Perbedaan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis dan Rasa Pahit pada Perokok dan Non Perokok
M.Dhio Fandra NPM : 10.8.03.81.41.1.5.074
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR DENPASAR 2014
KATA PENGANTAR
Puji beserta Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis Dan Rasa Pahit Pada Perokok Dan Non Perokok” ini tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Skripsi ini juga merupakan kesempatan berharga untuk dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah yang diharapkan penulis sehingga bermanfaat di bidang kedokteran gigi. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan yang begitu besar dari banyak pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada : 1. Yth. drg. P.A Mahendri Kusumawati, M. Kes., FISID selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. 2. drg.Tri Purnami Dewi R , M.kes., drg. Ni Putu Widani Astuti, M.kes, dan drg. Ni Luh Putu Sri Maryuni A, M.Biomed selaku dosen pembimbing I, pembimbing II dan dosen penguji atas segala upaya dan bantuan Beliau dalam mengarahkan, membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.
Kemudian tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Erifan Dachban Uyub dan Ibunda Ratna Wilis yang selalu menginspirasi penulis, mendo’akan, memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil. Saudaraku tersayang Muhammad Ervin Febrian dan Muhammad Haikal Novandika yang selalu menjadi penghibur disaat penulis mengerjakan skripsi ini. Pacarku tersayang Cynthia Devi Sugianto yang selalu memberikan dukungan dan perhatian sehingga penulis dapat menyeselesaikan skripsi ini. Teman teman tercinta Ary Dharma, Dwi Suspriawan, Praminingrat, Anang Prayitna, Krisna Agus, Nanda Pradana, Andy Kumbara Thomas, Messy, Dani, dan Lany yang membantu penulis dalam melakukan penelitian dan selalu memberikan dukungan serta semangat dalam menulis skripsi ini, Dan yang terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh sampel yang telah bersedia menjadi responden, sehingga penelitian ini dapat berjalan lancer. Penulis menyadari terdapat kekurangan dan keterbatasan skripsi ini, untuk itu penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Denpasar, 12 Juli 2014
Penulis
Perbedaan Sensitivitas Rasa Manis dan Rasa Pahit pada Perokok dan Non Perokok
Abstrak
Lidah adalah salah satu dari panca indera yang berfungsi sebagai alat pengecap. Pengecap rasa pada lidah disebut dengan taste bud. Taste buds memiliki beberapa tipe reseptor rasa, setiap tipe ini akan mendeteksi satu jenis rasa dari 5 rasa dasar yaitu, asam, asin, manis, pahit, dan umami. Selain karena usia, penurunan indera perasa juga dapat disebabkan oleh kebiasaan buruk seperti merokok karena rongga mulut merupakan daerah yang paling mudah terpapar efek merugikan akibat merokok. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan sensitivitas indera pengecap antara perokok dan non perokok di reseptor rasa manis dan rasa pahit. Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 15 orang perokok dan 15 orang non perokok. Taste strip diletakan pada bagian reseptor rasa manis dan reseptor rasa pahit dengan konsentrasi larutan rasa manis (sukrosa) 68%, sedangkan konsentrasi larutan pada rasa pahit (quinine hidrochloride) 50%. Hasil uji Maan-Whitney test pada indikator rasa manis menunjukkan Nilai Sig. yang didapatkan yaitu 0,03 < 0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikasi rasa manis antara kelompok perokok dan non perokok. Sedangkan Hasil uji MannWhitney test pada indikator rasa pahit menunjukkan Nilai Sig. yang didapatkan sebesar 0,00 < 0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikasi pengecap rasa pahit antara kelompok perokok dan non perokok. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit pada kelompok sampel perokok lebih rendah dibandingkan dengan kelompok sampel non perokok. Kata Kunci: Sensitivitas, Indra pengecap, Perokok, Non Perokok
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul…………….............................................................................. i Halaman Persetujuan Pembimbing……. ....................................................... ii Halaman Persetujuan Penguji dan Pengesahan Dekan. ................................ iii KATA PENGANTAR……… ...................................................................... iv ABSTRAK .................................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A Latar Belakang ..................................................................................... 1 B Rumusan Masalah ................................................................................ 2 C Tujuan Penelitian .................................................................................. 3 D Manfaat Penelitian................................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4 A Lidah .................................................................................................... 4 1 Anatomi Lidah ............................................................................... 4 2 Taste Buds ..................................................................................... 5 3 Vaskularisasi dan Pensarafan pada Lidah ..................................... 7 4 Fisiologi Lidah ............................................................................... 8 5 Jenis-jenis Lidah ....................................................................10 6 Faktor yang Memperngaruhi Sensitivitas Indera Pengecap ......... 13 B Rokok ................................................................................................. 14 1 Sejarah Rokok.............................................................................. 14 2 Jenis Rokok.................................................................................. 16 3 Kandungan Rokok ..................................................................... . 17 4 Mekanisme Perubahan Daya Sensitivitas Indera Pengecap Akibat Rokok......................................................................... 20 BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 21 A Rancangan Penelitian ......................................................................... 21 B Indikasi Variabel ................................................................................ 21 C Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 21 D Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 22 E Kriteria Sampel ................................................................................... 23
F Definisi Operasional ........................................................................... 23 G Bahan dan Alat Penelitian .................................................................. 24 H Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 24 I Jalannya Penelitian ............................................................................ 26 BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 27 A Hasil Uji Rasa Manis Terhadap Perokok dan Non Perokok .............. 27 B Hasil Uji Rasa Pahit Terhadap Perokok dan Non Perokok ................ 28 BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 29 BAB VI KESIMPULAN ............................................................................. 34 A Simpulan ........................................................................................... 34 B Saran .................................................................................................. 34 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 35 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Hasil uji Mann-Whitney test pada indikator rasa manis…..................27 Tabel 4.2 Hasil uji Mann-Whitney test pada indikator rasa pahit.......................28
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Otot ekstrinsik dan intrinsik lidah...............................................5 Gambar 2.2 Taste buds pada lidah ............................................... …………..7 Gambar 2.3 Letak reseptor rasa pada lidah....................................................10 Gambar 2.4 Letak papila pada lidah manusia………………………….........13 Gambar 2.5 Kandungan zat berbahaya pada rokok………………………....19
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Lidah adalah salah satu dari panca indera yang berfungsi sebagai alat pengecap (Mark H. Swartz 1995, Anis 2009, Don W 2002). Pengecap rasa pada lidah disebut dengan taste buds. Taste buds mengandung pori-pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili dan membawa sel gustatoris yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Mikrovili merupakan reseptor permukaan bagi rasa. Serabut nervus sensorik dari taste buds pada bagian anterior lidah menghantarkan impuls ke batang otak melalui chorda tympani (cabang dari nervus facialis). Bagian posterior lidah menghantar impuls ke batang otak melalui nervus glossopharyng sedangkan taste buds pada pharynx dan epiglottis diinervasi oleh nervus vagus untuk menginterpretasikan rasa (Marya 2002). Taste buds mengandung beberapa reseptor rasa yaitu rasa asam, asin, manis, pahit dan umami. Rasa asam sering digunakan untuk mendeteksi keasaman, rasa asin dapat memodulasi diet untuk kestabilan elektrolit tubuh, rasa manis penting untuk menambah energi tubuh, rasa pahit dapat mendeteksi berbagai toksin dan rasa umami digunakan untuk mendeteksi asam amino (Anis 2009). Indera pengecap mulai berkurang saat manusia mencapai umur 50 tahun. Perubahan-perubahan kecil terjadi di 20 tahun pertama dalam hidup. Saat mencapai umur 30 tahun, manusia memiliki 245 taste buds pada tiap papilla di lidah. Saat berumur 70 tahun, jumlah taste buds di setiap papilla berkurang hingga berjumlah 88 saja dimana rasa manis dan asin lebih dulu terasa efeknya (Guyton
2009). Selain karena usia, penurunan indera pengecap juga dapat disebabkan oleh kebiasaan buruk seperti merokok karena rongga mulut merupakan daerah yang paling mudah terpapar efek merugikan akibat merokok (Tjandra 2003). Efek penurunan sensitivitas pada taste buds dapat dirasakan terutama pada pengecap rasa manis dan pahit. Dalam beberapa penelitian, para peneliti menggunakan stimulasi elektrik untuk menguji ambang rasa pada 62 peserta dari Greece. Memberikan arus listrik pada lidah akan menghasilkan rasa metalik yang unik, lalu mengukur jumlah arus listrik yang diperlukan bagi peserta untuk mendapatkan rasa unik ini, jumlah ini yang digunakan para peneliti untuk menginterpretasikan sensitivitas dari rasa. Pada penelitian ini sebanyak 28 perokok mendapatkan skor yang terburuk, dibandingkan dengan 34 jumlah peserta non perokok. Para peneliti lalu menggunakan endoskopi untuk mengukur jumlah dan bentuk dari satu tipe taste bud yaitu fungiform papillae. Mereka menemukan bahwa perokok memiliki fungiform papillae yang lebih datar dengan suplai darah yang cenderung menurun (Greece 2007).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang didapat adalah bagaimana perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit antara perokok dan non perokok ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian untuk mengetahui perbedaan sensitivitas indera pengecap antara perokok dan non perokok di reseptor rasa manis dan rasa pahit.
D. Manfaat Penelitian Mengetahui dan memahami perbedaan sensitivitas indera pengecap antara perokok dan non perokok di reseptor rasa manis dan rasa pahit.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lidah 1. Anatomi Lidah Lidah adalah salah satu dari panca indera yang befungsi sebagai alat pengecap. Lidah terletak didasar mulut dan melekat pada tulang hioid. Lidah berwarna merah dan permukaannnya tidak rata. Korpus lidah mengandung otot intrinsik dan ekstrinsik dan merupakan otot terkuat didalam tubuh (Mark H. Swartz 1995, Irianto 2012, Greenberg MS 1992). Otot intrinsik berfungsi untuk melakukan semua gerakan lidah, otot ekstrinsik berfungsi mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta membantu melakukan gerakan menekan makanan pada langit-langit dan gigi, kemudian mendorongnya masuk ke faring (Sufitni 2008, Mark H. Swartz 1995). Pada permukaan atas atau dorsal lidah terdapat alur berbentuk “V” yaitu sulkus terminalis, ujung “V”nya mengarah ke posterior. Sulkus ini membagi lidah menjadi bagian anterior dan bagian posterior. Sebagian besar lidah terdiri atas serat serat otot rangka diliputi lendir dan kelenjar. Serat otot lidah yang intrinsik, yaitu yang terdapat didalam lidah dan ekstrinsik yaitu yang lainnya yang berorigo diluar terutama pada mandibula, tulang hioid, dan berinsersi pada lidah. Diantara serat-serat otot, terdapat kelenjar. Kelenjar utama tersebut bersifat seperti mukosa terdapat pada pangkal lidah, dengan saluran keluar bermuara di belakang sulkus terminalis. Kelenjar serosa terletak pada badan lidah, dengan saluran keluar bermuara di depan sulkus,
sedangkan asini campur terletak di ujung lidah, dengan salurannya bermuara pada permukaan bawah lidah (C.Roland 1996, Don W 2002). Membran mukosa pada permukaan bawah lidah sifatnya licin dan di bawahnya terdapat tunika submukosa. Pada permukaan atas terlihat banyak tonjolan-tonjolan kecil disebut papila lidah (C.Roland 1996). Tonjolantonjolan kecil pada permukaan lidah (papilla) terdapat sel-sel reseptor (tunas pengecap). Terdapat lebih dari 10.000 tunas pengecap pada lidah manusia, selsel ini tumbuh seminggu setelah itu digantikan oleh sel-sel yang baru. Sel-sel inilah yang bisa membedakan rasa manis asam, pahit, dan asin (Evelyn 2009).
Gambar 2.1 Otot Ekstrinsik dan Intrinsik Lidah (Sufitni 2008)
2. Taste buds Taste buds mengandung sel reseptor kecap (gustatoris), terletak di dalam epitel mulut (berlapis gepeng), terutama pada papilla, tetapi dapat juga dijumpai di tempat lain dalam rongga mulut, palatum, dan epiglotis (Roland 1996). Taste buds memiliki beberapa tipe reseptor rasa, setiap tipe ini akan mendeteksi satu jenis rasa dari 5 rasa dasar yaitu, asam, asin, manis, pahit, dan
umami. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu (Jacewicz 2008). Taste buds merupakan sel epitel yang telah dimodifikasi, beberapa diantaranya disebut sebagai sel sustentakular dan lainnya disebut sebagai sel reseptor. Sel-sel reseptor ini terus-menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya dengan waktu paruh sekitar sepuluh hari (Guyton 2009). Taste buds terdapat tiga jenis sel epitel: 1) Sel penyokong atau sel sustentakular, terletak terutama di bagian perifer taste buds; 2) Sel pengecap neuroepitel yang biasanya hanya berjumlah 10 sampai 14 sel pada tiap taste buds; 3) Sel basal letaknya di perifer dekat lamina basal, dianggap sebagai sel induk (stem) sel jenis lainnya. Pergantian sel di dalam taste buds berlangsung relatif cepat, masa hidup pada umumnya 10 hari, dan sel sustentakular mungkin merupakan suatu tahap perantara dalam perkembangan diferensiasi sel sensorik. Rangsang kimiawi sampai pada sel sensoris dan diteruskan oleh neurotransmiter ke ujung akhir saraf yang berbentuk putik dan terletak diantara sel-sel. Akhir – akhir ini telah dapat diperlihatkan bahwa satu kuncup kecap (satu papilla) dapat merasakan keempat macam rasa dasar; tentunya tak ada perbedaan struktural yang ditemukan untuk menjelaskan perbedaan dalam rasa dasar tersebut. Saraf dari taste buds yang letaknya pada dua pertiga bagian depan lidah berjalan di dalam chorda thympani, cabang saraf fasialis; sedangkan dari taste buds pada sepertiga bagian belakang lidah berjalan dalam saraf glosofaringues yang membawa rasa kecap dari epiglotis dan faring bawah berjalan dalam saraf vagus (C.Roland 1996).
Gambar 2.2 Taste buds pada lidah (Hermanto 2012)
3. Vaskularisasi dan saraf pada lidah Vaskularisasi lidah berasal dari arteri carotis interna, arteri ini bercabang menjadi arteri sublingualis yang akan memberi vaskularisasi pada musculus mylohyoid, glandula sublingualis, dan mukosa membran mulut menuju vena jugularis interna. Terdapat tiga vena yang menjadi percabangan dari nervus hypoglossi yaitu vena lingualis profundus, vena lingualis dorsalis dan vena comitantens. Vena lingualis inilah yang mendampingi arteri lingualis menuju vena lingualis intern (Irianto 2012). Tergantung lokasinya pada lidah, taste buds dapat disarafi oleh akson sensoris oleh nervus kranialis fasialis (N.VII), glossofaringeus (N.IX), atau vagus (N.X). Pensarafan sensoris umum lidah, anterior dari sulkus terminalis melalui cabang lingual dari mandibularis (N.V), sementara sensasi gustatoris daerah ini, kecuali untuk papilla sirkumvalata, adalah melalui cabang chorda thympani dari
nervus fasialis (N.VII), yang menyertai nervus lingualis. Taste buds pada papilla sirkumvalata dan bagian faringeal lidah disarafi cabang lingual dari nervus glossopharingeus (N.XI). Taste buds pada epiglottis dan bagian paling posterior lidah disarafi oleh cabang laringeal superior dari nervus vagus (N.X) (Don W 2002, Evelyn 2009). 4. Fisiologi Lidah Terdapat 4 tipe rasa dasar pada lidah yaitu asam, asin, manis, dan pahit. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah. Rasa manis dan rasa asin dirasakan pada ujung lidah, asam pada samping lidah dan pahit pada daerah sekitar papilla sirkumvalata. Keempat rasa ini dikenal dengan istilah sensasi rasa primer (Don W 2002). Selain itu, ada rasa kelima yang telah teridentifikasi yakni umami yang dominan ditemukan pada glutamat (Marya 2002). a. Rasa Manis Gula atau pemanis buatan tidak langsung masuk sel rasa, tetapi memicu dulu perubahan di dalam sel. Senyawa tersebut akan terikat reseptor pada permukaan sel rasa yang digandeng dengan molekul Gprotein. Dinamakan G-protein karena untuk aktivitasnya protein ini diatur oleh Guanin Trifosfat (Irianto 2012). Beberapa jenis zat kimia yang menyebabkan rasa ini meliputi gula, glikol, alkohol, aldehida, keton, amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam halogen, dan garam anorganik dari timah hitam dan berilium. Hampir semua zat yang menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik, satu-satunya zat
anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam tertentu dari timah hitam dan berillium (Guyton 2009). b. Rasa Asam Ion hidrogen dalam larutan dapat menyebabkan sensasi rasa asam. Ion ini bereaksi terhadap sel rasa dalam tiga cara yaitu, dapat masuk ke dalam sel secara langsung, memblokir kanal ion kalium pada mikrovili, dan mengikat kanal bukaan di mikrovili, sehingga ion-ion positif dapat masuk dalam sel rasa. Muatan positif ini akan berakumulasi dan mendorong
terjadinya
depolarisasi
yang
dapat
melepaskan
neurotransmiter dan menyalurkan sinyal ke otak (Irianto 2012). c. Rasa Asin Garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl) adalah satu contoh dari garam yang dapat menimbulkan sensasi rasa asin. Ion natrium masuk melalui kanal ion pada mikrovili bagian apikal, atau lewat kanal pada basolateral (sisi) sel rasa, hal inilah yang akan membangunkan sel rasa tersebut (Irianto 2012). Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya karena beberapa jenis garam juga mengeluarkan rasa lain di samping rasa asin (Guyton 2009). d. Rasa Pahit Seperti rasa manis, rasa pahit tidak disebabkan suatu jenis agen kimia. Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit adalah zat organik rantai panjang yang berisi nitrogen dan alkaloid yang terdiri dari banyak obat yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin, kafein, strikmin, dan nikotin (Irianto 2012), misalnya kuinin, zat ini bereaksi
melalui G-protein bersama reseptor dan second messenger. Namun, hanya second messenger yang mampu mendorong pelepasan ion kalsium dari retikulum endoplasma. Depolarisasi pun terjadi akibat terakumulasinya ion kalsium, dan terjadi juga pelepasan neurotransmiter (Guyton 2009). e. Rasa Umami Umami berasal dari bahasa Jepang yang berarti “Meaty” atau “Savory” (enak, sedap, lezat). Rasa umani ditimbulkan oleh glutamat, yaitu asam amino yang banyak terdapat pada protein daging dan ikan. Zat ini bereaksi melalui G-protein bersama reseptor atau second messenger. Namun, belum diketahui tahapan antara second messenger dan pelepasan neurotransmiter (Irianto 2012).
Gambar 2.3 Letak reseptor rasa pada lidah (Jacob 2010).
5.
Jenis – Jenis Papilla Terdapat 4 jenis papilla pada manusia,yaitu: a. Papilla filiformis terdapat di atas seluruh permukaan lidah, umumnya tersusun dalam barisan barisan sejajar dengan sulkus terminalis (Jacob 2010). Papilla filiformis bentuknya kurang lebih seperti kerucut, langsing dan tingginya 2-3 mm. Bagian tengahnya terdiri atas jaringan ikat lamina propria. Jaringan ikat ini juga membentuk papila sekunder. Epitel yang meliputi papila sebagian mengalami pertandukan yang cukup keras sifat nya (C.Roland 1996). b. Papilla fungifornis letaknya tersebar di antara deretan papilla filiformis, dan jumlahnya makin banyak ke arah ujung lidah, bentuknya seperti jamur dengan tangkai pendek, dan bagian atas yang lebih lebar. Jaringan ikat di tengah-tengah papilla membentuk papilla sekunder sedangkan epitel di atasnya tipis sehingga pleksus pembuluh darah di dalam lamina propria menyebabkannya berwarna merah atau merah muda. Taste buds terdapat di dalam epitel (C.Roland 1996). Papila ini diinervasi oleh nervus facial (N.VII) (Jacob 2010). Sebuah penelitian di China mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara kepadatan papilla fungiform dengan pemeriksaan rasa manis menggunakan larutan sukrosa pada pria dewasa muda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa anatomi papilla sangat erat hubungannya dengan ambang sensitivitas rasa khususnya pada papilla fungiformis (Zhang Gen-H et al. 2008).
c. Papilla sirkumvalata (vallum = dinding) pada manusia jumlahnya hanya 10 sampai 14, dan letaknya di sepajang sulkus terminalis. Papilla ini sensitif terhadap rasa asam dan pahit di 1/3 posterior lidah yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX) (Jacob 2010). Tiap papilla menonjol sedikit di atas permukaan dan dibatasi oleh suatu parit melingkar banyak taste buds pada epitel dinding lateralnya. Saluran keluar kelenjar serosa (kelejar ebner) bermuara pada dasar alur itu. Kelenjarnya sendiri terletak pada lapisan yang lebih dalam. Sekret serosa cair kelenjar tersebur membersihkan parit dari sisa bahan makanan, sehingga memungkinkan penerimaan rangsang kecap baru oleh taste buds (C.Roland 1996). d. Pipila foliata terletak pada bagian samping dan belakang lidah, berbentuk lipatan-lipatan mirip daun, dengan taste buds di dalam epitel lekukan yang terdapat di lipatan. Sama seperti pada papilla sirkumvalata, kelenjar-kelenjar serosa bermuara pada dasar alur. Sensitivitas papila ini lebih dominan terhadap rasa asam yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX) (Jacob 2010). Semua papilla mengandung banyak saraf sensorik untuk rasa sentuhan dan taste buds terdapat pada semua papilla kecuali papilla filiformis (C.Roland 1996).
Gambar 2.4 Letak papila pada lidah manusia (Jacob 2010). 6. Faktor yang Mempengaruhi Sensitivitas Indera Pengecap Faktor faktor yang mempengaruhi penurunan sensitivitas pengecap antara lain: a. Usia Usia mempengaruhi sensitivitas reseptor perasa (Evelyn 2001). Penurunan sensitivitas indera pengecap merupakan masalah psikologis yang biasa terjadi pada orang dengan usia tua. Seiring bertambahnya usia terjadi penurunan jumlah papilla sirkumvalata dan penurunan fungsi transmisi pada taste buds (Guyton 2001). b. Suhu makanan Sensitivitas pada taste buds pada indera pengecap dapat dipengaruhi oleh suhu makanan dan minuman yang kurang 20o C maupun lebih dari 30o C. Suhu yang terlalu panas akan merusak sel sel taste buds (Guyton 2001), demikian pula suhu yang terlalu dingin dapat membuat sensitivitas lidah berkurang, menyebabkan cedera atau bahkan kematian
sel. Keadaan tersebut cenderung berlangsung cepat karena sel yang rusak tersebut diperbaiki (G.Rensburg 2005). c. Penyakit Perawatan dan terapi pada penyakit kronis memerlukan waktu yang cukup lama. Obat-obatan tersebut memiliki efek samping dapat menyebabkan penurunan senisitivitas indera pengecap (Evelyn 2001). Efek samping obat tersebut dapat mempengaruhi penurunan sensitivitas indera pengecap, seperti amphetamin dapat menurunkan sensitivitas rasa asin
dan
manis,
anestesia
seperti
lidokain
dapat
menyebabkan
berkurangnya sensitivitas rasa asin dan manis, begitu juga penggunaan insulin untuk penderita diabetes yang berkepanjangan (Guyton 2001). d. Obat-obatan Pada penyakit kencing manis dan ginjal serta radiasi dapat pula menyebabkan xerostomia. Xerostomia adalah keadaan dimana mulut kering akibat produksi kelenjar saliva berkurang (Guyton 2001). Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh ganggguan pada pusat saliva atau saraf pembawa rangsang . Dengan berkurangnya produksi saliva makan sel-sel pengecap mengalami kesulitan dalam menerima rangsang (Pearce 2008). B. Rokok 1. Sejarah Rokok Tembakau atau tobacco merupakan bahan dasar dari rokok yang pertama kali diperkenalkan bangsa Indian. Colombus dalam perjalanannya menemukan Benua Amerika (1492), melihat bangsa Indian mempergunakan daun tembakau kering dengan berbagai cara, satu diantaranya dengan
membakarnya sebagai rokok (Girianto 1990). Daun tembakau dipopulerkan di
Eropa
pada
abad
ke-16.
Bangsa
Spanyol
membawa
dan
memperkenalkannya ke dalam dunia barat. Jean Nicot, seorang duta Perancis di Lissabon menyatakan bahwa tembakau mengandung zat yang berkhasiat untuk penyembuhan dan beliau yang pertama mengirimkan bibit tembakau untuk ditanam di tanah airnya. Dari nama beliau inilah kata Nikotin dibakukan untuk nama generik dari tembakau. Pada abad ke-17 tembakau digunakan dengan cara dihisap di dalam pipa dan dikunyah dengan tujuan untuk pengobatan. Pada akhir abad ke-17 cigarette atau rokok pertama kali dibuat di Inggris yang kemudian menjadi lebih popular di daratan Eropa (Sitepoe 1997). Kata “rokok” memang sudah tidak asing lagi didengar, kita mengenal rokok bisa dengan sangat cepat. Menurut Wikipedia rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10mm yang berisi daun tembakau yang telah dicacah dan dibakar pada salah satu ujungnya, kemudian dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Di dalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya, 400 diantaranya bersifat racun dan 43 senyawa lain diantaranya merupakan zat karsinogenik. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainya yang dihasilkan dari tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica atau tanpa bahan tambahan (Tjandra 2003).
Diseluruh dunia, kebiasaan merokok menyebabkan kematian pada 2,5 juta orang pertahun, artinya satu kematian setiap 13 detik. Rokok merupakan penyebab dari 50% kebakaran yang terjadi, dan proses pengolahan rokok mengakibatkan penebangan pohon di hutan agar kayunya dapat dipakai untuk memproses tembakau (Tendra 2010). Di India dan beberapa negara Amerika Selatan, masyarakatnya mempunyai kebiasaan yang disebut dengan merokok terbalik, yang mana ujung sigaret yang menyala berada di rongga mulut. Resiko terjadinya kanker mulut pada masyarakat ini sangat tinggi sebab intensitas panas dari asap tembakau di daerah palatum dan lingual sangat tinggi (Syafriadi 2008). Pengaruh merokok pada mukosa mulut bervariasi, tergantung pada umur, jenis kelamin, etnis, gaya hidup, diet, genetis, jenis, dan cara merokok, serta lamanya merokok. Perubahan tersebut akibat iritan, toksin dan karsinogen. Selain itu, dapat juga berasal dari efek mukosa yang kering, tingginya temperatur dalam mulut, atau resistensi terhadap infeksi jamur dan virus yang berubah (Dewi 2005). Merokok dapat menyebabkan kelainankelainan rongga mulut misalnya pada gusi, mukosa mulut, gigi, langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan infeksi jamur serta pada lidah yang berupa terjadinya perubahan sensitivitas indera pengecap (Revianti 2007). 2. Jenis Rokok Tembakau yang dirokok mempunyai berbagai macam bentuk. Di Indonesia terdapat jenis rokok seperti rokok kretek, cerutu, rokok putih, lintingan, menggunakan pipa, tembakau yang disedot dan tembakau tanpa asap (Djamanshiro 2008). Di Indonesia semakin meningkat minat masyarakat
memilih rokok kretek dibandingkan rokok putih. Rokok kretek ialah rokok dengan atau tanpa filter yang menggunakan tembakau rajangan dengan cengkeh rajangan digulung dengan kertas cigarette boleh memakai bahan tambahan asalkan diizinkan pemerintah (Soetiarto 1994). Banyak masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi rokok lebih dari dua bentuk rokok di atas, mereka mengkombinasikan pemakaian rokok tersebut dan jenis rokok yang dikonsumsi masyarakat 80 sampai 95% adalah rokok kretek (Soetiarto 1994). Pada rokok putih dikenal dua macam filter yaitu filter yang berventilasi dan filter yang tidak berventilasi. Filter yang berventilasi adalah filter yang berpori-pori sehingga pada saat perokok menghisap rokoknya, sebagian udara bebas ikut terisap. Filter berguna untuk mengurangi bahan-bahan kandungan rokok yang menganggu kesehatan manusia (Girianto 1990). 3. Kandungan Rokok Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia. Sekali satu batang akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monooksida, nitrogen oksida, hydrogen cyanide, ammonia, acrolein, acetilen, benzaldehyde,
urethane, benzene,
methanol,
coumarin,
4-
ethylcatechol, ortocresol, perylene dan lain lain (Tjandra 2003). Diantara sekian banyak bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok, terdapat tiga macam zat yang paling berbahaya yaitu tar, nikotin, timah hitam dan karbonmonoksida (Revianti 2007).
a. Tar Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3mg sampai 40mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24mg sampai 45mg (Anonymus 2010). Subtansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru paru, yang dapat menyebabkan kanker paru (Tendra 2010). b. Nikotin Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi saraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen dan dapat memicu kanker paru. Selain itu nikotin juga dikenal mempunyai efek adiksi, artinya dapat menyebabkan ketergantungan dan sifat adiksi inilah yang biasanya dapat mendorong seseorang untuk mengkonsumsi rokok secara berlebihan (Tjandra 2003). Nikotin berubah warna menjadi coklat dan berbau mirip tembakau setelah bersentuhan dengan udara, kadar nikotin dalam tembakau berkisar 12%. Kadar nikotin 4mg sampai 6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari dapat membuat seseorang ketagihan (Anonymus 2010). c. Karbon Monoksida Karbon monoksida adalah sejenis gas yang tidak mempuyai bau dan dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Zat ini sangat beracun karena dapat mengikat hemoglobin yang
terdapat dalam darah, sehingga membuat darah tidak mampu mengikat oksigen (Mathub 1992). Kadar gas karbon monoksida dalam darah orang yang tidak merokok kurang dari 1% sementara dalam darah perokok mencapai 4% sampai 15% (Anonymus 2010). d. Timah hitam Timah hitam yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5μg. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam 1 hari menghasilkan 10μg (Anonymus 2010). Batas ambang zat ini di dalam tubuh adalah 20mg per hari. Jadi, zat ini akan sangat berbahaya jika konsumsi rokok melebihi batas ambang yang dapat diterima oleh tubuh (PDGI 2007).
Gambar 2. 5 Kandungan zat berbahaya pada rokok (Leopold 2012).
C. Mekanisme Perubahan Daya Sensitivitas Indera Pengecap Akibat Rokok Manusia pada umumnya memiliki sekitar 10.000 taste buds. Secara fisiologis sensitivitas indera pengecap pada manusia akan mengalami penurunan. Penurunan sensitivitas ini terjadi bersamaan dengan penurunan vaskularisasi yang disebabkan secara umum oleh faktor usia (Guyton 2001). Biasanya penurunuan sensitivitas ini terjadi pada usia 50 tahun keatas. Hal yang sama dapat kita lihat pada penyepitan ruang pulpa yang dikarenakan oleh penurunan daya vaskularisasi dan pensarafan seiring bertambahnya usia. Secara patologis penurunan sensitivitas indera pengecap dapat terjadi lebih awal, misalkan pada perokok. Menurut studi dari Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI 2004 pada perokok, sensasi rasa manis, asam, asin, dan pahit lebih sukar didapat karena adanya kerusakan pada ujung saraf sensorik dan pada taste buds akibat dari panas yang berasal dari asap rokok (Depkes RI 2004). Menurut intensitasnya, perokok dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu perokok ringan, perokok sedang, dan perokok berat. Perokok ringan adalah golongan perokok yang mengkonsumsi 1 sampai 10 batang rokok perhari, perokok sedang adalah golongan perokok yang mengkonsumsi 10 sampai 20 batang rokok perhari, sedangkan perokok berat adalah golongan perokok yang mengkonsumsi rokok sebanyak lebih dari 20 batang rokok perhari. Pada perokok berat, merokok dapat lebih cepat menyebabkan terjadinya kerusakan pada taste buds yang mengarah pada penurunan sensitivitas indera pengecap. Hal ini ditandai dengan sukar merasakan manis, pahit, dan asin (Hermanto 2012).
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah non experimental dengan rancangan penelitian yang digunakan dengan epidemiologi analytic yaitu penelitian non eksperimental dalam rangka mempelajari korelasi antara faktor risiko merokok dengan efek yaitu penurunan sensitivitas indera pengecap.
B. Indikasi Variabel 1. Variabel Pengaruh
: kebiasaan merokok sedikitnya 1- 10 batang per hari selama 1 tahun pada umur 20-30 tahun.
2. Variabel Terpengaruh : Sensitivitas indera pengecap terhadap rasa manis dan rasa pahit pada Perokok dan Non Perokok.
C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 25 – 26 Februari 2014. 2. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di kampus Universitas Mahasaraswati Denpasar.
D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
: Populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah orang yang perokok dan non perokok di Kampus Universitas Mahasaraswati.
2. Sampel
: Sampel yang akan digunakan pada penilitian ini adalah orang yang perokok dan non perokok di Kampus Universitas Mahasaraswati yang memenuhi kriteria sampel dan bersedia menjadi objek penelitian. Jumlah sampel adalah 40 orang
Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Nursama (2008) sebagai berikut. n=
N .z 2 .p.q d . ( N 1) z 2 . p . q
n : perkiraan sampel N : perkiraan populasi d : tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05) p : perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% q : 1-p (100%-p) z
: nilai standar normal = 0,05 (1,96) Berdasarkan
persamaan tersebut dapat dihitung besarnya jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : n
72. (1,96) 2 . 0,5 . (1 0,5) = 0,05 . (72 1) (1,96) 2 . 0,5 . (1 0,5) =
69,1448 3,55 0,9664
=
69,1448 4,5104
= 15,33 dibulatkan = 15 orang Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh sampel sebanyak 15 orang sehingga dapat ditentukan sampel non perokok sebanyak 15 orang dan sampel perokok sebanyak 15 orang dengan metode selected sampling.
E. Kriteria Sampel 1. Status kesehatan secara umum baik 2. Tidak terdapat luka atau kelainan pada lidah saat dilakukan penelitian 3. Memiliki kebiasaan merokok sedikitnya 1 - 10 batang per hari selama sekurang kurangnya 1 tahun sampai pada saat penelitian dilakukan (perokok rutin) . 4. Seseorang yang tidak pernah mengkomsumsi rokok sama sekali. 5. Berusia 20-30 tahun. 6. Bersedia mengikuti penelitian.
F. Definisi Operasional 1. Perokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 - 10 batang per hari sampai habis selama sekurang-kurangnya 1 tahun sampai waktu penelitian dilakukan. 2. Non perokok adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan merokok. 3. Sensitivitas adalah kemampuan indera pengecap untuk mempersepsikan rasa manis dan pahit dengan benar. 4. Lidah adalah salah satu dari panca indra yang befungsi sebagai alat pengecap
5. Taste strips adalah alat untuk mengukur sensitivitas indera pengecap yang dicelupkan ke dalam larutan manis dan pahit selama 10 detik dengan konsentrasi 68% pada larutan rasa manis dan 50% pada larutan rasa pahit. G. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Aquadest b. Larutan sukrosa dengan konsentrasi 68%. c. Larutan quinine hidrochloride dengan konsentrasi 50%. 2. Alat Penelitian : a. Taste Strips b. Beaker glass c. Pinset d. Kaca mulut e. Sarung tangan ( Hand gloves) f. Masker g. Tissue h. Cotton roll i.
Norbeken
H. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan indera pengecap rasa manis dan rasa pahit pada perokok dan non perokok maka pada penelitian ini digunakan uji Mann-Whitney Test. Hal ini disebabkan karena pada kelompok yang diuji mempunyai skala pengukuran
data berbentuk ordinal karena skoring data dalam bentuk kualitatif, dimana skoring di dapatkan dengan kuisioner dan data terdistribusi tidak normal. Interpretasi rasa pada perokok dan non perokok, dimasukkan ke dalam skoring dan tabel. Skoring ditentukan dengan tinggi atau rendahnya sensitivitas pada pengecap rasa manis dan rasa pahit. Adapun skoring pada penelitian ini: 1. Skor 1 : Tidak terasa manis ataupun pahit 2. Skor 2: Kurang terasa manis atau pahit 3. Skor 3: Terasa manis atau pahit 4. Skor 4: Sangat terasa manis ataupun pahit
I. Jalannya Penelitian Kelompok I
Kelompok II
20 sampel perokok
20 sampel non perokok
Kumur kumur menggunakan Aquadest 60 ml lalu dibersihkan keseluruh permukaan lidah menggunakan cotton roll
Uji pengecapan menggunakan Taste strip dengan ukuran 8x2 cm
Taste strip dicelupkan pada
Taste strip dicelupkan pada
larutan rasa manis
larutan rasa pahit
( Penelitian hari ke 1 )
(Penelitian hari ke 2 )
Taste strip dilekakan pada bagian reseptor rasa manis
Taste strip diletakan pada bagian reseptor rasa pahit
Intepretasi rasa (+) (-)
Pencatatan Analisa data dengan SPSS Kesimpulan
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Uji Rasa Manis Terhadap Perokok dan Non Perokok Indra perasa seperti lidah akan mengalami perubahan rasa kecap karena berbagai zat yang dikonsumsi oleh manusia. Salah satu aktifitas yang dapat menyebabkan berubahnya rasa pada lidah adalah merokok karena berbagai zat nikotin dan tar yang terdapat pada rokok. Pada penelitian ini akan menguji perbedaan rasa manis dan rasa pahit antara perokok dan non perokok. Hasil pengujian perbedaan rasa manis menggunakan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Hasil uji Mann-Whitney test pada indikator rasa manis
Rasa Manis
Kelompok Perokok Non Perokok Total
N 15 15 30
Mean Rank 12,00 19,00
Sig. 0,029
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan hasil bahwa rerata peringkat pengecap rasa manis sampel perokok adalah 12, lebih tinggi dari non perokok yaitu 19. Peringkat yang lebih tinggi, mengindikasikan bahwa rasa manis yang dimiliki rendah pada kelompok perokok dibandingkan dengan non perokok. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,03 < 0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikasi rasa manis antara kelompok perokok dan non perokok pada mahasiswa di kampus Universitas Mahasaraswati Denpasar.
B. Hasil Uji Rasa Pahit Terhadap Perokok dan Non Perokok Selain pengujian pengecap rasa manis pengecap rasa pahit juga akan diuji baik pada kelompok perokok maupun non perokok. Hasil pengujian perbedaan rasa pahit menggunakan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Hasil uji Mann-Whitney test pada indikator rasa pahit
Rasa Pahit
Kelompok Perokok Non Perokok Total
N 15 15 30
Mean 8,67 22,33
Sig. 0,000
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa rerata peringkat pengecap rasa pahit sampel perokok adalah 8,67, lebih tinggi dari non perokok yaitu 22,33. Peringkat yang lebih tinggi mengindikasikan bahwa pengecap rasa pahit yang dimiliki rendah pada kelompok perokok dibandingkan dengan non perokok. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,00 < 0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikasi pengecap rasa pahit antara kelompok perokok dan non perokok pada mahasiswa di kampus Universitas Mahasaraswati Denpasar.
BAB V PEMBAHASAN
Pengecap rasa pada lidah disebut dengan taste buds, taste buds mengandung pori-pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili dan membawa sel gustatory yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Taste buds mengandung reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan umami. Sensitivitas indera pengecap dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah usia, suhu makanan, penyakit, oral hygiene, dan kebiasaan merokok yang paling berpotensi menyebabkan sensitivitas indera pengecap ini menurun. Indra pengecap mulai berkurang saat manusia mencapai umur 50 tahun. Perubahan kecil terjadi di 20 tahun pertama dalam hidup. Saat mencapai umur 30 tahun, manusia memiliki 245 taste buds pada tiap papilla di lidah. Pada umur 70 tahun, jumlah taste buds di setiap papilla berkurang hingga 88 saja dimana rasa manis dan asin lebih dulu terasa efeknya. Beberapa literatur menyebutkan bahwa pengaruh merokok pada mukosa mulut bervariasi, tergantung pada umur, jenis kelamin, etnis, gaya hidup, diet, genetis, jenis, dan cara merokok, serta lamanya merokok. Perubahan tersebut akibat iritan, toksin dan karsinogen. Selain itu, dapat juga berasal dari efek mukosa yang kering, tingginya temperatur dalam mulut, atau resistensi terhadap infeksi jamur dan virus yang berubah. Adapun berbagai komplikasi rokok dalam tubuh penggunaanya seperti perubahan secara estetik, kerusakan pada implan gigi, timbulnya penyakit jantung, dapat menimbulkan kanker mulut, dan berbagai macam penyakit mulut lainnya,
termasuk perubahan pada struktur anatomis dan fisiologis dari lidah. Merokok akan mengurangi sensasi dari rasa dan bau. Pada perokok berat sering ditemukan papila filifornis yang memanjang di bagai dorsal dari lidah, hal ini terjadi karena asap dari rokok tersebut mencegah sel epitel untuk bergerak secara normal dan akan berakumulasi menjadi permukaan yang putih dan sangat tebal. Secara mikrokopis papila filifornis akan berbentuk ireguler dan mengalami hiperplasi, dan menujukan hiperortokeratosis atau hiperparakeratois dengan banyak bakteri dan organisme pada lapisan permukaan serta pada bagian dalam epitalium dan akan memanjang seperti rambut pada ujung papila. Hal ini dapat menjadi tempat pertumbuhan dari bakteri yang secara perlahan akan menghasilkan sensasi terbakar pada lidah dan menimbulkan berkurang nya sensitivitas indera pengecap. Merokok juga dapat menyebabkan kelainan-kelainan rongga mulut misalnya pada gusi, mukosa mulut, gigi, langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan infeksi jamur serta pada lidah yang berupa terjadinya perubahan sensitivitas indera pengecap. Untuk mengetahui adanya perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit pada perokok dan non perokok, pada penelitian ini dilakukan dengan cara meletakkan taste strips rasa manis dan rasa pahit di 2 reseptor rasa pada lidah yakni reseptor rasa manis, dan rasa pahit dengan konsentrasi larutan rasa manis (Sukrosa) dan rasa pahit (Quinine hidrochloride). Hasil analisis data menunjukkan bahwa rerata peringkat pengecap rasa manis sampel perokok lebih tinggi dari non perokok, peringkat yang lebih tinggi mengindikasikan bahwa pengecap rasa manis yang dimiliki rendah
pada
kelompok perokok dibandingkan dengan non perokok, karena perokok lebih
sukar merasakan rasa manis dan rasa pahit akibat terpapar panasnya asap rokok yang masuk ke rongga mulut yang terus menerus sehingga menyebabkan penebalan jaringan mukosa mulut. Hasil ini sesuai dengan yang diungkapkan Mulyawati (2004) dimana perokok sukar merasakan rasa manis dan pahit akibat rusaknya ujung saraf sensoris dan taste buds pada lidah akibat panas yang dihasilkan asap rokok, bahwa pada saat rokok dihisap, nikotin yang terkondensasi dalam asap rokok masuk ke dalam rongga mulut. Iritasi yang terus menerus dari hasil pembakaran tembakau menyebabkan penebalan jaringan mukosa mulut. Hal ini menyebabkan nikotin lebih mudah terdeposit menutupi taste bud dan membran reseptor rasa pengecap di sekitar taste pore. Menempelnya nikotin pada membran reseptor rasa pengecap di sekitar taste pore akan menghalangi interaksi zat-zat makanan ke dalam reseptor pengecap sehingga akan mengurangi sensitivitas pengecapan rasa. Penurunan sensitivitas indera pengecap khususnya rasa manis ini jika berlangsung dalam waktu yang lama, maka perokok cenderung akan meningkatkan konsumsi gulanya dibanding dengan non perokok. Konsumsi gula yang meningkat ini tanpa disertai dengan aktivitas tubuh yang dominan maka kemungkinan insulin yang dihasilkan akan mengendap dalam darah perokok sehingga perokok rentan terkena diabetes (Sukarno AD 2009). Pada penelitian ini juga dilakukan terhadap pengecap rasa pahit, dengan hasil menunjukkan bahwa rerata peringkat pengecap rasa pahit sampel perokok lebih tinggi dari non perokok, peringkat yang lebih tinggi mengindikasikan bahwa indera pengecap rasa pahit terhadap larutan quinine hidrochloride lebih rendah pada kelompok perokok dibandingkan dengan non perokok. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukarno AD (2009) yang menyatakan kelompok perokok memiliki kepekaan indera pengecap rasa pahit terhadap larutan quinine hidrochloride yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok non perokok. Selain itu, taste buds yang tersebar di seluruh permukaan lidah mengakibatkan rasa pahit dapat dirasakan tidak hanya di reseptor rasa pahit, tetapi juga di reseptor rasa asin. Merokok
dapat
menimbulkan
berbagai
komplikasi
dalam
tubuh
penggunaanya. Hal ini dapat meliputi perubahan secara estetik, kerusakan pada implan gigi, timbulnya penyakit jantung, dapat menimbulkan kanker mulut, dan berbagai macam penyakit mulut lainnya, termaksud perubahan pada struktur anatomis dan fisiologis dari lidah. Pengaruh Merokok terhadap lidah secara anatomi yang dapat meningkatkan ambang sensasi dari rasa dan bau. Jadi dapat menurunkan kemampuan untuk medeteksi berbagai rasa dan bau. Pada perokok berat sering ditemukan papila filifornis yang memanjang di bagai dorsal dari lidah. Hal ini terjadi karena asap dari rokok tersebut mencegah sel epitel untuk bergerak secara normal dan akan berakumulasi menjadi permukaan yang putih dan sangat tebal. Secara mrikospis papila filifornis akan berbentuk ireguler dan mengalami hiperplasi, dan menujukan hiperortokeratosis atau hiperparakeratois dengan banyak bakteri dan organisme pada lapisan permukaan serta pada bagian dalam epitalium. Dan akan memanjang seperti rambut pada ujung papila. Hal ini dapat menjadi tempat pertumbuhan dari bakteri yang secara perlahan akan menghasilkan sensasi terbakar pada lidah dan menimbulkan berkurangnya sensitivitas indera pengecap.
Berdasarkan pembahasan di atas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit pada kelompok perokok dan
kelompok
non
perokok
Mahasaraswati Denpasar.
pada
mahasiswa
di
kampus
Universitas
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sensitivitas indra pengecap terhadap rasa manis dan pahit pada perokok lebih rendah dibandingkan dengan non perokok.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Merokok dapat menyebabkan penurunan sensitivitas taste buds sehingga diharapkan untuk tidak merokok karena selain penerunan sensitivitas pada taste buds, rokok juga berbahaya bagi kesehatan dalam jangka panjang. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh merokok pada perubahan taste buds dengan reseptor rasa asin dan umami, serta dengan membandingkan beberapa jenis konsentrasi larutan sukrosa dan quinine.
DAFTAR PUSTAKA
Anis Nadhia Bt Roslan, Jenny sunariani, Anis irmawati. 2009, Penurunan sensitivitas rasa manis akibat pemakaian pasta gigi yang mengandung Sodium lauryl sulphate 5%, Jurnal Pdgi, vol. 58, no 2, hlm 10-13. Anonymus. 2010, Persatuan Dokter Gigi Indonesia,Rokok dan Kesehatan Rongga Mulut, Agustus 12-Last Update [Homepage of website Persatuan Dokter Gigi Indonesia], [Online]. Available: http ://www.pdgi-online.com [12 Agustus 2010] C. Roland leeson, 1996, Buku Ajar Histologi, Penerjemah: Yan Tambayong, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Depkes RI. 2004,Data dan Fakta Konsumsi Rokok di Indonesia, Agustus 12-Last Update [Homepage of website Departemen Kesehatan Republik Indonesia], [Online]. Available: http ://www.lizaherbal.com/main> [12 Agustus 2004]. Dewi D. 2005, Pengaruh kebiasaan merokok terhadap mukosa mulut. Dentika Dental Journal, vol.10, no 2, hlm 132-5. Djamanshiro. 2008, Dampak Merokok Bagi Kesehatan, September 25-Last Update [Homepage of Makalah Kedokteran], [Online]. Available:http://one.indoskripsi.com/makalah/kedokteran [25 September 2008] Don W, Fawcett. 2002, Buku Ajar Histologi, Penerjemah: dr.Jan Tambayong, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Evelyn Pearce. 2001, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerjemah: Sri Yuliani Handoyo, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Evelyn Pearce. 2009, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis 2, Penerjemah: dr. Kartono Mohamad , Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Girianto T. Resiko Terjadinya Stroke Pada Pengaruh Kebiasaan Merokok. Ed. 1. Surabaya: UniversitasAirlangga, 1990: 24-26. Greece Hummel T. 2007, Assessment of oral trigeminal sensitivity in humans. Eur Arch Otorhinolaryngol Journal, Vol.264, no 1, hlm545-551. Greenberg MS, Brightman VJ, Lynch MA. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment. J.B. Lippineott Company, London, 1992: 432 – 435. Guyton A C. 2001,Buku ajar fisiologi kedokteran (Indera Kimia-pengecapan dan penciuman).Penerjemah: Irawati Setiawan.Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
G. Rensburg. 2005,Oral diseases and sosio-economic status (SES). British Dental Journal, vol.194, no 2, hlm 91- 96.
Guyton AC, Hall JE. Text book of medical physiology (Taste and smell). 11th Ed. Mississippi: Elsevier Book Aid International, 2009:663-7. Hermanto Agung. 2012, Konsumsi Rokok dan Prevalensi merokok, Available From: URL; http://www.litbang.depkes.go.id Hermawan Tendra. Bahaya Rokok Pada Kesehatan. Yogyakarta, Indonesia. 2010 Irianto Koes. 2012, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa, Penerbit Alfabeta, Bandung. Jacewicz M. 2008, Smell and taste disorders (Merck Manual Hand Books).http://www.merckmanuals.com/home/print/ear_nose_and_throatdisor ders/ nose_sinus_and_taste_disorders/ smell_and_taste_disorders.html#index. Last Update 20 Juli 2008. Jacob T. 2010,A tutorial on the sense of taste (Cardiff University, UK).http://www.cf.ac.uk/biosi/staffinfo/jacob/teaching/sensory/taste.html#In dex. Last Update 10 November 2010. Leopold D. Disorders of taste aznd smell. Medscape Refference, article overview, 2012. Nursama, Efendi dan Ferry. 2008, Pendidikan dalam Keperawatan, Selemba Medika, Jakarta. Mark H Swartz. 1995, Buku Ajar Diagnostik Fisik, Penerjemah: dr.Petrus Lukmanto, dr.R.F. Maulany, MSc , dr.Huriawati Hartanto, Jakarta. Marya R K. A text book of phisiology for dental students (Taste and Smell). New Delhi: CBS Publishers & Distributors, 2002: 256-9. Mathub aditama. 1992, Rokok dan Kesehatan, Universitas Indonesia , Jakarta. Mulyawati Y. Pengaruh rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut. 31 Maret 2004. Subdit Gizi Klinis – Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI. Persatuan Dokter Gigi Indonesia. 2007,Bahaya merokok.Available From: URL;http://www.pdgi-online.com/v2/index. Last Update 15 febuari 2007.
Pearce E. 2008,Anatomi dan fisiologi untuk paramedis (Indera pengecap dan pencium), Penerjemah: dr. Kartono Mohamad, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Revianti S. 2007, Pengaruh radikal bebas pada rokok terhadap timbulnya kelainan di rongga mulut. Dental Jurnal FKG-UHT vol.1, no 2, hlm 85-89. Sitepoe M. 1997, Kekhususan rokok Indonesia. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Soetiarto F. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kerusakan Gigi pada Sopir Bis di Jakarta Tahun 1992. Proceeding Asean Meeting On Dental Public Health. Bandung: Fakultas Kedokteran Gigi Padjajaran. 1994: 82-6. Sufitni. Anatomi (Lidah sebagai indera pengecap). Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran USU, 2008:87-8. Sukarno AD, Makky AA, Yuliati. 2009,Perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis pada perokok dan non perokok. Oral Biology Dental Journal vol.1, no 2, hlm 19-23. Syafriadi M. 2008, Patologi Mulut:Tumor neoplastik & Non neoplastik Rongga Mulut. Ed 1. Penerbit andi, Yogyakarta. Tjandra,Hans. 2003, Merokok dan Kesehatan. Available URL;http//www.compas.co.id. Last Update 19 Desember 2011.
From
Zhang Gen-H, Zhang Hai-Y, et al. 2008, The Relationship between fungiform papillae density and detection threshold for sucrose in the young males. Journal of Oxford University Press 2008; vol.10, no 1, hlm 93-9.
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Jenis Kelamin : L/P
Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian yang berjudul “PERBEDAAN SENSITIVITAS INDERA PENGECAP RASA MANIS DAN RASA PAHIT PADA PEROKOK DAN NON PEROKOK”. Penelitian ini dilakukan oleh M.DHIO FANDRA, mahasiswa FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR. Segala hal yang menyangkut penelitian ini telah saya pahami dan akan saya ikuti sesuai prosedur yang dijelaskan oleh peneliti.
Denpasar, Yang membuat Penyataan
(
)
Nama No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Dananjaya Kawisana Bagus Kresnanda Anang Prayitna Angga Triadi Bayu Kandel Kadek Wahyu Dwi Rupa Widhiatmika Rupa Widhinanjaya Risca Pramana Parama Arta Dede Candra Noven Lalong Wirata Mimba Dwi Indrawan Yogantara Putra
Nama No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Wahyu Anggara Fryanantha Yudhi Ade Agus Indra Ary Dharma Dwi Suspriyawan Yoga Widiantara Pramana Surya Sandy Mandita Bayu Arya Winatha Rian Arimbawa Nanda Pradana Dharma Dyaksa Indra Prasetya Eka Aryana Rai Hambarsika
Perokok Rasa Manis 68% 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3
Rasa Pahit 50% 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2
Bukan Perokok Rasa Manis 68% 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4
Rasa Pahit 50% 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3
NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Rasa_Manis
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Perokok
15
12.00
180.00
Non Perekok
15
19.00
285.00
Total
30
Test Statistics
b
Rasa_Manis Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
60.000 180.000 -2.513 .012 .029
a
NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Rasa_Pahit
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Perokok
15
8.67
130.00
Non Perekok
15
22.33
335.00
Total
30
Test Statistics
b
Rasa_Pahit Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
10.000 130.000 -4.513 .000 .000
a
Dokumentasi
Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan Penelitian
-
Larutan Quinine Hidrochloride 50%
-
Larutan Sukrosa 68%
-
Aquadest
2. Alat Penelitian
-
Taste strip
-
Sarung tangan ( hand gloves ) dan Masker
-
Norbeken, Pinset dan Kaca mulut
-
Cotton roll