PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 83
Perempuan Penambang Perahu di Objek Wisata Danau Sipin Kota Jambi: Studi tentang Pemberdayaan Perempuan dalam Memanfaatkan dan Melestarikan Lingkungan Zarfina Yenti Fakultas Adab IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak: Pemberdayaan perempuan merupakaan tuntutan hak azazi manusia. Ketika paradigma pembangunan ditekankan pada pentingnya manusia dan nilai-nilai kemanusiaan, maka mau tidak mau perhatian terhadap kaum perempuan menjadi agenda penting bagi negara. Masyarakat yang hidup di sekitar Danau Sipin, khususnya kaum perempuan, berusaha untuk bersikap kreatif dengan memanfaatkan dan melestarikan lingkungannya dengan menjadi penambang perahu atau sebuah usaha mengayuh perahu dengan imbalan jasa penumpang yang akan menyeberang danau Sipin. Namun, sayangnya kaum perempuan yang hidup dari hasil menambang di danau sipin merupakan masyarakat yang kurang beruntung karena rendahnya tingkat pengetahuan mereka, serta rendahnya sikap kreatif dan aspirasi pendidikan sehingga perlu diberdayakan melalui pemberian pengetahuan dalam bentuk introduksi teknologi sehingga menambah wawasan mereka. Untuk memberdayakan masyarakat danau sipin khususnya perempuan penambang perahu perlu adanya dorongan dari pihak luar atau pengkondisian untuk mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing individu. Ada beberapa pihak yang dapat terlibat dalam pemberdayaan perempuan penambang perahu. Di antaranya adalah: Dinas Pendidikan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata, serta
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
84 ZARFINA YENTI Dinas Pertanian dan Perikanan. Kata-kata Kunci: Danau Sipin, perempuan penambang perahu, pemberdayaan perempuan, pelestarian lingkungan.
Pendahuluan Upaya pemberdayaan masyarakat merupakan tuntutan utama pembangunan. Hal ini terkait dengan teori sumber daya manusia yang memandang mutu penduduk sebagai kunci utama pembangunan. Banyaknya penduduk bukan merupakan beban bangsa bila kwalitasnya terjamin. Untuk itu pembangunan hakikat manusiawi hendaknya merupakan arah pembangunan dan perbaikan mutu sumber daya manusia akan menumbuhkan inisiatif dan kewirausahaan. Maka, dalam hal ini manusia merupakan sumber daya utama, berperan sebagai subyek baik dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya maupun dalam melestarikan dan memanfaatkan lingkungannya. Suatu budaya akan dapat bertahan bila mana budaya tersebut mampu melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Istilah adaptasi dalam tulisan ini adalah proses menghubungkan system budaya dengan lingkungannya. Suatu budaya yang sedang bekerja atau berkembang menganggap bahwa pendukung budaya itu telah melakukan adaptasi terhadap lingkungannya secara baik. Jika tidak, maka budaya itu sudah lenyap1. Analisis Geertz tentang perladangan sebagai suatu system dimana hutan alam diubah menjadi hutan yang dapat dinikmati hasilnya. Ini menunjukkan bahwa karena tawaran alam sehingga membuka peluang masyarakat sekitarnya untuk berbudaya peladang, tetapi sebaliknya rangsangan itu melahirkan teknologi perladangan yang dapat mengubah fungsi hutan menjadi produktif2. Model perubahan social yang berbasis social budaya, dikemukakan oleh teori Max Weber yang menyatakan bahwa manusia dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya nilai agama. Kemajuan Eropa Barat dan Amerika Serikat didorong oleh Etika Protestan yang kemudian menjadi pendorong lahirnya kapitalisme3. Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 85
Menurutnya bahwa di setiap suku bangsa terdapat unsure budaya inovatif yang dapat dikembangkan, proses pengembangannya inilah yang disebut introduksi teknologi, yang juga sering disebut terjadi difusi inovasi dalam arti unsur budaya tertentu mempengaruhi dan memperkaya budaya lainnya. Budaya setempat yang memiliki unsur inovatif perlu digali oleh masyarakat pendukungnya melalui proses belajaratau yang lebih awal proses penyadaran akan potensi dan kebutuhan diri dan lingkungan sekitar. Masyarakat yang hidup di sekitar danau Sipin khususnya kaum perempuan berusaha untuk bersikap kreatif dengan memanfaatkan dan melestarikan lingkungannya dengan menjadi penambang perahu atau sebuah usaha mengayuh perahu dengan imbalan jasa penumpang yang akan menyeberang danau Sipin. Namun, sayangnya kaum perempuan yang hidup dari hasil menambang di danau sipin merupakan masyarakat yang kurang beruntung karena rendahnya tingkat pengetahuan mereka, serta rendahnya sikap kreatif dan aspirasi pendidikan sehingga perlu diberdayakan melalui pemberian pengetahuan dalam bentuk introduksi teknologi sehingga menambah wawasan mereka. Danau Sipin merupakan salah satu objek wisata yang ada di kota Jambi. Danau ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kota jambi. Wadah air yang ada di pinggir kota jambi tepatnya di daerah telanaipura merupakan satu di antara tempat alternatif untuk melepaskan kepenatan dan ajang santai bagi masyarakat Jambi. Kawasan Danau Sipin yang banyak ditumbuhi tanaman tersebut merupakan satu ruang terbuka hijau yang dimiliki kota jambi saat ini. Berbagai pepehonan yaitu rengas dan akasia tumbuh di pinggiran danau, mampu membuat sejuk udara sekitarnya. Hutan rengas yang tumbuhsecara alami di sekitar pinggiran danau merupakan tumbuhan yang mampu menyumbang udara bersih bagi kota Jambi.Kawasan suaka tersebut terdapat tegakan rengas yang tumbuh secara alami dan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi untuk hidup di dalam air. Potensi ini memilki keunikan tersendiri. Hutan rengas yang tumbuhsecara alami di sekitar pinggiran danau Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
86 ZARFINA YENTI
merupakan tumbuhan yang mampu menyumbang udara bersih bagi kota Jambi.Kawasan suaka tersebut terdapat tegakan rengas yang tumbuh secara alami dan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi untuk hidup di dalam air. Potensi ini memilki keunikan tersendiri. Kawasan ini sangat cocok untuk mengembangkan suaka perikanan, holtikultura dan cagar alam hutan rengas yang berpotensi menjadi foresty wisata dan aqua wisata pada tahun mendatang. Di lokasi inilah bagian yang tak terpisahkan dari perempuan penambang perahu. Mereka meraih rezeki dengan menawarkan jasa penyeberangan bagi masyarakat yang ada di sekitar danau.Para perempuan ini sekaligus menyemarakkan danau Sipin yang tengah dikembangkan sebagai objek wisata Menambang adalah jasa mengayuh perahu. Pekerjaan ini sebenarnya umum dilakukan kaum pria. Rupanya para perempuan di sekitar danau Sipin kecamatan telanai pura telah bertahun-tahun menjadi Penambang perahu. Namun, sangat disayangkan pekerjaan ini dilakoni hanya ketika musim hujan datang. Penghasilan selalu meningkat jika debit Sungai Batanghari naik, yang mengakibatkan air semakin melimpah di sekitar danau. Ini mengakibatkan jalan menuju perumahan warga di seberang danau sipin direndam air yang memenuhi badan jalan sehingga masyarakat tidak bisa melewati jalan melalui darat. Pada saat inilah para perempuan penambang perahu berjuang mengais rezeki guna untuk membantu pereokonomian keluarga. Ketika pasang surut, maka para perempuan penambang tidak bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Karena para pelanggan lebih memilih untuk memakai jasa ojek daripada naik perahu. Hal ini tentu saja mengakibatkan perekonomian keluarga menjadi terganggu apalagi pekerjaan suami sebagai buruh bangunan tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari4. Berdasarkan kondisi para perempuan penambang perahu inilah maka penelitian ini penting untuk dilakukan dalam upaya pemberdayaan perempuan sehingga mereka dapat hidup layak walaupun musim kemarau datang karena mereka dapat Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 87
memanfaatkan danau Sipin sebagai kawasan forestry dan aqua wisata. Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah „Bagaimanakah pemberdayaan yang harus dilakukan kepada para perempuan penambang perahu di objek wisata Danau Sipin agar mereka dapat memanfaatkan dan melestarikan lingkungan?”. Dari sini ada beberapa masalah yang memerlukan pemecahannya yaitu: a. Bagaimana Kondisi para perempuan penambang perahu di lokasi Obyek Wisata Danau Sipin? b. Strategi Apa yang harus dilakukan sehingga para perempuan penambang perahu dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya? c. Langkah-lanhkah pemberdayaan apa saja yang harus dilakukan sehingga mereka dapat memanfaatkan Danau Sipin sebagai Foresty wisata dan Aqua wisata? Tujuan Penelitian a. Untuk mengungkapkan kondisi para perempuan penambangn perahu di objek wisata Danau Sipin. b. Untuk menjelaskan strategi yang harus dilakukan sehingga para perempuan penambang perahu dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya c. Untuk menemukan pormat pemnberdayaan yang harus dilakukan kepada para perempuan penambang perahu sehingga mereka dapat memanfaatkan Danau Sipin sebagai Foresty wisata dan Aqua wisata. Kegunaan Penelitian a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perempuan penambang perahu di objek wisata Danau Sipin Kota Jambi. Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
88 ZARFINA YENTI
b.
c. d.
Sebagai pedoman dalam memanej proses pemberdayaan perempuan yang termarjinalkan, sekaligus menyajikan konsep pemberdayaan, perspektif gender, dan langkah-langkah operasional manajemen pemberdayaan perempuan penambang perahu di mulai dari penyadaran melalui dialog, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian dan pengembangan Diharapkan sebagai bahan acuan bagi pemerintah Kota Jambi dalam mengembangkan potensi wisata di Danau Sipin Kota Jambi Sebagai bahan referensi ilmiah bag para peneliti yang konsen terhadap permasalahan gender.
Metodologi Dalam pengumpulan data di lapangan penulis menggunakan beberapa teknik diantaranya adalah: a. Observasi Observasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan sistem fenomena yang diselidiki untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang apa yang diteliti. Observasi yang penulis lakukan di sini adalah observasi partisipan langsung dan berkecimpung bersama objek penelitian. b. Wawancara Wawancara adalah mendapatkan informasi dengan cara bertanya pada informen. Metode wawancara ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi perempuan penambang perahu serta tantangan yang mereka hadapi serta upaya-upaya yang harus dilakukan. c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah data yang telah tersusun yang terdiri dari surat-surat, majalah, buku-buku notulen, rapat perkumpulan, dokumentasi resmi dari berbagai instansi dan pemerintah. Studi dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data atau dokumen-dokumen terkait dengan tema penelitian, baik berupa demografi danau Sipin maupun keadaan
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 89
penduduknya. Analisis penelitian ini menggunakan data yang bersifat kualitatif yang akan dianalisis dengan non statistik yang berupa uraian kalimat yang dapat dipakai dengan menggunakan pendekatan sosiologi penomenologis. Selanjutnya untuk keabsahan data, penulis menggunakan teknik triangulasi, baik teknik triangulasi sumber maupun triangulasi metode. Adapin langkah-langkah analisis data adalah (1) menelaah data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi; 920 mengadakan reduksi data; (3) menyususn data ke dalam satuan; (4) melakukan kategorisasi; (5) melakukan koding ; (6) mengadakan pemeriksaan keabsahan data; dan (7) menafsirkan data dan mengambil kesimpulan5.
Persoalan Perempuan Persoalan yang berkaitan dengan permasalahan gender telah banyak diteliti oleh para ahli sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa penulis misalnya, Qosim Amin menulis tentang Tahrir al Marah. Dalam tulisannya Qosim lebih menekankan pada hak-hak perempuan yang selama ini terlupakan terutama di kalangan Arab6. Asghar Ali Engineer menulis tentang Hak-hak Perempuan dalam Islam. Di dalamnya berisikan tentang apa-apa saja yang yang menjadi hak perempuan baik dari segi ekonomi, kesehatan, sosial budaya maupun politik terutama yang berkaitan dengan penafsiran-penafsiran ayat dan hadits yang menjadi alasan mengapa perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah7. Irwan Abdullah (Ed.) dalam bukunya Sangkan Paran Gender yang berisi beberapa tulisan melihat perempuan dari beberapa fenomena dan fakta sosial8. Mansour Fakih menulis tentang Analisis Gender & Transformasi Sosial. Dalam tulisannya Mansur mencoba mengaitkan analisisnya dengan beberapa teori social seperti yang dicetuskan Karl Marx dengan teori kelas dan Antonio Gramsci dan Louis Althusser yang membahas ideology dan cultural serta menggugat keduanya karena Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
90 ZARFINA YENTI
dianggap sebagai alat dan bagian dari mereka yang diuntungkan untuk melanggengkan ketidakadilan dan beberapa aliran lainnya. 9 Nasaruddin Umar di dalam Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Alquran mencoba mengaitkan isu-isu tentang perempuan dengan berdasarkan dalil-dalil Alquran. Riant Nugroho menulis tentang Gender dan Strategi Pengarusutamaannya di Indonesia. Di dalamnya Riant berusaha mengaitkan persoalan-persoalan gender dengan pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia. Kesemua tulisan diatas masih bersifat general dan melihat persoalan perempuan secara umum sedangkan yang lebih spesipik jarang ditemukan. Adapun yang berkaitan dengan persoalan pemberdayaan diteliti oleh Anwar dalam bukunya Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Anwar meneliti tentang masyarakat nelayan di Desa Bajo Indah wilayah administratif Kecamatan Soropia yang terletak di pesisir timur Pulau Sulawesi yang wilayahnya berbatasan dengan wilayah laut. Anwar mencoba memberikan solusi pemberdayaan melalui pelajaran vocational skill pada keluarga nelayan.10
Pemberdayaan Perempuan: Prinsip dan Metode Pemberdayaan perempuan merupakan tuntutan hak asasi manusia. Ketika paradigma pembangunan ditekankan pada pentingnya manusia dan nilai-nilai kemanusian, maka mau tidak mau perhatian terhadap kebutuhan kaum perempuan menjadi agenda penting bagi negara. Untuk itu, dirancang program pemberdayaan perempuan yang bertujuan untuk11: 1. Meningkatkan kemampuan kaum perempuan untuk melibatkan diri dalam program pembangunan sebagai partisipan aktif (subyek ) agar tidak sekedar menjadi objek pembangunan seperti yang terjadi selama ini. 2. Meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam kepemimpinan, untuk meningkatkan posisi tawar menawar dan keterlibatan dalam setiap program pembangunan baik sebagai perencana, pelaksana, maupun melakukan monitoring dan Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 91
evaluasi kegiatan. 3. Meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam mengelola usaha skala rumah tangga, industri kecil maupun besar untuk menunjang peningkatan kebutuhan rumah tangga, maupun untuk membuka peluang kerja produktif dan mandiri 4. Meningkatkan peran dan fungsi organisasi perempuan di tingkat lokal sebagai wadah pemberdayaan perempuan agar dapat terlibat secara aktif dalam program pembangunan pada wilayah tempat tinggalnya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut beberapa program diusulkan sebagai program pemberdayaan perempuan. Paket-paket kegiatan yang ditawarkan dalam program-program tersebut meliputi:12 1. Penguatan organisasi kelompok perempuan di segala tingkat mulai dari kampung hingga nasional. Penguatan kelembagaan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan lembaga, agar dapat berperan aktif sebagai perencana, pelaksana, maupun pengontrol. 2. Peningkatan fungsi dan [peran organisasi perempuan, dalam pemasaran sosial program-program pemberdayaan masyarakat. 3. Pelibatan kelompok perempuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring semua [program pembangunan yang ada. Ketyerlibatan perempuan meliputi program pembangunan fisik, penguatan ekonomi, dan peningkatan kualitas sumerdaya manusia. Pembangunan yang adaharus mampu memenuhi kebutuhan seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok perempuan. 4. Peningkatan kemampuan kepemimpinan perempuan, agar dapat mempunyai posisi tawar yang setara serta mempunyai akses dan peluang untuk terlibat dalam pembangunan. 5. Peningkatan kemampuan anggota kelompok perempuan dalam bidang usaha (skala industri kecil/rumah tangga hingga skala industri besar) dengan berbagai ketrampilan yang menunjang seperti: kemampuan produksi, kemampuan manajemen usaha , serta kemampuan untuk mengakses kredit dan pemasaran yang lebih luas. Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
92 ZARFINA YENTI
Program pemberdayaan perempuan membutuhkan pendekatan yang tepat dan sesuai dengan kelompok masyarakat yang dituju. Beberapa pendekatan untuk peningkatan peranan perempuan dalam pembangunan telah digunakan, sebelum akhirnya PBB dalam konvensi internasional untuk perempuan mencanangkan pemberdayaan yang lebih menyeluruh. Pendekatan yang dilakukan PBB tersebut meliputi13a) pendekatan kesejahteraan, b) pendekatan kesamaan, c) pendekatan anti kemiskinan, d) pendekatan efisiensi dan e) pendekatan pemberdayaan perempuan. Pendekatan pemberdayaan perempuan, lahir dari ketidakpuasaan terhadap pendekatan-pendekatan yang ada sebelumnya. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa untuk memperbaikio posisi perempuan dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kekuasaan tawar-menawar dalam mengubah nasibnya. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa untuk memperbaiki posisi perempuan dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kekuasaan tawar-menawar dalam mengubah nasibnya.Pendekatan ini meletakkan upaya penghapusan subordinasi perempuan sebagai pusat perhatian. Dalam upaya pemberdayaan perempuan, terdapat banyak metode dan strategi yang diterapkan. Salah satunya “kerangka pemberdayaan perempuan” yang dirancang oleh Sarah Longwe14 yang meliputi lima tingkatan pemerataan yaitu tingkat kesejahteraan, tingkat akses, tingkat penyadaran, tingkat partisipasi aktif, dan tingkat kontrol/ kekuasaan. Menurut Longwe, pemberdayaan perempuan dapat dicapai secara utuh apabila kelima tingkatan pemerataan tersebut terindikasikan dalam kehidupan mereka. Pemberdayaan perempuan dalam pembangunan tak lepas dari prinsip-prinsip yang dianut dalam model pembangunan yang bertumpu pada masyarakat yang sangat membutuhkan peran serta seluruh masyarakat Upaya termasuk kaum perempuan. Ciri-ciri pembangunan dengan prinsip pengembangan masyarakat adalah sebagai berikut15: 1. Bersifat lokal dan mengandalkan prakarsa setempat 2. Dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang dirasakan oleh Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 93
masyarakat setempat 3. Mengandalkan swadaya dan peran serta masyarakat setempat 4. Sangat memperhatikan unsur manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Untuk memberdayakan masyarakat danau Sipin khususnya perempuan penambang perahu perlu adanya dorongan dari pihak luar atau pengkondisian untuk mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing individu. Di samping itu kegiatan pemberdayaan yang berbasis sosial budaya, sangat memungkinkan terjadinya prosses partisipasi masyarakat, karena berangkat dari budaya yang merupakan pengalaman hidupnya sehari-hari.Stringer 16 menyebutkan ada beberapa keuntungan program partisipatif yaitu mengembangkan demokratisasi, kesamaan derajat, kebebasan, dan peningkatan taraf pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian, maka pemberdayaan masyarakat dengan konsep keswadayaan yaitu kegiatan menolong diri sendiri sebagai suatu strategi dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin. Kegiatan produktif mereka umumnya tergantung pada kegiatan mikro-ekonomi dengan pemanfaatan sumberdaya lokal. Pemberdayaan yang berbasis sosial budaya merupakan jantung pembangunan yang oleh Soedomo17 disebutnya proses belajar sosial. Kemudian muncul pemikiran baru yang berdemensi kerakyatan. Pembangunan atau perubahan sosial model ini berpusat pada swakelola masyarakat yang dapat berjalan secara lebih organis. Struktur dan arus informasi dari sistem swakelola masyarakat di jalin kedalam proses penentuan sasaran dan pemecahan masalah sehingga tindakan yang inovatif dan memiliki adaptability yaitu proses belajar terjadi secara berkesinambungan pada semua komponen sistem. Masyarakat danau Sipin, khususnya para perempuan masih memelihara sistem belajar asli yang terintegrasi dengan budayanya, melalui sistem religi, sistem organisasi, sistem pengetahuan, sistem teknologi, bahasa dan seni dan sistem pencaharian hidup. Untuk itu maka ada beberapa model pembelajaran yang harus Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
94 ZARFINA YENTI
dilakukan yaitu: 1. Model pembelajaran secara makro yang komponennya terdiri dari a) penyadaran b) perencanaan c) pengorganisasian (d) penggerakan (e) penilaian dan (f) pengembangan. 2. Model pembelajaran secara khusus (mikro) diimplementasikan dalam bentuk pelatihan meliputi: a) ketrampilan produktif, (b) ketrampilan pemasaran dan (c) ketrampilan keuangan keluarga
Profil Perempuan Penambang Perahu Para penambang perahu di Danau Sipin Telanai Pura kota Jambi, telah bertahun-tahun menjadi penambang perahu. Mereka umumnya berusia di atas empat puluh tahun lebih dan sebagian besar dari mereka janda. Sedangkan Sebagian penambang perahu lainnya mendukung ekonomi keluarga karena penghasilan suami pas-pasan. Berikut ini profil para penambang perahu: 1. Mak Siin Mak Siin adalah salah satu penambang setempat yang tinggal di RT 32. Dia bercerita mulai menambang perahu sejak lima tahuan terakhir. Mengikuti sejumlah tetangga yang telah lebih dahulu menjalankan usaha ini. Pekerjaan ini terpaksa dilakukan karena suaminya meninggal. Sementara dua anak yang masih sekolah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sejak sekitar pukul 06.00, mak Siin sudah duduk di atas perahu menanti penumpang yang akan menyeberang Danau. Sesekali tangan mak Siin lincah memainkan kayuh untuk membelokkan perahu, menghindari eceng gondok dan ratusan keramba yang memenuhi permukaan air Danau. Penghasilan dari jasa tambang perahu hanya mencukupi makan sehari-hari. Ia bisa memperoleh sekitar Rp 30.000 perhari. “Saya tidak punya pekerjaan lain. Sekarang ini saya hanya bisa menambang perahu, untuk pekerjaan lain saya tidak punya modal”18. Menurut Mak Siin, dia tidak memiliki keramba ikan nila patin Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 95
2.
seperti kebanyakan warga Danau Sipin setempat. Ia pernah dijanjikan memperoleh bantuen keramba dari pemerintah, tetapi janji tersebut tersebut tidak pernah terwujud. “Dulu kami para janda dan keluarga miskin dijanjikan mendapatkan keramba, tetapi nyatanya tidak kami terima sampai sekarang, karena tidak memiliki modal dan usaha kami memilih menjadi penambang perahu”.19 Pekerjaan menambang perahu dilakukannya hingga sore menjelang dengan harapan masih ada penumpang yang akan menyeberang. Apalagi di musim banjir yang mengakibatkan air semakin melimpah di sekitar danau. Ini mengakibatkan jalan menuju perumahan warga di seberang danau Sipin direndam air yang memenuhi badan jalan. Ketika musim banjir tiba penghasilan kami bisa mencapai 50.000 sehari, itupun sebenarnya tidak mencukupi bila ditambah dengan biaya sekolah anak”.20 Mahiyah Mahiyah adalah salah seorang penambang yang tinggal tidak jauh dariDanau sipin. Dia tinggal di RT 22 Kelurahan Legok. Rumahnya Kira-kira lima meter dari pinggir Danau. Suaminya telah meningggal beberapa tahun yang lalu. Mahiyah sekarang berumur 60 tahun dengan empat orang anak. Anak pertamanya perempuan dan sudah menikah. Saat ini Mahiyah hidup dengan anak dan menantunya yang sudah berkeluarga. Di rumahnya yang sempit juga tinggal tiga anak lainnya yang masih sekolah ditambah dengan satu orang cucu yang masih berusia 5 tahun. Sebelum subuh Mahiyah sudah bangun untuk bersiap-siap menambang. Sebelum berangkat menambang perahu Mahiyah selalu menyempatkan diri meneguk segelas kopi untuk menjaga supaya tiak mengantuk ketika menambang perahu. Jam 5. 30 Mahiyah sudah berangkat menambang perahu, karena ada langgannannya yang berjualan di Angso Duo memintanya untuk mengantar sepagi itu. “Saya memang harus sudah menambang pagi-pagi sekali, karena ada langganan tetap yang jualan di Angso Duo minta Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
96 ZARFINA YENTI diantar jam 5.30, sekitar jam 10 saya istirahat dulu untuk sarapan. Menjelang zohor saya menambang lagi “21.
3.
Penghasilan dari menambang perahu sebenarnya tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi Mahiyah harus menyisihkan uangnya untuk cicilan perahu yang dibelinya. Seharga Rp 1.800 000. “Perahu ini saya beli dengan cara meminjam uang koperasi di pengajian yasinan Rt kami. Dengan harga sejuta delapan ratus secara kontan, tapi saya harus mencicil uang koperasi perbulannya”. 22Perahunya hanya bisa berisi muatan paling banyak delapan orang. Sekalin menyeberang penumpang dikenai biaya Rp 2000. Dilihat dari jam kerja para penambang perahu ini sangat tidak relevan dengan hasil yang diterima para penambang. Karena dimulai dari jam 5.30 pagi sampai jam 18.00 sore harinya. Mahiyah harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Pengeluarannya dalam sebulan tidak seimbang dengan pendapatan yang diterimanya. “Pengeluaran dalam sehari adolah 30.000 sementara rata-rata penghasilannya hanya 20.000 dalam sebulan”23.Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, karena hasil dari menambang perahu hanya cukup untuk makan sehari-hari. Supin Supin adalah salah seorang penambang perahu yang berumur 54 tahun. Suaminya bekerja sebagai buruh bangunan dengan tiga orang anak yang masih sekolah semua. Anak pertama masih di SLTA kedua dan ketiga masih di SLTP. Pekerjaan suaminya yang hanya buruh bangunan tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah anaknya. Suaminya tidak setiap hari mendapatkan pekerjaan sebagai bememakai jasanya. “Pekerjaan suami sebagai buruh bangunan tidaklah cukup buat bayar sekolah anak dan untuk memberikan jajan anakanaknya.Saya harus menambang untuk membiayai dan
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 97 memberi jajan mereka”. 24
Jadwal kerja Supin tidaklah sama dengan para penambang lainnya. Karena ia harus mempersiapkan makanan anak-anaknya terlebih dahulu. Setelah anak –anaknya berangkat sekolah dan suami pergi kerja barulah ia mempersiapkan dirinya untuk menambang. “Sayo biasonya menambang jam 10.00 pagi setelah anakanak berangkat sekolah dan istirahat sekitar jam 14.00 setelah anak-anak pulang sekolah 25.Hasil dari menambang perahu tidaklah menentu kadang hanya sepuluh ribu atau paling banyak tigapuluh ribu. Lumayanlah untuk menambah penghasilan dalam rumah tangga. 4. Norma Mak Norma sudah berlanjut umurnya. Hampir enam puluh tahun. Kakinya cacat semenjak ia lahir. Dia tidak punya suami dan anak. Hidupnya sebatang kara. Walaupun demikian ia sangat giat bekerja. Ia menambang perahu sudah lama. Sejak masa mudanya. Dari situlah ia menghidupi kebutuhannya sehari-hari. Pantang baginya untuk mengemis dengan saudara-saudaranya. Setiap hari beliau rajin mengantarkan penumpang menyeberangi Danau Sipin. Karena kegigihannya dalam bekerja mak Norma pernah mendapat perhatian dari Neno Warisman. Sehingga beliau diundang ke Jakarta karena dianggap sebagai perempuan yang gigih bekerja. Sepulangnya dari sana Mak Norma mendapatkan bantuan satu juta dan penghargaan. “Seperti mimpi rasanya mak bisa sampai ke Jakarta. Dak pernah mak memimpikan sebelumnya. Coba lah pemerintah kitoko ada perhatian terhadap para penambang sebagaiman yang dilakukan oleh yayasan Neno Warisman, mungkin berobahlah nasib kami ko.”26
Mak Norma juga mengatakan bahwa pemerintah kota melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja pernah menjanjikan akan memberikan bantuan bedah rumah kepada mereka akan tetapi rumah yang dijanjikan hingga sekarang belum ada hasilnya. Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
98 ZARFINA YENTI
5.
Mak Nani Mak Nani baru tiga tahun belakangan ini menjadi penambang perahu. Ia ikut serta sebagai penambang perahu guna untuk menambah penghasilan keluarga. Suaminya hanya berprofesi sebagai pemulung tidak tetap penghasilannya. Kadang-kadang dalam sehari mendapatkan 20 ribu sampai 30 ribu. Tentu saja penghasilan sedemikian itu tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Apalagi ditambah dengan empat orang anaknya yang masih membutuhkan biaya untuk sekolah. Mak Nani berangkat kerja dari rumah jam 8.00 pagi setelah suami dan anaknya berangkat sekolah dan kerja. Pulangnya hingga sore menjelang. Sampai penumpang yang akan menyeberang mulai sepi. “Saya menambang untuk menambah penghasilan keluarga. Duit dari suami tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga. Apalagi ditambah untuk kebutuhan sekolah anak tidaklah cukup” 27 .
Itulah beberapa orang potret perempuan penambang perahu yang gigih bekerja demi untuk keluarga. Para perempuan ini rela menjadi penopang ekonomi keluarga. Dengan sikap yang lembut, sambil mengayuh perahu dengan tangan kuat, mereka tampak makin menyemarakkan Danau Sipin.
Model Pemberdayaan Perempuan Pemberdayaan Perempuan Melalui Pendidikan Luar Sekolah Konsep pemberdayaan luar sekolah (emprowing) dalam pendidikan luar sekolah di indonesia pertama kali dikembangkanbah oleh Kondervatter (1973: 13) Ia memandang bahwa pemberdayaan sebagai proses pemberian kekuatan atau daya dalam bentuk pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran, pengertian, dan kepekaaan warga belajar terhadap perkembangan sosial, ekonomi dan politik sehingga pada akhirnya ia memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 99
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatnya. Menanamkan budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, sikap bertanggung jawab, pembaruan lembaga-lembaga sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan (Sumodiningrat, 1999:16) Prosses pemberdayaan melalui program pendidikan luar sekolah menurut Kindervatter (1979:154-159) dilakukan dalam delapan langkah yaitu (1) menyusun kelompok kecil sebagai penerima awal atas rencana pemberdayaan (2) membangun kelompok belajar tingkat wilayah (3) memilih dan melatih fasilitator kelompok (4) mengaktifkan kelompok belajar (5) menyelenggarakan pertemuan fasilitator (6)mendukung aktifitas kelompok yang sedang berjalan (7) mengembangkan hubungan diantara kelompok (8) menyelenggarakan lokakarya untuk evaluasi. Pendidikan luar sekolah yang berdasarkan empowering proces, menekankan pada pendekatan pendidikan yang memperluas pengalaman bagi warga belajar untuk politik melalui pengontrolan semua aspek proses belajar mengajar, belajar tentang materi dan proses ketrampilan yang berkaitan dengan masalah-masalah dan kebutuhan warga belajar denganmengutamakan kerjasama untuk memecahkan masalah bersama. Dalam aplikasinya, pendidikan luar sekolah dengan pendekatan empowering process, menurut Trisnamansyah (1993:9) dimulai dengan mengembangkan kepemimpinan partisipatif dan secara bertahap mengalihkan tanggung jawab belajar kepada . Hal ini didukung oleh pengembangan proses dan hubungan demokratis dalam kegiatan pembelajaran mengintegrasikan proses refleksi dan tindakan serta menggunakan metode yang tepat untuk meningkatkan percaya diri warga belajar. Ada dua macam perspektif yang relevan untuk mendekati masalah pemberdayaan masyarakat (terutama kelompok miskin) agar lebih memiliki akses pada berbagai dimensi kehidupannya, yaitu perspektif yang memfokuskan perhatiannya pada alokasi sumberdaya manusia dan perspektif yang memfokuskan perhatiannya pada Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
100 ZARFINA YENTI
penampilan kelembagaan (Usman, 1998:21) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin, sedikitnya ada dua macam perspektif yang lazim digunakan untuk mendekati masalah kemiskinan yaitu: (1) perspektif kultural yang mendekati masalah kemiskinan pada tiga tingkatan analisis: individual, keluarga dan masyarakat. Pada tingkat individual kemiskinan ditandai dengan sifat yang lazim disebut a strong feeling of marginality seperti sikap apatis, patalistis, boros, tergantung dan inferior. Pada tingkat keluarga, kemiskinan ditandai dengan jumlah anggota keluarga yang besar. Pada tingkat masyarakat, kemiskinan terutama ditunjukkan oleh tidak terintegrasikannya kaum miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efektif. Mereka seringkali memperoleh perlakuan sebagai objek yang perlu digarap dari pada sebagai objek yang perlu diberi peluang untuk berkembang(Usman, 1998:127). Pemberdayaan Perempuan Melalui Pembelajaran Salah satu penyebab ketidakberdayaan perempuan adalah tidak terjangkau oleh sistem pendidikanprasekolah dan kurang berkembangnya pendidikan luar sekolah yang ada diantara mereka. Beberapa strategi dalam organisasi sosial masyarakat (1) berupaya untuk menumbuhkan kemampuan daerah melalui peningkatan organisasi serta menciptakan koalisi antar organisasi (2) dimulai dari minat masyarakat dan berrfokus pada masyarakat itu sendiri, (3) bersifat terbuka, tidak memiliki tujuan tertentu namun berupaya untuk memajukan masyarakat belajar. Ada enam jenis program pendidikan berkelanjutan yang dapat memberdayakan perempuan yaitu: (1) program pasca-keaksaraan, (2) program pendidikan kesetaraan, (3)program peningkatan pendapatan, (4) program peningkatan mutu hidup, (5) program pengembangan minat individu, (6) program berrorientasi masa depan (APPEAL, 1996:8). Agar program pendidikan luar sekolah dapat berlangsung efektif , maka perlu diperhatikan kesesuaian program dengan perkembangan sosial –ekonomi, sosial politik, sosial budaya
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 101
yang merupakan mitra kehidupan manusia. Pembelajaran ketrampilan Dalam Pelatihan Pelatihan adalah pembelajaran pengembangan individual yang bersifat mendesak karena adanya kebutuhan sekarang (Nadler, 1982:6) Adapun pelaksanaan pelatihan dimulai dari identifikasi kebutuhan organisasi, menentukan unjuk kerja atau ketrampilan, identifikasi kebutuhan pembelajar, merumuskan tujuan, membuat kurikulum, memilih strategi instruksional, menghasilkan sumbersumber instruksional, mengadakan pelatihan, dan selanjutnya kembali kepada i dentifikasi kebutuhan untuk melihat kekuatan dan kelemahan pelaksanaan sebelumnya sehingga perlu direvisi atau disempurnakan dalam rangka pengembangan program atau organisasi. Menurut Yoder agar pelatihan dan pengembangan dapat berhasil dengan baik, maka harus diperhatikan delapan faktor, yaitu pertama individual differences, tiap-tiap individu mempunyai ciri khas yang berbeda. Kedua, relation to job analysis, yang bermaksud memberikan pengertian akan tugas yang harus dilaksanakan dalam suatu pekerjaan dan untuk mengetahui alat-alat apa yang harus dilaksanakan dalam suatu pekerjaan. Ketiga, motivation, pelatihan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan motivasi kepada trainees. Keempat, active participation, tugas pelatih tidak hanya memberikan teori dan praktek, tetapi juga dapat memberi cara berfikir kritis. Kelima, selection of trainees, pelatihan sebaiknya diberikan kepada me reka yang berminat dan menunjukkan bakat untuk mengikuti latihan dengan berhasil.Keenam, selection of trainers, seorang pelatih harus mempunyai kecakapan vak, mempunyai rasa tanggung jawab dan sadar akan kewajiban, ketujuh trainer training, seorang pen latih sebelum diserahi tugas sebagai pelatih hendaknya telah dapatkan pendidikan khusus untuk menjadi pelatih. Kedelapan, training methods, yaitu metode yang digunakan dalam pelatihan harus sesuai dengan jenis pelatihan yang diberikan (As’ad, 1991: 67-70)
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
102 ZARFINA YENTI
Pelatihan adalah usaha berencana yang diselenggarakan supaya dicapai penguasaan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap yang dengan kebutuhan peserta pelatihan. Umumnya pelatihan dilakukan untuk pendidikan jangka pendek dengan prosedur yang sistepamatis dan terorganisir untuk tujuan tertentu. Pendidikan dalam bentuk pelatihan, relevan diberikan kepada masyarakat lapisan bawah seperti perempuan penambang penambang perahu ini.Kegiatan pendidikan pelatihan yang berjangka pendek tidak membosankan peserta dan hasilnya dapat dengan cepat dinikmati. Pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas peserta atau mengembangkan kemandirian.
Strategi Manajemen Pemberdayaan Perempuan Penambang Perahu Langkah-langkah operasional pemeberdayaan, meliputi: penyadaran, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dan evaluasi.Kronologis kegiatan tersebut dilakukan secara bersiklus dan berdasarkan perkembangan subjek, sehingga berlangsung dalam tiga tahap. Penyadaran Perempuan penambang perahu pada mulanya sangat rendah tingkat kesadaran dalam belajar aspek kehidupan. Kegiatan belajar mereka terutama terfokus pada dimensi sosial budaya dan lingkungan alam sekitarnya, ketergantungan terhadap lingkungan membuat mereka masih nberada dalam lingkaran masyarakat tradisional. Proses penyadaran yang dilakukan dalam penelitian ini tetap selaras dengan teori medan dari Lewin yang disebutnya unfreezing (proses pencairan) (Sudjana, 1993a: 45). Dalam proses pencairan atau penyadara ada empat hal yang dilakukan: (1) Membantu warga belajar keluar dari kebiasaan-kebiasaan tradisional yang menghambat kemajuan dengan memberi imformasi yang positif. (2) Mengurangi dukungan sosial terhadap prilaku yang menghambat perubahan. (3) Mengurangi makna warga belajar yang tidak bermanfaat. (4) Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 103
memberikan penghargaan terhadap warga yang ingin berubah berupa hadiah uang dalam bentuk hibah untuk keramba mini. Untuk memaksimalkan pembelajaran masyarakat desa, maka Brookfield menyarankan agar kegiatan belajar didasarkan atas dialog apenilaian dan penikmatan hasil kbelajar diharuskan berdasarkan dialog yang transaksional antara fasilitator dengan semua warga belajar, sehingga warga belajar juga merasa ikut bertanggung jawab terhadap proses dan produk kegiatan belajar. Hasil dialog menunjukkan adanya keinginan dari para perempuan penambang perahu untuk mengubah nasibnya dengan hanya bekerja di rumah sepertimembuat kerupuk ikan dan produksi mpek-mpek. Di samping itu juga adanya keinginan para perempuan penambang untuk mempunyai keramba ikan ka sehingga mereka dapat memanfaatkan Danau Sipin yang indah sebagai tempat mencari nafkah. Untuk menggugah partisipasi para perempuan penambang perahu dalam kegiatan pembelajaran nantinya, baik langsung maupun tidak langsung, anggota sistem sosial diajak berdialog langsung dengan mencoba menggiring mereka ke arah bentuk kerja sama yang bersifat informal.Proses dialog dilakukan tidak terbatas pada konteks inovasi teknologi, tetapi dihubungkan dengan konteks sosial budaya mereka.Untuk itu perlu adanya kerjasama antara change agent dengan kelompok sasaran dan sistem sosial yang ada merupakan suatu bukti berhasilnya penerapan pendekatan yang berorientasi pada keyakinan bahwa apa yang dikomunikasikan oleh change agent adalah sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan mereka. Demikian pula agen ofchange tidak memperlihatkan adanya gap dengan para perempuan penambang perahu. Untuk menggugah partisipasi mereka dalam kegiatan pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung, anggota sistem sosial diajak berdialog dengan mencoba menggiring mereka ke arah bentuk kerja sama yang bersifat informal.Proses dialog dilakukan tidak terbatas pada konteks inovasi teknologi, tetapi dihubungkan dengan konteks sosial budaya mereka . Change agen berupaya lentur Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
104 ZARFINA YENTI
dan belajar bahasa subjek. Perencanaan Perencanaan implementasi tahap pertama dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: Pertama, dialog dengan perempuan penambang perahu, ketua RT, Lurah Kelurahan Legok dan anggota masyarakat tentang pembelajaran ketrampilan berbasis sosial budaya yang relevan dengan kondisi perempuan penambang perahu. Proses dialog dilakukan baik secara sendiri-sendiri maupun secara simultan (beberapa orang), baik dilakukan melalui kunjungan maupun melalui forum formal yang dilakukan oleh RT setempat.Kedua, penentuan jenis ketrampilan yangdijadikan instrumen aksi, sesuai kesepakatan dengan para perempuan penambang yang akan menjadi calon warga belajar. Maka ketrampilan yang akan menjadi instrumen aksi adalah pembuatan kerupuk ikan, pembuatan mpek-mpek, pemasaran hasil dan pengelolaan keuangan keluarga. Pelatihan pengembangan benih ikan,pelatihan keramba ikan serta pemasarannya. Ketiga pembentukan kelompok belajar. Kelompok belajar dibentuk berdasarkan kesepakatan di antara para penambang perahu. Keempat, penetapan tutor penetapan tutor ini haruslah bekerjasam dengan Dinas perdagangan dan industri yang ada di kota Jambi. Demikian juga dengan pembuatan mpek-mpek. Kelima, menghubungi calon tutor, pertama-tama dengan menghubungi pimpinan lembaga asal sumber belajar yang dilakukan secara informal tentang potensi lembaga dan tutor yang dibutuhkan sekaligus meminta jenis-jenis bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan kerupuk dan mpek-mpek. Keenam , penetapan waktu dan tempat pelatihan. Ketujuh, persiapan bahan belajar secara tertulis, media pembelajaran/peralatan produksi dan bahan baku. Ekonomi mereka termasuk kategori masyarakat yang prasejahtera, demikian pula pemanfaatan lingkungan alam sekitar belum maksimal mereka lakukan.
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 105
Pengorganisasian Pembelajararan Kelangsungan organisasi kelompok belajar ketrampilan baik yang formal maupun non formal, sangat ditentukan oleh kebutuhan individu pendukungnya dan masyarakat sekitar. Keterlibatan pemerintah daerah dan pemerintah Desa sebagai implementasi pasal 43 (e) no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengenai kewajiban kepala daerah meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat, pasal 101 poin (b dan c) tentang tugas dan kewajiban Kepala Desa/Lurah membina kehidupan masyarakat Desa dan membina perekonomian Desa. Maka dalam kontek otonomi daerah kemampuan daerah dalam mengembangkan amanat UU ini berupa pemberdayaan masyarakat merupakan indikator keberhasilan daerah. Momen pemberian wewenang dalam bentuk otonomi daerah, telah menyadarkan masyarakat dan pemerintah akan besarnya potensi daearah dan yang dapat dikembangkan. Yang menjadi persoalan adalah sejauh mana para pemimpin formal maupun non formal dapat mengembangkan amanat ini. Kegigihan para perempuan penambang perahu menunjukkan aspek positif masyarakat di sekitar Danau Sipin khususnya kaum perempuan dalam mencari nafkah. Optimisme ini tercermin dari giatnya mereka bekerja dari pagi hingga sore harinya. Proses penyadaran yang dilakukan dalam penelitian ini tetap selaras dengan teori medan dari Lewin yang disebutnya unfreezing (proses pencairan). Dalam proses pencairan atau penyadara ada empat hal yang dilakukan: (1) Membantu warga belajar keluar dari kebiasaan-kebiasaan tradisional yang menghambat kemajuan dengan memberi imformasi yang positif. (2) Mengurangi dukungan sosial terhadap prilaku yang menghambat perubahan. (3) Mengurangi makna warga belajar yang tidak bermanfaat. (4) memberikan penghargaan terhadap warga yang ingin berubah yaitu berupa hadiah uang dalam bentuk hibah untuk pembuatan keramba mini. Untuk memaksimalkan pembelajaran masyarakat desa, maka Brookfield menyarankan agar kegiatan belajar didasarkan atas dialog penilaian dan penikmatan hasil belajar diharuskan berdasarkan dialog yang Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
106 ZARFINA YENTI
transaksional antara fasilitator dengan semua warga belajar, sehingga warga belajar juga merasa ikut bertanggung jawab terhadap proses dan produk kegiatan belajar. Untuk menggugah partisipasi mereka dalam kegiatan pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung, anggota sistem sosial diajak berdialog dengan mencoba menggiring mereka ke arah bentuk kerja sama yang bersifat informal.Proses dialog dilakukan tidak terbatas pada konteks inovasi teknologi, tetapi dihubungkan dengan adanya kerjasama antara change agent dengan kelompok sasaran dan sistem social.
Kondisi Pemberdayaan Penambang Perahu yang Diharapkan Pada dasarnya perempuan penambang perahu adalahperempuan yang biasa hidup di danau sipin yang bisa dimanfaatkan untuk usaha keramba ikan. Baik berupa ikan patin, mujahir, dan jenis ikan danau lainnya. Di samping itu ketika pasang surut dan kegiatan menambang tidak bisa dilakukan mereka juga sudah terbiasa membuat kerupuk ikan yang selanjutnyadipasarkan baik dibawa sendiri ke pasar maupun dijual kepada pedagang perantara.Meskipun demikian sstem pengolahan dan pemasaran kurang berjalan secara optimal bahkan mereka masih tetap mempertahankan sistem yang diwarisi secara turun temurun, demikian pula sistem pemanfaatan usaha mereka belum dikelola secara efektif.Sedangkan untuk usaha keramba ikan mereka belum mempunyai modal dan masih minimnya pengetahuan mereka tentang sistem keramba ikan Berdasarkan hasil diskusi antara tim pendamping dengan subyek masyarakat dampingan ada beberapa problem sosial yang ditemukan diantaranya adalah bahwa problem inti yang dihadapi oleh para perempuan penambang perahu adalah ketika danau Sipin sedang surut yang mengakibatkan mereka tidak dapat menambang perahu karena masyarakat banyak yang memilih jasa ojek. Padahal pada umumnya para perempuan di sekitar danau sipin banyak yang Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 107
berprofesi sebagai penambamg perahu Hal ini mengakibatkan perekonomian keluarga menjadi terganggu.Musim ini biasanya terjadi dari bulan April sampai September. Pada umumnya para perempuan penambang perahu tidak memiliki keahlian lain karena rendahnya pendidikan mereka sehingga perlu diberdayakan apalagi mereka sangat dekat dengan sungai dan danau yang banyak dipenuhi keramba ikan tetapi mereka tidak memiliki keahlian dalam budidaya ikan. Selain itu mereka juga tidak mempunyai keramba ikan karena keterbatasan dana. Disamping itu para perempuan penambang memiliki alternatif life skil yang berbasis dari budaya mereka yang dekat dengan air yaitu pengolahan hasil danau berupa ikan‘ pembuatan kerupuk ikan, pempek yang dapat dijual di pasar. Meskipun demikian sistem pengolahan dan pemasaran kurang berjalan secara optimal bahkan mereka masih tetap mempertahankan sistem yang sudah diwarisi secara turun temurun, demikian juga sistem pemanfaatan hasil usaha mereka belum dikelola secara efektif. Jika potensi mereka dapat dikelola secara optimal baik potensi sosial budaya maupun potensi alam, maka kaum perempuan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan pendapatan dari proses peningkatan pengetahuan dan life-skills, baik ketrampilan pengolahan, pemasaran maupun ketrampilan manajemen hasil usaha atau manajemen keluarga. yang selaras dengan latar belakang sosial budayanya.Dalam rangka meningkatkan peran perempuan penambang perahu, maka pemberdayaan mereka melalui peningkatan life-skills yang selaras dengan latar belakang sosial budayanya sebagai salah satu alternatif, sehingga dapat meningkatkan peran dalam kehidupan dan pembangunan melalui peningkatan ketrampilan yang bersifat produktif.
Pihak-pihak yang Terlibat dalam Pemberdayaan Dalamdimensikehidupanmasyarakatmarjinal yang memiliki banyak persoalan kehidupan, maka diperlukan kehadiran seseorang atau Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
108 ZARFINA YENTI
kelompok orang agen perubahan untuk berperan sebagai: (1) katalis, (2) pemberi solusi, (3) pembantu dalam proses, dan (4) sumber penghubung. Adapun peran agen perubahan untuk membantu klien (warga belajar) dalam mengenali dan mendefinisikan kebutuhan, mendiagnosis masalah dan tujuan, memperoleh sumber yang relevan, memilih atau menciptakan solusi, menyusun dan menggunakan solusi serta mengevaluasi solusi untuk menentukan apakah bisa memenuhi kebutuhan. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pemberdayaan ini nantinya adalah: a. Dinas Pertanian dan Perikanan Diharapkan dari dinas ini dapat membantu memberikan penyadaran tentang pentingnya memanfaatkan Danau Sipin sebagai salah satu dari tipe pemanfaatan sumber daya alam yang memiliki potensi ekonomi. Misalnya sebagai tempat untuk keramba ikan. Untuk itu para perempuan penambang perahu diberikan penyadaran akan perlunya mengenal dan menyadari masalah yang dihadapinya, merasa perlu adanya perbaikan, bersedia menerima bantuan dari luar dan bersedia berpartisipasi dalam usaha perbaikan dirinya. Maka para perempuan diberikan pelatihan tentang cara-cara pembibitan ikan dan keramba ikan yang baik sehingga dapat menghasilkan ikan-ikan yang mempunyai daya saing tinggi. b. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Dari pihak dinas sosial diharapkan dapat memberikan pelatihan dan keterampilan hidup. Karena para perempuan penambang perahu yang hidup dipinggir danau dan mereka seringkali memanfaatkan ikan hasil dari danau untuk membuat kerupuk dan mpek-mpek. Maka diharapkan dari dinas sosial dapat memberikan pelatihan tentang cara membuat kerupuk yang berkualitas serta strategi pemasarannya. Dengan adanya program ini maka diharapkan para perempuan penambang perahu dapat meningkatkan pendapatan dalam keluarganya sehingga meningkat pula kepedulian Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 109
c.
d.
e.
f.
masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya, meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok. Dinas Kehutanan Lokasi Danau Sipin sebagian besar adalah kawasan hutan Rengas yang mencapai 55.177 hektare (29,40 persen). Kawasan inilah yang selalu dilalui oleh para perempuan penambang perahu. Maka untuk melestarikan lingkungannya perlu adanya kesadaran dari para perempuan penambang untuk tidak mengambil hasil hutan secara ilegal. Untuk inilah perlunya dinas kehutanan memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya para penambang perahu untuk memanfaatkan dan melestarikan lingkungannya. Dinas Pariwisata Danau Sipin adalah salah satu objek wisata yang ada di kota Jambi. Wadah air yang ada di pinggir Kota Jambi tepatnya di daerah Telanaipura merupakan satu di antara tempat alternatif untuk melepaskan kepenatan dan ajang santai bagi masyarakat Jambi. Untuk itu perlu dilestarikan keasriannya. Maka untuk itu Dinas Pariwisata berperan serta dalam pemberdayaan perempuan penambang perahu di Danau Sipin. Karena para perempuan penambang perahu ikut mewarnai Danau Sipin dengan kayuhan mereka. Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan berperan dalam pemberdayaan yang berbasis pendidikan luar sekolah. Karena salah satu bentuk pemberdayaan yang dilakukan adalah pendidikan luar sekolah, maka Diknas adalah salah satu pihak yang berkompeten dalam pemberdayaan ini. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan diharapkan dapat memberikan pelatihan tentang pemasaran dan cara membuat kemasan hasil pelatihan pembuatan kerupuk dan mpek-mpek Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
110 ZARFINA YENTI
serta memberikan pelatihan manajemen keuangan keluarga.
Faktor-faktorPendukungPemberdayaan Ada beberapa factor yang mendukung dilakukannya pemberdayaan ini antara lain adalah: 1. Lokasi pemberdayaan yang berada di tengah Kota Jambi sehingga relative lebih mudah untuk dijangkau. 2. Banyaknya media yang meliput keberadaan para perempuan penambang perahu, seperti koran daerah Jambi Ekspres dan Jambi Independen. Untuk tingkat nasional pernah dimuat di Kompas. 3. Keinginan yang kuat dari para perempuan penambang perahu untuk mengubah nasibnya ke arah yang lebih baik. Kesimpulan Perempuan penambang perahu adalah perempuan yang bekerja mengayuh perahu menyeberangi Danau Sipin guna untuk mencari nafkah. Pemberdayaan terhadap mereka sangat mendesak untuk dilakukan karena disamping pemberdayaan itu adalah hak azazi manusia juga karena lokasi tempat mereka berada adalah bagian dari lokasi wisata yang ada di Kota Jambi, sehingga mereka dapat memanfaatkan Danau sipin sebagai sumber penghasilan mereka juga untuk menambah semaraknya Danau Sipin dengan kehadiran mereka. Ada beberapa pihak yang dapat terlibat dalam pemberdayaan merehka. Diantaranya adalah: Dinas pendidikan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata, serta Dinas Pertanian dan Perikanan. Bila potensi mereka diberdayakan secara maksimal maka diharapkan akan tumbuh kemandirian dari para penambang perahu walaupun musim kemarau datang sehingga mereka tidak kehilangan mata pencaharian.[]
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
PEREMPUAN PENAMBANG PERAHU 111
Catatan: 1 . Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alpabeta. Hlm 65 2 . Geertz, C. 1976. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Jakarta: Bhratara. Hlm 26 3 . Budiman, A. 1996. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm 21 4 . Mak Yah. Wawancara tgl 5 April 2011. 5 . Lexy J. Moleong.2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Hlm 247. 6 . Qasim Amin. 1990. Tahrir al-Marah. Kairo: Dar al-Ma’arif. 7 . Asghar Ali Engineer. 1994. Hak-hak Perempuan dalam Islam. Terj. Farid W dan Cici Farkha. Yogyakarta: LSPPA. 8. Irwan Abdullah (Ed.) 2006. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM. 9 . Mansour Fakih. 2008. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: INSIS. 1 0 . Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alfabeta. 1 1 . Riant Nugroho. 2008. Gender dan Strategi Peangarusutamaannya di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 164. 12 . Ibid. Hlm 167. 13 . Moser C, 1993. Gender Planningad Development: Theory Practice & Training. London: Routledge. Hlm 1989. 14 . Riant Nugroho. Op-cit. Hlm 170. 1 5 . Ibid. Hlm 170. 16 . Stringer, E.T. 1996. Action Research. London: Sage Publications. Hlm 10. 1 7 . Soedomo, M. 1989. Pendidikan Luar ke Arah Pengembangan Sistem Belajar masyarakat. Jakarta: P2LPTK-Depdikbud. Hlm 32. 18 . Mak Siin. Wawancara tgl 3 September 2011. 19 . Wawancara tgl 5 September 2011. 20 . Wawancara tgl 5 September 2011. 21 . Wawancara tgl 10 September 2011. 22. Wawancara tgl 18 September 2011. 23. Wawancara tgl 10 September 2011. 24 . Supin. Wawancara tanggal 10 September 2011. 25 . Supin. Wawancara Tanggal 10 September 2011. 26 . Mak Norma. Wawancara tanggal 2 Nopember 2011. 2 7 . Mak Nani. Wawancara tgl 5 Desember 2011.
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013
112 ZARFINA YENTI
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Irwan. 2006. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Amin, Qasim. 1990. Tahrir al-Marah. Kairo: Dar al-Ma’arif. Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alpabeta. Budiman, A. 1996. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Engineer, Asghar Ali. 1994. Hak-hak Perempuan dalam Islam. Terj. Farid W dan Cici Farkha. Yogyakarta: LSPPA Fakih, Mansour. 2008. Analisis Gender dan transformasi Sosial. Yogyakarta: INSIST. Geertz, C. 1976. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Jakarta: Bhratara. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Moser C, 1993. Gender Planning and Development: Theory Practice & Training. London: Routledge. Nugroho, Riant. 2008. Gender dan Strategi Pengarusutamaannya di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soedomo, M. 1989. Pendidikan Luar ke Arah Pengembangan Sistem Belajar masyarakat. Jakarta: P2LPTK-Depdikbud. Stringer, E.T. 1996. Action Research. London: Sage Publications. Subagyo. 2004. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013