Tinjauan TinjauanTerkini Terkini Perdagangan Indonesia
Perdagangan
Indonesia
Volume 8, Oktober 2010
Volume 8, Oktober 2010
TINJAUAN UMUM: HINGGA AGUSTUS 2010 Daftar Isi … Tinjauan Umum Hingga Agustus 2010
• Ekspor Indonesia selama Januari-Agustus 2010 menunjukkan peningkatan sebesar 40,4% dibandingkan periode yang sama tahun 2009 terutama karena kuatnya kinerja ekspor non migas.
Ekspor Beberapa Produk Manufaktur Yang mengalami Peningkatan
• Membaiknya kinerja ekspor selama periode ini mengindikasikan sustainability yang kuat dari perbaikan ekonomi Indonesia dan berdampak pada pemulihan ekspor hingga akhir tahun 2010 sebagai refleksi dari proses pemulihan perekonomian dunia.
Pengarah
• Menguatnya ekspor juga didukung oleh menguatnya ekspor Indonesia ke Beberapa negara tujuan utama, seperti China, Korea Selatan, India dan negara Asean, seperti Thailand dan Malaysia.
Wamendag BPPK Perdagangan
• Industri manufaktur merupakan salah satu yang menjadi leading sektor untuk ekspor non migas. Produk yang mempunyai kinerja cukup baik dalam mendorong kinerja industri di Indonesia adalah produk Karet, TPT, Elektronik dan Otomotif.
Penanggung Jawab
• Neraca Perdagangan Indonesia tetap positif. Nilai perdagangan Indonesia selama periode ini mengalami surplus sebesar US$ 10,9 miliar dengan suplus non migas mencapai US$ 11,4 miliar namun penerimaan dari migas mengalai defisit sebesar US$ 0,5 miliar.
Kapusdatin Perdagangan
Tim Penulis Yati Nuryati Deasi Natalia Nurozy
Supervisi Sjamsu Rahardja Ernawati Munadi
Ekspor Indonesia selama Januari-Agustus 2010 menunjukkan peningkatan sebesar 40,4% dibandingkan periode yang sama tahun 2009 terutama karena kuatnya kinerja ekspor non migas. Dengan pertumbuhan ekspor sebesar 40,4% selama Januari-Agustus 2010, nilai ekspor mencapai US$ 98,7 miliar. Dari nilai total tersebut, sektor non migas mampu memberikan kontribusi sebesar 82,8% dengan pertumbuhan sebesar 36,2% dan kontribusi sektor migas sebesar 17,2% dengan pertumbuhan sebesar 64,6%. Berdasarkan pada kinerja eskpor bulanan, kinerja ekspor bulan Agustus 2010 juga menunjukkan kinerja yang masih baik, dimana ekspor Indonesia meningkat sebesar 9,8% dibandingkan bulan Juli 2010. Peningkatan ini didukung oleh naiknya ekspor non migas sebesar 10,9% dan migas sebesar 3,1%. Kinerja Perdagangan Indonesia yang baik tersebut menyebabkan perdagangan Indonesia terus mengalami surplus neraca perdagangan dengan nilai mencapai US$ 10,9 miliar selama Januari-Agustus 2010, dimana surplus non migas mencapai US$ 11,4 miliar sementara penerimaan dari migas justru mengalami defisit sebesar US$ 0,5 miliar.
1
Volume 8, Oktober 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Gambar 1. Tren Total Ekspor dan Impor semakin Menguat Miliar USD
Total Ekspor
Total Impor
Miliar USD
Neraca
Ekspor Nonmigas
12,0
15,0
Impor Nonmigas
Neraca Nonmigas
12,0
9,0 9,0
6,0
6,0 3,0
3,0
0,0 Jan.07
Jul.07
Jan.08
Jul.08
Jan.09
Jul.09
Jan.10
Agt. 10
0,0
-3,0
Jan.07
Jul.07
Jan.08
Jul.08
Jan.09
Jul.09
Jan.10
Agt. 10
Sumber: BPS (diolah)
Berbagai faktor menjadi penyebab utama membaiknya kinerja ekspor non migas, terutama pemulihan investasi. Kinerja ekspor non-migas Indonesia yang mencapai angka mendekati US$12 miliar, mengindikasikan pemulihan ekspor Indonesia yang semakin mantap, sementara impor mengalami kenaikan yang dipicu oleh tingginya permintaan barang modal dan bahan baku/penolong untuk kebutuhan industri dan investasi. Walaupun ada apresiasi pada kurs rupiah terhadap dollar namun disisi lain tidak terlalu berdampak pada membaiknya kinerja ekspor. Apresiasi rupiah juga menguntungkan produsen yang mengimpor barang modal dan bahan baku/penolong sehingga membuat proses produksi lebih murah. Tabel 1. Perdagangan Indonesia Januari-Agustus (Juta USD) Agst-09 DESCRIPTION EKSPOR Total Non Migas Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas IMPOR Total Non Migas Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas NERACA Total Non Migas Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas
Jul-10*
Agt-10*
Agt'10 / Agt'09
Juta USD
Jan - Agt
Perub (%) 2009
mom (%)
2010*
Agt/Jul
yoy (%) 10/09
10.543,8 8.890,1 1.653,6 747,9 178,6 727,1
12.486,9 10.605,5 1.881,4 783,4 235,3 862,7
13.706,2 11.766,1 1.940,1 749,0 188,8 1.002,3
30,0 32,4 17,3 0,1 5,7 37,8
70.301,3 59.984,4 10.316,9 4.589,0 1.284,0 4.443,9
98.714,3 81.728,7 16.985,6 6.089,4 2.540,6 8.355,6
9,8 10,9 3,1 -4,4 -19,8 16,2
40,4 36,2 64,6 32,7 97,9 88,0
9.707,3 8.187,4 1.519,9 638,1 860,8 21,1
12.625,9 10.518,0 2.107,9 584,1 1.445,4 78,4
12.220,8 10.014,0 2.206,8 745,9 1.409,0 51,9
25,9 22,3 45,2 16,9 63,7 145,8
59.767,9 49.001,0 10.766,9 4.256,1 6.151,2 359,6
87.784,1 70.346,0 17.438,1 5.553,3 11.405,8 479,0
-3,2 -4,8 4,7 27,7 -2,5 -33,8
46,9 43,6 62,0 30,5 85,4 33,2
836,5 702,8 133,7 109,8 -682,1 706,0
-139,0 87,5 -226,5 199,3 -1.210,1 784,3
1.485,4 1.752,1 -266,7 3,1 -1.220,2 950,4
77,6 149,3 -299,5 -97,2 78,9 34,6
10.533,4 10.983,4 -450,0 332,9 -4.867,2 4.084,3
10.930,2 11.382,7 -452,5 536,1 -8.865,2 7.876,6
-1.168,7 1.902,0 17,8 -98,4 0,8 21,2
3,8 3,6 0,5 61,0 82,1 92,9
* Angka Sementara Sumber : BPS
2
Volume 8, Oktober 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Membaiknya kinerja ekonomi beberapa negara mitra dagang, terutama China yang diprediksikan pertumbuhan ekonominya mencapai 10,2% (Business News, 2010) mendukung menguatnya ekspor Indonesia. Ekspor juga meningkat ke beberapa negara tujuan utama lain, seperti Korea Selatan, Jepang, India, Australia, Amerika Serikat dan negara-negara Asean, terutama Thailand dan Malaysia (Tabel 2). Dominasi ekspor Indonesia masih ditujukan ke Jepang (12,7%); Amerika Serikat (10,6%) dan China (10,1%). Ekspor ke India mencapai porsi 7,4% disebabkan pertumbuhan ekspor ke negara tersebut sangat signifikan lebih dari 30%. Sementara itu, isu gangguan finansial di Kawasan Eropa namun tidak terlalu berdampak signifikan bagi kinerja perdagangan Indonesia ke kawasan tersebut. Ekspor Indonesia di pasar Kawasan Uni Eropa selama periode ini mencapai US$ 10,8 miliar atau naik sebesar 27,1%. Hal ini dikarenakan Jerman sebagai salah satu negara tujuan utama ekspor Indonesia ke kawasan Eropa masih dianggap sebagai salah satu negara dikawasan ini yang masih cukup stabil ekonominya. Ekspor Indonesia ke Jerman mengalami pertumbuhan sebesar 29,2%. Tabel 2. Perdagangan Indonesia Dengan Mitra Dagang Utama (Juta USD) No.
Negara
EKSPOR ASEAN 1. Singapura 2. Malaysia 3. Thailand 1. 2. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jul-10
Jan - Agt
Agt-10*
Juta USD
2009
2010*
mom (%)
yoy (%)
Agt/Jul
10/09
1.791,6 662,1 536,8 251,1
2.149,5 712,8 644,3 359,6
2.422,6 820,1 719,3 386,0
12.702,3 5.216,6 3.289,1 1.529,9
17.293,0 6.162,0 4.879,3 2.698,7
12,7 15,1 11,6 7,3
36,1 18,1 48,3 76,4
UNI EROPA Belanda Jerman
1.355,6 327,0 215,8
1.523,3 407,1 247,1
1.623,5 325,4 271,7
8.564,6 1.795,8 1.475,7
10.784,6 2.064,7 1.906,2
6,6 -20,1 10,0
25,9 15,0 29,2
UTAMA LAINNYA Jepang Amerika Serikat Rep.Rakyat Cina India Korea Selatan Taiwan Australia Negara Lainnya Total Non Migas
4.316,2 1.031,8 941,1 797,7 697,0 436,3 281,2 131,1 1.426,8 8.890,1
5.357,0 1.365,6 1.278,1 923,3 727,0 606,5 201,0 255,7 1.575,7 10.605,5
5.889,1 1.397,5 1.145,0 1.242,2 1.122,3 520,0 271,5 190,8 1.830,9 11.766,1
29.266,0 7.004,0 6.694,3 5.251,7 4.502,8 2.954,1 1.796,2 1.062,8 9.451,6 59.984,4
41.301,1 10.407,1 8.668,5 8.216,8 6.067,8 4.463,5 2.027,3 1.450,0 12.350,0 81.728,7
9,9 2,3 -10,4 34,5 54,4 -14,3 35,1 -25,4 16,2 10,9
41,1 48,6 29,5 56,5 34,8 51,1 12,9 36,4 30,7 36,2
2.385,1 1.427,2 469,7 380,6
2.234,9 907,9 726,9 443,6
2.039,3 853,7 651,5 394,2
11.582,7 6.114,6 2.830,2 2.024,2
15.769,4 6.625,2 5.037,7 3.019,4
-8,8 -6,0 -10,4 -11,1
36,1 8,4 78,0 49,2
712,8
923,7
904,8
5.724,4
6.226,3
-2,0
8,8
3.609,8 855,1 1.466,1 626,4 330,2 332,0 1.479,7 8.187,4
5.632,0 1.701,2 1.922,9 1.134,0 497,2 376,7 1.727,4 10.518,0
5.299,3 1.564,1 1.921,3 971,4 501,9 340,6 1.770,6 10.014,0
17.546,3 6.043,9 8.467,3 4.341,0 2.363,0 2.176,8 14.147,6 49.001,0
26.652,6 10.899,7 12.888,2 6.312,5 3.598,5 2.565,9 21.697,7 70.346,0
-5,9 -8,1 -0,1 -14,3 0,9 -9,6 2,5 -4,8
51,9 80,3 52,2 45,4 52,3 17,9 53,4 43,6
IMPOR ASEAN 1. Singapura 2. Thailand 3. Malaysia UNI EROPA 4. 5. 6. 7. 8.
Ags-09
UTAMA LAINNYA Jepang Rep.Rakyat Cina Amerika Serikat Korea Selatan Australia Negara Lainnya Total Non Migas
* Angka sementara Sumber: BPS
3
Volume 8, Oktober 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Semakin membaiknya perekonomian dunia tersebut telah menyebabkan permintaan ekspor yang meningkat baik untuk produk-produk komoditi primer maupun produk-produk berbasis Industri manufaktur. Selama Januari-Agustus 2010 ekspor produk manufaktur Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 34,7% setelah pada tahun 2009 mengalami kontraksi sebesar 25,1%. Selama periode ini, nilai ekspor Indonesia untuk produk manufaktur naik menjadi US$ 61,4 miliar. Sementara nilai ekspor sektor pertambangan & lainnya, yaitu US$ 17,2 miliar dengan laju pertumbuhan 47,4% dibanding periode yang sama tahun 2009 dan nilai sektor pertanian, yaitu US$ 3,2 miliar. Peningkatan ekspor manufaktur yang signifikan tersebut terutama disebabkan oleh Bangkitnya perekonomian dunia dari krisis global yang pada akhirnya mendorong meningkatnya permintaan produk-produk ekspor Indonesia bukan hanya produk primer, tetapi juga produk ekspor industri manufaktur, meskipun lonjakan ekspor juga terjadi pada sektor pertambangan dan pertanian (Gambar 2). Gambar 2. Perkembangan Ekspor Non Migas Berdasarkan Sektor Nilai Ekspor (Juta USD)
Pertumbuhan (%) 34,7
61,4
Industri
-25,1
45,6
47,3
17,2
Pertambangan & Lainnya
11,6
21,8
Jan-Agt 2010 Jan-Agt 2009
Pertanian
15,8
3,2 2,8
-9,5
Sumber : BPS, (Diolah)
Hal itu juga terlihat dalam Gambar 3, bahwa untuk produk industri yang termasuk 10 komoditi utama selama Januari-Juli 2010 semuanya mengalami peningkatan cukup signifikan kecuali produk kopi yang merupakan satu-satunya komoditi utama ekspor Indonesia yang mengalami penurunan ekspor. Ekspor Kopi Robusta Indonesia di pasar internasional dihadapkan dengan pesaing utama yaitu Vietnam. Bukan hanya sebagai pesaing utama, kopi Vietnam khususnya kopi Robusta juga lebih bersaing dibandingkan dengan kopi Indonesia karena Vietnam dapat memberikan diskon harga kopi Robusta dua kali lebih besar dibandingkan harga kopi Indonesia (Commodity Insight, 2010). Hal ini yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ekspor kopi Indonesia menurun ditengah harga kopi yang meningkat di pasar internasional. Produk karet dan produk karet naik sebesar 103,9%; otomotif naik sebesar 46,1%; kakao sebesar 41,5%; produk hasil hutan naik sebesar 36,4% dan alas kaki naik sebesar 33,1%. Dalam edisi ini akan dibahas komoditi TPT, elektronik, kakao serta karet yang terkait dengan bagian dari komoditas utama ekspor non migas Indonesia. Menarik untuk dikaji lebih mendalam dalam Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia edisi ini adalah bangkitnya ekspor Industri manufaktur Indonesia yang menunjukkan kecenderungan yang terus menguat. Namun demikian, pembahasan hanya berfokus pada produk berbahan baku karet, kakao, TPT, dan elektronik mengingat ke empat produk tersebut mengalami lonjakan yang cukup signifikan.
4
Volume 8, Oktober 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Gambar 3. Ekspor Komoditi Utama Pertumbuhan (%)
Nilai Ekspor 10 Komoditi Utama Indonesia (Juta USD) TPT
5.367,2
Elektronik
4.697,7
Karet dan Produk Karet
3.680,8
1.339,2 916,7
Otomotif
898,8 635,2
Udang
527,4 478,8
Kopi
383,0 478,1
24,8
2,6
18,2
-38,3
103,9
-45,9
5.020,9
36,4
-26,6
1.413,2 1.062,1
Alas Kaki
Kakao
5.159,0
2.529,9
Produk Hasil Hutan
5.551,6
18,8
-11,3
5.785,9
4.638,0
Sawit dan Produk Sawit
6.375,1
33,1
-4,0
Januari - Juli 2010
46,1
-44,2
41,5
-8,0
Januari - Juli 2009 -28,1
10,2
-19,9 -12,1
Sumber : BPS, (Diolah)
Produk Karet (HS 40) Meningkatnya peran ekspor produk berbasis manufaktur terlihat pada ekspor produk karet. Selama Januari-Juli 2010 ekspor produk karet mengalami peningkatan sebesar 103,9% dibandingkan periode yg sama tahun 2009 dengan nilai mencapai US$ 5,2 miliar. Peningkatan ini seiring dengan tren kenaikan harga karet dipasar internasional selama Januari-Juli 2010 mencapai 1,19% dengan rata-rata harga selama periode tersebut sebesar 361 US/kg (Commodity Market Review, 2010). Dari nilai ekspor Karet sebesar US$ 5,2 miliar, sebanyak 99,7% merupakan karet industri. Dari nilai ekspor tersebut ekspor dari karet berbasis industri yaitu Scrap of Rubber (HS 4004); Tube, Vulcanised Rubber (HS 4009); Conveyor or Transmission (HS 4010); Reclaimed Rubber (HS 4003) serta New Pneumatic Tyres (HS 4011). Kelima produk karet industri tersebut mencapai 17,5% dari total ekspor karet Indonesia. Selama periode Januari-Juli 2010, kelima produk tersebut mengalami pertumbuhan cukup tinggi dengan pangsa yang relatif besar, yaitu Scrap of Rubber (HS 4004), yaitu sebesar 73,4%; Tube, Vulcanised Rubber (HS 4009) sebesar 52,2%; Conveyor or Transmission (HS 4010) sebesar 41,6%; Reclaimed Rubber (HS 4003) sebesar 31,5% serta New Pneumatic Tyres (HS 4011) sebesar 34,8%. Ekspor produk karet industri yang paling tinggi selama periode tersebut adalah New Pneumatic Tyres (HS 4011) dengan nilai mencapai US$ 0,8 miliar atau memiliki pangsa mencapai 15,8% terhadap total ekspor karet Indonesia.
5
Volume 8, Oktober 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Tabel 3. Kinerja Ekspor Produk Karet (HS 40) dan Negara Tujuan, Januari-Juli 2010 NILAI : JUTA USD HS 4
URAIAN
4001 4004
2005
Natural Rubber,Balata,Gutta-Percha,Guayule Waste, Parings And Scrap Of Rubber Hygienic Or Pharmaceutical Article Of Vulcanised Rubber
4014 4009
Tubes,Pipes And Hoses,Of Vulcanised Rubber
4016 4010 4011 4015
Other Articles Of Vulcanised Rubber Conveyor Or Transmission Belts Or Belting New Pneumatic Tyres,Of Rubber (+). Articles Of Apparel And Clothing Accessories
4012
Retreaded Or Used Pneumatic Tyres Of Rubbe
4003 4007 4013 4008 4002 4005 4006 4017
Reclaimed Rubber In Primary Forms Vulcanised Rubber Thread And Cord Inner Tubes,Of Rubber Plates,Sheets,Strip,Rods And Profile Shapes Synthetic Rubber & Factice In Primary Forms Compounded Rubber,Unvulcanised Other Forms (Rods,Tubes And Profile Shapes) Hard Rubber (For Example,Ebonite) In All Forms
2006
2007
Trend (%) 2008
2009
05-09
Jan-Jul
Perub (%)
2009
2010
10/09
Pangsa Jan-Jun
2.577,6 0,2
4.307,8 0,1
4.858,3 0,2
6.041,9 0,2
3.231,2 0,7
8,2 32,8
1.626,3 0,6
3.979,5 1,0
144,7 73,4
77,4 0,0
1,8
1,5
3,4
4,8
3,2
26,9
1,7
2,6
56,9
0,1
TOTAL KARET INDUSTRI
4,7
5,0
6,4
9,1
9,6
22,3
5,0
7,6
52,2
0,1
95,3 40,0 625,9 128,8
100,7 45,1 771,7 164,5
113,4 45,5 895,6 176,6
125,5 47,8 1.054,0 212,0
102,1 37,3 1.091,3 199,1
3,6 -0,8 15,3 11,9
50,8 20,8 601,6 109,4
73,2 29,5 810,8 147,0
44,1 41,6 34,8 34,3
1,4 0,6 15,8 2,9
1,1
1,5
2,3
3,5
6,0
51,6
0,8
1,0
33,9
0,0
1,5 14,0 23,1 8,6 28,4 1,7 0,7 0,2
3,7 17,5 23,1 11,3 49,5 7,6 0,8 0,3
4,7 16,6 24,5 11,9 56,6 19,6 0,1 0,6
6,6 14,0 37,1 14,4 41,3 8,4 0,1 0,4
5,1 15,1 34,7 13,8 29,3 120,8 0,1 0,6
35,2 -0,7 13,8 12,6 -1,2 136,1 -43,1 23,7
2,5 8,8 20,7 8,0 17,3 47,4 0,0 0,3
3,2 11,3 23,9 8,9 14,5 28,6 0,0 0,1
31,5 28,4 15,7 11,8 -16,5 -39,7 -41,6 -63,3
0,1 0,2 0,5 0,2 0,3 0,6 0,0 0,0
3.554
5.512
6.236
7.621
4.900
10,15
2.522
5.143
103,9
100,0
Sumber: BPS, (Diolah)
Untuk produk Karet, Indonesia merupakan negara ke 8 terbesar pemasok produk karet Dunia. Negara tujuan utama ekspor adalah Amerika Serikat, RRT dan Jepang. Di pasar Jepang, produk karet Indonesia menguasai 24,1% pasar produk karet impor di Jepang (Tabel 4). Tabel 4. Kinerja Ekspor Produk Karet (HS 40) dan Negara Tujuan, Januari-Juli 2010 Januari - Juli 2009 2010
Uraian Nilai (US$ Juta) Pertumbuhan (%)
2.530 45,9
5.159 103,9
Pangsa terhadap Ekspor Non Migas Indonesia ke Dunia (%)
5,0
7,4
Pangsa terhadap ekspor nasional (%) NO
Negara Tujuan
Pangsa Indonesia 2009 (%) Jan-Jul 2009
Jan-Jul 2010
1
AMERIKA SERIKAT
18.80
23.40
2
RRT
20.76
13.94
8.54
3 4 5
JEPANG SINGAPURA BRAZIL
14.48 4.06 1.18
12.84 4.84 3.94
24.10 10.07 4.49
6 7
INDIA KOREA SELATAN
3.56 3.46
3.60 3.24
8.54 10.04
8
JERMAN
2.87
3.06
1.62
9
KANADA
2.07
2.47
2.81
TURKI
1.28
2.03
5.76
10
6.87
Sumber: UN COMTRADE, 2010 (diolah)
Selama tahun 2005-2009 pangsa produk karet Indonesia di pasar Jepang mencapai 23,6% dengan pertumbuhan sebesar 11,3% per tahun. Di pasar Jepang negara pesaing utama Indonesia adalah Thailand. Seperti halnya Indonesia, produk karet asal Thailand yang banyak di ekspor ke Jepang yaitu berupa karet mentah. Trend ekspor karet Thailand ke Jepang relatif mengalami penurunan, yaitu sekitar 0,5% selama tahun 2005-2009, namun pangsa pasar Thailand di Jepang relatif besar yaitu 29,3%. Dimasa yang akan datang pesaing baru untuk produk karet di pasar Jepang juga akan muncul seperti China dan Korea Selatan (UN-Comtrade, 2010).
6
Volume 8, Oktober 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Sementara itu pada periode yang sama, produk karet Indonesia mengisi pasar China mencapai 8,6% masih relatif kecil bila dibandingkan pasar Indonesia di pasar Jepang. Namun kecenderungan ekspor produk karet Indonesia ke China cukup tinggi, yaitu rata-rata mencapai 21,1% per tahun. Pesaing terbesar Indonesia untuk produk Karet di China, yaitu Thailand dan Malaysia. Selama periode diatas, Thailand memasok produk karet di pasar China mencapai 21,2% dan Malaysia mencapai 14,1%. Potensi ekspor produk karet Indonesia di pasar China masih cukup prospektif, dimana kecenderungan ekspor produk tersebut terus meningkat, yaitu 21,1% per tahunnya bila dibandingkan dengan Malaysia, yaitu hanya 18,4% per tahun. Sementara Thailand memang sudah mempunyai pasar yang cukup besar dan kecenderungan ekspornya sudah cukup tinggi yaitu 26,5% per tahun. Kedepan, pasar karet Indonesia di China juga harus terus ditingkatkan baik kwantitas maupun kwalitas mengingat produk karet asal Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang sudah masuk di pasar China (UNComtrade, 2010). Tingginya peran Thailand dipasar karet dunia tidak terlepas dari kemampuan negara tersebut meningkatkan produktivitas karetnya yang cukup tinggi, yaitu 1,7 ton per hektar (ha) dengan lahan perkebunan karet 2,76 juta ha. Sementara Indonesia mempunyai luas lahan perkebunan karet sebesar 3,43 juta ha dengan produktivitas hanya mencapai 0,9 ton per hektar (ha) (Bisnis Indonesia, 2010).
Produk Kakao (HS 18) Meningkatnya peran ekspor produk berbasis manufaktur juga terlihat dalam produk kakao. Selama Januari-Juli 2010 ekspor Kakao (industri dan pertanian) Indonesia ke dunia mencapai US$ 898,8 juta atau mengalami peningkatan sebesar 41,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Dari total ekspor kakao tersebut, sebanyak 25% merupakan ekspor kakao Industri. Ekspor kakao berbasis industri tersebut yaitu cocoa butter, fat and oil (HS 1804), cocoa powder (HS1805), cocoa paste (HS1803) dan chocolate (HS 1806) mencapai 24,6% atau pertumbuhan ekspor kakao industri naik sebesar 37% dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Selama periode 2005-2009, ke empat produk tersebut juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu masing-masing sebesar 16,6%, 11,6%, 21,9% dan 21%. Bahkan di banding pada periode sebelumnya tahun 2009 ke empat produk tersebut mengalami peningkatan yang cukup tajam terutama cocoa powder (HS 1805), cocoa paste (HS 1803) dan chocolate (HS 1806) yang mengalami peningkatan masing-masing sebesar 180,2%; 122,2%; dan 53,3%. (Gambar 4). Gambar 4. Perkembangan Ekspor Komoditi Kakao
500,0 Chocolate And Other Food Preparations (1806)
Juta USD
400,0
Cocoa Powder, Not Containing Added Sugar (1805)
300,0 200,0
Cocoa Butter, Fat And Oil (1804)
100,0 Cocoa Paste (HS 1803) 2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: BPS, (Diolah)
Sebagai negara produsen kakao terbesar dunia, setelah Cote d’Ivoire dan Ghana, Indonesia terus meningkatkan produktivitas dan dayasaing produk kakao. Nilai ekspor kakao Indonesia cukup bertahan meski harga kakao di pasar internasional mengalami kecenderungan menurun selama
7
Volume 8, Oktober 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
periode ini, yaitu 0,98%. Harga kakao yang cukup bersaing dari Januari sampai Agustus 2010 rata-rata mencapai 325 US/kg dibandingkan dengan harga komoditi lain yang sejenis sebagai bahan minuman seperti teh dan kopi (Commodity Market Reviews, 2010). Peluang ekspor produk kakao Indonesia memang cukup besar, ekspor kakao Indonesia ditujukan ke pasar Malaysia dan Amerika Serikat. Kedua negara tersebut menguasai 60,1% dari ekspor kakao nasional. Produk Kakao di Malaysia masih di dominasi oleh kakao asal Indonesia dengan pangsa 61,4%. Sementara kakao Indonesia di pasar Amerika mempunyai pangsa pasar yang masih relatif kecil, yaitu baru mencapai 10% (Tabel 5). Tabel 5. Kinerja Ekspor Kakao (HS 18) dan Negara Tujuan, Januari-Juli 2010 Januari - Juli 2010 2009
Uraian Nilai (US$ Juta) Pertumbuhan (%) Pangsa terhadap Ekspor Non Migas Indonesia ke Dunia (%)
670 -7.68
977 45.82
1.31
1.40
Pangsa terhadap ekspor nasional (%) NO
Negara Tujuan
Pangsa Indonesia 2009 (%) Jan-Jul 2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
MALAYSIA AMERIKA SERIKAT SINGAPURA JERMAN REP.RAKYAT CINA PILIPINA AUSTRALIA UEA INDIA MEKSIKO
33.44 24.83 11.20 1.24 2.22 1.10 2.10 1.64 0.51 0.05
Jan-Jul 2010 34.89 25.20 9.87 3.71 3.50 1.73 1.71 1.44 1.13 0.76
61.36 10.01 34.74 0.60 9.60 24.77 6.95 8.52 11.27 0.74
Sumber: UN COMTRADE, 2010 (diolah)
Amerika Serikat merupakan pasar tradisional tujuan ekspor kakao Indonesia. Impor kakao USA dari dunia mencapai US$ 3,1 miliar. Besarnya pasar di Amerika membuat Indonesia juga harus bersaing dengan produk kakao yang berasal dari sejumlah negara. Negara pesaing Indonesia untuk produk kakao di pasar USA adalah Cote d'Ivoire dan Canada. Selama tahun 2005-2009 pasokan kedua negara tersebut masing-masing mencapai 18,9% dan 23,4%. Sementara ekspor kakao Indonesia menguasai pasar di USA mencapai 8,7% masih lebih tinggi dibandingkan Mexico dan Malaysia, yaitu masingmasing sebesar 5% (Un-Comtrade, 2010). Pertumbuhan ekspor kakao Indonesia ke negara Paman Sam itu juga terus meningkat selama lima tahun terakhir rata-rata mencapai 5,7% per tahun. Relatif kecilnya ekspor kakao Indonesia di USA salah satunya masih ada kendala non tarif yaitu Automatic detentian (potongan harga) yang dikenakan sejak tahun 1991 sampai sekarang. Hal ini dikarenakan produk ekspor kakao Indonesia masih banyak dalam bentuk unfermented. Negara tujuan ekspor kakao Indonesia selanjutnya adalah ke Malaysia. Malaysia merupakan negara importir sekaligus sebagai negara eksportir produk kakao. Selama tahun 2005-2009 total Impor kakao Malaysia dari dunia mencapai US$ 839 juta dan sebagian besar impor tersebut dari Indonesia, yaitu lebih dari 60%. Selain impor kakao dari Indonesia juga dari Ghana. Pangsa ekspor kakao Ghana di Malaysia sekitar 8,9%. Kakao yang berasal dari Indonesia mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kakao asal Ghana, yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Dalam perkembangannya, Impor Malaysia untuk biji kakao mulai meningkat setelah tahun 1990 akibat adanya alih fungsi lahan ke pengembangan daerah pemukiman dan real estate serta melemahnya kondisi ekonomi makro Malaysia. Kondisi ini menyebabkan banyak para petani di negara tersebut beralih ke kelapa sawit. Dengan kelebihan biji kakao yang dimiliki oleh Indonesia peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik untuk ekspor maupun kebutuhan dalam negeri.
8
Volume 8, Oktober 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Produk TPT (HS 50-62) Produk berbasis industri manufaktur lain yang peningkatan ekspornya cukup siknifikan selama periode Januari-Juli 2010 adalah produk TPT. Pada periode ini ekspor TPT mencapai US$. 6,4 miliar, naik 18,8% dari periode yang sama tahun 2009. Amerika Serikat merupakan pasar terbesar produk TPT Indonesia. Negara ini menyumbangkan 37,9% dari ekspor TPT nasional. Meskipun demikian, pangsa produk TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat masih relatif kecil yaitu sebesar 4,9%. Pada tahun 2009, Indonesia merupakan negara terbesar kelima setelah China, Vietnam, India dan Mexico dalam hal ekspor ke AS. Gambar 5. Pangsa Impor TPT Amerika Serikat
Sumber: Wits, (Diolah)
Hingga Juli 2010, ekspor produk TPT yang menyumbang devisa terbesar adalah pakaian jadi Bukan Rajutan (HS 62), dimana sampai dengan periode Juli 2010 memberikan peranan sebesar 4% terhadap total ekspor manufaktur Indonesia. Disamping itu, komoditi yang mengalami peningkatan cukup tinggi sampai dengan periode ini adalah Serat Tekstil dan benang kertas (HS 53) yang mengalami pertumbuhan sebesar 110,9% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009. Tabel 6. Perkembangan Ekspor produk TPT Indonesia Jul.09 HS2 62 61 55 54 52 63 59 56 60 57 58 53 51 50
URAIAN1 Pakaian Jadi Bukan Rajutan Barang-Barang Rajutan Serat Stafel Buatan Filamen Buatan Kapas Kain Perca Kain Ditenun Berlapis Kapas Gumpalan, Tali Kain Rajutan Permadani Kain Tenunan Khusus Serat Tekstil Dan Benang Kertas Wol, Bulu Hewan Sutera TOTAL SEKTOR INDUSTRI
Mei.10
Jun.10
Jul.10
Juli'10 / Juli'09
Juta USD
Jan - Jul
Perub (%)
2009
2010
mom (%)
yoy (%)
Jul/Jun
10/09
335,5 245,1 125,7 98,7 41,0 15,6 10,3 6,5 7,0 2,8 4,2 0,6 0,5 0,0
268,0 233,2 171,0 101,2 58,6 16,2 9,2 10,2 7,3 4,3 3,7 0,7 0,3 0,0
314,6 275,6 170,1 106,9 61,7 17,7 11,7 10,3 7,5 4,8 3,8 0,8 0,6 0,0
375,3 297,2 164,4 107,1 65,3 19,7 11,6 10,1 8,7 5,0 4,4 0,8 0,5 0,0
11,9 21,2 30,8 8,6 59,1 26,1 12,9 53,9 24,7 79,8 5,5 39,4 -4,6 377,3
1.938,3 1.448,0 801,2 574,9 296,0 92,5 61,1 57,1 43,9 22,7 26,5 2,3 2,3 0,3
2.087,4 1.636,1 1.154,6 702,2 415,5 118,8 73,0 68,4 52,4 31,2 27,5 4,9 2,2 0,1
19,3 7,8 -3,3 0,2 5,8 10,8 -0,5 -2,1 17,0 4,5 16,3 1,5 -12,1 203,1
7,7 13,0 44,1 22,2 40,4 28,5 19,5 20,0 19,4 37,3 3,7 110,9 -4,2 -70,3
5.720,2
7.744,3
8.046,9
7.888,9
37,9
5.720,2
52.344,8
-2,0
815,1
Sumber: BPS (diolah)
Indonesia menduduki urutan ke 27 sebagai Negara pengekspor terbesar serat tekstil, dengan pangsa hanya sebesar 0,2% pada tahun 2009. Tetapi jika dilihat dari pertumbuhan ekspornya, Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan rata-rata paling tinggi dibandingkan negara pesaing lainnya yaitu mencapai 20,5% jauh melebihi pertumbuhan rata-rata dunia yang mengalami penurunan 11,7%.
9
Volume 8, Oktober 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Tabel 7. Negara Pesaing Indonesia untuk Serat Tekstil (HS 53) Urutan
Negara
1 2 6 13 15 19 21 23 27 30
China European Union India Japan United States Thailand Philippines Korea, Rep. Indonesia Malaysia Lainnya Total Dunia
2005
2006
617.955 607.154 174.596 35.596 14.021 7.111 14.105 33.834 2.602 1.263 667.569 3.906.217
660.607 630.073 156.169 37.398 18.530 10.592 16.182 30.942 2.702 1.590 714.512 3.991.537
2007 Nilai : Ribu USD 615.857 653.058 170.030 28.918 17.380 14.439 18.058 32.032 3.531 2.170 767.129 4.007.575
2008
2009
Pangsa (%) Trend (%) 2009 05-09
594.647 559.837 182.268 26.972 17.442 10.801 25.817 12.626 3.434 730 333.850 3.204.985
592.821 414.630 170.411 22.005 18.391 14.844 12.528 10.060 5.859 5.107 48.157 2.346.631
25,3 17,7 7,3 0,9 0,8 0,6 0,5 0,4 0,2 0,2 2,1 100,0
-1,9 -8,4 1,1 -12,1 4,9 16,1 2,3 -28,3 20,5 22,3 -45,2 -11,7
Sumber: Wits Comtrade (diolah)
Produk Elektronik (HS 85) Produk berbasis industri manufaktur yang juga memberikan kontribusi yang cukup kuat bagi kinerja ekspor Indonesia selama 2010 adalah elektronik. Pertumbuhan ekspor elektronik selama periode Januari-Juli 2010 mencapai 24,8% dengan pangsa terhadap total ekspor manufaktur Indonesia cukup signifikan yaitu sebesar 11% dengan total nilai ekspor sampai Juli 2010 mencapai US$ 5,8 milyar. Membaiknya ekspor elektronika ini seiring dengan upaya diversifikasi pasar ekspor selain juga karena membaiknya daya beli terutama pascakrisis keuangan dunia dan stabilnya rupiah. Disamping itu, tumbuh pesatnya ekspor produk elektronik Indonesia terutama disebabkan karena kesesuaian produk elektronik yang dihasilkan Indonesia dalam memenuhi permintaan pasar dunia terutama dari Singapura yang permintaannya naik sangat tajam sejak pada tahun 2005. Berdasarkan pada data Trade Performance Indeks yang di rilis oleh IFC dalam website-nya, indeks kesesuaian untuk produk elektronik Indonesia menempati ranking 1 sampai 4 dari 111-121 negara selama periode (2004-2008). Gambar 6. Negara Tujuan Ekspor Elektronik Indonesia 2.500 2005
2007
2009
Juta USD
2.000
1.500
1.000
500
0 Singapura
AS
Jepang
Hongkong
Pilipina
RRT
Korsel
Perancis
Australia
Sumber: BPS, (Diolah)
Negara tujuan utama ekspor Indonesia untuk produk elektronik didominasi oleh pasar Singapura, Amerika Serikat dan Jepang dengan pangsa masing-masing sebesar 18,4%, 14,4%, dan 11,3% (gambar 6). Seiring waktu, negara tujuan ekspor elektronik meluas ke sejumlah pasar baru, seperti Australia, Perancis, dan Filipina. Sebab, pada 2005 ekspor elektronik dari Indonesia tidak terlalu ditujukan ke tiga negara tersebut. Ekspor ke Perancis sudah mengambil porsi 3,2% dari seluruh nilai ekspor elektronik
10
Volume 8, Oktober 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Indonesia. Sedangkan pasar Australia dan Pilipina masing-masing berkontribusi sebesar 2,9% dan 2,6%. Di antara ekspor produk-produk elektronik Indonesia yang pertumbuhannya sangat pesat dalam 5 tahun terakhir adalah alat-alat listrik dengan pertumbuhan lebih dari 100% meningkat nilai ekspornya dari US$ 1,2 juta pada tahun 2005 menjadi US$ 45,1 juta pada tahun 2009 (Gambar 7). Gambar 7. Komoditi elektronik Indonesia yang Pertumbuhannya Pesat 1.000,0 Boards, Panels Etc.(HS 8537)
Juta USD
750,0
Electric Sound Or Visual Signalling Apparatus (HS 8531) Electric Water Heaters Etc. (HS 8516)
500,0
Reception App. For Television (HS 8528)
250,0
Electrical Machines And Apparatus (HS 8543)
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: BPS (diolah)
Meskipun kinerja ekspor Indonesia terus membaik selama Januari-Agustus 2010 tersebut, namun isu-isu global yang dikhawatirkan berpengaruh terhadap proses pemulihan ekonomi global harus terus diwaspadai oleh Indonesia di antaranya “perang nilai tukar (currency war)”. Dalam beberapa minggu terakhir, beberapa negara maju sedang berusaha untuk menurunkan nilai tukarnya untuk mencapai keuntungan perdagangan yang lebih tinggi. Amerika Serikat misalnya, menuduh China melakukan intervensi untuk tetap menjaga nilai tukar Yuan pada level yang rendah yang oleh Amerika di klaim sebagai penyebab terjadinya defisit perdagangannya. Jepang yang nilai yen-nya terus menguat terhadap dollar Amerika juga telah melakukan intervensi pasar dengan menjual 2 triliun yen untuk menurunkan nilai tukarnya. Jika nilai tukar melemah maka harga barang ekspornya menjadi lebih murah sehingga permintaan ekspor akan meningkat dan pada saat yang sama harga-harga impor akan menjadi lebih tinggi sehingga mengakibatkan konsumsi impor akan berkurang. Permasalahannya adalah jika negara-negara lain yang merasa dirugikan akibat adanya tindakan ini juga akan melakukan tindakan balasan dengan juga memperkuat nilai tukarnya atau dengan menghalangi barang impor melalui pengenaan tariff yang tinggi misalnya pada akhirnya akan menyebabkan kontraksi perdagangan dunia dan juga resesi ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1930-an sehingga tidak menutup kemungkinan juga mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia yang sudah cenderung menguat.
Referensi: Bisnis Indonesia. 2010. Ekspor Unggulan Tanpa Nilai Tambah. Edisi Selasa 01 Juni 2010 BPS. Berita Resmi Statistik. Oktober 2010 Blanchard, O. 2010. International Monetary Fund. World Economic Outlook (WEO) Business News. 2010. Prediksi Tetap Terjaga Positif. Edisi 8 Juli 2010 Commodity Market Reviews. 2010. DECPG, Worldbank. Agustus 2010
11