PERENCANAAN GEDUNG GALERI SENI LUKIS DI KOTA KENDARI
TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Arsitektur (A.Md. Ars) Pada Program Pendidikan Vokasi Universitas Halu Oleo
Oleh :
ARWIN E3 B1 12 024
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERISTAS HALU OLEO KENDARI 2016
ABSTRAK Maksud dan tujuan Karya Tulis ini adalah untuk menyusun dan meningkatkan suatu landasan konseptual yang diarahkan guna mendapatkan faktor-faktor penentu perencanaan wadah fisik. Landasan tersebut meliputi acuan perancangan makro dan acuan perancangan dasar mikro yang selanjutnya ditransformasikan kedalam desain grafis. Metode Karya Tulis yang dipakai menggunakan analisa sintesa dengan menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok bahasan melalui cara memaparkan data-data yang berdasarkan studi literatur, wawancara dan observasi lapangan yang berhubungan dengan materi penelitian ini. Karya hasil ilmiah ini berupa PERENCANAAN GEDUNG GALERI SENI LUKIS DI KOTA KENDARI yang representatif di tinjau dari segi arsitektual, yang berkesan komersial. Rekreatif yang bercirikan modern, dan ditinjau dari segi fungsi serta intensitasnya yang dapat menampung seluruh aktivitas yang terselenggara didalamnya serta menyediakan fasilitas penunjang dan perlengkapan bangunan serta prasarana utilitas yang lengkap.
Penyusun
ARWIN NIM : E3 B1 12 024
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penguasa segala ilmu pengetahuan dan alam semesta. Atas rahmat dan karunia-Nya sehingga“ Perencanaan Galeri Seni Lukis“ dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Acuan Perancangan ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu, memberi arahan dan bimbingan kepada saya selama penyusunan laporan ini serta kepada semua pihak dan rekan-rekan yang telah banyak membantu saya. Saya sadar bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, kesalahan dan kekurangan yang mungkin muncul merupakan cerminan penulis sebagai manusia biasa, sehingga permohonan maaf menjadi hal yang harus disampaikan kepada semua pihak. Akhir kata semoga penulisan ini memberikan manfaat bagi semua pihak terutama bagi perkembangan dunia arsitektur. Dan pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.S. selaku Rektor Universitas Halu oleo. 2. Bapak Arman Faslih, S.T., MT selaku Direktur Program Pendidikan Vokasi. Terima kasih atas saran dan nasehatnya selama ini.
3. Bapak Ainussalbi Al Ikhsan,, ST, M.Sc selaku Ketua Program Studi Diploma III Teknik Arsitektur, dan 4. Ibu Sitti Rosyidah, ST., M.T selaku Dosen Pembimbing. Saya bangga menjadi anak bimbingan dari bapak sekalian, terima kasih atas bimbingan, dukungan dan waktunya yang tanpa batas selama ini. 5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Pengajar terima kasih atas ilmu yang telah diberikan dan Staf khususnya Ibu Darna, terima kasih atas birokrasinya.
Kendari ,
Februari 2016
Arwin
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .........................................................................
i
DAFTAR ISI ........................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
iv
DAFTAR TABEL .................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................
3
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................
4
D. Lingkup Pembahasan Dan Pembatasan Masalah ...................................
4
E. Metode Dan Sistematika Pembahasan....................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Judul ..................................................................................
7
B. Tinjauan Umum Galeri ........................................................................
8
C. Tinjauan Khusus Galeri Seni Lukis .....................................................
12
D. Urugensi Pengadaan Galeri Seni Lukis Di Kendari.............................
17
E. Studi Banding.......................................................................................
22
F. Tinjauan Terhadap Ded, Rks Dan Rab ................................................
29
BAB III TINJAUAN LOKASI A. Tinjauan Umum Kota Kendari 1.
Kondisi Wilayah Dan Topokgrafi ...................................................
37
2.
Letak Geografis ..............................................................................
38
3.
Wilayah Adminstrasi .......................................................................
39
4.
Keadaan Iklim .................................................................................
40
5.
Rencana Tata Ruang .......................................................................
40
6.
Keadaan Penduduk Kota Kendari....................................................
43
B. Tinjauan Lokasi Perencanaan 1. Data Eksisting Lokasi Tapak Galeri Seni Lukis ..................................
44
2. Wilayah Administratif Kecamatan Baruga ..........................................
46
BAB IV ACUAN DASAR PERANCANGAN A. Acuan Perancangan Makro 1. Penentuan Lokasi………………………………………………....
47
2. Penentuan Site (Tapak) …………………………………………...
48
3. Analisa Tapak …………………………………………………….
50
4. Tata Masa………………….………………………………………
57
5. Sistem Sirkulasi Ruang Luar………………………………………
59
6. Fasilitas Parkir …………………………………………………….
60
7. Bentuk Dan Tampilan Bangunn…………………………………..
61
8. Bentuk Dan Tampilan Ruang Pamer……………………………...
64
B. Acuan Perancangan Mikro 1. Pelaku Kegiatan………………………………………………….
68
2. Kebutuhan Ruang………………………………………………..
69
3. Pengelompokan Ruang……………………………………..........
70
4. Pola Hubungan Antar Ruang …………………………………….
75
5. Pola Ruang ………………………................................................
77
6. Organisasi Ruang………………………………………………....
78
7. Besaran Ruang ………………...…………………………………
78
C. Sistem Struktur dan Material Bangunan 1. Struktur Bangunan.......................................................................
88
2. Modul…………………………………………………………...
90
3. Bahan dan Material Bangunan…………………………………..
91
D. Sistem Utilitas Bangunan 1. Sistem Pencahayaan………………………………………….
99
2. Sistem Penghawaan………………………………………….
100
3. akustik…………….………………………………………….
101
4. Sistem Jaringan Listrik……………………………………….
101
5. Sistem Jaringan Air Bersih……………………………………
102
6. Sistem Jaringan Air Kotor……………………………………
103
7. Sistem Pembuangan sampah…………………………………
103
8. Sistem Pencegah Kebakaran…………………………………
104
9. Sistem Keamanan Bangunan…………………………………
104
10. Sistem Komunikasi…………………………………………..
106
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………….
107
B. Saran………………………………………………………………
107
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR Gambar II.1. Tampak Depan Galeri Nasional…………………………… 22 Gambar II.2. Tampak Samping Galeri Nasional………………………..
22
Gambar II.3. Pelayanan Publik Galeri Nasional………………………..
24
Gambar II.4. Interior Galeri Nasional…………………………………..
26
Gambar II.5. Museum Fatahillah………………………………………..
27
Gambar III. 1 : Peta Kota Kendari……………………………………..
37
Gambar III. 2 : Peta Bagian Wilayah Kota (BWK) Kendari………….
42
Gambar III. 3 : Lokasi Tapak…………………………………………..
45
Gambar III. 4 : Lokasi Tapak yang di pilih…………………………….
45
Gambar IV.1 : Peta Site………………………………………………..
49
Gambar IV.2 : Orientasi Matahari dan Angin…………………………
51
Gambar IV.3 : Topografi Aliran Air …………………………………
51
Gambar IV.4 : View/Sudut Pandang Sekitar Tapak……………….......
53
Gambar IV.5 : Tingkat Kebisingan pada site ………………………...
54
Gambar IV.6 : Pencapaian pada tapak ……………………………….
54
Gambar IV.7 : Penzoningan ………………………………….............
55
Gambar IV.8 : main entrance ………………………………………..
56
Gambar IV. 9 : Sirkulasi Radial……………………………………...
57
Gambar IV.10 : Sistem Pencapaian Frontal……………………………
57
Gambar IV. 11 : Parkir Tegak Lurus ………………………………..
61
Gambar IV. 12 : Parkir Sudut.............................................................
61
Gambar IV 13 : Lukisan 2 Dimensi…………………………………..
64
Gambar IV 14 : Lukisan 3 Dimensi…………………………………..
65
Gambar IV 15 : Ruang Pamer Galeri…………………………………
67
Gambar IV.16 : Pola Ruangan..............................................................
77
Gambar IV.17 : Organisasi Ruang.......................................................
78
Gambar IV.18.: pondasi garis………………………………………..
89
Gambar IV.19: pondasi poor plat………………………………….....
89
Gambar IV.20: pasir………………………………………………….
92
Gambar IV.21: kerikil………………………………………………..
92
Gambar IV.22 : batu pecah…………………………………………..
92
Gambar IV.23: batu gunung………………………………………….
93
Gambar IV.24: batu bata merah……………………………………...
93
Gambar IV.25: kayu jati……………………………………………...
94
Gambar IV.26 : semen portland dan semen bosowa…………………
94
Gambar IV.27: keramik………………………………………………
95
Gambar IV.28: lantai kayu……………………………………………
96
Gambar IV.29: lantai marmer…………………………………………
96
Gambar IV.30 : gypsum……………………………………………….
97
Gambar IV.31: plafond GRC………………………………………….
97
Gambar IV.32: kusen aluminium………………………………………
98
Gambar IV.33 : kaca…………………………………………………..
98
Gambar IV.34: genteng metal…………………………………………
99
Gambar IV.14 : Sistem Penangkal Petir..............................................
105
DAFTAR TABEL Tabel III.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Kendari…………
39
Tabel III.2 Prediksi Jumlah Penduduk………………………………..
44
Tabel. IV.1 Besaran Ruang Gubahan Massa ……...…………………….
62
Tabel IV. 2 : Kebutuhan Ruang..........................................................
70
Tabel IV. 3 : Analisis Penentuan Sistem Penangkal Petir……………
105
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki keragaman budaya yang luar biasa dikarenakan variasi dari budaya yang ada di negara besar ini. Kekayaan dan keragaman budaya Indonesia berakar dari kebudayaan lokal atau daerah dari suku-suku yang tersebar di seluruh Nusantara. Keragaman budaya itu diantaranya mencakup keragaman bahasa daerah, musik dan lagu-lagu tradisional maupun modern, keragaman tarian, dan lain-lain. Semuanya itu bila diusung dan dikembangkan dapat menjadi suatu aset kesenian yang bernilai tinggi. Herbert Read dari bukunya yang berjudul The Meaning of Art mengatakan bahwa seni adalah usaha manusia untuk menciptakan bentuk yang menyenangkan. Suzanne K. Langer dari bukunya yang berjudul The Principles of Art mengatakan bahwa seni adalah suatu ungkapan symbol dan perasaan. Dharsono Sony Kartika pada bukunya yang berjudul “Seni Rupa Modern”, menjelaskan bahwa jika seni di definisikan, pengertian seni tidak terhitung banyaknya, karena seni merupakan kebutuhan manusia dan merupakan hubungan yang tak dapat dipisahkan antara manusia, seni, dan lingkungan masyarakat. Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar (Wikipedia). Melukis adalah sebuah usaha untuk mengolah medium 2 dimensi atau pada sisi sebuah objek untuk mendapatkan kesan tertentu. Tempat atau wadah bagi para seniman untuk berkarya dan memamerkan karyanya antara lain dengan membangun sebuah Sanggar atau Galeri Seni Lukis. Sanggar Seni Lukis merupakan tempat bagi para pelukis untuk memperlihatkan segala hal yang berhubungan dengan Seni Lukis baik dari proses pembuatannya sampai ke hasil karya yang akan dipamerkan di dalam sebuah Galeri Seni Lukis. Untuk memperindah karya yang dipamerkan, ruangan dalam Galeri Seni Lukis harus diteliti dari banyak aspek mulai dari bentuk hingga pencahayaannya. Banyak Sanggar dan Galeri Seni Lukis yang
memiliki bentuk unik yang bahkan bisa mencerminkan maksud tertentu yang berhubungan dengan karya seni di dalamnya. Selain Galeri Seni Lukis, terdapat tempat kerja pelukis yang dipamerkan atau bahkan digunakan untuk edukasi dalam Seni Melukis. Tempat kerja ini dinamakan Sanggar dan di dalamnya memiliki banyak kebutuhan untuk melukis seperti kanvas, kuas, dan cat. Sanggar sendiri terdiri dari dua fungsi yaitu untuk pelukis itu sendiri maupun digunakan untuk edukasi. Sanggar yang digunakan untuk sarana edukasi dinamakan sanggar kursus. Di dalam sanggar lukis kursus, terdapat proses pembelajaran mulai dari dasar hingga praktek melukis. Sanggar seni lukis yang baik tidak hanya menampilkan keindahan pada lukisannya saja, namun juga keindahan yang terdapat di bangunannya sendiri atau bahkan memanfaatkan keindahan alam di sekitarnya. Sanggar Seni Lukis yang memiliki kesatuan dengan lingkungan sangat menarik dan dapat menjadi cara memamerkan keindahan bangunan. Kota Kendari sendiri terdiri dari berbagai suku dan budaya diantaranya, Suku Muna, Tolaki, Bugis dan lain sebagainya. Kekayaan akan budaya di Kota Kendari terbentuk dari berbagai unsur budaya baik dari pengaruh animisme, Islam dan juga terbentuk dari karakter - karakter dari orang kendari itu sendiri. Kota Kendari memiliki kekayaan kebudayaan tradisional yang amat banyak, beragam dan amat bernilai. Dalam menghadapi dunia global, kehadiran kebudayaa-kebudayaan tradisional dalam hidup bermasyarakat di Kota Kendari sangat diperlukan, agar kita tidak terjebak pada moralitas asing yang bertentangan dengan moralitaslokal ataupun jati diri bangsa. Kebudayaan itulah yang menjadi pegangan bagi masyarakat Kendari nantinya yang mencerminkan jati diri dan moralitas masyarakatnya. Membicarakan akan kebudayaan saat ini sangatlah menarik karena saat ini di Kota Kendari bisa menjadi suatu kota pengembangan dan pembangunan kebudayaan. Namun sesungguhnya dapat pula menjadi permasalahan karena mulai terkuburnya kebudayaan asli Kota Kendari, yang saat ini beberapa lapisan masyarakat yang tanpa disadari mulai melupakan akan kebudayaan asli Kota Kendari.
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa para budayawan dan perkembangan Seni Lukis di Kota Kendari membutuhkan suatu wadah berkualitas yang nantinya akan menampung kegiatan berbagai macam Seni Lukis dengan fasilitas yang memadai. Tujuan pengembangan di bidang Seni Lukis ini memerlukan suatu wadah dimana para budayawan dapat berkumpul tidak hanya untuk mempertunjukan karya mereka, tetapi juga wadah tersebut harus tumbuh dari akar budaya kita ini bukan budaya lain. Dengan tidak didukung oleh fasilitas gedung yang baik. Selama ini
kegiatan seni lukis
di Kota Kendari hanya dilakukan ditaman-taman yang ada di Kota Kendari itu sendiri seperti Taman Budaya, biasa juga mereka berkumpul di Taman Kota dan MTQ yang mungkin tempat-tempat tersebut tidak didukung dengan kualitas sarana yang baik dan sesuai standar untuk berkesenilukisan itu sendiri. Sekali lagi masyarakat Kota Kendari membutuhkan sebuah ruang publik lengkap dengan fasilitasnya untuk dapat mewadahi kegiatan-kegiatan tersebut, tidak hanya sebagai tempat untuk melukis ataupun memamerkan hasil karya para seniman tetapi juga merupakan sebuah kebutuhan. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membuat sebuah perencanaan, “Perencanaan Galeri Seni Lukis Di Kota Kendari” B. RUMUSAN MASALAH Permasalahan dalam pembahasan perencanaan pembangunan Galeri Seni Lukis di Kota Kendari adalah : 1. Bagaimana menentukan lokasi tapak yang sesuai dengan tuntutan dan fungsinya dalam kaitannya dengan bangunan yang direncanakan ? 2. Bagaimana mewujudkan desain bangunan dengan fungsi-fungsi penunjang dan fungsi utama sehingga tercipta suatu bangunan sebagai wadah kegiatan Seni Lukis yang menarik untuk dikunjungi ? 3. Bagaimana menyusun DED, Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) dan menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) sesuai kaidah-kaidah yang berlaku ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN 1. Menentukan lokasi tapak yang sesuai dengan tuntutan dan fungsinya dalam kaitannya dengan bangunan yang direncanakan. 2. Mewujudkan desain bangunan dengan fungsi-fungsi penunjang dan fungsi utama sehingga tercipta suatu bangunan sebagai wadah kegiatan seni lukis yang menarik untuk dikunjungi. 3. Menyusun DED, Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
(RKS) dan
menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) sesuai kaidah-kaidah yang berlaku. D. LINGKUP PEMBAHASAN DAN PEMBATASAN MASALAH 1. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan dalam penulisan ini lebih dititik beratkan pada disiplin ilmu arsitektur, terutama yang menyangkut dengan bangunan yang direncanakan, sedangkan hal-hal lain yang jauh atau diluar dari disiplin ilmu yang dimaksud apabila dianggap penting dalam perencanaan akan dibahas sesuai dengan pemasalahannya. 2. Pembatasan Masalah a. Bangunan Galeri Seni Lukis ini mempunyai fungsi-fungsi yang meliputi area pameran indoor sebagai fungsi utama dengan fungsi penunjang berupa fasilitas pengelolaan dan workshop/studio. b. Perencanaan dan perancangan Galeri Seni Lukis ini lebih ditekankan pada pengolahan tata ruang dalam area pameran.
E. METODE DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN 1. Metode Pembahasan Dalam metode ini permasalahan dianalisa tahap demi tahap. Dimulai dari pengumpulan data-data dan teori-teori pendukung serta survey lapangan mengenai objek terkait sehingga diperoleh suatu gambaran umum. Data-data yang telah diperoleh pada tahapan sebelumnya kemudian dianalisa dan diolah. Tahapan tersebut pada akhirnya akan digunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang muncul dalam perancangan Galeri Seni Lukis di Kendari. Rancangan dan perencanaan akhir yang nantinya akan muncul adalah berupa tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang mengungkapkan ideide. 2. Sistematika Pembahasan BAB I Mengungkapkan latar belakang, ungkapan masalah, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup dan batasan masalah serta metode dan sistematika pembahasan. BAB II Merupakan tinjauan dari beberapa pengertian yang terkait dengan judul, tinjauan organisasi ruang dan pola hubungan ruang serta mengemukakan hal hal yang menjadi dasar pemikiran dalam perancangan dan perencanaan. BAB III Merupakan Bab yang menjelaskan tentang keadaan kota kendari, keadaan topografi Kota Kendari yang meliputi keadaan geografis Kota Kendari, keadaan topografi kota, sosial kependudukan, pola penggunaan lahan, serta analisa-analisa yang dapat dikembangkan dan disimpulkan pada konsep bangunan.
BAB IV Merupakan penjelasan terperinci mengenai titik tolak pendekatan, yang terdiri atas aspek fungsional, aspek arsitektural, sistem utilitas, dan konsep perancangan yang akan di pakai, serta alternatif–alternatif desain pada lokasi.
BAB V Kesimpulan merupakan sebuah pernyataan singkat dirangkum seluruh permasalahan dari pendahuluan, tinjauan pustaka, dan landasan teori yang akan digunakan membahas permasalahan yang ada dalam laporan ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN JUDUL Galeri Seni Lukis di Kendari dapat diartikan sebagai berikut : 1. Pengertian Galeri a. Menurut Kamus Inggris-Indonesia Echols (1998) gallery adalah Balai atau Gedung Seni, Ruang Pamer, Ruang. b. Menurut Advanced English-Indonesia Dictionary (1993) disebutkan bahwa Galeri adalah ruang/gedung untuk memamerkan benda-benda seni; tempat termurah di tetaer; panggung/mimbar; lorong sempit dan panjang; serambi. c. Galeri merupakan wadah untuk promosi dan menyelenggarakan kegiatan apresiasi dan kritik yang mempertemukan seniman dan masyarakat untuk berinteraksi membicarakan seni (Putut Wahyu, 2002). 2. Pengertian Seni Seni adalah sesuatu yang indah atau sesuatu karya yang dibuat dengan kecakapan yang luar biasa seperti lukisan dan ukiran (Poerwadarminta 1992). Seni (Art dalam bahasa inggris) adalah satu perkataan yang merangkumi semua aktiviti dan hasil karya manusia yang indah dan berseni (kreatif) bagi semua kaum dan bangsa di dunia. 3. Pengertian Seni Lukis Menurut Nugraha (1984) Seni Lukis merupakan cabang seni murni yang paling popular. Lukisan atau gambar pada hakekatnya adalah suatu ungkapan atas penghayatan, pengalaman dan gagasan yang disajikan dalam bidang 2 dimensi. Seorang pelukis dapat memilih cara menentukan titik pandang terhadap objek yang akan dilukis. Objek lukis dapat berupa pemandangan alam, manusia, hewan dan tumbuhan maupun pengalaman atau gagasan pribadi.
Kesimpulan Galeri Seni Lukis di Kota Kendari dapat diartikan tempat yang dipergunakan sebagai ruang untuk memamerkan dan menjual karya-karya seni yang sifatnya disaksikan dengan mata atau sebagai wadah promosi dan penyelenggaraan kegiatan apresiasi dan kritik seni serta sebagai tempat bertemunya seniman dan masyarakat untuk menikmati dan membicarakan seni lukis yang lokasi keberadaanya dalam lingkup wilayah Kota Kendari.
B. TINJAUAN UMUM GALERI a. Sejarah Perkembangan Galeri Diawali sekitar abad 18 di Athena, Galeri sebagai tempat memamerkan berbagai hasil karya seni terutama peninggalan-peninggalan historis dari pelukis pelukis ternama pada masa itu. Awal mula kelahiran galeri-galeri di Indonesia mulai tampak sekitar pertengahan tahun 1980-an pada masa itu, tepatnya pada tahun 1987, terjadi ledakan penjulan lukisan-lukisan yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi sejak tahun 1984 banyaknya permintaan terhadap lukisan memicu berdirinya galeri-galeri. Keberadaan sebuah Galeri merupakan suatu sarana untuk memamerkan berbagai hasil karya seni. Pada awalnya galeri digunakan hanya untuk memamerkan seni lukis tetapi dalam perkembangannya galeri tidak hanya untuk Seni Lukis saja, tetapi juga seniseni yang lainnya seperti seni patug, batik, tari, kain,dan bentuk seni lainnya. b. Perkembangan Galeri Saat ini, galeri mengalami perubahan dalam penyusunan ruang, ruangnya maupun pengaturan objek dan dipergunakan untuk kepentingan public dari segi fungsi galeri juga mengalami perkembangan. Fungsi awal galeri sebagai tempat memamerkan hasil-hasil karya seni agar dikenal masyarakat luas, yaitu sebagai tempat : 1) Megumpulkan hasil-hasil karya seni 2) Memamerkan hasil karya seni 3) Memelihara karya seni.
Sedangkan fungsi baru yang ingin diwujudkan dalam bangunan galeri seni lukis ini adalah galeri yang tidak hanya sebagai wadah mengumpulkan, memamerkan, memelihara, karya seni tetapi juga yang berfungsi sebagai tempat : 1) Sarana untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan daerah 2) Sarana pendidikan masyarakat 3) Sarana rekreasi 4) Dan pusat pelelangan lukisan
Dimana ke empat fungsi tambahan tersebut belum terdapat di Kota Kendari, oleh karena itu maka perlu suatu galeri sebagai dunia baru di Kota Kendari yang sekaligus dapat menampung berbagai fungsi tersebut. c. Fungsi Galeri Fungsi galeri pada umumnya adalah preservasi, konservasi objek dan memamerkan objek pada khalayak umum. Objek dan even-even yang ada terdapat di galeri adalah aspirasi, teknologi, keindahan, perdagangan dan ekonomi, lingkungan, pembangunan, sejarah. Banyak orang yang salah mempersepsikan museum dan galeri. Barangbarang di dalam galeri bisa diperjual-belikan (an institution or business exhibition or dealing in work of art). Lain halnya dengan museum, dimana koleksinya tidak untuk diperjual-belikan. Museum penuh dengan pesan-pesan luhur dalam tugasnya sebagai sarana yang memamerkan hasil kebudayaan, karenanya museum terbebani fungsi untuk mengkoleksi, mendokumentasi dan memelihara, serta merawat barang-barang koleksinya. Biasanya sebuah galeri memamerkan dan menjual karya-karya para seniman atau perancang yang memenuhi persyaratan. Galeri memamerkan dan menjual karyakarya terpilih yang sifatnya tidak tetap, bisa berganti-ganti sesuai kebutuhan, oleh karena itu alat peraga di sebuah galeri tidak sama dengan di dalam museum. Alat peraga di sini lebih bersifat netral, multifungsi, mudah dalam pemasangan dan pembongkaran. Material yang dipergunakan harus "heavy
duty", relatif tidak mudah rusak, tahan cuaca, mudah dalam perawatan dan menarik dalam penampilan. Dari keterangan di atas, beberapa fungsi galeri dapat disimpulkan antara lain : 1) Sebagai tempat mengumpulkan, memamerkan, dan memelihara karya seni 2) Wadah untuk mendorong apresiasi masyarakat terhadap karya seni 3) Tempat untuk jual beli karya seni, untuk menunjang kelangsungan hidup seni dan galeri. 4) Tempat pendidikan masyarakat. 5) Sebagai bentuk rekreasi budaya.
d. Macam-Macam Galeri Berdasarkan tempat penyelenggaraan pameran (Neufert, Ernest, 1993, Data Arsitek, Jilid 1 dan 2. Penerbit : Erlangga, Jakarta). :
1) Tradisional Art Gallery, galeri yang aktifitasnya diselenggarakan di selasar. 2) Modern Art Gallery, galeri dengan perencanaan ruang secara modern.
Berdasarkan sifat kepimilikan : 1) Private Art Gallery, galeri yang dimiliki oleh perorangan atau pribadi atau kelompok 2) Public Art Gallery, galeri milik pemerintah dan terbuka untuk umum 3) Kombinasi dari kedua galeri diatas.
Berdasarkan isinya : 1) Art Gallery of Primitive art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di bidang seni primitive 2) Art gallery of Classical art, galeri yang menyelenggarakan aktifitas di bidang seni klasik. 3) Art gallery of Modern art, galeri yang menyelenggarakan aktifitas seni modern.
Berdasrkan jenis pameran yang diadakan : 1) Pameran tetap (permanent exhibition), pameran yang diadakan terusmenerus tanpa ada batasan waktu, barang-barang yang di pamerkan tetap atau bias juga bertambah. 2) Pameran temporer (temporary exhibition), pameran yang diadakan sementara dengan batasan waktu tertentu. 3) Pameran keliling (tarvelling exhibition), pameran yang berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Galeri Seni dapat digolongkan lagi berdasarkan pada macam koleksi dan tingkat dan luas koleksi (luas jangkauan) 1. Galeri berdasarkan macam lokasi dibedakan menjadi : a) Galeri Pribadi : merupakan galeri yang berfungsi sebagai tempat pameran karya pribadi seniman itu sendiri, tidak memamerkan karya orang lain atau sebagai galeri yang hanya berfungsi sebagai tempat pamer dimana koleksi yang dipamerkan tidak diperjual belikan. b) Galeri umum : merupakan galeri yang memamerkan karya-karya seni dan beberapa seniman dan koleksi yang dipamerkan diperjual belikan. c) Galeri Kombinasi : merupakan galeri kombinasi pribadi dan umum dimana karya-karya seni yang dipamerkan ada yang diperjual belikan dan ada yang koleksi khusus yang tidak di jual, koleksi yang di pamerkanpun bukan dari satu orang seniman melainkan dari beberapa seniman.
2. Galeri berdasarkan Tingkat dan luas koleksi ( luas jangkauan ) di bedakan menjadi : a)
Galeri Lokal : merupakan galeri yang mempunyai koleksi dengan objekobjek yang diambil dari lingkungan setempat.
b) Galeri Regional : merupakan galeri yang mempunyai koleksi dengan objek-objek yang diambil dari tingkat daerah / propinsi / regional I. c)
Galeri Internasional : merupakan galeri yang mempunyai koleksi dengan objek-objek yang diambil dari suatu Negara atau dunia.
C. TINJAUAN KHUSUS GALERI SENI LUKIS 1. Pengertian Seni Lukis Seni adalah segala kegiatan dan hasil karya manusia yang mengutarakan pengalaman batinnya yang karena disajikan secara unik dan menarik memungkinkan timbulnya pengalaman, kegiatan batin pula pada diri orang lain yang menghayatinya. Hasil karya ini lahir bukan karena dorongan oleh hasrat memenuhi kebutuhan hidup manusia yang paling pokok, melainkan oleh kebutuhan spiritualnya untuk melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiaannya. Seni Lukis adalah salah satu induk dari Seni Rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari drawing.Kearagaman seni memiliki variasi baik dalam bentuk maupun dalam gaya dan aliran seni. Gaya dan aliran seni sering ditafsirkan secara kurang benar kadangkadang kebalikannya,artinya gaya ditafsirkan sebagai aliran dan sebaliknya aliran ditafsirkan sebagai gaya. Menurut Sudarso SP gaya, corak, atau langgam ataupun style adalah sebenarnya berurusan dengan bentuk luar sesuatu karya seni, sedangkan aliran, faham atau isme lebih menyangkut pandangan atau prnsip yang lebih dalam sifatnya. Aliran-aliran besar yang hadir dalam kesenirupaan yaitu: Naturalisme, Realisme, Impresionisme, Romantisme, Expressionisme, dan Surealisme. Aliranaliran lain seperti Fauvisme, Kubisme, Futurisme, Dadaisme, Abstractionism, Optical Art, Populair Art, Suprematisme, Constructivism, Neo Platisism, dan Purisme.
2. Pelaku Aktifitas Pelaku aktifitas dalam Galeri Seni Lukis ini antara lain adalah ; a. Pengguna Pengguna
utama
Galeri
Seni
Lukis
adalah
pengunjung
yang
diklasifikasikan berdasarkan dengan tujuanya yaitu 1. Pengunjung msyarakat umum yaitu pengunjung yang datang hanya untuk mencari hiburan dan berekreasi dengan menikmati hasil karya seni dan memanfaatkan fasilitas-fsilitas yang disediakan. 2. Pengunjung kelompok minat yaitu pengunjung dari pecinta seni yang memiliki pengetahuan tentang seni yang cukup tinggi dan datang dengan tujuan untuk lebih memperdalam pengetahuan tentang seni rupa dengan tidak hanya menikmati pameran tetapi juga mengikuti workshop. b. Pengelola pengelolah pada fasilitas Galeri Seni Lukis ini dibagi menurut aktifitasnya yaitu ; 1.
Pengelola umum sebagai pengendali operasional galeri termasuk didalamnya pelayanan dan servis.
2.
Kepala Bagian Tata Usaha yang menangani masalah administrasi seluruh kegiatan.
3.
Kepala Bagian Teknis Koleksi yang menangani segala masalah yang berhubungan dengan koleksi pameran.
4.
Kepala Bagian Pembinaan Minat yang menangani masalah yang berhubungan dengan fungsi edukasi/apresiasi.
c. Aktifitas/Kegitan Aktifitas yang dilakukan dalam Galeri Seni Lukis dikelompokan 4 bagian yaitu ; 1. Kegiatan promosi/apresiasi Merupakan kegiatan utama yang sesuai dengan fungsi bangunan Seni Lukis yaitu pameran. 2. Kegiatan Edukasi
Merupakan kegiatan pendukung fungsi utama yang kegiatannya adalah melukis 3. Kegiatan Preserfasi dan Konserfasi Merupakan kegiatan penunjang Galeri seni Lukis yaitu : a) Perbaikan koleksi b) Perawatan dan pengawetan koleksi 4. Kegiatan Pengelolaan Merupakan kegiatan operasional yang meliputi ; a) Control seluruh kegiatan dalam galeri b) Administrasi, pembukuan dan manajemen keuangan c) Rapat koordinasi d) Perawatan koleksi e) Melaksanakan urusan pelayanan dan servis f) Informasi dan keamanan pengunjung
3. Fasilitas 1. Fasilitas Promosi/apresiasi Mewadahi kegiatan pameran sebagai sarana pelestarian karya seni lukis dan peningkatan minat masyarakat. Fasilitas yang dibutuhkan adalah area pamer dalam ruangan (indoor), bersifat permanen. 2. Fasilitas Edukasi Mewadahi kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan, dalam hal ini adalah pendidikan non formal berupa workshop seni lukis yang dibuka untuk umum sebagai kursus/praktek bagi pengunjung yang berminat untuk membuat karya seni lukis. Fasilitas yang diperlukan adalah workshop lukis. 3. Fasilitas Preserfasi dan Konserfasi
Merupakan sarana yang disediakan sebagai penunjang kegiatan promosi yaitu sebagai upaya perbaikan, perawatan dan pengawetan benda-benda seni yang dipamerkan agar tidak rusak. Fasilitas yang diperlukan adalah a) Fasilitas preserfasi (perawatan dan perbaikan koleksi) b) Fasilitas konserfasi (penawetan koleksi) 4. Fasilitas Pengelolaan Merupakan sarana yang berfungsi sebagai pengendali operasional kegiatan yang ada didalam bangunan. Fungsi pengelolaan juga ditunjang oleh fasilitas pelayan servis dengan kebutuhan antara lain ; a. Gedung pengelola b. Musholah c. Pos informasi dan keamanan d. Area parkir 4. Teknik Penyajian Umumnya dipakai pada ruang pmer menjabarkan bahwa penyajian dalam ruang pamer meliputi 7 aspek (Sumadio, 1996) yaitu ; a. Ukuran Vitrin Ukuran vitrin tidak boleh terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Tinggi rendahnya perletakan vitrin dan panil didasarkan pada tinggi rata-rata manusia. Di Indonesia dengan tinggi rata-rata manusianya 160cm180cmdan kemampian anatomi leher 300. b. Tata Cahaya Pengaturan cahaya tidak boleh mengganggu koleksi atau menyilaukan pengunjung. Diusahakan agar lampu terlindung dan sumber cahaya tidak langsung terlihat oleh pengunjung.
c. Tata Warna warna selain mempengaruhi perasaan akan situasi ruangan dan kejiwaan juga dapat menunjang kehadiran benda koleksi. d. Tata Letak Penyusunan objek pamer pada suatu pameran hendaknya menurut ide/gagasan piñata pameran sehingga dapat memberikan informasi yang jelas dan artistik. Pengaturan cahaya dan warna sangat mencapai tujuan tersebut. e. Tata pengamanan Pengamanan terhadap benda-benda koleksi yang dipamerkan hendaknya menggunakan kaca vitrin dengan ketebalan 5 mm agar tahan terhadap benturan. f. Labeling Merupakan
sarana
komunikasi
memberikan
informasi
kepada
pengunjung. g. Foto-foto pengunjung Foto pengunjung diperlukan untuk menjadikan koleksi lebih informative dan diletakan didekat koleksi. 5. Sirkulasi Sirkulasi sirkulasi dalam pameran memerlukan pengaturan yang baik sehingga arus pengunjung berjalan secara terarah dan tidak saling bersimpang siur. Para pengunjung diupayakan untuk dapat dinikmati karya secara teratur dan terurut tanpa ada yang terlewat. Sumadio (1996) menjelaskan bahwa sirkulasi ruang pamer dibedakan menjadi 2 yakni ;
a. Sirkulasi Berliku Pola sirkulasi ini paling banyak digunakan dalam museum maupun ruang pamer. Pola sirkulasi yang terjadi bisa bermacam-macam bentuknya, organisasi ruang pamer dapat dilakukan secara linear horizontal maupun vertical. b. Sirkulasi Spiral Pola ini diterapkan oleh sebagian bangunan museum moderen, biasanya bangunan yang lebih dari satu lantai. D. URUGENSI PENGADAAN GALERI SENI LUKIS DI KENDARI a. Tujuan Pengadaan Tujuan yang ingin dicapai dari pengadaan Galeri Seni lukis di Kendari 1. Memberi wadah bagi para seniman untuk dapat mengekspos hasil karyanya. 2. Memberi wadah bagi para pecinta seni untuk dapat menikmati, mengoleksi hasil karya seniman. 3. Sebagai wadah penyaluran bakat, yang lebih khususnya dibidang seni lukis. 4. sebagai wadah berinteraksinya seniman, pecinta seni dan masyarakat umum guna membicarakan hal hal yang menyangkut seni lukis. b. Sasaran Pengadaan Sasaran pengadaan Galeri Seni Lukis di Kendari terhadap pendidikan, seni, budaya dan pariwisata diantaranya adalah sebagai berikut ; 1. Peningkatan mutu pendidikan secarah umum dan lebih khususnya pendidikan seni lukis di Kota Kendari. 2. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni lukis 3. Menjadikan seni lukis sebagai salah satu cirri khas budaya Bangsa
4. Menjadikan kota kendari sebagai alternative wisata. c. Struktur Organisasi Seni Lukis Dikota Kendari Galeri Seni lukis di Kota Kendari merupakan suatu wadah yang perencanaannya beriorientasi pada bidang kesenilukisan dan manajemen pengelolaannya dilakukan oleh pihak swasta dengan struktur organisasi sebagai berikut :
Struktur Organisasi Seni Lukis Dikota Kendari
Pimpinan
Tata usaha
Teknis koleksi dan pameran
Sub bagian administrasi
Sub bagian administrasi dan registrasi koleksi
Sub bagian keuangan Sub bagian kepegawaian
Pembinaan minat Sub bagian pembinaan workshop
Sub bagian konservasi / preserfasi koleksi
Sub bagian keamanan Sub bagian rumah tangga Sumber : analisa d. Pelaku Aktifitas Pelaku aktifitas dalam Galeri Seni lukis di kendari antara lain adalah ;
a. Pengguna Pengguna utama Galeri Seni Lukis di Kendari adalah pengunjung yang diklasifikasikan berdasarkan dengan tujuanya yaitu 1. Pengunjung msyarakat umum yaitu pengunjung yang datang hanya untuk mencari hiburan dan berekreasi dengan menikmati hasil karya seni dan memanfaatkan fasilitas-fsilitas yang disediakan. 2. Pengunjung kelompok minat yaitu pengunjung dari pecinta seni yang memiliki pengetahuan tentang seni yang cukup tinggi dan datang dengan tujuan untuk lebih memperdalam pengetahuan tentang seni lukis dengan tidak hanya menikmati pameran tetapi juga mengikuti workshop. b. Pengelola pengelolah pada fasilitas Galeri Seni Lukis
ini dibagi mnurut
aktifitasnya yaitu ; 1.
Pengelola umum sebagai pengendali operasional galeri termasuk didalamnya pelayanan dan servis.
2.
Kepala Bagian Tata Usaha yang menangani masalah administrasi sluruh kegiatan.
3.
Kepala Bagian Teknis Koleksi yang menangani segala masalah yang berhubungan dengan koleksi pameran.
4.
Kepala Bagian Pembinaan Minat yang menangani masalah yang berhubungan dengan fungsi edukasi/apresiasi.
c. Aktifitas/Kegitan Aktifitas yang dilakukan dalam Galeri Seni lukis di Kendari dikelompokan 4 bagian yaitu ; 1. Kegiatan promosi/apresiasi Merupakan kegiatan utama yang sesuai dengan fungsi bangunan Seni Lukis yaitu pameran. 2. Kegiatan Edukasi
Merupakan kegiatan pendukung fungsi utama yang kegiatannya adalah melukis. 3. Kegiatan Preserfasi dan Konserfasi Merupakan kegiatan penunjang Galeri seni lukis yaitu : a) Perbaikan koleksi b) Perawatan dan pengawetan koleksi 4. Kegiatan Pengelolaan Merupakan kegiatan operasional yang meliputi ; a) Control seluruh kegiatan dalam galeri b) Administrasi, pembukuan dan manajemen keuangan c) Rapat koordinasi d) Perawatan koleksi e) Melaksanakan urusan pelayanan dan servis f) Informasi dan keamanan pengunjung e. Fasilitas Yang Direncanakan 1. Fasilitas Promosi/apresiasi Mewadahi kegiatan pameran sebagai sarana pelestarian karya seni lukis di kendari dan peningkatan minat masyarakat. Fasilitas yang dibutuhkan adalah area pamer dalam ruangan (indoor), bersifat permanen. 2. Fasilitas Edukasi Mewadahi kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan, dalam hal ini adalah pendidikan non formal berupa workshop seni lukis yang dibuka untuk umum sebagai kursus/praktek bagi pengunjung yang berminat untuk membuat karya seni lukis. Fasilitas yang diperlukan adalah workshop lukis. 3. Fasilitas Preserfasi dan Konserfasi Merupakan sarana yang disediakan sebagai penunjang kegiatan promosi yaitu sebagai upaya perbaikan, perawatan dan pengawetan bendabenda seni yang dipamerkan agar tidak rusak.
Fasilitas yang diperlukan adalah a) Fasilitas preserfasi (perawatan dan perbaikan koleksi) b) Fasilitas konserfasi (penawetan koleksi) 4. Fasilitas Pengelolaan Merupakan sarana yang berfungsi sebagai pengendali operasional kegiatan yang ada didalam bangunan. Fungsi pengelolaan juga ditunjang oleh fasilitas pelayan servis dengan kebutuhan antara lain ; a. Gedung pengelola b. Musholah c. Pos informasi dan keamanan d. Area parkir E. STUDI BANDING 1. Galeri Nasional Indonesia
Gambar II.1. Tampak Depan Galeri Nasional (sumber : www.google.com, 21 desember 2015)
Gambar II.2. Tampak Samping Galeri Nasional (sumber : www.google.com, 21 desember 2015)
a. Sejarah Galeri Nasional Galeri Nasional Indonesia merupakan lembaga kebudayaan yang gagasannya sudah direncanakan sejak lama, di awali dengan pendirian Wisma Seni Nasional yang berkembang pula sebagai gagasan Pusat Pengembangan Kebudayaan. Gagasan ini untuk sebagian diwujudkan dengan pembangunan Gedung Pameran Seni Rupa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (23 Februari1987) sebagai sarana seni rupa. akhirnya setelah diperjuangkan secara intensif sejak tahun 1995, pendirian Galeri Seni Nasionnal Indonesia terealisasi pada tanggal 8 Mei 1998 di Jakarta dan setahun kemudian diresmikan secara formal fungsionalisasinya. Galeri Nasional Indonesia selain mengoleksi karya seni rupa yang merupakan ekspresi budaya modern, seperti lukisan, sketsa, grafis, patung dan fotografi juga megoleksi karya seni kriya dan seni etnik yang memiliki nilai estetika tertentu seperti, keramik, batik dan wayang.
b. Fungsi dan Fasilitas Melaksanakan pengumpulan, pendokumentasian, pendaftaran, penelitian,
pemeliharaan,
perawatan,
pengamanan,
penyajian,
penyebaran informasi dan bimbingan edukatif tentang karya seni rupa. Gambar di bawah ini merupakan salah satu fungsi edukatif yaitu pelayanan publik bagi pelajar.
Gambar II.3. Pelayanan Publik Galeri Nasional (sumber : www.google.com, 21 desember 2015)
Galeri Nasional Indonesia ini memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan yang berhubungan dengan tugasnya sebagai lembaga yang mengoleksi karya seni rupa, pameran dan seminar maupun pelatihan seni rupa dalam kapasitasnya sebagai institusi resmi pemerintah Indonesia terhadap pelstarian nilainilai budaya, khususnya karya seni. Fasilitas yang dimiliki oleh Galeri Nasional Indonesia yaitu: 1.
Galeri Nasional memiliki 4 gedung pameran
2.
Galeri Nasional memiliki fasilitas ruang seminar (serba guna) untuk mendukung kegiatan seminar, diskusi pembahasan karya seni rupa. Ruamg pamer ini dilengkapai dengan pendingin ruangan (AC), agar suasana seminar atau diskusi terasa nyaman.
3.
Ruang Restorasi Ruang restorasi merupakan ruangan yang digunakan untuk melakukan perbaikan, pemeliharaan ataupun perawatan bendabenda galeri yang mengalami kerusakan. Pada galeri ini terutama dikhususkan pada karya seni berupa lukisan.
4. Ruang Penyimpanan Karya Merupakan ruangan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan karya karya yang tidak ataupun yang belum di pamerkan. c. Analisis Eksterior Berkaitan erat dengan profil yang disebutkan serta gambar tampilan luar bangunan, jelas terlihat bangunan ini merupakan peninggalan belanda. Hal ini dapat dilihat dari: 1.
Bentuk atap dengan sudut yang curam sehingga atap menjadi tinggi.
2.
Terdapat banyak bukaan berupa jendela untuk irkulasi udara alami
3.
Serta bentuk canopi jendela berupa setengah lingkaran khas peninggalan Belanda. Dengan fasad bangunan klasik tersebut, terdapat kesinambungan
antara fungsi bangunan sebagai Galeri Nasional yang menyimpan beragam benda hasil kebudayaan Indonesia seperti batik, wayang, keramik dan
kebudayaan modern seni rupa, lukisan, sketsa, patung dan fotografi dengan fasad berupa bangunan kolonial yaitu dahulu dan sekarang.bangunan dahulunya adalah asrama wanita di bangun pada masa pemerintahan kolonial belanda dan tetap berdiri sampai saat ini. Tentu saja banguanan ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi dan sangat cocok dengan fungsi barunya saat ini yaitu sebagai Museum Nasional yang menampung bendabenda bernilai tinggi, nilai benda-benda kuno berbau kebudayaan hingga bendabenda modern.
d. Analisi Interior Warna, tekstur dan pola suatu permukaan bidang akan mempengaruhi persepsi kita terhadap bobot visual, skala dan proporsinya. Tinggi sebuah bidang sangat relatif terhadap tinggi tubuh kita dan tinggi mata kita, itu merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan bidang untuk menggambarkan ruang secara visual.
Gambar II.4. Interior Galeri Nasional (sumber : www.google.com, 21 desember 2015)
Bentuk, warna, tekstur dan dan pola bidang langit-langit dapat di manipulasi untuk meningkatkan kualitas pencahayaan atau suara di dalam ruangan ataupun memberikan kualitas atau orientasi yang terarah.seperti
terlihat pada gambar bidang atap ( langit-langit) sengaja di turunkan dengan member pembatas berupa kaca dengan maksud agar suasana lebih intim dan memaksimalkan unsure pencahayaan. Bidang-bidang horizontal membentuk daerah ruang dimana batasbatas vertikalnya tersirat ketimbang tersurat. Bentuk-bentuk vertikal lebih banyak mengambil perhatian didalam bidang pandang kita di bandingkan bidang-bidang horisontal, sehingga lebih membantu dalam menetapkan volume ruang yang berbeda dan memberikan kesan tertutup serta bersifat pribadi untuk benda yang berada di dalamnya. Disamping itu, bentuk vertikal berlaku sebagai pemisah suatu ruang dengan ruang lain dan membentuk pembatas umum antara ruang interior dengan lingkungan eksterior. Unsur-unsur vertikal suatu bentuk memegang peranan penting dalam konstruksi bentuk dan ruang arsitektur.
Struktur organisasi Galeri Nasional Indonesia: KEPALA
Seksi Dokumentasi, Pameran Dan Publikasi
Sub Bagian Tata Usaha
Sub Seksi Registrasi Dan Dokumentasi Sub Seksi Pameran
Sub Seksi Kerja Sama Dan Publikasi
Kelompok Jabatan Fungsional
2. Museum Fatahillah
Gambar II.5. Museum Fatahillah ( Sumber : www.google. com , 21 desember 2015 ) Sejarah Museum Fatahillah Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi. Gedung ini dahulu adalah sebuah Balai Kota Batavia (bahasa Belanda: Stadhuis van Batavia) yang dibangun pada tahun 17071710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah. Arsitektur bangunannya bergaya abad ke-17 bergaya neoklasik dengan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin. Museum ini memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi. Pekarangan dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua. Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai dari
abad ke-17 sampai 19, yang merupakan perpaduan dari gaya Eropa, Republik Rakyat Tiongkok, dan Indonesia. Juga ada keramik, gerabah, dan batu prasasti. Koleksi-koleksi ini terdapat di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang Batavia. Terdapat juga berbagai koleksi tentang kebudayaan Betawi, numismatik, dan becak. Bahkan kini juga diletakkan patung Dewa Hermes (menurut mitologi Yunani, merupakan dewa keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang) yang tadinya terletak di perempatan Harmoni dan meriam Si Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis. Selain itu, di Museum Fatahillah juga terdapat bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat digunakan pada zaman penjajahan Belanda. F. TINJAUAN TERHADAP DED, RKS DAN RAB 1. Tinjauan terhadap Detail Engineering Drawing (DED) Sama halnya dengan RKS dan RAB, Penyusunan DED dalam pembangunan sangatlah penting. Sebutan untuk DED di lapangan lebih dikenal dengan nama BESTEK. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gambar bestek memiliki definisi sebagai berikut : Gambar ialah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dsb.) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada lembaran kertas. Bestek ialah rencana pembuatan bangunan (gedung dsb.) dengan segala perinciannya (gambar, biaya). Jadi, gambar bestek ialah bentuk rencana pembuatan suatu bangunan yang di buat di lembaran kertas sebagai acuan perencanaan bangunan. Bestek (Gambar Kerja) ialah uraian yang jelas-jelasnya tentang pelaksanaan bangunan yaitu terdiri dari : a. Keterangan tentang bangunan b. Keterangan tentang melaksanakan bagian bangunan tersebut Gambar bestek terdiri dari : a. Site plan b. Denah
c. Tampak empat arah d. Potongan melintang dan membujur e. Rencana pondasi, sloef dan kolom f. Rencana perletakan kusen g. Rencana balok dan ringbalk h. Rencana kap dan atap i. Rencana lantai j. Rencana plafond k. Rencana instalasi listrik l. Rencana instalasi sanitasi. m. Rencana plat lantai n. Detail-detail 2. Tinjauan terhadap Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) RKS adalah pedoman penting dalam melaksanakan suatu proyek di samping gambar. Sehingga penting untuk direview dan dipahami seawal mungkin untuk kelancaran pelaksanaan proyek. RKS adalah bagian dari dokumen kontrak disamping ketentuan kontrak, gambar, dan dokumen lainnya. Sehingga RKS adalah salah satu pedoman penting dalam melaksanakan proyek. Umumnya isi dari RKS terdiri dari tiga bagian, yaitu Umum, Administrasi, dan Teknis. Namun ada pula yang menambahkan dengan bagian Keterangan dan Syarat Pelaksanaan. Berikut penjelasannya : 1. Keterangan. Memuat tentang pejelasan mengenai pihak-pihak yang terlibat, yaitu pemberi tugas, konsultan, perencana, konsultan pengawas, dan penyedia jasa. Termasuk hak dan kewajiban dari setiap pihak tersebut. Disebukan pula lampiran-lampiran yang disertakan, dengan menyebutkan macam-macam gambar dan jumlah selengkapnya.
2. Penjelasan umum berupa : a) Jenis pekerjaan, informasi tentang jenis pekerjaan yang akan dikerjakan, b) Peraturan-peraturan atau code yang akan digunakan, penjelasan mengenai berita acara penjelasan pekerjaan dan keputusan akhir yang akan digunakan, c) Status dan batas-batas lokasi pekerjaan beserta patok duga yang digunakan. 3. Syarat teknis adalah rincian syarat teknis setiap bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan dimulai pekerjaan persiapan sampai dengan finishing. 4. Syarat pelaksanaan berupa penjelasan lengkap atas : a) Rencana Pelaksanaan Pekerjaan , misalnya pembuatan Time Schedule, Perlengkapan kantor, Perlengkapan di lapangan sesuai dengan Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. b) Persyaratan dan Pemeriksaan bahan yang akan digunakan, baik secara visual maupun laboratorium beserta jumlah sample yg harus di uji. c) Rencana Pengaturan Pelaksanaan ditempat pekerjaan, misalnya letak dan besar kantor proyek dan direksi, system aliran material di lokasi pekerjaan, letak peralatan konstruksi, lokasi barak pekerja, bengkel kerja, dan tempattempat penyimpanan material beserta sistemnya. 5. Syarat administrasi yaitu penjelasan tentang tata cara proses administrasi yang harus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan. Dalam peraturan administrasi dibedakan pula antara peraturan administrasi keuangan dan teknis. Administrasi keuangan mencakup hal-hal sebagai berikut : Harga penawaran termasuk didalamnya biaya pelelangan, ketentuan apabila terjadi Pekerjaan tambah kurang, persyaratan yang harus dipenuhi dari setiap jenis jaminan yang digunakan (Tender bond, performance bond), ketentuan denda yang disebabkan karena keterlambatan, kelalaian pekerjaan, pemutusan kontrak dan pengaturan pembayaran kepada Kontraktor, resiko akibat kenaikan harga upah dan bahan. Administrasi
Teknis memuat hal-hal sebagai berikut: ketentuan apabila terjadi perselisihan beserta cara-cara penyelesaiannya, syarat-syarat penawaran, tata
cara
pelelangan,
kelengkapan
surat
penawaran,
ketentuan
penyampaian dokumen penawaran dan sampul penawaran, syarat peserta lelang dan sangsi apabila terjadi pelanggaran dan lain hal. Hal lain yang dijelaskan adalah peraturan penyelenggaraan, misalnya pembuatan laporan kemajuan pekerjaan (progress), penyerahan pekerjaan dan pembuatan schedule. RKS harus dibuat lengkap dan rinci yang dibuat oleh konsultan untuk bahan review oleh kontraktor. RKS harus memperhatikan lingkup pekerjaan dan tingkat kesulitan pekerjaan. Syarat material harus memperhatikan ketersediaan material tersebut di pasaran. Review RKS sangat penting. Banyak kejadian dimana RKS tidak applicable terhadap kondisi aktual di lapangan. Semua pihak, wajib melakukan review RKS demi pelaksanaan proyek yang baik dan lancar. RKS tidak perlu dibuat dalam kalimat panjang. Cukup berupa pointer. Akan lebih baik bila dibuat summary pada tiap item pekerjaan. Hal ini karena seringkali pada saat lelang, tidak diberikan waktu yang cukup bagi kontraktor untuk melakukan review. Adanya summary penting berupa kalimat pointer atau schedule akan sangat membantu proses review. 3. Tinjauan terhadap Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Upaya yang tepat untuk melaksanakan seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah menyusun suatu sistem perencanaan. Dengan adanya koordinasi dan pengawasan yang memadai bagi perusahaan, diharapkan perusahaan dapat menyusun perencanaan dengan lebih baik, dapat mengkoordinir kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan serta dapat mengawasi seluruh pelaksanaan kegiatan didalam perusahaan yang bersangkutan. Anggaran dalam suatu perusahaan merupakan suatu alat yang penting bagi manajemen, walaupun anggaran itu hanya merupakan salah satu dari
sistem perencanaan dan pengawasan yang lebih jelas. Selain itu anggaran merupakan fungsi yang memegang peranan yang sangat penting karena merupakan dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi yang lainnya. Estimasi biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek konstruksi, karena kita dapat mengetahui berapa investasi yang akan diperlukan untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya proyek yang akan digunakan. Misalnya tenaga kerja, material, peralatan dan waktu pelakasanaan. Definisi perkiraan biaya adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan pada informasi yang tersedia pada waktu itu (Iman Soeharto_National Estimating Society – USA). berdasarkan definisi tersebut, maka perkiraan biaya mempunyai pengertian sebagai berikut : a. Perkiraan biaya yaitu melihat, memperhitungkan dan mengadakan perkiraan atas hal –hal yang akan terjadi selanjutnya. b. Analisis biaya yang berarti pengkajian dan pembahasan biaya yang pernah ada yang digunakan sebagai informasi yang penting.
Agar suatu estimasi/perkiraan mendekati suatu kebenaran, diperlukan pengetahuan teknik dan berbagai pengetahun kerekayasaan konstruksi, rekayasa manajemen konstruksi, sebagaimana dalam definisi yang dikemukakan oleh AACE ( The American Association of Cost Engineer) yang mengatakan bahwa : “Cost Engneering adalah area dari kegiatan engineering di mana pengalaman dan pertimbangan engineering dipakai untuk pada aplikasi-aplikasi prisnsip- prinsip teknik dan ilmu pengetahuan di dalam masalah perkiraan biaya dan pengendalian biaya “ a. Faktor-faktor yang mempengaruhi estimasi Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkiraan biaya konstruksi menjadi mahal ataupun menjadi murah dalam suatu pekerjaan antara lain : 1) Produktivitas tenaga kerja, produktivitas adalah volume pekerjaan yang dapat dihasilkan oleh seorang atau kelompok pekerja dalam satuan waktu, makin besar produktivitas, maka makin cepat pekerjaan tersebut di selesaikan, yang berarti makin cepat pekerjaan diselesaikan. Hal ini
tidak hanya berkaitan dengan jumlah upah yang dibayarkan, namun juga perlu analisis yang lebih mendalam karena dengan produtivitas, makin besar harga satuan, upah tenaga kerja juga makin mahal. 2) Ketersediaan material atau sumber daya proyek. Makin langka material dipasaran, maka makin mahal harga yang di tawarkan. ataupun jika diperlukan, waktu pemesanan yang lebih lama dengan biaya yang akan di bebankan kepada konsumen. 3) Pasar Finansial, nilai kurs akan mempengaruhi indeks harga tenaga kerja maupun sumber daya proyek yang lain. 4) Cuaca pelaksanaan proyek konstruksi yang dimungkinkan dikerjakan dalam waktu yang relatif lama akan sangat mempengaruhi biaya suatu pekerjaan. Misal pekerjaan beton yang dilaksanakan pada musim hujan akan menambah biaya pembelian bahan pelindung beton setelah pengecoran. 5) Masalah konstruksibilitas kesulitan ataupun menggunakan metode yang belum pernah di laksanakan, maka faktor resiko akan menjadi lebih tinggi sehingga biaya akan makin mahal. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
estimasi
biaya
tersebut
di
perhitungkan dalam penyusunan rencana anggaran biaya sebagai komponen resiko, komponen kontingensi, juga dimungkinkan disisipkan dalam harga material serta harga upah disebut. b. Istilas atau sebutan estimasi Pada proyek konstruksi, estimasi biaya selain di buat oleh masingmasing pelaku jasa konstruksi, sesuai dengan tahapan proyek konstruksi tersebut juga dibuat oleh owner sebagai dasar memperkirakan harga proyek konstruksi terutama pada tahap pelaksanaan sehingga dalam prakteknya terdapat beberapa istilah estimasi yang didasarkan pada pembuat estimasi tersebut 1) Estimasi yang dibuat oleh Pemilik yang lebih pada umumnya disebut Owner Estimate (OE) digunakan oleh pemilik sebagai patokan biaya untuk menentukan kelanjutan investasi, patokan atau pembanding dengan harga penawaran, analisa harga satuan yang akan diajukan
oleh kontraktor dan untuk patokan atau pembanding dengan analisa harga satuan serta RAB yang dibuat oleh konsultan perencana. Estimasi yang dibuat oleh Konsultan, Kelayakan digunakan untuk memperkirakan harga konstruksi sebagai suatu investasi (biaya yang dikeluarkan antara lain biaya pembangunan gedungnya, pembebasan tanah, pengadaan peralatan utama) dan selanjutnya akan dihitung dengan teori-teori perhitungan ekonomi investasi bahwa proyek konstruksi tersebut layak untuk dibangun. 2) Estimasi yang dibuat oleh Konsultan Perencana yang pada umumnya disebut dengan Engineer Estimate (EE), adalah rencana anggaran biaya (RAB) merupakan hasil kerja konsultan selain gambar rencana dan spesifikasi. RAB ini dibuat berdasarkan hasil survey lapangan, berkaitan dengan kriteria desain dan metode pelaksanaan yang akan digunakan oleh kontraktor untuk pelaksanaan. Perkiraan biaya (RAB) ini merupakan dokumen pemilik (rahasia) yang selanjutnya sebagai pembanding harga yang akan ditawarkan oleh kontraktor pada saat lelang. 3) Estimasi yang dibuat oleh Kontraktor yang pada umumnya disebut dengan Contractor Estimate (CE), atau Bid Price, digunakan kontraktor untuk mengajukan penawaran kepada pemilik, dengan keuntungan yang cukup memadai bagi kontraktor. Apabila kontraktor mendapatkan pekerjaan tersebut, maka selanjutnya kontraktor akan membuat perkiraan biaya untuk pelaksanaan, juga membuat perkiraan biaya kemajuan pekerjaan.
Tabel. II. 1. Hubungan antara tahapan dan pihak yang terlibat dalam proyek dan istilah estimasi
Tahap
Proyek Pembuat
Konstruksi
perkiraan biaya
Tahap kebutuhan
Pemilik
Istilah Estimasi
Singkatan
Estimasi Pemilik ( OE Owner Estimate )
Tahap
studi Konsultan
Studi Estimasi Kelayakan
Kelayakan
Kelayakan
Tahap perencanaan
Konsultan
Estimasi Perencana EE
Perencana
(Engineering Estimate)
Tahap Pelaksanaan
Kontraktor
Estmasi Penawaran Price) Estmasi Pelaksanaan Estimasi Kemajuan Pekerjaan
Sumber : Mata Kuliah Rencana Anggaran Biaya
CE (bid
BAB III TINJAUAN LOKASI
A. TINJAUAN UMUM KOTA KENDARI
Gambar III. 1 : Peta Kota Kendari (Sumber : http://www.kendari.go.id/) 1. Kondisi Wilayah dan Topografi Kota Kendari memiliki luas ± 295,89 km² atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan dataran yang berbukit dan dilewati oleh sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Kendari sehingga teluk ini kaya akan hasil lautnya. Topografi Dilihat dari bentang alamnya, Kota Kendari merupakan perpaduan antara daerah perbukitan, datar dan pesisir pantai, dengan ketinggian antara 0 – 472 meter di atas permukaan laut (dpl). Pegunungan Nipa-Nipa dengan kemiringan lebih dari 40 % dan ketinggian tertinggi 472 mdpl, serta Teluk Kendari sebagai kawasan pesisir dengan kemiringan 0 – 3 %, memberikan ciri yang menonjol bagi wilayah Kota Kendari. Berdasarkan factor
kemiringan lahan, wilayah Kota Kendari terbagi atas klasifikasi kemiringan: Luas Total genangan ini mencapai 1.509,9 ha, tersebar pada 15 kelurahan, dengan ketinggian rata-rata > 7 m. Daerah genangan ini terjadi karena saluran drainase yang belum baik, adanya penumpukan sampah, sedimentasi serta akibat air hujan yang tergenang di beberapa lokasi dan bersifat sesaat.
2. Letak Geografis Kota Kendari terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya sebagian besar terdapat di daratan, mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau, yaitu Pulau Bungkutoko, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, berada di antara 3º54’30” - 4º3’11” Lintang Selatan dan 122º23’ - 122º39’ Bujur Timur. Wilayah Kota Kendari berbatasan dengan: a) Sebelah Utara
:
Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe
b) Sebelah Timur
:
Laut Kendari
c) Sebelah Selatan
: Kecamatan Moramo dan Kecamatan
Konda, Kabupaten Konawe Selatan d) Sebelah Barat
:
Kecamatan
Ranomeeto,
Kabupaten
Konawe Selatan dan Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe Pembagian wilayah administrasi Kota Kendari berikut luasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel III.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Kendari Luas wilayah
Jumlah Kecamatan Kelurahan
(Km2)
(%) terhadap total
Abeli
13
49,61
16,77
Baruga
4
49,58
16,76
Poasia
4
43,52
14,71
Puuwatu
6
42,71
14,43
Mandonga
6
23,36
7,89
Kambu
4
23,13
7,82
Kendari Barat
9
22,98
7,77
Kendari
9
19,55
6,61
Wua-Wua
4
12,35
4,17
Kadia
5
9,10
3,08
Jumlah
64
295,89
100
(Sumber :kota Kendari dalam angka Tahun 2014) 3. Wilayah Administrasi Kota Kendari terdiri dari 10 kecamatan dan 64 kelurahan, yaitu: 1. Kecamatan Abeli, ibukotanya Abeli, terdiri dari 13 kelurahan. 2. Kecamatan Baruga, ibukotanya Baruga, terdiri dari 4 kelurahan. 3. Kecamatan Kendari, ibukotanya Kandai, terdiri dari 9 kelurahan. 4. Kecamatan Kendari Barat, ibukotanya Benu-Benua, terdiri dari 9 kelurahan. 5. Kecamatan Mandonga, ibukotanya Mandonga, terdiri dari 6 kelurahan. 6. Kecamatan Poasia, ibukotanya Andounohu, terdiri dari 4 kelurahan.
7. Kecamatan Kadia, ibukotanya Kadia, terdiri dari 5 kelurahan. 8. Kecamatan Wua-Wua, ibukotanya Wua-Wua, terdiri dari 4 kelurahan. 9. Kecamatan Kambu, ibukotanya Kambu, terdiri dari 4 kelurahan. 10. Kecamatan Puwatu, ibukotanya Puwatu, terdiri dari 6 kelurahan. 4. Keadaan Iklim Di kota Kendari Keadaan iklim dipengaruhi oleh keadaan suhu (temperatur), musim dan curah hujan. a) Musim Kota Kendari memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November sampai bulan Maret. Musim kemarau terjadi pada bulan Agustus sampai bulan Oktober. Dan sekitar bulan April dikenal sebagai musim pancaroba atau peralihan antara musim hujan dan musim kemarau. b) Keadaan suhu Kendari adalah daerah yang bersuhu tropis dengan suhu udara maksimum 32,83 °C dan minimum 19,58 °C atau dengan suhu rataratanya 26,20 °C. Tekanan udara rata-rata 1.010,5 millibar dengan kelembaban udara rata-rata 87,67 %. Kecepatan angin di kota Kendari selama tahun 2005 mencapai 12,75 m/detik
.
c) Curah hujan Data curah hujan yang ada, menunjukkan banyaknya curah hujan ratarata berkisar antara 2,504 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 175 hari per tahun dan curah hujan tertinggi sekitar pada bulan Juni. 5. Rencana Tata Ruang Rencana struktur tata ruang pada dasarnya merupakan arahan tata jenjang fungsi-fungsi pelayanan didalam kota yang merupakan rumusan kebijaksanaan tentang pusat-pusat kegiatan fungsional kota berdasarkan jenis, intensitas, kapasitas dan lokasi pelayanannya. Jenjang kegiatan tersebut secara keseluruhan disusun sesuai dengan fungsi kota yang telah dirinci dalam skala pelayanan kota, regional, nasional dan internasional.
Konsep Dasar Pengembangan Kota Kendari yang sudah dirumuskan, secara keseluruhan merupakan arahan bagi penyusunan struktur pelayanan kegiatan
kota
dan
konsep
tersebut
telah
disusun
dengan
mempertimbangkan aspek-aspek: a) Potensi lokasi dalam menampung kegiatan-kegiatan fungsional berdasarkan jenis kegiatan dan skalanya. b) Keterkaitan antar jenjang kegiatan-kegiatan fungsional. c) Sifat fleksibilitas kegiatan fungsional perkotaan bersangkutan. Adapun
pengelompokan
kegiatan-kegiatan
fungsional
tersebut
disesuaikan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh seperti kegiatan fungsional yang ada, aksesibilitas, ketersediaan lahan, sebaran dan jarak antar pusat-pusat kegiatan fungsional skala pelayanan kegiatan, pola pemanfaatan ruang yang ada dan kecenderungan perkembangannya
dan
sebaran
dari
pusat-pusat
kegiatan
yang
direncanakan.Berdasarkan semua hal tersebut, maka perincian kegiatankegiatan fungsional perkotaan pada masing-masing Bagian Wilayah Kota (BWK) selain telah mempunyai fungsi yang dominan juga setiap BWK tersebut telah diupayakan merupakan satu kesatuan fungsional dan mempunyai karakteristik tertentu yang mendukung pembangunan Kota Kendari, baik di bidang ekonomi, sosial, fisik maupun lingkungan.
Gambar III. 2 : Peta Bagian Wilayah Kota (BWK) Kendari (Sumber : Balai Pusat Statistik Kota Kendari)
Pada gambar di atas terlihat beberapa lokasi yang menjadi rencana penempatan beberapa bangunan infrastruktur. Seperti yang ditunjukkan pada Pulau Bungkutoko bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan pelabuhan baik itu pelabuhan kontainer maupun rencana pelabuhan rakyat. Kemudian rencana pembangunan kawasan industri di Kecamatan Abeli, Rumah Sakit di Kecamatan Baruga, dan rencana kawasan pendidikan di Kecamatan Kambu. Fungsi dari pola pemanfaatan ruang tersebut untuk lebih menata bangunan dan lingkungan di Kota Kendari. Selain menunjukkan pola-pola untuk beberapa kawasan juga terlihat jelas pola jalan di Kota Kendari dimana di Kota Kendari terdapat beberapa jalan arteri primer,arteri sekunder,kolektor primer,kolektor sekunder,dan jalan local atau jalan permukiman. Selain itu jg digambarkan pola rencana Jalan lingkaran kota Kendari.
6. Keadaan Penduduk Kota Kendari Jumlah penduduk Kota Kendari berdasarkan data terakhir (Sensus Penduduk 2014) adalah 289.966 jiwa. Jika dibandingkan dengan hasil Survei Penduduk Antarsensus (Supas) tahun 2005 dan Sensus Penduduk tahun 2000 yang masing-masing berjumlah 226.056 jiwa dan 205.240 jiwa, maka dapat dilihat bahwa selama 10 tahun penduduk Kota Kendari bertambah 84.726 jiwa. Penduduk tersebut tersebar dengan tidak merata.Pada tahun 2010, sebanyak 14,80 % penduduk Kota Kendari tinggal di wilayah Kendari Barat, 6,68 % tinggal di Kecamatan Baruga dan selebihnya tersebar pada 8 kecamatan dengan persebaran yang bervariasi. Berdasarkan tingkat kepadatan penduduk, Kecamatan Kadia merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi yaitu sebesar 4.313 jiwa per km2 sedangkan Baruga merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah yaitu sebesar 391 jiwa per km2. Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk selama periode tahun 2000 s/d tahun 2010, untuk laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan, Wua-Wua merupakan kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu sebesar 8,23% per tahun. Selanjutnya Kendari Barat merupakan kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk paling rendah yaitu sebesar 1,02% per tahun. Secara umum, laju pertumbuhan penduduk Kota Kendari sebesar 3,54% per tahun. Dilihat berdasarkan rasio jenis kelamin, di Kota Kendari terdapat lebih banyak penduduk laki-laki dari pada perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Kota Kendari sebesar 101,98 atau dengan kata lain terdapat 102 penduduk laki-laki untuk tiap 100 penduduk perempuan. Tahun, memperlihatkan jumlah penduduk Kota Kendari pada tahun 2015 sebesar 340.345 jiwa dimana jumlah penduduk terbanyak akan
berada di Kecamatan Kadia dengan laju pertumbuhan sebesar 4,72 %. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk Kota Kendari menggunakan rumus Geometrik Pn=P0(1+r)n. Prediksi jumlah penduduk hingga 10 tahun mendatang (jiwa) No.
Kecamatan
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
1
Kendari
22.807
23.028
23.252
23.477
23.705
23.935
24.167
24,401
24,638
2
Kendari Barat
39.724
40.109
40.498
40.891
41.288
41.688
42.093
42,501
42,913
3
Mandonga
33.714
34.041
34.372
34.705
35.042
35.382
35.725
36,071
36,421
4
Puwatu
21.285
21.491
21.699
21.91
22.122
22.337
22.554
22,773
22,993
5
Baruga
11.254
11.363
11.474
11.585
11.697
11.811
11.925
12,041
12,158
6
Kadia
29.135
29.417
29.703
29.991
30.282
30.575
30.872
31,171
31,474
7
Wua-Wua
18.729
18.91
19.094
19.279
19.466
19.655
19.845
20,038
20,232
8
Poasia
21.07
21.275
21.481
21.69
21.9
22.112
22.327
22,543
22,762
9
Kambu
16.629
16.79
16.953
17.117
17.283
17.451
17.62
17,791
17,964
10
Abeli
19.24
19.427
19.615
19.806
19.998
20.192
20.387
20,585
20,785
233.587
235.852
238.14
240.45
242.782
245.137
247.515
249,916
252,340
Jumlah
Tabel III.2 : Prediksi Jumlah Penduduk Sumber : BPS Kota Kendari , 2008 B. TINJAUAN LOKASI PERENCANAAN 1. Data Eksisting Lokasi Tapak Galeri Seni Lukis Lokasi yang akan menjadi rencana tempat pembangunan Galeri Seni Lukis adalah di daerah Lepo-lepo, Kecamatan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, tepatnya terletak di jln poros Di Panjaitan, dengan luas areal tapak ±9000 M2.
Gambar III. 3 : Lokasi Tapak (sumber:google earth) Jln. DI Panjaitan dan Kantor BLKI
Panti sosial tuna wicara
Lahan kosong
U
Polresta kendari
Gambar III. 4 : Lokasi Tapak yang di pilih (sumber:google earth)
Lokasi tapak memiliki batasan sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Panti Sosial b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Polresta Kendari c. Sebelah Barat berbatasan dengan Jln, DI PANJAITAN dan Kantor BLKI d. Sebelah Timur berbatasan dengan Lahan Kosong
2. Wilayah Administratif Kecamatan Baruga Pembagian wilayah di daerah Kecamatan Baruga, Kota Kendari : a) Kelurahan Baruga b) Kelurahan Lepo Lepo c) Kelurahan Watubangga d) Kelurahan Wundudopi Kawasan Baruga, berfungsi sebagai pusat transportasi regional ditunjang dengan terminal regional di Abeli Dalam Kecamatan Puwatu, pusat industri kerajinan, pusat agroindustri, peternakan. Sebagian besar kewasan ini selain berfungsi untuk pengembangan permukiman, juga untuk penghijauan berupa hutan kota, terutama untuk menunjang terwujudnya ”Kota Dalam Taman”.
BAB IV ACUAN DASAR PERANCANGAN A. ACUAN PERANCANGAN MAKRO 1. Penentuan Lokasi Menurut Definisi Para Ahli mengatakan bahwa Lokasi (lahan) berasal dari kata Land. Pengertian lokasi (lahan) adalah lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisik berupa relief atau topografi, iklim, tanah dan air, sedangkan lingkungan biotik adalah manusia, hewan, dan tumbuhan. Dalam penggunaan lahan, perlu diperhatikan aspek fisiknya agar tidak menimbulkan kerusakan bagi tanah serta daerah sekitarnya. Faktor fisik yang paling dominan adalah kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan air laut. Faktor kemiringan berpengaruh besar terhadap kendali air yang menentukan ada atau tidaknya kerusakan. Faktor fisik yang berpengaruh terhadap penggunaan lokasi (lahan) 1. Lereng berpengaruh terhadap pengaliran air sebagai penyebab ada tidaknya kerusakan tanah. Pada lereng yang terjal, kerusakan tanah disebabkan intensitas erosi. 2. Ketinggian Tempat, ketinggian tempat berpengaruh terhadap jenis tanaman yang diusahakan. Makin tinggi tempatnya, makin jarang dijumpai tanaman tropis. Batas tanaman budi daya umumnya pada ketinggian 1.000 m dari permukaan air laut. Dalam pemilihan lokasi yang sesuai untuk perencanaan Gedung Galeri Seni Lukis di Kota Kendari, maka perlu di cari lokasi yang sesuai dengan kegiatan dan dapat mewadahi kegiatan tersebut, maka perlu dipertimbangkan penempatan lokasi dengan fungsi bangunan, sehingga dapat menunjang keberadaan fungsi bangunan. Ada beberapa kriteria umum yang digunakan dalam menentukan lokasi yang dipilih, yaitu : a. Sesuai peruntukan lahan dengan menyesuaikan tapak pada lingkungan sekitarnya.
b. Tersedianya sarana utilitas kota, seperti penyediaan air bersih, jaringan listrik, system pembuangan, drainase, dan sarana-sarana pendukung lainnya. c. Lokasi yang strategis yang dapat memberikan penampilan visual yang baik bagi penampilan bangunan. d. Topografi dan daya dukung tanah yang tinggi e. Luas site dapat mewadahi segala aktivitas f. Kemudahan dalam pencapaian/aksesibilitas g. Adanya fasilitas penunjang di sekitar site yang saling mendukung
2. Penentuan Site (Tapak) Berdasarkan kriteria yang disampaikan, maka lokasi yang akan digunakan sebagai lokasi kawasan Gedung Galeri Seni Lukis, yaitu di Lepo-Lepo, Kecamatan Baruga, Kelurahan Lepo-Lepo, Kendari, Sulawesi Tenggara. Dasar Pertimbangan : a. Berdasarkan dengan rencana tata ruang kota b. Mudah di capai oleh konsumen dan dapatdilalui transportasi umum. c. Berada pada zona pusat transportasi regional. d. Tersedianya prasarana kota meliputi jaringan telpon, listrik, air bersih (PDAM). e. Site memiliki luas yang memadai. Dari dasar pertimbangan tersebutdiatas, Maka dipilih lokasi site antara lain : a. Data eksisting tapak
Lokasi tapak terletak di Jln Poros Di Panjaitan, Kecamatan Baruga, Spesifikasi lahan tidak berkontur dengan luas areal tapak ±9000 M2. Di sekitar site terdapat fasilitas umum dan masih terdapat lahan kosong. Data-data mengenai tapak: 1. Fungsi
: Galeri seni lukis.
2. Luas Tapak
: ± 9.000 m²
3. KDB
: 40 : 60 = Terbangun : Tidak terbangun
4. GSB
: 25 m dari as jalan
5. Kondisi Tapak
: Datar, tidak berkontur.
b. Batas-batas tapak 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Panti Sosial 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Polresta Kendari
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Jln, Di Panjaitan dan Kantor BLKI 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Lahan Kosong
U
Gambar IV.1 : Peta Site Sumber : Data Pribadi c. Potensi Lahan 1. Arahan fungsi sebagai pusat transportasi regional ditunjang dengan terminal regional di Abeli Dalam Kecamatan Puwatu. 2. Transportasi lancar dan memiliki jalur utilitas yang baik. 3. Luas site mendukung dan mempunyai view yang baik.
3. Analisa Tapak Pengolahan tapak meliputi pola tata lingkungan, kriteria yang menjadi faktor yang mempengaruhi penataan lingkungan adalah: 1. Orientasi Matahari dan Angin Sinar matahari pagi mengenai belakang bangunan dan sinar matahari sore mengenai depan bangunan. Frekuensi arah angin kebanyakan berasal dari arah utara.Galeri Seni Lukis ini sebagai bangunan yang berfungsi sebagai sarana
pengembangan dan pelestarian seni lukis, dalam penataan orientasi bangunannya ditinjau berdasarkan matahari dan angin. 1) Matahari Penyinaran langsung dapat diatasi dengan penggunaan oversteak, pemberian vegetasi sekitar bangunan serta menggunakan kaca tabir surya yang dapat menyaring panas sinar matahari. 2) Arah angin Pada dasarnya bangunan Galeri Seni Lukis ini lebih banyak ini menggunakan penghawaan buatan dari pada penghawaan alami.
Gambar IV.2 : Orientasi Matahari dan Angin Sumber : Data Pribadi
2. Topografi
Gambar IV.3 : Topografi Aliran Air Sumber : Data Pribadi
3. View View/sudut pandang merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan bagian yang menjadi titik perhatian dan perletakkan entrance. Sudut pandang terbaik dari lokasi ini adalah kearah Jalan DI panjaitan yang merupakan salah satu jalur transportasi dari Kota Kendari. Dalam menentukan sudut pandang (view) yang baik dari dalam dan keluar tapak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut: 1) Sudut pandang (view) dari dalam ke luar tapak, meliputi : a) Posisi pada tapak dimana pemandangan tidak terhalangi b) Kemungkinan kesinambungan pemandangan untuk jangka panjang c) Bentuk pemandangan, pemandangan positif atau negatif d) Sudut dalam tapak yang paling baik dan dimana pemandangan tersebut dapat terhalang 2) Sudut pandang (view) dari luar ke dalam tapak, meliputi : a) Sudut di bagian mana pada tapak yang akan terlihat untuk pertama kali
b) Potensi bagi pemandangan ini untuk terus menerus dilihat atau tidak terhalang oleh pembangunan di luar tapak selama jangka panjang c) Pemandangan terbaik dari tapak dan daerah-daerah yang dapat dilihat.
Gambar IV.4 : View/Sudut Pandang Sekitar tapak Sumber : Data Pribadi
4. Kebisingan Mengingat lokasi ini berada di dekat jalan utama kendaraan,maka diperlukan beberapa hal ini, untuk menghindari kebisingan dari jalan raya kendaraan tersebut: a) Penggunaan barier (penghalang) berupa pagar dan pohon yang tidak menghalangi view ke dalam dan keluar bangunan b) Peninggian letak bangunan, agar tidak terkena dampak bising dari arah jalan secara langsung c) Menempatkan bangunan tidak dekat dengan jalan raya yang merupakan sumber kebisingan dan penggunaan material akustik pada bangunan
Gambar IV.5: Tingkat Kebisingan pada site Sumber : Data Pribadi
5. Pencapaian Pada Tapak
Gambar IV.6 : Pencapaian pada tapak Sumber : Data Pribadi
6. Penzoningan pada tapak Penentuan zoning, dapat didasarkan pada sifat dan karakter setiap kegiatan, Dimaksudkan agar kegiatan yang berlangsung tidak saling mengganggu. Adapun pembagian zoning tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Publik
2.
Semi Publik
3.
Service
Penjelasan: 1)
Zona 1 merupakan zona publik pada tapak memfasilitasi sarana-sarana umum seperti area taman. Zona ini memerlukan pencapaian yang mudah.
2)
Zona 2 merupakan zona semi publik pada tapak diperlukan untuk fasilitas/kegiatan yang lebih bersifat khusus.
3)
Zona 3 merupakan zona Servis pada tapak memfasilitasi sarana-sarana penunjang seperti kegiatan pemeliharaan sarana.
1
2
U
Gambar IV.7 : Penzoningan Sumber : google earth
3
7. Sirkulasi pada tapak a. Pencapaian ke tapak
Main Entrance
U
Side Entrance Main And Side Entrance Servis
Gambar IV.8 : main entrance Sumber : google earth
b. Pola Sirkulasi dalam tapak Sistem sirkulasi dalam tapak didasarkan atas pertimbangan : Jenis kegiatan dan pelaku kegiatan dalam site : 1. Pola pergerakan pelaku kegiatan menuju kedalam bangunan 2. Perletakan main entrance (pintu masuk), side entrance (pintu keluar), dan service entrance. 3. Kemudahan, kejelasan, keamanan, dan kenyamanan sirkulasi. Pencapaian pada tapak memiliki bentuk radial, sirkulasi yang berkembang atau berhenti pada sebuah titik pusat. Sistem ini bersifat dominan, teratur. Sistem ini juga dapat menjadikan objek sebagai point interest ( titik objek ).
Gambar IV.9 : Sirkulasi Radial Sumber : Ahmad, 2007: 42 Masih ada kaitanannya dengan sistem sirkulasi
yakni sistem
pencapaian terhadap Ruang Galeri yaitu Pencapaian frontal, Sistem pencapaian ini langsung mengarah dan langsung ke objek ruang yang dituju. Pandangan visual objek yang dituju jelas terlihat dari jauh.
Gambar IV.10 : Sistem Pencapaian Frontal Sumber : Hakim dan Utomo, 2002 : 49 4. Tata Massa 1. Pola tata massa Sesuai dengan fungsinya sebagai sarana pengembangan dan pelestarian maka pengolahan tapak diarahkan untuk dapat terciptanya suasana disiplin, rekreatif, tenang, gaduh, dan berlingkungan, sehingga pola tata massa yang rekreatif adalah “building block system” dimana pemisahan bangunan berdasarkan kegiatan formal, non formal dan penunjang. Akan tetapi masih terintegrasi dengan blok-blok bangunan lainnya dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Masing-masing kegiatan diupayakan agar tidak saling mengganggu.
2. Letak dari masing-masing blok dengan komposisi dan posisi yang memudahkan dalam hal ini pengawasan dan sirkulasi pencapaian dari dan masing-masing blok. 3. Pola tata massa disusun dengan mempertimbangkan pada : Bentuk site yang ada dan Pola tata massa yang diharapkan adalah dengan tidak terlalu banyak melakukan pemisahan kegiatan hingga jumlah massa bangunan yang dihasilkan menjadi tidak terlalu banyak dengan alasan: a. Mudah dari segi pencapaian ke segala penjuru, jika massa bangunan tidak terlalu banyak dilakukan pemisahan dengan menyatukan keterkaitan pada fungsi dan karakteristik ruang. b. Efketifitas dan efesiensi dalam pemakaian lahan memperbaiki kesan dan penampilan bangunan hingga terkesan lebih kompak, formil dan menyatu. 2. Penzoningan a) Area parkir a. Terletak pada area dengan tingkat kebisingan yang tinggi, yang berorientasinya sebagai pemisah antara jalur dengan bangunan. b. Sebagai space penerima pertama bagi pengunjung sebelum mencapai bangunan. c. Relatif mudah pencapaiannya dari dan ke pintu utama bangunan. d. Besaran area dapat menampung dan sesuai dengan kebutuhan. b) Area bangunan a. Mudah dicapai dari area parkir b. Area fasilitas umum hendaknya pencapaiannya dekat dengan area parkir umum. c. Area service hendaknya relative mudah dicapai oleh berbagai unsur pelaku kegiatan didalam wadah tersebut dengan memperhatikan jaringan utilitas kota. c) Taman a. Berfungsi sebagai space peralihan ruang luar dengan ruang dalam sekaligus juga merupakan barier kebisingan dari luar bangunan. b. Dapat dimanfaatkan sebagai sarana yang sifatnya rekreatif dengan penataan yang menarik.
c. Dapat digunakan sebagai media penarik yang sifatnya mengundang. 3. Komponen massa Pengelompokkan ruang kedalam massa berdasarkan sifat dan jenis kegiatan serta sifat ruang, diperoleh komponen massa sebagai berikut: a) Massa bangunan penunjang b) Massa bangunan pengelola c) Massa bangunan pelengkap.
5. Sistem Sirkulasi Ruang Luar Secara umum sistem sirkulasi di tergantung dari: a) Kelompok dan mekanisme kegiatan yang di wadahi b) Konsep perletakan massa bangunan yang memperhatikan konteks lingkungan. c) Selasar penghubung ke setiap kegiatan saling berhubungan. Untuk mendapatkan estetika luar, maka beberapa unsur landscape harus ditata dengan baik. .Penataan landscape ini dapat dilakukan dengan cara : 1. Penataan tanaman tata hijau. Untuk perlindungan dari panas matahari, ditanam pohon pelindung yang rindang seperti Mahoney, kenari, atau Felicia. Sedangkan tanaman hias perlu digunakan pohon-pohon berbunga cerah atau berdaun berwarna-warni seperti Bougainville, nusa indah, flamboyan, atau caliph sp. Untuk tanaman di atas pagar pembatas dengan daerah umum (trotoar) digunakan jenis-jenis pohon berbunga kecil yang berduri/bergetah sehingga orang segan untuk memetik atau melintasi. Untuk menutup tanah digunakan rumput biasa, dan rumput berwarna jenis criminal sebagai pembatas dengan jalur perjalan kaki. 2. Penataan elemen-elemen sebagai penunjang landscape yaitu : a) Pagar, yaitu berfungsi sebagai pembatas site b) Lampu taman yang berfungsi sebagai pencahayaan buatan selain itu sebagai unsur estetika.
6. Fasilitas Parkir Hampir semua aktifitas kegiatan di ruang terbuka memerlukan sarana tempat parkir. Kebutuhan akan tempat parkir dalam suatu perancangan tapak ruang luar merupakan bagian dari prasarana lingkungan. a. Prinsip Perancangan Parkir Ditinjau dari sudut perancangannya (desain), maka kriteria dan prinsip tempat parkir secara garis besar harus memperhatikan faktor berikut: 1) Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parkir. 2) Banyaknya kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan luas tempat parkir. 3) Ukuran dari jenis kendaraan yang akan ditampung. 4) Mempunyai keamanan yang baik dan terlindungi dari panas pancaran sinar matahari. 5) Cukup penerangan cahaya di malam hari. 6) Tersedianya sarana penunjang parkir, misal tempat tunggu sopir, tempat sampah, dan lain-lain. b. Bentuk Tempat Parkir 1) Parkir tegak lurus (perpandicular)
Gambar IV.11 : Parkir Tegak Lurus Sumber : Komponen Perancangan Arsitektur Lanskape, 2004
2) Parkir sudut (angle)
Gambar IV.12 : Parkir Sudut Sumber : Komponen Perancangan Arsitektur Lanskape, 2004
7. Bentuk dan Tampilan Bangunan a. Bentuk Dasar Bangunan Dasar pertimbangan dalam penentuan bentuk dasar bangunan adalah sebagai berikut: 1. Optimalisasi pemanfaatan luasan lantai pada bangunan. 2. Kemudahan dalam perawatan bangunan. 3. Fleksibilitas penataan elemen ruang dalam. 4. Sesuai dengan kondisi dan bentuk tapak. 5. Memiliki efesiensi yang tinggi terhadap lingkungan. 6. Unsur-unsur estetika. 7. Kesesuaian bentuk dengan fungsi bangunan serta kegiatan yang akan diwadahi.
Tabel IV.1 : Besaran Ruang Gubahan Massa SEGI EMPAT
SEGITIGA
LINGKARAN
KRITERIA Sesuai
Penyesuaian
Kurang stabil
Sesuai
terhadap bentuk atap Formil,
tegas Stabil
Stabil
Sifat formil
dan sederhana
Efisiensi ruang
Tinggi
Kurang
Sedang
Visual bangunan
4 arah
3 arah
Dari segala arah
Pengembangan
Mudah
Sukar
Agak sukar
Pelaksanaan
Lebih mudah
Agak sukar
Cukup
Fleksibilitas ruang
Tinggi
Kurang
Cukup
Teori arsitektur post
Sesuai
Sesuai
Sesuai
modern
Beberapa cara yang dapat dipakai untuk menciptakan bentuk-bentuk yang dinamis : 1. Bentuk dinamis Dapat diciptakan dari susunan atau komposisi masa dari bentuk geometri yang sama yang tidak monoton seperti diputar, digeser ataupun ditumpang tindih. Persenyawaan bentuk-bentuk geometri, jika dua buah bentuk yang berbeda geometri atau perbenturan orientasinya dan saling menembus batas masing-masing, maka masing-masing bentuk akan
bersaing untuk mendapatkan supremasi dan dominasi visual. Pada situasi semacam ini dapat terjadi : a) Kedua bentuk dapat saling menunjang identitas masing-masing dan menyatu menciptakan bentuk terpusat baru. b) Salah satu dari kedua bentuk tersebut dapat menerima bentuk yang lain secara keseluruhan didalam ruangannya. c) Kedua bentuk tersebut dapat dipertahankan identitas masing-masing dan bersama-sama memiliki bagian volume yang saling berkaitan. d) Kedua bentuk dapat saling dan dihubungkan oleh unsur ketiga yang serupa geometrinya dengan salah satu dari bentuknya. 2. Komposisi Bentuk-bentuk tak Beraturan Bentuk-bentuk tak beraturan adalah bentuk-bentuk yang bagian-bagian tidak serupa dan hubungan antara bagian-bagiannya tidak konsisten, pada unmumnya bentuk-bentuk ini tidak simetris dan lebih dinamis jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk beraturan. Bentuk ruang yang akan dipakai adalah yang dapat mendukung Gedung Galeri Seni Lukis, untuk itu bentuk yang digunakan adalah bentuk segi empat.
b. Penampilan Bangunan Penampilan bangunan merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu perencanaan. Dalam hal ini, penampilan bangunan dari luar maupun tata ruang dalam bangunan harus menunjukan ciri dan karakter, serta aktivitas yang terjadi dalam bangunan. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pendekatan penampilan bangunan adalah sebagai berikut: a. Tuntutan fungsi dari unit-unit kegiatan dalam bangunan. b. Karakter filosofi bangunan yang menuntut penampilan bangunan dan kenyamanan, di mana penataan massa bangunan sangat berpengaruh. c. Keserasian serta proporsi bangunan terhadap lingkungan di sekitarnya. d. Efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan ruang.
e. Material elemen tekstur pada bangunan Galeri Seni Lukis merupakan penunjang penampilan luar bangunan,material itu antara lain : a)
Tekstur alam seperti batu kali,baru pecahan,dan kerikil sedemikia rupa sehingga mampu memberikan kesan yang nyaman.
b)
Tekstur buatan seperti kaca , marmer dan sebagainya.
8. Bentuk dan Tampilan Ruang Pamer a) Karya Seni Lukis 2 Dimensi karya seni lukis 2 dimensi adalah suatu karya seni lukis yang memiliki dua sisi saja, yaitu sisi panjang dan lebar, sehingga tidak mempunyai ruang karena tidak mempunyai unsur ketebalan.
Gambar 13 : Lukisan 2 Dimensi Sumber : Http://Anime230798.Blogspot.Com Teknik – teknik dalam seni lukis 2 dimensi 1. Teknik Plakat yaitu melukis dengan menggunakan cat poster, cat minyak cat akrelik, dengan goresan yang tebal, sehingga menghasilkan warna pekat dan padat. 2. Teknik Transparan yaitu teknik menggambar / melukis dengan menggunakan cat air, dengan sapuan warna yang tipis sehingga hasilnya nampak transparan. 3. Teknik Kolase yaitu melukis dengan memotong kertas yang kemudian ditempel sehingga membentuk lukisan yang realis atau abstrak.
4. Teknik 3M (melipat, menggunting, dan merekat) adalah merupakan proses manipulasi lembaran kertas menjadi suatu bentuk tiga dimensi. b) Karya Seni Lukis 3 Dimensi Karya seni lukis 3 dimensi adalah karyaseni lukis yang memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi, atau karya yang memiliki volume dan menempati ruang.
Gambar 14 : Lukisan 3 Dimensi Sumber : Http://Anime230798.Blogspot.Com
Teknik – teknik Seni Lukis 3 Dimensi 1. Teknik Aplikasi yaitu karya hias dalam seni jahit-menjahit dengan menempelkan (menjahitkan) guntingan-guntingan kain yang dibentuk seperti bunga, buah, binatang, dsb pada kain lain sebagai hiasan. 2. Teknik Mozaik yaitu dengan menempel benda-benda tiga demensi yang ditata sedemikian rupa sehingga menghasilkan lukisan.
Ruang Pamer3 Dimensi Desain ruang untuk pamer 3 dimensi membutuhkan teknik dan konsep yang lebih rumit. Salah satu caranya adalah membagi ruang menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, kemudian digunakan untuk menampilkan lukisan berdasarkan kelompok atau jenis-jenis tertentu. Misalnya lukisan tersebut dipajang sesuai dengan alirannya atau pembuat dan pencipta karyanya.
Pembuatan ruang-ruang inilah yang membutuhkan perhitungan dan ketelitian tersendiri. Yang paling utama adalah, pengunjung yang datang ketika masuk ke dalam ruang pameran 3 dimensi harus selalu diusahakan untuk menggunakan satu jalur saja untuk berjalan sehingga tidak saling berdesakan dan bertubrukan. Untuk mengatasi masalah seperti ini salah satu cara yang bisa ditempuh dan paling umum digunakan adalah memisahkan jalur untuk masuk dan keluar.
Gambar 15 : Ruang Pamer Galeri Sumber : Http://Anime230798.Blogspot.Com
Selain itu desain pemisahan ruang tersebut harus ditata sedemikian rupa, sehingga ketika sudah mengunjungi salah satu ruang dan mau menuju ke stand yang lain pengunjung tidak perlu masuk ke dalam ruang itu kembali, meski hanya sekedar lewat saja. Dengan cara seperti ini suatu ruang tidak akan dijejali oleh banyak orang sementara ruang yang lain terlihat kosong dan sepi. Selain itu pengunjung juga tidak akan merasa bosan dan jenuh. Hal lain yang tidak kalah penting adalah konsep dan teknik pencahayaan. Selain mampu memberi penerangan yang bagus dan membuat nyaman mata pengunjung, cahaya dari lampu-lampu yang digunakan juga harus dapat menjadikan koleksi lukisan yang dipajang terlihat lebih bagus, menarik dan indah serta menampilkan karya seni yang bermutu tinggi. Hal yang sering menjadi masalah adalah ketika daya listrik yang tersedia hanya terbatas saja.
Permasalahan ini bisa dipecahkan dengan cara memisahkan berdasarkan ukuran lukisan tersebut. Jika punya ukuran yang besar, diletakan dalam suatu ruang tersendiri dan menggunakan lampu sorot sendiri pula. Sedangkan untuk lukisan yang ukurannya lebih kecil tidak perlu dipisah-pisah namun dijadikan dalam satu ruang sehingga cukup menggunakan satu lampu saja. Selain menghemat penggunaan daya listrik dan ruang, pengelompokan berdasarkan ukuran ini juga bisa memberi keuntungan yang lain yaitu tidak ada satu koleksi lukisan yang menjadi dominan. Jika lukisan kecil disatukan dengan lukisan yang besar, tentu akan punya pengaruh terhadap daya tarik lukisan tersebut meski sebenarnya punya kualitas seni yang sama. Yang terakhir adalah, pembagian ruang juga harus memperhatikan sistem sirkulasi udara yang masuk. Karena hal ini berkaitan dengan kenyamanan pengunjung dan untuk menghindari terjadinya kerusakan lukisan yang diakibatkan oleh cuaca yang terlalu panas atau dingin.
B. ACUAN PERANCANGAN MIKRO 1. Pelaku Kegiatan a. Pengunjung 1) Anak-anak semua kalangan yang berumur 6-18 tahun yang ingin belajar dan dibina dalam pengembangan wawasan, perilaku, serta kreatifitasnya dan juga belajar dengan fasilitas yang disediakan oleh Galeri Seni Lukis.. 2) Dewasa. Kalangan dari orang dewasa, yang tidak mampu dan kurang akan seni lukis, namun masih mempunyai semnagat untuk kembali belajar. 3) Orang tua. Baik yang datang untuk berkunjung, menonton pertujukan hasil kreativitas, belajar melukis atau bahkan mencari hiburan bersama keluarga, dan lain-lain. b. Pengelola Adalah pihak yang bertugas mengelola dan mengurus segala bentuk perawatan dan jalannya fungsi galeri seni lukis sebagaimana mestinya. Pengelola ini di kelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan tugasnya masing-masing, antara lain:
1) Pimpinan Merupakan pelaku kegiatan yang bertanggung jawab terhadap bangunan dan keseluruhan penghuni yang ada di galeri seni lukis 2) Staff Merupakan pelaku kegiatan yang bertugas untuk mengkoordinasi bawahannya dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.Yang termasuk dalam kategori staff, antara lain sekretaris, bendahara, dan staff pengajar (guru atau relawan) 3) Karyawan Merupakan pelaku kegiatan yang bertugas mengurus adsministrasi, membantu pekerjaan staff serta melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan oleh atasannya. Yang termasuk ke dalam kategori, antara lain bagian administrasi dan petugas keamanan. 4) Service Pihak yang bertugas menjalankan aktivitas pemeliharaan, perawatan serta menjaga keadaan gedung galeri seni lukis dalam kondisi optimal. Yang termasuk kedalam pelaku kegiatan servis antara lain, petugas
maintenance
utilitas
bangunan,petugas
pengangkut
sampah,petugas kebersihan, dan petugas bagian dapur.
2. Kebutuhan Ruang Untuk memudahkan kelangsungan kegiatan pada bangunan makabeberapa kegiatan dapat dikelompokan menjadi satu unit fungsi, selain untuk fungsi efisiensi kegiatan juga untuk kemudahan pengguna dalam menemukan fungsi yang dituju Unit fungsi yang dimaksud dapat dikelompokan menjadi delapan yaitu : a. Unit Fungsi Penerima b. Unit Fungsi Pameran c. Unit Fungsi Pendidikan d. Unit Fungsi Pengelola e. Unit Fungsi Rekreasi f. Unit Fungsi Perawatan Koleksi g. Unit Fungsi Utilitas h. Unit Fungsi Mushollah
3. Pengelompokan Ruang 1) Unsur Pelaku Kegiatan a) Pengunjung adalah masyarakat yang berada di wilayah kawasan Kota Kendari yang ingin melihat atau membeli barang yang tersedia. b) Penjual adalah masyarakat kota kendari yang berjualan di dalam bangnan tersebut. c) Pengelola adalah orang yang mengelola pasar tersebut 2) Macam-macam kegiatan Secara umum kegiatan pada pasar dibagi atas: 1. Kegiatan pengelola 2. Kegiatan pengunjung/pembeli 3. Kegiatan penjual 3) pengelompokan kegiatan Tabel IV. 2 kebutuhan ruang Fungsi
Aktifitas Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Pelaku Aktifitas
Penerima
Pengunjung
Entrance
Pengunjung
1.Datang-Pulang
Lobby
Pengunjung
2.Memperoleh informasi
R. informasi
Petugas
3.Menyimpan
barang R. penitipan barang
bawaan 4.Kegiatan lavatory
R.
Petugas
keamanan/security petugas
lavatory
Petugas
Pameran
1.
Memberi informasi
2.
Melayani penitipan
3.
Menjaga keamanan
4.
Kegiatan lavatory
Pengunjung
r. pamer 2 dimensi
Pengunjung
1.
Datang-pulang
r. pamer 3 dimensi
Pengunjung
2.
Melihat pameran
r. persiapan lavatory
Staff
3.
Melakukan
transaksi barang 4.
Kegiatan
lafatori
staf 5.
Mempersiapkan
sebelum
pelaksanaan
pameran 6. Pendidikan
Kegiatan lavatory
Peserta workshop
Workshop 2 dimensi
1. 2. 3. 4.
Workshop 3 dimensi
Datang-pulang Praktek seni lukis Mempelajari teori Kegiatan lavatory
r. p3kr
Pengunjung
r. bahan dan alat
1. 2.
r. instruktur
Datang pulang Kegiatan lavatory
r. audiovisual
Petugas 1. Melayani pengunjung 2. Melayani peserta workshop 3. Kegiatan lavatory
Rekreasi
r. belajar
lavatory
Peserta workshop Peserta workshop Peserta workshop Peserta workshop Peserta workshop Instruktur pengunjung
Pengunjung
Dapur
Petugas
1. 2. 3.
Art shop
Pengunjung
R. serba guna
Pengunjung
Gudang
Pengunjung
Lavatory
Petugas
Datang-pulang Membeli souvenir Kegiatan lavatory
Petugas 1. Bongkar muat barang 2. Kegiatan lavatory
Pengelola
Pimpinan 1. Datang-pulang 2. Menerima tamu 3. Menerima tamu 4. Mengawasi kegiatan 5. Rapat koordinasi 6. Kegiatan lavatory Kepala bagian 1. Datang- pulang 2. Mengontrol kegiatan staf 3. Memberi pengarahan 4. Rapat koordinasi 5. Kegiatan lafatory
R. tamu R. pimpinan
Tamu Pimpinan
R. kepala bagian R. staff
Kepala bagian
R. rapat
Staff
R. arsip
Staff
Klening servis
Staff
Gudang Lavatory
Petugas klening servis Petugas klening servis
Staff 1. Datang-pulang 2. Mengurus seluruh aktivitas didalam galeri sesuai dengan bidang masing-masing 3. Kegiatan lavatory Klening servis 1. Datang-pulang 2. Membersihkan seluruh ruangan 3. Mengambil dan menyimpan alat pembersihan 4. Kegiatan lavatory Perawatan
Petugas
R. Reserpasi Konserpasi
Petugas
koleksi
1. Datang-pulang 2. Perbaikan karya seni lukis 3. Perawatan karya seni lukis
R. Pendokumentasian
Petugas
R. Penyimpanan Koleksi
Petugas
Gudang
petugas
Utilitas
Mushollah
Petugas
R. gengset
Petugas
1. 2.
R. pompa
Petugas
Mengontrol gengset Mengontrol pompa
1. Mendirikan Sholat
Tempat Sholat Tempat Wudlu Toilet
1. Pembagian Ruang a. Ruang Publik 1. Entrance 2. Lobby 3. R. informasi 4. R. penitipan barang 5. R. keamanan/security 6. R. Pamer 7. Art Shop b. Ruang Semi Public 1. Workshop 2. R. Belajar 3. r. persiapan 4. R. Tamu 5. R. Pimpinan 6. R. Kepala Bagian 7. R. Staff 8. R. Rapat 9. R. Arsip c. Ruang Service
1. Klening Servis 2. Gudang 3. Lavatory 4. R. P3kr 5. R. Bahan Dan Alat 6. R. Instruktur 7. R. Audiovisual 8. R. Reserpasi Konserpasi 9. R. Pendokumentasian 10. R. Penyimpanan Koleksi 11. R. Gengset 12. R. Pompa 13. Tempat Sholat 14. Tempat Wudlu 15. Toilet 4. Pola Hubungan Antar Ruang a. Hubungan Kedekatan Antar Unit Fungsi
Fungsi Penerima Fungsi pendidikan Fungsi Rekreasi Fungsi Administrasi Fungsi Penerima Fungsi Perawatan Koleksi Fungsi Utilitas Mushollah
b. Hubungan Kedekatan Ruang Antar Unit Fungsi 1) Fungsi Penerima
Lobby R. Informasi R. Penitipan barang R. Keamanan/security Lavatory
2) Fungsi Pameran
Entrance Lobby R. Pamer 2 dimensi R. pamer 3 dimensi Lavatory 3) Fungsi Pendidikan
Workshop R. Belajar R. P3K Gudang bahan dan alat R. Instruktur R. Audio visual Lavatory 4) Fungsi Rekreasi
Gudang Artshop Ruang Serba Guna Lavatory
5) Fungsi Pengelola
R. Tamu R. Pimpinan R. kepala bagian R. Staf R. Rapat Arsip Klining servis Lavatory 6) Fungsi Perawatan Koleksi
R. Reserpasi dan R. Konserpasi R. penyimpanan koleksi Gudang 7) Fungsi Utilitas
R. Genset R. Pompa R. Mekanikal elektrikal 8) Fungsi Mushollah
Tempat sholat Tempat wudlu Toilet Keteranagan Hubungan Erat Hubungan Tidak Erat Tidak Berhubungan
5. Pola Ruang Kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam bangunan umumnya membentuk ruangruang yang berhubungan dan berkaitan satu sama lain oleh fungsi, letak dan sirkulasi. Pola ruangan yang terbentuk perlu dipertimbangkan terhadap pola ruang sebagai kegiatan utama yaitu dapat berupa:
1. Pola linear: Penggunaan ruang yang maksimal, orientasi cukup jelas, suasana monoton. 2. Pola cluster: Penggunaan ruang-ruang kurang efektif, orientasi tidak jelas, suasana dinamis. 3. Pola grid: Penggunaan ruang-ruang efektif, orientasi jelas, suasana cukup dinamis. 4. Pola radial: Penggunaan ruang show room kurang efesien, orientasi jelas dengan adanya pusat orientasi, suasana dinamis.
linear
cluster
grid
radial
Gambar IV. 16 : Pola Ruangan (Sumber : Konsep Tata Masa, 2006) Dari pola-pola tersebut diatas dan dengan memperhatikan sifat bangunan maka pola yang dapat diterapkan dalam bangunan adalah pemakaian pola linear dan pola grid.
6. Organisasi Ruang
kurang erat berhubungan erat
Gambar IV.17.: Organisasi Ruang Sumber: Sketsa Pribadi
7. Besaran Ruang A. Unit Fungsi Penerima 1. lobby a. Kapasitas Pengunjung 110 orang b. Pendekatan Ruang
2 m2/org(NAD)=
c. sirkulasi
20 %
220.00 m2 =
44.00 m2
264.00 m2 2. R. Informasi a. Kapasitas pengguna b. Pendekatan luas
2 orang 1,5 m2/org(NAD)
c. 1 buah meja informasi pjg d. 1 buah meja computer e. 2 buah kursi
= 0.2 m2(NAD)
=
3.00 m2
=
2.40 m2
1.80 m2 =
0.40 m2
f. 1 buah lemari arsip g. sirkulasi
20 %
=
2.70 m2
=
2.06 m2
12.36 m2 3. Ruang penitipan barang a. Kapasitas pengguna b. Pendekatan luas
2 orang 1.5 m2/org(NAD)
c. Kapasitas barang
110 brg
d. Lemari penitipan
3 buah
=
3.00 m2
e. 1 lmr terdiri dari 40 brg 2.5 m2(NAD) =
7.50 m2
f. 1 bh meja kerja panjang
2.40 m2
g. 2 buah kursi h. Sirkulasi
= 0.2 m2(NAD)
=
0.40 m2
20 %
=
2.66 m2
15.96 m2 4. Ruang security a. Kapasitas ruang b. Pendekatan ruang
4 orang 1.5 m2/org(NAD)
=
6.00 m2
c. 1 bh meja kerja panjang d. Kursi e. 1 buah kursi f. Sirkulasi
4 buah 0.20 m2(NAD) = 20 %
0.80 m2 =
1.36 m2
8.16 m2 Kebutuhan luasan ruang penerima B. Unit Fungsi Pameran 1. Ruang pamer dua dimensi Pengunjung a. kapasitas pengunjung
110 orang
=
300.48 m2
b. pendekatan ruang 2 m2/org(NAD)
=
220.00 m2
2.88 m2(NAD) =
201.60 m2
Benda pamer a. jumlah benda pamer b. dimensi terbesar
70 buah
c. sirkulasi
20 %
=
84.32 m2
505.92 m2 2. Ruang pamer 3 dimensi Pengunjung a. kapasitas pengunjung b. pendekatan ruang
110 org 2 m2/org(NAD)=
220.00 m2
Benda pamer a. jumlah benda pamer b. dimensi terbesar
70 buah 3.15 m2(NAD) =
c. sirkulasi
20 %
220.50 m2 =
88.10 m2
528.60 m2 3. R. persiapan (3 Ruang)
126.00 m2
4. Lavatory, Km/Wc a. 12 bilik
3 m2(NAD)
=
b. 12 westafel
2.6 m2(NAD)
c. 6 urinoir
1.26 m2(NAD) =
36.00 m2 =
31.20 m2
7.56 m2 74.76 m2
Kebutuhan luas ruang fungsi pameran
=
1235.28 m2
C. Unit Pendidikan 1. Ruang workshop 2 dimensi a. kapasitas pengguna b. pendekatan ruang
20 org 4 m2/org(NAD)=
80.00 m2
c. sirkulasi
20 %
=
16.00 m2
96.00 m2 2. Ruang workshop 3 dimensi a. kapasitaas pangguna b. pendekatan ruang
20 org 5 m2/org(NAD)=
c. sirkulasi
20 %
100.00 m2 =
20.00 m2
120.00 m2 3. Ruang belajar Pelengkapan kelas a. kapasitas pengguna
20 org
b. pendekatan ruang
1.5 m2/org(NAD)
c. meja belajar
0.48 m2(NAD) =
d. kursi belajar
0.2 m2(NAD)
=
30.00 m2
9.60 m2 =
4.00
=
1.50 m2
c. 1 meja instruktur
=
0.48 m2
d. 1 meja instruktur
=
0.2 m2
Pengajar a. pengguna b. pendekatan ruang
e. sirkulasi
1 org 1.5 m2/org(NAD)
20%
=
9.16 m2 54.94 m2
f. jumlah ruang
2 ruang =
4. Ruang P3K (asumsi)
109.88 m2 =
9.00 m2
=
22.50 m2
c. lemari bahan
=
2.25 m2
d. lemari alat
=
2.25 m2
5. Ruang Bahan dan Alat a. kapasitas pengguna b. pendekatan ruang
e. sirkulasi
15 org 1.5 m2/org(NAD)
20 %
=
5.40 m2 32.40 m2
6. Ruang instruktur Kapasitas pengguna
2 org
a. pendekatan ruang
1.5 m2/org()NAD
=
b. meja kerja
1.20 m2(NAD) =
2.40 m2
c. kursi kerja
0.20 m2(NAD) =
0.40 m2
d. meja computer0.96 m2(NAD) =
3.00 m2
1.92 m2
e. lemari arsip
2.70 m2(A)
=
5.40 m2
f. file cabinet
0.62 m2(A)
=
1.24 m2
g. sirkulasi
20 %
=
2.87 m2 17.23 m2
h. jumlah ruang
2 ruang =
34.46 m2
7. Ruang audio visual a. kapasitas pengunjung 25 orang b. pendekatan ruang
2.5 m2/org(A) =
62.50 m2
c. sirkulasi
20 %
12.50 m2
=
75.00 m2 8. Gudang (asumsi)
9.00 m2
9. Lavatory, Km/Wc a. 6 bilik
3 m2(NAD)
=
b. 6 westafrl
2.6 m2(NAD)
c. 3 urinoir
1.26 m2(NAD) =
18.00 m2 =
15.60 m2
3.78 m2 37.38 m2
Kebutuhan luas ruang pendidikan
523.12 m2
D. Unit fungsi rekreasi 1. Artshop Ruang pajang a. kapasitas ruang
50 org
b. pendekatan
2 m2/org(A)
=
100.00 m2
c. sirkulasi
20 %
=
20.00 m2 120.00 m2
Ruang kasir a. kapasitas ruang
2 org
b. pendekatan
2 m2/org(NAD)=
c. sirkulasi
20 %
4.00 m2 =
0.80 m2 4.80 m2
Ruang administrasi a. kapasitas ruang
4 orang
b. pendekatan
2 m2/org(NAD)=
c. sirkulasi
20 %
8.00 m2 =
1.60 m2 9.60 m2
Ruang serba guna 2 m2/org(NAD) Kebutuhan luas ruang rekresi
=
134.40 m2
E. Unit Fungsi Pengelola 1. Ruang tamu a. Kapasitas ruang
10 orang
b. Pendekatan
1.8 m2/org(A) =
c. Sirkulasi
20 %
18.00 m2
=
3.60 m2 21.60 m2
2. Ruang pimpinan a. Kapasitas ruang
1 orang
b. Pendekatan ruang
1.5 m2/org(A) =
1.50 m2
c. Kursi tamu 1 set
=
11.20 m2
d. 1 meja kerja
=
1.20 m2
e. 1 kursi
=
0.20 m2
f. 1 lemari arsip
=
2.70 m2
g. 1 file cabinet
=
0. 62 m2
=
3.48 m2
h. Sirkulasi
20 %
20.90 m2 3. Ruang Kepala Bagian a. Kapasitas ruang
3 orang
b. Pendekatan ruang
1.5 m2/org(NAD)
=
c. Meja kerja
1.20 m2(NAD) =
3.60 m2
d. Kursi kerja
0.20 m2(NAD) =
0.60 m2
e. Lemari arsip
2.70 m2(NAD) =
8.10 m2
f. File cabinet
0.62 m2(A)
=
4.50 m2
1.86 m2
g. Sirkulasi
20 %
=
3.73 m2
22.39 m2 4. Ruang Staff a. Kapasitas ruang
20 orang
b. Pendekata ruang
1.5 m2/org(NAD)
=
c. Meja kerja
0.84 m2(NAD) =
16.80 m2
d. Kursi kerja
0.20 m2(NAD) =
4.00 m2
e. 2 buah meja kompeter 0.96 m2(NAD) =
1.92 m2
f. 2 bh lemari panjang
5.40 m2
g. Sirkulasi
2.70 m2(NAD) = 20 %
=
30.00 m2
11.62 m2
69.74 m2 5. Ruang rapat a. Kapasitas ruang b. Pendekatan
c. Sirkulasi
35 orang 2.5 m2/org(NAD)
20 %
=
87.50 m2
=
17.50 m2
105.00 m2 6. Ruang arsip a. Kapasitas ruang
2 orang
b. Pendekatan ruang
1.5 m2/org(NAD)
=
c. Meja kerja
0.84 m2(NAD) =
1.68 m2
d. kursi kerja
0.20 m2(NAD) =
0.40 m2
e. lemari arsip panjang f. pendekatan luas g. sirkulasi
3.00 m2
2 BH 2.70 m2(NAD) = 20 %
5.4 m2 =
2.10 m2
12.58 m2
7. Ruang klining servis a. kapasitas ruang
15 orang
b. pendekatan
2.5 m2/org(A) =
37.50 m2
c. sirkulasi
20 %
7.50 m2
=
45.00 m2 d. gudang (asumsi)
16.00 m2
8. Lavatory, Km/Wc a. 6 bilik
3 m2(NAD)
=
b. 6 westafel
2.6 m2(NAD)
c. 3 urinoir
1.26 m2(NAD) =
18.00 m2 =
15.60 m2
6.32 m2
39.92 m2 Kebutuhan luas ruang fungsi pengelola
353.13 m2
F. Unit fungsi perawatan koleksi 1. R. reserpasi dan konserpasi Ruang periksaan a. Kapassitas ruang
5 org
b. Pendekatan
2 m2/meja(NAD)
=
10.00 m2
c. Meja pemeriksa
3 BH(A)
=
9.00 m2
d. Kursi
5 BH(A)
=
1.00 m2
=
4.00 m2
e. Sirkulasi
20 %
24.00 m2 f. R. perbaikan (asumsi)
45.00 m2
2. Gudang (asumsi)
16.00 m2
3. lavatory, Km/Wc a. 6 bilik
3 m2(A)
=
18.00 m2
b. 6 westavel
2.6 m2(A)
=
15.60 m2
c. 3 urinoir
1.26(A)
=
3.78 m2
37.38 m2 Kebutuhan ruang fungsi perawatan =
122.38 m2
G. Unit fungsi utilitas a. ruang gengset (asumsi)
=
16.00 m2
b. ruang pompa (asumsi)
=
16.00 m2
kebutuhan ruang fungsi utilitas
32.00 m2
H. Unit fungsi mushollah a. kapasitas ruang
20 org
b. pendekatan
1.5 m2/org(A) =
30.00 m2
c. sirkulasi
20 %
6.00 m2
=
36.00 m2
d. tempat wudlu (asumsi) kebutuhan luas ruang fungsi mushollah
9.00 m2 =
45.00 m2
Titik tolak untuk mendapatkan besaran ruang pada Perencanaan Galeri Seni Lukis di Kota Kendari adalah sebagai berikut : 1. Kapasitas personil yang ditampung 2. Jenis ruangan yang dibutuhkan Standar-standar yang digunakan , antara lain mengacu pada : 1. Neufer Data Architec (NAD) 2. Asumsi (A)
Rekapitulasi luasan ruang 1. kebutuhan luasan ruang fungsi penerima
=
2. kebutuhan luas ruang fungsi pameran =
1235.28 m2
3. kebutuhan luas ruang pendidikan
=
4. kebutuhan luas ruang fungsi rekreasi =
134.40 m2
5. kebutuhan luas ruang fungsi pengelola =
353.13 m2
6. kebutuhan luas ruang perawatan koleksi =
122.38 m2
7. kebutuhan luas ruang fungsi utilitas
32.00 m2
=
300.48 m2
523.12 m2
8. kebutuhan luas ruang fungsi mushollah
=
45.00 m2
Total
=
2745.79 m2
Area parkir 1. Area parkir umum Mobil (4,6 x 3)
30 bh
Pendekatan
13.80 m2/mbl(NAD)
=
414.00 m2
Motor (1 x 2)
60 bh(NAD)
=
120.00 m2
Pendekatan
2 m2/mtr(NAD)
534.00 m2 2. Area parkir pengelola Mobil (4,6 x 3)
15 bh
Pendekatan
13.80 m2/mbl(NAD)
Motor (1 x 2) Pendekatan
=
207.00 m2
30 bh 2 m2/mtr(NAD)=
60.00 m2
267.00 m2 Keburuhan luasan area parkir
=
790.00 m2
Perbandingan area terbangun dan tidak terbangun adalah 60% area terbangun dan 40% area tidak terbangun. Luas area terbangun
=
2745,79 m²
Luas area tak terbangun
=
60/40 × 2745,79 m²
=
4118,68 m²
Jadi, luas area keseluruhan site adalah =
luas area terbangun + luas tak terbangun
=
40% + 60 %
=
2745,79 m² + 4118,68 m²
=
6864,47 m²
Dari perhitungan diatas maka luas lahan yang dibutuhkan untuk Perencanaan Galeri Seni Lukis yaitu 6864,47 m² C. Sistem Struktur dan Material Bangunan 1. Struktur Bangunan a. Sub Struktur Dasar pertimbangan dalam pemilihan sub struktur, yaitu: a)
Mampu mendukung beban setiap struktur.
b)
Mampu menetralisir beban eksternal.
c)
Kekuatan daya dukug tanah pada tapak.
d)
Pada tahap pelaksanaan tidak mengganggu bangunan disekitarnya.
Secara garis besar, sistem struktur yang direkomendasikan, yaitu: 1.
Pondasi Garis a.
Cukup aman untuk menahan gaya vertikal dan lateral.
b.
Dipakai pada tanah yang lapisan tanah kerasnya tiak jauh dari permukaan tanah.
c.
Penggunaan bahan yang cukp ekonomis dan cara pelaksaanaannya lebih mudah.
Gambar IV.18.: pondasi garis Sumber: blog-oong,blogspot.com
2.
Pondasi Poer Plat Setempat a.
Digunakan pada struktur utama dan pendukung dari kolom utama.
b.
Menyalurkan beban-beban elemen struktur secara merata dan menyebar.
c.
Termasuk pondasi menerus dan harus bertumpu pada tanah yang keras.
d.
Bisa dirakit dilokasi.
Gambar IV.19: pondasi poor plat Sumber: blog-oong,blogspot.com
b. Super Struktur 1)
Lantai menggunakan plat beton.
2)
Kolom dan balok menggunakan beton bertulang.
3)
Dinding permanen menggunakan batu bata dan dinding non permanen menggunakan bahan gypsum atau yang lainnya.
c. Upper Struktur Kontruksi atap menggunakan konstruksi kuda-kuda kayu atau baja ringan. Kelebihan dan kekurangan kuda-kuda kayu, antara lain: 1) Mudah didapat dari alam, sifat kenyal, elastis, kekuatan dan keawetannya tergantung dari umur kayu dan jenis kayu. 2) Mudah dikerjakan oleh tukang biasa dengan alat sederhana, dapat dibentuk berbagai model yang indah. 3) Harga relatif murah, dan karna bahannya ringan dapat memperkecil ukuran onstruksi bangunan dan pondasinya. 4) Dapat terbakar dan mudah menjalarkan api dari satu tempat ke tempat lainnya. Konstruksi haarus terlindung dari panas dan hujan agar tidak cepat lapuk. 5) Perlu diberi lapisan agar tidak dimakan rayap, atau serangga lainnya. 6) Sebaiknya untuk bentangan tidak lebih dari 12 meter. Kelebihan dan kekurangan baja ringan, antara lain: 1) Efektif untuk struktur bentang lebar. 2) Lebih tahan lama. 3) Tahan api. 4) Mudah menuai.
2. Modul Modul adalah unit terkecil atau ukuran dasar yang digunakan utuk menentukan
dimensi
ruang dan
bagian-bagiannya
dalam
bentuk
kelipatannya. Modul memegang peranan penting terutama mengingat fungsi bangunan yang menampung berbagai kegiatan. Oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Modul Fungsional 1)
Kebutuhan ruang gerak dan sirkulasi dalam ruang.
2)
Kebutuhan perabot didalamnya.
3)
Ukuran bahan lantai, dinding dan plafon di pasaran.
b. Modul Struktur Modul struktur ditentukan oleh sifat dan karakteristik bahan yang digunakan, yaitu : 1) Horizontal Bentang baja horizontal adalah 7,2-14,4 m sedangkan balok beton bertulang mempuyai bentangan efektif 7,2-9,6 m. 2) Vertikal Tinggi ruang untuk Plumbing minimal 0,4 m dengan tebal plat lantai 0,12 m. Tinggi langit-langit yaitu antara 3-6 m.
3. Bahan dan Material Bangunan Bahan dan material bangunan yang akan di gunakan pada Perencanaan Galeri Seni Lukis di Kota Kendari tergantung pada kebutuhan serta tuntutan ruang berdasarkan karakteristik kegiatan yang akan diwadahi. a. Pasir Pasir adalah butiran mineral halus yang dapat melalui ayakan persegi 0.075 mm. pasir untuk adukan pasangan plesteran dan beton harus memiliki persyaratan sebagai berikut. 1. Butiran pasir harus tajam dank eras tidak dapat di hancurkan dengan tangan. 2. Kadar lumpurnya tidak lebih dari 5% 3. Warna larut pada pengujian dengan natrium Hydroxied 3% tidak boleh lebih tua dari warna larut. 4. Bagian hancur pada bagian peng ujian dengan larutan jenuh natrium sulfat tidak boleh lebih dari 10%. 5. Keteguhan adukan percobaan di banding adukan perbandingan tidak boleh lebih kecil dari 65% pada pengujian 1 – 6.
Gambar IV.20: pasir Sumber: sanggapramana.wordpress.com
b. Kerikil dan batu pecah Kerikil adalah butiran mineral yang harus melalui ayakan berlubang 76 mm dan tertinggal di atas ayakan berlubang 5 mm.
Gambar IV.21: kerikil Sumber: journeyfuntour.com
c. Split Split merupakan batu pecah yang melalui ayakan persegi 23 mm dan tertinggal di atas ayakan persegi 2 mm. Split untuk beton harus memenuhi syarat yang di tentukan dalam PBI – 1971 – NI.2.
Gambar IV.22 : batu pecah Sumber: paluperkasabeton.com d. Batu alam 1. Batu karang harus sebagian besar warna putih atau kuning muda. 2. Batu karang untuk pasangan harus merupakan batu belah dengan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan peruntukannya. Batu gunung/ batu karang digunakan untuk pondasi garis pada setiap ruangan, batu gunung yang digunakan adalah batu moramo.
Gambar IV.23: batu gunung Sumber: baltyra.com e. Batu merah Syarat batu bata merah adalah harus empunyai rusuk yang tajam dan siku,gidang sisi dan tidak menunjukan tanda retak. Batu bata merah yang digunakan ialah batu merah punggolaka dengan dimensi ukuran batu bata merah sesuai peraturan PU yaitu : Panjang
= 24 cm
Lebar
= 12 cm
Tebal
= 6 cm
Gambar IV.24: batu bata merah Sumber: andalan68.wordpress.com f. Kayu Pada umumnya kekuatan kayu yang berat jenisnnya tinggi mempunyai modulus elastisitas dan kekuatan yang tinggi pula. Berarti jenis kayu adalah bagi antara berat jenis kayu mutlak dan volume kayu semula saat berat jenis ingin di hitung. Kayu yang digunakan adalah kayu kelas 1 yaitu kayu jati dan pengaplikasiannya pada setiap kusen dan daun pintu ruangan yang dijumpai di pasaran.
Gambar IV.25: kayu jati Sumber: forestpreneur.blogspot.com
g. Semen Semen Portland ( pc ) merupakan bubukam halus. Butiran sekitar 0.05 mm yang terdiri dari hublur senyawa yang kompleks dan berfungsi sebagai bahan pengikat organik. Sifat umumnya adalah mengikat dengan adanya air dan mengeras secara hidrolit.
Semen yang digunakan adalah semen bosowa, dengan letak pabrik berada di bagian kecamatan kendari tepatnya berada di mata. Semen digunakan sebagai bahan campuran beton dan plesteran.
Gambar IV.26 : semen portland dan semen bosowa Sumber: sales3roda.blogspot.com h. Keramik 1. Lantai keramik Keramik mempunyai berbagai jenis merk , ukuran , motif , serta warna dari segi ukuran, keramik yang digunakan adalah 40x40 cm digunakan untuk lantai bagian fasilitas umum dan fasilitas pengelola. Keramik 20 x 20 cm digunakan untuk ruang kamar mandi dan wc. Ada juga ukuran lain yang akan disesuaikan sesuai kebutuhan dari ruangan tersebut. Ada juga ukuran lain yang di sesuaikan dengan kebutuhan dalam penggunaan.
Gambar IV.27: keramik Sumber : desainrumahonline.com
2. Lantai kayu Kayu mempunyai kelebihan seni, yaitu setiap lembarnya bisa lebar mencapai sekitar 1,8 m sehingga cocok untuk bentangan ruang yang lebar. Selain itu, ketebalannya lebih besar dibanding dengan jenis lantai kayu yang lain. Rata-rata ketebalan kayu solid antara 1,5 cm sampai dengan 2,2 cm. Selain faktor ketebalan, kelebihan laindari lantai kayu solid adalah serat kayunya yang tampak. Tetapi ada kekurangan dari lantai kayu solid ini yaitu kayu tidak tahan terhadap perubahan cuaca, sehingga akan mengalamai muai susut jika tidak dirawat dengan tepat sebelum dilakukan pemasangan. Karena itu perlauan khusus terhadap kayu harus dilakukan seperti kayu harus di oven terlebih dahulu untuk mengurangi kadar kelembapan kayu. Lantai kayu digunakan pada lantai ruang serbaguna yang mempunyai bentangan yang lebar.
Gambar IV.28: lantai kayu Sumber : hargabahanbangunan.net
3. Lantai Marmer Digunakan khusus diruang loby ukuran 60x60 cm. Istimewanya adalah tahan api dan lebih mampu menahan beban yang berat dibandingkan dengan jenis yang lain Hanya saja , kekurangannya marmer adalah jika terkena cairan berwarna (air kopi, air teh , atau tinta) akan meresap dan sulit hilang. Lantai marmer harus di
buar dari batu marmer yang berstruktur
padat,halus dan tidak mengandung lapisan – lapisan yang bersstruktur seperti mika. Ubin marmer harus mempunyai ukuran dan bentuk yang tepat ,sisinya harus
Gambar IV.29: lantai marmer Sumber : indahnyarumahku.wordpres.com
. i. Plafond
Beberapa jenis bahan penutup plafond seperti : 1. Gypsum board digunakan diruangan ruangan selain loby , teras dan ruang serbaguna. 2. Plafon papan GRC ( glass fiber reinforced cement board ) digunakan diruang serbaguna, lobby, dan teras. Keunggulan GRC adalah ringan, tahan kelembapan bahkan air, tidak cepat lapuk, tahan jamur dan rayap. Tampilannya kokoh sehingga tahan terhadap benturan ringan.
Gambar IV.30 : gypsum Sumber : pasanggypsumjogja.blogspot.com
Gambar IV.31: plafond GRC Sumber : dilaharsfranch,blogspot.com j. Kusen aluminium Kusen aluminium yang digunakan yaitu aluminium tiang merek alco, dengan ukuran inchi lebar 12 panjang 200 disesuaiakn dengan kebutuhan ruang serta digunakan pada kusen jendela.
Gambar IV.32: kusen aluminium Sumber : kaskus.com
k. Kaca Kaca yang digunakan adalah kaca polos dengan ketebalan 5 mm digunakan pada ruang terbuka yang memiliki bukaan seperti ruang pengelola Galeri Seni Lukis, ruang pelayanan umum, mushollah, ventilasi dll.
Gambar IV.33 : kaca Sumber : jayaaluminium.com
l. Genteng metal Genteng metal di buat dari plat baja glavanis, yaitu bahan baja yang di lapisi zinc. Kombinasi lapisan galvanis dan zinc memberi perlindungan ganda pada genteng metal. Genteng metal ada yang di cat atau ada juga yang di lapisi oleh abu batu pada permukaannya. Ukuran yang tersedia di toko – toko bahan bangunan atau di pasar adalah panjang 410 mm dan lebar 710 mm. Genteng yang digunakan adalah genteng merk multiroof.
Gambar IV.34: genteng metal Sumber : megabaja.co.id
D. Sistem Utilitas Bangunan 1. Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan sendiri yang perlu dipertimbangkan terbagi atas dua sistem yaitu: 1. Pencahayaan alami Pencahayaan alami digunakan secara optimal untuk menghidupkan suasana bangunan melalui bukaan-bukaan yang lebar dan adanya bangunan terbuka, dan dalam penggunaan pencahayaan alami yang perlu dicapai adalah: a)
Mengindari sinar langsung yang menyilaukan dengan adanya elemen landsecap atau pemakaian level.
b)
Mengusahakan distribusi cahaya yang merata dengan perletakan bangunan sedemikian rupa.
c)
Jumlah efektif jangkauan cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan sebesar 6 -7,5 m atau 3 kali tinggi langit-langit.
d)
Cahaya matahari yang masuk ruangan maksimum pada kemiringan 450 pada pukul 6.00.
2. Pencahayaan buatan Untuk pencahayaan buatan menggunakan lampu penerangan yang bersifat diffuser (tidak menyilaukan) dengan syarat posisis cahaya dari samping dan merata. Untuk itu dalam penggunaan pencahayaan buatan, maka hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah : a)
Radiasi termal yang dihasilkan sebaiknya kecil.
b)
Hanya sedikit menimbulkan efek polarisasi cahaya, sehingga tidak menyilaukan.
c)
Hemat dalam pemakaian daya.
d)
Penggunaannya yang tahan lama.
e)
Efek sinar matahari yang dihasilkan memiliki tingkat kejernihan yang tinggi.
2. Sistem Penghawaan Penghawaan
dalam
ruangan
merupakan
satu
faktor
yang
perlu
dipertimbangkan agar dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi para pelaku kegiatan. Adapun penghawaan dalam ruangan terbagi atas:
1. Penghawaan alami Dasar perencanaan penghawaan alami yaitu memanfaatkan potensi alam sebanyak-banyaknya dengan penggunaan pohon-pohon untuk menanggulangi panas serta kecepatan angin. Untuk mewujudkan keinginan di atas dapat dicapai dengan cara sebagai berikut : a)
Mengalirkan udara secara alamiah.
b)
Lubang-lubang
ventilasi diletakkan pada dua pihak dinding yang
berhadapan, sehigga arus udara dapat mengalir ke luar bangunan. 2. Penghawaan buatan Penghawaan buatan yaitu penghawaan yang diperoleh melalui penggunaan alat pengudaraan buatan seperti air conditioning ataupun fun. Penggunaan alat ini biasanya ditempatkan pada ruang-ruang yang memerlukan suhu dan kelembaban tertentu dan ruang-ruang yang tidak mendapatkan sirkulasi udara yang diinginkan.
3. Akustik System akustik yang digunakan pada ruang tertentu yang membutuhkan ketenangan dengan dasar pertimbangan,yaitu : 1. Adanya ruang tertentu yang menimulkan kegaduhan dan kebisingan. 2. Adanya ruang yang membutuhkan tingkat
kebisingan yang rendah atau
tenang. Dengan dasar pertimbangan tersebut maka dapat diatasi,yaitu dengan : 1. Pengaturan jarak anatar ruang dengan tingkat kebisingan yang berbeda. 2. Memanfaatkan untuk landscaping sebagai filter terhadap bunyi. 3. Penggunaan bahan kedap suara pada permukaan bidang pantul.
4. Sistem Jaringan Listrik Listrik merupakan kebutuhan mutlak dalam bangunan, sumber daya yang utama dalam bangunan adalah berasal dari: 1. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Digunakan untuk
melayani kebutuhan listrik seluruh kegiatan bangunan.
Untuk distribusi jaringan ke dalam tak sebaiknya dilakukan melalui jaringan bawah tanah sehingga tidak mengganggu visual maupun kegiatan yang ada. 2. Generator
Trafo
PLN
ATS Genset
Utilitas Air Kotor
Panel Utama
Penerangan
Panel Cabang
Utilitas Air Bersih
Panel Cabang
Skema IV.1 : Jaringan Listrik (Sumber: Konsep Pemilihan Utilitas, 2006) Digunakan sebagai cadangan yang bekerja secara otomatis apabila aliran listrik dari PLN putus. Sumber daya ini digunakan untuk melayani bagian-bagian penting yang menggunakan daya listrik seperti sebagian dari penerangan bangunan, pompa-pompa, exhaust fan, lift dan eskalator serta hydrant. Letak dari generator ini dipertimbangkan terhadap kebisingan yang terjadi, dan kemudahan pemeliharaan.
5. Sistem Jaringan Air Bersih Sumber air berasal dari PDAM, sedangkan untuk kebutuhan servis seperti pemeliharaan bangunan, penyiraman tanaman berasal dari sumur dalam.
Reservoir Atas
PDAM
Meteran/Pompa
Sumur Dalam
Pompa/Filter
Pompa
Unit-unit
Reservoir Bawah
Sistem Pemadam
Skema IV.2 : Sistem Jaringan Air Bersih (Sumber: Konsep Pemilihan Utilitas, 2006) Sistem distribusi air yang digunakan adalah dengan sistem down feed distribution, yaitu ditampung pada reservoir bawah. Setelah itu air di pompa naik ke reservoir atas dan selanjutnya didistribusikan dengan memanfaatkan gaya grafitasi. Dengan sistem ini air bersih akan tetap mengalir meskipun aliran listrik terputus.
6. Sistem Jaringan Air Kotor Sistem pembuangan air kotor terdiri atas: a)
Air hujan dan air kotor yang berasal dari bangunan dialirkan langsung ke riol kota
b)
Air kotor yang berasal dari WC dialirkan melalui saluran khusus ke bak penampung. Unit-unit Bak kontrol Air Hujan STP
WC/KM Sumur Resapan Riol Kota
Skema IV.3 : Sistem Jaringan Air Kotor (Sumber: Konsep Pemilihan Utilitas, 2006)
Septictanc
7. Sistem Pembuangan Sampah Dalam suatu sistem bangunan, kebersihan merupakan faktor yang sangat penting, karena itu sistem pembuangan sampah harus diperhatikan dengan baik dan tidak mengganggu kegiatan yang terjadi.
Tempat Sampah
TPS
Mobil Sampah
Skema IV.4 : Sistem Pembuangan Sampah (Sumber: Konsep Pemilihan Utilitas, 2006) Pembuangan sampah secara vertikal dilakukan melalui shaf, sampah-sampah ini ditampung dalam bak sampah untuk kemudian diangkut ke luar tapak.
8. Sistem Pencegah Kebakaran Bahaya kebakaran merupakan hal yang perlu dihindari, pencegahan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan menyediakan sarana pencegahan kebakaran yang memadai dan berfungsi dengan baik serta kesiagaan terhadap kemungkinan kebakaran yang terjadi. a) Fire Alarm System Yaitu alat pendeteksi adanya bahaya kebakaran secara otomatis, yang terdiri dari heat detector, smoke detector dan file detector yang dapat melayani area pelayanan seluas 90 m2/lantai. b) Sprinkler Alat ini dapat bekerja secara otomatis bila suhu ruangan mencapai titik tertentu. Luas areal yang dilayani 25 m2 dengan jarak antara sprinkler 9 m, dan media pemadaman dapat berupa air, gas ataupun busa khusus. c) Fire hydrant system Melayani areal 800 m2/unit, dengan jarak maksimum
30 m. Hydrant dalam
bangunan mendapat air dari reservoir bawah dengan pompa bertekanan tinggi, sedangkan pipa hydrant di luar bangunan disambung langsung dengan jaringan PDAM.
9. Sistem Keamanan Bangunan Sistem keamanan bangunan dapat berupa: 1. Sistem penangkal petir Sistem penangkalan petir terdiri dari : a) Sistem konvensional, yaitu sistem Faraday dan sistem Franklin. b) Sistem radio aktif. Sistem penangkalan petir
yang umumnya digunakan adalah sistem
Faraday, yang terdiri dari alat penerima setinggi 150 cm pada setiap jarak 20 meter, kawat mendatar, dan pertahanan.
Antena 25-90 cm Elektroda pertanahan Daerah Perlindungan
45° Terminal Tanah
Gambar IV.35 : Sistem Penangkal Petir (Sumber: Utilitas, 2006)
Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sistem penangkalan petir:
Tabel IV. 3 : Analisis Penentuan Sistem Penangkal Petir
FARADAY
FRANKLIN
SISTIM RADIOAKTIF
SANGKAR
Kelebihan
TONGKAT
Jenis
Jangkauan luas Bersifat meredam, aman untuk lingkungan hall bulutangkis yang terbuka
Relatif murah Tidak mencolok sehingga tidak mempengaruhi bentuk Bersifat meredam
Jangkauan luas Praktis bentuk dan sistimnya karena berteknologi modern
Kekurangan
Relatif mahal Bentuk sangat mencolok, dapat merusak konsep bentuk yang telah ditentukan
Jangkauan terbatas
Mahal Bersifat menolak, tidak aman bagi lingkungan kegiatan yang terbuka (halaman luas)
10. Sistem Komunikasi Sistem komunikasi yang digunakan dalam bangunan dapat berupa : 1. Intercom, yang digunakan untuk menghubungkan antar ruang dalam bangunan. 2. Telepon umum, yang digunakan untuk melayani kebutuhan pengunjung, perletakannya dipertimbangkan terhadap kemudahan dan kejelasan sirkulasi, tidak mengganggu sirkulasi, bukan pada daerah kebisingan tertinggi, dan kebutuhan penerangan yang cukup.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
1. Dalam menetukan lokasi/site yang baik untuk Perencanaan Galeri Seni Lukis Dikota Kendari sangat berpengaruh dengan perencanaan tata Kota Kendari serta bagian wilayah kota (BWK), karena dalam penentuan site dan lokasinya harus sesuai dengan peruntukan BWK yang telah ditentukan. 2. Untuk meningkatkan kualitas bangunan tersebut. Maka bentuk bangunan ini tetap mengacu pada fungsi dasar yakni sebagai wadah berlangsungnya kegiatan kesenian , oleh karena tampilan dan fasilitas bangunan yang dapat menarik minat masyarakat dalam kegiatan Galeri seni. Jadi bangunan tersebut harus pula mengesankan keterbukaan dan keakraban dengan lingkungan dan sekitarnya. 3. Dari acuan perancangan ini nantinya di susun desain gambar kerja, Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) dan menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibutuhkan untuk membangun bangunan Galeri Seni Lukis di Kota Kendari
B. Saran Dengan adanya penulisan tugas akhir perencanaan Galeri Seni Lukis di Kota Kendari, penulis berharap dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan pembangunan dalam bidang arsitektur dan perekonomian di sulawesi tenggara khususnya di Kota Kendari.
DAFTAR PUSTAKA Balai Pusat Statistik Kota Kendari, 2008 BPS Provinsi Kota Kendari Dalam Angka tahun 2014 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (23 Februari1987) Juwana, Jimmy S. (2005), Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Jakarta : Erlangga. Kartika, Dharsono Sony pada bukunya yang berjudul “Seni Rupa Modern” Langer, Suzanne K. dari bukunya yang berjudul The Principles of Art Neufert, Ernest, 1993, Data Arsitek, Jilid 1 dan 2. Penerbit : Erlangga, Jakarta. Neufert, Ernest, 1997, Data Arsitek, Jilid 2. Penerbit : Erlangga, Jakarta. Poerwadarminta, 1992, Seni (Art dalam bahasa inggris) Read, Herbert dari bukunya yang berjudul The Meaning of Art Tangoro, Dwi. (2000) Utilitas Bangunan, Jakarta : UI-Press Blogspot: Google Earth http://www.kendari.go.id/ http://arsitektur.ub.ac.id www.google.com, 21 desember 2015