Artikel Penelitian
Perbedaan Sekuens Nukleotida Gen Fusion (F) dan Sekuens Asam Amino Protein F Virus Campak Liar dan Virus Vaksin di Indonesia Made Setiawan,* Agus Sjahrurachman,** Fera Ibrahim,** Agus Suwandono*** *Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso Jakarta, **Departemen Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, ***Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, Jakarta
Abstrak: Virus campak adalah virus penyebab penyakit pada bayi dan anak. Pada selubung virus ditemukan 2 buah glikoprotein yaitu, protein hemaglutinin (H) dan protein fusion (F). Protein F virus campak adalah sangat penting agar virus dapat menginfeksi sel. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan sekuens nukleotida gen F dan perbedaan sekuens asam amino protein F antara virus campak liar dan virus vaksin yang ada di Indonesia. Ekstraksi dan amplifikasi gen dilakukan di laboratorium menggunakan teknologi biologi molekuler dan analisis gen dilakukan menggunakan teknologi bioinformatika. Dari hasil analisis ternyata perbedaan sekuens nukleotida yang terbesar ditemukan antara virus campak liar dan virus vaksin CAM-70 (83-90 nukleotida), kemudian disusul virus vaksin Schwarz(1623 nukleotida) dan virus Edmonston-wt (18-23). Demikian juga, perbedaan sekuens asam amino yang terbesar ditemukan antara virus campak liar dan virus vaksin CAM-70 (29-31 residu), kemudian disusul virus vaksin Schwarz (4-5 residu) dan virus Edmonston-wt (1-3 residu). Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan sekuens nukleotidan dan asam amino protein F antara virus campak liar dan virus vaksin di Indonesia. Virus campak liar Indonesia mempunyai hubungan genetik yang lebih dekat dengan virus vaksin Schwarz dibandingkan dengan virus vaksin CAM-70. Kata kunci: virus campak, gen fusion, vaksin CAM-70, vaksin Schwarz, Edmonston-wt
Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 11, Nopember 2008
407
Perbedaan Sekuens Nukleotida Gen Fusion (F) dan Sekuens Asam Amino Protein F
The Differences of Fusion (F) Gene Nucleotide Sequence and F-Protein Amino Acid Sequence the Wild Measles Virus and Vaccine Virus in Indonesia Made Setiawan,* Agus Sjahrurachman,** Fera Ibrahim,** Agus Suwandono*** *Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta **Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ***Litbangkes-RI, Jakarta
Abstract: Measles virus is one of the cause of disease in babies and children. There are 2 glycoproteins in the virus envelope, hemaglutinin protein and fusion protein. The F protein of measles virus is essential for the virus to infect cells. This research was aimed to know the amino acid sequence differences of nucleotide and amino acid sequence of F protein between the wild-type measles (G2, G3, and D9), the CAM 70 vaccine, the Schwarz, and the Edmonston-wt viruses. The extraction and amplification of the gene were conducted in the laboratory using biomoleculer technology. The gene analysis was conducted using bioinformatic technology. We found that the biggest diffferences of nucleotide sequence between the wild-type measles and the CAM-70 vaccine virus was 83-90 nucleotides; the Schwarz virus was 16-23 nucleotides, and the Edmonston-wt was 18-23 nucleotides. The biggest amino acid sequence difference (29-31 residus) was found between the wild measles and CAM-70 vaccine virus, and the Schwarz virus (4-5 residus) and the Edmonston-wt virus (1-3 residus). It was concluded that there were differences of nucleotide sequence and F protein amnio acid between the wild measles virus and the vaccine virus in Indonesia. The wild type measles virus had a closer genetic relation to the Schwarz vaccine virus compared to the CAM-70 vaccine virus. Keywords: Measles virus, fusion gene, measles vaccine, Schwarz vaccine, Edmonston-wt
Pendahuluan Virus campak termasuk genus morbillivirus, anggota famili paramyxovirus, sebagai penyebab penyakit yang sangat infeksius terutama menyerang bayi dan anak.1 Virus campak merupakan virus berselubung dengan genom RNA untai tunggal negatif, yang mengkode 6 jenis protein.2 Protein F dan H adalah glikoprotein yang terdapat pada permukaan/selubung virus. Protein ini berfungsi untuk mengenal permukaan sel pejamu, mengadakan fusi membran, sehingga virus dapat masuk ke dalam sel.3,4,11,12,24-28. Protein F mempunyai sifat antigenisitas yang tinggi. Bila virus menginfeksi pejamu, akan timbul respons imun seluler maupun humoral. Beberapa epitop pada protein F dapat dikenal oleh antibodi spesifik dari individu yang terinfeksi virus campak.5 Bila protein F ini mengalami kelainan maka proses infeksi oleh virus tidak akan terjadi secara sempurna.6-12 Di Indonesia dikenal 3 genotip virus campak; G2, G3, dan D9. Vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit campak yaitu vaksin campak CAM-70 dan vaksin Schwarz. Secara keseluruhan, gen protein F sangat stabil, akan tetapi tingkat variabilitas yang terbanyak ditemukan pada gen protein F virus vaksin dibandingkan dengan gen protein F virus 408
campak liar.6 Dikatakan bahwa, hal ini terjadi sebagai akibat proses pembuatan vaksin. Dari seluruh galur vaksin, gen F virus vaksin CAM-70 mempunyai substitusi nukleotida yang paling banyak dan mempunyai perbedaan sekuens asam amino protein F yang terbanyak.7 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sekuens nukleotida gen F dan sekuens asam amino protein F antara virus campak liar dan virus vaksin yang ada di Indonesia. Metode Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium, untuk menganalisis gen dan protein virus campak liar dan virus vaksin campak dengan menggunakan teknologi biologi molekuler dan bioinformatika. Analisis genetik gen F dan protein F dilakukan pada tiga genotip virus campak liar di Indonesia (G2, G3, dan D9), dan virus vaksin CAM-70, Schwarz, serta Edmonston-wt. Virus campak liar diperoleh dari Litbangkes-RI. Sebagian sampel isolat virus campak liar tersebut dikirim ke ICDC (Atlanta-USA). Vaksin CAM-70 (PT. Bio Farma) diperoleh dari Subdit Imunisasi dan vaksin Schwarz (MMR) diperoleh dari PT. Eurindo, sedangkan gen F virus Edmonston diambil dari BankGen Internasional (NCBI). Genotip virus campak liar sudah ditentukan di AtMaj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 11, Nopember 2008
Perbedaan Sekuens Nukleotida Gen Fusion (F) dan Sekuens Asam Amino Protein F lanta, kemudian ditentukan ulang di Indonesia.10 Ekstraksi RNA hasil biakan isolat virus dari spesimen penderita dilakukan dengan menggunakan QIAamp® Viral RNA Mini Kit dari QIAGEN (Catalog no.5204) sesuai petunjuk yang diberikan oleh perusahan. Amplifikasi RNA dilakukan menggunakan mesin PCR, sedangkan primer dibuat berdasarkan analisis sekuens referensi galur Edmonston-wt, substrain AIK-C (AB046218) NCBI,8 menggunakan program komputer Software Primer-3. Keterangan: DTM: Daerah tidak mengkode. Gambar 1. Strategi Mensekuens Gen F dengan Primer Arah Berlawanan yang Tumpangtindih
Tabel 1. Primer untuk PCR dan Sekuensing Nama Primer
Urutan nukleotida
Posisi
Primer F 1 gAC CAA AAg ATC AAT CCA CCA C 2 Primer F 3 4 Primer F 5 6
53605381 ggC CgA TTA AAT CAC AAg ATA gTT 60326055 CTg TTC Agg gTg TCC AAg ACT AC 59785600 CTT gAT TAA TgA TCg TTC CTg TTg 66536676 gTA CAC TCg TAT CCg ggT CTT TT 65506572 gCA CCC TAA gTT TTA ATT AAC TAC Cg 72327257
Reaksi Reverse Transcriptase (reaksi transkripsi terbalik) dilakukan menggunakan kit SuperScriptTMIII Reverse Transcriptase (Invitrogen) dengan cara sesuai dengan protokol yang diberikan oleh perusahaan. cDNA yang diperoleh dari reaksi Reverse Transcriptase diperbanyak dengan metode PCR menggunakan Platinum Taq DNA Polymerase (Invitrogen). Primer yang digunakan adalah susunan primer seperti yang terdapat pada Table 2. Produk PCR dianalisis dengan gel elektroforesis dan dideteksi berdasarkan berat molekul atau panjang rantai nukleotida. Gel dibuat dari agarose gel 2% dicampur dengan 10 mL (1 mg/mL) ethidium bromide. Dengan voltage 100 volt, selama 40 menit.9 Produk DNA kemudian dimurnikan menggunakan kit (QIAGEN). Kit purifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kit QIAquick Gel Extraction Purification (QIAGEN Cat. No.28704), yaitu produk PCR dijalankan pada Low Melting Agarose terlebih dahulu sebelum dipurifikasi. Cara yang dilakukan sesuai dengan protokol yang diberikan oleh perusahaan. Untuk melakukan cloning hasil PCR, maka digunakan TOPO TA Cloning kit buatan Invitrogen (Cat. No.K450001). Cara melakukan reaksi sesuai dengan protokol yang diberikan oleh perusahan. Ekstraksi plasmid dilakukan sesuai dengan protokol yang diberikan oleh perusahan QIAGEN dengan menggunakan kit QIAprep® Spin Miniprep (Cat. No. 27104). Filtrat yang diperoleh diberi label dan disimpan untuk sequencing.
Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 11, Nopember 2008
DNA disekuens dengan menggunakan automatic sequencer berdasarkan metode Sanger (dideoxy termination method). Reaksi ini dilakukan pada mesin automatic ABI PRISMÒ Big Dye Terminator Cycle Sequencing Ready Reaction Kit Primer yang dipakai adalah sama dengan primer yang terdapat pada Tabel 1. Fragmen sekuens yang diperoleh, diperiksa dan diperbaiki, kemudian disambung satu sama lain, sehingga menjadi sekuens gen F yang lengkap, dengan bantuan software Genetyx dan Bioedit. Sekuens gen F yang lengkap dari masing-masing gen isolat virus campak liar dibandingkan satu sama lain. Perbandingan nukleotida maupun asam amino dilakukan pada kelima isolat virus-virus tersebut menggunakan software Genetyx, Clustal W, dan Bioedit. Software Bioedit dan Clustal W diunduh dari internet: http://www.mbio.nesu.edu/Bioedit/bioedit html. Hasil Perbedaan Sekuens Nukleotida Gen F Hasil analisis penjajaran sekuens nukleotida gen F virus campak genotip G2, G3, D9 dengan virus campak Edmonston-wt menunjukkan bahwa antara genotip G2 dan Edmonston-wt ditemukan perbedaan sebanyak 23 nukleotida (1,38%). Perbedaan sekuens nukleotida ini mengakibatkan perkiraan substitusi asam amino sebanyak 2 residu. Antara genotip G3 dan Edmonston-wt ditemukan perbedaan sebanyak 18 nukleotida (1,08%). Perbedaan sekuens nukleotida ini mengakibatkan perkiraan substitusi asam amino sebanyak 3 residu. Antara genotip D9 dan Edmonston-wt ditemukan sebanyak sebanyak 23 nukleotida (1,38%). Perbedaan sekuens nukleotida ini mengakibatkan perkiraan substitusi asam amino sebanyak 1 residu. Penjajaran sekuens nukleotida gen F virus campak genotip G2, G3, D9 dengan virus vaksin campak Schwarz, tampak bahwa antara genotip G2 dan virus vaksin Schwarz ditemukan perbedaan sebanyak 25 nukleotida (1,5%), yang mengakibatkan perkiraan substitusi asam amino sebanyak 5 residu. Antara genotip G3 dan Schwarz ditemukan perbedaan sebanyak 21 nukleotida (1,26%), yang mengakibatkan perkiraan substitusi asam amino sebanyak 5 residu. Antara
409
Perbedaan Sekuens Nukleotida Gen Fusion (F) dan Sekuens Asam Amino Protein F genotip D9 dan Schwarz ditemukan perbedaan sebanyak 16 nukleotida (0,96%), yang mengakibatkan perkiraan substitusi asam amino sebanyak 4 residu. Penjajaran sekuens nukleotida gen F virus campak genotip G2, G3, D9 dengan virus vaksin campak CAM-70, tampak bahwa antara genotip G2 dan virus vaksin CAM-70 ditemukan perbedaan sebanyak 90 nukleotida (5,42%), yang mengakibatkan terjadinya perkiraan substitusi asam amino sebanyak 30 residu. Antara genotip G3 dan CAM-70 ditemukan perbedaan sebanyak 83 nukleotida (4,99%), yang mengakibatkan terjadinya perkiraan substitusi asam amino sebanyak 31 residu. Antara genotip D9 dan CAM-70 ditemukan perbedaan sebanyak 88 nukleotida (5,29%), yang mengakibatkan terjadinya perkiraan substitusi asam amino sebanyak 29 residu. Data di atas memperlihatkan bahwa, perbedaan nukleotida yang terbesar ditemukan antara virus genotip G2, G3, D9 dengan vaksin CAM-70, kemudian disusul oleh Schwarz dan Edmonston-wt. Tabel 2. Perbedaan Nukleotida dan Substitusi Asam Amino Protein F Virus Genotip G2, G3, dan D9 dengan Virus Edmonston-wt, Schwarz, dan CAM-70. Genotip Virus Campak Liar
G2 G3 D9
Jumlah Perbedaan Nukleotida
Jumlah Substitusi AsamAmino
Edmons Schwaz CAM70 Edmons
Schwarz CAM70
23 (1,4%) 18 (1,1 %) 23 (1.4 %)
5 (0,9%) 5 (0,9%) 4 (0,7 %)
25 (1,5 %) 21 (1,3 %) 16 (0,9%)
90 (5,4%) 83 (4,9 %) 88 (5,3%)
2 (0,4%) 3 (0,5 %) 1 (0,9 %)
30 (5,4%) 31 (5,6%) 29 (5,24%)
Perbedaan Sekuens Asam Amino pada Protein F Perbedaan sekuens asam amino sangat menentukan terjadinya perubahan struktur sekunder protein, dan perubahan struktur sekunder juga sangat berpengaruh terhadap sifat antigenisitas protein antigen. Hasil analisis perbedaan asam amino berdasarkan kelompok asam amino ternyata dari 12 posisi perbedaan asam amino pada protein F antara virus campak liar (G2, G3 dan D9) dan virus vaksin CAM-70, sekitar 67% termasuk dalam kelompok sifat asam amino yang berbeda. Hasil analisis perbedaan asam amino berdasarkan kelompok asam amino protein F antara virus campak liar dan virus vaksin Schwarz ternyata ditemukan 8 posisi perbedaan, dan hanya sekitar 50% termasuk dalam kelompok sifat asam amino yang berbeda. Hal ini berarti, virus campak liar Indonesia mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan virus vaksin Schwarz dibandingkan dengan virus vaksin CAM70. 410
Tabel 3. Perbedaan Sekuens Asam Amino pada Protein F Virus Campak Liar dan Virus Vaksin CAM-70 No.
G2
G3
D9
CAM-70
17 34 55 110 168 365 369 401 420 496 513 515
V S Q S R S C Y A T T V
I F Q S R S C Y A N I A
V S Q S R S C Y A N I A
V S H G G F S H D T I A
+ + + + + + + + -
Keterangan: + Perbedaan asam amino di luar kelompok - Perbedaan asam amino di dalam kelompok Tabel 4. Perbedaan Sekuens Asam Amino pada Protein F Virus Campak Liar dan Virus Vaksin Schwarz. No.
G2
G3
D9
Schwarz
17 34 166 266 365 496 513 515
V S A R S T T V
I F A R S N I A
V S A R S N I A
V S T G Y T I A
Keterangan:
+ + + + -
+ Perbedaan asam amino di luar kelompok - Perbedaan asam amino di dalam kelompok
Sekuens Nukleotida dan Asam Amino Protein F yang Hilang Dari hasil analisis penjajaran sekuens nukleotida dan asam amino protein F dari virus campak genotip G2, G3, D9, CAM-70, Schwarz, dan Edmonston-wt, ternyata sekuens nukleotida dari nomer 130 sampai dengan nomer 400 pada gen F virus vaksin CAM-70 tidak ada, sedangkan pada gen F genotip G2, G3, D9, Schwarz dan Edmonston-wt, sekuens nukleotida ini ditemukan dengan lengkap. Demikian juga, hasil analisis penjajaran sekuens asam amino protein F dari virus campak genotip G2, G3, D9, CAM70, Schwarz dan Edmonston, ternyata sekuens asam amino dari nomer 114 sampai 128 pada virus vaksin CAM-70 tidak ditemukan, sedangkan pada genotip virus campak G2, G3, D9, Schwarz dan Edmonston-wt, sekuens asam amino ini ditemukan dengan lengkap. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan yang sangat mencolok antara gen dan protein F virus vaksin CAM-70 dengan virus campak genotip G2, G3, D9, Schwarz dan Edmonston-wt. Pembahasan Sekuens nukleotida gen F dan sekuens asam amino protein F virus campak sangat dilindungi pada semua galur (2). Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 11, Nopember 2008
Perbedaan Sekuens Nukleotida Gen Fusion (F) dan Sekuens Asam Amino Protein F
Gambar 2. Sekuens Nukleotida (341-400) dan Asam Amino(103-133) yang Hilang
Dari hasil penjajaran sekuens nukleotida dan sekuens asam amino virus genotip G2, G3, dan D9 dengan virus vaksin CAM-70, Schwarz dan Edmonston-wt ditemukan hanya sedikit perbedaan. Perbedaan yang terbanyak ditemukan sebesar 1,5%. Perbedaan yang sangat mencolok ditemukan antara virus campak liar (G2, G3, dan D9) dan virus vaksin CAM-70. Hal ini disebabkan karena hilangnya sekuens nukleotida 341-401 atau sekuens asam amino 114-128. Hilangnya sekuens nukleotida atau asam amino ini diperkirakan sebagai akibat proses perlemahan dalam pembuatan vaksin.2 Selain tidak ditemukan urutan asam amino 114- 128, juga ditemukan perbedaan urutan asam amino pada 12 posisi. Dari 12 posisi perbedaan asam amino tersebut, ternyata sekitar 67% mempunyai sifat asam amino yang berbeda. Hal ini mengakibatkan perbedaan sekuens nukleotida gen F dan sekuens asam amino protein F antara virus genotip G2, G3, dan D9 dengan virus vaksin CAM-70 menjadi sangat jelas, yang berdampak terhadap sifat biologis protein F, sehingga diperkirakan dapat memberikan reaksi imunologis yang berbeda secara in vivo maupun in vitro.1422 Dari hasil analisis sekuens nukleotida gen F dan sekuens asam maino protein F sangat jelas terlihat bahwa, secara genetik virus campak liar Indonesia mempunyai hubungan lebih dekat dengan virus vaksin Schwarz dibandingkan dengan virus vaksin CAM-70.
CAM-70 (83-90 nukleotida) kemudian disusul dengan virus vaksin Schwarz (16-25 nukleotida) dan virus Edmonston (1823 nukleotida).
Kesimpulan Dari hasil analisis sekuens nukleotida gen F dan asam amino protein F dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang terbesar ditemukan antara virus campak liar dan virus vaksin
Daftar Pustaka
Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 11, Nopember 2008
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan untuk melakukan penelitian konfigurasi protein F untuk meyakinkan adanya hubungan variabilitas sekuens asam amino dan struktur protein, yang dapat berpengaruh pada respons imun spesifik. Sebelum menentukan pilihan jenis vaksin yang akan digunakan secara nasional, sebaiknya dianalsis secara secara genetik maupun serologik, sehingga jenis vaksin yang dipilih sesuai dengan virus yang beredar di Indonesia, dan hasil respons imun yang diperoleh lebih optimal. Ucapan Terimakasih Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr I Nyoman Kandun MPH dirgen P2M dan PLP yang telah memberikan dana untuk penelitian ini. Demikian juga ucapan terimakasih kami sampaikan kepada bapak Harun, Joko, Bambang di LitbangKes DepKes, Diah Iskandriati, Joko Pamungkas, Uus Saefullah, Silmi di PSSP IPB Bogor, yang semuanya membantu kami sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
1.
2.
WHO: World Health Organization, Global measles mortality reduction and regional elimination, 2000-2001. Part 1. Weekly Epidemiological Record, 2002;77:49-56. Griffin DE, and Bellini WJ. Measles virus. In: Fields BN, Knipe
411
Perbedaan Sekuens Nukleotida Gen Fusion (F) dan Sekuens Asam Amino Protein F
3. 4. 5.
6.
7.
8.
9.
10. 11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
412
DM, Howley PM. Fields virology. 3rd ed. Philadelpia-New York: Lippincott-Raven, 1996.p.1267-312. Tyrell DIJ, Norrby F. Structural polypeptides of measles virus. J Gen Virol 1978;39:219-29. Rima BK. The proteins of morbilli viruses. J Gen Virol 1983; 64:1205-19. Partidos CD, Salani FB, Ripley J, Steward MW. Deconstructing the antigenic profile of a protective epitope from measles virus fusion protein using overlapping peptides. Vaccine 2000;18:3214. Rota JS, Wang ZD, Rota PA, Bellini WJ. Comparison of sequnces of the H, F, and N coding genes of measles virus vaccin strains. Virus Res 1994;31:317-30. Rota JS, Hummel KB, Rota PA, Bellini WJ. Genetic variability of the glycoprotein gene of current wild-type measles isolates. Virology 1992;188:135-42. Komase K, Suzuki N, Nakayama T, Miki K, Kawanishi R, Fukuda K. Genom sequence of measles virus. NCBI no. accession: AB046218 (2001). Coligan JE, Kruisbeek AM, Margulies DH, Shevach EM, Strober W. Current protocols in immunology. Vol. I. National Institut of Health; Published by John Wiley & Sons. 1996. Litbangkes Depkes RI. Laporan hasil Genotipe virus campak yang dikirim oleh WHO, 2002. Lee JK, Prussia A, Snyder JP, Plemper RK. Reversible inhibition of the fusion activity of measles virus F protein by an engineered intersubunit disulfide bridge. J Virol, 2007;81:8821-6. Doyle J, Prussia A, White LK, Sun A, Liotta DC, Snyder JP, et al,. Rwo domains that control perfusion stability and transport competence of the measles virus fusion protein. J Virol, 2006;80:1524-36. de Swart RL, Yuksel S, Osterhaus ADME. Realitve contributions of measles virus hemagglutinin- and fusion protein-spesific serum antibodies to virus neutralization. J Virol, 2005;79:1154751. Wiedmann A, Maisner A, Garten W, Seufert M, Ter Meulen V, Schaulis SS. Proteolitic cleavage of the Fusion Protein but Not Membrane Fusion Is Required for Measles Virus-Induced Immunosuppresion In Vitro. J Virol, 2000;74:1985-93. Fayolle J, Verrier B, Buckland R, Wild TF. Characterization of a Natural Mutation in an Antigenic Site on the Fusion Protein of Measles Virus Is Involved in Neutralization. J Virol, 1999;78790. Caballero M, Carabana J, Ortego J, Fernades-Munoz R, Celma ML. Measles virus fusion protein is palmitoylated on transmembrane-intracytoplasmic cysteine residues which participate in cell fusin. J Virol. 1998;72:8198-204. Atabani SF, Obeid OE, Chargelegue D, Aaby P, Whittle H, Steward MW. Identification of an immunodominant and protetive epitope from measles virus fusion by using human sera from acute infection. J Virol, 1997;71:7240-5.
18. Obeid OE, Partidos CD, Howard CR, Steward MW. Protection againt morbillivirus-induced encephalitis by immunization with a rationally designed synthetic peptide vaccine containing B- and T-Cell epitope from the fusion protein of measles virus. J Virol, 1995;69:1420-8. 19. Alkhatib G, Roder J, Richardson C, Briedis D, Weinberg R, Smith D, et al,. Characterization of a Cleavage Mutant of the Measles Virus Fusion Protein Defective in Syncytium Formation. J Virol, 1994;68:6770-4. 20. Alkhatib G, Shen S-H, Briedis D, Richardson C, Massie B, Weinberg R, et al,. Fungsional analysis of N-Linked glycosylation mutants of the measles virus fusion protein synthezied by recombinant vaccinia virus vectors. J Virol, 1994;68:1522-31. 21. Van Bennedijk RS, Versteeg-Van Oosten JPM, Poelen MCM, Brugghe HF, Hoogerhout P, Osterhaus ADME, et al,. Human HLA class I- and HLA class II-restricted cloned cytotoxic T lymphocytes identify a cluster of epitopes on the measles virus fusion protein. J Virol, 1993;67:2276-84. 22. Devaux P, Christiansen D, Plumet S, Gerlier D. Cell surface activation of the alternative complement pathway by the fusion protein of measles virus. J Gen Virol, 2004;85:1665-73. 23. Wiesmuller KH, Spahn G, Handmann D, Schneider F, Jung G, Muller CP. Heterogeneity of linear B cell epitope of the measles virus fusion protein reacting with late convalecent sera. J Gen Virol, 1992;73:2211-6. 24. Buckland R, Malvoisin E, Beauverger P, Wild F. A leucine zipper structure present in the measles virus fusion protein is not required for its tetramerization but is essential for fusion. J Gen Virol, 1992;73:1703-7. 25. Ogura H, Sato H, Kamiya S, Nakamura S. Temperature elevation enhances cell surface expression of measles virus fusion protein in infected cells. J Gen Virol, 1990;71:2475-8. 26. Vries PD, Van Binnendijk RS, Marel PVD, Wezel ALV, Voorma HO, Sundquist B, et al,. Measles virus fusion protein presented in an immune-stimulating complex (Iscom) induces haemolysisinhibiting and fusion-inhibiting antibodies, virus-speciffic T cells and protection in mice. J Gen Virol, 1988;69:549-59. 27. van Bennendijk RS, van Baalen CA, Poelen MCM, de Vries P, Boes J, Cerundolo V, et al,. Measles virus transmembrane fusion protein synthesized de novo or presented in immunostimulating complexes is endogenouslyprocessed for HLA Class I- and Class II-restricted cytotoxic T Cell Recognition. J Exp Med, 1992;176:119-28. 28. Zhang P, Li L, Hu C, Xu Q, Liu X, Qi Y. Interaction among measles virus hemagglutinin, fusion protein and cel receptor signaling lymphocyte activation molecule (SLAM) indicating an new fusion-trimer model. J Biochem Mol Biol, 2005;38:373-80.
SS
Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 11, Nopember 2008