Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
© Teknik Sipil Itenas | No.x | Vol.xx Januari 2016
Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan NURMAN NUGRAHA1, DWI PRASTEYANTO2 , WELLY PRADIPTA2 1Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2Dosen, Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional E-mail:
[email protected] ABSTRAK
Moda transportasi Kereta api saat ini akan direncanakan di pulau Kalimantan khususnya provinsi Kalimantan Selatan daerah Kandangan-Rantau. Tahapan awal perancangan jalan rel kereta api adalah penetapan trase kemudian perancangan alinyemen horizontal beserta komponen-komponennya. Perancangan tersebut mengacu pada ketentuan Permenhub No.60 Tahun 2012. Lengkung horizontal yang dihitung adalah lengkung horizontal menggunakan lengkung peralihan dan memiliki jari-jari rencana sebesar 1420 m serta lengkung horizontal tanpa peralihan dan memiliki jari-jari rencana sebesar 4320 m. Dari hasil perhitungan, digunakan jari-jari lengkung horizontal sebesar 1420 m menghasilkan peninggian rel sebesar 147 mm dan tidak diperlukan perlebaran sepur. Stasioning berawal dari Sta 99+000 dan stasioning akhir yang dihasilkan dari perhitungan adalah Sta 159+275. Kata kunci: Kereta Api, Alinyemen Horizontal, Kalimantan Selatan. ABSTRACT
Railway is now planned on Kalimantan island, especially at Kandangan – Rantau South Borneo. Early stage of railway design is determination of alignment, then horizontal alignment and its component design. The design is referred to Permenhub no 60 tahun 2012. The horizontal curve is planned use transition curve and have 1420 m radius and horizontal curve not using the transition and have 4320 m radius. From calculation, used 1420 m radius with resulted on rail elevation of 147 mm and no need of widening rail gauge. Begining stationing start from Sta 99+000 and last stationing on calculation is Sta 159+275. Keywords: Train, Horizontal Alignment, South Borneo.
Rekaracana - 1
Nurman Nugraha, Dwi Prasetyanto, Welly Pradipta.
1. PENDAHULUAN Sarana transportasi adalah alat bantu bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa mempergunakan alat bantu. Sarana transportasi berfungsi untuk mengatasi kesenjangan jarak dan komunikasi antara tempat asal dan tempat tujuan. Moda transportasi di Indonesia saat ini sedang berkembang khususnya salah satu moda transportasi darat yaitu kereta api. Kereta api saat ini sudah menjadi salah satu moda transportasi yang banyak diminati oleh masyarakat khususnya di pulau Jawa dan Sumatra, akan tetapi berbeda halnya dengan pulau Kalimantan khususnya provinsi Kalimantan Selatan yang belum terdapat moda transportasi berupa kereta api. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan sektor perusahaan yang semakin banyak di provinsi Kalimantan Selatan, maka direncanakan pembangunan jalan rel kereta api lintas Tanjung-Banjarmasin, tetapi yang ditinjau dalam penelitian ini hanya jalur rel kereta api antara Kabupaten Hulu Sungai Selatan tepatnya di Kandangan menuju Rantau yang terletak di Kabupaten Tapin untuk membantu pergerakan manusia dan barang juga dalam rangka mengurangi kerusakan pada jalan di provinsi tersebut. Perencanaan pembangunan jalan rel kereta api sudah pasti harus dilakukan perancangan lengkung horizontalnya. 2. METODA PENELITIAN 2.1 Alinyemen Horizontal A.
Lebar Sepur
Lebar sepur adalah jarak antara kedua batang rel, diukur dari sebelah dalam kepalanya. Lebar sepur terdiri dari 1067 mm dan 1435 mm. Toleransi penyimpangan lebar rel 1067 mm untuk jalan rel baru yang dapat diterima adalah sebesar +2 mm dan -0 mm, sedangkan untuk rel yang telah dioperasikan adalah sebesar +4 mm dan -2 mm. Lebar sepur yang digunakan pada proyek ini adalah 1435 mm yang merupakan jarak terkecil antara kedua sisi kepala rel. Toleransi pelebaran jalan rel untuk lebar jalan rel 1435 mm adalah -3 mm dan +3 mm. Jalan rel kereta api dengan lebar sepur 1435 mm bisa dilihat seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Kelas Jalan Rel Kereta Api Lebar Sepur 1435 mm Kelas Jalan
Daya Angkut Lintas (ton/tahun)
V Maks (km/jam)
P Maks Gandar (ton)
Tipe Rel
Jenis Bantalan
Jarak Antar Sumbu Bantalan (cm)
I
>20.106
160
22,5
R.60
Beton
60
140
22,5
R.60
Beton
60
Beton
60
Beton
60
II
B.
10.10620.106
III
5.106-10.106
120
22,5
IV
<5.106
100
22,5
R.6/ R.54 R.6/ R.54
Jenis Penam bat Elastis Ganda Elastis Ganda Elastis Ganda Elastis Ganda
Tebal Balas Atas (cm)
Lebar Bahu Balas (cm)
30
40
30
40
30
40
30
40
Lengkung Lingkaran
Lengkung Lingkaran merupakan dua bagian lurus yang perpanjangannya saling membentuk sudut dan dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran, dengan atau tanpa
Rekaracana - 2
Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kereta Api Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan
lengkung peralihan. Untuk berbagai kecepatan rencana, besar jari-jari minimum yang diijinkan adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 2. Tabel 2. Jari-Jari Minimum Yang Diijinkan (Sumber: Permenhub No.60 Tahun 2012) Kecepatan Rencana (Km/jam) 120 110 100 90 80 70 60
C.
Jari-jari Minimum Lengkung Lingkaran Tanpa Lengkung Peralihan 2370 1990 1650 1330 1050 810 600
Jari-jari Minimum Lengkung Lingkaran yang Diizinkan Dengan Lengkung Peralihan (m) 780 660 550 440 350 270 200
Perlebaran Sepur
Pelebaran sepur dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati lengkung tanpa mengalami hambatan. Pelebaran sepur dilakukan dengan menggeser rel dalam ke arah dalam. Besar pelebaran sepur untuk lebar jalan rel 1435 mm dengan berbagai jari-jari tikungan adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 3. Tabel 3. Persyaratan Pelebaran Sepur (Sumber: Permenhub No.60 Tahun 2012) Jari-Jari Tikungan (m)
Pelebaran (m)
R > 400
0
350 < R ≤ 400
5
300 < R ≤ 350
10
250 < R ≤ 300
15
R ≤ 250
20
D. Peninggian Rel Peninggian rel dilakukan dengan menempatkan rel dalam pada tinggi semestinya dan rel luar lebih tinggi. Dengan adanya peninggian rel ini gaya sentrifugal yang timbul akan diimbangi oleh komponen gaya berat kereta api dan kekuatan rel, penambat, bantalan dan balas. Peninggian rel dapat dihitung menggunakan Rumus (1). ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 = 8,1 ×
(𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎)2
Halmana: ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 = peninggian normal (mm); 𝑉 = kecepatan rencana (km/jam); 𝑅 = jari-jari lengkung (m).
𝑅
......................................(1)
2.2 Tahapan Penelitian A.
Pengumpulan Data
Penelitian diawali dari identifikasi masalah dan penentuan topik. Setelah topik penelitian diperoleh, selanjutnya dilakukan pengumpulan referensi dari laporan, jurnal, buku dan Rekaracana - 3
Nurman Nugraha, Dwi Prasetyanto, Welly Pradipta.
peraturan teknis untuk mendukung pembuatan penelitian ini. Setelah dilakukan pengumpulan referensi, tahap selanjutnya adalah menentukan kriteria desain, dimana kriteria desain ini digunakan sebagai data untuk perancangan. B.
Perancangan Lengkung Horizontal
Tahapan perancangan lengkung horizontal jalan rel kereta api ini adalah tahapan menghitung jari-jari minimum lengkung horizontal hingga mendesain lengkung beserta komponenkomponennya. C.
Hasil Perancangan
Hasil perancangan ini berisikan hasil dari pengolahan data yang telah didapat. Perancangan ini menghasilkan desain lengkung horizontal, peninggian rel, perlebaran sepur dan stasioning. Perancangan tersebut mengacu pada peraturan teknis jalan rel kereta api sebagaimana tercantum dalam Permenhub No.60 Tahun 2012. 3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1 Perencanaan Lengkung Horizontal A. Perhitungan Sudut Belok (β) dan Jarak Antar Titik (d) Tahap perencanaan lengkung horizontal setelah terdapat data koordinat adalah menghitung besarnya sudut belok dan jarak antar titik. Besarnya sudut belok dan jarak antar titik dapat dilihat pada contoh perhitungan dan Tabel 4. Titik A
Tabel 4. Hasil Perhitungan Sudut Belok dan Jarak Antar Titik X Y β 300456,256 9680972,647 -
PI 1
299511,222
9679618,614
26,667
PI 2
293303,868
9676259,499
60,936
PI 3
293243,435
9670882,547
40,331
PI 4
291607,417
9668998,851
32,531
PI 5
290675,838
9662723,499
25,439
PI 6
286489,255
9656489,151
25,778
PI 7
285245,511
9647755,091
24,188
PI 8
281772,449
9642259,774
7,618
PI 9
278144,848
9634363,657
27,207
PI 10
277270,962
9633678,007
25,469
B
272382,967
9632581,059
-
d 1651,21 7057,967 5377,292 2494,968 6344,122 7509,632 8822,171 6500,821 8689,543 1110,762 5009,57
B. Perhitungan Jari-jari Lengkung Horizontal (R) dan Panjang Lengkung Peralihan Jari-jari minimum dengan lengkung peralihan sebesar 1418,067 m dan jari-jari rencana dipakai sebesar 1420 m. Panjang lengkung peralihan minimum sebesar 127,2 m dan dipakai lengkung
Rekaracana - 4
Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kereta Api Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan
peralihan rencana sebesar 130 m. Jari-jari rencana untuk lengkung tanpa peralihan adalah sebesar 4320 m dengan peninggian rel sebesar 48 mm. C.
Perhitungan Lengkung Horizontal
Lengkung horizontal yang dirancang dalam penelitian ini ada dua macam yaitu lengkung horizontal dengan lengkung peralihan dan lengkung horizontal tanpa lengkung peralihan. 1. Lengkung Horizontal dengan Lengkung Peralihan (S-C-S) Lengkung horizontal dengan lengkung peralihan (Lengkung Spiral-Circle-Spiral) dapat dilihat seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Lengkung Horizontal S-C-S (Sumber: Sukirman, 1999)
a. Komponen-komponen lengkung horizontal S-C-S hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil Perhitungan Komponen-komponen Lengkung Horizontal S-C-S β
𝜃𝑆
𝜃𝐶
Lc
L
Xs
Ys
p
k
Ts
E
26,667
2,622
21,424
531,172
791,172
129,973
1,984
0,497
65,022
401,690
39,849
60,936
2,622
55,693
1380,826
1640,826
129,973
1,984
0,497
65,022
900,690
228,076
40,331
2,622
35,088
869,953
1129,953
129,973
1,984
0,497
65,022
586,692
93,259
32,531
2,622
27,288
676,562
936,562
129,973
1,984
0,497
65,022
479,476
59,725
25,439
2,622
20,196
500,726
760,726
129,973
1,984
0,497
65,022
385,653
36,234
25,778
2,622
20,535
509,131
769,131
129,973
1,984
0,497
65,022
390,072
37,213
24,188
2,622
18,945
469,709
729,709
129,973
1,984
0,497
65,022
369,394
32,741
7,618
2,622
2,375
58,881
318,881
129,973
1,984
0,497
65,022
159,596
3,642
27,207
2,622
21,964
544,561
804,561
129,973
1,984
0,497
65,022
408,768
41,497
25,469
2,622
20,226
501,469
761,469
129,973
1,984
0,497
65,022
386,043
36,320
Rekaracana - 5
Nurman Nugraha, Dwi Prasetyanto, Welly Pradipta.
b. Perhitungan Peninggian Rel Lengkung Horizontal dengan Peralihan ℎ = 8,1.
(𝑉)2 𝑅 2
(160)
=. 1420 = 146,028 𝑚𝑚 (160)2 ℎ𝑚𝑖𝑛 = 11,57. − 68,6 1420
= 11,57.
(160)2 1420
− 68,6
= 139,99 𝑚𝑚
ℎ𝑚𝑎𝑥 = 150 𝑚𝑚
ℎ𝑚𝑖𝑛 < ℎ < ℎ𝑚𝑎𝑥 = 139,99 < 146,028 < 150
Peninggian rel direncanakan sebesar 147 mm untuk semua lengkung dengan lengkung peralihan, karena semua jari-jari untuk semua lengkung sama yaitu sebesar 1420 m. Peninggian rel hasil perhitungan berdasarkan pada perbandingan kecepatan rencana dan jari-jari lengkung digambarkan dalam diagram superelevasi seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Superelevasi Lengkung Horizontal S-C-S
2. Lengkung Horizontal Tanpa Lengkung Peralihan Lengkung horizontal tanpa lengkung peralihan dapat dilihat seperti pada Gambar 3.
Rekaracana - 6
Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kereta Api Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan
Gambar 3. Lengkung Horizontal Tanpa Lengkung Peralihan (Sumber: Sukirman, 1999)
a. Komponen-komponen lengkung horizontal tanpa peralihan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Perhitungan Komponen-Komponen Lengkung Horizontal Tanpa Peralihan
Titik
R (m)
β (ᵒ)
Tc (m)
Ec (m)
Lc (m)
h (mm)
PI 1 PI 2 PI 3 PI 4 PI 5 PI 6 PI 7 PI 8 PI 9 PI 10
4320 4320 4320 4320 4320 4320 4320 4320 4320 4320
26,667 60,936 40,331 32,531 25,439 25,778 24,188 7,618 27,207 25,469
1023,872 2541,426 1586,498 1260,433 975,099 988,539 925,655 287,62 1045,397 976,288
119,675 692,11 282,106 180,121 108,681 111,66 98,058 9,564 124,689 108,943
2011,454 4596,315 3024,11 2453,767 1918,827 1944,398 1824,466 574,622 2025,185 1921,09
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
b. Perhitungan peningggian Rel Lengkung Horizontal Tanpa Peralihan (𝑉)2 ℎ = 8,1. 𝑅 (160)2 =. 4320 = 48 𝑚𝑚 (160)2 ℎ𝑚𝑖𝑛 = 11,57. − 68,6 4320 (160)2 = 11,57. − 68,6 4320 = −0,04 𝑚𝑚 ℎ𝑚𝑎𝑥 = 150 𝑚𝑚 ℎ𝑚𝑖𝑛 < ℎ < ℎ𝑚𝑎𝑥 = 0 < 48 < 150
Rekaracana - 7
Nurman Nugraha, Dwi Prasetyanto, Welly Pradipta.
Peninggian rel direncanakan sebesar 48 mm untuk semua lengkung tanpa lengkung peralihan, karena semua jari-jari untuk semua lengkung sama yaitu sebesar 4320 m. Peninggian rel hasil perhitungan berdasarkan pada perbandingan kecepatan rencana dan jari-jari lengkung digambarkan dalam diagram superelevasi seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Superelevasi Lengkung Horizontal FC
3. Perhitungan Perlebaran Sepur 𝑑2 −𝑒 2𝑅 30002 𝑣= −8 2.1420 𝑣 = −4,83 Didapat hasil perlebaran sepur dengan hasil minum, artinya tidak perlu dilakukan perlebaran sepur pada setiap lengkung untuk jalan rel kereta api ini. Perlebaran sepur tidak perlu dilakukan sesuai dengan Permenhub, 2012 dengan jari-jari lengkung horizontal lbih besar dari 400 m. 𝑣=
D. Perhitungan Stasioning Perhitungan stasioning dilakukan hanya untuk lengkung horizontal dengan lengkung peralihan, karena lengkung dengan peralihan ini yang digunakan sebagai desain lengkung untuk jalan rel kereta api Kandangan-Rantau. Hasil perhitungan stasioning dapat dilihat pada Tabel 7. Perhitungan stasioning untuk trase dengan lengkung horizontal tanpa peralihan adalah sebagai berikut: Sta TS1 = Sta A + (d1 − Ts1) = (99 + 000) + (1651,21 − 401,69) = (99 + 000) + (1249,52 m) = (99 + 000) + (1 + 24592 ) = 100 + 245,92 Sta ST1 = Sta TS1 + L = (100 + 245,92) + (791,172) = (100 + 245,92) + (0 + 791,172 ) = 101 + 037,092 Sta TS2 = Sta ST1 + (d2 − (ST1 + TS2)) = (101 + 037,092) + (7057,967 − (401,690 + 900,690) = 106 + 796 Sta ST2 = Sta TS 2 + L = (106 + 796) + 1640,826 = 108 + 437
Rekaracana - 8
Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kereta Api Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan Tabel 7. Hasil Perhitungan Stasioning Titik
L
Ts
Jarak
Sta TS
Sta ST
A
-
-
-
PI1
791,17229
401,69
1651,21
100+250
101+041
PI2
1640,8259
900,69019
7057,9669
106+796
108+437
PI3
1129,9527
586,69193
5377,2916
112+327
113+457
PI4
936,56225
479,47576
2494,968
114+886
115+822
PI5
760,72568
385,65253
6344,1219
121+301
122+062
PI6
769,13073
390,0719
7509,632
128+796
129+565
PI7
729,70883
369,39424
8822,1711
137+628
138+358
PI8
318,88051
159,59627
6500,8206
144+329
144+648
PI9
804,56086
408,76791
8689,5427
152+769
153+574
PI10
761,46949
386,04338
1110,7622
153+890
154+651
B
-
-
5009,5698
99+000
159+275
Dari hasil perhitungan lengkung horizontal, dapat diambil beberapa pembahasan diantaranya: 1. 2. 3. 4. 5.
Jari-jari minimum lengkung horizontal dengan lengkung peralihan adalah sebesar 1418, 067 m dan diambil jari-jari rencana sebesar 1420 m. Jari-jari minimum lengkung horizontal tanpa lengkung peralihan adalah sebesar 4317, 667 m dan diambil jari-jari rencana sebesar 4320 m. Peninggian rel untuk lengkung horizontal dengan lengkung peralihan adalah sebesar 147 mm sedangkan jari-jari minimum untuk lengkung horizontal tanpa lengkung peralihan adalah sebesar 48 mm. Tidak dilakukan perlebaran sepur karena jari-jari lengkung horizontal lebih besar dari 400 m. Rangkaian gerbong kereta api aman saat melewati tikungan dan tidak akan mengalami terjepitnya roda. Dari perhitungan stasioning didapat stasioning berawal dari Sta 99+000 dan berakhir di Sta 159+275.
Dari hasil perancangan lengkung horizontal didapat nilai jari-jari lengkung horizontal tanpa peralihan jauh lebih besar dibanding jari-jari lengkung horizontal dengan lengkung peralihan, maka digunakan desain lengkung horizontal dengan lengkung peralihan sebagai desain lengkung jalan rel kereta api Kandangan-Rantau. 4. Kesimpulan Dari pembahasan yang sudah dilakukan, dapat dilihat hasil dari penelitian yang berupa komponen-komponen lengkung horizontal, peninggian rel dan perlebaran sepur. Selanjutnya setelah dilakukan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: A. Desain lengkung horizontal yang digunakan adalah desain lengkung horizontal dengan menggunakan lengkung peralihan (S-C-S). B. Jari-jari lengkung horizontal yang digunakan adalah sebesar 1420 m. C. Peninggian rel untuk semua lengkung adalah sebesar 147 mm. D. Perlebaran sepur pada semua lengkung tidak dilakukan. E. Stasioning jalan rel kereta api Kandangan-Rantau berawal dari Sta 99+000 dan berakhir di Sta 159+275. Rekaracana - 9
Nurman Nugraha, Dwi Prasetyanto, Welly Pradipta.
DAFTAR RUJUKAN Anshori, I. (2009). Perencanaan Struktur Jalan Rel Rantau Prapat-Duri II, Laporan Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi 10 November (ITS), Surabaya. Han, F, I. (2010). Kajian Geometrik Jalur Ganda Dari Km 109+635 Sampai Dengan Km 116+871 Antara Ciganea-Sukatani Lintas Bandung-Jakarta, Laporan Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Maranatha, Bandung. Irawan, Y. (2010). Perencanaan Geometrik Jalan Alternatif Arteri Porong, Laporan Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh November(ITS), Surabaya, 2010. Novagusni, G. (2014). Perancangan Geometri Jalan Rel Menggunakan Bentley MXRail , Laporan Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (ITENAS), Bandung. Pangestu, M, H, T. Jalan Kereta Api. Pebiandi, V. (2010). Perancangan Geometri Jalan Rel Kereta Api Trase Kota Pinang-Manggala Pada Ruas Rantau Prapat-Duri II Provini Riau, Laporan Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi 10 November (ITS), Surabaya. Peraturan Dinas Nomor : 10, Menteri Perhubungan Republik Indonesia. (1986). Persyaratan
Teknis Jalur Kereta Api.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM.60, Menteri Perhubungan Republik Indonesia. (2012.) Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api. Puspita, I. (2010). Evaluasi Perencanaan Geometri Jalan Ruas Cipanas-Warung Banten Dengan Menggunakan Software Autocad Land Desktop Development 2009, Laporan Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung. Sukirman, S. (1999). Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Nova, Bandung. Wasanta, T. (2015). Perancangan Jalan Rel Simpang – Mariana Dengan Lebar Sepur 1435 mm, Laporan Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung.
Rekaracana - 10