PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN PASURUAN Luluk Khuroidah Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono No. 163 Malang e-mail :
[email protected]
Abstract: Field Development Planning the Food Security at District Pasurusan. The research described and analyzed the areas of food security planning in Kabupaten Pasuruan. The research used a descriptive method and qualitative approach. Data sources were derived from informants and documents. The data collecting technique used interview and documentations. Data were analyzed using an interactive model. The results of this study were the field of food security development planning in Kabupaten Pasuruan shows that it is dominated by a top down approach. Planning mechanisms through forums musrenbang and technocratic had generally been in accordance with the planning cycle of Conyers and Hills. Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) was less involved in planning where many of their proposals were proposed through agricultural extension workers (PPL). Keywords: planning, food security, top down, musrenbang and technocratic Abstrak: Perencanaan Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Kabupaten Pasurusan. Penelitian ini menggambarkan dan menganalisis bidang perencanaan keamanan pangan di Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif. Sumber data berasal dari informan dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan model interaktif. Hasil penelitian ini yaitu bidang perencanaan pembangunan keamanan pangan di Kabupaten Pasuruan menunjukkan bahwa itu didominasi oleh pendekatan top down. Mekanisme perencanaan melalui forum musrenbang dan teknokrat yang pada umumnya sesuai dengan siklus perencanaan Conyers dan Hills. Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) kurang terlibat dalam perencanaan ini, di mana banyak dari proposal mereka diajukan melalui penyuluh pertanian (PPL). Kata kunci: perencanaan, keamanan pangan, top down, musrenbang dan teknokratis
PENDAHULUAN Ketahanan pangan telah menjadi
masyarakat
bertanggung
isu global yang ditunjukkan oleh perhatian
mewujudkan
semua
berusaha
Pemerintah menyelenggarakan pengaturan,
dan
pembinaan, pengendalian dan pengawasan
mempertahankannya secara berkelanjutan.
terhadap ketersediaan pangan yang cukup,
Pembangunan
pangan
baik dalam jumlah dan mutunya, aman,
merupakan urusan wajib pemerintah yang
bergizi, beragam, merata dan terjangkau
diamanatkan bahwa pemerintah bersama
oleh daya beli masyarakat, sedangkan
negara
meningkatkan,
untuk mencapai
ketahanan
291
ketahanan
jawab pangan.
Luluk Khuroidah, Perencanaan Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan 292
masyarakat
berperan
menyelenggarakan
dalam
produksi
dan
Kabupaten diperkuat
Pasuruan. dengan
Keadaan
kondisi
daya
ini beli
penyediaan, perdagangan dan distribusi,
masyarakat terhadap kebutuhan pangan.
serta sebagai konsumen yang berhak
Jika dilihat dari nilai Paritas Daya Beli
memperoleh pangan yang aman dan
(Purchasing Power Parity) Kabupaten
bergizi. Untuk itu diperlukan produksi
Pasuruan berada pada rangking ke 6 dari 8
pangan yang cukup dalam jumlah serta
Kabupaten/kota di Jawa Timur. Hal ini
beragam jenisnya.
menunjukkan bahwa daya beli masyarakat
Kabupaten Pasuruan adalah salah
Kabupaten Pasuruan masih rendah bila di
satu kabupaten di Jawa Timur yang
bandingkan dengan 5 Kota/kabupaten lain
berbasis pertanian. Hal ini dapat dilihat
di sekitar
dimana sektor pertanian masih sebagai
tersebut dapat dilihat pada tabel 1 dibawah
sektor dominan di Kabupaten Pasuruan
ini.
terutama tanaman pangan. Berdasarkan
Tabel 1 Nilai Paritas Daya Beli/ Purchasing Power Parity Tahun 2011
data Badan Pusat Statistik Kabupaten
NO
Pasuruan pada tahun 2011, produksi padi sebesar 589.461 ton, produksi jagung 174.862 ton, kedelai 21.460 ton, dan kacang tanah 8.705 ton. Ketahanan pangan Kabupaten Pasuruan jika dilihat dari aspek ketersediaan pangan sampai menunjukkan
surplus
saat
yaitu
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
ini pada
kabupaten Pasuruan.
Data
Purchasing Power Parity indeks Rangking 67,58 2 65,90 4 68,16 1
Kab/Kota Kota Malang Kota Batu Kota Pasuruan Kota Probolinggo Kab. Malang Kab. Lumajang Kab. Pasuruan Kab. Probolinggo
67,52
3
64,27 62,52 64,37
7 8 6
64,43
5
Sumber: BPS Kabupaten Pasuruan. Perencanaan pembangunan daerah
komoditas pangan padi, jagung, daging, telur dan gula, sedangkan pada komoditas
meliputi
ikan menunjukkan data yang cukup untuk
kewenangannya telah diserahkan kepada
dikonsumsi.
daerah.
Permasalahan dalam hal ketahanan pangan Pasuruan
seluruh
Secara
bidang
normatif
yang
perencanaan
pembangunan bidang ketahanan pangan di
Kabupaten
Kabupaten Pasuruan telah dilakukan sesuai
adalah dari aspek distribusi
dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun
yang
terjadi
di
pangan dan keterjangkauan pangan hal ini
2004
Tentang
Sistem
dapat dilihat dari masih ditemukannya
Pembangunan
daerah rawan pangan yang ditunjukkan
perencanaan tersebut diharapkan dapat
dari data hasil pemetaan 3 daerah rawan
menghasilkan
prioritas 2 dan 37 desa agak rawan di
pembangunan yang sesuai dengan tujuan
Nasional.
suatu
Perencanan Dengan
perencanaan
293 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2012, hlm. 291-306
pembangunan.
Namun
kenyatannya
"Administration has to do with getting
tidaklah seperti yang diharapkan, salah
things done, with the accomplishment of
satu masalah yang terjadi diantaranya
defined
adalah bahwa secara umum usulan yang
berkenaan dengan penyelesaian hal apa
muncul adalah yang berkaitan dengan
yang
sarana dan prasarana fisik. Oleh karena itu
tercapainya
untuk mengetahui apakah perencanaan
ditetapkan.
pembangunan bidang ketahanan pangan
objectives"
hendak
(administrasi
dikerjakan
tujuan-tujuan
Orientasi
dengan
yang
administrasi
telah
publik
yang dilakukan oleh Kabupaten Pasuruan
menurut Thoha (2010, h.93-94), sekarang
merupakan suatu perencanaan yang efektif
ini diarahkan kepada kepentingan dan
dan telah menampung aspirasi masyarakat
kekuasaan pada rakyat. Alasan seperti itu
harus
proses
teori administrasi publik lebih menekankan
dilakukan
pada program aksi yang berorientasi pada
analisis dan interpretasi, sehingga perlu
kepentingan publik. Sehingga eksistensi
kiranya untuk mengetahui lebih jauh
administrasi publik tidak hanya sekedar
tentang perencanaan pembangunan bidang
lukisan saja melainkan adanya manfaat
ketahanan pangan di daerah.
bagi kepentingan publik. Jadi administrasi
di
lihat
perencanaannya
bagaimana kemudian
Berdasarkan uraian tersebut
maka
publik lebih menekankan pada peranan
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
publik untuk mencapai tujuan. Peranan
bagaimanakah perencanaan pembangunan
administrasi publik pada dasarnya untuk
bidang ketahanan pangan di Kabupaten
mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
Pasuruan.
Oleh karena itu, setiap kegiatan dalam administrasi
publik
diupayakan
TINJAUAN PUSTAKA
tercapainya tujuan sesuai dengan yang
Konsep Administrasi Publik
direncanakan
Menurut The liang Gie dalam Silalahi (2007, h.9) definisi administrasi adalah
dan
mengandung
rasio
terbaik antara input dan output.
penataan
Perencanaan Menurut Faludi (1973, h.7-8) teori
terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan
perencanaan terdiri dari dua tipe yaitu
oleh sekelompok orang dalam suatu kerja
procedural theory dan substantive theory.
sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Procedural
Sedangkan Luther Gulick yang dikutip
mengembangkan
dalam Syafiie (2006, h.14) mengatakan
perencanaan dianggap sebagai serangkaian
segenap
rangkaian
kegiatan
theory
bersifat
teori
yang
keilmuan, general,
Luluk Khuroidah, Perencanaan Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan 294
prosedur untuk mencapai tujuan dalam
fakta yang akan digunakan sebagai bahan
perencanaan.
untuk
Terdapat
urutan
logis
melaksanakan
suatu
rangkaian
perencanaan yang mesti diikuti untuk
kegiatan / aktivitas kemasyarakatan, baik
menghasilkan rencana bergantung kepada
yang bersifat fisik (material) maupun
aspek administratif. Sedangkan substantive
nonfisik (mental dan spiritual), dalam
theory lebih mengarah kepada pemahaman
rangka mencapai tujuan yang lebih baik.
terhadap konsep dan metoda yang sesuai
Perencanaan pembangunan daerah
untuk memecahkan persoalan-persoalan
akan membentuk tiga hal pokok, yang
yang
meliputi:
dihadapi
dan
memberikan
perencanaan
komunitas,
fleksibilitas dalam merumuskan persoalan
menyangkut suatu area (daerah), dan
dan cara pemecahan persoalan tersebut.
sumber daya yang ada di dalamnya.
Proses
perencanaan
menurut
Sehingga dalam hal inilah penentuan
Conyers dan Hills dapat dilihat pada
prioritas perlu dilakukan yang dalam
Gambar 2.1. Proses Perencanaan .
prakteknya
dilakukan
melalui
proses
perencanaan (Riyadi dan Bratakusumah. 2004, h.7) Perencanaan pembangunan daerah juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan kebijakan dan program pembangunan daerah oleh Pemerintah
Provinsi
atau
Pemerintah
Kabupaten/Kota yang dilakukan secara terpadu bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah yang bersangkutan dengan
memanfaatkan
memperhitungkan Gambar 2.1. Proses Perencanaan . Sumber : Conyers dan Hills (1990, h.74)
kemampuan
dan sumber
daya, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta
Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan pembangunan
perkembangan
menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004,
mempunyai konsep yang sama dengan
h.7), adalah suatu proses perumusan
perencanaan pembangunan seperti yang
alternatif-alternatif
diuraikan oleh para ahli. Perencanaan
atau
keputusan-
keputusan yang didasarkan pada data dan
global.
memperhatikan Perencanaan
pembangunan daerah pada hakekatnya
pembangunan
daerah
bukanlah
295 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2012, hlm. 291-306
perencanaan dari suatu daerah, tetapi
disini adalah konsep ketahanan pangan
perencanaan untuk suatu daerah, dimana
tidaklah harus sama artinya dengan konsep
daerah
swasembada pangan. Bagi negara-negara
melakukan
berdasarkan
perencanaan
informasi
detil
seperti Taiwan dan Singapura misalnya,
menyangkut sumberdaya, permasalahan,
yang mempunyai tingkat konsumsi yang
dan potensi daerah setempat (Kuncoro,
relatif kecil tidak diperlukan swasembada
2004, h.46-47).
pangan untuk mencapai kondisi ketahanan
Pembangunan Ketahanan Pangan
pangan yang tangguh. Sebab kebutuhan
Ketahanan
yang
pangan
merupakan
pangan
negara-negara tersebut dapat
salah satu tujuan utama yang sekaligus
dipenuhi dari perdagangan pangan dunia
berfungsi
dengan mudah (Kartasasmita, 2005).
sebagai
instrumen
pembangunan. Sistem ketahanan pangan nasional merupakan salah satu landasan
METODE PENELITIAN
pembangunan sehingga sudah semestinya dijadikan
prioritas
penanganan
perhatian
pemerintah.
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
dan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan
Ketahanan
lokasi penelitian di Kantor Ketahanan
Pangan memenuhi kriteria barang publik
Pangan
sehingga
meski
Kabupaten Pasuruan. Sumber data dari
dilakukan pemerintah termasuk melalui
data primer dan data sekunder. Data
intevensi
primer diperoleh dari hasil observasi dan
pembangunannya
pasar.
Kebijakan
ketahanan
dan
Penyuluhan
Pertanian
pangan dievaluasi berdasarkan “minimum
wawancara
cost”,
sekunder berupa laporan, dokumentasi foto
bukan”
maximum
benefit”
(Simatupang, 2006, h.1).
dan
Pembangunan ketahanan pangan
dengan
tulisan-tulisan
informan.
yang
Data
berhubungan
dengan tujuan penelitian ini. Teknik
merupakan pondasi utama pembangunan
pengumpulan
nasional ke depan. Tanpa pembangunan
wawancara, dokumen dan triangulasi.
pangan
kesenjangan
Teknik analisis data dilakukan dengan
pemenuhan kebutuhan pangan, bahkan
langkah-langkah model analisis interaktif
kelaparan dan kurang gizi berkepanjangan
dengan prosedur reduksi data, penyajian
dapat
data
akan
terjadi
mengancam
ketahanan
sosial,
ekonomi dan politik nasional. Dengan demikian,
ketahanan
pangan
dan
data
menarik
verifikasi.
nasional
merupakan agregat dari ketahanan pangan rumah tangga. Yang perlu kita perhatikan
PEMBAHASAN
melalui
observasi,
kesimpulan
atau
Luluk Khuroidah, Perencanaan Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan 296
Perencanaan pembangunan bidang
pembangunan adalah suatu pengarahan
ketahanan pangan merupakan salah satu
penggunaan sumber-sumber pembangunan
bagian dari perencanaan pembangunan
(termasuk sumber-sumber ekonomi) yang
daerah di Kabupaten Pasuruan dimana
terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-
secara
tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih
menyeluruh
perencanaan
pembangunan itu menggunakan sumber
baik secara lebih efisien dan efektif.
daya yang ada untuk mencapai tujuan. Hal
Dalam
perencanaan
ini sesuai dengan pendapat Conyers and
pendekatan
Hills (1990, h.3) bahwa perencanaan
diperlukan.
merupakan suatu proses berkelanjutan
perencanaan
yang melibatkan keputusan atau pilihan
melibatkan masyarakat tidak menutup
tentang cara-cara alternatif menggunakan
kemungkinan
sumber daya yang tersedia untuk mencapai
macam kebutuhan kegiatan pembangunan
tujuan tertentu pada masa yang akan
oleh karena itu dibutuhkan suatu batasan
datang.
agar kegiatan yang direncanakan untuk Secara
perencanaan ketahanan
normatif
masih
sangat
Hal ini karena dalam suatu pembangunan
yang
menimbulkan
berbagai
mekanisme
suatu pembangunan tidak dan melebar
bidang
kemana-mana sehingga bisa terfokus pada
juga
menggunakan
tujuan yang di harapkan. Kondisi tersebut
perencanaan
pembangunan
juga
pembangunan pangan
mekanisme
top-down
suatu
didukung
Abe
(2005,
h.80)
secara umum dengan mengikuti berbagai
menyatakan bahwa suatu keinginan tentu
pendekatan yaitu: pendekatan atas turun
saja memiliki kadar subyektifitas yang
(top
tinggi dan cenderung tanpa
down),
(bottom-up),
pendekatan
bawah
naik
pendekatan partisipatif dan
pendekatan teknokratik.
(top-down)
penyampaian
Oleh sebab itu maka perencanaan
top-down ini
Perencanaan dengan pendekatan atas-turun
jelas.
merupakan arah/kebijakan
batas yang
agar
dilakukan
dapat
dengan tujuan
menghasilkan
suatu
perencanaan yang jelas dan mengarah pada suatu tujuan pembangunan
sebagaimana
pembangunan, strategi, potensi daerah dan
mestinya, sehingga
kemampuan keuangan daerah dari tingkat
dari rencana-rencana tersebut nantinya
pemerintahan yang lebih tinggi kepada
dapat mencapai tujuan secara optimal.
tingkat pemerintahan yang lebih rendah
Pada
sampai kepada masyarakat melalui forum
Pasuruan yang digunakan sebagai batasan
Musrenbang. Tjokroamidjojo (1994, h.12)
dalam perencanaan adalah RPJPD dan
menyatakan
RPJMD,
bahwa
perencanaan
pemerintah
diharapkan
daerah
sedangkan
pada
aplikasi
Kabupaten
bidang
297 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2012, hlm. 291-306
ketahanan pangan selain mengaju pada dua
menentukan suatu kebijakan publik untuk
hal tersebut juda mengacu pada Renstra
pembangunan
SKPD. Dalam renstra ini dijabarkan tujuan
masyarakat tidak dapat ditetapkan serta
dan
bidang
merta oleh pemerintah tanpa mengetahui
ketahanan pangan melalui program dan
kondisi yang sebenarnya, tetapi harus
kegiatan
berdasarkan aspirasi masyarakat, karena
sasaran
pembangunan
yang
ada
dengan
harapan
harus
perencanaan yang dilakukan dari tingkat
yang
bawah dapat terarah dan sesuai dengan
terbaik
arah tujuan pembangunan.
masyarakat itu sendiri.
(2004,
h.
54)
Kuncoro
mengerti
bagi
apa
yang
masyarakat
adalah
Riyadi
dan
bahwa
Bratakusumah (2004, h.309) menyatakan
perencanaan pembangunan saat ini masih
bahwa pembangunan termasuk kegiatan
banyak didominasi oleh pendekatan top-
perencanaan seharusnya berangkat dari
down, dimana
keinginan dan
memainkan
menyatakan
paling
melibatkan
pemerintah
peran
dalam
pusat
menentukan
dan
seyogyanya
alokasi anggaran untuk daerah tanpa
menemukenali
banyak memperhatikan prioritas lokal.
dari
Dalam menjaring aspirasi prakarsa
dimulai
dengan
potensi dan
kebutuhan
masyarakat sebagai
penerima
manfaat
dan
penanggung
resiko
pembangunan. Lebih lanjut Abe (2005, h.
Musrenbang adalah salah satu bentuk
28) menjelaskan bahwa suatu perencanaan
dalam perencanaan dengan pendekatan
yang
bawah-naik
dengan
melalui
masyarakat
forum
tersebut
masyarakat
dan
kemampuan
baik
adalah
perencanaan
yang
(bottom-up).
Perencanaan
mampu secara tepat menetapkan pilihan,
juga merupakan
perencanaan
yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.
partisipatif, di sini
Data atau informasi akan menjadi penentu
pendekatan
seluruh
pemangku
kepentingan
dalam proses ini. Semakin akurat data
pembangunan (stakeholders) diharapkan
yang ada, akan semakin baik perencanaan
ikut berpartisipasi di dalamnya. Partisipasi
bisa disusun. Dengan adanya partisipasi
masyarakat
masyarakat akan dapat lebih diketahui apa
dalam
perencanaan
pembangunan ditujukan untuk mengenali
keinginan
permasalahan
dilingkungan tersebut, selain itu mereka
dan
mengumpulkan
dan
akan
benar
oleh
bertanggungjawab atas segala hal yang
masyarakat, sehingga hasilnya ditujukan
menyangkut pembangunan yang mereka
untuk
rencanakan.
mencapai
secara
riil
tujuan-tujuan
sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Dalam
merasa
masyarakat
kebutuhan apa saja yang memang benardibutuhkan
lebih
kebutuhan
Hal
ini
memiliki
sesuai
dan
dengan
pendapat Conyers (1992, h.163) bahwa
Luluk Khuroidah, Perencanaan Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan 298
jika
masyarakat
implementasi
terlibat
rencana
dalam
apalagi
jika
pemerintah
daerah/perencanaan
teknokratik. Jalur masyarakat dimulai dari
memiliki kontrol atas sumber daya maka
Musrenbang.
kemungkinan besar masyarakat akan lebih
pembangunan bidang ketahanan pangan
merasa memiliki dan dihargai.
melalui jalur pemerintah dilakukan oleh
Dalam
rangka
perencanaan
Sedangkan
perencanaan
Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
pembangunan bidang ketahanan pangan
Pertanian.
idealnya harus ada keseimbangan antara
perencanaan melaui jalur pemerintah ini
pendekatan top down (atas bawah) dan
adalah program atau kegiatan seperti yang
bawah atas (bottom up) seperti apa yang
tercantum dalam Rancangan
diungkapkan oleh Kuncoro (2004, h.58)
Kerja Satuan
bahwa sistem perencanaan pembangunan
(Renja-SKPD).
dengan
dilakukan oleh Kantor Ketahanan Pangan
menggunakan pendekatan top
Hasil
keluaran
Kerja
Rencana
Perangkat Daerah
Perencanaan
dan
akan menjamin adanya keseimbangan-
diusahakan untuk memperhatikan aspirasi
keseimbangan antara prioritas nasional
kelompok
dengan aspirasi lokal dalam perencanaan
penyerapan aspirasi ini belum maksimal
pembangunan
dari
karena adanya kendala bahwa masyarakat
penjelasan informan dan dokumen yang
khususnya kelompok tani masih belum
dikaji oleh peneliti dapat diinterpretasikan
mengerti benar tentang program dan
bahwa dalam perencanaan pembangunan
kegiatan Kantor Ketahanan Pangan dan
bidang ketahanan pangan lebih banyak
Penyuluhan Pertanian .
menggunakan pendekatan top down hal ini
Didalam
Namun
disebabkan
karena
kurangnya
masyarakat
terkait
dengan
usulan
Pertanian
yang
down planning dan bottom up planning
daerah.
Penyuluhan
dari
tani,
pembangunan
meskipun
suatu daerah
telah
dalam
perencanaan pasti
akan
program
melibatkan berbagai unsur atau pihak baik
pembangunan bidang ketahanan pangan,
sebagai objek maupun sebagai subjek.
masyarakat dan stakeholder masih sangat
Tingkat
rancu
tersebut akan terbagi dalam berbagai
dengan
Ketahanan
keberadaan
Pangan
dan
Kantor
keterlibatan
Penyuluhan
macam
Pertanian dengan Dinas Pertanian dan
adanya
Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan.
diperlukan
Perencanaan
mekanisme
pembangunan
bidang
berbagai
fungsi dan peranan. perbedaan adanya
pihak
Dengan
tersebut
maka
koordinasi
dalam
perencanaan
proses
ketahanan pangan dilakukan melalui dua
pembangunan, sehingga diharapkan proses
jalur yaitu jalur masyarakat dan jalur
pembangunan dapat dilaksanakan secara
299 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2012, hlm. 291-306
sinergis dan harmonis antara pihak-pihak
Perangkat
yang terlibat. Riyadi dan Bratakusumah
dalam
(2004, h.310) mengungkapkan koordinasi
kegiatan yang akan dimuat dalam Renja-
dalam
SKPD. Pada tingkat kabupaten yaitu
pembangunan pada
hakikatnya
rangka
merupakan upaya untuk menyerasikan dan
musrenbang
menyelaraskan
dilakukan
aktivitas-aktivitas
Daerah
(Renja-SKPD)
menetapkan
kabupaten, dalam
rangka
dan
prioritas
koordinasi menentukan
pembangunan yang dilaksanakan oleh
prioritas pembangunan daerah namun di
berbagai komponen, baik pemerintah,
Kabupaten Pasuruan forum SKPD baru
swasta
Dalam
dilakukan pada tahun 2012. Hal ini tidak
hendaknya
sesuai dengan surat edaran menteri yang
maupun
pelaksanaannya, diterapkan
masyarakat. koordinasi
dalam
keseluruhan
proses
seharusnya
forum
SKPD
harus
pembangunan sejak dari perencanaan,
dilaksanakan berurutan sesuai dengan
pelaksanaan,
tahapan yang harus dilalui.
pengendalian
dan
pengawasan sampai dengan evaluasinya. Dalam
perencanaan
menggunakan gabungan pendekatan atas-
pembangunan bidang ketahanan pangan di
turun (top down), pendekatan bawah-naik
Kabupaten Pasuruan melalui beberapa
(bottom up) dan pendekatan partisipatif
tahapan koordinasi dengan melibatkan
secara bersamaan. Perencanaan dengan
banyak pihak. Tahapan koordinasi tersebut
pendekatan atas-turun (top down), berupa
dimulai dari musrenbang desa/kelurahan
penyampaian
sampai dengan musrenbang kabupaten.
pembangunan, strategi, potensi daerah, dan
Koordinasi
kemampuan
dilakukan
proses
Musrenbang dilaksanakan dengan
di
tingkat
melalui
desa/kelurahan.
desa/kelurahan
forum
Sedangkan
arah/kebijakan
keuangan
daerah
musrenbang
masyarakat.
Sedangkan
di
bawah-naik
(bottom
tingkat
kepada
pendekatan up)
berupa
kecamatan, koordinasi dilakukan melalui
penjaringan aspirasi dan prakarsa dari
forum
Pada
masyarakat. Pendekatan partisipatif berupa
selanjutnya
pelibatan berbagai komponen pemegang
adalah pada tingkat dinas atau disebut
peran pembangunan (stakeholders) dalam
dengan Forum Satuan Kerja Perangkat
perencanaan
Daerah (Forum SKPD). Pada forum ini,
maksud agar perencanaan pembangunan
koordinasi
tersebut efektif dan dapat mengakomodasi
musrenbang
perencanaan
kecamatan.
pembangunan
mensinkronkan
dilaksanakan prioritas
untuk kegiatan
pembangunan dari berbagai kecamatan dengan Rancangan Rencana Kerja Satuan
pembangunan
dengan
aspirasi masyarakat. Pada
setiap
tahapan
forum
Musrenbang, tidak dimungkinkan untuk
Luluk Khuroidah, Perencanaan Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan 300
melibatkan seluruh masyarakat oleh karena
sangat jarang muncul dalam musrenbang.
itu
Dalam hal ini sebaiknya pemerintah
diwakili oleh
unsur-unsur
dalam
masyarakat yang dianggap strategis, yang
hendaknya
lebih
intensif
mau
atau
pemahaman
dan
memberikan
mampu
memberikan
sosialisasi
partisipasinya
dalam
perencanaan
masyarakat tentang keseimbangan aspek
pembangunan.
Strategis,
dalam
arti
fisik dan non fisik dalam pembangunan.
memiliki posisi yang menentukan dalam
Dalam proses koordinasi perencanaan
masyarakat (menjadi panutan masyarakat).
pembangunan bidang ketahanan pangan
Mau, dalam arti bersedia secara sukarela
forum SKPD baru dilaksanakan pada
menyumbangkan tenaga, pemikiran, dan
tahun 2012. Forum SKPD ini adalah suatu
waktunya. Mampu, dalam arti sanggup
forum yang mempertemukan antara Kantor
memberikan
Ketahanan
bahwa
kontribusinya,
untuk
terlibat
mengingat
dalam
Pangan
dan
kepada
Penyuluhan
proses
Pertanian dengan Stakeholder. Adanya
penyusunan rencana pembangunan dan
forum ini akan lebih banyak menampung
menghasilkan rencana yang berkualitas
usulan dari para pemangku kepentingan
dibutuhkan beberapa persyaratan antara
sehingga program ataupun kegiatan dapat
lain: memahami permasalahan dan cara
tepat sasaran. Selama ini stakeholder
mengatasinya (cukup memiliki wawasan),
kurang dilibatkan dalam forum koordinasi
mampu
tingkat
berkomunikasi
(diskusi),
SKPD
sehingga
perencanaan
memahami makna demokrasi, memahami
pembangunan bidang ketahanan pangan
proses
kurang tersosialisasi ini berujung pada
pengambilan
keputusan,
dan
mengutamakan kepentingan umum.
usulan
Pada umumnya di masyarakat level
yang
terkait
dengan
bidang
ketahanan pangan sangat kurang dan
bawah, sangat sulit mendapatkan unsur-
berujung
unsur masyarakat yang memiliki semua
pembangunan bidang ketahanan pangan.
persyaratan tersebut. Oleh karena itu jika
Hal ini sesuai dengan pernyataan Conyers
secara
(1992, h.82) bahwa hambatan dalam
umum
musrenbang
keluaran
desa/kelurahan
(output) didominasi
oleh usulan-usulan kegiatan yang bersifat fisik.
pada
gagalnya
perencanaan
perencanaan adalah kurangnya koordinasi. Perencanaan
bidang
ketahanan
Selain itu pembangunan yang
pangan termasuk pada teori substantif
bersifat fisik lebih mudah di lihat secara
(theory in planning) hal ini sesuai dengan
nyata
dapat
pernyataan Muluk (2007, h.13) bahwa
langsung bisa dinikmati berbeda dengan
teori substantif (theory in planning) lebih
usulan kegiatan yang bersifat non fisik
merujuk pada
perkembangannya
dan
bidang perhatian atau
301 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2012, hlm. 291-306
substansi bidang yang direncanakan, lebih
planning), menentukan tujuan perencanaan
lanjut lagi dikemukakan oleh Faludi (1993,
(specify planning goals), dan merumuskan
h 7-8) bahwa substantive theory lebih
tujuan (formulate objectives).
mengarah kepada pemahaman terhadap
B.
konsep dan metoda yang sesuai untuk memecahkan
Pengumpulan data termasuk salah
yang
satu tahap dalam proses penyusunan
dihadapi dan memberikan fleksibilitas
rencana pembangunan bidang ketahanan
dalam merumuskan persoalan dan cara
pangan. Pengumpulan data dan informasi
pemecahan
Oleh
mengenai permasalahan dan kondisi nyata
karena itu sangat diperlukan perencanaan
di lapangan, yaitu data potensi wilayah
teknokratik
pangan
terkait dengan ketahanan pangan seperti
terdiri dari beberapa tahapan perencanaan
kondisi pertanian, perikanan, peternakan
yaitu :
dan data pendukung lain yang bisa
A.
persoalan-persoalan
Pengumpulan dan Analisa Data
persoalan
bidang
tersebut.
ketahanan
Penentuan Tujuan
digunakan
sebagai
Pada perencanaan pembangunan
perencanaan, data dari lapangan seperti dari
tujuan
petugas gizi, PLKB, data usulan yang lalu
targetnya
mengacu
pada
Lapangan,
RPJMD Kabupaten Pasuruan tahun 2008-
yang
2013 dan Renstra Kantor Ketahanan
evaluasi
Pangan
Pertanian
kegiatan sebelumnya, aspirasi masyarakat
Kabupaten Pasuruan tahun 2008-2013
baik secara tertulis maupun secara lisan,
yang didalamnya memuat tentang visi,
kebijakan
misi dan tujuan pembangunan. Dengan
pembangunan pemerintah daerah, produk
adanya acuan tersebut digunakan sebagai
hukum daerah, sumber dana dan informasi
dasar dari proses perencanaan dan sesuai
lain
terkait
dengan
dengan Conyers dan Hills (1990, h. 74)
pemerintahan
daerah
masuk pada tahap pertama yaitu The
ketahanan
decision to adopt planning, keputusan
dikumpulkan dan dianalisis oleh Kantor
awal
perencanaan
Ketahanan
Pangan
sebagai alat untuk memecahkan masalah
Pertanian.
sehingga
pembangunan mencapai tujuan dan sasaran
sebagai dasar dari perencanaan apa yang
hasil yang diinginkan. Pada tahap ini
dibuat, dari data akan dapat diketahui gap
ditetapkan
organisasi
antara data potensial dan data aktual
(establish organisational framework for
sehingga akan dapat dilihat permasalahan
dan
untuk
Penyuluhan
mengadopsi
kerangka
kerja
belum
Pertanian
analisa
bidang ketahanan pangan dalam penentuan dan
Penyuluh
bahan
terakomodir,
pelaksanaan
dan
pangan.
data
hasil
program
dan
strategi
umum
penyelenggaraan untuk
Semua
dan dapat
bidang
data
tadi
Penyuluhan digunakan
Luluk Khuroidah, Perencanaan Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan 302
yang ada dan akan disusun perencanaan
menyangkut suatu area (daerah), dan
yang terbaik agar tujuan dapat tercapai.
sumber daya yang ada di dalamnya.
Melihat
dapat
Sehingga dalam hal inilah penentuan
diinterpretasikan bahwa pengumpulan data
prioritas perlu dilakukan yang dalam
merupakan salah satu tahapan terpenting
prakteknya
dalam proses perencanaan seperti apa yang
perencanaan (Riyadi dan Bratakusumah.
disampaikan oleh Blakely dalam Arsyad
2004, h.7). Sehingga dalam penyusunan
(2004, h.134), menyatakan bahwa salah
rencana harus berdasarkan skala prioritas
satu tahap yang paling penting dalam
sesuai dengan kebutuhan baik itu yang
perencanaan adalah pengumpulan dan
berupa pambangunan fisik maupun non
analisis data. Lebih lanjut Abe (2005, h.
fisik, hal ini lebih lanjut di pertegas oleh
28) menjelaskan bahwa suatu perencanaan
pernyataan
yang
yang
(2004, h.7), perencanaan pembangunan
mampu secara tepat menetapkan pilihan
adalah suatu proses perumusan alternatif-
yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.
alternatif atau keputusan-keputusan yang
Data atau informasi akan menjadi penentu
didasarkan pada data dan fakta yang akan
dalam proses ini. Semakin akurat data
digunakan
yang ada akan semakin baik perencanaan
melaksanakan suatu rangkaian kegiatan /
bisa disusun.
aktivitas
kondisi
baik
adalah
diatas
perencanaan
dilakukan
Riyadi
melalui
dan
sebagai
proses
Bratakusumah
bahan
kemasyarakatan,
baik
untuk
yang
Tahap penggumpulan dan analisis
bersifat fisik (material) maupun nonfisik
data ini juga sesuai dengan tahapan yang
(mental dan spiritual), dalam rangka
dikemukakan oleh Conyers and Hills
mencapai tujuan yang lebih baik.
(1990, h.74) yaitu collect and analyse
Secara
garis
besar
data, pada tahap ini dibutuhkan analisa
perencanaan
situasi
dan
ketahanan pangan diawali dengan : 1).
masalah perencanaan. Pengumpulan data
Penentuan tujuan yang disesuaikan dengan
dan analisa data merupakan bagian dari
RPJMD Kabupaten Pasuruan dan Renstra
identifikasi
membutuhkan
Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
sumber daya keuangan, tenaga kerja
Pertanian; 2). Pengumpulan dan analisis
terlatih dan akses ke berbagai macam
data yang diperoleh dari berbagai sumber
fasilitas.
seperti data potensial dan data aktual
untuk
menentukan
masalah,
sifat
Perencanaan pembangunan daerah
pembangunan
proses bidang
terkait dengan ketahanan pangan seperti
akan membentuk tiga hal pokok, yang
pertanian,
meliputi:
peternakan yang dapat dijadikan dasar bagi
perencanaan
komunitas,
perikanan,
perkebunan,
303 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2012, hlm. 291-306
perencanaan; dilakukan
3).
Koordinasi
sebagai
pemecahan
upaya
masalah
yang
identifikasi
perencanaan
pembangunan
bidang ketahanan pangan. Selaras dengan
proses
itu, Surat Edaran Bersama Menteri Negara
perencanaan untuk menentukan program
Perencanaan Pembangunan Nasional /
dan kegiatan prioritas diantara alternatif
Kepala BAPPENAS dan Menteri Dalam
pilihan
usulan
Negeri Nomor 0008/M.PPN/01/2007 dan
masyarakat dan pelaksanaannya melalui
050/264A/SJ tentang Petunjuk Teknis
forum musrenbang dan koordinasi internal
Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2007
yang dilakukan oleh Kantor Ketahanan
juga menegaskan bahwa Musrenbang di
Pangan dan Penyuluhan Pertanian; 4).
setiap tingkatan harus melibatkan peran
Penyusunan
seluruh komponen masyarakat termasuk
yang
Penyusunan
dalam
khususnya
diperoleh
rencana
dari
program/kegiatan.
perencanaan disesuaikan
kelompok
tani
sebagai
salah
satu
dengan acuan yaitu RPJMD Kabupaten
stakeholder
pembangunan
Pasuruan dan Renstra Kantor Ketahanan
didengarkan aspirasi dan kebutuhannya.
Pangan dan Penyuluhan Pertanian; 5).
Keterlibatan stakeholder
dalam
Pelaksanaan program dan kegiatan; 6).
perencanaan
Monitoring dan evaluasi.
ketahanan pangan masih kurang dalam
Dari disimpulkan perencanaan ketahanan
penjelasan bahwa
secara
pembangunan pangan
perencanaan
diatas
yang
sesuai disampaikan
pembangunan
untuk
bidang
dapat
mekanisme bottom up yaitu keterlibatan
umum
kelompok tani dalam musrenbang mulai
bidang
dari tingkat desa maupun sampai pada
dengan
tingkat kabupaten. Kelompok tani pada
oleh
tahun
2011
sudah
terlibat
dalam
Conyers and Hills (1990, h.74) sehingga
perwakilan sebagai stakeholder dalam
dapat
perencanaan
perencanaan meskipun kelompok tani yang
pembangunan bidang ketahanan pangan di
ikut dalam perencanaan di musrenbang
Kabupaten Pasuruan mendukung model
karena kebanyakan mereka merupakan
perencanaan Conyers and Hills.
perangkat desa atau tokoh masyarakat
dikatakan
bahwa
Dalam Undang-undang Republik
yang sebagian besar ikut serta dalam
Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang
musrenbang.
Sistem
kelompok tani yang terkait dengan bidang
Perencanaan
Pembangunan
Pada
pangan
saat
kurang
itu
usulan
Nasional telah memberikan ruang bagi
ketahanan
hal
ini
partisipasi seluruh pelaku pembangunan
disebabkan karena mereka cenderung lebih
termasuk kelompok tani untuk ikut terlibat
mengusulkan sarana dan prasarana fisik,
dalam perencanaan pembangunan daerah
kelompok tani belum begitu mengetahui
Luluk Khuroidah, Perencanaan Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan 304
tentang program dan kegiatan terkait
Kompleksitas persoalan ini terajut dari
dengan ketahanan pangan dan masih rancu
adanya dominasi elit lokal, lemahnya
dengan Dinas Pertanian dan Tanaman
kemauan
politik
Pangan. Namun secara riil kelompok tani
menjamin
partisipasi,
baru terlibat pada tahun 2012 dalam
organisasi
kemasyarakatan
pelaksanaan
rendahnya kesadaran masyarakat dalam
forum
Ketahanan
SKPD
Pangan
dan
Kantor
Penyuluhan
pemerintah belum
untuk kuatnya
lokal,
dan
berpartisipasi.
Pertanian yang mempertemukan antara stakeholder dengan Kantor Ketahanan
KESIMPULAN
Pangan dan Penyuluhan Pertanian. Dengan
Perencanaan pembangunan bidang
kurang dilibatkannya stakeholder dalam
Ketahanan Pangan dilaksanakan dengan
perencanaan
bidang
pendekatan
atas-turun
(top-down),
ketahanan pangan akan dapat menghambat
pendekatan
bawah-naik
(bottom-up),
berhasilnya
pendekatan partisipatif, dan pendekatan
pembangunan
suatu
perencanaan
pembangunan bidang ketahanan pangan.
teknokratik
Hal ini sesuai dengan pernyataan Abe
namun
(2005, h. 30) lebih lanjut mengatakan
pembangunan bidang ketahanan pangan
bahwa
didominasi oleh pendekatan atas bawah
kegagalan
perencanaan
lebih
dalam
realisasi
disebabkan
tidak
(top
(perencanaan
kecenderungan
down).
Mekanisme
substantif), perencanaan
perencanaan
terlibatnya massa rakyat dalam proses
pembangunan bidang ketahanan pangan
perencanaan.
melalui
Akibatnya,
apa
yang
beberapa
tahapan
koordinasi
diputuskan bukan mewakili kepentingan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan
rakyat,
Desa/Kelurahan,
melainkan
kepentingan
Musyawarah
sekelompok orang yang mengatasnamakan
Perencanaan Pembangunan Kecamatan, ,
rakyat.
Lebih
terlibatnya
alasan
kurang
Forum Satuan Kerja Pemerintah Daerah
tani
untuk
(SKPD) dan Musyawarah Perencanaan
dimungkinkan
masih
Pembangunan
kelompok
berpartisipasi rendahnya
lanjut
kesadaran
kelompok
Kabupaten.
Tahapan
tani
perencanaan teknokratik dilakukan oleh
terhadap perencanaan hal ini didukung
Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
juga oleh pernyataan Muluk (2010, h.6-7)
Pertanian dimulai dari penentuan tujuan,
bahwa peningkatan partisipasi masyarakat
pengumpulan
dalam pemerintahan daarah Indonesia
penyusunan rencana. Secara umum siklus
tidak segera tercapai tujuannya karena
perencanaan
menghadapi
ketahanan pangan telah sesuai dengan
berbagai
persoalan.
dan
analisa
pembangunan
data
dan
bidang
305 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2012, hlm. 291-306
siklus perencanaan Conyers and Hills
dengan profil Kantor Ketahanan Pangan
(1990, h.74). Keterlibatan stakeholder
dan
dalam proses perencanaan pembangunan
mengatasi faktor kelemahan dalam hal
bidang ketahanan pangan secara murni
Sumber Daya Manusia Perencana baik
kurang dilibatkan dalam
musrenbang,
secara kuantitas ataupun kualitas tenaga
merupakan
fungsional perencana di Kantor Ketahanan
sebagian
besar
mereka
Penyuluhan
Pangan
bertindak sebagai perangkat.
Kelompok
Kabupaten
tani juga belum begitu mengerti tentang
Pemerintah
program dan kegiatan ketahanan pangan.
melakukan pengadaan tenaga fungsional
dalam
perencanaan
Penyuluhan
Untuk
perwakilan sebagai tokoh masyarakat atau
Saran
dan
Pertanian.
Pasuruan,
Pertanian
disarankan
Kabupaten
agar
Pasuruan
perencana dan memberikan pendidikan
pembangunan ketahanan pangan adalah
seperti
sosialisasi
pemerintah
perencanaan kepada aparat struktural yang
terutama di tingkat desa/kelurahan tentang
ada. Dengan keikutsertaan aparatur dalam
perlunya
pendidikan
kepada
aparat
keterlibatan
Kelompok
Tani
bimbingan
teknis
perencanaan,
(bimtek)
maka
akan
Nelayan Andalan (KTNA) dalam berbagai
diperoleh suatu aparatur yang berkualitas
tingkatan
dari
dalam bidang perencanaan, yang tidak saja
musrenbang kelurahan, kecamatan sampai
dalam hal keahlian dan keterampilan
kabupaten.
perencana namun juga pada kompetensi
usulan
musrenbang
Terkait
yang
mulai
dengan
rendahnya
berhubungan
dengan
sesuai bidang tugasnya.
pembangunan bidang ketahanan pangan diperlukan
suatu
usaha
peningkatan
sosialisasi terhadap profil, program dan kegiatan dari Kantor Ketahanan Pangan Dan
Penyuluhan
Pertanian
sehingga
masyarakat atau stakeholder yang terkait lebih mengenal dan mengetahui apa itu Kantor
Ketahanan
Pangan
Dan
Penyuluhan Pertanian agar tidak lagi rancu keberadaannya dengan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan. Sosialisasi ini dapat dilakukan dengan dilakukan pada saat kegiatan penyuluhan, temu teknis dapat juga dengan memberikan brosur terkait
DAFTAR PUSTAKA Abe,
Alexander. 2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Pembauran. Yogyakarta Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Ekonomi Daerah. Yogyakarta:BPFE Baliwati YF, K Roosita. 2004. Sistem Pangan dan Gizi dalam Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta Bappenas, 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2010. Jakarta Conyers, Diana And Peter Hills. 1990. An Introduction to Development Planning in The Third World. John
Luluk Khuroidah, Perencanaan Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan 306
Wiley & Sons Chichester. New York Conyers, Diana. 1992. Perencanaan Sosial Dunia Ketiga Suatu Pengantar. Gajah Mada Uiversity Press. Yogyakarta. Faludi, Andreas. 1973. Planning Theory.Pergamon Press. UK Kartasasmita, Ginanjar. 1997. Administrasi Pembangunan, Perkembangan Pemikiran dan Praktiknya di Indonesia. Pustaka LP3ES Indonesia: Jakarta. Keban, Yaremis T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, teori dan Isu. Gava Media.Jakarta. Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Erlangga. Jakarta Muluk, Khairul. 2007. Kegagalan Pembangunan : Pelajaran Bagi Perencanaan Pembangunan Daerah. Spirit Publik. Vol 3, No. 1, April 2007 Hal. 7-14. Riyadi & Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah, Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Silalahi, Ulbert. 2007. Study Tentang Ilmu Admnistrasi, Konsep, Teori dan Dimensi, Sinar Baru Alensindo. Bandung. Simatupang, Pantjar. 2006. Kerangka Dasar Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional. Makalah disampaikan pada Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia. Manado Convention Centre, 18-20 Juni 2006. Soekartawi, 1990. Prnsip dasar Perencanaan Pembangunan. Dengan Pokok Bahasan Perencanaan Pembangunan daerah. CV rajawali. Jakarta Utara.
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Ilmu Administrasi Publik. Rineka Cipta. Jakarta. Thoha, Miftah. 2010. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Kencana Prenada Media Group. Jakarta Tjokroamidjojo, Bintoro 1994. Pengatar Administrasi Pembangunan. LP3ES. Jakarta Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan. Erlangga. Jakarta