PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN INDUSTRI BATIK RUMAH TANGGA DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN
RUSLI EFFENDI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2016 Rusli Effendi NIM A44110020
ABSTRAK RUSLI EFFENDI. Perencanaan Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan. Dibimbing oleh SETIA HADI. Kelurahan Jenggot adalah salah satu sentra produksi batik di Kota Pekalongan. Kota Pekalongan juga disebut sebagai The World’s City of Batik di Indonesia. Permasalahan lingkungan permukiman akibat air limbah batik sering terjadi di beberapa daerah. Pembangunan Kota Pekalongan yang mengarah ke daerah industri memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kawasan industri, khususnya industri kecil yang memproduksi batik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat perencanaan lanskap kawasan industri batik rumah tangga dengan pengolahan air limbah terpadu yang berkelanjutan. Proses perencanaan ini merupakan modifikasi dari Rachman (1985) Proses Berpikir Lengkap Perencanaan Lanskap dan Proyek Pelaksana. Penelitian ini menganalisis aspek legal, sosial ekonomi, dan fisik biofisik sebagai kawasan permukiman dan industri. Hasil dari penelitian ini berupa pembagian kawasan menjadi 3 blok yaitu; blok inti 102.06 Ha, blok penyangga 36.51 Ha, dan blok pelayanan 1.6 Ha. Kawasan ini mengakomodasi kegiatan industri batik beserta pengolahan air limbah di lingkungan permukiman. Kata kunci: batik, perencanaan lanskap, pengolahan air limbah
ABSTRACT RUSLI EFFENDI. Landscape Planning of Industrial Household Batik Areas in Jenggot Village, Pekalongan City. Supervised by SETIA HADI. Jenggot Village is the one of batik production centers in Pekalongan. Pekalongan city is also known as The World’s City of Batik in Indonesia. Environmental problems due to wastewater batik settlements often occur in some areas. Pekalongan City development into industrial areas have a considerable influence on the growth of the industrial area, particularly small domestic industry that produces batik. The purpose of this study is to make landscape planning of industrial household batik areas with sustainable integrated wastewater treatment. This planning process modificated by Rachman (1985) Complete Thinking Process of Landscape Planning and Implementing Projects. This study analyzed the legal aspects , socio-economic , physical and biophysical as residential areas and industry . The result is landscape planning that divided into 3 zone ; core blocks 102.06 Ha , buffer zone 36.51 Ha, and block services 1.6 Ha . This area developed activities and their batik industry wastewater treatment of settlement. Keywords: batik, landscape planning, wastewater treatment
PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN INDUSTRI BATIK RUMAH TANGGA DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN
RUSLI EFFENDI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Judul penelitian ini adalah Perencanaan Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan. Atas semua bimbingan, perhatian, dan bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang tua tercinta, Bapak Sodikin, Ibu Tunamah, Amiroh Dzatul Khikmah, dan Elok Faiqoh serta seluruh keluarga atas segala motivasi, doa dan kasih sayangnya. 2. Bapak Dr. Ir Setia Hadi MS, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, dukungan, bimbingan dan saran kepada penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini. 3.
Pihak BAPPEDA Kota Pekalongan, Badan Lingkungan Hidup dan Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan yang telah membantu memberikan masukan dan data-data yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
4.
Teman-teman satu bimbingan (Danar Dwi Atmojo, Elisa Noviyanti, dan Bryani R.E Menanti)
5.
Teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 48 yang menjadi bagian dari proses pembentukan karakter diri di dunia perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran sangat diperlukan bagi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2016 Rusli Effendi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pikir
2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Perencanaan Lanskap
4
Permukiman
4
Definisi Limbah dan Penggolongan Limbah
4
Pengolahan Limbah
5
METODOLOGI
6
Lokasi dan Waktu Penelitian
6
Batasan Penelitian
7
Alat dan Bahan
7
Metode Penelitian
7
Tahapan Perencanaan Lanskap
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Batas Administratif dan Letak Geografis
13
Aspek fisik dan Biofisik
13
Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
25
Analisis Data
26
Analisis Aspek Fisik dan Biofisik
29
Sintesis
32
Konsep Perencanaan
38
Pengembangan Konsep
38
Perencanaan Lanskap
43
SIMPULAN DAN SARAN
61
Simpulan
61
Saran
61
DAFTAR PUSTAKA
62
RIWAYAT HIDUP
64
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Alat, bahan dan kegunaannya dalam penelitian Jenis, sumber data, dan cara pengambilan data Penilaian kelas lereng Skoring kelas jenis tanah Skoring kelas intensitas hujan Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil dan Batik Penetapan sistem nilai menurut metode STORET Analisis kesesuaian baku mutu air limbah batik Data iklim Kota Pekalongan tahun 2014 Vegetasi di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan Vegetasi di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan (Lanjutan) Vegetasi di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan (Lanjutan 2) Fasilitas umum di Kelurahan Jenggot Hasil pemantauan sampel di IPAL Kelurahan Jenggot Rencana program RTRW Kota Pekalongan tahun 2009–2029 Kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman dan industri Penilaian hasil sampel air limbah Penilaian hasil sampel air limbah (Lanjutan) Penilaian kesesuaian baku mutu air limbah batik IPAL Kelurahan Jenggot Analisis dan sintesis Analisis dan sintesis (Lanjutan) Analisis dan sintesis (Lanjutan) Konsep aktivitas dan fasilitas Konsep vegetasi Pembagian zona pada rencana blok Rencana sirkulasi di Kelurahan Jenggot Rencana fasilitas Rencana fasilitas (Lanjutan)
7 8 9 9 9 10 10 10 15 21 22 23 24 24 27 29 30 31 31 34 35 36 40 40 41 44 46 47
DAFTAR GAMBAR 1 2
Kerangka pikir penelitian Peta Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan Sumber : Bappeda Kota Pekalongan 2014 3 Tahapan penelitian 4 Peta administrasi Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan 5 Kondisi hidrologi dan drainase Kelurahan Jenggot 6 Peta aksesibilitas Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan 7 Peta penutupan lahan di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan 8 Peta jenis tanah di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan 9 Peta topografi di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan 10 Peta hidrologi di Kelurahan Jenggot 11 Fasilitas dan utilitas di Kelurahan Jenggot
3 6 12 13 15 16 17 18 19 20 25
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Kualitas good view (a) dan bad view (b), (c) di Kelurahan Jenggot Peta kesesuaian lahan untuk permukiman dan industri Peta Sintesis Kawasan Konsep ruang dan konsep sirkulasi Rencana blok Rencana penampang melintang jalan primer dan saluran air limbah Rencana penampang melintang jalan lingkungan dan saluran air limbah Rencana IPAL Mini on-site Rencana ruang pelayanan penyaluran air limbah Rencana saluran air limbah Peta perbesaran IPAL 1 Peta rencana lanskap Kelurahan Jenggot Peta perbesaran IPAL 2 Tampak potongan rencana lanskap Kelurahan Jenggot Perpektif ilustrasi IPAL 1 Perspektif ilustrasi IPAL 2 Perspektif ruang penjemuran Perspektif ruang penjemuran batik 2
25 33 37 38 42 44 45 47 50 51 52 53 55 56 57 58 59 60
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Pekalongan merupakan salah satu kota yang terletak di pesisir pantai utara Pulau Jawa yang memiliki sejumlah sentra produksi batik. Kota Pekalongan juga dikenal sebagai kota batik dan mendapat julukan The World’s City of Batik oleh UNESCO pada tahun 2009. Berbagai sentra produksi batik tersebar di empat kecamatan, antara lain Kecamatan Pekalongan Barat, Kecamatan Pekalongan Timur, Kecamatan Pekalongan Utara, dan Kecamatan Pekalongan Selatan. Salah satu sentra produksi batik dengan produksi tinggi yang berada di Kecamatan Pekalongan Selatan adalah di Kelurahan Jenggot dengan kapasitas produksi pertahun sebesar 98.545 kodi (Disperindakom UMKM Kota Pekalongan, 2015). Perkembangan Kota Pekalongan menjadi daerah industri memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kawasan industri, khususnya industri kecil rumah tangga yang memproduksi batik. Berdasarkan data statistik Kota Pekalongan Dalam Angka 2014, jumlah industri kecil aneka di Kota Pekalongan mengalami peningkatan dari 1342 pada tahun 2011, 1354 pada tahun 2012 dan 1794 pada tahun 2013 (BPS Kota Pekalongan, 2014). Salah satu jenis industri yang masuk ke dalam industri aneka kecil adalah industri batik. Hal tersebut diakibatkan oleh meningkatnya permintaan di pasaran domestik maupun non domestik sehingga menyebabkan kapasitas produksi oleh para pengusaha juga semakin meningkat. Pertumbuhan kawasan industri batik rumah tangga di lingkungan permukiman mendorong permukiman di beberapa sentra produksi batik tidak digunakan sebagaimana mestinya. Permasalahan lingkungan sering dialami masyarakat Kota Pekalongan dikarenakan limbah yang dihasilkan dari hasil produksi batik belum terolah dengan baik dan mencemari lingkungan sekitar. Kurangnya sarana dan prasarana pengolahan air limbah menjadi salah satu penyebab semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan di Kota Pekalongan. Perhatian oleh pemerintah Kota Pekalongan dengan penyediaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di beberapa tempat dirasa kurang dikarenakan persebaran kawasan produksi batik yang menyebar dan masih dikelola secara individu. Mahalnya biaya pembuatan dan perawatan juga menjadi faktor para pengusaha batik skala rumah tangga yang enggan mengolah limbah batik yang dihasilkan dari proses produksi. Selain itu, kesadaran masyarakat yang kurang akan bahaya limbah cair batik menyebabkan usaha pengolahan air limbah menjadi kurang maksimal. Perlu adanya suatu usaha dalam perencanaan lanskap kawasan industri batik rumah tangga agar bisa meminimalisir pengaruh negatif dari limbah batik yang dihasilkan oleh para pengusaha batik bagi lingkungan sekitar tempat tinggal dan dapat memberikan kenyamanan bagi masyarakat dan pelaku usaha dalam memanfaatkan lahan yang tersedia di sekitar kawasan industri untuk meningkatkan potensi dari batik serta pengolahan limbah secara terpadu oleh masyarakat bersama dengan pemerintah. Hal tersebut dapat juga memberikan masukan bagi pemerintah dalam pengembangan kawasan industri batik rumah tangga di Kota Pekalongan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
2
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan lanskap kawasan industri batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan yang dijabarkan melalui tujuan khusus sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh limbah batik terhadap lingkungan sekitar industri batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis aspek legal, fisik biofisik dan sosial ekonomi berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Pekalongan 3. Merencanakan lanskap kawasan industri batik rumah tangga berbasis pengolahan limbah cair terpadu yang berkelanjutan. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi akademik, masyarakat dan pemerintah setempat. a. Akademik Mahasiswa dapat menganalisis dan membuat perencanaan lanskap kawasan industri batik rumah tangga berbasis pengolahan limbah cair terpadu yang fungsional dan berkelanjutan berdasarkan ilmu yang telah didapat selama masa studi perkuliahan dalam rangka menciptakan kenyamanan dalam lingkungan masyarakat. b. Masyarakat Masyarakat dapat mengetahui potensi dan kendala dari hasil penelitian ini sehingga dapat lebih bijaksana dalam mengambil keputusan yang terkait dengan penggunaan tapak agar tidak merusak dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. c. Pemerintah Menjadi masukan dan pertimbangan bagi pemerintah Kota Pekalongan dalam merencanakan pembangunan lanskap permukiman industri batik rumah tangga dengan pengelolaan limbah terpadu yang berkelanjutan yang memperhatikan keseimbangan antara manusia dan lingkungan. Kerangka Pikir Kelurahan Jenggot merupakan salah satu sentra penghasil batik di Kota Pekalongan yang menghasilkan limbah produksi batik skala rumah tangga di lingkungan. Dalam proses pembuatan batik, limbah yang dihasilkan dari proses produksi masih belum diproses secara lebih lanjut sehingga berbahaya bagi lingkungan sekitar dan dapat merusak keindahan. Apabila proses tersebut tidak diawasi dan diperbaiki, maka dalam jangka panjang dapat terjadi kerusakan yang lebih besar. Perencanaan lanskap kawasan industri batik rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa aspek, seperti aspek legal, aspek fisik biofisik, dan aspek sosial ekonomi masyarakat. Analisis dilakukan terhadap aspek fisik, biofisik, legal, dan sosial ekonomi yang akan dilanjutkan ke tahap sintesis. Zona-zona dari tiap aspek akan di overlay untuk menentukan zona kesesuaian dalam pengembangan kawasan industri batik rumah tangga disertai dengan pengolahan limbah yang
3
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang kemudian akan dihasilkan rencana tata ruang seperti rencana ruang, sirkulasi, aktivitas dan fasilitas, dan tata hijau. Selanjutnya diperoleh perencanaan lanskap yang mendukung kegiatan tersebut. Kelurahan Jenggot merupakan salah satu sentra penghasil batik di Kota Pekalongan yang menghasilkan limbah Potensi : Sebagai sentra batik dengan peningkatan kualitas lingkungan
Kendala : Limbah industri batik yang merusak lingkungan
Berpotensi dikembangkan penataan lanskap sentra batik rumah tangga yang berkelanjutan Aspek Legal UU Perda RTRW
Zona Legal
Aspek Fisik dan Biofisik
Aspek Sosial Ekonomi Mata Pencaharian Sikap/ Perilaku Masyarakat
Persepsi masyarakat
Aksesibilitas Tata Guna Lahan Jenis Tanah Iklim Hidrologi Topografi Vegetasi dan Satwa Visual Fasilitas dan Utilitas
Zona Fisik dan Biofisik
Zona Kesesuaian Konsep
Konsep Ruang
Konsep Sirkulasi
Konsep Aktifitas
Konsep Tata Hijau
Rencana Blok Rencana Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Lanskap Nurisjah dan Pramukanto (2012) berpendapat bahwa perencanaan lanskap adalah satu kegiatan utama dalam arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap merupakan kegiatan penataan yang berbasis lahan (land base planning) melalui kegiatan pemecahan masalah dan merupakan proses pengambilan keputusan jangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan. Rahman (1984) menyatakan bahwa terdapat empat aspek utama yang harus diamati dalam perencanaan, yaitu aspek sosial, ekonomi, fisik, dan teknik. Aspek sosial berkaitan dengan keinginan manusia, maksud, tujuan dan kebiasaannya. Aspek ekonomi berkaitan dengan biaya pembangunan dan pengelolaannya. Aspek fisik berkaitan dengan geologi, tanah, hidrologi, topografi, iklim, vegetasi, dan satwa. Aspek teknik berkaitan dengan teknologi dalam proses pelaksanaan pembangunan lanskap. Permukiman Permukiman adalah sebuah lingkungan yang didalamnya terdapat sekelompok rumah tinggal yang memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak dipandang dari berbagai segi kehidupan. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. (UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman). Permukiman adalah lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik kawasan perkotaan maupun perkotaan sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992). Menurut Noberg-Schulz dalam Sasongko (2005), bahwa struktur ruang permukiman digambarkan melalui pengidentifikasian tempat, lintasan, batas sebagai komponen utama, selanjutnya diorientasikan melalui hirarki dan jaringan atau lintasan, yang muncul dalam suatu lingkungan binaan mungkin secara fisik ataupun non fisik yang tidak hanya mementingkan orientasi saja tetapi juga objek nyata dari identifikasi. Definisi Limbah dan Penggolongan Limbah Air limbah merupakan air yang berasal dari sisa kegiatan industri maupun rumah tangga. Terdapat air limbah yang bisa digunakan kembali dan ada juga air limbah yang tidak bisa dimanfaatkan kembali. Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung atau tidak langsung akan dapat
5
membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya. Limbah cair dari suatu lingkungan masyarakat yang komponen terbesarnya terdiri dari air yang telah digunakan dan kira-kira 0.1 % terdiri dari benda-benda padat organik dan anorganik. Limbah cair juga menjadi tempat perkembangbiakan jasad renik seperti bakteri, virus dan protozoa. Berdasarkan sumber atau asal limbah, maka limbah dapat dibagi kedalambeberapa golongan yaitu : 1) Limbah domestik, yaitu semua limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur, tempat cuci pakaian, dan lain sebagainya, yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas zat organik baik padat maupun cair, bahan berbahaya dan beracun (B-3), garam terlarut, lemak. 2) Limbah nondomestik, yaitu limbah yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, dan transportasi serta sumber-sumber lainnya. Limbah pertanian biasanya terdiri atas pestisida, bahan pupuk dan lainnya (Kristianto,2002). Pengolahan Limbah Usaha untuk mengatasi masalah pencemaran pada dasarnya terdiri dari pengolahan limbah dan mendaur ulang limbah. Sebelum dibuang ke perairan, limbah seharusnya diolah terlebih dahulu untuk mengurangi dan menghilangkan sifat berbahaya dari limbah, terutama dalam hal mengurangi penyebaran penyakit yang ditimbulkan dari pathogen yang terkandung di dalam air limbah. Selain itu, pengolahan terhadap limbah juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan terhadap lingkungan. Menurut Muljadi (2009), proses pengolahan limbah cair terdiri dari: a. Bak penampung awal yang berfungsi untuk menampung limbah cair dari proses pencucian. b. Bak Ekualisasi (bak kontrol) yang berfungsi untuk penyimpanan sementara dan mengatur aliran limbah cair pada saat debit maksimum. c. Bak sedimentasi 1 untuk menampung air limbah yang berasal dari bak kontrol dengan bantuan pompa yang memberi kesempatan partikel berukuran kecil terpisahkan dengan prinsip gravitasi. d. Bak flokulasi-kagulasi yang berfungsi sebagai bak penambahan bahan kimia koagulan yang disesuaikan dengan pH air limbah. e. Bak sedimentasi 2 yang berfungsi untuk memberi kesempatan partikel yang tidak terendapkan dan memperlambat aliran secara horizontal atau vertical. f. Bak kontrol berfungsi untuk mengontrol seberapa jauh hasil pengolahan dari bak sedimentasi 2. g. Bak filtrasi sebagai filter dan penyangga yang dapat mengadsorbsi bahanbahan partikel koloid dan tersuspensi yang terendapkan di media filter dan adsorben. h. Bak pengolahan secara biologi yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas air limbah yang tidak dapat dilakukan di bak pengolahan secara fisika dan kimia dengan tanaman eceng gondok.
6
i. Bak lumpur berfungsi untuk menampung lumpur yang berasal dari bak sedimentasi 1, bak flokulasi-koagulasi dan bak kontrol yang dialirkan dengan pompa.
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian perencanaan lanskap kawasan industri batik rumah tangga dilaksanakan di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan. Kelurahan Jenggot memiliki luas 140,17 Ha dengan batas wilayah sebelah utara adalah Kelurahan Medono, sebelah selatan adalah Kelurahan Simbang dan Kertoharjo, sebelah barat adalah Kelurahan Buaran Kradenan, dan sebelah timur adalah Kelurahan Kuripan. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini mulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan akhir yaitu bulan Januari hingga November 2015.
Peta Kota Pekalongan
Gambar 2 Peta Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan Sumber : Bappeda Kota Pekalongan 2014
7
Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi hanya sampai dengan hasil berupa rencana lanskap kawasan industri batik rumah tangga Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan. Dilengkapi dengan gambar teknis rencana lanskap penunjang lainnya meliputi jalur sirkulasi air limbah, fasilitas rencana pengaturan dan penanganan air limbah batik Alat dan Bahan Penelitian perencanaan lanskap kawasan industri batik rumah tangga ini menggunakan peralatan baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa data visual, data spasial seperti peta, data sekunder, dan studi pustaka lainnya. Alat dan Bahan yang digunakan beserta keterangannya terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat, bahan dan kegunaannya dalam penelitian No Alat 1. Hardware Kamera Global Positioning System (GPS) 2. Software Adobe Photoshop CS 6 ArcGIS 10.1 Global mapper MS Word 2013 SketchUp 8 Bahan 1. Peta dasar Kelurahan Jenggot 2. Data sekunder dari dinas/ instansi pemerintahan 3. Studi literatur
Kegunaan Dokumentasi Ground Check Pengolahan gambar dan peta Pengolahan gambar dan peta Pengolahan peta Penyusunan skripsi Proses ilustrasi 3D Kegunaan Orientasi tapak Mendukung data primer Mendukung data dan acuan analisis
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksanakan Proyek Lanskap (Rachman, 1984) yang telah dimodifikasi. Proses perencanaan dilakukan dengan pendekatan aspek legal, sosial masyarakat, fisik, dan biofisik. Pendekatan aspek legal berkaitan dengan peraturan kawasan permukiman dan perindustrian rumah tangga di tapak. Pendekatan sosial berkaitan dengan perilaku atau sikap masyarakat terhadap kegiatan perindustrian rumah tangga di kawasan permukiman, serta pendekatan aspek fisik dan biofisik terkait dengan kondisi umum Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan. Tahapan Perencanaan Lanskap Tahapan penelitian ini mengikuti proses perencanaan yang telah dimodifikasi dari Rachman (1984) yang terbagi menjadi lima tahap, antara lain :
8
1. Inventarisasi Tahap ini merupakan tahap pertama dalam penelitian dengan persiapan untuk melakukan pengambilan terhadap data yang akan digunakan dengan didahului kepengurusan perijinan lokasi penelitian dan surat menyurat penelitian. Kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi tapak untuk mengambil data primer maupun data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil dengan pengamatan secara langsung di tapak, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil studi pustaka, buku, referensi tambahan dan informasi dari dinas terkait. Data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Jenis, sumber data, dan cara pengambilan data No
Aspek
1.
Legal
2.
Sosial masyarakat
3
Fisik Biofisik
Jenis data a.Peraturan dan kebijakan.
Sumber data
Bappeda Kota Pekalongan, Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekalongan, BLH Kota Pekalongan a Aktivitas dan lapang, BPS Kota perilaku Pekalongan b. Karakter lapang, BPS Kota masyarakat Pekalongan a. Tata guna Lapang, Bappeda lahan Pekalongan, Kantor Kelurahan Jenggot b. Iklim BMKG Wilayah II Klas 1 Semarang c. Tanah dan Bappeda Kota geologi Pekalongan d. Kemiringan lapang, Google lahan dan earth, SRTM topografi e. Hidrologi Lapang, BPSDA Pemali Comal, BLH Kota Pekalongan f. Aksesibilitas lapang, Bappeda Kota Pekalongan g. Vegetasi lapang dan satwa h. Visual lapang
Cara pengambilan data studi pustaka, wawancara.
wawancara, survei, studi pustaka wawancara, survei, studi pustaka studi pustaka dan survei
studi pustaka
survei, studi pustaka survei, studi pustaka
survei, studi pustaka
survei, studi pustaka survei survei
2. Analisis Kegiatan analisis data dilakukan untuk menentukan potensi dan kendala yang terdapat di lokasi penelitian dengan menggunakan metode analisis deskriptif
9
kualitatif, deskriptif kuantitatif dan spasial. Aspek legal dianalisis untuk mendapatkan zona perencanaan kawasan sesuai Perda No 30 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Pekalongan tahun 2009−2029. Aspek sosial ekonomi masyarakat dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui persepsi dan pandangan masyarakat terhadap kegiatan produksi batik dan pengaruh limbah serta dampak yang akan ditimbulkan dari limbah cair batik hasil produksi pengolahan batik yang akan mempengaruhi kegiatan penyediaan dan pengolahan air limbah di kawasan permukiman yang ditempati. Aspek fisik dan biofisik dianalisis untuk mendapatkan pembagian dan penggunaan ruang serta keaneragaman hayati di lokasi penelitian terhadap aktivitas produksi batik di lingkungan permukiman. Analisis spasial digunakan untuk mendapatkan kesesuaian lahan untuk menilai kesesuaian lahan dalam penggunaan sebagai permukiman dan industri rumah tangga dengan melakukan overlay terhadap data kemiringan lahan, kepekaan jenis tanah dan curah hujan. Tabel 3 Penilaian kelas lereng Kelas I II III IV V
Kisaran lereng (%) 0-8 8-15 15-25 25-45 >45
Keterangan datar landai agak curam curam sangat curam
Nilai skor 20 40 60 80 100
Sumber: SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981
Tabel 4 Skoring kelas jenis tanah Kelas
Kelompok jenis tanah
I
Alluvial, Tanah, Glei, Planossol, Hidromorf Kelabu, Literite Ait Tanah Latosol Brown Forest Soil, Non Calcic Andosol, Laterictic Gromusol, Podsolik Regosol, Litosol Organosol, Renzine
II III IV V
Kepekaan terhadap erosi tidak peka
Nilai skor 15
agak peka kurang peka
30 45
peka
60
sangat peka
75
Sumber: SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981
Tabel 5 Skoring kelas intensitas hujan Kelas I II III IV V
Kisaran curah hujan (mm/hari) 8-13,6 13,6-20,7 20,7-27,7 27,7-34,8 >34,8
Klasifikasi sangat rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi
Nilai skor 10 20 30 40 50
Sumber: SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No.: 683/Kpts/Um/8/1981
10
Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan terhadap nilai baku mutu air limbah hasil produksi batik yang diperoleh dari Instalasi Pengolahan Air Limbah di Kelurahan Jenggot disesuaikan dengan parameter baku mutu standar penetapan peraturan daerah provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 baku mutu air limbah industri batik. Tabel 6 Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil dan Batik No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Parameter Temperatur BOD5 COD TSS Fenol total Khrom total (Cr) Amoniak total (NH3-N) Sulfida (sebagai S) Minyak dan lemak pH Debit maksismum (m3/ton produk tekstil)
Kadar maksimum (mg/L) 380 60 150 50 0.5 1,0 8,0 0,3 3,0 6,0-9,0 100
Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 5 Tahun 2012 tentang baku mutu air limbah
Penentuan kualitas air dinilai berdasarkan ketentuan sistem STORET yang dikeluarkan EPA (Enviromental Protection Agency, Canter, 1977) yang menetapkan sistem nilai seperti pada Tabel 7. Tabel 7 Penetapan sistem nilai menurut metode STORET Jumlah percontoh <10
Nilai Maksimum Minimum Rata-rata Maksimum Minimum Rata-rata
≥10
Fisika -1 -1 -3 -2 -2 -6
Parameter Kimia -2 -2 -6 -4 -4 -12
Biologi -3 -3 -9 -6 -6 -18
Sumber: Canter, 1977
Sementara itu, cara penilaian klasifikasi mutu kualitas air hasil analisis sesuai dengan nilai parameter dan penetapan standar baku mutu adalah sebagai berikut : Tabel 8 Analisis kesesuaian baku mutu air limbah batik Kelas A B C D
Nilai Baik Sekali Baik Sedang Buruk
Sumber: Canter, 1977
Skor 0 -1 s/d -10 -11 s/d -30 ≥ -30
Keterangan Memenuhi syarat baku mutu Tidak memenuhi syarat baku mutu Tidak memenuhi syarat baku mutu Tidak memenuhi syarat baku mutu
11
3. Sintesis Tahap sintesis dilakukan untuk mendapatkan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi di tapak yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Hasil analisis yang telah dilakukan menjadi acuan dalam penentuan ruang yang akan dikembangkan dengan pertimbangan aspek legal, fisik biofisik dan sosial ekonomi masyarakat untuk menghasilkan alternatif dalam perencanaan. Hasil sintesis kemudian dispasialkan untuk mendapatkan rencana kawasan yang bisa dimanfaatkan dan disesuaikan dengan tata guna lahan di kawasan industri rumah tangga batik Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan disertai dengan pengolahan limbah secara terpadu. 4. Konsep Merupakan tahap dalam menetapkan konsep yang terbaik dalam menyelesaikan kendala dan potensi serta membuat konsep pengembangan seperti konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep aktivitas, fasilitas dan konsep vegetasi untuk memaksimalkan potensi dari tapak dan mengurangi kendala yang ada di tapak penelitian. 5. Perencanaan Pada tahap perencanaan, konsep yang telah dibuat kemudian dikembangkan menjadi rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas, fasilitas, dan rencana ruang yang akan menghasilkan landscape plan secara keseluruhan satu Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan yang menunjang pengelolaan kegiatan industri batik rumah tangga dan limbah batik yang dihasilkan oleh home industry.
12
Inventarisasi
Persiapan dan pengambilan data : 1. Aspek legal : peraturan dan kebijakan 2. Aspek sosial : Aktivitas dan perilaku karakter masyarakat 3. Aspek fisik dan biofisik: Tata guna lahan, iklim, tanah, topografi, hidrologi, aksesibilitas, vegetasi satwa, fasilitas dan utilitas, visual
Analisis
Analisis peraturan terkait penggunaan di tapak Analisis kesesuaian lahan untuk permukiman dan industri rumah tangga Analisis fasilitas pendukung pengolahan batik Analisis pemanfaatan ruang dan aktivitas
Sintesis
Evaluasi zonasi kawasan di Kelurahan Jenggot : blok Inti dan blok penyangga
Konsep Ruang Konsep Sirkulasi
Konsep
Konsep Dasar
Konsep Aktivitas
Rencana Blok
Konsep Tata Hijau
Perencanaan Lanskap
Perencanaan lanskap kawasan indutri batik di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan dengan hasil akhir rencana lanskap, rencana sirkulasi, rencana aktivitas fasilitas dan rencana tata hijau
Gambar 3 Tahapan penelitian
13
HASIL DAN PEMBAHASAN Batas Administratif dan Letak Geografis Kelurahan Jenggot secara administratif terletak di Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Jarak Kelurahan Jenggot dari pusat pemerintahan kota adalah 3,7 km dan jarak dari pusat pemerintahan Kabupaten 20 km. Secara geografis Kelurahan Jenggot berada di antara 6°54’50” – 6°55’25” Lintang Selatan dan 109°39’60” – 109°40’30” Bujur Timur. Kelurahan Jenggot merupakan kawasan permukiman dengan luas wilayah yang dimiliki adalah 140,17 ha seperti pada Gambar 4 dan memiliki batas wilayah sebagai berikut : Batas Utara : Kelurahan Medono, Kecamatan Pekalongan Barat Batas Selatan : Desa Simbang Kabupaten Pekalongan dan Kuripan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan Selatan Batas Barat : Kelurahan Buaran Kradenan, Kecamatan Pekalongan Selatan Batas Timur : Kelurahan Kuripan Yosorejo (Sungai Kupang) Kecamatan Pekalongan Selatan.
Gambar 4 Peta administrasi Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan Aspek fisik dan Biofisik Aksesibilitas Aksesibilitas menuju ke Kelurahan Jenggot sangat mudah dikarenakan kondisi jalan yang sudah beraspal dan dapat ditempuh dari berbagai arah, karena terletak di perbatasan Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan. Waktu tempuh dari Kelurahan Jenggot ke pusat pemerintahan kota adalah ± 15 menit dengan kendaraan bermotor. Jalan yang bisa ditempuh menuju Kelurahan Jenggot adalah melewati jalan Letjen Suprapto di sebelah barat, Jalan Sunan Ampel di sebelah utara, dan jalan HOS Cokro Aminoto disebelah timur. (Gambar 6)
14
Jalur sirkulasi yang melewati Kelurahan Jenggot tergolong kedalam jenis jalan lokal primer yang menghubungkan wilayah di Kota Pekalongan dengan Kabupaten Pekalongan. Sementara jalur sirkulasi yang terdapat di Kelurahan Jenggot tergolong kedalam jalan lokal sekunder dan jalan lingkungan. Jalan lokal primer yang berada di Kelurahan Jenggot memiliki lebar jalan 5-6 meter. Jalan lokal sekunder berupa jalan yang menghubungkan kawasan permukiman dengan jalan lokal dengan lebar jalan sebesar 3-4 meter. Sementara jalan lingkungan merupakan akses jalan yang saling menghubungkan antar rukun tetangga (RT) didalam lingkungan permukiman dengan lebar jalan 2-3 meter. Kondisi aksesibilitas di dalam Kelurahan Jenggot cukup mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan didominasi oleh permukiman dengan disertai kegiatan industri batik skala rumah tangga/mikro, areal persawahan, ruang terbuka hijau berupa kebun campuran/ lapangan, dan badan air berupa sungai. (Gambar 7) Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekalongan No. 30 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan Tahun 2009-2029, Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan berstatus kawasan permukiman dengan kepadatan sedang yang mendukung kegiatan perindustrian sentra batik skala kecil/ mikro dan tekstil. Penggunaan rumah-rumah di wilayah ini pada umumnya disertai dengan kegiatan produksi batik skala rumah tangga. Penataan kawasan sentra produksi batik ini memiliki pengaruh yang sangat penting dalam lingkup pengembangan kawasan terhadap kelangsungan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, dan keberlanjutan lingkungan. Jenis Tanah Berdasarkan peta tanah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan 2009−2029, Kelurahan Jenggot memiliki jenis tanah yang terdiri dari Alluvial Kelabu Tua dan Alluvial Coklat Kekeabuan (Gambar 8). Jenis tanah ini tidak peka terhadap erosi dari berbagai jenis kegiatan permukiman maupun pertanian dan perindustrian skala kecil. Selain itu, tanah ini bersifat keras, tekstur tanahnya liat, atau liat berpasir, mempunyai konsistensi yang keras pada waktu kering dan teguh pada waktu lembab, memiliki banyak kandungan unsur hara yang bergantung dari bahan induknya (Sarief, 1986). Iklim Berdasarkan data dari BMKG Wilayah II Stasiun Klimatologi Klas 1 Semarang tahun 2014, Kota Pekalongan pada umumnya memiliki iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 255,83 mm per bulan dan 8,41 mm per hari dengan intensitas tertinggi pada bulan Januari sebesar 1351 mm dan terendah pada bulan September sebesar 6 mm. Jumlah hari hujan rata-rata per bulan berkisar 1-23 hari, suhu udara rata-rata perbulan adalah 28 0C dengan suhu tertinggi 29,6 0C dan suhu terendah 26,2 0C, serta kelembaban rata-rata per bulan sekitar 81.58 %. Melalui perhitungan rumus tingkat kenyamanan manusia (THI = 0.8T + [(RH x T)/500] Kelurahan Jenggot tergolong ke dalam kawasan yang cukup nyaman dengan nilai THI rata-rata sebesar 260C.
15
Tabel 9 Data iklim Kota Pekalongan tahun 2014 Indikator CH (mm) HH (hari) T (0C) RH (%)
Jan 1351 23 26,2 89
Feb 700 19 26,4 89
Mei 125 11 28,8 85
Apr 73 9 28,4 82
Mei 253 14 28,4 84
Bulan Jun Jul 152 152 8 8 28 27,7 83 83
Agst 80 8 27,6 79
Sept 6 1 27,9 74
Okt 23 4 29 73
Nov 34 7 29,6 75
Des 121 10 28,1 83
Ket : CH=Curah Hujan, HH = Hari Hujan, T=Suhu, Rh=Kelembapan Relatif Sumber : BMKG Wilayah II Stasiun Klimatologi Klas 1 Semarang, 2014
Hidrologi Sumber air di Kelurahan Jenggot berasal dari air permukaan, air tanah dan air PDAM . Air permukaan merupakan air yang mengalir diatas permukaan tanah seperti air sungai maupun kali. Terdapat 2 aliran sungai yang melewati Kelurahan Jenggot, yaitu Sungai Asam Binatur dan Sungai Kupang Pekalongan. Air sungai digunakan sebagai sarana akhir pembuangan air limbah batik dan irigasi lahan pertanian yang terdapat disekitar sungai. Sedangkan air tanah merupakan sumber air yang berasal dari dalam tanah seperti air sumur yang digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan air bersih, MCK dan kegiatan perindustrian batik. Debit air di Sungai Binatur dan Sungai Kupang sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh keadaan musim. Ketika musim penghujan, debit air sungai akan tinggi dan menunjukkan warna kecoklatan diakibatkan campuran hasil erosi tanah yang berasal dari hulu. Sebaliknya jika musim kemarau, debit air sungai akan berkurang dan warna air menjadi keruh kehitamaan atau kemerahan akibat pengaruh pewarna batik dan menyebabkan bau yang tidak enak. Warna air sungai juga dipengaruhi oleh hari kerja, ketika produksi batik berhenti, maka warna air sungai akan terlihat alami, sebaliknya ketika memasuki hari kerja, maka air sungai akan berwarna keruh dan bau. Kondisi tersebut juga terjadi di beberapa sumur milik masyarakat Kelurahan Jenggot, yang airnya keruh dan berwarna disebabkan pengaruh resapan air tanah yang terkontaminasi pewarna batik. Selain itu, penggunaan air PDAM dalam memenuhi kebutuhan air bersih di Kelurahan Jenggot pada waktu musim kemarau. Berdasarkan pengamatan langsung di tapak pada hari Sabtu, 29 Agustus 2015 pukul 11.00 WIB dan 14.00 WIB dengan menggunakan metode apung, pengukuran debit selokan di tapak menunjukkan rataan nilai pada titik pertama sebesar 7 liter/dt, titik kedua sebesar 10 liter/detik, titik ketiga sebesar 38 liter/detik, titik keempat sebesar 10,05 liter/detik dan titik terakhir sebesar 9,9 liter/detik dengan jam operasional produksi batik yang menggunakan bahan baku air selama 4 jam dan sisa waktu dalam satu hari merupakan limbah dari penggunaan air rumah tangga seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10.
Sungai Kupang Sungai Binatur Drainase selokan Gambar 5 Kondisi hidrologi dan drainase Kelurahan Jenggot
16 16
Gambar 6 Peta aksesibilitas Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan
17
Gambar 7 Peta penutupan lahan di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan
18
Gambar 8 Peta jenis tanah di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan
19
Gambar 9 Peta topografi di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan
20
Gambar 10 Peta hidrologi di Kelurahan Jenggot
21
Topografi Kelurahan Jenggot merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian ± 13 meter diatas permukaan laut. Keseluruhan wilayah yang dimiliki cenderung datar dan memiliki presentase kemiringan < 8 % (Gambar 9). Kondisi eksisting tapak yang datar sudah sesuai digunakan sebagai kawasan permukiman dan industri skala rumah tangga dan menjadi salah satu sentra batik di Kota Pekalongan. Pengembangan kawasan indutri batik rumah tangga didasarkan kriteria kemiringan tapak adalah untuk merencanakan arah sirkulasi jalur limbah di saluran pembuangan menuju pengolahan limbah (IPAL). Vegetasi dan Satwa Jenis vegetasi eksisting yang ditemui di Kelurahan Jenggot sangat beragam dan umum dijumpai di kawasan permukiman lainnya seperti jenis tanaman produksi yang ditanam di halaman rumah masyarakat maupun di lahan kebun campuran. Jenis-Jenis vegetasi tersaji pada Tabel 10. Tabel 10 Vegetasi di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan No.
Nama Lokal
Nama Latin
1.
Mangga
Magnifera indica
2.
Sukun
Artocarpus communis
3.
Pisang
Musa paradisiaca
4.
Kelapa
Cocos nucifera
Gambar
22
Tabel 11 Vegetasi di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan (Lanjutan) No.
Nama Lokal
Nama Latin
5.
Waru
Hibiscus tiliaceus L.
6.
Ketapang
Terminalia catappa
7.
Bambu
Bambusa
8.
Jambu
Psidium guajava
9.
Beringin
Ficus benjamina
Gambar
23
Tabel 12 Vegetasi di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan (Lanjutan 2) No.
Nama Lokal
Nama Latin
10.
Jati
Tectona grandis
11.
Nangka
Artocarpus heterophyllus
12.
Sengon
Parasaerianthes falcataria
Gambar
Satwa yang ditemukan di tapak adalah hewan ternak yang umum dipelihara dan satwa liar. Hewan ternak diantaranya adalah ayam, kambing. Sedangkan satwa liar adalah ikan, ular, belalang dan kadal. Ikan yang ada di sungai seringkali dimanfaatkan untuk dipancing dan dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga kualitas tempat hidup ikan harus dijaga dengan baik supaya tidak terkontaminasi oleh pengaruh limbah batik dalam jangka yang panjang. Fasilitas dan Utilitas Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei dan profil kelurahan, terdapat beberapa fasilitas yang menunjang aktivitas industri pengolahan batik seperti jaringan saluran pembuangan limbah atau drainase, gawangan untuk menjemur kain batik dan Unit Pengolahan Limbah (UPL) yang dikelola oleh Badan lingkungan Hidup Kota Pekalongan. Namun kapasitas pengolahan air limbah di Kelurahan Jenggot belum optimal dikarenakan melebihi daya tampung kondisi eksisting sebesar 400 m3/hari dan masih banyak limbah yang belum terolah serta langsung dibuang ke sungai. Selain itu terdapat juga beberapa fasilitas penunjang permukiman lainnya seperti sarana pelayanan umum, sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana kesehatan, sarana pemakaman, sarana olahraga dan ruang terbuka hijau.
24
Tabel 13 Fasilitas umum di Kelurahan Jenggot No Jenis 1 Sarana pelayanan umum 2 Sarana pendidikan 3 4 5
Jumlah (unit) 1 11
Sarana ibadah Sarana kesehatan Sarana olahraga
Keterangan Kantor Kelurahan 3 TK, 5 SD, 1 SLTP dan 1 SMK, 1 SMA 2 Masjid dan 31 Musholla 1 Puskesmas dan 15 Posyandu Lapangan sepak bola
33 16 1
Sumber : Data monografi Kelurahan Jenggot tahun 2014
Tabel 14 Hasil pemantauan sampel di IPAL Kelurahan Jenggot Hasil Analisa No
Parameter
Satuan
Baku Mutu
12 Mar 2014 Inlet
I.
Outlet
Inlet
26 Feb 2015
Outlet
Inlet
Outlet
Fisika
1
Temperatur
2
Zat padat tersuspensi
II.
24 Okt 2014
0
C
38
29,60
28,70
30,80
30,50
27,8
28,60
50
698
632
817
562
359
355
mg/l
Kimia
1
BOD5
mg/l
60
31,00
19,00
80,00
35,00
125
100
2
COD
mg/l
150
545,1
92,45
847,56
75,88
132,84
33,1
3
Fenol total
mg/l
0,5
-
-
-
-
-
-
4
Khrom total (Cr)
mg/l
1,0
-
-
1,44
0,09
-
-
Amoniak total (NH3N)
mg/l
8,0
1,92
0,71
>1,2
>1,2
71,2
0,23
Sulfida (sebagai S)
mg/l
0,3
-
-
0,27
<0,04
-
-
Minyak dan lemak
mg/l
3,0
-
-
-
-
-
-
pH
unit
6,09,0
8,92
7,06
6,20
7,20
6,91
7,23
100,0
-
-
-
-
-
-
5
6
7
8
Debit
m3/hari
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Pekalongan 2014
25
Pengembangan kawasan industri batik rumah tangga membutuhkan fasilitas pendukung dalam proses kegiatan produksi dan pengolahan hasil limbah agar limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan permukiman, dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan tetap mempertahankan eksistensi produk batik yang dihasilkan. Fasilitas tersebut masih sedikit ditemui di tapak. Kondisi utilitas seperti jaringan air bersih PDAM sudah cukup baik sebagai penunjang kebutuhan air bersih bagi industri dan masyarakat pada saat musim kemarau.
a. Drainase terbuka air limbah
b. Unit Pengolahan c. Gawangan batik Limbah Kelurahan Jenggot Gambar 11 Fasilitas dan utilitas di Kelurahan Jenggot
Visual Kualitas visual dapat dibedakan menjadi dua, yaitu good view dan bad view. Sebagai salah satu kawasan sentra batik di Kota Pekalongan, kualitas good view terlihat dari hadirnya beragam warna dan corak dari kain batik yang dijemur di lahan pekarangan masyarakat. Sebaliknya, kualitas bad view terlihat dari kualitas air sungai yang berwarna-warni diakibatkan pengaruh limbah obat batik dan terdapatnya genangan air pada sistem drainase yang dikarenakan banyaknya endapan lumpur pada saluran drainase tersebut yang kurangnya perawatan dan tidak dapat menampung sejumlah air limbah.
a. Penjemuran kain b. Sungai Binatur c. Genangan air limbah batik berwarna hitam batik di selokan Gambar 12 Kualitas good view (a) dan bad view (b), (c) di Kelurahan Jenggot Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Kelurahan Jenggot termasuk dalam kawasan lingkungan permukiman sentra batik di Kota Pekalongan. Berdasarkan laporan kependudukan Kelurahan Jenggot pada bulan Januari 2014 memiliki jumlah KK sebanyak 2.975 KK dan jumlah penduduk 11.661 jiwa yang terdiri dari 6.014 jiwa berjenis laki-laki dan 5.647 jiwa berjenis perempuan. Perbandingan rentang usia penduduk di Kelurahan
26
Jenggot adalah 3.574 Jiwa pada usia 0–15 tahun, 7500 Jiwa pada usia 15–65 tahun dan 587 jiwa diatas usia 65 tahun. Tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Jenggot antara lain 2.925 orang lulus sekolah dasar, lulusan SMP sebanyak 1.411 orang, lulusan SMA sebanyak 770 orang, lulusan Akademi 280 orang, lulusan sarjana sebanyak 37 orang dan lulusan pasca sarjana sebanyak 2 orang. Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Jenggot pada umumnya beragam dengan presentase terbanyak adalah wiraswasta dan buruh sebanyak 867 orang dan 572 orang dan sebagian besar berkecimpung di perbatikan. Kondisi di Kelurahan Jenggot menunjukkan bahwa produksi batik naik turun dan sangat dipengaruhi oleh permintaan dari pasaran. Setiap rumah berpotensi dapat membuat maupun mengolah kain batik sesuai dengan permintaan yang ada. Analisis Data Aspek Legal Aspek legal merupakan aspek yang paling penting untuk dianalisis dalam menentukan batas legal dan arah perencanaan kawasan industri rumah tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan yang disesuaikan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. 1. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 30 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Pekalongan Tahun 2009–2029 Peraturan Daerah Kota Pekalongan No 30 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kota Pekalongan menjelaskan bahwa Kelurahan Jenggot merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Pekalongan Selatan selain Kelurahan Duwet yang mendapatkan rencana pengembangan sistem pengolahan air limbah kota yang terdapat dalam Pasal 27 huruf b tentang pengembangan sistem pengolah limbah industri. Pengembangan sistem pengolah limbah industri sebagaimana yang terdapat pada Pasal 29 ayat (1) huruf b, meliputi pembangunan unit instalasi pengolahan air (IPAL) terpadu untuk industri maupun home industry yang memenuhi baku mutu lingkungan pada lokasi-lokasi industri atau home industry di Kelurahan Jenggot Kecamatan Pekalongan Selatan dengan kapasitas kurang lebih 400 (empat ratus) m3/hari. Berdasarkan Pasal 47 menjelaskan bahwa kawasan industri sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 41 huruf f terdiri atas industri besar, industri menengah dan industri kecil. Industri kecil dan makro sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas 64 hektar di Kota Pekalongan yang salah satunya adalah di Kelurahan Jenggot yang diarahkan sebagai sentra batik dan tekstil.
27
Tabel 15 Rencana program RTRW Kota Pekalongan tahun 2009–2029
2029
s/d
2025
PJM IV 2024
s/d
2020
2019
s/d
2014
2013
2012
2011
Lokasi
2009 2010
Program Utama
2015
Waktu Pelaksanaan PJM II PJM III
PJM I
Pembangunan Kec. Instalasi Pekalongan Pengolahan Air Selatan Limbah Kota Komunal untuk Industri di Kelurahan Jenggot Sumber : BAPPEDA Kota Pekalongan, 2011
2.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang baku mutu air dalam pasal 8 menjelaskan bahwa penanggung jawab kawasan industri wajib : a. menaati baku mutu air limbah yang ada; b. melakukan pengelolaan air limbah yang dibuang agar memenuhi baku mutu air limbah yang dibuang ke sumber air tidak melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan; c. membuat instalasi pengolah air limbah dan sistem saluran air limbah kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan; d. memasang alat ukur debit atau laju air limbah pada inlet instalasi pengolahan air limbah dan outlet instalasi pengolahan air limbah serta inlet pemanfaatan kembali apabila air limbah yang dihasilkan dimanfaatkan kembali; e. melakukan pencatatan debit harian air limbah baik untuk air limbah yang dibuang ke sumber air dan/atau laut, dan/atau yang dimanfaatkan kembali f. melakukan pencatatan pH harian air limbah; g. tidak melakukan pengenceran air limbah kedalam aliran buangan air; h. melakukan pencatatan jumlah bahan baku dan produk harian senyatanya; i. memisahkan saluran buangan air limbah dengan saluran limpasan air hujan; j. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji; k. memeriksakan kadar parameter air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan di laboratorium yang terakreditasi dan teregistrasi di Kementerian Lingkungan Hidup; l. menyampaikan laporan debit air limbah harian, pH harian, penggunaan bahan baku, jumlah produk harian, dan kadar parameter air limbah sebagaimana dimaksud dalam huruf c, huruf e, huruf g, dan huruf j secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan Menteri serta instansi lain yang terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
28
m. melaporkan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan Menteri mengenai kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu air limbah dilampaui serta rincian upaya penanggulangannya paling lama 2 × 24 jam. Pasal 12 ayat 1 juga menjelaskan bahwa Gubernur dapat menjatuhkan sanksi administrasi terhadap penanggung jawab usaha atau kegiatan yang melanggar ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8. Sanksi administrasi yang terdapat pada pasal 12 ayat 2 berupa teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan atau pencabutan izin lingkungan. 3. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Pekalongan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2010, pasal 18 menjelaskan bahwa : 1. Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari air wajib melakukan pengelolaan terlebih dahulu dengan tidak melakukan proses pengenceran sebelum dibuang ke media lingkungan sesuai standar baku mutu yang telah ditetapkan. 2. Untuk melaksanakan kewajiban sebagai dimaksud pada ayat (1), setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki tenaga teknis ahli pengolahan limbah. 3. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang belum memiliki tenaga ahli pengolahan limbah, wajib mengajukan bimbingan kepada instansi yang bertanggung jawab Pasal 19 ayat 1 juga menjelaskan bahwa penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan limbah cair wajib: a. Melakukan pengujian terhadap kualitas dan mengukur debit limbah cair dan melaporkan kepada instansi lingkungan hidup paling sedikit 1 (satu) bulan sekali. b. Memenuhi baku mutu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan c. Memiliki izin pembuangan limbah cair. Selain itu, didalam Pasal 20 ayat 1, menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah membantu memfasilitasi prasarana dan sarana pengolahan air limbah yang dihasilkan dari usaha kecil dan/atau limbah domestik. Berdasarkan hasil analisis peraturan-peraturan terkait kawasan permukiman dan industri batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan yang meliputi Peraturan Daerah Kota Pekalongan No 30 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kota Pekalongan, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012, peraturan tersebut dinilai cukup untuk menjadi acuan dalam proses perencanaan kawasan industri batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan dengan pemanfaatan ruang sebagai areal permukiman yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk perlindungan lanskap dan meningkatkan kualitas lanskap dari proses produksi batik dan limbah batik.
29
Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Pekalongan juga mengharuskan setiap penanggungjawab usaha melakukan pengelolaan terhadap air limbah yang dihasilkan, dan selaku pemerintah juga dapat memberi bantuan dalam memfasilitasi sarana dan prasarana pendukung pengolahan air limbah supaya limbah yang dihasilkan dapat mencapai baku mutu yang telah ditetapkan didalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 dan dapat berwawasan lingkungan. 4. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Garis Sempadan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 7 tahun 2012 tentang Garis Sempadan pasal 1 (6) menjelaskan bahwa garis sempadan adalah garis batas luar pengamanan yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan tepi sungai, tepi saluran kaki tanggul, tepi danau, tepi mata air, tepi sungai pasang surut, tepi pantai, as jalan, tepi luar kepala jembatan dan sejajar tepi daerah manfaat jalan rel kereta api yang merupakan batas tanah yang boleh dan tidak boleh didirikan bangunan/dilaksanakannya kegiatan. Bab III Garis Sempadan Sungai bagian kesatu tentang sungai bertanggul dan bagian kedua tentang sungai tidak bertanggul menjelaskan bahwa garis sempadan sungai bertanggul adalah 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul dan garis sempadan sungai tidak bertanggul adalah 10 (sepuluh) meter dari batas tepi sungai. Sehingga kawasan sempadan sungai dalam pemanfaatannya terbatas untuk kegiatan yang bersifat sosial seperti budidaya pertanian dan tidak menimbulkan keamanan fungsi fisik sungai serta harus mendapat izin dari Walikota melalui Dinas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Analisis Aspek Fisik dan Biofisik Analisis Kesesuaian Lahan Berdasarkan hasil survei dan data sekunder yang telah didapatkan, analisis kesesuaian lahan dilakukan terhadap keadaan topografi Kelurahan Jenggot, jenis tanah berdasar kepekaan di Kelurahan Jenggot dan juga intensitas curah hujan yang ada di Kota Pekalongan. Hasil overlay data spasial peta berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk permukiman dan kawasan industri seperti tercantum didalam Tabel 16. Tabel 16 Kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman dan industri No 1 2 3
Peubah Kemiringan lahan Jenis Tanah Curah Hujan
Kelas I I I Jumlah
Sub Peubah 0-8% (Datar) Tidak peka (Alluvial) Sangat rendah (8,41 mm/hari)
Nilai 20 15 10 45
Hasil analisis kesesuaian lahan terhadap faktor kemiringan lahan, jenis tanah menurut kepekaan erosi dan intensitas hujan menunjukkan total skoring
30
kesesuaian lahan Kelurahan Jenggot memiliki nilai sebesar 45 yang berarti seluruh kawasan di Kelurahan Jenggot memenuhi kriteria untuk pengembangan kawasan budidaya permukiman dan industri dengan kegiatan perindustrian skala rumah tangga dan kegiatan penunjang lainnya. Peta kesesuaian lahan tertera pada Gambar 13. Analisis fasilitas pendukung pengolahan batik Analisis pendukung kegiatan pengolahan batik dilakukan terhadap kemudahan aksesibilitas sirkulasi jalan yang ada di Kelurahan Jenggot, sirkulasi pembuangan air limbah batik dan kemampuan instalasi pengolahan air limbah di Kelurahan Jenggot. Berdasarkan survei di lapangan aksesibilitas sirkulasi jalan yang terdapat di Kelurahan Jenggot sudah baik, karena sudah dapat menunjang kegiatan warga maupun kegiatan pengolahan batik dan kondisi sudah beraspal maupun paving. Pembuangan air limbah batik dialirkan melalui saluran drainase terbuka yang terletak di sisi jalan yang ada di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan menuju instalasi pengolahan air limbah. Kondisi saluran drainase sudah cukup baik, meskipun di beberapa tempat keadaannya buruk dikarenakan perawatan yang kurang maksimal dan banyaknya endapan lumpur limbah batik. Saluran drainase ini belum sesuai dengan standar karena aliran drainase masih tercampur dengan massa air limbah batik dan limpasan air hujan. Seluruh responden penelitian sudah mengetahui keberadaan Instalasi Pengolahan Air Limbah di Kelurahan Jenggot, namun kemampuan IPAL dalam mengolah limbah masih kurang dikarenakan melebihi daya tampung eksisting sebesar 400 m3 perhari. Sementara sisa air limbah yang tidak terolah langsung dialirkan menuju ke sungai. Hasil penilaian sampel air limbah yang ada di instalasi pengolahan air limbah dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Penilaian hasil sampel air limbah Unsur
Baku mutu
Fisika Temperatur Zat padat tersuspensi
38 50
Satuan 0
Hasil Pengukuran Maksimum Minimum Rata-rata
C mg/l
30,50 632
28,6 355
Skor
29,26 516,33
0 -5
Kimia BOD5
60
mg/l
100
19,00
97,96
-8
COD
150
mg/l
92,45
33,1
67,14
0
Fenol total
0,5
mg/l
Khrom total (Cr)
1,0
mg/l
0,09
0
0,03
0
Amoniak total (NH3N)
>1,2
0,23
0,71
0
8,0
mg/l
31
Tabel 18 Penilaian hasil sampel air limbah (Lanjutan) Unsur
Baku mutu
Satuan
Hasil Pengukuran Maksimum Minimum Rata-rata
Skor
Kimia Sulfida (sebagai S)
0,3
mg/l
Minyak dan lemak
3,0
mg/l
6,0-9,0
unit
pH Total
0,04
0
0,013
0
-
-
-
-
7,23
7,06
7,16
0 -13
Sumber : hasil analisis Tabel 19 Penilaian kesesuaian baku mutu air limbah batik IPAL Kelurahan Jenggot Kelas Nilai A Baik Sekali B Baik C Sedang D Buruk Sumber : hasil analisis
Skor 0 -1 s/d -10 -11 s/d -30 >-30
Keterangan Memenuhi syarat baku mutu Tidak memenuhi syarat baku mutu Tidak memenuhi syarat baku mutu Tidak memenuhi syarat baku mutu
Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup Kota Pekalongan dengan pengambilan sampel air IPAL Kelurahan pada tanggal 12 Maret 2014, 24 Oktober 2014 dan 26 Februari 2015 memperlihatkan total skor -13 yang berarti kualitas air yang keluar dari IPAL belum memenuhi baku mutu air dan berkualitas sedang. Fasilitas tersebut masih belum layak untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan kegiatan pengolahan limbah batik skala rumah tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan. Masih diperlukan penambahan kapasitas IPAL untuk mengolah air limbah batik yang belum terolah. Analisis Ruang dan Aktivitas Analisis ruang dan aktivitas dilakukan terhadap penggunaan lahan di lingkungan pekarangan dan ruang terbuka hijau yang ada di Kelurahan Jenggot. Pemanfaatan lahan yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan pengolahan industri batik sebagai tempat untuk menjemur batik dan mengolah limbah sementara hasil dari rumah produksi. Berdasarkan pengamatan, penggunaan ruang sudah cukup baik dalam kegiatan pengolahan industri batik skala rumah tangga di Kelurahan Jenggot dikarenakan masih dalam kategori memenuhi persyaratan lingkungan permukiman dengan menyediakan ruang terbuka publik sebesar 20 % dari tuas total wilayah Kelurahan Jenggot.
32
Analisis Aspek Sosial dan Ekonomi Masyarakat Persepsi dan Perilaku Masyarakat Berdasarkan hasil survei terhadap 30 responden penelitian, keselurahan responden mengetahui keberadaan dari Instalasi Pengolahan Air limbah di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan, 80 % responden sudah mengetahui bahaya dari limbah batik jika tidak diolah bagi lingkungan, namun dikarenakan kurangnya kesadaran dalam bersikap dan teknologi pengolahan air limbah batik cukup mahal, sehingga seluruh pelaku industri batik langsung membuang limbahnya ke saluran terbuka yang menuju ke sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Sintesis Berdasarkan hasil analisis yang mencakup analisis aspek legal, overlay aspek fisik dan biofisik dengan analisis spasial terhadap kesesuaian lahan untuk permukiman dan industri, didapatkan identifikasi potensi dan kendala di tapak dalam upaya mendukung tindakan keberlanjutan lingkungan dan menciptakan kawasan industri batik rumah tangga di lingkungan permukiman yang nyaman. Penggunaan ruang mengacu pada Perda no 30 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan. Batasan terhadap pengembangan kawasan industri batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot dan jenis-jenis kegiatan diperlukan demi terciptakan kenyamanan untuk keberlanjutan lingkungan. Untuk itu, sintesis dapat dilihat pada Tabel 20.
33
Gambar 13 Peta kesesuaian lahan untuk permukiman dan industri
34
Tabel 20 Analisis dan sintesis N No
Sintesis
Analisis Data Potensi
Kendala
Solusi
A. Aspek Legal .
1Peraturan dan Kebijakan Daerah
Tapak ditetapkan sebagai kawasan permukiman dan menjadi salah satu sentra batik yang mendukung kegiatan pengolahan batik secara berkelanjutan
Masih kurangnya kerjasama dan kesadaran masyarakat dalam penanganan masalah lingkungan akibat limbah batik yang dihasilkan
Koordinasi secara intensif terhadap program pemerintah bersama masyarakat dalam menciptakan pengembangan kawasan sentra batik yang berkelanjutan Sosialisasi intensif dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengolah limbah secara bersama-sama demi terciptanya keharmonisan dengan lingkungan tempat tinggal Melibatkan masyarakat secara langsung dalam menciptakan permukiman yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
B. Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat .
.
1Pengetahuan Masyarakat
Sebanyak 26 dari 30 responden masyarakat sadar bahaya limbah bagi lingkungan sekitar
Kurangnya partisipasi masyarakat dan pengusaha dalam mengolah limbah batik
2Perilaku masyarakat
Masyarakat sangat mendukung upaya perencanaan dan pengembangan Kelurahan Jenggot sebagai sentra batik dengan pengolahan limbah untuk meningkatan perekonomian
Masih adanya sikap acuh tak acuh dalam penanganan limbah dan menciptakan lingkungan sehat
Tabel 21 Analisis dan sintesis (Lanjutan) N No
Sintesis
Analisis Data Potensi
Kendala
Solusi
C. Aspek Fisik dan Biofisik 1Aksesibilitas . 2Tata Guna Lahan .
3Tanah . 4Iklim .
5Hidrologi . 6Topografi .
Letak tapak yang mudah diakses dari berbagai arah
Jalan lokal sekunder tidak memenuhi standar lebar jalan untuk dilewati kendaraan Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membina lingkungan permukiman terhadap limbah produksi batik yang dihasilkan.
Pelebaran jalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan agar memudahkan aksesibilitas Kelurahan Jenggot diperuntukaan Pengoptimalan terhadap lahan untuk kawasan permukiman dan milik masyarakat untuk ikut sentra batik di Pekalongan Selatan dimanfaatkan dalam pengelolaan limbah batik yang dihasilkan. Jenis Tanah tidak peka terhadap Tanah memadat dikarenakan Menggunakan jenis tanaman erosi sehingga mendukung kawasan pengaruh pengendapan air limbah yang mampu mendukung upaya permukiman dan industri batik batik perbaikan tanah Iklim lokal yang nyaman untuk Di beberapa tempat, keadaan tidak Menambahkan vegetasi penaung permukiman dan industri batik nyaman dikarenakan suhu yang dan penyerap polusi udara batik terlalu panas akibat proses pengolahan batik Kualitas air yang bersih dan Rusaknya kualitas air dipengaruhi Preservasi daerah aliran sungai terhindar dari kontaminasi limbah oleh air imbah pengolahan batik dan pengolahan air hasil olahan limbah batik melalui IPAL Topografi datar mengurangi tingkat Terdapat wilayah yang tergenang Pemerataan dan pengurugan kepekaan erosi. air karena memiliki area yang tanah untuk mengurangi lebih rendah. genangan air 35
36
Tabel 22 Analisis dan sintesis (Lanjutan) N No
Data Potensi
7 Vegetasi dan Satwa .
8 Visual .
9 Fasilitas dan Utilitas .
Sintesis
Analisis
Keberagaman vegetasi dan satwa eksisting di lingkungan permukiman
Kendala Vegetasi masih belum tertata dengan baik dan satwa yang terkontaminasi kandungan limbah batik Kualitas sungai yang tercemar dan merusak pemandangan
Solusi
Penggunaan jenis tanaman untuk proses fitoremediasi ait limbah batik dalam tanah maupun udara Menciptakan lingkungan Membatasi praktik kegiatan permukiman yang harmonis dengan pengolahan industri batik rumah kegiatan industri batik tangga yang merusak lingkungan Sudah terdapat fasilitas pengolahan Instalasi pengolahan air limbah Evaluasi pengolahan air limbah air limbah batik dan jaringan yang melebihi batas maksimum batik dan jaringan drainase yang drainase terbuka sebesar 400 m3 perhari digunakan
37
Gambar 14 Peta Sintesis Kawasan
38
Konsep Perencanaan Konsep Dasar Konsep dasar dari perencanaan lanskap kawasan industri batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot adalah merencanakan kawasan permukiman yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan terhadap jenis kegiatan industri pengolahan batik rumah tangga yang menghasilkan limbah berbahaya bagi lingkungan dan perlindungan terhadap daerah permukiman sebagai tempat tinggal masyarakat. Hasil dari perencanaan ini yaitu tetap mempertahankan Kelurahan Jenggot sebagai kawasan permukiman dengan jenis pengembangan rencana yang mendukung kegiatan industri batik dan pengolahan limbah batik yang dihasilkan. Prinsip tersebut melibatkan partisipatif masyarakat secara langsung dalam pengembangan dan pengelolaan lingkungan permukiman untuk mewujudkan keseimbangan lingkungan alam dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta dapat menjadi salah satu kelurahan percontohan dalam pengembangan kawasan permukiman sebagai salah satu sentra produksi batik di Kota Pekalongan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pengembangan Konsep Konsep Ruang Konsep ruang pengembangan kawasan industri batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot dikembangkan berdasarkan blok sintesis dengan berbagai arahan jenis kegiatan industri batik rumah tangga di tengah linkungan permukiman yang disertai dengan aktivitas pengolahan air limbah yang dihasilkan, diantaranya : a. Blok inti Blok inti merupakan ruang utama yang digunakan untuk jenis kegiatan lingkungan permukiman dan kegiatan industri batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan.
Gambar 15 Konsep ruang dan konsep sirkulasi
39
Keterangan : Rumah produksi
Blok inti
Sirkulasi masyarakat
Blok penyangga
Sirkulasi kendaraan
Blok pelayanan
Sirkulasi air limbah b.
Blok Pelayanan Blok Pelayanan adalah ruang pendukung untuk kegiatan pengolahan air limbah batik yang dihasilkan dari rumah industri dan lingkungan permukiman di Kelurahan Jenggot.
c. Blok Penyangga Blok penyangga adalah ruang dengan arahan pengembangan yang mendukung perlindungan / konservasi terhadap tanah dan air dari kegiatan pengolahan batik, limbah batik dan kegiatan di lingkungan permukiman di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan. Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi yang dikembangkan di dalam kawasan ini bertujuan untuk menghubungkan ruang-ruang yang ada di tapak dan pengkoordinasian air limbah dengan dibedakan menjadi dua jenis sirkulasi diantaranya adalah jalur sirkulasi kendaraan dan masyarakat sebagai pendukung aksesibilitas eksisting aktivitas masyarakat di lingkungan permukiman dan kegiatan industri batik, dan sirkulasi air limbah yang mendukung kegiatan pengolahan air limbah hasil produksi batik yang ada di tapak. Konsep Aktivitas dan Fasilitas Konsep aktivitas dan fasilitas yang akan dikembangkan di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan diarahkan pada interaksi terhadap kegiatan di lingkungan masyarakat dengan kegiatan industri batik rumah tangga disertai kegiatan pengolahan air limbah yang dihasilkan dari proses produksi sesuai dengan konsep ruang yang sudah terbentuk. Jenis aktivitas yang dilakukan adalah yang berkaitan dengan proses produksi batik yang memanfaatkan ruang luar dari rumah produksi seperti proses penjemuran kain batik dan pengolahan air limbah yang dihasilkan. Konsep fasilitas yang direncanakan merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan industri batik rumah tangga dan kegiatan pengolahan air limbah hasil produksi batik seperti sarana saluran air limbah, instalasi pengolahan air limbah sistem on-site dan off-site dengan tetap memberikan fasilitas penunjang lainnya di kawasan permukiman guna mendukung keberlanjutan lingkungan.
40
Tabel 23 Konsep aktivitas dan fasilitas No 1.
Ruang Inti
Fungsi Ruang Ruang produksi batik dan permukiman
2.
Pelayanan
Ruang untuk mengolah air limbah
3.
Penyangga Ruang untuk melindungi sumberdaya di tapak
Jenis Aktivitas Interaksi sosial masyarakat, produksi batik, menjemur batik Pengendapan air limbah, penyaringan, dan adsobsi air limbah Kegiatan pertanian, dan kebun campuran
Fasilitas Rumah produksi, gawangan batik
Bak penampungan, bak penyerapan, bak pengolahan air limbah, toilet, ruang pengelola
Konsep Vegetasi Konsep vegetasi meliputi pemilihan tanaman yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan permukiman dan industri batik rumah tangga untuk meningkatkan kenyamanan, menambah keindahan, perlindungan terhadap kualitas tapak dari beragam jenis kegiatan pengolahan batik yang menghasilkan limbah berbahaya bagi lingkungan di tengah permukiman masyarakat. Berdasarkan jenis peruntukan dan fungsi tanaman, dapat dibedakan menjadi fungsi tanaman peneduh, tanaman display, tanaman pembatas dan tanaman konservasi seperti yang tersaji pada Tabel 24. Tabel 24 Konsep vegetasi
1 2
Fungsi tanaman Peneduh Display
Inti √ √
Ruang Pelayanan √ √
3 4
Pembatas Konservasi
√ √
√ √
No
Penyangga √ √
Tipe vegetasi Pohon Pohon, semak, perdu Palem, perdu Pohon, semak
Rencana Blok Rencana blok merupakan gabungan dari seluruh konsep pengembangan yang telah dibuat yang terdiri dari konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep aktivitas dan fasilitas serta konsep vegetasi tata hijau untuk pengembangan kawasan industri batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan. Blok inti merupakan ruang yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai area industri pengolahan batik rumah tangga dan lingkungan permukiman yang dapat menciptakan kegiatan sosial, budaya dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Rumah produksi batik menyatu dengan lingkungan permukiman dengan persyaratan tidak mengganggu kegiatan masyarakat. Blok pelayanan dikembangkan sebagai ruang untuk mendukung kegiatan pengawasan dan pengolahan air limbah agar mencapai baku mutu untuk dilepaskan ke badan air/ sungai dengan penyediaan bak-bak penampung dan penyaring air limbah
41
Blok penyangga dikembangkan untuk memberi perlindungan pada tapak dari pengaruh kegiatan industri batik, permukiman dan air limbah yang dihasilkan. Arahan kegiatan didalam blok penyangga berupa konservasi lahan, pengawasan dan pengembangan area hijau untuk daerah resapan air, pengembangan sempadan sungai. Ruang terbuka hijau dapat dimanfaatkan sebagai sarana kegiatan masyarakat seperti kegiatan olahraga, konversi lahan dan bercocok tanam maupun hutan campuran untuk meningkatkan nilai ekonomi masyarakat. Tabel 25 Pembagian zona pada rencana blok Blok Inti
Pelayanan Penyangga
Arahan Pengembangan dan Jenis Kegiatan Kawasan permukiman untuk tempat tinggal dan industri rumah tangga Pengolahan limbah dengan sistem on-site Area yang digunakan untuk kegiatan pengolahan air limbah sistem off-site dengan sarana prasarana pendukung Area yang mendukung perlindungan lanskap dari pengaruh industri batik dan lingkungan permukiman. Mendukung sungai yang kualitas airnya rusak
Gambar 16 Rencana blok
42
43
Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap kawasan industri batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot ini didasarkan pada hasil konsep dasar dan konsep pengembangan yang telah dibuat dengan mengacu pada hasil analisis dan sintesis yang telah dilakukan sehingga didapat 4 rencana pengembangan yaitu rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana aktivitas dan fasilitas, dan rencana tata hijau. Rencana Ruang Rencana ruang merupakan pengembangan tahap lanjut dari konsep ruang yang menghasilkan tiga ruang utama untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat di kawasan industri batik rumah tangga dan pengolahan air limbah, yaitu ruang inti, ruang pelayanan dan ruang penyangga. Ruang utama/inti memiliki luas total adalah 102.06 Ha (72,8 %) direncanakan sebagai ruang permukiman dan kegiatan industri batik rumah tangga yang merupakan bagian dari pengembangan ruang sebagai lingkungan tempat tinggal yang mendukung kegiatan sosial perekonomian masyarakat serta kegiatan lainnya seperti kesehatan dan pendidikan. Kegiatan industri batik adalah kegiatan dalam proses produksi batik maupun pendistribusian hasil batik dan pengolahan air limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Ruang pelayanan memiliki luas 1.6 Ha (1.2 %) yang direncanakan sebagai ruang untuk mengakomodasi berbagai fasilitas untuk menunjang kegiatan pengolahan air limbah hasil produksi batik yang dapat mencemari lingkungan sekitar agar memenuhi kriteria baku mutu air limbah yang dapat dilepaskan ke lingkungan maupun badan air. Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL) dengan teknologi DEWATS (Desentralized Wastewater Treatment System) dan metode Constructed Wetland yang terdiri dari bak-bak penampungan air limbah seperti bak penampungan awal, bak koagulasi, bak adsobsi, bak pengolahan, dan bak penampungan akhir agar mencapai syarat baku mutu yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kota Pekalongan. Ruang penyangga memiliki luas 36.51 Ha (26 %) direncanakan sebagai area untuk memberikan perlindungan terhadap kualitas tanah dan air yang ada di tapak dari berbagai jenis kegiatan industri batik dan limbah hasil produksi batik di tengah lingkungan permukiman sehingga dapat mendukung keberlanjutan lingkungan serta memberikan kenyamanan bagi masyarakat sekitar. Kawasan perlindungan tersebut terdiri dari daerah sempadan sungai, RTH jalan, kebun campuran, dan areal persawahan. Sempadan sungai berfungsi untuk melindungi kualitas air sungai dan mengurangi erosi tanah di sepanjang Sungai Asam Binatur dengan lebar garis sempadan sebesar 3 meter untuk yang sungai bertanggul dan 10 meter untuk sungai yang tidak bertanggul serta garis sempadan Sungai Kupang sebesar 15 meter. Ruang terbuka hijau jalan untuk meningkatkan kenyamanan pengendara dan membatasi pandangan, dengan jalur sirkulasi berupa jalan beraspal. Sedangkan kebun campuran dan areal persawahan sebagai area produksi dan konservasi terhadap kualitas air, tanah dan udara untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan permukiman dan perekonomian masyarakat. Rencana Sirkulasi Rencana sirkulasi dimanfaatkan sebagai penghubung dari kegiatan di lingkungan permukiman maupun industri batik rumah tangga untuk memudahkan
44
akomodasi beragam jenis kegiatan yang ada dan sirkulasi air limbah hasil produksi batik untuk diolah di instalasi pengolahan air limbah. Rencana sirkulasi dikembangkan berdasarkan pengembangan konsep dengan membagi jalur sirkulasi untuk kegiatan masyarakat di lingkungan industri batik rumah tangga dan jalur sirkulasi air limbah hasil pengolahan batik. Jalur sirkulasi masyarakat digunakan untuk mempermudah aksesibilitas kendaraan yang memasuki kawasan industri batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot dan menunjang kegiatan pendistribusian hasil produksi batik maupun kegiatan masyarakat di lingkungan permukiman. Jalur ini dibedakan lagi menjadi dua, yaitu : 1. Jalur Primer, berupa jalan beraspal yang dapat dilalui kendaraan roda empat atau lebih maupun roda dua dengan intensitas yang sedangtinggi di Kelurahan Jenggot. Jalur ini merupakan jalur eksisting lokal primer dan lokal sekunder yang ada di tapak yang menghubungkan antar wilayah di sekitar Kelurahan Jenggot. Lebar jalan menyesuaikan kondisi eksisting dengan perbaikan kondisi lebar jalan minimum lokal primer 6.5 meter dan lokal sekunder 5.6 meter. 2. Jalur sekunder, berupa jalan aspal atau conblock yang menghubungkan sub-sub wilayah rumah tangga (RT) industri batik di Kelurahan Jenggot yang dapat dilalui kendaraan kecil seperti roda dua, sepeda maupun roda empat dengan intensitas yang rendah-sedang dan terbatas serta mendukung kegiatan lain di lingkungan masyarakat dengan menggunakan jalur eksisting jalan lingkungan di dalam permukiman dengan lebar jalan minimum adalah 3.5 meter. Tabel 26 Rencana sirkulasi di Kelurahan Jenggot Sirkulasi
Tipe
Sirkulasi Primer
Lokal Primer Lokal Sekunder
Sirkulasi Sekunder
Jalan Lingkungan
Lebar
Material
Jalur Jalan 4.5 m 3.6 m
Bahu Jalan 1m 1m
2.5 m
0.5 m
Aspal Aspal/conblock
Gambar 17 Rencana penampang melintang jalan primer dan saluran air limbah
45
Gambar 18 Rencana penampang melintang jalan lingkungan dan saluran air limbah Saluran air limbah digunakan untuk mengkoordinir sejumlah air limbah hasil pengolahan industri batik dari tiap rumah produksi batik di Kelurahan Jenggot menuju ke unit instalasi pengolahan air limbah. Jalur ini dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : 1. Saluran Primer, yaitu saluran utama air limbah yang digunakan untuk menyalurkan sejumlah air limbah dari masing-masing saluran air dari rumah produksi batik ke Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan perencanaan menggunakan saluran pipa dengan diameter yang lebih besar. Saluran air limbah yang direncanakan harus dibedakan dengan saluran drainase limpasan air hujan agar konsentrasi kandungan limbah dapat terkontrol dengan baik dan mudah dalam proses pengawasan serta pengolahannya. 2. Saluran sekunder, yaitu jalur yang digunakan untuk menghubungkan air limbah yang dihasilkan dari bak pencucian batik di tiap rumah produksi menuju ke instalasi pengolahan air limbah sementara dengan sistem onsite melalui pipa persil menuju saluran air limbah utama yang menuju ke Instalasi Pengolahan air limbah dengan sistem off-site. Rencana Aktifitas dan Fasilitas Rencana aktifitas yang dikembangkan direncanakan sesuai dengan kebutuhan ruang yang sudah terbentuk dengan arahan kegiatan yang berbeda sesuai fungsi ruang yang ada. Untuk mendukung aktifitas tersebut, diperlukan fasilitas yang mampu menunjang kegiatan industri pengolahan batik dan pengolahan air limbah yang dihasilkan oleh rumah produksi batik. Fasilitas yang disediakan berkaitan dengan upaya pengelolaan air limbah batik di Kelurahan
46
Jenggot Kota Pekalongan agar terhindar dari tingkat pencemaran yang cukup tinggi. Aktifitas pengolahan air limbah yaitu dengan membuat kolam tertutup penampungan air limbah sederhana untuk menyalurkan air limbah hasil produksi batik ke dalam system on-site di dalam rumah produksi yang di dalamnya terdapat penyaring alami untuk memisahkan minyak dan partikel-partikel padat air limbah yang terdiri dari batuan splite, arang aktif dan batu zeolite sebelum disalurkan menuju sanitasi tanaman buatan dengan sub-surface flow system wetland untuk mengalirkan air limbah melalui tanaman yang dapat menyerap kandungan air limbah dan media berpori yang terletak di luar rumah produksi. Kemudian dialirkan menuju saluran tertutup yang terhubung langsung ke Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan system off-site melalui saluran pembuangan air limbah. Tabel 27 Rencana fasilitas Zona
Fasilitas
Dimensi
Standar Kebutuhan
Jumlah
A. Ruang Inti Manhole Lurus Manhole Persimpangan Pipa Induk Pipa Sekunder B. Ruang Pelayanan Penerimaan Gerbang Signage Parkir motor Parkir mobil Pengawasan Kantor pengelola Toilet Gardu listrik Pengolahan I Bak pemisah lemak / minyak Bak ekualisasi Bak pengendap awal Biofilter anaerob Biofilter aerob Bak pengendap akhir Pengolahan II Bak pemisah lemak/minyak Bak ekualisasi Bak pengendap awal Biofilter anaerob dan constructed wetland Biofilter aerobik Bak pengendap akhir Pengolahan III
Bak pemisah lemak/minyak
Diameter = 1 m Tinggi = 2 m Diameter = 1 m Tinggi = 2 m D 300 mm
Tiap 100 m
189 unit
Tiap persimpangan
110 unit 3.79 km
D 200 mm 5m 2x1m 11.25 x 2 m 7.2 x 6 m 4x5m 2x3m 2x3m 1.5 x 1 x 3 m
15.09 km
Td = 30 menit
1 2 m2 15 m2 43.2 m2 20 m2 6 m2 18 m2 4.5 m3
Td = 5 jam Td = 3 jam Td = 6 jam Td = 6 jam Td = 3 jam Td = 30 menit
42 m3 26,25 m3 52,5 m3 52,5 m3 26,25 m3 31,5 m3
10.5 x 10 x 3 m 2 x (10 x 6.25 x 1.5 m) 25 x 10 x 1.5 m
Td = 5 jam Td = 3 jam
315 m3 187.5 m3
Td = 6 jam
375 m3
25 x 10 x 1.5 m 2 x (10 x 6.25 x 1.5 m) 2 x 1.57 x 3 m
Td = 6 jam Td = 3 jam
375 m3 187.5 m3
4 x 3.5 x 3 m 3.5 x 2.5 x 3 m 5 x 3.5 x 3 m 5 x 3.5 x 3 m 3.5 x 2.5 x 3 m 4.2 x 2.5 x 3 m
0.75 x 2 m /motor 2.4 x 6 m/mobil 2 m2/ orang 2 x 1.5 m/orang
Td = 30 menit
9.42 m3
47
Tabel 28 Rencana fasilitas (Lanjutan) Zona Pengolahan III
Fasilitas Bak ekualisasi Bak pengendap awal Biofilter anaerob dan constructed wetland Biofilter aerobik Bak pengendap akhir
Dimensi 6,25 x 5 x 3 m 2 x (5 x 3.75 x 1.5 m) 15 x 5 x 1.5 m
Standar Kebutuhan Td = 5 jam Td = 3 jam
Jumlah 93.75 m3 56.25 m3
Td = 6 jam
112.5 m3
15 x 5 x 1.5 m 2 x (5 x 3.75 x 1.5 m)
Td = 6 jam Td = 3 jam
112.5 m3 56.25 m3
C. Ruang Penyangga Sumber : Chiara dan Koppelman (1997) , Kementrian Kesehatan RI (2011) *D = Diameter Td = Waktu tinggal (Retention time)
Penetapan standar kebutuhan air bersih tiap orang adalah 120 liter/hari akan menghasilkan limbah sekitar 80 % atau sekitar 96 liter/orang/hari. Blok pelayanan I direncanakan dapat melayani air limbah yang dihasilkan dari industri rumah tangga di sisi barat dengan jumlah penduduk 1146 orang. Blok pelayanan II untuk melayani air limbah yang berada di sisi tengah tapak dengan jumlah penduduk 6153 orang dan blok pelayanan III untuk melayani air limbah di sisi timur dengan jumlah penduduk 4362 orang. Kapasitas atau daya dukung pengolahan air limbah yang direncanakan adalah pengolahan I sebesar 200 m3/hari, pengolahan II sebesar 1.500 m3/hari, dan pengolahan III sebesar 450 m3/ hari dengan masing-masing pengolahan memiliki fasilitas yang mendukung pengolahan air limbah, seperti bak pemisah lemak, bak ekualisasi/ bak penampung sementara, bak pengendap awal, bak biofilter anaerob constructed wetland, bak aerob, dan bak pengendap akhir.
Gambar 19 Rencana IPAL Mini on-site (a) Biofilter Anaerob (b) Constructed Wetland Manhole Manhole merupakan bangunan pelengkap sistem penyaluran air limbah untuk memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan saluran dari kotoran yang mengendap. Peletakan jarak antar manhole adalah tiap 100 meter di bahu jalan lokal maupun jalan lingkungan. a. Pipa Induk Pipa induk merupakan pipa utama yang menerima aliran air limbah dari pipa sekunder dan rumah yang menuju ke instalasi pengolahan air limbah. Pipa ini
48
di tempatkan pada jalan lokal primer dan lokal sekunder dengan kedalaman 1.5 meter b. Pipa Sekunder Pipa sekunder merupakan pipa yang mengalirkan air limbah dari rumah tangga menuju ke pipa induk dan di tempatkan pada jalan lingkungan dengan kedalaman 1.5 meter c. Bak Pemisah Lemak Untuk memisahkan kandungan minyak dan lemak tinggi yang terdapat pada air limbah sehingga beban pengolahan di dalam unit IPAL berkurang dan memperlancar pasokan transfer oksigen di dalam bak aerasi d. Bak Ekualisasi Yaitu bak yang menampung dan mengatur debit air limbah yang masuk dan menyeragamkan konsentrasi dalam air limbah e. Bak Pengendapan Awal Untuk mengendapkan dan menghilangkan kotoran padatan tersuspensi (TSS) yang ada di dalam air limbah seperti lumpur yang akan mengendap dengan memberi tambahan serbuk biji tanaman kelor yang mampu mengkoagulasi air limbah menjadi gumpalan endapan. f. Biofilter Anaerob dan Constructed Wetland Merupakan kolam yang menguraikan air limbah secara anaerob dengan bantuan media berpori seperti batuan split, arang aktif, dan batu zeolit serta mengkombinasikan dengan tanaman yang dapat menyerap kandungan zat berbahaya air limbah dengan sub-surface flow system wetland. g. Biofilter Aerob Merupakan proses lanjutan dari kolam anaerob dengan dilengkapi proses aerasi (menghembuskan udara) untuk menguraikan polutan organik yang masih belum terurai di dalam reaktor kolam anaerob. h. Bak Pengendap Air Merupakan bak yang berfungsi untuk mengendapkan dan memisahkan kotoran padatan sehingga olahan air limbah menjadi jernih dan siap untuk di lepaskan ke badan air. Rencana Vegetasi Perencanaan vegetasi digunakan untuk meningkatkan keindahan, kenyamanan, membentuk ruang dan memberikan perlindungan atau konservasi pada tapak, antara lain a. Tanaman yang memiliki nilai estetis akan dikembangkan di lingkungan rumah produksi batik maupun lingkungan permukiman rumah tangga untuk menciptakan keindahan dan aroma. Beberapa alternatif jenis tanaman yang digunakan adalah kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima), Kenanga (Cananga odorata).
49
b. Tanaman Peneduh memiliki fungsi untuk meningkatkan kenyamanan dan menahan suhu yang direncanakan untuk dikembangkan di lingkungan rumah produksi batik dan sirkulasi jalan. Tanaman yang digunakan di lingkungan rumah produksi batik harus memiliki tajuk yang lebar dengan tipe daun majemuk dan kerapatan daun sedang supaya cahaya tetap bisa menembus kebawah dan tidak terlalu mempengaruhi waktu penjemuran kain batik. Beberapa alternatif tanaman yang digunakan adalah seperti ketapang kencana (Terminalia mantaly), trembesi (Samanea Saman), kiara payung (Filicium glastium), dadap (Erythrina). Sementara alternatif tanaman yang digunakan pada sirkulasi jalan adalah tanjung (Mimusops elengi L.), mahoni (Swietenia macrophylla), trembesi (Samanea saman), angsana (Pterocarpus indicus) , glodogan bulat (Polyalthia fragrans). c. Tanaman pembatas, adalah tanaman yang memiliki fungsi untuk membatasi lingkungan dan menciptakan ruang arsitektural. Pengembangan tanaman ini adalah di sekitar rumah produksi batik dan permukiman untuk membatasi dengan jalan dan lingkungan rumah lain. Beberapa contoh tanaman yang digunakan adalah teh-tehan (Acalypha macrophyla), pangkas kuning (Duranta sp), soka (Ixora sinensis), kelor (Moringa oleifera). d. Tanaman konservasi adalah tanaman yang digunakan untuk memperbaiki kualitas lingkungan dan meminimalisis dampak dari pengaruh limbah industri batik yang meresap ke dalam tanah maupun air yang mengalir di sungai dan tanaman produksi hutan rakyat milik masyarakat. Pengembangan tanaman ini adalah di lokasi instalasi pengolahan air limbah onsite dan offsite dan sempadan sungai untuk melakukan proses fitoremediasi air limbah batik. Beberapa tanaman yang digunakan adalah bambu air (Equisetum hyemale). eceng gondok (Eichhornia crassipes). apu-apu (Pistia stratiotes), spider lily (Hymenocallis caribaea), akar wangi (Vetiveria zizanoides). alamanda (Allamanda cathartica). lotus (Nelumbo nucifera), pacing (Costus speciosus), melati air (Echinodorus palaefolius), pisang hias (Heliconia spp.). bunga tasbih (Canna lily). Beberapa jenis tanaman konservasi yang sekaligus bisa menjadi tanaman produksi di kebun milik masyarakat adalah jenis tanaman pertanian semusim maupun tahunan seperti padi (Oryza sativa L.), sengon (Albizia chinensis), jati (Tectona grandis), kelapa (Cocos nucifera), manga (Magnifera indica), pisang (Musa paradisiaca) dan tanaman kelor (moringa oleifera) untuk di manfaatkan serbuk bijinya guna mengendapkan dan mengkoagulasi air limbah.
50 50
Gambar 20 Rencana ruang pelayanan penyaluran air limbah
51
Gambar 21 Rencana saluran air limbah
52
Gambar 22 Peta perbesaran IPAL 1
53
0
Gambar 23 Peta rencana lanskap Kelurahan Jenggot
55
Gambar 24 Peta perbesaran IPAL 2
56
Gambar 25 Tampak potongan rencana lanskap Kelurahan Jenggot
57
Gambar 26 Perpektif ilustrasi IPAL 1
58
Gambar 27 Perspektif ilustrasi IPAL 2
59
Gambar 28 Perspektif ruang penjemuran
60
Gambar 29 Perspektif ruang penjemuran batik 2
61
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kelurahan Jenggot merupakan salah satu sentra batik di Kota Pekalongan. Perubahan kawasan permukiman menjadi rumah produksi batik yang menghasilkan limbah cair menyebabkan pencemaran lingkungan karena tidak terolah dengan baik meskipun sudah tersedia instalasi pengolahan air limbah batik di Kelurahan Jenggot. Perencanaan kawasan ini untuk mendukung upaya terciptanya keserasian dengan lingkungan. Berdasarkan hasil analisis fisik dan biofisik, diperoleh hasil pembagian zona, yaitu zona inti sebagai pusat kegiatan produksi batik dan permukiman dengan luas 102.06 Ha , zona penyangga yang mendukung perlindungan terhadap kualitas tanah dan air dari kegiatan pengolahan industri batik seluas 36.51 Ha, dan zona pelayanan untuk menunjang kegiatan pengolahan air limbah seluas 1.6 Ha. Konsep yang digunakan adalah perencanaan kawasan permukiman yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Perencanaan ini menghasilkan rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas dan fasilitas berupa bak-bak pengolahan air limbah dengan daya tampung pengolahan 1 sebesar 200 m3/hari, pengolahan II sebesar 1500 m3/hari, dan pengolahan III sebesar 450 m3/hari yang mendukung kegiatan industri pengolahan batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan. Saran Perencanaan lanskap kawasan industri batik rumah tangga di Kelurahan Jenggot ini dapat terwujud dengan baik apabila ada kerjasama antara masyarakat dan pemerintah yakni Badan Lingkungan Hidup Kota Pekalongan demi terwujudnya lingkungan yang tidak tercemar oleh air limbah hasil produksi batik. Peningkatan kesadaran masyarakat dengan edukasi dan sosialisasi terhadap pentingnya mengolah air limbah batik secara bersama-sama sangat dibutuhkan untuk menciptakan keberlanjutan lingkungan serta dapat meningkatkan kesejarteraan perekonomian masyarakat.
62
DAFTAR PUSTAKA [BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah Kota Pekalongan. 2011. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 30 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Pekalongan Tahun 2009-2029. Pekalongan (ID) : BAPPEDA. Bethy CM.2007.Penentuan status mutu air dengan sistem STORET di Kecamatan Bantar Gebang.Jurnal Geologi Indonesia 2 (2) : 113−118. [BLH] Badan Lingkunan Hidup Kota Pekalongan. 2015. Laporan Hasil Pemantauan Sampel dari IPAL Industri Kecil Batik Kelurahan Jenggot. Pekalongan (ID) : BLH [BMG] Badan Meteorologi Geofisika Wilayah II Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang.2014. Laporan Data Klimatologi Stasiun MPK Gamer Kota Pekalongan Tahun 2014. Pekalongan (ID) : BMG [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan. 2014. Kota Pekalongan Dalam Angka 2014. Pekalongan (ID) : BPS Chiara J, Koppelman LE. 1997. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan) .Jakarta (ID): Airlangga [Kemenkes] Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter Anaerob Aerob pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta (ID) : Kementrian Kesehatan RI Kristanto.2002.Pencemaran Limbah Cair. Jakarta (ID): Yudistira. Muljadi.2009.Efisiensi Instalasi Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cetak dengan Metode Fisika-Kimia dan Biologi Terhadap Penurunan Parameter Pencemar (Bod, Cod, Dan Logam Berat Krom (Cr)(Studi Kasus Di Desa Butulan Makam Haji Sukoharjo).Jurnal Ekuilibrium (8) : 7−16. Nurisjah S, Pramukanto Q. 2012. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Perda] Peraturan Daerah Kota Pekalongan. 2012. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 7 Tahun 2012 tentang Garis Sempadan. Pekalongan (ID): Pemerintah Kota Pekalongan [Perda] Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah.Semarang (ID) : Pemerintah Provinsi Jawa Tengah [Permen PUPR] Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI. 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau. Jakarta (ID) : Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI. Rachman, Z. 1984. Proses berpikir lengkap, merencana dan melaksanakan. Makalah Diskusi pada Festival Tanaman VI Himagron (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No 4 Tahun 1992 tentang Permukiman. Jakarta : Sekretariat Negara. Republik Indonesia. 2011. Undang Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Jakarta : Sekretariat Negara. Sarief, S. 1986. Ilmu Tanah pertanian. Bandung (ID) : Pustaka Buana.
63
Sasongko, I. 2005. Pembentukan Struktur Ruang Permukiman Berbasis Budaya (Studi Kasus: Desa Puyung - Lombok Tengah). Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur 33 (1):1-8. Stefhany CA, Sutisna M, Pharmawati K. 2013. Fitoremediasi Phospat dengan menggunakan tumbuhan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) pada Limbah Cair Industri Kecil Pencucian Pakaian (Laundry). Jurnal Institute Teknologi Nasional.
64
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 26 Oktober 1993 dari ayah Sodikin dan Ibu Tunamah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis pernah mengenyam pendidikan di SDN Gamer 02 Kota Pekalongan tahun 1999-2005, SMP N 6 Kota Pekalongan tahun 2005-2008, SMA N 3 Kota Pekalongan tahun 2008-2011, dan pada tahun 2011 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, Penulis aktif dalam kegiatan organisasi sebagai anggota aktif di kepungurusan HIMASKAP (Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap) periode tahun 2012/2013 dan 2013/2014 serta menjadi ketua pelaksana Genus Organisasi Daerah Mahasiswa Pekalongan-Batang (IMAPEKA) tahun 2012 dan ketua pelaksana ILASW 2014 (Indonesia Landscape Architecture Student Workshop 2014). Penulis juga menjadi asisten praktikum mata kuliah Teori Desain Lanskap tahun ajaran 2014/2015.