil dihadirkan oleh Miyara Sumatera adalah 47 orang (melebihi target awal). Mereka yang hadir, adalah: - Aparat desa dan masyarakat lokal sekitar Desa Merak Belantung (31 orang). - Pejabat/perwakilan lembaga pemerintah (2 orang dari Dinas Kehutanan Lampung Selatan dan 3 orang dari Polisi Pariwisata Lampung Selatan). - Akademisi (2 orang dosen dan 3 orang mahasiswa dari UNILA). - Komunitas dan OMS (1 orang dari Lampung Mangrove Center). - Media massa/jurnalis (masing-masing 1 orang dari 5 media massa, yaitu TVRI, Lampung Post, Radar Lampung, Tribun Lampung, dan Harian Ekspres).
9
VIII. Publikasi Media Meski hanya terdapat 5 jurnalis yang hadir mewakili 5 media massa, namun jumlah publikasi liputan acara “Peresmian Program Konservasi dan Penanaman Perdana Pohon Mangrove” melebihi jumlah jurnalis/media massa yang datang meliput. Ini dikarenakan oleh penyebaran informasi oleh individu jurnalis yang datang serta sebaran informasi dan pers rilis oleh pihak humas Bakrieland Hotels & Resorts dan Miyara Sumatera.
Liputan acara dan feature program konservasi mangrove bisa ditemukan di Tribun Lampung, Lampung Post, TVRI, Berita Daerah, Investor Daily, Okezone, Jejakwisata.com, dan media massa lainnya yang masih terus menampilkan publikasi liputan selama program berlangsung. Sebelum penyelenggaraan acara “Peresmian Program Konservasi dan Penanaman Perdana Pohon Mangrove” ini, Miyara Sumatera juga telah melakukan kampanye bersamaan dengan program lain yang telah diterbitkan pada sejumlah publikasi nasional, seperti The Jakarta Post, Jakarta Globe, Sinar Indonesia Baru, Travel Club (majalah dan online), serta berbagai media massa lainnya. ***
10
11