PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN Fifi Hartaningsih , Lilin Turlina Korespondensi: Lilin Turlina, d/a : STIKes Muhammadiyah Lamongan. Jl. Raya Plalangan Plosowahyu Lamongan Telp./Fax. (0322) 323457 Email.
[email protected]
ABSTRAK Dismenore merupakan masalah tersendiri yang banyak dialami kaum wanita ketika menstruasi tiba. Dismenore adalah nyeri menjelang atau selama menstruasi yang biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat juga menyebar ke pinggang, punggung dan paha sehingga memaksa penderita untuk beristirahat. Berdasarkan survey awal didapatkan 50% mahasiswi D3 Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan semester 6 mengalami dismenore, dimana 70%nya merasa aktivitasnya terganggu. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu penanganan agar aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan lancar. Desain penelitian ini menggunakan metode Pra Eksperimen (One Group Pretest-Postest Design). Metode sampling yang digunakan adalah Consecutive Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 30 responden yaitu mahasiswi dismenore yang datang ke laboratorium STIKES Muhammadiyah lamongan pada bulan November sampai Desember 2008 yang memenuhi kriteria inklusi. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan skala nyeri bourbanis dan lembar observasi. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisa dengan menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberi perlakuan kompres hangat tingkatan nyeri dismenore berkurang sebanyak 24 orang dan yang tingkatan nyerinya tetap sebanyak 4 orang. Sedangkan dari hasil pengujian statistik diperoleh hasil ada perbedaan tingkatan nyeri dismenore dengan perlakuan kompres hangat dimana tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,05). Melihat hasil penelitian ini maka kompres hangat dapat digunakan dalam meringankan nyeri dismenore yang dialami oleh para penderita dismenore.
Kata kunci : Nyeri dismenore, Kompres hangat Dismenore adalah nyeri hebat menjelang atau selama menstruasi sehingga memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam atau hari. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat juga dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan sebagainya (Hanifa Wiknjosastro, 2005:229). Dismenore menjadi satu masalah tersendiri yang banyak dialami kaum wanita sekitar 60-75% wanita muda mengalaminya. Tiga perempat wanita yang mengalaminya
1.
Pendahuluan Menstruasi merupakan saat-saat yang di nanti kehadirannya oleh para wanita dewasa. Ada masalah lain yang dihadapi para wanita ketika menstruasi tersebut tiba yaitu menderita kram, nyeri dan ketidaknyamanan lain bahkan sampai tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga ada yang berharap akan lebih baik jika tidak menstruasi. Nyeri ketika menstruasi ini biasanya disebut dengan dismenore (Ninik Dwi A, 2005).
Lilin Turlina STIKES Muhammadiyah Lamongan. SURYA
32
Vol. 1, No,2, Maret 2009
Perbedaan Tingkatan Nyeri Dismenore Dengan Perlakuan Kompres Hangat Pada Mahasiswi Di Stikes Muhammadiyah Lamongan intensitas kram ringan atau sedang , tetapi 25% nyerinya hebat dan membuat penderita tidak berdaya (Liewellyn-Jones Derek, 2002:216). Sehingga hal tersebut menjadi faktor penyebab terbanyak absennya para kaum wanita pada jam kerja atau sekolah (Ninik Dwi A, 2005). Berdasarkan survei awal yang dilakukan dari 50 mahasiswi D3 Kebidanan semester 6, yang mengalami dismenore pada bulan April 2008 berjumlah 25 mahasiswi, 13 mahasiswi mengalami dismenore kadangkadang dan 12 mahasiswi mengalami dismenore tiap bulan. Pada survei yang dilakukan pada mahasiswi dengan dismenore 70% diantaranya merasa aktivitas sehari-hari terganggu dan 30% diantaranya merasa aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Seperti halnya dengan rasa nyeri yang lain, dismenore juga memerlukan penanganan sehingga aktivitas sehari-hari tetap dilanjutkan. Wanita yang pernah mengalami dismenore mungkin sudah pernah mencoba beberapa cara untuk menghilangkan rasa nyeri dengan mendapat obat-obat tertentu yang tidak terlalu membantu dan ada beberapa yang memberikan kesembuhan dramatis, dan yang lain bisa mengurangi nyeri sampai batas yang dapat ditanggung, tapi ada yang tidak memberikan efek sama sekali atau malah memberikan efek samping yang tidak disukai sehingga memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan pekerjaan sehingga diperlukan perawatan khusus untuk mengurangi rasa nyeri. Metode penanganan nyeri banyak berkembang, metode non farmakologi adalah salah satu metode yang digemari masyarakat karena tidak membutuhkan obat-obatan atau alat tertentu serta mudah didapat dan mampu dilakukan sendiri. Banyak cara untuk mengatasi sakit ini, tapi tindakan sederhana yang telah lama diketahui sebagai metode yang efektif adalah kompres hangat. Panas menyebabkan vasodilatasi dari pembuluh darah perifer sehingga meningkatkan aliran darah kebagian tubuh yang mengalami perubahan fungsi, selain itu juga panas dapat
SURYA
mengurangi ketegangan otot menjadi relaksasi (Potter Patricia A, 2006:1888). 2. Metodelogi Penelitian Jenis penelitian ini adalah Pra Eksperimen (One Group Pratest-Postest Design). Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswi yang mengalami dismenore di STIKES Muhammadiyah Lamongan sedangkan sampel penelitian adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Variabel independen penelitian ini adalah kompres hangat dan variabel dependennya adalah tingkatan nyeri dismenore. Pengumpulan data penelitian menggunakan skala nyeri bourbanis dan lembar observasi. Analisa penelitian menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test untuk menguji perbedaan tingkatan nyeri dismenore dengan perlakuan kompres hangat. 3. Hasil Penelitian a. Gambaran tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi sebelum diberi perlakuan kompres hangat Data tentang gambaran tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi sebelum diberi perlakuan kompres hangat dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1 Distribusi frekuensi tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi sebelum diberi perlakuan kompres hangat bulan November sampai Desember tahun 2008 No
Tingkatan nyeri
Jumlah
1 2 3 4 5
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri sangat berat Total
0 18 11 1 0 30
Persentase (%) 0 60 36,7 3,3 0 100
Berdasarkan data dari tabel 1 diatas, didapatkan sebagian besar responden sebelum diberi perlakuan kompres hangat mengalami nyeri dismenore ringan yaitu sebanyak 18 orang (60%) dan hanya sebagian kecil yang mengalami nyeri dismenore berat yaitu sebanyak 1 orang (3,3%). b. Gambaran tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi setelah diberi perlakuan kompres hangat
33
Vol. 1, No,2, April 2009
Perbedaan Tingkatan Nyeri Dismenore Dengan Perlakuan Kompres Hangat Pada Mahasiswi Di Stikes Muhammadiyah Lamongan Data tentang gambaran tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi setelah diberi perlakuan kompres hangat dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2 Distribusi frekuensi tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi setelah diberi perlakuan kompres hangat bulan November sampai Desember tahun 2008 No
Tingkatan nyeri
Jumlah
1 2 3 4 5
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri sangat berat Total
16 12 2 0 0 30
Berdasarkan data dari tabel 3 diatas, dapat diketahui bahwa hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test menunjukkan nilai signifikansi (p sign = 0,000) dimana hal ini berarti p sign < 0,05 sehingga H1 diterima artinya ada perbedaan tingkatan nyeri dismenore dengan perlakuan kompres hangat pada mahasiswi di STIKES Muhammadiyah Lamongan.
Persentase (%) 53,3 40 6,7 0 0 100
4. Pembahasan Pembahasan ini akan diuraikan tentang perbedaan tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi sebelum dan sesudah diberi perlakuan kompres hangat
Berdasarkan data dari tabel 2 diatas, didapatkan sebagian besar responden setelah diberi perlakuan kompres hangat tidak merasa nyeri lagi yaitu sebanyak 16 orang (53,3%) dan hanya sebagian kecil yang masih mengalami nyeri dismenore sedang yaitu sebanyak 2 orang (6,7%). c. Uji statistik perbedaan tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi dengan perlakuan kompres hangat Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh data berupa tingkatan nyeri dismenore, data tersebut kemudian dianalisa untuk mengetahui adakah perbedaan tingkatan nyeri dismenore sebelum dan sesudah perlakuan kompres hangat. Untuk menganalisa perbedaan tingkatan nyeri dismenore tersebut maka dilakukan uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test. Hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test tentang perbedaan tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi sebelum diberi perlakuan kompres hangat dan sesudah diberi perlakuan kompres hangat dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini : Tabel 3 Perbedaan tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi dengan perlakuan kompres hangat bulan November sampai Desember tahun 2008 No 1 2 3
Perubahan Nyeri Tingkatan berkurang Tingkatan bertambah Tingkatan tetap P (sign)
SURYA
Jumlah
nyeri
26
Persentase (%) 86,7
nyeri
0
0
nyeri
4
13,3
a. Gambaran tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi sebelum diberi perlakuan kompres hangat Dari tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebelum diberi perlakuan kompres hangat mengalami nyeri dismenore ringan dan hanya sebagian kecil yang mengalami nyeri dismenore berat. Tingkatan nyeri dikatakan ringan apabila responden secara subyektif mengatakan bahwa mengalami nyeri ringan dan secara obyektif responden dapat diajak berkomunikasi dengan baik tanpa ada respon seperti mendesis atau yang lainnya. Dan dikatakan nyeri berat apabila secara subyektif responden mengatakan nyeri berat dan secara obyektif klien tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan distraksi. Nyeri adalah suatu sensorik subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter Patricia, 2006:1502). Rasa nyeri ini biasanya timbul menjelang atau selama menstruasi dan akan meningkat pada hari pertama atau kedua. Biasanya nyeri terbatas pada perut bagian bawah tetapi dapat
0,000
34
Vol. 1, No,2, April 2009
Perbedaan Tingkatan Nyeri Dismenore Dengan Perlakuan Kompres Hangat Pada Mahasiswi Di Stikes Muhammadiyah Lamongan menyebar ke pinggang, punggung dan paha. Dismenore juga sering disertai oleh diare, nause, muntah dan flusing sehingga memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam atau bahkan beberapa hari (Hanifa Wiknjosastro, 2005:230). Gejala pada dismenore bisa mencakup satu atau lebih gejala, mulai dari ringan sampai yang berat Pada saat nyeri dirasakan, pada saat itu juga dimulai suatu siklus yang apabila tidak diobati atau tidak dilakukan upaya untuk menghilangkannya, dapat mengubah kualitas kehidupan individu secara bermakna baik kesejahteraan fisik dan fisiologis (Potter Patricia, 2006:1509). Maka klien yang sedang merasa nyeri, khususnya nyeri yang hebat, ingin nyeri yang dirasakannya segera hilang (Potter Patricia, 2006:1517).
membutuhkan obat atau alat tertentu serta mudah didapat dan mampu dilakukan sendiri. Banyak cara untuk mengatasi sakit ini, salah satu cara yang digunakan adalah menggunakan botol berisi air panas pada perut atau punggung bawah. Suhu panas dapat meringankan keluhan dismenore (Ninik Dwi A, 2005). Cara ini diharapkan mampu meringankan rasa nyeri sehingga aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan lancar. Pada penelitian ini, mahasiswi tidak ada yang mendapatkan pengobatan, dimana dalam pemberian kompres hangat tidak dipengaruhi oleh pengobatan lain sehingga observasi tingkatan nyeri dismenore dapat dilakukan dengan mengurangi faktor perancu. c. Perbedaan tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi dengan perlakuan kompres hangat Uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test menunjukkan nilai p sign <0,05 sehingga terdapat perbedaan tingkatan nyeri dismenore dengan perlakuan kompres hangat. Dismenore adalah nyeri menjelang atau selama menstruasi sehingga memaksa penderita untuk beristirahat. Penyebab masih belum diketahui pasti. Diduga terjadinya dismenore karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin (PGF2) yang menyebabkan vasokontriksi dan kontraksi miometrium (Ninik Dwi A, 2005). Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita atau penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau 37 cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari (Hanifa Wiknjosastro, 2005:229). Dengan melihat keadaan tersebut, maka penderita sangat penting untuk dilakukan penanganan agar aktivitas seharihari dapat berjalan dengan lancar. Banyak cara untuk mengatasi sakit ini. Salah satu cara meringankan nyeri ini yaitu dengan menggunakan botol berisi air panas. Pengompresan ini diletakkan pada daerah yang terasa nyeri biasanya pada perut bagian bawah, pinggang dan punggung bawah dengan memakai botol yang diisi air
b. Gambaran tingkatan nyeri dismenore pada mahasiswi setelah diberi perlakuan kompres hangat Dari tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden setelah diberi perlakuan kompres hangat tidak merasa nyeri lagi dan hanya sebagian kecil yang masih mengalami nyeri dismenore sedang. Dikatakan tidak nyeri lagi apabila responden mengatakan bahwa nyerinya sudah menghilang. Dan dikatakan nyeri sedang apabila secara subyektif responden mengatakan nyeri sedang dan secara obyektif responden mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya dan dapat mengikuti perintah dengan baik Klien yang merasakan nyeri akan berusaha untuk menghilangkan rasa nyeri itu agar ketidaknyamanan yang dirasakan hilang dan aktivitas sehari-hari dapat tetap berjalan. Tujuan keseluruhan dalam pengobatan nyeri adalah mengurangi nyeri sebesar-besarnya dengan kemungkinan efek samping paling kecil (Price Sylvia A,2006:1083). Terdapat 2 metode untuk terapi nyeri yaitu farmakologi dan non farmakologi (Price Sylvia A,2006:1083). Metode non farmakologi merupakan metode yang digemari masyarakat karena tidak
SURYA
35
Vol. 1, No,2, April 2009
Perbedaan Tingkatan Nyeri Dismenore Dengan Perlakuan Kompres Hangat Pada Mahasiswi Di Stikes Muhammadiyah Lamongan hangat dengan suhu 46 – 51,5 oC selama 20 menit (Musrifatul M dan Aziz Alimul, 2006:233). Pengompresan dilakukan selama 20 menit karena suhu air sudah turun sehingga air hangat harus diganti dan saat itulah kita melakukan observasi nyeri dismenore. Kompres hangat ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot dan memberikan rasa hangat (Musrifatul M dan Aziz Alimul, 2006:233). Diharapkan dengan kompres hangat ini dapat mengurangi keluhan nyeri dismenore. Mekanisme terjadinya penurunan nyeri akibat dilakukan kompres hangat karena panas menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga membantu meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang cidera atau mengalami perubahan fungsi, panas mungkin meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk implamasi seperti bradikinin, histamin dan prostaglandin yang menimbulkan rasa nyeri lokal. Panas juga mungkin merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi implus nyeri ke medulla spinalis dan otak dapat dihambat. Panas juga meningkatkan pengiriman nutrisi dan kebutuhan oksigen kedaerah itu dan kongesti vena menurun. Disamping itu panas mengurangi ketegangan otot menjadi relaksasi, menghilangkan ketegangan otot dan kekakuan sendi. Panas menurunkan nyeri melalui vasodilatasi dan efek relaksasi (Potter Patricia, 2006:1888). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di STIKES Muhammadiyah Lamongan pada mahasiswi yang mengalami dismenore sebelum diberi perlakuan kompres hangat sebagian besar mengalami nyeri dismenore ringan tetapi setelah diberi perlakuan kompres hangat ada penurunan nyeri yang sebagian besar mahasiswi sudah tidak merasa nyeri lagi. Hal ini disebabkan karena efek dari kompres hangat sendiri yang dapat meningkatkan aliran darah dan relaksasi akibat spasme dan kekakuan.
SURYA
Dengan efek inilah tingkatan nyeri dismenore dapat berkurang. 5. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan 1) Tingkatan nyeri dismenore mahasiswi sebelum perlakuan kompres hangat didapatkan sebagian besar responden mengalami nyeri dismenore ringan. 2) Tingkatan nyeri dismenore mahasiswi setelah perlakuan kompres hangat didapatkan sebagian besar responden tidak merasa nyeri lagi. 3) Berdasarkan hasil uji statistic dengan Wilcoxon Sign Rank Test, didapatkan perbedaan tingkatan nyeri dismenore dengan perlakuan kompres hangat pada mahasiswi di STIKES Muhammadiyah Lamongan. b. Saran 1) Bagi Responden Diharapkan dalam mengatasi nyeri dismenore lebih baik diberikan kompres hangat yang dalam pemberian kompres hangatpun perlu diperhatikan cara pengompresan yang benar dan untuk menghindari terjadinya luka bakar perlu diperhatikan dengan cermat pada tindakan kompres hangat suhu air tidak boleh lebih dari 51.50C. 2) Bagi Institusi Pendidikan dan Lahan Penelitian Perlu dibangun suatu ruangan khusus seperti UKS (Upaya Kesehatan Sekolah) sehingga apabila ada mahasiswi yang sakit dapat beristirahat dan mendapat pengobatan diruangan itu. 3) Bagi Profesi Kebidanan Diharapkan dalam profesi kebidanan dapat mempertimbangkan untuk menerapkan kompres hangat untuk mengatasi nyeri dismenore. Karena hasil penelitian ini terdapat perbedaan tingkatan nyeri dismenore dengan perlakuan kompres hangat. 4) Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengingat keterbatasan waktu dan jumlah sampel
36
Vol. 1, No,2, April 2009
Perbedaan Tingkatan Nyeri Dismenore Dengan Perlakuan Kompres Hangat Pada Mahasiswi Di Stikes Muhammadiyah Lamongan Musrifatul U dan A.Aziz Alimul.(2006). Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Ninik Dwi A.(2005). Dismenore Alias Nyeri Haid. http/www: Niexklaten.blogspot.com. diakses tanggal 12 Mei 2008 Nursalam.(2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Posted.(2008). Konsep Dasar Nyeri. http/www: qittun.com.net.id. diakses tanggal 10 November 2008. Potter, Patricia A., Alih bahasa Renata Komalasari.(2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC Price, Sylvia A., Alih bahasa Brahm U.(2006). Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Stevens, P.J.M.et.all., Alih bahasa J.A.Tomasowa.(2000). Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC. Sugiono.(2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsini Arikunto.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Wahid I Mubarak.(2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi.Jakarta : EGC
Daftar Pustaka A.Aziz Alimul H.(2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. .(2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Ahmad Fauzi et.all.(2008). Nyeri Menstruasi (Dismenore). http/www:
[email protected]. diakses tanggal 12 Mei 2008 Arif Mansjoer et.all.(2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi.(2001). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Hanifa Wiknjosastro.(2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Kapita Selekta I.G.B.Manuaba.(2001). Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC. Imcw.(2007). Dismenore (Nyeri Haid). http/www.blogdokter.net. diakses tanggal 12 Mei 2008. Liewellyn-Jones, Derek, Alih bahasa Hadyanto.(2002). Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.
SURYA
37
Vol. 1, No,2, April 2009