PERBEDAAN SELF-EFFICACY AKADEMIK ANTARA KELAS AFIRMASI DAN KELAS REGULER DI SMA NEGERI 1 SERUI PAPUA
OLEH IDA AKSAMINA INSORAKI RUNTUBOI 80 2011 091
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagai Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
i
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ida Aksamina Insoraki Runtuboi Nim : 802011091 Program Studi : Psikologi Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul: PERBEDAAN SELF-EFFICACY AKADEMIK ANTARA KELAS AFIRMASI DAN KELAS REGULER DI SMA NEGERI 1 SERUI PAPUA Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengahlimedia/mengalihformatkan,mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Salatiga Pada Tanggal : 12 November 2015 Yang menyatakan,
Ida Aksamina Insoraki Runtuboi
Mengetahui, Pembimbing Utama
Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi.
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Ida Aksamina Insoraki Runtuboi
Nim
: 802011091
Program Studi : Psikologi Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :
PERBEDAAN SELF-EFFICACY AKADEMIK ANTARA KELAS AFIRMASI DAN KELAS REGULER DI SMA NEGERI 1 SERUI PAPUA Yang dibimbing oleh : 1. Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya. Salatiga, 12 November 2015 Yang memberi pernyataan
Ida Aksamina Insoraki Runtuboi
LEMBAR PENGESAHAN
PERBEDAAN SELF-EFFICACY AKADEMIK ANTARA KELAS AFIRMASI DAN KELAS REGULER DI SMA NEGERI 1 SERUI PAPUA
Oleh Ida Aksamina Insoraki Runtuboi 802011091
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal : 24 November 2015 Oleh : Pembimbing Utama
Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi
Diketahui oleh,
Disahkan oleh,
Kaprogdi
Dekan
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih., MS.
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRSITEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
PERBEDAAN SELF-EFFICACY AKADEMIK ANTARA KELAS AFIRMASI DAN KELAS REGULER DI SMA NEGERI 1 SERUI PAPUA
Ida Aksamina Insoraki Runtuboi Enjang Wahyuningrum
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan self-efficacy akademik antara kelas Afirmasi dan kelas Reguler di SMA Negeri 1 Serui. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self-efficacy Bandura (1997). Sebanyak 111 siswa yang di ambil sebagai sampel yaitu 51 siswa kelas Afirmasi dan 60 siswa kelas Reguler dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisa data yang dipakai adalah teknik uji-t diperoleh t=9,997 dengan p=0,000 karena nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan self-efficacy akademik siswa kelas Afirmasi dan siswa kelas Reguler. Kata Kunci : Self-efficacy Akademik, Siswa Kelas Afirmasi, Siswa Kelas Reguler.
i
Abstract The purpose of this study was to determine differences in academic self-efficacy between Affirmation classes and Regular classes at SMAN 1 Serui. The method used in this study is quantitative research. Measuring instruments used in this study is the scale of self-efficacy by Bandura (1997).There are 111 totals of the students were taken as a sample, 51 students from affirmation classes and 60 students Regular classes, using in purposive sampling technique. Data analysis technique that used in this study is the technique of the t-test is obtained t = 9.997 and p = 0.000 for significance value of 0.000 (p <0.05). The results show that there are differences in academic self-efficacy for students from Regular classes and students from Affirmation classes. Keywords: Self-efficacy Academic, Student Class Affirmations, Regular Grade Students.
ii
1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompetensi bagi setiap bangsa. Maka dari itu, setiap bangsa memerlukan pendidikan yang berkualitas. Dari hasil Survey Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia tahun 2013 menunjukkan bahwa Indonesia hanya menduduki urutan 121 dari 186 negara di dunia dalam hal kualitas sumber daya manusia, (Widiyanti, Kompas, 30 Agustus 2013). Melihat hal ini membuktikan bahwa posisi Indonesia untuk kualitas sumber daya manusia masih tergolong cukup rendah. Oleh sebab itu, pendidikan merupakan faktor yang penting bagi setiap bangsa untuk menentukan kualitas atau tidak kualitasnya bangsa tersebut. Mengenai pendidikan ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran yaitu, pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana sekolah, lingkungan pendidikan dan kurikulum sebagai materi ajar untuk peserta didik. Selain, komponen-komponen yang ada diatas ternyata ada satu hal yang juga dapat mempengaruhi individu yaitu self-efficacy dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian (Nugrahani, 2013), mengungkapkan bahwa ada hubungan self-efficacy dan motivasi belajar dengan kemandirian belajar seorang siswa. Maka dari itu, self-efficacy memiliki peran yang besardalam tingkah laku atau pola belajar dalam diri siswa khususnya dalampembangunan karakter kemandirian dalam belajar. Menurut Bandura (1997), self-efficacy adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk
menghasilkan
pencapaian
tertentu.
Keyakinan
seseorang
terhadap
keberhasilannya memiliki efek yang beragam, seperti keyakinan memengaruhi tindakan yang seseorang untuk memilih, berapa besar usaha yang mereka lakukan dalam
2
mencapai apa yang diinginkan, dan berapa lama mereka akan bertahan dalam menghadapi rintangan atau kegagalan. Bandura (1997), mengemukakan bahwa ada beberapa dimensi dari self-efficacy yaitu level, generality, dan strength.
Level:
seseorang yang memiliki level yang tinggi merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan menguasai permasalahan yang sulit, sedangkan seseorang yang memiliki level yang rendah meyakini bahwa mereka hanya mampu menyelesaikan tugas-tugas yang sederhana. Generality: seseorang dengan self-efficacy tinggi merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk dapat bertindak dalam situasi apapun, sedangkan seseorang dengan self-efficacy rendah merasa bahwa dirinya hanya memiliki kemampuan untuk bertindak pada situasi yang terbatas. Strength: seseorang dengan kekuatan self-efficacy yang tinggi sangat yakin akan kemampuan dirinya, mereka akan bertahan dalam usaha menghadapi masalah yang sulit, mampu menyelesaikan masalah yang penuh rintangan, dan ketekunan yang besar akan berhasil dalam melakukan tugasnya, sebaliknya, mereka yang memiliki kekuatan self-efficacy yang rendah akan merasa bahwa kemampuannya lemah dan akan mudah terguncang apabila menghadapi rintangan dalam melakukan tugasnya, (Sulistyawati, 2010). Oleh sebab itu, self-efficacy yang tinggi menurut (Nugrahani, 2013) akan membuat siswa mempunyai keyakinan terhadap kemampuan dirinya, sehingga mau untuk belajar secara mandiri baik di sekolah maupun di luar sekolah tanpa tergantung dengan orang lain. Sebaliknya, siswa yang memiliki selfefficacy rendah merasa enggan dalam belajar dan tergantung dengan orang lain. Sedangkan, menurut (Uwah, dkk 2008) mengungkapkan bahwa self-efficacy akademik bersifat memprediksi kemampuan siswa untuk sukses sehingga siswa dengan akademis yang lebih tinggi berarti memiliki self-efficacy yang tinggi.
3
Selain itu, Menurut Bandura (1995), salah satu faktor yang memengaruhi selfefficacy individu yaitu persuasi sosial (social persuasion), dorongan secara verbal dari orang lain atau pujian-pujian secara verbal dapat bersifat mendorong individu untuk lebih berusaha dan mencapai keberhasilan. Selain itu, menurut Thoits (dalam Rutter, dkk., 1993), dukungan sosial memiliki efek langsung dengan individu terhadap nilai self-efficacy. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dan keberadaannya diperlukan dalam kehidupan pribadi seseorang. Keberadaan orang lain memang sangat penting, kita dapat berbagi kebahagiaan dengan orang-orang disekeliling kita tanpa ada rasa sungkan dan canggung. Menurut Cobb, dkk,. (dalam Sarafino, 1990), dukungan sosial mengacu pada perasaan nyaman, perhatian, penghargaan, dengan mendapatkan bantuan yang diterima dari orang lain atau kelompok. Thoits (dalam Rutter, dkk., 1993), menjelaskan bahwa sejauh mana individu memiliki kebutuhan dasar untuk kasih sayang, pujian, rasa memiliki, dan rasa aman yang didapatkan melalui interaksi dengan orang lain. Kebutuhan ini, dapat dipenuhi adanya ketersediaan bantuan sosial-emosional (kasih sayang, simpati, pengertian, penerimaan, dan penghargaan dari lainnya signifikan) atau dengan pemberian bantuan instrumental (saran dan informasi, membantu dengan tanggung jawab keluarga, kebutuhan keuangan) (Kaplan dalam Rutter, dkk., 1993). Program Afirmasi merupakan salah satu skema mengembangkan pendidikan di Papua. Penyelenggaraan kelas afirmasi di provinsi Papua pada pendidikan menengah guna untuk meningkatkan kompetensi pada siswa khususnya anak asli Papua yang berprestasi. Program ini diharapkan membantu mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan di bidang sains yaitu Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan Bahasa Inggris. Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
4
Otonomi Khusus Papua, Kelas Afirmasi bertujuan untuk: (1) memberikan kesempatan untuk membuat anak-anak Papua menjadi pintar dan lebih berdaya saing, (2) meningkatkan kualitas lulusan sarjana asal Papua dan Papua Barat karena pada 20 tahun ke depan merupakan generasi penerus pemimpin masa depan Indonesia yang berasal dari Tanah Papua, (3) memberikan kesempatan berbaur dan memperkaya wawasan kebangsaan dalam bingkai NKRI, (4) memberikan warna pada pendidikan tinggi di Indonesia. Kurikulum kelas Afrimasi menggunakan kurikulum 2013, yang bertujuan untuk penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur, b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif, c. sehat, mandiri, dan percaya diri, dan d. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab. Berdasarkan wawancara dengan wakil kepala sekolah di SMA 1 Serui Papua (Senin,10 Juli 2015) mengenai kelas Afirmasi, beliau mengungkapkan bahwa kelas Afirmasi merupakan program Gubernur Papua yang isinya adalah penguatan di bidang MIPA yaitu Matematika,Fisika, Kimia, Biologi, Komputer dan Bahasa Inggris. Tujuannya adalah untuk meningkatkan SDM anak-anak asli Papua di 7 kabupaten terpencil di Serui Papua. Para siswa kelas Afirmasi pun setiap semesternya diberi beasiswa rutin. Menurut Skinner (1990), penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Dengan adanya penguatan positif berupa beasiswa rutin, karena Skinner menganggap bahwa penguat
5
(reinforcement) merupakan faktor terpenting dalam proses belajar seorang siswa, (Dahar, 2006). Kelas Reguler adalah kelas yang dibentuk untuk menjadi kelas yang kooperatif, yaitu siswa yang bekerja sama, saling mendukung antara siswa lain dalam meningkatkan prestasinya. Dengan adanya pola belajar yang kooperatif, siswa terbentuk menjadi individu yang mampu memahami apa yang dirasakan atau dialami teman lain karena mereka menyadari bahwa mereka juga merasakan hal yang sama, saling membantu dan mendukung satu sama lain, bersama-sama untuk menjadi siswa berprestasi (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, 2006). Kurikulum 1994 kelas Reguler menggunakan KTSP, yang bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (BSNP, 2006). Hasil penelitian Suroso (2013) menunjukan bahwa siswa kelas akselerasi maupun reguler memiliki self-efficacy akademik yang sama-sama berada dalam kategori sedang. Namun berdasarkan mean dari keduanya, siswa Akselerasi memiliki selfefficacy akademik yang lebih tinggi dari pada siswa Reguler di SMAN Se-kota Malang. Terdapat perbedaan dari tingkat kesulitan tugas, tantangan dan hambatan yang dilalui membuat tingkat self-efficacy akademik siswa Akselerasi dan siswa Reguler berbeda.Sementara penelitian Latifah (2012) tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara self-efficacy pada siswa kelas Akselerasi, SBI, dan Reguler hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar dari ketiga kelas ini memiliki self-efficacy pada kategori yang sedang.
6
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Perbedaan Self-Efficacy Akademik antara Kelas Afirmasi dan Kelas Reguler di SMA Negeri 1 Serui Papua. Self – efficacy Akademik Pengertian Self-efficacy Self-efficacy
merupakan
keyakinan
seseorang
akan
kemampuanya
untuk
menyelesaikan tugas (Bandura dalam Thakkar, 2009). Menurut Bandura (dalam Seo, 2008), biasanya siswa dengan tingkat self-efficacy lebih tinggi mungkin untuk terlibat dalam tugas-tugas akademik, menggunakan strategi yang lebih baik dan mencapai nilai lebih tinggi daripada siswa yang kurang percaya diri akan kemampuan mereka untuk berhasil. Bandura (dalam Yao, 2009), menjelaskan bahwa individu yang kurang percaya diri akan kemampuannya untuk berhasil menyelesaikan suatu tugas akan lebih mungkin untuk menghindar tugas-tugas tersebut daripada mencoba untuk mengerjakannya. Bandura (dalam Haycock dkk, 1998), juga berpendapat bahwa self-efficacy yang kuat akan mendorong kepada inisiatif dan ketekunan pada tugas yang lebih besar. Bandura (1994) mengatakan bahwa self-efficacy dapat diartikan sebagai keyakinan orang tentang kemampuan mereka untuk mencapai hasil yang didapatkan sehingga mempunyai pengaruh atas peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka. Menurut Bandura (1997), self-efficacy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian tertentu. Keyakinan seseorang terhadap keberhasilannya memiliki efek yang beragam, seperti keyakinan memengaruhi tindakan yang seseorang untuk memilih, berapa besar usaha yang mereka lakukan dalam
7
mencapai apa yang diinginkan, dan berapa lama mereka akan bertahan dalam menghadapi rintangan atau kegagalan. Aspek – aspek Self-Efficacy Aspek-aspek self-efficacy disusun oleh Bandura (1997) yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur self-efficacy akademik. Tiga aspek self-efficacy adalah sebagai berikut: 1. Level: seseorang yang memiliki level yang tinggi merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan menguasai permasalahan yang sulit, sedangkan seseorang yang memiliki level yang rendah meyakini bahwa mereka hanya mampu menyelesaikan tugas-tugas yang sederhana. 2. Generality: seseorang dengan self-efficacy tinggi merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk dapat bertindak dalam situasi apapun, sedangkan seseorang dengan self-efficacy rendah merasa bahwa dirinya hanya memiliki kemampuan untuk bertindak pada situasi yang terbatas. 3. Strength: seseorang dengan kekuatan self-efficacy yang tinggi sangat yakin akan kemampuan dirinya, mereka akan bertahan dalam usaha menghadapi masalah yang sulit, mampu menyelesaikan masalah yang penuh rintangan, dan ketekunan yang besar akan berhasil dalam melakukan tugasnya, sebaliknya, mereka yang memiliki kekuatan self-efficacy yang rendah akan merasa bahwa kemampuannya lemah dan akan mudah terguncang apabila menghadapi rintangan dalam melakukan tugasnya. Pengertian Kelas Afirmasi. Afirmasi menjadi solusi untuk menghapuskan lingkungan yang menghambat sekelompok ras dan gender untuk mengembangkan skill dan kompetensinya dalam
8
kompetisi
dengan
kelompok
mayoritas.Kebijakan
Afirmasi
dirancang
untuk
menyetarakan peluang antara anggota kelompok yang secara historis memiliki posisi berbeda dalam masyarakat (Crosby; 1994 dalam Libertella, Sora, & Natale, 2007). Berdasarkan definisi yang dimiliki oleh Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (UP4B), Afirmasi adalah kebijakan yang diambil dengan tujuan agar kelompok/golongan tertentu (gender ataupun profesi) memperoleh peluang yang setara dengan kelompok/golongan lain dalam bidang yang sama. Hal ini bertujuan sebagai keberpihakan terhadap terhadap orang asli Papua. Dalam pelaksanaan Program Afirmasi menggunakan sistem kurikulum 2013,dimaksudkan untuk menyiapkan manusia Indonesia yang kreatif, inovatif dan mampu berpikir orde tinggiProgram Afirmasi pendidikan ini memiliki tujuan utama untuk : (1) memberikan kesempatan untuk membuat anak-anak Papua menjadi pintar dan lebih berdaya saing, (2) meningkatkan kualitas lulusan sarjana asal Papua dan Papua Barat karena pada 20 tahun ke depan merupakan generasi penerus pemimpin masa depan Indonesia yang berasal dari Tanah Papua; (3) memberikan kesempatan berbaur dan memperkaya wawasan kebangsaan dalam bingkai NKRI; (4) memberikan warna pada pendidikan tinggi di Indonesia,(http://www.antarasultra.com/print/269270/mentransfer-kultur-akademikmelalui-program-afirmasi-pendidikan). PengertianKelas Reguler Kelas Reguler adalah kelas yang di bentuk untuk menjadi kelas yang kooperatif, yaitu siswa yang berkerja sama, saling mendukung antara siswa lain dalam meningkatkan prestasinya. Dengan adanya pola belajar yang kooperatif, siswa terbentuk menjadi individu yang mampu memahami apa yang dirasakan atau dialami teman lain karena mereka menyadari bahwa mereka juga merasakan hal yang sama, saling
9
membantu dan mendukung satu sama lain, bersama-sama untuk menjadi siswa berprestasi, (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional,2006). Kelas Reguler berdasarkan kurikulum 1994 (dalam Indriasari, 2011) adalah program pendidikan dimana materi pelajaran dan kurikulumnya dirancang untuk siswa berkemampuan rata-rata dengan sistem pengajaran krasikal-massal. Program pendidikan ini mengacu pada kurikulum Nasional yaitu lama pendidikan untuk SMA adalah 3 tahun. Menurut Clark (dalam Direktorat Pendidikan Luar Biasa,2004), kelas Reguler adalah tempat dimana siswa memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tetap berada bersama-sama dengan siswa lainnya. Perbedaan Self-Efficacy Akademik Antara Kelas Afirmasi Dan Kelas Reguler Di SMA Negeri 1 Serui Papua. Menurut Nugrahani (2013), siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi mampu belajar secara mandiri baik di sekolah maupun di luar sekolah tanpa tergantung dengan orang lain. Sebaliknya, siswa yang memiliki self-efficacy rendah merasa enggan dalam belajar dan tergantung dengan orang lain. Hal yang sama dikemukakan oleh Bandura (1977) bahwa self-efficacy merupakan keyakinan seorang individu mengenai kemampuannya dalam mengorganisasi dan menyelesaikan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu atau keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan mendapatkan hasil positif. Bandura (1977) mengatakan bahwa self-efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Suroso (2013) berpendapat bahwa self-efficacy akademik dapat dibedakan dari tingkat kesulitan belajar, tantangan dan hambatan yang di lalui oleh para siswa. Afirmasi merupakan salah satu skema untuk mengembangkan pendidikan di Propinsi Papua. Penyelenggaraan kelas Afirmasi di propinsi Papua khususnya di
10
pendidikan menengah atas (SMA) untuk meningkatkan kompetensi pada siswa khususnya anak asli Papua yang berprestasi. Proses pembelajaran di kelas Afirmasi menggunakan kurikulum 2013 yang di rancang untuk siswa agar dapat mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama, dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik (Manajemen Implementasi Kurikulum 2013). Selain itu ada sistem Reguler yang berdasarkan kurikulum 1994 yakni, program pendidikan ini memuat materi pelajaran yang kurikulumnya dirancang untuk siswa berkemampuan rata-rata dengan sistem pengajaran krasikal-massal. Program pendidikan ini mengacu pada kurikulum Nasional yaitu lama pendidikan untuk SMA adalah 3 tahun (Indriasari, 2011). Berdasarkan hal di atas peneliti ingin melihat Perbedaan Self-efficacy akademik yang signifikan antara siswa kelas Afirmasi dan siswa kelas Reguler Di SMA Negeri 1 Serui Papua. Hipotesis Hipotesis yang di ajukan pada penelitian ini adalah “Perbedaan Self-efficacy akademik yang signifikan antara kelas Afirmasi dan kelas Reguler di SMA Negeri 1 Serui Papua“. METODE Partisipan Dalam penelitian ini mempunyai dua variabel utama yang diidentifikasi yaitu: Variabel Bebas
Variabel Terikat
: Jenis kelas yang di bagi menjadi: 1.
Kelas Afirmasi
2.
KelasReguler
: Self-Efficacy Akademik
11
Kemudian, populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa/siswi SMA Negeri 1 Serui Papua. Teknik sampling yang digunakan Purposive sampling. Sampel diambil berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh penulis berdasarkan kriteria tertentu. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas Afirmasi kelas X, XI yang terdiri dari 2 kelas dan siswa kelas Reguler, berusia 15-18 tahun yang seluruhnya berjumlah 111 anak. Sampel dari kelas Afirmasi 51 siswa, kelas Reguler 60 siswa. Alat Ukur Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner (angket). Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2012). Jadi, angket ini ada berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab dan diisi oleh sejumlah subjek penelitian dan juga harus berdasarkan atas jawaban. Angket ini disusun berdasarkan skala Likert dengan 4 kategori pilihan jawaban, yakni Sangat Sesuai [SS], Sesuai [S], tidak sesuai [TS], dan sangat tidak sesuai [STS]. Hal ini dilakukan agar subjek lebih mudah dalam memberikan jawaban yang sesuai dengan dirinya, sedangkan jawaban netral dihilangkan agar subjek memilih jawaban dengan pasti. Item-item yang diindikasikan berupa item favourable dimana tingginya atribut yang diukur memihak pada subjek. Seperti, subjek memperoleh nilai 4 untuk jawaban yang sangat sesuai, nilai 3 untuk jawabanyang sesuai, nilai 2 untuk jawaban yang tidak sesuai dan nilai 1 untuk jawaban yang tidak sesuai. sedangkan item unfavourable dimana rendahnya atribut yang diukur tidak memihak pada subjek. Seperti, subjek memperoleh nilai 1 untuk jawaban yang sangat sesuai, nilai 2 untuk jawaban yang
12
sesuai, nilai 3 untuk jawaban yang tidak sesuai dan nilai 4 untuk jawaban yang tidak sesuai. Jadi, semakin tinggi skor yang diperoleh, menunjukkan semakin tinggi selfefficacy akademik, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin rendah self-efficacy akademik. Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala psikologi berdasarkan aspek-aspek self- efficacy akademik menurut Skala self-efficacy dalam penelitian ini disusun oleh penulis berdasarkan komponen-komponen self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura (1997), yaitu level, generality, dan strength.Pengumpulan dengan menggunakan skala self-efficacy. Data yang telah dikumpulkan akan diuji kembali dengan menggunakan try out terpakai. Uji coba ini dilakukan terhadap 111 subjek penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Untuk validitas diukur dengan menggunakan koefisien korelasi Product Moment dari Pearson,setelah itu realibiltas akan dihitung dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, yang perhitungannya menggunakan SPSS versi 16.0 (Sugiyono, 2012). Kemudian menganalisis data untuk menyatakan perbedaan self-efficacy akademik antara kelas Afirmasi dan kelas Reguler di SMA Negeri 1 Serui Papuaadalah dengan menggunakan metode analisis data yaitu uji beda rata-rata atau Uji-t. Terlebih dahulu menggunakan uji beda rata-rata atau Uji-t. Kemudian analisa deskriptif statistik, uji normalitas dan uji homogenitas, dimana jika data hasil penelitian memenuhi asumsi normalitas dan asumsi homogenitas maka pengujian beda rata-rata menggunakan uji parametrik berupa independent sample t-test, perhitungannya akan menggunakan SPSS versi 16,0.
13
HASIL PENELITIAN Hasil Uji Daya Beda dan Uji Reliabilitas. Uji daya beda item terhadap skala self-efficacy akademik kelas Afirmasi dan kelas Reguler Terdiri dari 30 item, ada 8 item yang gugur sehingga item yang valid 22 item. Koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,330-0,638. Menurut Sugiyono (2012) kriteria atau syarat suatu item tersebut dinyatakan valid adalah bila korelasi tiap faktor tersebut bernilai positif dan besarnya 0,3 keatas. Sedangkan teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah mengunakan teknik koefisien Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada skala selfefficacy sebesar 0,899. Hal ini berarti skala self–efficacy realibel karena interval koefisiennya berada pada tingkat yang sangat kuat yaitu antara 0,80-1000, (Sugiyono, 2012). Mengenai hal di atas ini dapat di lihat pada tabel 1.
Aspekaspek
Level Generality Strenght
Tabel 1. Item Valid dan Gugur pada Skala Self-Efficacy No. Item Favourable Unfavourable Valid Gugur Valid Gugur 1,2,4,8,9,11,12,16 3,5,6,7,10,13,14,15 22 19,21 17,18,20 29 23,24,27 25,26,28,30 -
Total Item Valid 16 1 5
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat berdasarkan rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimal dan minimal. Dari nilai penelitian yang dilakukan maka dapat rata-rata dari masing-masing variabel, sebagai berikut :
14
Uji Deskritif Statistika Tabel 2. Descriptive Statistics Descriptive Statistics N Kelas Afirmasi Kelas Reguler Valid N (listwise)
Minimum 51 60
64 43
Maximum 83 74
Mean
Std. Deviation
72.80 59.82
5.539 7.743
51
Berdasarkan skala self-efficacy akademik kelas Afirmasi dan kelas Reguler terdapat 22 item valid. Berdasarkan hasil analisa dari skala siswa kelas afirmasi terdapat skor tertinggi 83 dan skor terendah 64. Berikut adalah pengkategorisasiannya : Tabel 3. kategorisasi pengukuran Skala Kelas Afirmasi dan Skala Kelas Reguler SMA Negeri 1 Serui Kelas Afirmasi Kelas Reguler No Interval Kategori Mean F Presentase Mean F Persentase Sangat tinggi 21 41 % 0 0% 1 74,8 Tinggi 72,80 30 59 % 23 38 % 2 61,6 Sedang 0 0 % 59,82 31 52 % 3 48,4 Rendah 0 0% 6 10 % 4 35,2 Sangat Rendah 0 0% 0 0% 5 22 Jumlah 51 100 % 60 100 % SD =5,539, Min = 64, SD =7,743, Min = 43, Max = 83 Max = 74 Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran skala kelas Afirmasi di atas, dapat dilihat bahwa 21 siswa kelas Afirmasi memiliki skor yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 41%, 30 siswa kelas Afirmasi memiliki skor yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 59%, dan tidak ada siswa kelas Afirmasi memiliki skor yang sedang, rendah, dan sangat rendah dengan presentase 0%. Berdasarkan ratarata sebesar 72,80 dapat di katakan bahwa rata-rata siswa kela Afirmasi berada pada kategori tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 64 sampai dengan skor maksimum sebesar 83 dengan standar deviasi 5,539. Kemudian berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran skala kelas Reguler di atas, dapat dilihat bahwa 23 siswa kelas Reguler memiliki skor yang berada pada
15
kategori tinggi dengan presentase 38 %, 31 siswa kelas Reguler memiliki skor yang berada pada kategori sedang dengan presentase 52 %, 6 siswa kelas Reguler memiliki skor yang berada pada kategori rendah dengan presentase 10 % dan tidak ada siswa kelas Reguler memiliki skor yang sangat tinggi dan sangat rendah dengan presentase 0%. Berdasarkan rata-rata sebesar 59,82 dapat di katakan bahwa rata-rata siswa kelas Reguler berada pada kategori sedang. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 43 sampai dengan skor maksimum sebesar 74 dengan standar deviasi 7,743. Uji Normalitas Tabel 4. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kelas Afirmasi Kelas Reguler N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
51 72.80 5.539 .108 .108 -.100 .768 .597
60 59.82 7.743 .141 .063 -.141 1.095 .182
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel di atas, didapatkan bahwa kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel siswa kelas Afirmasi memiliki nilai KS-Z sebesar 0,768 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,597 (p>0,05). Oleh karena nilai signifikansi p> 0,05, maka distribusi data siswa kelas Afirmasi berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel siswa kelas Reguler yang memiliki nilai K-SZ sebesar 1,095 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,182. Dengan demikian data siswa kelas Reguler juga berdistribusi normal.
16
Uji Homogenitas Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
4.512
df2 14
Sig. 28
.000
Dari hasil di atas dapat diketahui signifikansi sebesar 0,000 karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel siswa kelas Afirmasi dan siswa kelas Reguler mempunyai varian yang sama. Hal ini berarti adanya homogenitas. Uji-t Tabel 6.Hasil Uji-t Group Statistics N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kelas Afirmasi
51
72.80
5.539
.776
Kelas Reguler
60
59.82
7.743
1.000
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Equal variances assumed
Sig.
1.830
Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
T
.179
9.997
Df
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
109
.000
12.987
1.299
10.413 15.562
10.265 106.064
.000
12.987
1.265
10.479 15.496
Berdasarkan perhitungan uji beda rata-rata antara siswa kelas Afirmasi dan siswa kelas Reguler karena data homogen, maka yang dibahas selanjutnya pada kolom Equal variances assumed. Dari data di atas terlihat jika nilai t hitung = 9,997 ( sig 2tailed p<0,05) yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas Afirmasi dan siswa kelas Reguler. Maka,
Upper
diterima dan
di tolak.
17
Pembahasan Berdasarkan hasil analisa data penelitian mengenai perbedaan self-efficacy akademik antara kelas Afirmasi dan kelas Reguler di SMA Negeri 1 Serui dengan menggunakan program SPPS versi 16.0, diperoleh t-hitung sebesar 9,997 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan self-efficacy akademik antara siswa kelas Afirmasi dan siswa kelas Reguler. Berdasarkan Mean masing-masing kelompok di atas diperoleh Mean kelas Afirmasi 72,80 sedangkan Mean kelas Reguler 59,82. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas Afirmasi memiliki self-efficacy akademik yang lebih tinggi. Jadi, siswa yang mengikuti kelas Afirmasi bisa memiliki self-efficacy akademik
yang baik.
Mengenai hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Suroso (2013) bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas Akselerasi dan kelas Reguler dari tingkat kesulitan tugas, tantangan dan hambatan yang dilalui. Berarti siswa yang mengikuti kelas Akselerasi memiliki self-efficacy yang tinggi dapat dilihat dari cara siswa kelas Akselerasi bisa menyelesaikan tugas dengan tingkat yang sulit dan dapat menghadapi berbagai tantangan serta hambatan yang dialami oleh mereka. Kelas Afirmasi dapat meningkatkan self-efficacy akademik peserta didik karena kelas ini membuat suatu program bahwa anak-anak Papua yang berprestasi akan mendapatkan reward yaitu berupa beasiswa Afirmasi dan mendapat pertukaran pelajar ke luar negeri untuk bisa bersaing dengan anak-anak yang di luar negeri. Hal ini didukung dengan teori Skinner (1990) yang menyatakan bahwa penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas untuk suatu perilaku yang akan terjadi. Dengan adanya penguat positif berupa reward yaitu beasiswa Afirmasi, mengganggap bahwa penguat (reinforcement) merupakan faktor terpenting
18
dalam proses belajar seorang siswa, sehingga siswa kelas Afirmasi dapat menunjukkan self-efficacy akademik yang tinggi (Dahar, 2006). Kemudian didukung juga oleh teori Hebb (dalam Hergenhahn dan Olson, 2010) yang menyatakan bahwa lingkungan dapat memberikan pengaruh terhadap seseorang. Hebb menyatakan lingkungan terbagi menjadi dua yaitu lingkungan kaya dan lingkungan terbatas. Lingkungan kaya adalah lingkungan yang memberikan berbagai macam pengalaman sensoris dan motoris. Misalkan, kelas Afirmasi mengajarkan pengalaman belajar tentang self-efficacy akademik yang lebih tinggi karena adanya Verbal persuasion digunakan secara luas untuk mencoba berbicara dengan siswa kelas Afirmasi agar mereka yakin atau percaya bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk bisa berhasil dalam melaksanakan tugas yang akan dilakukannya serta adanya dukungan sosial, keluarga dan teman sebaya yang positif. Sedangkan, Lingkungan terbatas adalah lingkungan yang memberikan proses pembelajaran terbatas bagi individu. Misalkan, kelas Reguler mengajarkan pengalaman belajar tentang self-efficacy akademik terbatas karena adanya dukungan sosial, keluarga dan teman sebaya yang negatif. Hal ini juga telah dibuktikan oleh penelitian Nikmah (2007) bahwa terdapat perbedaan signifikan self-efficacy antara kelas Imersi dan kelas Reguler dari tingkat prestasi belajar siswa, maka dari itu siswa kelas Imersi memiliki self-efficacy yang tinggi dapat dilihat dari prestasi belajar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas tentang perbedaan Selfefficacy Akademik antara kelas Afirmasi dan kelas Reguler di SMA Negeri 1 Serui, diperoleh kesimpulan sebagai berikut;
19
1. Ada perbedaan yang signifikan antara self-efficacy akademik kelas Afirmasi dan kelas Reguler di SMA Negeri 1 Serui. Siswa kelas Afirmasi memiliki selfefficacy akademik yang lebih tinggi daripada siswa kelas Reguler. 2. Sebagian besar siswa di kelas Afirmasi tergolong dalam kategori self-efficacy akademik yang tinggi dengan rerata 72,80, sedangkan sebagian besar siswa kelas Reguler berada pada kategori self-efficacy akademik yang sedang dengan rerata 59,82.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai dan mengingat banyaknya kerbatasan penulis dalam melakukan penelitian, maka penulis mengajukan beberapa saran bagi: a. Bagi Siswa Kelas Afirmasi Bagi siswa kelas Afirmasi teruslah mempertahankan self-efficacy akademik dengan mengikuti berbagai metode pembelajaran yang telah diterapkan. b. Bagi Siswa Kelas Reguler Bagi siswa kelas Reguler perlu mengetahui bahwa harus lebih meningkatkan lagi self-efficacy akademik dengan cara
mempertahankan pengalaman
keberhasilan, melihat model sosial yang positif dan mengelola keadaan emosional.
20
Daftar Pustaka Abubar, M.2014. “Pemkot Jayapura Luncurkan Program Afirmasi Pendidikan Menengah”.ANTAR NEWS PAPUA, 26 September 2014. Diaskes pada 26 september 2014 dari http://papua.antaranews.com/berita/447735/pemkotjayapura-luncurkan-program-afirmasi-pendidikan-menengah Bandura, A. (1995). Self-efficacy in changing society. New York: Cambridge University Press. -------. (1997). Self-Efficacy : The Exercise of Control. New York: Freeman ang company. -------. (1994). Self-Efficacy. In V.S. Ramachaudran (Ed), Encyclopedia of human behavior (Vol.4 4,pp). New York:Academic Press. (Reprinted in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia of mental health. San Diego: Academic Press, 1998). Dahar, W. R. (2006). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Indeks. Emi, K. (2006). Perbedaan Penyesuaian Sosial Siswa peserta Program Reguler dan Akselerasi Kelas XI di Kota Malang. Skripsi. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Fauzy, H. &Shah, M. (2007). Efikasi Diri dan Pencapaian Akademik: Kajian Ke Atas Pelajar Institusi Pengajian Tinggi Awam. Simposium Pengajaran dan Pembelajaran UTM 2007 (SPPUTM 07). h.4-5. http://www.ctl.utm.my/spputm07/abstraksppu tm07.pdf Fatmawati,R. (2009).Perbedaan Efikasi Diri Akademik Antara Siswa yang Berkepribadian Ekstrovert dan Introvert di SMA Negeri I Trenggalek. Skripsi. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Haycock, L.A., McCarthy, P., & Skay, C.L. (1998) Procrastinantion in college students: The role of self-efficacy and anxiety. Journal Of Counseling & Develoment, 76, 371-324 Harfihana, R. (2013). Self-Efficacy dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Nasional . Vol 1. No,01.tahun 2013. Latifah, M. (2012). Harga Diri, Efikasi Diri, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar Siswa SMA Pada Berbagai Model Pembelajaran. Vol 5. No. 2. Agustus 2012. Manajemen Implementasi Kurikulum (2013) : Jakarta. Nikmah, R. (2007). Tingkat Prestasi dan Efikasi Diri Siswa Ditinjau Dari Penerapan Program Imersi. Tesis: Magister Sains Psikologi Universitas Gajah Mada.
21
Nobelina, A. (2011) . Efikasi Diri , Dukungan sosial Keluarga dan Self-regulated pada siswa siswa kelas viii. Humanitas, Vol. VIII No.1 Januari 2011 . Norwich, B. (1987). Self-Efficacy and Mathematics Achievement: A Study of Their Relation. Journal of Educational Psychology. American Psychological Assosiation. http://doi.apa.org/edu/79/4/384.html. Diaskes pada 18.01.2011. Novariandhini ( 2012). Harga Diri , Efikasi Diri , Motivasi Belajar dan Prestasi Akademik Siswa SMA pada berbagai Model Pembelajaran. Vol 5 . No.2. Agustus 2012. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. (2006). Badan Standar Pendidikan:Standar Isi. www.bsnp-indonesia.org (7 Mei 2008).
Nasional
Putra, A. (2010) . Pengaruh Orientasi Pada Kesempurnaan ( Perfectionism) Dan Efikasi Diri (Self-Efficacy) Terhadap Prokrastinasi Skripsi Mahasiswa Fakultas Psikologi Uksw. Tesis: Magister Psikologi Universitas Kristen Satya Wancana. Rivai, A.2014. Affirmative action: Menebar Cahaya Harapan Untuk Papua.Diaskes dari http://mmpt.pasca.ugm.ac.id/downloads/8.%20Affirmative%20Action_Ardian. pdf . pada tanggal 7 september 2014. Rutter, D. R., Quine, L., & Chesham, D. J. (1993). Social psychological approaches to health. London: Biddles Ltd, Guildford and King’s Lynn. Sarafino, E. P. (1990). Health psychology: Biopsychosocial interactions. New York: John Wiley & Sons, Inc. Seo, E.H. (2008). Self-efficacy as mediator in the relationship between self-oriented perfectionism and academic procrastination. Social Behaviour And Personality journal, 36(6), 753-764. Siregar, R. (2012). Pengaruh antara Konsep Diri dan Efikasi-diri terhadap Disiplin Kerja Karyawan Bagian Pemasaran PT. Pertamina (Persero) UPMS V Surabaya. Tesis: Magister Sains Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Uwah, dkk (2008) School Belonging, Educational Aspirations, and Academic SelfEfficacy Among African American Male High School Students:Implications for School Counselors. Warsito, H. (2009). Hubungan antara self-efficacy dengan Penyesuaian Akademik dan prestasi akademik. Vol IX.No 1 April 2009. Widyayanti (30 Agustus 2013). Peringkat Indonesia di HDI. Kompas.
22
Yao, M.P. (2009). An exploration of multidimensional perfectionism, academic selfefficacy, procrastination frequency, and asia America cultural values in asia American university student, Dissertation: Presented in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree Doctor of Philophy in the Graduate School of The Ohio State University. Yoentanto, N. (2010). Hubungan antara Self-regulated Learning dengan Self-efficacy pada Siswa Akselerasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur.Vol. 12 . No.02.Agustus 2010. Pajers, F., & Urdan. T. (2006). Self-efficacy beliefs of adolescents. Connecticut: Informating Age Publishing . (online) diakses dari http://.des.emory.edu/mfp/ZimmermanClearyAdoEd5.pdf, tanggal 29 April 2010.