PERBEDAAN SIKAP SISWA TERHADAP PELAJARAN BIOLOGI BERDASARKAN GENDER, STATUS SEKOLAH, WILAYAH SEKOLAH DAN HUBUNGANNYA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI Khoirista Noor R1, Hadi Suwono2, Agung Witjoro3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 1 Email:
[email protected] 2 Email:
[email protected] 3 Email:
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap terhadap pelajaran biologi berdasarkan gender, perbedaan sikap terhadap pelajaran biologi antara siswa SMA Negeri dan Swasta di Kota Malang, perbedaan sikap terhadap pelajaran biologi antara siswa SMA Negeri di Kabupaten Malang dan di Kota Malang, dan hubungan antara sikap terhadap hasil belajar biologi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data sikap siswa melalui kuisioner dan wawancara. Data hasil belajar siswa diperoleh dari guru biologi. Sampel yang digunakan sebanyak 480 siswa dan 11 guru. Analisis data menggunakan Uji T, persentase sikap dan uji korelasi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap antara berdasarkan gender pada sub indikator pentingya biologi untuk dipelajari, tingkat kesulitan biologi, ketertarikan untuk mengambil karir biologi, keberadaan buku teks biologi, sikap menerima, sikap menghargai, dan sikap mengorganisasi, terdapat perbedaan sikap antara Siswa SMA Negeri dan Swasta Kota Malang pada sub indikator ketertarikan terhadap biologi, pentingnya biologi untuk dipelajari, keberadaan buku teks biologi, sikap mengorganisasi, dan karakterisasi, terdapat perbedaan sikap antara siswa SMAN Kabupaten Malang dan siswa SMAN Kota Malang pada sub indikator sikap menerima dan menghargai, dan terdapat hubungan positif antara sikap dan hasil belajar biologi. Kata Kunci: Sikap, Gender, Status sekolah, Wilayah sekolah, dan Hasil belajar. ABSTRACT: The aimed of this research were to find out different students attitude on learning biology based on gender, different attitude on learning biology between State Senior High School students and Private Senior High School students in Malang City, different attitude on learning biology between State Senior High School Student in Malang regency and State Senior High School Students in Malang city, and relation between attitude and biology learning outcome. The data collection technique about students attitude is using questionnaire and interview. The data of biology learning outcome were obtained from teachers. The Student and teacher samples in this research as many as 480 students and 11 teachers. Data analysis that used in this research were Independent Sample T-Test, attitude percentage and corelation product moment pearson. The result of the experiment are there is a different attitude based on gender on indicator of how significant biology to be learned, the dificultness of biology, anxiety for the biology career, the biology book existance, accepting manner, appraciate manner and organisation manner, there is a different attitude between students in State and Private School student on indicator of anxiety in biology, how important biology to be learned, the biology book existance, organisation manner and characeterization, there is a different attitude between State Senior High School Student in Malang regency and in Malang city on indicator of accpeting manner and appraciate manner, and there is a positive relation between attitude and biology learning outcome. Keywords: Attitude, Gender, School status, School region, and Biology learning outcome.
1
2
Sikap merupakan faktor internal yang mempengaruhi pencapaian akademik siswa. Guru perlu mengetahui sikap siswa agar dapat dengan mudah memberikan motivasi dan bimbingan terutama bagi siswa yang bersikap negatif agar lebih antusias dalam belajar sehingga memperoleh hasil belajar yang maksimal. Sikap berperan sebagai pendorong dalam mencapai suatu tujuan. Dalam kegiatan pembelajaran tercapainya suatu tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Perolehan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Sikap merupakan salah satu faktor internal yang berhubungan dengan aspek psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa (Djamarah, 1996). Sikap positif terhadap suatu pelajaran harus dimiliki oleh siswa untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Kenyataannya tidak semua siswa memiliki sikap positif dikarenakan adanya perbedaan-perbedaan individual dan umumnya guru kurang memahami hal ini. Perbedaan individual dalam dunia pendidikan yang mempengaruhi sikap siswa terhadap pelajaran diantaranya perbedaan etnis/ras, jenis kelamin atau gender, lingkungan dan budaya (Elliot et al. 2000). Selain itu perbedaan lingkungan atau wilayah suatu sekolah dan status sekolah juga dapat mempengaruhi sikap siswa. Perbedaan sikap yang dimiliki setiap siswa ditunjukkan melalui kecenderungan untuk bersikap favorable (positif) atau unfavorable (negatif). Sikap positif terhadap biologi harus dimiliki oleh semua siswa sebagai prasyarat keberhasilan belajar biologi dan meningkatkan minat siswa pada pembelajaran berikutnya (Sapuroh, 2010). Faktanya tidak semua siswa memiliki sikap yang positif terhadap biologi. Penelitian yang dilakukan Pavol et al. (2007) terkait sikap siswa terhadap biologi berdasarkan gender menunjukkan bahwa siswa perempuan memiliki intensitas sikap positif yang lebih tinggi terhadap pelajaran biologi dibandingkan dengan siswa laki-laki. Selain perbedaan jenis kelamin (gender), perbedaan wilayah sekolah dan kualitas sekolah yang mencakup fasilitas, sistem pembelajaran, kompetensi guru, dapat mempengaruhi sikap siswa terhadap suatu pelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti juga akan meneliti apakah terdapat perbedaan sikap antara siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta Kota Malang serta perbedaan sikap antara siswa SMA Negeri Kabupaten Malang dan siswa SMA Negeri di Kota Malang. Letak atau wilayah suatu sekolah juga dapat mempengaruhi sikap seorang siswa. Siswa dari SMA yang berada di daerah perkotaan umumnya memiliki sikap lebih positif terhadap suatu pelajaran dibandingkan siswa dari SMA yang berada di pedesaan Sharma (2007). Selain itu antara siswa dari sekolah yang berstatus negeri dan siswa dari sekolah yang berstatus swasta dapat memiliki sikap yang berbeda. Perbedaan sikap tersebut disebabkan adanya perbedaan input siswa yang meliputi tingkat pengetahuan/kecerdasan, latar belakang sosial ekonomi, dan budaya serta perbedaan kualitas sekolah meliputi fasilitas dan kompetensi guru antara sekolah Negeri, Swasta, Kabupaten, dan Kota. Kecenderungan sikap yang dimiliki siswa terhadap pelajaran biologi dapat mempengaruhi hasil belajar. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap pelajaran biologi seperti menyenangi dan tertarik pada biologi cenderung lebih semangat dan tekun dalam belajar sehingga akan memperoleh hasil belajar yang optimal, sebaliknya siswa yang bersikap negatif terhadap pelajaran biologi cenderung malas dan bosan dalam belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang maksimal. Hal ini sesuai dengan
3
pernyataan Jannah (2014) yang menyatakan bahwa semakin positif sikap siswa terhadap biologi maka hasil belajar siswa akan semakin baik. Guru sebagai pendidik yang berperan penting dalam proses pembelajaran harus memahami setiap perbedaan yang ada dalam suatu kelas atau sekolah yang mempengaruhi sikap terhadap pelajaran biologi. Sikap seorang individu dapat diukur melalui beberapa cara untuk keakuratan data diantaranya melalui observasi, wawancara dan angket, namun mayoritas guru hanya mengetahui sikap siswa berdasarkan pengamatan (observasi) saja. Sikap siswa terhadap biologi yang dimaksud diantaranya berkaitan dengan ketertarikan terhadap biologi, pengetahuan tentang biologi dan objeknya, pentingnya mempelajari biologi, dan lima ranah sikap menurut Bloom yaitu aspek menerima, merespon, menghargai, mengorganisasi, dan karakterisasi. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait perbedaan sikap terhadap pelajaran biologi berdasarkan gender, perbedaan sikap terhadap pelajaran biologi antara siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta di Kota Malang, perbedaan sikap terhadap pelajaran biologi antara siswa SMA Negeri di Kabupaten Malang dan siswa SMA Negeri di Kota Malang dan hubungan antara sikap siswa SMA Swasta Kota Malang, siswa SMA Negeri Kota Malang dan siswa SMA Negeri Kabupaten Malang terhadap hasil belajar biologi. Adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan siswa terkait perbedaan sikap antara siswa laki-laki maupun perempuan, siswa SMA Negeri maupun Swasta dan siswa SMA Negeri di Kabupaten maupun Kota terhadap biologi dan bagaimana pengaruh sikap terhadap hasil belajar, sehingga semua siswa dapat mengembangkan sikap positif terhadap pelajaran biologi untuk meningkatkan hasil belajar selain itu juga sebagai kajian atau referensi bagi guru terkait sikap yang dimiliki antara siswa laki-laki dan perempuan, siswa SMA Negeri Kabupaten dan Kota Malang, siswa SMA Negeri dan Swasta serta pengaruhnya terhadap hasil belajar. METODE Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui kuisioner (angket) yang berisi pertanyaan yang harus dijawab responden dan wawancara pada guru biologi dan siswa. Data primer pada penelitian diperoleh melalui kuisioner (angket) sedangkan data sekunder diperoleh dari wawancara guru dan siswa agar data lebih akurat. Data yang dideskriptifkan berasal dari wawancara dan angket yang telah melalui tahap perhitungan statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan guru biologi kelas XI SMA Negeri di Kota Malang, SMA Swasta di Kota Malang, dan SMA Negeri di Kabupaten Malang. Jumlah sampel siswa dalam penelitian ini sebanyak 480 dengan rincian 161 siswa dari 5 SMA Negeri di Kota Malang, 165 siswa dari 7 SMA Swasta di Kota Malang dan 154 siswa dari 4 SMA Negeri di Kabupaten Malang, sedangkan sampel siswa untuk wawancara diambil sebanyak 5 - 10% dari jumlah sampel secara keseluruhan yaitu sebanyak 30 siswa. Penentuan sekolah yang akan digunakan sebagai penelitian dilakukan secara acak (random sampling) dengan teknik acak klaster (cluster sampling) yang terdiri atas klaster atas dan klaster bawah. Penentuan klaster atas dan bawah menggunakan rata-rata nilai UAN masing-masing sekolah pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Instrumen penelitian berupa angket, pedoman wawancara, dan dokumentasi nilai siswa. Instrumen yang akan digunakan sebagai penelitian terlebih dahulu diuji validitas
4
dan reliabilitasnya, uji validitas dilakukan oleh validator ahli yang kompeten dibidangnya dan juga beberapa siswa sebagai subjek uji coba sedangkan uji reliabilitas dilakukan pada siswa sebagai subjek uji coba yaitu sebanyak 30 siswa. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan uji korelasi. Sebelum melakukan analisis secara deskriptif dilakukan perhitungan uji beda secara statistika menggunakan Independent sample T-Test dan perhitungan persentase pillihan jawaban responden pada setiap pernyataan. Setelah melalui tahap perhitungan dilakukan analisis untuk mendeskripsikan kecenderungan arah sikap siswa dan kemudian dibedakan bagaimana sikap siswa laki-laki dan perempuan, siswa SMA Negeri dan Swasta serta siswa SMAN Kota Malang dan Kabupaten Malang terhadap pernyataan-pernyataan tersebut. Hasil wawancara juga dianalisis secara deskriptif agar data yang diperoleh lebih akurat dan lengkap. Untuk mengetahui hubungan antara sikap siswa dengan hasil belajar biologi dilakukan uji korelasi menggunakan rumus korelasi sederhana Product Moment dari Pearson dengan taraf signifikansi 5%. HASIL PENELITIAN A. Sikap terhadap Pelajaran Biologi berdasarkan Gender Berdasarkan hasil perhitungan uji beda secara statistika, perbedaan sikap secara signifikan antara laki-laki dan perempuan terdapat pada sub indikator pentingya biologi untuk dipelajari, tingkat kesulitan pelajaran biologi, ketertarikan untuk mengambil karir terkait biologi, keberadaan buku teks biologi, sikap menerima, sikap menghargai dan sikap mengorganisasi. Perbedaan sikap secara signifikan ditunjukkan dengan nilai ρ < 0,05, apabila nilai ρ > 0,05 maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap secara signifikan. Pada sub indikator pentingnya biologi untuk dipelajari menunjukkan nilai ρ < 0,05 yaitu 0,004 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara sikap laki-laki dan perempuan dengan nilai rata-rata lebih tinggi pada perempuan. Pada sub indikator tingkat kesulitan pelajaran biologi diperoleh nilai ρ < 0,05 yaitu 0,007 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara lakilaki dan perempuan dengan nilai rata-rata siswa perempuan lebih tinggi. Pada sub indikator ketertarikan untuk mengambil karir terkait biologi menunjukkan nilai ρ < 0,05 yaitu 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara laki-laki dan perempuan pada indikator ketertarikan mengambil karir terkait biologi. Pada sub indikator keberadaan buku teks biologi diperoleh nilai ρ < 0,05 yaitu 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara laki-laki dan perempuan dengan nilai rata-rata lebih tinggi siswa perempuan. Pada sub indikator sikap menerima diperoleh nilai ρ < 0,05 yaitu 0,000 yang menunjukkan terdapat perbedaan secara signifikan antara laki-laki dan perempuan pada indikator sikap menerima dengan nilai rata-rata perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pada sub indikator sikap menghargai diperoleh nilai ρ < 0,05 yaitu 0,000 yang menunjukkan terdapat perbedaan secara signifikan pada sikap menghargai antara laki-laki dan perempuan dengan nilai rata-rata lebih tinggi pada perempuan. Pada sub indikator sikap mengorganisasi diperoleh nilai ρ < 0,05 yaitu 0,01 yang menunjukkan terdapat perbedaan secara signifikan antara laki-laki dan perempuan pada indikator sikap mengorganisasi.
5
B. Sikap terhadap Pelajaran Biologi antara Siswa SMA Negeri dan Siswa SMA Swasta di Kota Malang Berdasarkan hasil perhitungan uji beda secara statistika, perbedaan sikap secara signifikan terhadap pelajaran biologi antara Siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta di Kota Malang terdapat pada sub indikator ketertarikan terhadap biologi, pentingnya biologi untuk dipelajari, keberadaan buku teks biologi, sikap mengorganisasi dan karakterisasi. Perbedaan sikap secara signifikan ditunjukkan dengan nilai ρ < 0,05, apabila nilai ρ > 0,05 maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap secara signifikan. Pada sub indikator ketertarikan siswa terhadap pelajaran biologi diperoleh nilai ρ < 0,05 yaitu 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta pada indikator ketertarikan dengan nilai rata-rata lebih tinggi pada siswa SMA Negeri. Pada sub indikator pentingnya biologi untuk dipelajari menunjukkan nilai ρ < 0,05 yaitu 0,005 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara sikap siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta dengan nilai rata-rata lebih tinggi pada siswa SMA Negeri. Pada sub indikator keberadaan buku teks biologi diperoleh nilai ρ < 0,05 yaitu 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta dengan nilai rata-rata lebih tinggi siswa SMA Negeri. Pada sub indikator sikap mengorganisasi diperoleh nilai ρ < 0,05 yaitu 0,001 yang menunjukkan terdapat perbedaan secara signifikan antara siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta pada indikator sikap mengorganisasi. Pada sub indikator sikap karakterisasi diperoleh nilai ρ < 0,05 yaitu 0,008 yang menunjukkan terdapat perbedaan secara signifikan antara siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta pada indikator sikap karakterisasi. C. Sikap terhadap Pelajaran Biologi antara Siswa SMA Negeri di Kabupaten Malang dan siswa SMA Negeri di Kota Malang Berdasarkan hasil perhitungan uji beda secara statistika, perbedaan sikap secara signifikan terhadap pelajaran biologi antara Siswa SMA Negeri di Kabupaten dan siswa SMA Negeri di Kabupaten Malang terdapat pada sub indikator sikap menerima dan menghargai. Perbedaan sikap secara signifikan ditunjukkan dengan nilai ρ < 0,05, apabila nilai ρ > 0,05 maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap secara signifikan. Pada sub indikator sikap menerima diperoleh nilai ρ < 0,05 yaitu 0,000 yang menunjukkan terdapat perbedaan secara signifikan antara siswa SMAN Kabupaten dan siswa SMAN Kota pada indikator sikap menerima dengan nilai rata-rata siswa SMAN Kabupaten lebih tinggi dibandingkan siswa SMAN Kota. Pada sub indikator sikap menghargai diperoleh nilai ρ < 0,05 yaitu 0,009 yang menunjukkan terdapat perbedaan secara signifikan pada sikap menghargai antara siswa SMAN Kabupaten dan siswa SMAN Kota dengan nilai rata-rata lebih tinggi pada siswa SMAN Kabupaten. D. Hubungan antara Sikap Siswa SMA Swasta di Kota Malang, siswa SMA Negeri di Kota Malang dan Siswa SMA Negeri di Kabupaten Malang terhadap Hasil Belajar Biologi Berdasarkan hasil analisis korelasi antara sikap dan hasil belajar menggunakan ρroduct momen diperoleh nilai r sebesar 0,504 sedangkan korelasi
6
antara sikap dan hasil belajar aspek psikomotorik diperoleh nilai r sebesar 0,644. Adanya korelasi ditunjukkan pada nilai r > 0,05 jika nilai r < 0,05 maka dapat diartikan bahwa tidak ada korelasi antar variabel. Nilai r pada hasil analisis tersebut dapat menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara sikap siswa terhadap biologi dengan hasil belajar kognitif maupun psikomotorik. PEMBAHASAN A. Sikap terhadap Pelajaran Biologi berdasarkan Gender Perbedaan sikap secara signifikan antara laki-laki dan perempuan terdapat pada sub indikator pentingya biologi untuk dipelajari, tingkat kesulitan pelajaran biologi, ketertarikan untuk mengambil karir terkait biologi, keberadaan buku teks biologi, sikap menerima, sikap menghargai dan sikap mengorganisasi. Siswa perempuan memiliki nilai sikap yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada sub indikator tersebut sedangkan pada sub indikator sikap lainnya tidak ada perbedaan secara signifikan. Adanya perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan dapat menyebabkan perbedaan minat, bakat, perhatian dan tingkat intelegensi antar keduanya. Menurut Ebuoh (2011) adanya ketidak-seimbangan sikap antara laki-laki dan perempuan disebabkan beberapa faktor diantaranya karakter individu, kemampuan kognitif, keluarga, pendidikan dan sosial-budaya. Pada sub indikator pentingnya biologi untuk dipelajari menunjukkan adanya perbedaan sikap secara signifikan dengan nilai rata-rata siswa perempuan lebih tinggi. Siswa perempuan lebih meyadari bahwa biologi penting untuk dipelajari dibandingkan siswa laki-laki. Berdasarkan hasil wawancara pada siswa mengungkapkan bahwa biologi merupakan pelajaran yang penting karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yaitu tentang makhluk hidup, lingkungan dan berguna untuk menambah pengetahuan siswa tentang tubuhnya sendiri berkaitan dengan anatomi dan fisiologi. Usak et al. (2009) mengungkapkan bahwa siswa yang menganggap biologi penting merasa belajar biologi sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan mereka akan cenderung ingin mengetahui proses biologi secara lebih detail. Pada indikator tingkat kesulitan pelajaran biologi menunjukkan siswa perempuan cenderung menganggap biologi mudah sedangkan siswa laki-laki menganggap biologi sulit. Secara umum siswa laki-laki mengungkapkan bahwa mereka lebih menyukai fisika/kimia, tetapi bukan berarti mereka tidak suka terhadap pelajaran biologi. Sasser (2010) mengungkapkan kemampuan mengingat perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena perempuan memiliki hippocampus yang lebih luas sehingga berpotensi meningkatkan memori penyimpanan jangka panjang yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Oleh karena itu wajar jika perempuan lebih mudah untuk mempelajari biologi karena pelajaran biologi berisi banyak materi yang harus dipahami dan dihafalkan. Pada indikator ketertarikan untuk mengambil karir biologi menunjukkan siswa laki-laki cenderung tidak tertarik untuk mengambil karir yang berhubungan dengan biologi sedangkan pada siswa perempuan sebaliknya. Siswa laki-laki menyatakan karir yang berkaitan dengan biologi memang menarik tetapi materi yang harus dipelajari tergolong rumit, terutama di bidang kesehatan seperti dokter dan perawat, selain itu mereka lebih tertarik mengambil karir yang berkaitan dengan fisika atau matematika seperti teknik. Gail et al. (2001) menyatakan siswa laki-laki lebih tertarik untuk mempelajari listrik, radioaktif dan energi sedangkan
7
perempuan lebih tertarik untuk mempelajari tentang makhluk hidup dan kesehatan. Berdasarkan struktur otaknya, Laki-laki memiliki lobus parietal yang berfungsi pada kemampuan visual-spasial lebih besar dibandingkan perempuan sehingga mereka lebih tertarik untuk mengenal tentang bentuk, ruang, rancang bangun atau hal yang bersifat matematis (Inzahuli et al. 2012). Pada sub indikator keberadaan buku teks biologi menunjukkan siswa perempuan cenderung lebih tertarik dan tekun untuk membaca biologi sedangkan siswa laki-laki sebaliknya. Menurut Walsh (2013) siswa perempuan memiliki kemampuan membaca dan menulis yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hasil wawancara pada siswa mengungkapkan bahwa mereka bosan membaca buku teks biologi karena merasa terlalu banyak materi yang harus dibaca. Pada sub indikator sikap menerima yang meliputi memperhatikan ketika guru atau teman memberi penjelasan dan mengikuti sesuai dengan petunjuk guru menunjukkan perempuan memiliki sikap menerima lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Siswa perempuan tampaknya lebih tertib dibandingkan siswa laki-laki. Santrock (2009) mengungkapkan tingkat regulasi diri wanita cenderung lebih tinggi sehingga sisi kepatuhan wanita juga lebih tinggi. Sikap menghargai siswa perempuan juga lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki. Berdasarkan hasil wawancara guru, secara umum siswa menghargai ketika teman memberikan penjelasan hasil diskusi, tetapi memang kadang siswa laki-laki kurang memperhatikan dan sulit untuk dikondisikan. Siswa perempuan cenderung memiliki rasa toleransi yang tinggi dibandingkan laki-laki. Sikap mengorganisasi siswa perempuan juga lebih unggul dibandingkan siswa laki-laki. Dalam aspek regulasi diri, membaca dan menulis siswa perempuan justru lebih unggul dibandingkan siswa laki-laki (Santrock, 2009). Sasser (2010) menjelaskan bundel saraf padat yang menghubungkan dua belahan otak atau Corpus callosum lebih banyak pada otak perempuan dibandingkan otak laki-laki sehingga menyebabkan perempuan lebih unggul dalam mengontrol atau mengatur diri (self-manage) dan multitasking seperti melihat, mendengar, dan mencatat secara bersamaan sehingga wajar jika perempuan lebih rajin dan tekun. Perbedaan sikap yang dimiliki antara laki-laki dan perempuan hendaknya lebih diperhatikan oleh guru terutama pada sub indikator tingkat kesulitan biologi dan ketertarikan membaca buku biologi dimana siswa laki-laki cenderung bersikap negatif. Guru harus memotivasi siswa terutama siswa laki-laki untuk lebih tertarik membaca buku teks biologi untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi. Guru bisa merubah sikap negatif melalui penerapan metode yang efektif dan inovatif sesuai dengan karakter siswa untuk memudahkan dalam memahami materi, sehingga siswa tidak merasa kesulitan ketika belajar biologi. Penyajian materi yang menarik dan tidak membosankan akan membuat siswa lebih tertarik terhadap biologi. Selain itu Guru hendaknya mampu membantu siswa untuk mengembangkan sikap positif agar tujuan dari pembelajaran bisa tercapai termasuk hasil belajar yang maksimal. B. Sikap terhadap Pelajaran Biologi antara Siswa SMA Negeri dan Siswa SMA Swasta di Kota Malang Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji beda dan persentase pilihan jawaban antara siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta di Kota Malang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap pada beberapa sub
8
indikator. Perbedaan sikap yaitu pada sub indikator ketertarikan terhadap biologi, pentingnya biologi untuk dipelajari, keberadaan buku teks biologi, sikap mengorganisasi dan karakterisasi dengan nilai rata-rata siswa SMA Negeri lebih tinggi dibandingkan siswa SMA Swasta pada semua sub indikator tersebut. Perbedaan sikap antara siswa SMA Negeri dan Swasta pada beberapa indikator di atas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Sarkar et al. (2015) perkembangan sikap seorang siswa dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor yang berasal dari murid meliputi tingkat pengetahuan, pencapaian dalam belajar, kepercayaan diri dan motivasi, kemudian faktor dari guru atau sekolah yang meliputi kualitas sekolah, kualitas guru, metode pembelajaran, sumber belajar atau fasilitas yang disediakan oleh sekolah dan manajemen kelas, serta faktor dari lingkungan sosial siswa yang meliputi latar belakang pendidikan orangtua, motivasi orangtua terhadap pendidikan anak dan kondisi lingkungan sekitar siswa. Olatoye & Agbatogun (2009) mengungkapkan terdapat perbedaan karakter antara sekolah negeri dan sekolah swasta, perbedaan tersebut terdapat pada Tabel 1 Tabel 1 Perbedaan Sekolah Negeri dan Swasta Sekolah Negeri Ukuran kelas relatif besar Metode pengajaran guru lebih up to date Lebih diminati masyarakat Lebih cepat untuk beradaptasi dengan adanya kurikulum baru Menyediakan dana khusus untuk keperluan pengembangan keprofesionalan guru Mayoritas guru memiliki sertifikat mengajar Sebagian besar dana dibantu oleh pemerintah Orang tua lebih konsen terhadap pendidikan Mayoritas sistem penerimaan siswa baru melalui tahap seleksi
Sekolah Swasta Ukuran kelas relatif kecil Metode pengajaran guru kurang up to date Kurang diminati masyarakat Lebih lama untuk beradaptasi dengan adanya kurikulum baru Tidak menyediakan dana khusus untuk keperluan pengembangan keprofesionalan guru Tidak semua guru memiliki setifikat mengajar Sebagian besar dana diperoleh secara mandiri Orang tua lebih konsen terhadap pendidikan Penerimaan siswa baru tidak selalu melalui tahap seleksi
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa secara umum sekolah negeri memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan sekolah swasta. Perbedaan kualitas tersebut dapat membentuk sikap yang berbeda sehingga juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sarana prasarana yang memadai, kemampuan guru yang baik dalam mengajar dan memotivasi siswa serta input siswa yang baik akan membentuk sikap positif pada siswa. Adanya perbedaan sikap tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil penelitian Olasehinde et al (2014) menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari SMA Negeri lebih tinggi dibandingkan SMA Swasta. Guru sebagai fasilitator dalam belajar hendaknya bisa membantu siswa untuk mengembangkan sikap positif terhadap pelajaran agar hasil belajar siswa bisa maksimal, terutama bagi guru di SMA Swasta. Guru harus lebih inovatif dalam mengajar, lebih up to date terkait macam-macam metode pembelajaran yang bisa meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu guru bisa memberikan tugas-tugas tambahan pada siswa agar frekuensi belajar siswa dan kesiapan siswa ketika pembelajaran dimulai bisa meningkat.
9
C. Sikap terhadap Pelajaran Biologi antara Siswa SMA Negeri di Kabupaten Malang dan Siswa SMA Negeri di Kota Malang Berdasarkan hasil perhitungan uji beda statistika dan persentase pilihan jawaban siswa antara siswa SMA Negeri Kota Malang dan Kabupaten Malang menunjukkan terdapat sikap siswa pada beberapa indikator. Perbedaan sikap tersebut terdapat pada sub sikap menerima dan menghargai dengan nilai rata-rata siswa SMA Negeri di Kabupaten lebih tinggi dibandingkan siswa SMA Negeri di Kota Malang. Perbedaan wilayah antara sekolah Kabupaten dan Kota tampaknya berpengaruh pada sikap sosial siswa akibat perbedaan lingkungan sosial budaya. Pada sub indikator sikap menerima berdasarkan hasil perhitungan persentase, menunjukkan bahwa secara umum siswa memiliki sikap menerima yang cukup baik, tetapi antara siswa SMAN di Kabupaten dan Kota Malang memiliki sikap menerima yang berbeda secara signifikan. Guru mengungkapkan bahwa sikap menerima siswa sudah baik, siswa selalu memperhatikan ketika teman melakukan presentasi, begitu juga ketika guru memberi penjelasan. Namun siswa SMAN Kabupaten memiliki intensitas sikap positif yang lebih tinggi dibandingkan siswa SMAN Kota. Faktor budaya dan lingkungan sosial dapat mempengaruhi sikap siswa, siswa di daerah pedesaan memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial yang lebih tinggi karena mereka terbiasa hidup secara kekeluargaan, sehingga mereka memiliki perhatian terhadap orang lain yang lebih tinggi dibandingkan siswa SMA di daerah perkotaan (Pratitis, 2010). Selain itu siswa di SMAN Kabupaten juga memiliki nilai sikap menghargai yang lebih tinggi. Sikap menghargai dinilai dari bagaimana siswa menghargai adanya perbedaan pendapat, menghargai hasil karya teman dan mendukung teman untuk belajar biologi. Perbedaan sikap antara siswa Kabupaten dan Kota juga dipengaruhi oleh tingkat kekeluargaan yang berbeda antara kedua wilayah tersebut. Siswa yang tinggal di wilayah Kabupaten yang identik dengan daerah pedesaan cenderung hidup dalam suasana kekeluargaan yang lebih kental, sehingga sikap sosial mereka terhadap sesama lebih mudah tumbuh, mereka cenderung menghargai terhadap aktivitas yang dilakukan oleh orang lain (Pratitis, 2010). Oleh karena itu siswa dari wilayah Kabupaten memiliki sikap toleransi yang tinggi sehingga sikap menghargai pada siswa SMAN Kabupaten terhadap pendapat maupun karya orang lain juga lebih tinggi. Menurut Mc. Cracken & Barcinas (1991) kondisi lingkungan sosial-ekonomi, tingkat pendidikan orangtua, tingkat intelegensi, pengalaman dan motivasi antara siswa di Kabupaten dengan siswa yang berada di Kota tentunya berbeda sehingga membentuk sikap yang berbeda pula. Oleh karena itu guru baik didaerah perkotaan maupun pedesaan harus memotivasi siswa untuk memiliki sikap positif yang tinggi terhadap semua pelajaran terutama biologi agar tidak terdapat perbedaan antara siswa yang bersekolah di lokasi pedesaan (kabupaten) dan siswa di lokasi perkotaan. Guru harus lebih aktif dalam mencari referensi yang berkaitan dengan peningkatan sikap positif siswa terutama pada indikator sikap menerima dan menghargai baik itu melalui penerapan metode, penggunaan media maupun strategi pembelajaran yang inovatif.
10
D. Hubungan antara Sikap Siswa SMA Swasta di Kota Malang, Siswa SMA Negeri di Kota Malang dan Siswa SMA Negeri di Kabupaten Malang terhadap Hasil Belajar Biologi Berdasarkan hasil perhitungan secara statistik dapat diartikan bahwa terdapat korelasi antara sikap dengan hasil belajar baik pada aspek kognitif maupun psikomotor. Sikap merupakan faktor internal yang mempengaruhi pencapaian akademik. Semakin tinggi sikap siswa maka hasil belajar juga semakin tinggi. Menurut Walters & Soyibo (2012) semakin positif (Favourable) sikap siswa maka hasil belajar siswa juga semakin tinggi baik dari aspek kognitif maupun psikomotor. Sikap positif terhadap biologi merupakan prasyarat keberhasilan belajar biologi dan akan mempengaruhi minat siswa pada pembelajaran selanjutnya (Sapuroh, 2010). Siswa yang memiliki sikap positif cenderung semangat dan tekun dalam belajar sehingga akan memperoleh hasil belajar yang maksimal. Sikap berkaitan dengan motivasi pada diri seseorang terkait bagaimana upaya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan mereka. Sikap merupakan faktor penting untuk menentukan aktivitas seseorang terhadap suatu objek. Motivasi dan hasil belajar merupakan hal yang sangat berkaitan untuk menentukan kesuksesan seseorang pada aspek akademik (Michelli, 2013). Siswa dengan motivasi yang tinggi untuk mencapai suatu tujuan akan memiliki usaha yang tinggi pula agar tujuannya tercapai sehingga hasil belajarnya dapat maksimal, sedangkan siswa yang kurang termotivasi pada suatu objek, memiliki usaha rendah untuk mencapai objek tersebut dan hal ini akan berpengaruh pada hasil belajarnya. Asnawi (2002) mengungkapkan bahwa siswa yang mempunyai sikap positif terhadap pelajaran akan membuat siswa lebih baik dalam mengerjakan tugas pelajaran tersebut sehingga mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sikap positif siswa terhadap pelajaran biologi akan mendorong siswa untuk terus berusaha belajar dalam pencapaian tujuan belajar yang sudah ditentukan sehingga siswa akan mencapai hasil belajar yang maksimal baik pada tingkat kognitif maupun psikomotor. Seorang guru juga memiliki peran penting dalam pembentukan sikap siswa. Michelli (2013) mengungkapkan guru bisa membuat siswa yang memiliki sikap awal negatif berubah menjadi positif melalui pemberian motivasi, keuletan dalam mengajar dan pembimbingan yang optimal dalam pengerjaan tugas. PENUTUP Kesimpulan Terdapat perbedaan sikap terhadap pelajaran biologi berdasarkan gender pada sub indikator pentingya biologi untuk dipelajari, tingkat kesulitan pelajaran biologi, ketertarikan untuk mengambil karir terkait biologi, keberadaan buku teks biologi, sikap menerima, sikap menghargai dan sikap mengorganisasi. Terdapat perbedaan sikap terhadap pelajaran biologi antara Siswa SMA Negeri dan siswa SMA Swasta di Kota Malang pada sub indikator ketertarikan terhadap biologi, pentingnya biologi untuk dipelajari, keberadaan buku teks biologi, sikap mengorganisasi dan karakterisasi. Terdapat perbedaan sikap terhadap pelajaran biologi antara siswa SMA Negeri di Kabupaten Malang dan siswa SMA Negeri di Kota Malang pada sub indikator sikap menerima dan menghargai. Terdapat hubungan positif antara sikap siswa SMA Swasta di Kota Malang, siswa SMA
11
Negeri di Kota Malang dan siswa SMA Negeri di Kabupaten Malang terhadap hasil belajar biologi baik pada aspek kognitif dan aspek psikomotorik. Saran Guru hendaknya mampu memotivasi dan membimbing siswa terutama siswa lakilaki dengan baik ketika proses pembelajaran biologi agar siswa laki-laki lebih tertarik dan lebih mudah dalam memahami materi biologi sehingga tidak merasa kesulitan. Guru di SMA Swasta agar lebih memotivasi siswa untuk lebih antusias dan tekun dalam pembelajaran biologi sehingga hasil belajar siswa bisa maksimal. Guru di SMA Negeri Kota Malang hendaknya mampu mengembangkan sikap positif siswa pada aspek sikap menerima dan menghargai. Guru hendaknya memberikan perlakuan terhadap siswa sesuai dengan kecenderungan sikap yang dimiliki. Bagi sekolah lebih memperhatikan kemampuan guru dalam mengajar, sarana dan prasarana baik di dalam kelas maupun di luar kelas terutama bagi sekolah SMA Swasta untuk menunjang kegiatan pembelajaran sehingga dapat mengembangkan sikap positif bagi siswa. DAFTAR RUJUKAN Asnawi, S. 2002. Teori Motivasi: Dalam Pendekatan Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Studio Press. Djamarah & Aswan. Z. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Cook, J. L. & Travers, J. F. 2000. Educational Psycology: Effective Teaching, Effective Learning, Third Edition. United States of America: McGraww-Hill Companies, Inc. Ebuoh, C., N. 2011. Influence of Gender on Students’ Attitude Towardsbiology in Enugu East Local Government Area of Enugu State. The Nigerian Journal of Research and Production, 18 (1): 1-9. Gail, J., Ann, H., Melissa, J. 2001. Gender Differences in Students’ Experiences, Interests, and Attitudes toward Science and Scientists. Journal of Education Research, 6 (1): 180-191. Inzahuli, S., Elizabeth, R., Lazarus, N., 2012. Gender Disparities in Self-concept, Attitude and Perception in Physics and Chemistry. Atlas Journal of Science Education, 2 (1): 61-69. Jannah, M. 2014. Hubungan Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Biologi Dengan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Di Kota Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Mc Cracken, J., D. & Barcinas, J., D., T. 1991. Difference between Rural and Urban Schools, Student Characteristics, and Student Aspiration in Ohio. Journal of Research in Rural Education, Winter, 7 (2). (Online), (http://jrre.vmhost.psu.edu), diakses pada 19 Juni 2016.
12
Michelli M. P. 2013. The Relationship between Attitudes and Achievement in Mathematics among Fifth Grade Students, (Online), (http://aquila.usm.edu/honors_theses/126/), diakses pada 20 Januari 2016. Olasehinde, John, K., Olatoye, Ademola, R. 2014. Comparison of Male and Female Senior Secondary School Students’ Learning Outcomes in Science in Katsina State, Nigeria. Mediterranean Journal of Social Sciences, 5 (2): 517-522. Olatoye, R., A. & Agbatogun A., A. 2009. Parental Involvment as Correlates of Pupil’s Achievment in Mathematic’s and Science in Ogun State, Nigeria. Educational Research and Review, 14 (10): 457-464. Pavol, P., Gaye, T., Julia C. 2007. Slovakian Students’ Attitudes toward Biology. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3 (4). (Online), (http://www.ejmste.org), diakses pada 20 Januari 2016. Pratitis, N., T. 2010. Perbedaan Agresivitas dan Prososial antara Siswa SMP Negeri di Kota dan di Desa. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Santrock, J., W. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. Sapuroh, S. 2010. Analisis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Memahami Konsep Biologi Pada Konsep Monera. (Online), (http://www.uin syarif.ac.id), diakses pada 03 Desember 2015. Sarkar, P., De, K., K., Maiti, N., C. 2015. Attitude of School Student Towards Geography, Indian Journal of Applied Research, 5 (1): 469-473. Sasser, L. 2010. Brain Differences between Genders. Gender Differences in Learning, Genesis, 5:1‐2. (Online), (http: //www.faccs.org), diakses tanggal 20 Mei 2016. Sharma, R., M. 2007. Students Attitude to Science in Urban and Rural Schools in Trinidad and Tobago, Carribean Curriculum, 14: 31-47. Usak, M., Pavol, P., Mustofa, O., Murat, O., Kadir, B., Mehmet, E. 2009. Turkish University Student’s Attitude Toward Biology: The Effect Of Gender and Enrolment in Biology Classes. Journal of Baltic Science Education, 8 (2): 88 - 96. Walsh, D. 2013. Boys' and Girls' Brains: What's the Difference?. (Online), (http://www.pbs.org), diakses 21 Mei 2016. Walters, S., B., & Soyibo, K. 2012. Correlations Among Five Variables And The Biology Performance Of A Sample Of Jamaican High School Students. Journal Of Science And Mathematics Education In S.E. Asia, 27 (1): 117134.