Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Juni 2015 Vol. 4 No.1 Hal : 87-96 ISSN 2302-6308
Available online at: http://umbidharma.org/jipp E-ISSN 2407-4632
PERCEPATAN ADOPSI TANAMAN MANGGIS MELALUI SEKOLAH LAPANG DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN (Accelerating Adoption Manggis Plants Through Field School District Province Pandeglang Banten) Asih Mulyaningsih1*, Imas Rohmawati2, Suherna1 1Jurusan
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta KM 04, Pakupatan, Serang, Banten 2Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta KM 04, Pakupatan, Serang, Banten *Koresponsdensi:
[email protected] Diterima: 02 Maret 2015 / Disetujui: 11 April 2015 ABSTRACT Mangosteen is one seeded fruit commodities Banten Province which has a high sales value. Pandeglang Regency is one of the mangosteen-producing areas are quite large in Banten Province. The purpose of this study to identify the characteristics of farmers and problems faced mangosteen mangosteen growers and farmers want to know the level of competence of mangosteen (knowledge, attitudes and skills) through the Field School of the mangosteen seed multiplication by seed. Research locations in District Mandalawangi, Menes, Bojong, and Picung Pandeglang. The study sample was taken deliberately with a sample of 40 people were taken 10 farmers mangosteen mangosteen farmer representatives in each sub-district. Methods of research conducted through focus group discussions and field school and spread the questionnaire pre-test and post-test to measure competency improvement mangosteen farmers. Based on the results of the study characteristics mangosteen farmers based casement general education Elementary School, Age farmers generally 44-64 years, the number of mangosteen tree farmer who owned less than 100 trees, long to farm mangosteen generally less than 10 years, the income received from hasal harvest mangosteen less from Rp. 5,000,000, and the amount of crop harvest per tree mangosteen ranges from 1.5 to 2.5 quintals per tree. The problems experienced by farmers mangosteen ie yellow sap disease, small fruit size, spots on fruit, fruit size is not uniform, and the mangosteen seed multiplication of seeds takes a long and difficult search for mangosteen seeds. Given the huge potential of the mangosteen fruit and promising market, the necessary extension of cultivation increas farmers’ income mangosteen. Keywords: adoption, mangosteen, field school ABSTRAK Manggis merupakan salah satu komoditas buah unggulan Provinsi Banten yang memiliki nilai jual tinggi. Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu daerah penghasil manggis yang cukup besar di Provinsi Banten. Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi karakteristik petani manggis dan permasalahan yang dihadapi petani manggis dan ingin mengetahui tingkat kompetensi petani manggis
88
MULYANINGSIH ET AL.
JIPP
(pengetahuan, sikap dan keterampilan) melalui Sekolah Lapang tentang perbanyakan bibit manggis dengan biji. Lokasi Penelitian di Kecamatan Mandalawangi, Menes, Bojong, dan Picung Kabupaten Pandeglang. Sampel penelitian ini diambil secara sengaja dengan jumlah sampel 40 orang petani manggis yang diambil 10 petani manggis perwakilan dari tiap kecamatan. Metode penelitian dilaksanakan melalui FGD dan sekolah lapang serta menyebarkan kuestioner pre-test dan post-test untuk mengukur peningkatan kompetensi petani manggis. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik petani manggis berdasarkan tingkap pendidikan umumnya Sekolah Dasar, Umur petani umumnya 44 – 64 tahun, jumlah pohon manggis yang dimiliki petani kurang dari 100 pohon, lama berusahatani manggis umumnya kurang dari 10 tahun, pendapatan yang diterima dari hasal panen tanaman manggis kurang dari Rp. 5.000.000, dan jumlah panen per pohon dari tanaman manggis berkisar 1,5 sampai 2,5 kwintal per pohon. Adapun permasalahan yang dialami petani manggis yaitu penyakit getah kuning, ukuran buah kecil, bercak pada buah, ukuran buah tidak seragam, dan perbanyakan bibit manggis dari biji memerlukan waktu yang lama dan sulit mencari bibit manggis. Mengingat buah manggis sangat potensial dan pasar yang cukup menjanjikan, maka diperlukan penyuluhan budidaya manggis untuk meningkatkan pendapatan petani manggis. Kata kunci: adopsi, manggis, sekolah lapang. PENDAHULUAN Manggis (Garcinia Mangostana L.) merupakan komoditas buah tropika yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai penopang ekonomi kerakyatan. Manggis merupakan salah satu komoditas buah yang memiliki nilai jual yang tinggi, baik di pasaran lokal maupun di luar negeri. Manggis yang memiliki rasa manis dan teksturnya yang unik membuat konsumen banyak menggemari buah ini (Syamsul 2013). Selama ini, buah manggis hanya dinikmati daging buahnya saja, sementara kulitnya dibuang, namun berdasarkan hasil penelitian, diketahui kulit buah manggis memiliki khasiat sebagai obat dari berbagai macam penyakit, seperti obat diare, disentri, dan eksim (Rahayu 2009). Kabupaten Pandeglang memiliki luas wilayah 2.747 kilometer persegi (km²) atau sebesar 29,98 persen dari luas wilayah Provinsi Banten. Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu daerah penghasil manggis yang cukup besar. Daerah penghasil manggis di Kabupaten Pandeglang tersebar di 18 kecamatan dari 28 kecamatan yang ada. BPS (2011), dari 18 kecamatan di
Kabupaten Pandeglang ada empat Kecamatan yang Produktivitas buah manggisnya tinggi yaitu Kecamatan Mandalawangi, Menes, Bojong, dan Picung (Tabel 1). Kabupaten Pandeglang berdasarkan topografi dan curah hujannya sangat cocok untuk tanaman manggis, sehingga setiap tahun tanaman manggis berbuah dan hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat setempat. Namun demikian petani manggis belum banyak yang memanfaatkan buah manggis khususnya kulit manggis yang memiliki khasiat untuk mengobati beberapa penyakit. Umumnya petani manggis di Kabupaten Pandeglang baru menjual buah manggisnya saja kepada pedagang pengumpul dan dijual di pasar. Dari hasil penjualan buah manggis, petani memiliki penghasilan yang cukup besar karena umumnya petani manggis tidak memiliki kesukaran dalam menjual hasil panen tanaman manggis. Ekspor buah manggis dari Kabupaten Pandeglang masih dalam bentuk buah asli, belum dalam bentuk hasil olahan. Petani manggis di Kabupaten Pandeglang selama ini telah menikmati keuntungan yang cukup dari hasil
Vol. 4, 2015
Percepatan Adopsi Tanaman Manggis
penjualan buah manggis kepada eskportir di Jakarta. Namun demikian masalah penyimpanan buah manggis setelah panen (penanganan pasca panen) menjadi suatu hal yang harus diperhatikan. Berdasarkan hasil penelitian Andre et al. (2013), kerusakan yang terjadi pada manggis selama penyimpanan di dalam suhu ruang dan suhu dingin memiliki perbadaan kerusakan manggis, seperti daging buah yang berubah warna menjadi coklat dan berlendir terjadi pada penyimpanan pada suhu kamar, sedangkan pada suhu dingin kerusakan terjadi hanya mengerutnya daging buah sehingga daging buah terlepas dari kulitnya serta timbulnya aroma daging yang tidak enak. Selain itu untuk melestarikan plasma nutfah varietas unggul manggis, pemerintah daerah perlu mengambil tindakan pelestarian tanaman manggis. Namun demikian, permasalahan pengembangan manggis di Kabupaten Pandeglang kususnya Kecamatan Mandalawangi, Menes, Bojong, dan Picung secara umum disebabkan
89
tanaman yang ada merupakan tanaman warisan dan penguasaan teknologi pengelolaan tanaman oleh petani masih rendah, serta ketersediaan benih masih sangat terbatas. Untuk itu diperlukan usaha pengembangan tanaman manggis baru sebagai tanaman konservasi tanah yang memungkinkan untuk berhasil, namun harus diiringi dengan penambahan organik dan pupuk yang sesuai dengan anjuran untuk kesuburan tanaman manggis, (Aprisal 2012). Terkait hal ini tentu peningkatan komptensi petani dalam memperbanyak benih manggis perlu dilakukan. Oleh karena itu potensi ini perlu didorong pengembangannya dengan menginisiasi terbentuknya pusat produksi benih manggis varietas unggul lokal banten melalui peningkatan kompetensi petani dengan kegiatan Sekolah Lapang pembibitan tanaman manggis dari biji. Hal ini sebagai langkah awal strategis untuk mengangkat citra manggis sebagai komoditas unggulan, dan melestarikan plasma nutfah manggis unggul lokal banten untuk kemanfaatannya di masa depan.
Tabel 1 Jumlah tanaman yang menghasilkan dan produksi buah manggis menurut kecamatan di Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kecamatan Cigeulis Angsana Sindangresmi Picung Bojong Cisata Pagelaran Sukaresmi Labuan Carita Cikedal Menes Mandalawangi Cimanuk Banjar Kaduhejo Mekarjaya Majasari Jumlah
Sumber: BPS, Pandeglang dalam Angka 2011
Jumlah Pohon 190 849 750 8.835 10.550 73 1.808 680 1.153 3.693 300 5.500 5.285 21 1.500 23 112 20 41.342
Produksi (Kwintal) 76 102 60 707 844 60 532 814 105 296 50 440 490 4 550 4 14 20 5.168
90
MULYANINGSIH ET AL.
Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi karakteristik petani manggis dan permasalahan yang dihadapi dan ingin mengetahui tingkat kompetensi petani manggis (pengetahuan, sikap dan keterampilan) melalui Sekolah Lapang tentang perbanyakan bibit manggis dengan biji. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Lokasi Penelitian di 4 kecamatan di Kabupaten Pandeglang yang memiliki produksi buah manggis paling banyak berdasarkan data BPS tahun 2011, yaitu Kecamatan Mandalawangi, Menes, Bojong, dan Picung. Waktu penelitian enam bulan (Februari- Juli 2015) bertepatan dengan waktu panen buah manggis di Kabupaten Pandeglang. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani manggis di empat Kecamatan di kabupaten Pandeglang, yaitu Kecamatan Mandalawangi, Menes, Bojong, dan Picung yang memiliki tanaman manggis. Sampel penelitian ini diambil secara sengaja dengan jumlah sampel 40 orang petani manggis yang merupakan perwakilan dari tiap kecamatan 10 petani manggis dengan sumber data dari penyuluh setempat. Metode Penelitian Metode penelitian dilaksanakan melalui Forum Group Discusion (FGD) dan Sekolah Lapang. Sebelum dan setelah pelaksanaan Sekolah Lapang dilakukan menyebarkan kuestioner pretest dan post-test untuk mengukur peningkatan kompetensi petani manggis, dan data dianalisis secara deskriptif. FGD dilakukan untuk mendapatkan data tentang permasalahan yang dihadapi petani manggis dan melihat
JIPP
keragaan petani manggis di Kabupaten Pandeglang. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dari hasil Sekolah Lapang pembibitan tanaman manggis menggunakan biji. Berikut merupakan tabel desain penelitian one group pre test post test design (Tabel 2). Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data dikumpulkan berupa data primer dan data skunder. Data sekunder di dapat dari penelusuran pustaka, sedangkan data primer diperoleh melalui observasi penyebaran angket atau kuestioner dan dokumentasi pelaksanaan kegiatan penelitian. Test menurut Arikunto (2002) merupakan alat untuk mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan yang sudah ditentukan. Data test yang dihasilkan berupa skor pre test dan post test pengetahuan, sikap, dan keterampilan hasil belajar pada pelaksanaan Sekolah Lapang. Soal yang digunakan pada test awal sama dengan soal yang digunakan pada test akhir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil belajar pembibitan tanaman manggis dengan biji. Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif dengan melihat perubahan skor penilaian pada saat pre test dan post test menggunakan uji Wilcoxon (SPSS 17) dengan menggunakan satu kelompok responden yaitu petani manggis. Tabel 2 Desain penelitian one group pre test post test design (Sugiono 2009) Pre test 01 Keterangan:
Treatment X
Post test 02
Vol. 4, 2015
Percepatan Adopsi Tanaman Manggis
01 : Test awal (Pre test) Sebelum perlakuan diberikan 02 : Test Akhir (Post Test) Setelah perlakuan diberikan X : Perlakuan terhadap petani manggis dengan metode Sekolah Lapang
HASIL DAN PEMBAHASAN Kecamatan Mandalawangi Luas wilayah Kecamatan Mandalawangi 5.041 ha, yang terdiri dari 15 desa, diamana produksi manggis yang tumbuh di Kecamatan Mandalawangi cukup banyak karena memiliki pohon manggis. Namun tanaman manggis yang ada di Kecamatan Mandalawangi umumnya adalah tanaman hutan yang merupakan tanaman warisan dari orang tua. Umumnya tanaman manggis tumbuh di sela-sela tanaman lain dan tidak semua desa memiliki potensi tanaman manggis. Hanya enam desa dari lima belas desa yang memiliki tanaman manggis seperti Desa Ramea dan Cikumbueum, Panjang jaya, Curug Lemo, Mandalawangi dan Sinar Jaya. Kecamatan Menes Kecamatan Menes memiliki luas lahan sawah 1.295 ha dan luas lahan kering 1.480,5 Ha. Tanaman manggis sangat cocok ditanam di Kecamatan Menes karena dari segi topografi dan curah hujan sangat mendukung. Tanaman manggis yang hidup di umumnya berada di empat desa dari dua belas desa yang ada yaitu Desa Muruy, Sukamanah, Tegal Wangi dan Cilaban Bulan. Tanaman yang tumbuh pada desa yang lainnya adalah rambutan, durian dan ubi jalar. Walaupun demikian umumnya pedagang pengumpul buah manggis berasal dari Kecamatan Menes, sehingga umumnya eksportir dan pedagang dari jakarta akan mendatangi Kecamatan Menes untuk membeli buah manggis. Kecamatan Bojong Luas Wilayah Kecamatan Bojong 4.048 Ha. Luas areal tanamn manggis di Kecamatan Bojong 115 ha. Produk-
91
tivitas tanaman manggis 1.750 kw/ha. Kecamatan Bojong merupakan sentra tanaman manggis di Kabupaten Pandeglang. Di kecamatan ini tanaman tahunan yang tumbuh selain tanaman manggis adalah tanaman duren, rambutan dan duku. Buah Manggis dari Kecamatan Bojong rasanya lebih manis daripada buah manggis dari Kecamatan Mandalawangi, Menes dan Picung. Walaupun demikian tanaman manggis tidak ada yang tumbuh sehamparan. Umumnya tumbuh di sela-sela tanaman lain. Tanaman Manggis yang tumbuh di Kecamatan Bojong menyebar di lima desa dari delapan desa yang ada, yaitu Desa Mekar Sari, Citumenggung, Bojong, Cahaya Mekar dan Manggung Jaya. Kecamatan Picung Luas wilayah Kecamatan Picung memiliki luas wilayah 4.529 ha dengan perincian luas lahan kering 3.062 ha dan lahan sawah 1.467 ha. Luas areal tanaman manggis 115 ha dengan produktivitas 1.750 kw/ha. Namun demikian tanaman manggis yang hidup di Kecamatan Picung umumnya satu atau dua batang saja. Di Kecamatan Picung hanya ada satu desa dari sembilan desa yang ada di Kecamatan Picung yang merupakan sentra tanaman manggis yaitu Desa Pasir Serdang. Dari keempat kecamatan yang menjadi sampel penelitian, Kecamatan Picung paling sedikit produktivitas buah manggis dibandingkan Kecamatan Mandalawangi, Menes dan Bojong. Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa umumnya petani manggis memiliki tingkat pendidikan SD dengan jumlah 23 responden dengan jumlah persentasi 57,5% dari seluruh responden petani tanaman manggis.
92
MULYANINGSIH ET AL.
Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
SD
23
57,5
SMP
7
17,5
SMA
10
25,0
Total
40
100,0
Berdasarkan Tabel 4, umumnya petani manggis berusia 44 sampai 64 Tahun, Hal ini menunjukkan bahwa umumnya petani manggis sudah cukup tua. Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan umur Umur (tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
23 – 43
15
37,5
44 – 64
21
52,5
65 – 85
4
10,0
Total
40
100,0
Tabel 5 menjelaskan bahwa umumnya responden memiliki jumlah pohon manggis yang berada di sekitar pekarangannya kurang dari 100 pohon manggis dengan jumlah persentasi 87,5% atau 35 petani manggis. Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan jumlah pohon manggis yang dimiliki responden Jumlah pohon (satuan)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1-100
35
87,5
101-200
4
10,0
201-300
1
2,5
Total
40
100,0
Berdasarkan Tabel 6 umumnya petani manggis memiliki pengalaman berusahatani manggis kurang dari 10 tahun dengan jumlah persentasi 57,5 atau 23 petani manggis.
JIPP Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan lama usaha tani tanaman manggis Lama Usahatani (tahun)
Jumlah (orang)
persentase (%)
1 – 10
23
57,5
11 – 20
10
25,0
21 – 30
7
17,5
Total
40
100,0
Pendapatan yang diterima petani manggis dari hasil menjual hasil panen buah manggis setiap tahunnya umumnya kurang dari Rp. 5.000.000 yaitu 38 petani manggis. Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan yang diterima responden dari hasil tanaman manggis Pendapatan (juta) 1- 5 6 – 10 11 – 15 Total
Jumlah (orang) 38 1 1 40
Persentase (%) 95,0 2,5 2,5 100,0
Berdasarkan Tabel 8 umumnya jumlah panen per pohon tanaman manggis yang dimiliki responden antara 1,5 – 2,5 Kwintal. Walaupun demikian ada 9 petani yang pohon manggisnya menghasilkan 2,6 -3,6 Kwintal. Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan jumlah panen per pohon manggis yang dimiliki responden Panen/Pohon (kwintal)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1,5 - 2,5
31
77,5
2,6 - 3,6
9
22,5
Total
40
100,0
Masalah Petani Manggis Getah kuning Berdasarkan hasil diskusi FGD dengan petani manggis di Kecamatan Mandalawangi, Menes, Bojong dan Picung, umumnya permasalahan petani
Vol. 4, 2015
Percepatan Adopsi Tanaman Manggis
manggis adalah penyakit getah kuning, Penyakit getah kuning ini bisa mengenai bagian dalam buah maupun bagian luar buah. jika getah kuning berada di dalam buah maka umumnya buah manggis ini tidak dapat dimakan karena buah manggis menjadi keras, Jika getah kuning berada diluar buah maka umumnya buahnya masih bisa dimakan namun harga jual buah manggis menjadi rendah karena konsumen dapat melihat buah yang terkena getah kuning. Hal ini mendukung penelitian Warid (2013) yang menyatakan bahwa permasalahan manggis adalah kualitas buah manggis untuk ekspor sangat rendah hanya 10% layak ekspor dari total, hal ini disebabkan oleh getah kuning mencapai 20% dan burik buah 25%. Selain itu, menurut Syah et al. (2007), getah kuning yang terdapat pada kulit buah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal tetapi faktor eksternal yaitu kondisi disekitar area tanaman manggis seperti serangan hama atau luka mekanik. Selain penyakit getah kuning, tekadang buah manggis yang dibeli konsumen keras sehingga sulit untuk dibuka hal ini mendukung hasil penelitian Wulandari (2010) yang menyatakan kulit manggis dapat mengeras karena hilangnya cairan akibat proses pengupan. Ukuran buah kecil Permasalahan yang dihadapi petani manggis di Kabupaten pandeglang adalah buahnya kecil-kecil sehingga berpengaruh terhadap harga jual manggis. Buah kecil disebabkan karena terlalu lebatnya buah manggis yang berbuah dalam satu pohon. Umumnya konsumen menyukai buah manggis yang ukurannya besar. Tingkat kematangan buah juga sasaran konsumen dalam membeli buah manggis. Menurut Jajang et al, 2007 buah yang meningkat kematangannya akan mengurangi kekerasannya.
93
Bercak pada buah manggis Permasalahan yang dihadapi petani manggis adalah bercak pada buah manggis sehingga buah manggis tidak terlihat mulus. Buah manggis yang terkena bercak akan menurunkan harga jual. Konsumen lebih menyukai buah manggis yang mulus dan terlihat mengkilat. Selain bercak kerusakan buah manggis juga disebabkan oleh penyimpanan, menurut Andre et al. (2013), kerusakan yang terjadi pada manggis selama penyimpanan di dalam suhu ruang dan suhu dingin memiliki perbadaan kerusakan manggis seperti daging buah yang berubah warna menjadi coklat dan berlendir terjadi pada penyimpanan pada suhu kamar, sedangkan pada suhu dingin kerusakan terjadi hanya mengerutnya daging buah sehingga daging buah terlepas dari kulitnya serta timbulnya aroma daging yang tidak enak. Ukuran buah tidak seragam Ukuran buah yang tidak seragam menurunkan harga jual buah manggis saat panen sehingga konsumen akan membeli dengan harga murah. Untuk memilih ukurannya sama memerlukan waktu. Sulit mendapatkan bibit manggis Permasalahan yang dihadapi petani manggis adalah perbanyakan pembibitan manggis dari biji memerlukan waktu yang lama (1-2 tahun) dan sulit mencari bibit manggis, apalagi bibit manggis yang ukuran buahnya standar sesuai dengan permintaan pasar. Tingkat Kompetensi Petani Sebelum dilakukan praktek pembibitan dengan perbanyakan biji, petani diberi materi budidaya tanaman manggis, kemudian diberikan materi perbanyakan tanaman manggis dengan biji. Setelah diberikan semua materi, kemudian petani mengisi kuaestioner (Post test). Berdasarkan hasil penilaian, terdapat peningkatan kompetensi pri-
94
MULYANINGSIH ET AL.
laku petani dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Tabel 9) Tabel 9 Rataan tingkat petani manggis Kompetensi Pengetahuan Sikap Keterampilan
kompetensi
rata-rata Pre-test 42,25 28,05 43,90
Post-test 62,25 33,57 60,40
Berdasarkan Tabel 9 terlihat ratarata peningkatan kompetensi petani manggis setelah mengikuti sekolah lapang meningkat, dari kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk lebih jelasnya peningkatan kompetensi petani dari ketiga aspek dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani setelah mengikuti sekolah lapang. Dengan demikan setelah mengikuti Sekolah Lapang, pengetahuan dan sikap petani tanaman manggis dapat berubah kearah yang lebih baik untuk dapat melestarikan plasma nutfah tanaman manggis spesifik lokasi. Dengan demikian Keterampilan petani manggis untuk dapat membuat bibit manggis dengan biji dapat diterapkan sehingga petani tidak perlu membeli bibit manggis dari daerah lain.
JIPP Analisis Pengetahun Sikap dan Keterampilan Petani Manggis Setelah Mengikuti Sekolah Lapang Aspek pengetahuan Aspek pengetahuan petani manggis setelah mengikuti kegiatan Sekolah Lapang mengalami peningkatan, hal ini dapat di lihat pada Tabel 10. Aspek sikap Aspek Sikap petani manggis setelah mengikuti kegiatan Sekolah Lapang mengalami peningkatan, hal ini dapat di lihat pada Tabel 11. Aspek keterampilan Aspek keterampilan responden petani manggis setelah mengikuti kegiatan Sekolah Lapang mengalami peningkatan, hal ini dapat di lihat pada Tabel 12 yang memperlihatkan hasil uji Wilcoxon sebelum dan sesudah kegiatan sekolah lapang secara statistik deskriptif, dimana terlihat pada nilai test sebelum dilaksanakan sekolah lapang pembibitan tanaman manggis dari biji. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon deskriptif statistik dapat disimpulkan bahwa Aspek pengetahuan sikap dan keterampilan petani manggis yang mengikuti Sekolah Lapang pembibitan tanaman manggis dengan biji mengalami peningkatan. Dengan demikian Sekolah Lapang bagi petani manggis mampu memberikan perubahan positif dengan dibuktikan dengan hasil nilai pretest dan posttest dari ketiga aspek lebih besar dibandingkan sebelum mengikuti sekolah lapang.
Vol. 4, 2015
Percepatan Adopsi Tanaman Manggis
95
80 60 rata-rata Pretest
40
rata-rata Posttest
20 0 pengetahuan
Sikap
Keterampilan
Gambar 1 Grafik rataan perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani manggis Tabel 10 Hasil uji wilcoxon deskriptif statistik skor pre test dan post test aspek pengetahuan Sekolah Lapang Sebelum Sesudah
N 40 40
Mean 42,25 62,25
Standar deviasi 2,06 1,66
Minimum 0 20
Maksimum 80 100
Tabel 11 Hasil Uji Wilcoxon deskriptif statistik skor pre test dan post test aspek sikap Sekolah Lapang Sebelum Sesudah
N 40 40
Mean 28,05 33,57
Standar deviasi 7,23 4,23
Minimum 10 25
Maksimum 38 45
Tabel 12 Hasil uji wilcoxon deskriptif statistik skor pre test dan post test aspek keterampilan Sekolah Lapang Sebelum Sesudah
N 40 40
Mean 43,90 60,40
Standar deviasi 3,44 7,18
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik petani manggis Kecamatan Mandalawangi, Menes, Bojong, dan Picung umumnya berpendidikan Sekolah Dasar, Umur petani umumnya 44 – 64 tahun, jumlah pohon manggis yang dimiliki petani kurang dari 100 pohon, lama berusahatani manggis umumnya kurang dari 10 tahun, pendapatan yang diterima dari hasil panen tanaman manggis kurang dari Rp. 5.000.000, dan jumlah panen per pohon dari tanaman manggis berkisar 1,5 sampai 2,5 kwintal per pohon. Adapun permasalahan yang dialami petani manggis yaitu penyakit getah kuning, ukuran buah kecil, bercak pada buah, ukuran
Minimum 38 50
Maksimum 52 85
buah tidak seragam, dan perbanyakan bibit manggis dari biji memerlukan waktu yang lama dan sulit mencari bibit manggis. 2. Permasalahan yang dihadapi petani manggis adalah penyakit getah kuning, ukuran buah kecil, bercak pada buah, ukuran buah tidak seragam, dan perbanyakan bibit manggis dari biji memerlukan waktu yang lama dan sulit mencari bibit manggis. 3. Tingkat kompetensi petani (pengetahuan, sikap dan keterampilan) mengalami peningkatan setelah mengikuti sekolah lapang. Saran Tanaman Manggis yang sangat potensial dan pasar yang menjanjikan
96
MULYANINGSIH ET AL.
maka diperlukan penyuluhan pertanian tentang budidaya manggis sehingga hasil tanaman manggis dapat ditingkatkan. DAFTAR PUSTAKA Andre F, R Hartanto, Budianto, Tamrin, 2013. Karakteristik Fisiologi Manggis (Garcinia Mangostana L) dalam Penyimpanan Atmosfer difikasi. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 2(1): 1-10. Aprisal, 2012. Survei Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana L) sebagai Tanaman Konservasi di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatra Barat. Jurnal Solum. 9(2): 71-80. Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 73. BPS [Badan Pusat Statistik]. 2011, Pandeglang Dalam Angka, Pandeglang. Hal 64.
JIPP Wulandari I dan Poerwanto R. 2010. Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia Mangostana L). Jurnal Hortikultur Indonesia. Volume 1 (1): 91-101. Jajang J, I Budiastra, Suroso. 2007. Kajian Sifat Akustik Buah Manggis (Garcinia Mangostana L) dengan Menggunakan Gelombang Ultrasonik. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 18(1): 31-41. Rahayu M. 2009. Laporan Akhir Potensi Manggis di Kawasan Timur Indonesia, Australian Centre for International Agricultural Research. Hal 1-132. Syah MJA, Ellina M, Titin, Dwi Firdaus V, 2007. Teknologi Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis. Sinar Tani Edisi 31. Syamsu H. 2013. Rencana Pembangunan Industri Pengolahan Buah Manggis di Kabupaten Pandeglang, Banten. Hal 1-97 Warid A. 2013. Pengembangan Buah Manggis sebagai Komoditas Ekspor Indonesia. Jurnal Kultivasi Volume. 12(1): 41-50.