PERENCANAAN MESIN ROLL PIPA HORIZONTAL DENGAN DIAMETER MAKSIMAL 1 ½ INCHI
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Ujian Sarjana Pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas IBA
Oleh :
OKTARONZI
06 32 0006
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBA PALEMBANG 2012
PERENCANAAN MESIN ROLL PIPA HORIZONTAL DENGAN DIAMETER MAKSIMAL 1 ½ INCHI
Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Syarat Ujian Sarjana Pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas IBA
Oleh OKTA RONZI
06 32 0006
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
Ketua Program Studi Teknik Mesin
Ir. SITI ZAHARA NURYANTI, MT
Ir. Ratih Diah Andayani, MT
ii
PERENCANAAN MESIN ROLL PIPA HORIZONTAL DENGAN DIAMETER MAKSIMAL 1 ½ INCHI
Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Syarat Ujian Sarjana Pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas IBA Palembang
Oleh : OKTA RONZI
06 32 0006
TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI,
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. ZAINAL ABIDIN, MT
Ir. H. ASMADI LUBAY, MT
iii
UNIVERSITAS IBA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN SKRIPSI
NAMA
:
Okta Ronzi
NPM
:
06 32 0006
JUDUL SKRIPSI
:
Perencanaan Mesin Roll Pipa Horizontal Dengan Diameter Maksimal 1 ½ Inchi
DITERIMA
:
SELESAI
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Zainal Abidin, MT
Ir. H. Asmadi Lubay, MT
Ketua Program Studi Teknik Mesin
Ir. Ratih Diah Andayani, MT
iv
MOTTO “ Berbuatlah sepenuh kemampuanmu, kelak kamu akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini” ( Q.S. Al Am-Nam 132 ) “Belajar dengan sungguh - sungguh untuk meraih ilmu yang bermanfaat “ “Terus Berusaha Hingga Akhir “ “Agama dan Ilmu pengetahuan Harus selalu seimbang “ Kupersembahkan untuk : Ayah dan Ibu Tercinta Saudari - Saudariku Tersayang Pembimbing yang telah membimbingiku My special in heart Almamater Semua orang yang menyayangiku dan memberikan ku semangat
v
ABSTRAK
Pipa canopy adalah kontruksi yang diinginkan sebagai pelindung dari trik matahari dan hujan. Di industry kecil pembentukan rangka pipa canopy masih menggunakan tenaga manusia. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kapasitas produksi dan hasil yang tidak memadai. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah mesin yang dapat mengatasi masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi, mesin ini di rancang otomatis dengan alasan untuk memudahkan pengoperasiannya dan dapat diharapkan menunjang industry kecil. Adapun tujuan dari perencanaan mesin roll pipa ini yaitu mampu menghitung elemen mesin yang digunakan antara lain, daya poros yang aman untuk mentransmisikan daya sesuai dengan perhitungan yang didapat. Dari hasil free body diagram mesin ini menggunakan motor listrik dengan daya 1,5 hp dan n 1 = 1420 rpm, daya yang direncanakan untuk mengeroll pipa Pd = 0,51 kw, sabuk yang digunakan = 992,94 mendekati standar 1016 mm. Dari hasil peritungan elemen mesin diperoleh, diameter poros 20 mm, bahan pasak yang di pakai = ST 37 dengan tegangan tarik = 37 kg/mm 2 , H= 5 mm, L = 25 mm, B = 5 mm. Kata kunci : canopy, industry kecil, elemen mesin.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan dan rahmat-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan pada Jurusan Teknik Mesin Universitas IBA Palembang dengan judul : “PERENCANAAN MESIN ROLL PIPA HORIZONTAL DENGAN DIAMETER MAKSIMAL 1 ½ INCHI ” Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik berupa kritik maupun saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan seksama. Keberhasilan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan petunjuk serta do’a dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Ibu Ir. Siti Zahara Nuryanti MT, Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas IBA Palembang 2. Ir. Ratih Diah Andayani, MT. Selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas IBA Palembang.
vii
3. Bapak Ir. Zainal Abidin MT, Selaku Pembimbing I Yang Telah Banyak memberikan Saran dan Bimbingan. 4. Bapak Ir. Asmadi Lubay MT, Selaku Pembimbing II Sekaligus Pembimbing Akademik Yang Telah Banyak Memberikan Saran Dan Bimbingan 5. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik IBA Palembang 6. Kakanda Mulyadi S,S.T.,M.T. yang selalu membantu dan memberikan saran dan bimbingan kepada penulis 7. Kedua Orang tuaku yang telah banyak memberikan dukungan, do’a dan motivasi baik berupa spiritual, moril maupun materil kepada penulis. 8. Saudari – saudari ku ( meli, melza dan melzi ) yang sangat ku sayangi dan kekasihku tercinta winda noprianti yang selalu memberikanku semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 9. Sahabat seperjuanganku dan Sahabat-sahabat terbaikku yang telah banyak membantu menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis mengharapkan demi sempurnanya Tugas Akhir ini.
viii
Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaaf bagi kita semua. Akhir kata, hanya kepada Allah SWT jualah segala rasa dan karsa tercurahkan dengan memohon ampunan dari-Nya. Palembang,
Juni, 2012
Penulis,
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................
v
ABSTRAK ................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vii
DAFTAR ISI ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang....................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah...............................................................
2
1.3
Tujuan Penulisan ................................................................
2
1.4
Batasan Masalah .................................................................
3
1.5
Metodologi Penulisan ........................................................
3
1.6
Manfaat ..............................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Klasifikasi Pompa Berdasarkan Aplikasinya .......................
5
2.2
Proses Manufaktor Pipa ......................................................
8
2.2.1
Seamless .................................................................
8
2.2.2
Butt-welded Pipe .....................................................
9
2.2.3
Spiral-welded Pipe ..................................................
9
2.3
Klasifikasi Jenis Pipa ..........................................................
10
2.3.1
Wrought Seamless Pipe ...........................................
10
2.3.2
Welded Pipa ............................................................
11
2.3.3
Cast Steel Pipe ........................................................
11
x
2.4
2.5
Mesin Roll ..........................................................................
12
2.4.1
Mesin Roll Manual ..................................................
12
Komponen Mesin Roll ........................................................
19
2.5.1
Poros .......................................................................
20
2.5.2
Bantalan ..................................................................
23
2.5.3
Pulley dan Sabuk .....................................................
24
2.5.4
Motor Elektrik .........................................................
28
2.5.5
Mur dan Baut ..........................................................
29
2.5.6
Pengelasan ..............................................................
31
2.5.7
Pasak .......................................................................
33
2.5.8
Rantai......................................................................
37
BAB III RANCANGAN BANGUN 3.1
Diagram Aliran ...................................................................
39
3.2
Desain Dasar Mesin Roll ....................................................
40
3.3
Prinsip Kerja Mesin Roll.....................................................
43
3.4
Perencanaan Alat ................................................................
44
3.1.1
Perencanaan Daya Motor.........................................
44
3.1.2
Perencanaan Poros ..................................................
49
3.1.3
Perencanaan Pasak ..................................................
60
3.1.4
Perhitungan Sabuk ..................................................
63
3.1.5
Perhitungan Bantalan ..............................................
65
3.1.6
Perhitungan Baut Pada Pulli yang Digerakkan Gaya Tangensial Poros .....................................................
66
3.1.7
Perhitungan Baut pada Dudukan Bantalan ...............
67
3.1.8
Perhitungan Baut pada Motor Listrik .......................
68
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1
Membuat Frame Tetap ........................................................
69
4.2
Merangkai Mesin Roll Pipa.................................................
81
xi
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan. ..........................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..
90
LAMPIRAN……………………………………………………………….
91
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Seamless Pipe (Tanpa Sambungan) .........................................
8
Gambar 2.2 Butt-welded Pipe ....................................................................
9
Gambar 2.3 Spiral Welded Pipe .................................................................
10
Gambar 2.4 Roll Penekuk Utama ...............................................................
13
Gambar 2.5 Roll Penahan Pipa ...................................................................
13
Gambar 2.6 Lempeng Besi Alat Manual.....................................................
14
Gambar 2.7 Rangka Profil U ......................................................................
14
Gambar 2.8 Klem Pencekam Pipa ..............................................................
15
Gambar 2.9 Profil L..... .......................................................................................
15
Gambar 2.10 Poros ....................................................................................
16
Gambar 2.11 Bentuk 2 Dimensi .................................................................
16
Gambar 2.12 Bentuk 3 Dimensi .................................................................
17
Gambar 2.13 Poros ....................................................................................
20
Gambar 2.14 Bantalan................................................................................
23
Gambar 2.15 Pulley ...................................................................................
25
Gambar 2.16 Konstruksi dan Ukuran Panampang Sabuk-V ........................
26
Gambar 2.17 Ukuran Sabuk .......................................................................
27
Gambar 2.18 Motor Elektrik ......................................................................
29
Gambar 2.19 Macam-macam Mur dan Baut ...............................................
30
Gambar 2.20 Jenis-jenis Sambungan Dasar ................................................
32
xiii
Gambar 2.21 Penampang Pasak dan Alur Pasak .........................................
35
Gambar 2.22 Gaya Geser Pada Pasak .........................................................
35
Gambar 2.23 Transmisi Rantai ...................................................................
37
Gambar 2.24 Model Rantai Roll.................................................................
37
Gambar 3.1 Desain Mesin Roll ..................................................................
39
Gambar 3.2 Desain Mesin Roll ..................................................................
40
Gambar 3.3 Tegangan Bengkok .................................................................
51
Gambar 3.4 Elemen Tegangan Mula-mula .................................................
54
Gambar 3.5 Elemen Tegangan Utama ........................................................
55
Gambar 3.6 Elemen Tegangan Geser Maksimum .......................................
55
Gambar 3.7 Lingkaran Mohr ......................................................................
56
Gambar 3.8 Pasak ......................................................................................
57
Gambar 3.9 Diagram Pemilihan SAbuk .....................................................
60
Gambar 3.10 Perhitungan Panjang Sabuk ..................................................
60
Gambar 4.1 Rangka Batang Penyangga ......................................................
66
Gambar 4.2 Rangkai Bagian Bawah ...........................................................
67
Gambar 4,3 Rangka Penahan Pipa Roll ......................................................
68
Gambar 4.4 Rangka Speedreducer .............................................................
68
Gambar 4.5 Gambar Membuat Rangka Penyambung I ...............................
70
Gambar 4.6 Gambar Membuat Rangka Penyambung 2 ..............................
70
Gambar 4.7 Rangka Roll Pipa 1 .................................................................
71
Gambar 4.8 Poros Roll 1 ............................................................................
72
Gambar 4.9 Poros Roll 2 ............................................................................
73
xiv
Gambar 4.10 Pipa Penahan Bearing Untuk Poros .......................................
74
Gambar 4.11 Pipa dan Alas ........................................................................
74
Gambar 4.12 Eretan Atas ...........................................................................
75
Gambar 4.13 Pemutar Eretan .....................................................................
76
Gambar 4.14 Pemutar handle bawah ..........................................................
76
Gambar 4.15 Tampak Atas.........................................................................
83
Gambar Tampak Samping Depan...............................................................
83
Gambar Tampak Samping Kanan...............................................................
84
Gambar Tampak Samping Kiri ..................................................................
84
Gambar Tampak Belakang .........................................................................
85
Gambar Poros Roll.....................................................................................
85
Gambar Pipa dan Alas................................................................................
86
Gambar Pemutar Hendle Bawah ................................................................
87
Gambar Eretan ...........................................................................................
87
Gambar Pemutar Eretan ............................................................................
88
Gambar Roll 1 dan 2 ..................................................................................
88
xv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Semakin
pesatnya
perkembangan
industri
sejalan
dengan
perkembangan pembangunan di Indonesia cukup banyak di dirikan industri dan bengkel-bengkel las untuk pembuatan tralis atau pagar-pagar rumah. Pada industri atau bengkel-bengkel banyak bagian-bagian yang dibuat dengan proses belding, salah satu contoh adalah bentuk lingkaran atau setengah lingkaran bahkan radius tertentu yang dibuat sebagai variasi untuk pagar, trali maupun canopy. Hasil produksi dengan menggunakan proses pembendingan untuk pembuatan bagian pagar atau trali di bengkel las masih mengalami kesulitan ukuran dan sering terjadi cacat produksi yang perlu di hindari. Di industri dengan pembentukan radius atau lingkaran dilakukan oleh tenaga manusia. Banyak faktor kekurangan jika pembentukan tersebut dilakukan oleh tenaga manusia. Salah satu kekurangan adalah kapasitas produksi akan menurun hal ini disebabkan karena relative terbatasnya tenaga manusia. Untuk itu diperlukan terobosan baru yang mampu mengatasi masalah tersebut. Terobosan itu berupa digantinya tenaga manusia dengan tenaga mekanik. Dengan tenaga mekanik bisa dipastikan proses produksi akan meningkat dengan kualitas yang lebih baik. 1
2
Dalam tugas akhir ini akan dibahas beberapa permasalahan dalam perencanaan tenaga mekanik yang dikenal dengan mesin bending pipa. Ada dua studi yang dilakukan dalam perencanaan mesin bending pipa, yaitu studi literaturn dan studi lapangan di bengkel las.
1.2 Rumusan Masalah Dalam
“Perencanaan
Mesin
Roll Pipa” muncul beberapa
permasalahan antara lain: 1. Bagaimana cara merancang elemen-elemen mesin pada mesin roll pipa. 2. Bagaimana proses pengerollan untuk pembuatan radius setengah lingkaran atau lingkaran.
1.3 Tujuan Tujuan dari perencanaan Mesin roll Pipa adalah: 1. Mampu menghitung elemen mesin yang digunakan antara lain: diameter poros yang aman untuk mentransmisikan daya sesuai dengan perhitungan. 2. Mengetahui dengan menghitung mekanisme kerja selama proses pengerollan pipa. 3. Mampu menghitung kapasitas produksi secara teoritik. 4. Sebagai permintaan dan membantu industri kecil di bidang konstruksi untuk meningkatkan kapasitas produksi yang di hasilkan
3
1.4 Batasan Masalah Untuk mencapai tujuan perancangan dan memperjelas lingkup permasalahan yang akan dibahas,maka perlu ditentukan batasan masalahnya, yaitu mengenal Mesin roll Pipa. Dimana dalam batasan masalah ini diperlukan parameter-parameter yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam pembahasan penulisan. Diantara parameter- parameter tersebut adalah: 1. Perhitungan macam sambungan diasumsikan aman untuk pemakaian (untuk pengoperasian). 2. Getaran yang terjadi selama proses kerja system tidak mempengaruhi proses permesinan. 3. Deformasi yang terjadi adalah homogen. 4. Benda kerja yang digunakan dalam perhitungan adalah pipa dengan diameter 1 ½ inchi
1.5 Metodologi Penulisan Untuk dapat merancang sebuah Mesin roll Pipa, maka analisa dan perancangan tersebut menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Studi literatur Studi literatur dilakukan dengan jalan mempelajari buku-buku pedoman serta hasil publikasikan ilmiah, serta melalui penelitian yang dilakukan penelitian lain yang berhubungan dengan perencanaan mesin roll, dalam rangka memperoleh dasar teori dan melengkapi perancangan.
4
2. Studi lapangan Studi lapangan ini dilakukan dengan survei langsung dibengkel, hal ini dilakukan dalam rangka pencarian data yang nantinya dapat menunjang penyelesaian tugas akhir ini. 3. Perhitungan Perencanaan Pehitungan ini dengan cara mengaplikasikan dasar teori yang telah yang ada dan menggunakannya dalam perhitungan perancangan, sehingga dapat diketahui mekanisme kerja yang diijinkan agar mesin roll pipa ini aman dan efisien dalam pengoperasiannya. 4. Analisa Dari hasil analisa ini akan diperoleh data-data yang nantinya dapat dipergunakan sebagai perbandingan terhadap mesin roll pipa manual. 5. Kesimpulan Kesimpulan diperoleh dan hasil perancangan, hasil perhitungan dan hasil analisa data yang telah dilakukan. Kesimpulan ini merupakan akhir dan perancangan tugas akhir ini.
1.6 Manfaat Dengan adanya Mesin Roll Pipa ini diharapkan dapat membantu Bengkel konstruksi Industri kecil maupun menengah dalam memproduksi dan mengatasi kendala-kendala yang ada sebelumnya sehingga terjadi peningkatan kualitas, maupun kualitas produksi dan maupu bersaing dengan industri dengan skala besar.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Klasifikasi Pipa Berdasarkan Aplikasinya Pipa adalah istilah untuk benda silinder yang berlubang dan digunakan untuk memindahkan zat hasil pemerosesan seperti cairan, gas, uap, zat padat yang dicairkan maupun serbuk halus. Material yang digunakan sebagai pipa sangat banyak diantaranya adalah: gelas, timbal, kuningan (brass), tembaga, plastik, alumunium, besi tuang, baja karbon, beton cor, dan baja paduan. Pemilihan material pipa akan sangat membingungkan sehingga perlu pemahaman mendalam untuk apa saluran/system pipa itu dibuat, mengingat setiap material memiliki keterbatasan dalam setiap aplikasinya. Berdasarkan Aplikasinya pipa ada 3 jenis yaitu: 1. Pipe 2. Pressure tubes 3. Mechanical tubes Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu persatu. 1. Pipe Berdasarkan klasifikasi penggunaan ( user) pipe dapat dikelompokan menjadi 6 yaitu: -
5
6
Standard pipe
Mechanical service pipe, untuk kepentingan mekanikal dan structural. Berdasarkan ketebalan dinding, dibagi menjadi 3 kelas yaitu : standard weight, extra strong, double extra strong ada dalam bentuk seamless dan welder berdiameter sampai 12 in.
Refrigeation pipe, untuk membawa refrigerant berdiameter 3/4 - 2 in
Dry-kiln pipe, digunakan diindustri kayu,diproduksi dalam ukuran ¾ , 1, 1 ¾ in.
Preassure pipe, digunakan untuk membawa fluida atau gas pada tekanan atau temperatur normal, subzherot atau tinggi berukuran 1/8 innominal size 36 in actual OD dengan berbagai ketebalan dinding.
Line pipe, dihasilkan dalam bentuk welded berukuran 1/8 in nominal OD sampai 36 in digunakan untuk membawa gas, minyak.
Water-well pipe, diproduksi dalam bentuk welded atau seamless dengan bahan steel digunakan untuk membawa air digunakan diperkotaan maupun industry, berukuran 1/8-96 in dengan berbagai ketebalan dinding.
Oil qounty goods, digunakan sebagai structural retainer untuk dinding sumur minyak atau gas dan juga untuk mengeluarkan
7
fluida yang tidak diinginkan dan untuk melindungi dan mengalirkan minyak atau gas dan sumber dibawah menuju permukaan tanah, casing dihasilkan dalam ukuran 4 /-20 in OD.
Ukuran standar pipa Diameter 12 in dan kurang dan 12 in memiliki nominal size yang menyatakan mendekati diameter pipa dalam.diameter luar nominal sudah standard, dengan mengabaikan berat, penambahan ketebalan dinding berarti akan memperkecil diameter dalam. Standard pipa diatas 12 in berdasarkan diameter luar actual ketebalan dinding dengan berat per ft.
2. Pressure Tubing Aplikasi melibatkan penggunaan panas ekstermal seperti pada boiler atau superheater.biasanya dan steel yang dihasilkan dan proses open hearth, hasic oxygen, electic flunace. 3. Mechanical tubing Diklasifikasikan berdasarkan metode manufaktur: Seamless tube Berukuran 0,187 in — 10,75 in OD Welded tube
8
2.2
Proses Manufaktur Pipa Pipa baja karbon dapat diproduksi dengan berbagai metode dengan karakteristiknya masing-masing meliputi kekuatan, ketebalan dinding, ketahanan korosi dan batasan suhu serta tekanan. Misalkan, pipa-pipa yang memiliki tebal yang sama tetapi bila dimanufaktur dengan metoda yang berbeda kemungkinan besar akan memiliki batas tekanan dan kekuatan yang berbeda-beda. Metode yang sering digunakan meliputi seamless, but-welded dan spiral-welded pipe manufacturing.
2.2.1
Seamless Seamless pipe dibuat dengan cam menusuk batang baja yang mendekati suhu cair (disebut billet) dengan menggunakan sebuah mandrel yang mana pipa ini tidak memiliki sambungan. Diagram pembuatan pipa seamless
(tanpa
sambungan)
dapat
dilihat
pada
berikut:
Gambar 2.1. Seamless pipe (tanpa sambungan)
gambar
9
2.2.2
Butt-welded pipe Butt-weldeed pipe dibuat dengan cam memasukkan pelat baja panas melalui pembentuk (shapers,shape rollers) yang akan merolnya menjadi bentuk batangan pipa yang berlubang. Penekanan yang sangat kuat pada kedua sisi-sisi pelat akan menghasilkan sambungan las. Diagram berikut ini menunjukkan pembentukan pipa butt-welded dan bahan dasar pelat hingga menjadi pipa proses pengerolan:
Gambar 2.2 Butt-welded pipe
2.2.3
Spiral-welded pipe Spiral-welded pipe dibuat dengan cara memuntir strip logam (pelat panjang dengan lebar sempit, seperti pita), menjadi bentuk spiral, seperti pola kriting rambut, kemudian dilas dimana ujung-ujung sambungan satusama lain membentuk sebuah sambungan. Pipa-pipa jenis ini terbatas pada system pemipaan yang menggunakan tekanan rendah karena tebal pipa yang tipis. Diagram berikut ini menunjukkan spiral-welded pipe sebelum dilas.
10
Gambar 2.3. Spiral Welded Pipe
2.3 Klasifikasi Jenis Pipa Terdapat banyak jenis pipa yang ada dipasaran diantaranya jenis pipa tersebut adalah: 1. Wrought Seamless Pipe 2. Welded Pipa 3. Cast Stell Pipe
2.3.1
Wrought Seamless pipe Material: -
Ferrous/steel
-
Ukurannya sampai dengan 26 in
-
Aluminium dan paduan aluminium
-
Copper dan paduan copper
-
Nikel dan paduan nikel
-
Titanium dan paduan tiranium
11
2.3.2
Welded Pipa Material: -
Ferrous/steel
-
Aluminium dan aluminium paduan
-
Copper dan coper paduan
-
Paduan nikel
-
Titanium dan paduan titanium
Proses untuk ferrous pipa:
2.3.3
-
Furnace-welded pipe
-
Fusion welded pipa
Cast Steel Pipe Material: -
Ferrous
-
Nonferrous (secara komersial : Nickel dan high-nickel alloys)
Cara Pembuatan: -
Static casting : terbatas pada ukuran pipa yang relative pendek, Misalnya valve dan fiting dibuat menggunakan sand casting
-
Centrifugal casting Lelehan baja yang dihasilkan dan electric arc atau induction furnace, dimasukkan ke dalam cetakan yang berputar dan kemudian logam akan memandat di bawah tekanan dari gaya sentrifugal.
12
Jenis-jenis mold: -
Mold yang mengandung remrned sand with binder
-
Mold dengan permukaan keramik
-
Mold logam permanent
Produk Pipa: -
Diameter luas 4 -54 in.
-
Panjanng sampai 30 ft (9,14)
-
Digunakan pada temperature dan tekanan tinggi (1050°F dan 800 psi)
2.4 Mesin Roll Ada beberapa macam mesin roll, diantaranya mesin bending manual dan bending otomatis 2.4.1
Mesin Roll Manual Pada Mesin bending manual ini, pipa yang akan dibending berdiameter 25mm, dan panjang setang untuk yang digunakan adalah 10 mm. Dalam perancangan alat penekuk pipa manual ini, dibutuhkan komponen-komponen yang terdiri dari: a) Roll penekuk utama Roll merupakan salah satu elemen dalam alat penekuk pipa yang berfungsi sebagal alat yang meneruskan gaya dan poros ke poros yang lain. Pada Perancangan alat penekuk pipa ini menggunakan roll yang
13
terbuat dan besi baja dengan ukuran tinggi 41 mm dan diameter D 137 mm dan d 144 mm.
Gambar 2.4. Roll penekuk utama b) Roll Penahan pipa Roll penahan pipa digunakan untuk menahan pipa yang akan di tekuk agar pipa tidak berubah posisinya dan mempermudah jalannya penekukkan pipa.
Gambar 2.5. Roll Penahan Pipa c) Lempengan besi Lempengan besi digunakan untuk merakit alat penekuk pipa yang di atasnya terdapat komponen-komponen anatara lain : Roll, poros, klem
14
pencekam pipa, mur baut, siku penahan puli, besi leter L untuk pemutar roll. Dan terdapat lubang untuk roll tersebut,
Gambar 2.6. Lempeng besi alat manual d) Besi profil U Besi siku digunakan untuk mengunci kedua roll pada roll penahan pipa agar roll dapat bergerak maju mundur dan beijalan sejajar sesuai yang diinginkan.
Gambar 2.7. R angka profil U
15
e) Klem Pencekam Pipa. Klem di gunakan mencekam pipa agar pipa sewaktu di tekuk tidak terlepas atau bergeser, sehingga pipa dapat ditekuk dengan sempurna.
Gambar 2.8 Klem Pencekam Pipa
f) Besi profil L Besi ini di Pasang pada roll utama dengan cara di las pada roll utama dan digunakan menggerakkan roll untuk menekuk pipa.
16
g) Poros Poros digunakan untuk menahan roll dan lempengan besi agar tetap menyatu.
Alat pengeroll pipa ini mempunyai bentuk seperti gambar dibawah ini:
17
Keterangan gambar: 1. Besi Profil L untuk menekuk 2. Pili Penekuk 3. Puli Penahn pipa 4. Klem pencekam pipa 5. Kerangka 6. Besi siku 7. Baut pendorong 8. Tuas pendorong 9. Lempengan besi 10. Baut ukuran 12
18
Cara pengoperasian Alat pengeroll Pipa Manual: Pipa yang akan di tekuk dipotong sesuai ukuran yang di inginkan pengoperasian alat penekuk pipa melalui beberapa tahap yaitu: 1. Masukkan pipa melalui sampmg kin hingga masuk ke klem pencekam pipa. 2. Putar tuas pendorong roll penahan pipa hingga roll tersebut menempel pada pipa yang akan di tekuk. 3. Kencangkan klem pencekam pipa agar pipa tidak bergerak saat ditekuk. 4. Pasang stang tambahan yang digunakan untuk bantuan menekuk pipa. 5. Setelah semuanya siap diputar stang dengan perlahan dan putarannya berlawanan arah jarum jam, dengan roll penekuk ikut bergerak. Spesifikasi Alat pengeroll Pipa 1. Spesifakasi alat: -
Alat pengeroll pipa ini hanya dapat digunakan untuk menekuk pipa yang berdiameter 25 mm.
-
Alat pengeroll pipa ini digunakan untuk menekuk pipa yang terbuat dan pipa ST 37.
2. Batasan Penekuk Pipa -
Penekuk tidak bisa dilakukan bila sudutnya mencapai 360° atau melebihi sudut 360° Penekukan pipa dapat dilakukan bila sudutnya dibawah sudut 360°.
19
Mesin Otomatis Pada mesin roll dengan penggerak motor ini pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama dengan mesin roll manual, yaitu mengunakan roll sebagai penahan pipa agar tidak berubah posisinya.Tetapi bedanya adalah media penggerak dan pemutar roll. komponen yang menjadi tambahannya adalah motor dan speed reducer. roll di hubungkan dengan poros yang mentransmisikan putaran dari motor dan speede reducer. Sebagai penghubungnya di gunakan rantai dengan tujuan agar tidak terjadi slip.
2.5 Komponen Mesin Roll Dalam perancangan suatu alat ini dibutuhkan beberapa komponen pendukung yang sering dijumpai dalam sebuah rangkaian alat atau mesin. Teori komponen ini berfungsi untuk memberi landasan dalam perancangan ataupun pembuat alat. ketepatan dan ketelitian dalam pemilihan berbagai nilai atau ukuran dan komponen itu sangat mempengaruhi kinerja dan alat yang akan dirancang. Mesin merupakan kesatuan dari berbagai komponen yang selalu berkaitan dengan elemen-elemen mesin yang bekerja sama satu dengan yang lainnya secara kompak sehinnga menghasilkan suatu rangkaian gerakan yang sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Dalam merencanakan sebuah mesin harus memperhatikan faktor keamanan baik untuk mesin itu sendiri maupun bagi operatornya. dalam pemilihan elemen-elemen dan
20
mesin juga harus memperhatikan kekuatan bahan, safety factor, dan ketahan dan berbagai komponen tersebut. Adapun elemen tersebut adalah bantalan duduk, poros, pulley, motor elektrik, mur dan baut.
2.5.1
Poros Poros adalah komponen alat mekanis yang mentransmisikan gerak berputar dari daya. Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir setiap mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisikan seperti itu dipegang oleh poros. Poros Transmisi, poros semacam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dari lentur. Daya di transmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi puli sabuk atau sprocket rantai, dan lain-lain.
Gambar 2.13. Poros 2.5.1.1 Hal-Hal Penting Dalam Perencanaan Poros Hal-hal penting dalam merencanakan sebuah poros sebagai berikut ini perlu diperhatikan: (sularso, 1994)
21
1. Beban poros Suatu poros transmisi dapat mengalami suatu beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur seperti telah diutarakan diatas juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin. Kelemahan, tumbukan atau pengaruh kosentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus di rencanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atas. 2. Kekakuan poros Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntiran terlalu besar akan mengakibatkan ketidak telitian atau getaran dan suara. Di Samping kekuatan poros, kekakuanya juga harus diperhatikan dan disesuikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut. 3. Putaran kritis Bila putaran suatu mesin dinaikan maka suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dan lain-lain. Juga dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian bagian lainnya jika mungkin, poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.
22
4. Korosi Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros propeller dan pompa bila terjadi dengan kontak dengan fluida yang korosif. Demikian juga yang terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang sering berhenti Iama.sampai dengan batas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan terhadap korosi. 2.5.1.2 Perhitungan Pada Poros Pada poros yang berputar akan mengalami beberapa macam tegangan Tegangan geser g =
F A
Tegangan bengkok, b =
tegangan puntir, p =
Mp Wb
Mp Wp
momen tahanan bengkok (Wb) tergantung
bentuk penampang potong benda, w b =
D 3 32
Keterangan g
= Tegangan Geser (N/mm2)
Mb
= Momen Bengkok (Nmm)
p
= Tegangan Puntir (N/mm 2 )
D
= diameter poros (mm)
wb
= Momen tahanan bengkok (mm)
b
= Tegangan bengkok (N/mm2) Perhitungan putaran kritis Nc = 52700
d2 I II W
23
Dimana:
2.5.2
W
= berat beban yang berputar
I
= jarak antara bantalan
Bantalan Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh system akan menurun atau tidak dapat bekerja secara semestinya. Jadi bantalan dalam permesinan dapat disamakan perannya dengan pondasi pada gedung.
Dalam memilih bantalan yang digunakan, perlu diperhatikan halhal sebagai berikut: 1. Tinggi rendahnya putaran poros 2. Jenis bahan yang digunakan
24
3. Besar kecilnya beban yang dikenakan 4. Kemudahan perawatan Perhitungan pada bantalan
Beban equivalen yang diterima oleh bantalan adalah We = (XR.v.WR+YT.WT).Ks (Khurmi, 1982:968) Keterangan: We
= Beban equivalen yang diterima bantalan (N)
XR
= Faktor beban radial
v
= Faktor putaran
WR
= Beban radial pada bantalan
YT
= Faktor untuk beban aksial
WT
= Beban aksial pada bantalan (N)
Ks
= Service fakior unuk bebañ kéjut ringan
Banyaknya putaran pada bantalan karena adanya equivalen L= (
c k ) x 106 ............................................................ (Lit.3 hal. 968) We
Keterangan: L
2.5.3
= Banyaknya putaran dan bantalan (putaran)
Pulley dan Sabuk
2.5.3.1 Pulley Pulley merupakan salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya seperti halnya sprocket rantai dan roda gigi. Pulley
25
pada umumnya dibuat dan besi cor kelabu FC 20 atau FC 30, dan la pula yang terbuat dari baja. Perkembangan pesat dalam bidang penggerak pada berbagai mesin perkakas dengan menggunakan motor listrik telah membuat anti sabuk untuk alat penggerak menjadi berkurang. Akan tetapi sifat elastisi daya dan sabuk untuk menampung kejutan dan getaran pada transmisi membuat sabuk tetap dimanfaatkan untuk mentransmisikan daya dan penggerak pada mesin perkakas.
Gambar 2.15. Pulley
2.5.3.2 Sabuk Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan transmisi langsung dengan roda gigi. Dalam hal demikian, cara transmisi putaran atau daya yang lain dapat di terapkan, di mana sebuah sabuk luwes atau rantai dibelitkan sekeliling puli atau sprocket pada poros. Sabuk atau belt terbuat dan karet dan mempunyai penampung trapezium. Tenunan, teteron dan semacamnya digunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk V dibelitkan pada alur
26
puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang membelit akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena penganuh bentuk baji, yamg akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan dari sabuk-V jika dibandingkan dengan sabuk. Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk V karena mudah penanganannya dan harganya pun murah. Kecepatan sabuk direncanakan untuk 10 sampai 20 (m/s) pada umumnya dan maksimal sampai 25 (m/s). Dalam gambar 2.16 diberikan sebagai proporsi penampang sabuk — V yang umum dipakai. Daya maksimum yap dapat ditransmisikan kurang lebih 500 (kW). Di bawah ini ( gambar 2.16) dibahas tentang hal-hal dasar pemilihan sabuk-v dan puli.
27
1. Pemilihan sabuk – V Pemilihan sabuk-V sebagai elemen transmisi didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: Dibandingkan roda gigi atau rantai penggunaan sabuk lebih halus, tidak bersuara, sehingga akan mengurangi kebisingan. Kecepatan putar pada transmisi sabuk lebih tinggi jika dibandingkan dengan rantai Karena sifat penggunaan sabuk yang dapat selip, maka jika terjadi kemacetan atau gangguan pada salah satu elemen tidak akan menyebabkan kerusakan pada elemen lain.
2.5.3.3 Perhitungan Pully dan Sabuk
n1 d 2 n2 d1
Dimana: n1
= putaran poros pertama (rpm)
28
n2
= Putaran poros kedua (rpm)
d1
= diameter pulley penggerak (mm)
d2
= diameter pulley yang digerakan (mm)
Kecepatan sabuk v=
.d .n (m / s) 60.1.000
Dimana: V
= kecepatan sabuk (mis)
d
= diameter puli motor (mm)
n
= putaran motor listrik (rpm)
Panjang sabuk L = 2C+
1 (d1 +d2) + (d2 —d 1)2 2 4.C
Dimana:
2.5.4
L
= panjang sabuk (mm)
C
= jarak sumbu poros (mm)
D1
= diameter puli penggerak (mm)
D2
= diameter pull poros (mm)
Motor Elekktrik Motor elektrik berfungsi sebagai tenaga penggerak yang digunakan untuk memutarkan alat. Pengguanaan dan motor elektrik ini disesuaikan dengan kebutuhan daya dari mesin tersebut, yaitu daya yang diperlukan dalam proses pembandingan.
29
Gambar 2.18. Motor Elektrik
Jika n1 (rpm) adalah putaran dari poros motor listrik dan T (kg.mm) adalah torsi pada poros motor listrik, maka besarnya daya P (kW) yang diperlukan untuk menggerakkan sistem adalah: P=
T n1 9,74 x10 5
(Lit. 4 hal. 18)
Dimana: P = Daya motor listrik (kW) T = Torsi (kg.mm) 2.5.5
Mur dan Baut Mur dan baut merupakan alat pengikat yang sangat penting dalam suatu rangkaian mesin. Untuk mencegah kecelakaan dan keruskan pada mesin, pemilihan mur dan baut sebagai pengikat harus dilakukan dengan teliti untuk mendapatkan ukuran yang sesuai dengan beban yang diterimanya. Pada mesin ini, mur dan baut digunakan untuk mengikat beberapa komponen, antara lain:
30
1. Pengikat pada bantalan, 2. Pengikat pada dudukan motor listrik dan 3. Pengikat pada pulley
Gambar 2.19. Macam-macam Mur dan Baut (Sularso, 1994 : 293-295) Untuk menentukan jenis dan ukuran mur dan baut harus memperhatikan berbagai faktor seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, cara kerja mesin, kekuatan bahan, dan lain sebagainya. Adapun gaya-gaya yang bekerja pada baut dapat berupa: 1. Beban statis aksial mumi 2. Beban aksial bersama beban puntir 3. Beban geser
Tegangan geser yang terjadi pada baut pengikat adalah:
g
F A
31
Keterangan:
2.5.6
g
= Tegangan Geser (N/mm2)
F
= Beban (N)
A
= Luas penampang baut
Pengelasan Berdasarkan definisi dan Deutche Industries Normen (DIN), las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dan definisi tersbut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan seterrrt dan beberapa batang logam yang menggunakan energi panas. Dalam pengertian lain, las adalah penyambungan dua buah logam sejenis maupun tidak sejenis dengan cara memanaskan (mencairkan) logam tersebut di bawah atau di atas titik leburnya, disertai dengan atau tanpa tekanan dan disertai dengan atau tidak disertai logam pengisi. Berdasarkan cara kerjanya, pengelasan dikiasifikasikan menjadi tiga kelas utama yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan, dan pematrian. 1. Pengelasan cair adalah metode pengelasan dimana bagian yang akan disambung dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dan busur listrik ataupun busur gas. 2. Pengelasan tekan adalah metode pangalasan dimana bagian yang akan disambung dipanaskan sampai lumer (tidak sampai mencair), kemudian ditekan hingga menjadi satu tanpa bahan tambahan,
32
3. Pematrian adalah cara pengelasan dimana bagian yang akan disambung diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair yang rendah.
Adapun Perhitungan kekuatan las, seperti pada rumus di bawah ini Tegangan Total: 2
F 6 .H x 1 ............................ (Lit. hal. 59) 0,7. A I dimana: F
= Gaya yang bekerja (N)
V
= Tegangan total (N/mm2)
H
= Tinggi ,lat (mm)
A
= Luas penampang (A = 2.a.1)
a
= Lebar pengelasan (mm)
l
= Panjang las
33
2.5.7
Pasak Pasak adalah sebuah komponen permesinan yang ditempatkan di antara poros dan naf elemen pemindah daya untuk maksud pemindah torsi. Pasak dapat dilepas untuk pemasangan dan pelepasan, sistem poros. Pasak dipasang pada alur aksial yang di buat pada poros, disebut keyseat sebuah alur yang mirip pada naf elemen pemindah daya biasanya disebut keyway/keyseat. Pasak biasanya dipasang lebih dahulu pada poros, kemudian alur naf dipaskan dan naf digeser masuk sampai pada posisinya. Alur pasak pada pasak dan naf dirancang sedemikian sehingga setengah tinggi pasak ditahan sisi alur pada poros dan setengah, lainnya ditahan sisi alur pada naf. Jenis-Jenis Pasak 1. Pasak Paralel Empat Persegi Panjang dan Bujur Sangkar Pasak bujur sangkar umumnya di gunakan untuk poros bqfcliameter sampai dengan 6,5” sedangkan pasak empat persegi panjang disarankan untuk poros yang lebih besar kedua pasak itu termasuk pasak paralel karena sisi atas, bawah dan samping pasak sejajar. 2. Pasak Tirus dan Pasak Berkepala Pasak tints dirancang untuk diselipkan dan ujung poros setelah naf tepat pada posisinya bukan dengan dipasang lebih dahul lantas memasukkan naf di atas pasak seperti halnya paralel. Pasak perkepala mempunyai bentuk finis masuk dalam naf yang sama seperti pasak tints rata, tetapi kepala pasak yang diperpanjang memungkinkan
34
pencabutan pasak dan sisi yang sama dimana pasak telah dipasang. Hal ini sangat diinginkan jika pasak tidak bisa dikeluarkan dan sisi sebaliknya. 3. Pasak Jarum Pasak jarum adalah pena silindris yang diletakkan dalam alur silindris pada poros dan naf. Dibanding dengan pasak, paralel thn pasak tints, rancangan pasak jarum menghasilkan faktor konsentrasf tegangan yang lebih rendah. Diperlukan suaian rapat antara jarum dan alur untuk menjamin jarum tidak akan lepas dan tekanan merata sepanjang jarum 4. Pasak Tembereng Pasak tembereng (woodruff) baik digunakan bila beban ningan dan diinginkan relatif mudah memasang dan melepasnya. Perhitungan pada pasak Tegangan izin bahan pasak adalah:
g
1 s f 1 xs f 2
.......................................... (Lit. 1 hal 8)
g
= Tegangan geser izin bahan (Kg/mm2)
1
= Tegangan tank bahan (Kg/mm2)
Sfl
= Faktor Koreksi terhadap puntir 6 (untuk baja karbon) .......................................... (Lit. 1 hal 8)
Sf2
= Faktor koreksi terhadap alur pasak 1,5 - 3,0
...................................................... (Lit. 1 hal 8)
35
keterangan: b
= Lebar pasak
h
= Tinggi Pasak
1
= panjang pasak
b1
= kedalaman alur pada poros
b2
= kedalaman alur pada poros
Pasak akan menerima gaya tangensial, karena adanya torsi pada poros. Gaya tangensial dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: F=
T (ds/2)
....................................... (Lit. 1 hal. 25)
36
Keterangan: F
= Gaya tangensial (Kg)
T
= Torsi (Kg.mm)
d2
= diameter poros (mm)
Tegangan geser yang ditimbulkan g =
F .............................................................. (Lit. 1 hal . 25) bI
Keterangan: g
= Tegangan geser bahan (Kg.mm2)
F
= Gaya tangensial (Kg)
b
= Lebar pasak (mm)
1
= Panjang pasak (mm) Untuk menghindari kerusakan permukaan samping akibat tekanan
bidang perlu diperhitungkan yang besarnya: Pa =
F ...............................................(Lit. 1 hal. 44) l (t1 atau t 2 )
Dimana: Pa
= Tekanan permukaan bidang yang terjadi (Kg/mm2)
F
= Gaya tangensial (Kg)
t1
= kedalaman alur pasak pada poros (mm)
t2
= kedalaman alur pasak pada poros (mm)
37
2.3.8
Rantai Rantai adalah elemen transmisi daya yang tersusun sebagai sebuah deretan penghubung dengan sambungan pena. ketika mentransmisikan daya antara poros-poros yang berputar, rantai berhubungan terpadu dengan roda bergigi yang disebut sproket.
Jenis rantai yang paling umum disebut rantai rol (roller chain), di mana rol-rol pada setiap pena menyediakan gesekan yang sangat kecil di antara retai dan sproket. jenis lainnya meliputi berbagai rancangan penghubung yatt & dapat diperpanjang, yang banyak digunakan dalam konveyor (lihat gambar 2.24)
38
Panjang rantai harus merupakan kelipatan utuh jarak bagi dan diznjurkan menggunakan jumlah jarak bagi yang genap. jarak sumbu poros hams dapat disetel untuk menyesuaikan panjang rantai dan memberikan ruang tintozktoleransi dan keausan. Kelonggaran yang berlebihan pada sisi kendor harus dihindari, khususnya pada transmisi yang tidak horizontal. Persamaan panjang rantai: 2
N N1 N 2 N1 L = 2C + 2 2 4 2C
C
=jarak sumbu poros
L
= Panjang rantai
N1
= jumlah gigi sproket kecil
N2
= jumlah gigi sproket besar
............. (Lit. 2 hal. 261)
Jarak pusat untuk panjang rantai tertentu, yang juga dinyatakan dalam kelipatan jarak bagi, adalah: 2
2 1 N N1 N 2 N1 8( N 2 N1 ) C = L 2 L 2 4 2 4 2
Jarak pusat mengasumsikan tidak adanya kelonggaran balk kencang maupun di sisi kendor rantai, dan karena itu merupakan nilai. Toleransi-toleransi negatif atau ruang penyetelan harus diberikan. Ruang penyetelan untuk keausan juga harus diberikan. Diameter sproket dengan N gigi untuk rantai dengan jarak p adalah; D=
P sin(1800 / N)
.......................................... (Lit. 1 hal. 261)