PEREMPUAN DAN DUNIA TEKNOLOGI Andi Ardhyansyah* Abstract Today the number of women who work and live alone in the apartment increased sharply. They are in touch with technology products every day. They are also part of the inspiration in the minds of technologists to create technological innovations are practical. So no exaggeration to say women have a role in determining the changes and developments in technology. Kata Kunci : Perempuan, Teknologi Pendahuluan Pada zaman ibu maupun nenek kita, bila perempuan sangat update dengan teknologi informasi, pasti muncul kasak-kusuk yang mengatakan bahwa mereka sudah di ranah maskulin dan bergabung dengan para pria. Kelangkaan perempuan di bidang ini membuat segelintir perempuan yang bersentuhan dengan teknologi ini menjadi sangat istimewa. Itulah kondisi sebelum teknologi dan informasi berkembang dan makin ramah pengguna seperti sekarang ini. Keterbatasan penguasaan teknologi tidak lagi menjadi isu utama. Penguasaan teknologi teranyar justru menjadi tuntutan kaum perempuan modern. Mereka berupaya terus meng-update perkembangan teknologi.1 Bila ada perempuan yang berkata bahwa dia adalah perempuan yang termasuk kategori gagap teknologi, coba saja Anda periksa perlengkapan komunikasi apa yang dimilikinya. Biasanya, Anda akan menemukan minimal satu ponsel pintar atau setidaknya ponsel biasa dengan fitur-fitur yang lumayan lengkap. Selain itu, jangan pernah meremehkan ibu rumah tangga dengan menyangka hanya perempuan 1
Marketeers, Perempuan pun Melek Teknologi (on-line) dalam http://www. Markeeters.com (diakases tanggal 02 Februari 2011), h.1
94 Musawa, Vol. 4, No. 1, Juni 2012: 93-108
muda atau pekerja yang update dengan teknologi. Para ibu rumah tangga ini meski bekerja di rumah tapi tetap mengikuti tren teknologi dengan aneka cara. Kemajuan teknologi membuat banyak perubahan yang terjadi pada perempuan. Tetapi kita harus selalu sadar bahwa itu hanya perwujudan yang bisa dilihat yang tidak boleh mengubah prinsip menjadi perempuan dan esensi sebagai perempuan. Di satu sisi, teknologi informasi yang seharusnya memudahkan hidup juga mengubah perempuan menjadi sosok yang sangat sulit. Misalnya saja, sering sekali apabila seorang perempuan mengirim sms ke temannya dan tidak dibalas. Maka kemungkinan timbul pemikiran negatif, apalagi jika yang disms teman lelaki. Perempuan sangat gampang merasa tertolak dan memikirkan bahwa dia tidak disayangi dan itu membuat dia tidak merasa nyaman dan hal ini bisa berakibat menyakiti orang lain. Kondisi global perkembangan teknologi informasi menuntut para pekerja teknologi informasi untuk menciptakan, menerapkan, dan menggunakan teknologi informasi secara maksimal. Namun para perempuan dalam perkembangan teknologi informasi masih minoritas dibandingkan dengan banyaknya jumlah laki-laki yang masih memegang peranan penting dalam teknologi informasi. Kontribusi perempuan di Asia dalam memanfaatkan fasilitas internet sekitar 22%, Amerika Serikat sekitar 14%, Amerika Latin sekitar 38%, dan Timur Tengah 6%. Sedangkan di Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi memperkirakan perempuan Indonesia yang memanfaatkan fasilitas internet hanya sekitar 24% pada tahun 2002. Maka tidak mengherankan jika masih sedikit perempuan yang menempati posisi tenaga ahli dan profesional, apalagi dalam struktur pengambilan keputusan dalam industri teknologi informasi2. Peran perempuan dalam ketenagakerjaan teknologi informasi lebih mendominasi pada posisi administratif, seperti menangani surat elektronik, memasukkan data, operator komputer, dan sebagainya. Tidak banyak pula perempuan yang berprofesi sebagai ilmuwan komputer dan programmer.Hal tersebut seharusnya membuat para perampuan yang terlibat dalam teknologi informasi, 2
T. Paisal Saputra, Perempuan di Bidang Teknologi dan.Informasi, (Jakarta Yayasan Idayu, 2005), 45
Andi Ardhyansyah, Perempuan dan Dunia Teknologi
95
baik di bidang akademis maupun profesi lebih terpacu untuk mengembangkan dirinya sehingga memiliki pengaruh yang besar dalam teknologi informasi. Berikut ada beberapa tokoh perempuan yang memiliki keterlibatan erat dengan bidang teknologi informasi. Teknologi yang semakin ramah dan efisien turut memberikan dampak bagi peningkatan kepercayaan diri perempuan untuk mengikuti perkembangan teknologi. Perempuan juga tak kalah piawai dengan pria dalam penguasaan teknologi. Selain semakin gampang digunakan, teknologi membuat kegiatan bisa dilakukan dengan lebih ringan, berbiaya murah, dan efisien. Nah, perempuan paling suka dengan segala sesuatu sesuatu yang berbau penghematan. Perempuan mengakrabi teknologi sebagai upaya untuk menjadi bagian dari tren sekarang ini. Munculnya berbagai ponsel pintar yang mengusung gaya dengan aneka fitur dan ramah pengguna telah memberi kenyamanan tersendiri bagi perempuan. Pada taraf tertentu, perempuan menjadikan ponsel pintar ini sebagai sahabat sejatinya. Salah seorang terman pria pernah mengeluh lantaran istrinya lebih ―intim‖ dengan BlackBerrynya. Istrinya lebih doyan mengedepankan BBM, email, chatting dari gadget tersebut ketimbang memperhatikannya. Sampai muncul ucapan ― rasanya kalau telat jawab itu, berdosa banget‖. Hadirnya perangkat yang tersambung internet macam BlackBerry tadi telah membuat perempuan pun mulai aktif untuk mengakses berita di portal-portal online. Ada sinyalir kalau perempuan pada masa lalu kurang tertarik untuk membaca koran. Sekarang, teknologi telah membuka akses sebesar-besarnya bagi perempuan untuk mengakses beragam informasi. Efisiensi dan kenyamanan yang diusung oleh teknologi telah membuat teknologi itu mendapat tempat di hati perempuan. Dalam riset mengenai perempuan dan teknologi yang dilakukan terhadap 1.301 responden diketahui bahwa 30 persen perempuan sangat mengakrabi dan mengakses internet untuk berbagai keperluan. Dominasi perempuan yang lekat dengan kemajuan teknologi terutama yang terkait dengan internet berusia anatara 16 – 35 tahun. Bisa dikatakan bahwa perempuan muda sangat akrab dan mulai melekatkan diri dengan teknologi. Tidak salah jika teknologi informasi menjadi bagian dari gaya hidup perempuan di Indonesia. Keterlibatan 45 persen perempuan dalam berbagai akun media sosial juga ikut
96 Musawa, Vol. 4, No. 1, Juni 2012: 93-108
mengukuhkan kemampuan mereka dalam penguasaan teknologi tersebut. Anita Borg dari Institute for Women and Technology mengatakan, ―We use technology to connect our communities. We create technology because it is who we are — intelligent, creative and driven. We lead with compassion and a belief in inclusion. We develop competitive products and find solutions to problems that impact our lives, our nation, our world…” 3
Keterlibatan perempuan dalam teknologi tidak hanya meningkatkan pencitraan dirinya. Keterlibatan ini juga membuat perempuan mendapat pengakuan dari teman-teman, keluarga, maupun lingkungan sekitarnya. Selain itu, mereka menggunakan teknologi itu agar tetap terkonek dengan dunia sekitar. Teknologi ini mempunyai muka ganda. Selain bisa mendekatkan perempuan dengan orang-orang di nun jauh—berbeda negara misalnya—teknologi juga bisa menjauhkan perempuan dari orang-orang terdekatnya. Tentu, problemnya bukan pada teknologi itu sendiri, tapi pada para pengguna teknologinya. Saking asyik dengan BlackBerry, misalnya, orang bisa menjadi sosok autis dan apatis dengan lingkungan sekitar. Ada ungkapan satir yang mengatakan ―teknologi itu mendekatkan yang jauh sekaligus menjauhkan yang dekat.‖ Pemilik merek, menurut saya, sebaiknya tidak mengabaikan fenomena perempuan dan teknologi ini. Anda bisa melihat bagaimana produk-produk yang hanya dipasarkan melalui internet dan media sosial justru bisa mendatangkan crowd perempuan yang memiliki kuantitas luar biasa. Dengan teknologi, perempuan bisa dengan mudah bersentuhan dengan produk tanpa perlu repot dan mengeluarkan biaya tinggi untuk sekadar mengetahui secara detail maupun terlibat dalam programnya. Hal ini berpeluang meningkatkan awareness perempuan pada produk maupun merek secara cepat. Tanpa diminta, perempuan ini pun proaktif ikut mengkampanyekan produk maupun merek yang mereka suakai—entah melalui email, SMS, BBM, Twitter, Facebook, dan sebagainya. Mereka menjadi pelaku komunikasi word of mouth yang mumpuni.
3
Ibid. 2
Andi Ardhyansyah, Perempuan dan Dunia Teknologi
97
Janganlah memandang sebelah mata perempuan dalam penguasaan teknologi ini. Ajari mereka untuk memahami teknologi dan buatlah mereka jatuh cinta pada produk maupun merek Anda. Selain itu, gunakan teknologi dan informasi untuk menyentuh perempuan dengan kejujuran sehingga mereka dengan senang hati mengikuti upadate Anda dan menyebarkannya. Technology is part of women lifestyle, use it wisely. Teknologi yang semakin ramah dan efisien turut memberikan dampak bagi peningkatan kepercayaan diri perempuan untuk mengikuti perkembangan teknologi. Maka tidak salah jika perempuan bisa jadi akan sama penguasaannya terhadap teknologi seperti halnya pria. Selain kemudahan dalam menggunakan, hal lain yang menjadikan teknologi semakin menarik adalah kemampuannya untuk melakukan berbagai hal dengan biaya yang jauh lebih ringan dan sangan efisien. Perempuan pasti suka dengan segala sesuatu yang berbau penghematan dan memperingan pekerjaan, apalagi dengan tambahan bahwa dengan mengakrabinya mereka bisa menjadi bagian dari trend yang berkembang saat ini.4 Penemuan beberapa merek smartphone yang cukup stylish dengan fitur lengkap dan ramah memberikan peluang bagi perempuan untuk menggunakannnya dengan nyaman dan ada kecenderungan menjadikannya sahabat sejati. Salah seorang teman pria bahkan pernah mengeluh bahwa istrinya sangat dekat dengan blackberry-nya bahkan ia akan mendahulukan untuk menjawab bbm, e-mail atau apapun yang muncul dari gadgetnya tersebut, sampai-sampai muncul ucapan ―rasanya kalau telat jawab itu berdosa banget‖. Pada suasana yang berbeda, analisa teman pria lain secara jelas mengatakan bahwa keberadaan gadget dalam bentuk smartphone atau notebook/netbook membuat perempuan dan juga ibu-ibu kembali tertarik mengakses berita di berbagi portal berita, setelah sebelumnya disinyalir perempuan sangat malas membaca Koran. Maka bisa dilihat bagaimana teknologi yang memberikan akses, efisiensi serta kenyamanan langsung mendapat hati perempuan saat ini. Berkembang stigma bahwa dunia IT (information technology) menjadi konsumsi kaum pria. Seakan-akan hanya kaum adam yang 4
Kompas com, Perempuan yang Gagap Teknologi (on-line) dalam http://www. kompas .com (diakses tanggal 27 November 2010), 23
98 Musawa, Vol. 4, No. 1, Juni 2012: 93-108
paham, dan menggandrungi dunia maya. Sedangkan kaum perempuan dianggap gaptek (gagap teknologi). Pada zaman ibu maupun nenek kita, bila perempuan sangat update dengan teknologi informasi, pasti muncul kasak-kusuk yang mengatakan bahwa mereka sudah di ranah maskulin dan bergabung dengan para pria. Kelangkaan perempuan di bidang ini membuat segelintir perempuan yang bersentuhan dengan teknologi ini menjadi sangat istimewa. Itulah kondisi sebelum teknologi dan informasi berkembang dan makin ramah pengguna seperti sekarang ini. Keterbatasan penguasaan teknologi tidak lagi menjadi isu utama. Penguasaan teknologi teranyar justru menjadi tuntutan kaum perempuan modern. Mereka berupaya terus mengupdate perkembangan teknologi.5 Bila ada perempuan yang berkata bahwa dia adalah perempuan yang termasuk kategori gagap teknologi, coba saja Anda periksa perlengkapan komunikasi apa yang dimilikinya. Biasanya, Anda akan menemukan minimal satu ponsel pintar atau setidaknya ponsel biasa dengan fitur-fitur yang lumayan lengkap. Selain itu, jangan pernah meremehkan ibu rumah tangga dengan menyangka hanya perempuan muda atau pekerja yang update dengan teknologi. Para ibu rumah tangga ini meski bekerja di rumah tapi tetap mengikuti tren teknologi dengan aneka cara. Teknologi yang semakin ramah dan efisien turut memberikan dampak bagi peningkatan kepercayaan diri perempuan untuk mengikuti perkembangan teknologi. Perempuan juga tak kalah piawai dengan pria dalam penguasaan teknologi. Selain semakin gampang digunakan, teknologi membuat kegiatan bisa dilakukan dengan lebih ringan, berbiaya murah, dan efisien. Nah, perempuan paling suka dengan segala sesuatu sesuatu yang berbau penghematan. Perempuan mengakrabi teknologi sebagai upaya untuk menjadi bagian dari tren sekarang ini. Munculnya berbagai ponsel pintar yang mengusung gaya dengan aneka fitur dan ramah pengguna telah memberi kenyamanan tersendiri bagi perempuan. Pada taraf tertentu, perempuan menjadikan ponsel pintar ini sebagai sahabat sejatinya. Hadirnya perangkat yang tersambung internet macam BlackBerry telah membuat perempuan 5
Christina Puspita Anggraeni, Perempuan Melek IT (on-line) dalam http:// webcache.googleusercontent.com (diakses tanggal 15 maret 2010), 7
Andi Ardhyansyah, Perempuan dan Dunia Teknologi
99
pun mulai aktif untuk mengakses berita di portal-portal online. Ada sinyalir kalau perempuan pada masa lalu kurang tertarik untuk membaca koran. Sekarang, teknologi telah membuka akses sebesarbesarnya bagi perempuan untuk mengakses beragam informasi. Efisiensi dan kenyamanan yang diusung oleh teknologi telah membuat teknologi itu mendapat tempat di hati perempuan. Teknologi seluler telah mengubah secara radikal relasi sosial dan memberi perubahan sangat luar biasa dalam kehidupan masyarakat. Sebuah keadilan dan pemerataan dalam berkomunikasi telah tercipta. Simpul-simpul yang dulu menutup akses sejumlah orang terhadap berbagai kesempatan, kini mulai terbuka. Fisik dan geografis menjadi semakin tak berjarak, secara sosialpun masyarakat semakin tak bersekat. Sebuah kemajuan yang sangat patut disyukuri karena dengan begini terbuka kesempatan lebih luas bagi kelompok masyarakat bawah dan terpinggirkan untuk mengejar ketertinggalannya. Salah satu segmen masyarakat yang menemukan momentum kebangkitannya adalah kaum perempuan. Secara kuantitas, jumlah perempuan hampir separuh dari total jumlah penduduk dunia. Untuk Indonesia, menurut hasil sensus BPS tahun 2010 jumlah perempuan adalah sebanyak 118.048.783 sedangkan laki-laki sebesar 119.507.580. Sayangnya, jumlah yang sangat besar ini belum diimbangi oleh kualitas peran dan kontribusi kaum perempuan secara signifikan. Dalam proses pembangunan misalnya, kaum perempuan lebih diposisikan sebagai objek. Dengan paradigma ini, hasilnya sangat jelas. Pembangunan seolah jalan di tempat. Program MDG‘s misalnya. Meski telah berjalan dua pertiga dari waktu yang telah ditentukan, tidak banyak perubahan yang mampu dicapai. Kemiskinan dan pengangguran masih tinggi bahkan semakin tinggi, tingkat kesehatan dan pendidikan tetap rendah, perubahan iklim justru semakin menjadi. Akar dari berbagai permasalahan ini sebenarnya sudah sangat jelas, yakni melibatkan kaum perempuan secara optimal sebagai objek sekaligus subjek dalam setiap proses pembangunan.6 Persoalannya kemudian, mencuatkan potensi dan peran perempuan dalam berbagai sektor kehidupan bukan persoalan mudah. 6
Jurnal Perempuan, Teknologi Seluler dan Momentum Kebangkitan Peran Perempuan , (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan 2006), 1
100 Musawa, Vol. 4, No. 1, Juni 2012: 93-108
Budaya dan sistem yang ada dan telah berlangsung dalam kurun waktu lama telah membelenggu kaum perempuan secara sistematis sebagai kelompok masyarakat kelas dua atau second class. Bertolak dari pemikiran ini, maka pemenuhan hak-hak dasar kaum perempuan seperti pendidikan dan kesehatan menjadi kurang diperhatikan. Dalam skala kebutuhan dasar lebih tinggi seperti akses terhadap informasi dan kesempatan untuk beraktualisasi, keadaannya lebih memprihatinkan. Masih segelintir kaum perempuan yang bisa memperolehnya. Secercah harapan besar kemudian bersinar ketika teknologi informasi dan komunikasi khususnya seluler berkembang demikian pesat dan memberi pengaruh spektakuler dalam kehidupan masyarakat termasuk kaum perempuan. Sebuah perubahan besar sudah menanti di depan mata. Perempuan dan Perubahan Menurut Charles Malik, seorang filsuf dan diplomat, cara tercepat mengubah masyarakat adalah dengan menggerakkan kaum perempuan sedunia. Ini bukan hanya omong kosong. Muhammad Yunus dengan konsep Grameen Bank dan Grameen Phone-nya mampu membuktikan bahwa jika diberi kesempatan, akses lebih besar dan dukungan lebih konkrit, kaum perempuan tidak hanya bisa dipercaya namun sekaligus mampu melakukan perubahan sangat revolusioner yakni berhasil melawan kemiskinan.7 Patricia Aburdene & John Naisbitt dalam bukunya Megatrend for Women : From Liberation to Leadership (1993), menunjukkan sejumlah data bahwa peran perempuan dalam kepemimpinan semakin membesar. Semakin banyak wanita yang memasuki bidang politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur, menteri, dan berbagai jabatan penting lainnya. Selain itu semakin banyak wanita yang menjadi pimpinan perusahaan dan sekaligus menjadi pemilik perusahaan. Sebuah fenomena yang juga mulai banyak dan mudah dijumpai di Indonesia. Trennya justru meningkat dari waktu ke waktu. Tidak hanya karena jumlah perempuan di Indonesia sangat banyak, namun semangat perubahan yang tinggi dan mau bekerja keras untuk berubah seolah telah menjadi salah satu karakter utama kaum
7
Ibid., 10
Andi Ardhyansyah, Perempuan dan Dunia Teknologi 101
perempuan Indonesia yang tak lekang oleh waktu sejak dulu hingga kini. Sejak masa penjajahan kita telah memiliki sejumlah pahlawan perempuan yang memiliki andil besar dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa juga kemajuan kaumnya. Ada RA Kartini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dien dan masih banyak lagi. Semakin banyak perempuan berjiwa dan berperan pahlawan setelah kemerdekaan. Mereka menyebar ke banyak sektor kehidupan. Ada yang menjadi srikandi kesehatan di daerah kumuh dan terpencil. Ada pula yang mencerdaskan anak bangsa di berbagai daerah pelosok, miskin dan pinggiran. Kita juga memiliki jutaan pahlawan devisa yang tersebar di banyak negara. Di antara perempuan-perempuan hebat berjiwa pahlawan itu, banyak yang melakukannya atas inisiatif sendiri. Bahkan bermodal sendiri dengan tujuan dan harapan agar terjadi perubahan lebih baik di negeri ini. Bagi para srikandi kesehatan, mereka tidak ingin ada lagi ibu yang meninggal dunia saat melahirkan atau anak Indonesia yang mengalami gizi buruk. Bagi Srikandi pendidikan, mereka tidak ingin ada lagi anak Indonesia yang bodoh sementara roda globalisasi terus berputar dan akan menggilas mereka yang tidak kompeten dan berdaya saing rendah. Mereka yang menjadi pahlawan devisapun tak gentar untuk berjuang di negeri orang meski sejumlah kasus yang menimpa tenaga kerja kita di luar negeri semakin parah dan bertambah. Semua bermuara pada satu tujuan dan harapan : sebuah perubahan. Perempuan Indonesia juga terbukti mampu melakukan perubahan revolusioner seperti yang dilakukan oleh kaum perempuan di Bangladesh dengan Grameen Bank dan Grameen Phone-nya. Melalui Bank Gakin atau Bank Keluarga Miskin, sejumlah perempuan miskin dan berpendidikan rendah di sejumlah wilayah Indonesia mampu melakukan hal yang sama. Para ibu yang tergabung dalam Bank Gakin di Kabupaten Jember misalnya. Sebanyak 90 persen pengurusnya adalah perempuan. 46 persen di antaranya adalah lulusan sekolah dasar dan 5 persen tidak melewatkan pendidikan sekolah formal. Meski demikian, omzet bank gakin di Jember pada tahun 2009 lalu mampu mencapai Rp 14 miliar dengan aset Rp 2,1 miliar. Dengan pertumbuhan omzet dalam tiga tahun terakhir mencapai rata-rata 260%. Atas keberhasilannya ini, Bank Gakin Jember memperoleh
102 Musawa, Vol. 4, No. 1, Juni 2012: 93-108
MDG‘s Award dan menjadi role model bagi bank gakin-bank gakin lain di tanah air. Fakta ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa kaum perempuan memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak utama perubahan di negeri ini. Mereka bisa menjadi pemutus mata rantai kemiskinan untuk kemudian menjadi pilar utama kekuatan ekonomi dan kemandirian bangsa. Perempuan dan Teknologi Perempuan dan teknologi bukan sekedar bermakna bertemunya sebuah produk dengan pasar potensial lalu menghasilkan keuntungan yang fantastis. Ini juga bisa berarti bertemunya dua kekuatan besar untuk melakukan sebuah perubahan revolusioner menuju masyarakat dan bangsa yang lebih maju dan berkualitas. Era teknologi informasi adalah momentum kebangkitan peran perempuan. Tidak hanya karena pertumbuhan perempuan pengguna seluler melaju lebih cepat dari kaum laki-laki, dengan teknologi seluler di tangannya, perempuan dapat melakukan perubahan luar biasa. Tidak hanya untuk dirinya, tapi juga keluarganya bahkan juga untuk masyarakat dan negara. Teknologi telah melesatkan peran perempuan ke barisan terdepan sebagai penggerak utama perubahan di negeri ini. Jika sebelumnya, dalam banyak hal perempuan seringkali dianggap lamban, terbelakang dan teringgal, nampaknya formula ini tidak berlaku ketika perempuan dihadapkan pada teknologi informasi. Meski secara totalitas masih kalah jumlah dengan kaum laki-laki, namun kecepatan pertumbuhan dan pemanfaatan teknologi secara optimal oleh kaum perempuan, sangat luar biasa. Dalam penggunaan internet khususnya internet mobile misalnya. Menurut laporan mutakhir ‗The State of Mobile Web‗ yang dilansir oleh Opera Software, sejak dua tahun lalu pengguna internet mobile kaum hawa meningkat 575 persen. Secara komposisi, Opera juga memperkirakan peningkatan rasio pengguna internet mobile wanita, dari hanya 12 persen pada dua tahun lalu, kini menjadi 23 persen. Pengguna internet mobile dari kalangan pria tetap mendominasi, namun, pengguna wanita mengalami peningkatan yang lebih cepat mengejar ketertinggalan mereka dari kaum pria. Afrika Selatan (43,5 persen), Amerika Serikat (35,6 persen), Rusia (32,4 persen), dan Inggris (31,5persen) menjadi negara-negara
Andi Ardhyansyah, Perempuan dan Dunia Teknologi 103
yang memiliki komposisi pengguna internet mobile perempuan terbesar. Sementara Indonesia berada di posisi ke-6 dengan persentase pengguna internet mobile perempuan sebanyak 21,3 persen. Angka ini mengalami peningkatan sejak dua tahun lalu, di mana Indonesia hanya memiliki 18 persen perempuan pengakses internet lewat ponsel. Adapun negara-negara yang memiliki komposisi pengguna internet mobile wanita terkecil adalah India (4 persen), Nigeria (5,4 persen), China (11,6 persen), dan Vietnam (17,9 persen). Peningkatan kuantitas di atas juga dibarengi dengan sejumlah peningkatan secara kualitas penggunaan media internet oleh kaum perempuan. Jejaring social seperti Facebook dan Twitter misalnya menjadi sarana untuk berbagi sekaligus menggali informasi. Fenomena blogging kaum perempuan juga meningkat secara signifikan meski jumlahnya masih timpang dibandingkan blogger laki-laki, yakni sekitar 3 : 7. Meski demikian, kaum perempuan umumnya memiliki minat yang kompleks ketika menulis di blognya. Tak hanya sebagai ajang curhat dan berbagi informasi, blog juga acapkali menjadi ajang untuk berbisnis. Ini artinya, mereka tak hanya produktif secara social namun juga produktif secara ekonomi dan finansial. Yang tak kalah penting, aktivitas blogging juga memberi kesempatan bagi perempuan untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya ke seluruh penjuru dunia. Sesuatu yang bisa saja akan menginspirasi dan memberi perubahan. Jika perempuan pengguna internet masih didominasi oleh kalangan menengah ke atas, pengguna telepon seluler atau ponsel lebih merakyat lagi bahkan hingga ke lapisan masyarakat terbawah. Di berbagai pelosok bahkan daerah pinggiran, kini semakin mudah dan banyak dijumpai perempuan pengguna ponsel. Harga handphone yang semakin terjangkau dan tariff seluler yang semakin murah kian membuka akses informasi dan komunikasi kaum perempuan. Kaum ibu tak perlu risau dan harus menyisihkan banyak uang bulanan untuk membeli pulsa jika mereka bisa memanfaatkan perang tariff yang kini gencar dilakukan para operator seluler di tanah air. Bahkan jika disikapi lebih bijak dan cerdas, banyak manfaat lain yang bisa diperoleh secara ekonomi. Tak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan gaya hidup (lifestyle), kehadiran ponsel juga bisa sekaligus memberi nilai tambah yang signifikan terhadap usaha yang dijalankan oleh kaum perempuan. Roda perekonomianpun semakin terkerek.
104 Musawa, Vol. 4, No. 1, Juni 2012: 93-108
Tak hanya dalam aspek ekonomi, teknologi informasi juga memberi sejumlah manfaat besar lain bagi kemajuan kaum perempuan. Salah satunya yang terutama adalah sebagai sarana belajar yang efektif. Banyak perempuan Indonesia baik karena masalah budaya, ekonomi, hambatan geografis, kendala usia atau faktor keluarga dan sebagainya, tidak bisa mengenyam pendidikan formal lebih tinggi. Padahal, pendidikan sangat berpengaruh terhadap wawasan dan pengetahuan seseorang. Bagi seorang ibu, ini merupakan salah satu modal utama untuk bisa mencetak generasi muda cerdas berkualitas, bermoral dan berdaya saing tinggi. Teknologi informasi yang semakin terjangkau dan memasyarakat khususnya internet memudahkan kaum perempuan untuk terus belajar sepanjang hidupnya (long life education) tentang banyak hal tanpa berbatas waktu, jarak juga usia. Semakin kaya dengan ilmu pengetahuan dan informasi, perempuan akan semakin berkualitas. Akan semakin besar kontribusi yang bisa ia berikan untuk masyarakat dan negeri ini. Domestik Oke, Publik Yes! Domestik vs publik acapkali menjadi dilema luar biasa bagi banyak perempuan Indonesia. Budaya patriarki dan ketimuran yang masih kuat melekat di masyarakat sering menyudutkan kaum perempuan untuk hanya memilih ruang domestik sebagai kodrat yang tak bisa disandingkan secara harmonis dengan ruang publik. Itu dulu, sebelum teknologi informasi hadir lalu menyamarkan sekat pemisah antara ruang domestik dan publik bagi kaum perempuan. Tembok itu memang belum sepenuhnya runtuh, namun dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat ditambah dengan tariff seluler yang semakin murah, kaum perempuan memiliki kesempatan lebih besar untuk merangkul keduanya lebih baik. Bagi perempuan yang memilih bekerja secara aktif di luar rumah, urusan domestik (urusan rumah tangga dan anak-anak) tetap bisa dipantau dengan baik kapanpun dan di manapun. Teknologi informasi memungkinkan ibu bekerja tetap bisa menjalin komunikasi dan jalinan kasih dengan baik dengan seluruh anggota keluarga lain terutama anak-anak. Bagi ibu yang memilih menjadi fulltime mom alias ibu rumah tangga, tak ada lagi sekat yang menghalanginya untuk
Andi Ardhyansyah, Perempuan dan Dunia Teknologi 105
tetap terhubung dengan dunia luar. Iapun tetap bisa produktif baik secara social maupun financial. Satu tren yang kini berkembang di kalangan perempuan adalah bekerja di rumah. Dengan kalimat lain, semakin banyak perempuan yang memiliki kesadaran dan kemauan untuk bisa merangkul dua dunia, domestik dan publik, secara bersamaan dalam hubungan yang harmonis. Di satu sisi, mereka ingin memberikan perhatian besar pada keluarga baik secara kuantitas maupun kualitas. Namun di sisi lain, mereka juga ingin produktif dan mandiri secara ekonomi. Mereka juga ingin memiliki kesempatan dan kebebasan yang kondusif untuk berekspresi dan beraktualisasi sebagai manusia yang merdeka. Sangat manusiawi dan tidaklah egois jika seorang perempuan menginginkan semuanya. Kehadiran teknologi informasi telah memungkinkan mimpi ini bisa terwujud. Kini semakin banyak ibu bekerja kembali ke rumah dengan tetap mempertahankan produktivitas dan kebanggaannya sebagai perempuan aktif, kreatif dan mandiri. Istilahnya, dengan teknologi, sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Katalisator Kemajuan Masyarakat dan Bangsa Perempuan dan teknologi adalah dua kekuatan besar yang bisa menjadi katalisator kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara. Teknologi telah melesatkan peran perempuan ke barisan terdepan sebagai penggerak utama perubahan di negeri ini. Memutus lingkaran setan kemiskinan, menggerakkan sektor riil, menciptakan lapangan kerja sekaligus mencetak generasi muda berkualitas. Meski demikian, kaum perempuan masih membutuhkan sejumlah dukungan dan kesempatan lebih luas dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam hal penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi khususnya seluler secara lebih optimal. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi. Pertama, meski teknologi seluler telah semakin merakyat, pada kenyataannya masih banyak kaum perempuan khususnya dari kalangan masyarakat bawah yang belum bisa memanfaatkannya secara bijak dan cerdas. Bahkan sekedar untuk memahami esensi dari perang tariff yang kini gencar dilakukan oleh perusahaan seluler di tanah air. Banyak yang terjebak dan menjadi korban dari perang tariff ini. Banyak pula yang masih menganggap ponsel lebih sebagai pemenuhan kebutuhan gaya hidup bukan sekaligus penunjang kualitas hidup.
106 Musawa, Vol. 4, No. 1, Juni 2012: 93-108
Dalam konteks di atas, perusahaan seluler sebagai penyedia layanan seluler yang telah meraup banyak keuntungan di mana di antaranya (bahkan mungkin terbanyak) disumbang oleh kaum perempuan, dapat melakukan peran nyata sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan kontribusi terhadap akselerasi kemajuan masyarakat dan bangsa. Salah satunya bisa melalui iklan yang bersifat edukatif kepada kaum perempuan agar lebih bijak dan produktif dalam menggunakan telepon seluler. Jika perlu, diberi gambaran lebih konkrit bagaimana implementasi nyatanya dalam kehidupan seharihari. Kedua, indikasi kebangkitan peran perempuan memang semakin nyata dan terus meningkat. Namun, benih-benih kebangkitan tersebut masih bersifat sporadis. Perlu ada mobilisasi dan pelembagaan agar potensi perempuan lebih terakomodir. Salah satunya dengan menghidupkan kembali organisasi, perkumpulan atau komunitas perempuan dalam berbagai bidang. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Dengan bersatunya kaum perempuan dan segenap potensi yang mereka miliki, maka roda perubahan menuju masyarakat, bangsa dan negara yang maju dan sejahtera akan bergerak lebih cepat dan lebih optimal. Saatnya kita jadikan booming teknologi informasi dan tarif seluler murah saat ini sebagai momentum kebangkitan peran perempuan menuju masyarakat dan bangsa yang berkualitas. Tunggu apa lagi, mari kita dukung dan buktikan. Teknologi untuk perempuan Desain skutik itu merupakan hasil rancangan para insinyur dari Indonesia, meski mesinnya masih produksi Jepang. Skutik itu kemudian sukses di pasaran, sehingga menarik minat produsen lain untuk memproduksi kendaraan sejenis. Kabarnya, sejak kehadiran skutik membuat jumlah perempuan yang bisa mengendarai sepeda motor melonjak tajam. Perkembangan teknologi rupanya tidak banyak membantu. Bagian terberat dalam tas perempuan ternyata didominasi oleh perlengkapan kecantikan, seperti kosmetika, cermin, sisir, dompet, minyak wangi, sikat gigi, buku catatan, dan obat sakit kepala. "Teknologi boleh terus berkembang, sebuah tas tangan perempuan akan selalu melekat dengan reputasi 'Mary Poppins' karena perempuan
Andi Ardhyansyah, Perempuan dan Dunia Teknologi 107
mempersiapkan segala seuatu di dalam tasnya," jelas Tebbitts, mengacu pada tokoh utama film musikal produksi Walt Disney tahun 1964 itu. 8 Hal yang sama juga terjadi pada mobil. Kini sudah banyak beredar mobil dengan transmisi otomatis dengan pengoperasian sangat mudah, terutama oleh perempuan. Di dunia telekomunikasi seluler juga pernah muncul desain telepon seluler dengan konsep awal ditujukan untuk perempuan. Telepon seluler model lipat (flip), misalnya, terilhami oleh kotak bedak yang lazim dibawa perempuan. Kotak bedak itu terdiri atas dua bidang, satu bidang untuk menampung bedak, bidang lain untuk tempat cermin. Pada telepon seluler flip, satu bidang untuk menempatkan tombol atau keypad, bidang lain untuk menyematkan layar atau displai. Semua produsen telepon seluler (vendor) telah mengeluarkan telepon seluler model flip. Pada awal kemunculannya (awal tahun 2000-an), telepon seluler jenis itu menjadi tren di kalangan perempuan. Bahkan kaum lelaki juga menggunakan. Telepon seluler flip yang populer antara lain Motorola V3 yang diklaim sebagai telepon seluler flip tertipis di dunia tahun 2003. Menjadi Ilham Anatomi tubuh perempuan juga menjadi ilham bagi vendor dalam mendesain telepon seluler. Perempuan Asia yang berjemari mungil mendorong beberapa vendor memproduksi telepon seluler berukuran mungil. Panasonic memasarkan telepon seluler seri A100 yang diklaim sebagai telepon seluler termungil di dunia. Selain desain, identitas sebagai telepon seluler untuk perempuan juga ditampilkan melalui warna. Maka bermunculanlah telepon seluler berwarna pink, kuning, merah, yang diidentikkan sebagai warna perempuan.Muncul pula fitur khusus perempuan, seperti pengingat masa menstruasi dan masa subur. Secara umum hampir semua produk teknologi yang diproduksi massal sering menempatkan kebutuhan perempuan sebagai bagian dari inspirasi. Laptop mungil atau netbook yang populer saat ini juga diilhami harapan agar laptop dapat dimasukkan ke dalam tas kerja wanita karier yang kecil dan simpel. Monitor atau televisi berubah dari tabung ke LCD yang berbobot ringan agar perempuan dapat 8
Suara Merdeka, Perempuan Berwawasan Teknologi (on-line) dalam http://www.tokoh indonesia.com (diakses tanggal 18 Mei 2010), 19
108 Musawa, Vol. 4, No. 1, Juni 2012: 93-108
mengangkat atau menentengnya tanpa minta bantuan orang lain (lelaki).9 Dewasa ini jumlah perempuan yang bekerja dan hidup sendirian di apartemen meningkat tajam. Mereka bersentuhan dengan produk teknologi setiap hari. Mereka juga bagian dari inspirasi dalam benak teknolog untuk menciptakan inovasi-inovasi teknologi yang praktis. Maka tak berlebihan bila dikatakan perempuan telah berperan dalam menentukan perubahan dan perkembangan teknologi. Daftar Pustaka Anggraini, Christina Puspita, Perempuan Melek IT (on-line) dalam (http:// webcache.googleusercontent.com (diakses tanggal 15 maret 2010) Harian Republika, Perkembangan Teknologi Ringankan Tangan Perempuan (on-line) dalam http://harian Republika.co.id (diakses tanggal 7 April 2010) Kompas com, Perempuan yang Gagap Teknologi (on-line) dalam http://www.kompas.com (diakses tanggal 27 November 2010) Marketeers, Perempuan pun Melek Teknologi, (on-line) dalam http:// www. Markeeters.com (diakases pada tanggal 02 Februari 2011). Jurnal Perempuan, Teknologi Seluler dan Momentum Kebangkitan Peran perempuan, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan 2006 Suparno, Sulistiyo, Teknologi untuk Perempuan (on-line) dalam http://suaramerdeka.com (diakses tanggal 18 Oktober 2010) Suara Merdeka. Perempuan Berwawasan Teknologi (on-line) dalam http://www.tokoh indonesia.com (diakses pada tanggal 18 Mei 2010) Saputra, T. Paisal, Perempuan di Bidang Teknologi dan Informasi, Jakarta Yayasan Idayu, 2005.
9
Harian Republika, Perkembangan Teknologi Ringankan Tangan Perempuan (on-line) dalam http://harian Republika.co.id (diakses tanggal 7 April 2010).12