PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA BERDASARKAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR (Survei pada Anak Sekolah Dasar Negeri Leuwikidang Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya)
Gina Rosatania Nurlina dan Siti Novianti Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi (
[email protected]) Dosen Pembimbing Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRAK
Status gizi yang kurang pada anak dapat mengakibatkan lemahnya kemampuan belajar, karena anak menjadi kurang responsif, kurang konsentrasi dan sulit berkomunikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar berdasarkan status gizi. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji beda T independen dan sampel sebanyak 53 siswa. Rata-rata prestasi belajar siswa pada siswa yang berstatus gizi normal adalah 81,36 dan pada siswa yang berstatus gizi kurus adalah 77,92. Hasil uji statistik menunjukan ada perbedaan prestasi belajar pada siswa berdasarkan status gizi dengan nilai p=0,002. Disimpulkan bahwa ada perbedaan perbedaan prestasi belajar siswa berdasarkan status gizi, oleh karena itu hasil dari pengukuran antropometri diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pendidikan dalam menyusun Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk meningkatkan status gizi dan prestasi yang optimal. Kata Kunci
: Prestasi Belajar, Status Gizi, Anak Sekolah Dasar
Daftar Pustaka
: 24 (2002-2013)
ABSTRACT The Differences About The Student Achievement Based On The Noutrition Status (Survey from the Leuwikidang Elementary School Subdistrict Bungursari Tasikmalaya City). Nutrient Status which giving less to childrend can make effection the weakness ability to the children study, from than effect children can not be responsif to the study, the children can not consentrate and having hard comunication. The purpose of this research is to know how the differences about the student achievement base on the nutrient status. The research uses the survey method with the cross sectional approch. The hipnotize test is using the different T Independen and i take a sample to 53 student. The avarage the study achievement student to nutrient normal status student are 81,36 and nutrient to thin status student are 77,92. The result of statistic reference to the differences about the achievement student based on nutrient status about P=0,002. Concluded that there are many differences achievement student study base on nutrient status and based on the result about antropometri measure hoping that can be more consideration to education in arrange to the healhty program (UKS) in school for increase nutrient status and full achievement for student.
Keywords
: Student Achievement, Noutrition Status, Elementary Student
Bibliography : 24 (2002-2013)
Pendahuluan Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar anak sekolah dapat diketahui setelah diadakan evaluasi yaitu hasil rapot tiap semester. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa (Ridwan, 2008). Rapot adalah nilai dari evaluasi yang dilakukan selama proses pembelajaran. Nilai raport biasanya dibuat tiap semester. Dari hasil raport tersebut dapat diketahui nilai siswa setiap semesternya apakah mengalami penaikan atau penurunan (Ridwan, 2008). Prestasi belajar adalah hasil atau rata-rata nilai semua mata pelajaran pada raport siswa SD. (Dindiknas dalam Budi, 2004). Prestasi belajar siswa bukan sematamata karena kecerdasan siswa saja tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor
internal yang meliputi faktor fisiologis dan psikologis, dimana status gizi termasuk faktor fisiologis (Syah, 2010). Tidak semua anak dapat mencapai hasil yang memuaskan, karena beberapa anak memiliki keterbatasan dalam menyerap pelajaran sehingga gagal untuk berprestasi dengan baik (Gustian, 2002). Masalah gizi yang ada di Indonesia ada dua jenis yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular yang terjadi pada sekelompok masyarakat di suatu tempat. Umumnya penyakit kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang selalu harus dikontrol terutama masyarakat yang tertinggal di negara-negara berkembang. Selanjutnya karena menyangkut masyarakat banyak, kekurangan gizi yang terjadi pada sekelompok masyarakat tertentu menjadi masalah utama di dunia. Masalah penyebab kekurangan gizi (malnutrisi) dalam kelompok masyarakat saat ini merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia (Syafiq, 2008). Kelompok anak sekolah (6-14 tahun) merupakan kelompok rentan gizi, kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan proses pertumbuhan yang relatif pesat, yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah relatif besar (Sediaoetama, 2004). Anak
sebagai
aset
SDM
dan
generasi
penerus
perlu
diperhatikan
kehidupannya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia. Kecukupan gizi sangat mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas kerja manusia. Banyak aspek yang berpengaruh terhadap status gizi antara lain aspek pola pangan, sosial budaya dan pengaruh konsumsi pangan (Suhardjo, 2003). Berbagai masalah kesehatan juga banyak dijumpai di kalangan anak Sekolah Dasar dan masalah gizi kurang belum dapat diatasi terutama di sekolah dasar pada daerah miskin dan tertinggal. Secara langsung keadaan zat gizi dipengaruhi oleh kecukupan asupan makanan dan keadaan individu. Dari laporan Riskesdas tahun 2007, status gizi penduduk umur 6-14 tahun (usia sekolah) di Indonesia. Diketahui prevalensi BB Kurang pada anak laki-laki yang berumur 6-14 tahun adalah 13,3% sedangkan prevalensi BB kurang pada anak perempuan berumur 6-14 tahun adalah 10,9% pada
2010 prevalensi anak SD kurang gizi 17,9% yang berarti 3,7 juta anak SD yang kurang gizi (Riskesdes, 2007-2010). Krisis ekonomi bangsa telah mengakibatkan masalah gizi yang menimbulkan lost generation yaitu suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi sehingga kecerdasan IQ lebih rendah. Banyak penelitian menunjukan bahwa status gizi anak sekolah yang baik akan menghasilkan derajat kesehatan yang baik dan tingkat kecerdasannya yang baik pula. Sebaliknya, status gizi yang buruk menghasilkan derajat kesehatan yang buruk, mudah terserang penyakit, dan tingkat kecerdasan yang kurang sehingga prestasi anak di sekolah juga kurang (Devi, 2012). Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan di SD Negeri Leuwikidang Kecamatan Bungurasari Kota Tasikmalaya, dengan menggunakan IMT/U diperoleh data 42,7% anak berstatus gizi kurus sehingga penulis tertarik untuk meneliti perbedaan prestasi belajar pada siswa berdasarkan status gizi di SD Negeri Leuwikidang Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2010). Teknik sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dari popualsi, kemudian dengan jumlah patokan tersebut peneliti mengambil sampel secara acak asal memenuhi persyaratan sebagai sampel dari populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini adalah 53 Siswa. Kriteria inklusi yaitu mengambil responden yang angka absennya tidak lebih dari 1 minggu dalam 1 semester dan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah tidak hadir saat dilakukan penelitian dan sakit saat dilakukan penelitian dan memiliki penyakit bawaan/penyakit berat. Pengukuran status gizi menggunakan IMT/U dengan melakukan pengukuran antropometri dengan cara mengukur tinggi badan dan berat badan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 agustus 2014.
Hasil Penelitian Hasil analisis Univariat yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1.
Status Gizi Tabel 1 Distribusi Siswa Berdasarkan Status Gizi di SDN Leuwikidang Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Status Gizi Normal Kurus Jumlah
Jumlah 31 22 53
% 58,5 41,5 100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa responden anak dengan status gizi normal 31 orang (58,5%) dan anak dengan status gizi kurus 22 orang (41,5%).
2.
Rata-rata Prestasi Belajar Tabel 2 Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Status Gizi di SDN Leuwikidang Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Status Gizi Normal Kurus
Rata-rata 81,36 77,92
SD
Min
Max
4,39 2,59
73,45 73,45
90,45 81,40
Tabel 2 menunjukkan rata-rata prestasi belajar siswa yang berstatus gizi normal adalah 81,36 dengan nilai terendah 73,45 dan tertinggi 90,45. Rata-rata prestasi belajar siswa yang berstatus gizi kurus adalah 77,92 dengan nilai terendah 73,45 dan tertinggi 81,40. Meskipun telah mencapai KKM rata-rata rapot ada 81,81% siswa berstatus gizi kurus berada di bawah rata-rata kelas dan 32,25 % siswa yang berstatus gizi normal berada di bawah rata-rata kelas.
Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel indepnden apakah ada perbedaan prestasi belajar berdasarkan status gizi. Hasil analisis bivariat yang dilakukan peneliti mengenai perbedaan prestasi
belajar berdasarkan status gizi yaitu menggunakan uji T Independen dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 3 Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Status Gizi di SDN Leuwikidang Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Status Gizi Normal Kurus
Mean 81,36 77,92
SD 4,399 2,593
SE 0,790 0,552
P Value 0,002
N 31 22
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar yang berstatus gizi normal adalah 81,36 dengan standar deviasi 4,399. Pada mereka yang berstatus gizi kurus ratarata prestasi belajarnya adalah 77,92 dengan standar deviasi 2,593. Hasil uji statistik T Independen didapat nilai p = 0,002, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan nilai rata-rata rapot antara status gizi normal dengan status gizi kurus.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian IMT/U distribusi siswa dengan status gizi normal 31 orang (58,5%), anak dengan status gizi kurus 22 orang (41,5%). Rata-rata prestasi belajar siswa SDN Leuwikidang Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya adalah 79,92 dengan nilai terendah 73,45 dan tertinggi 90,45. Rata-rata prestasi belajar yang berstatus gizi normal memperoleh nilai rata-rata 81,36. Pada mereka yang berstatus gizi kurus rata-rata prestasi belajar 77,92. Penentuan nilai pada rapot diperoleh dari nilai ulangan harian, ulangan umum, absen, dan keaktifan siswa di kelas, pada anak yang kurus cenderung kurang aktif di kelas pada saat kegiatan belajar mengajar. Meskipun telah mencapai KKM pada setiap mata pelajaran, tetapi ada 81,81% siswa berstatus gizi kurus berada di bawah rata-rata kelas sedangkan siswa yang berstatus gizi normal hanya 32,25 % yang berada di bawah rata-rata kelas. Hasil analisis dengan menggunakan uji T Independen untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar berdasarkan status gizi normal, kurus dan gemuk didapat nilai p = 0,002, berarti pada alpha 5% dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata prestasi belajar diantara status gizi.di dapat nilai p < 0,05 (p = 0,002).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Arnelia, dkk (1995/1996) yang menyatakan bahwa anak yang pernah mengalami status gizi kurang akan tertinggal dalam prestasi belajar dibanding yang semestinya. Penelitian yang dilakukan oleh Hamid, dkk (2011) menyatakan bahwa ada hubungan antara faktor jenis kelamin, umur, dan status gizi dengan kemampuan akademik dan fungsi kognitif anak Sekolah Dasar. Demikian juga dengan penelitian Karina, dkk (2001) tentang hubungan jumlah asupan karbohidarat dan protein dalam makanan dengan kemampuan kognitif dimana status gizi sebagai variabel antara sebab status gizi dipengaruhi oleh asupan. Bukti akan pentingnya asupan makanan yang sehat terhadap prestasi anak di sekolah diungkapkan hasil riset terhadap pelajar di Nova Scotia, Kanada yang dimuat dalan Journal of School-perfomance Study, Veugelers dan timnya memantau sekitar 4.600 anak kelas lima SD di Nova Scotia. Data riset mencatat ada 875 siswa atau 19,1 persen di antara partisipan yang gagal melewati tes kemampuan dasar. Dari hasil penelitian terungkap pelajar yang mengkonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang mulai dari buah-buahan, sayur, protein, serat dan komponen sehat lainnya secara signifikan memiliki prestasi yang baik di sekolah. Jadi dari penelitian ini dapat membuktikan apa yang telah diperoleh di negara Kanada terbukti di Indonesia (Dr. Paul J. Veugelers, Journal of School Health edisi April, 2008). Prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar (Gunarso, 2012). Belajar memerlukan tenaga dan konsentrasi. Karena itu untuk mencapai hasil yang baik diperlukan keadaan jasmani yang sehat. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan mudah mengantuk (Slameto, 2013). Sedangkan untuk mendapatkan kondisi sehat maka seseorang harus mendapatkan asupan gizi yang cukup atau makan, istirahat, tidur, olahraga, rekreasi dan ibadah (Slameto, 2013). Siswa yang sakit, kurang makan, kurang tidur tidak dapat belajar dengan efektif. Kekurangan tersebut harus ditiadakan dahulu untuk dapat belajar dengan baik. Seseorang sering mangalami kesulitan untuk berkonsentrasi, hal ini disebabkan karena kurang berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari, terganggu oleh keadaan lingkungan yang bising dan masalah kesehatan yang terganggu (Slameto, 2013).
Pencapaian prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting. Faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan prestasi belajar bukan hanya gizi saja akan tetapi dari kualitas pengajaran, kurikulum, pendidikan orang tua dan angka ketidakhadiran murid dengan berbagai alasan. Intelegensi siswa juga dipengaruhi oleh faktor siswa sendiri yaitu keluarganya, sekolah, dan tempat dia bermain (Willis, 2010). Bila anak telah belajar untuk belajar dan menikamatinya, mempertajam rasa ingin tahu dan menemukan rasa kegembiraan dalam memuaskannya, dia akan menjadi seseorang yang berbeda dari anak yang dorongan belajarnya dihambat dengan lingkungan. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan dari siswa tersebut (Syah,2010). Kondisi masyarakat di lingkungan yang kumuh, serba kekurangan dan tingkat pendidikan orang tua yang rendah akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Peran gizi dalam tubuh dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dalam membantu perkembangan sel otak, gizi akan mempengaruhi keadaan fisik dan mental yang merupakan kondisi penentu konsentrasi belajar dan berpikir dan berfungsinya intelegensi itu dipengaruhi oleh keadaan gizi, daya tahan tubuh, sosial, ekonomi, lingkungan, bimbingan dan fasilitas. Status gizi yang baik atau status gizi optimal memungkinkan pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2002). Rendahnya status gizi anak-anak sekolah dasar akan membawa dampak negatif pada peningkatan kualitas SDM. Gizi kronis berhubungan erat dengan pencapaian akademik murid sekolah yang semakin rendah. Anak-anak yang wasted (kurus) karena kurang gizi banyak yang lebih sering absen dan tidak naik kelas (Khomsan, 2013). Kekurangan atau kelebihan zan gizi yang diterima tubuh seseorang akan sama mempunyai dampak yang negatif. Perbaikan konsumsi pangan dan peningkatan status gizi seimbang dengan yang diperlukan tubuh jelas merupakan unsur penting yang berdampak positif bagi peningkatan kualitas hidup manusia, sehat, kreatif dan produktif (Marsetyo, 2003). Energi dalam tubuh manusia dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan seimbang yang nantinya dapat
menghasilkan energi. Telah banyak penelitian yang menyimpulkan pentingnya gizi untuk meningkatkan kemampuan belajar. Perolehan rata-rata siswa bukan dari status gizi saja namun ada faktor lain yang mempengaruhi seperti cara orang tua mendidik, daya tahan tubuh, bakat, minat dan motivasi. Dari segi kesehatan mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi yaitu status gizi, daya tahan tubuh, sosial ekonomi dan infeksi cacing, adanya perbaikan salah satu faktor diatas atau perbaikan ekonomi akan menghasilkan perbaikan status gizi dan dengan demikian daya tahan tubuh dapat diperbaiki, morbiditas dapat diturunkan, anak menjadi sehat serta tidak sering absen sekolah, dorongan lebih mudah dilakukan maka konsentrasi belajar meningkat yang pada akhirnya prestasi belajarnya pun meningkat. Program UKS seperti pengukuran antropometri hanya dilakukan 1 tahun sekali oleh pihak sekolah padahal akan lebih baik jika dilakukan setiap 6 bulan sekali, pengukuran antropometri sangat penting guna untuk mengetahui perkembangan, pertumbuhan dan status gizi siswa. Pihak sekolah juga tidak melakukan tindak lanjut terhadap hasil dari pengukuran antropometri tersebut, sehingga siswa yang kurus tidak mendapatkan informasi dan edukasi mengenai Gizi karena guru UKS tidak mendapatkan info dari Puskesmas Program penyuluhan kesehatan dan konseling tidak dilakukan padahal hal tersebut sangat penting khususnya bagi siswa yang mempunyai masalah gizi. Program kerja sama lintas program maupun lintas sektoral
masih belum optimal dalam
melaksanakan pembinaan dan pengembangan UKS terlihat dari tidak adanya tindak lanjut yang dilakukan pihak sekolah terhadap siswa yang berstatus gizi kurus sehingga siswa yang berstatus gizi kurus dapat ditindak lanjut oleh pihak Puskesmas. Program pembinaan dan pengembangan belum optimal dalam pelaksanaannya, program tersebut merupakan salah satu upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang ditunjukkan kepada siswa, yang merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas fisik siswa.
Simpulan Saran Simpulan Siswa SDN Leuwikidang Kecamatan Bungursari Kota tasikmalaya yang berstatus gizi normal 31 orang (58,5%), berstatus gizi kurus 22 orang (41,5%). Rata-rata prestasi pada siswa SD Negeri Leuwikidang dengan status gizi normal memperoleh rata-rata prestasi 81,36 dan siswa dengan status gizi kurus
memperoleh rata-rata
prestasi 77,92. Hasil uji T Independen ada perbedaan prestasi belajar siswa berdasarkan status gizi pada siswa SD Negeri Leuwikidang Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya dengan nilai p < 0,005 (p = 0,002).
Saran 1.
Pihak sekolah memberikan fasilitas tentang gizi anak salah satunya dengan mengadakan penyuluhan tentang gizi anak sekolah kepada orang tua peserta didik dan mengadakan konsultasi gizi yang dilakukan guru UKS.
2.
Hasil
dari
pengukuran
antropometri
diharapkan
dapat
dijadikan
bahan
pertimbangan bagi pendidik atau pengelola program dalam menyusun Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk meningkatkan status gizi dan prestasi yang optimal 3.
Menindak lanjuti hasil pengukuran antropometri dengan cara kerja sama dengan pihak Puskesmas. Pihak Puskesmas memberikan akses untuk dilaksanakan pelayanan kesehatan di sekolah yaitu penjaringan, diagnosa dini, pemantauan dan perkembangan, mengadakan program-program makanan bergizi, mengadakan penyuluhan tentang gizi seimbang
4.
Mengupayakan kantin yang sudah ada disekolah menjadi kantin kantin sekolah sehat dengan melihat standar kantin sekolah yang telah ditetapkan.
5.
Perlu adanya kerjasama dari orang tua dan pihak sekolah untuk terus mengontrol dan memberikan motivasi belajar pada anak sebagai tanggung jawab bersama.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S., Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002. Devi, N., Gizi Anak Sekolah, Kompas, Jakarta, 2012.
Gustian, E., Menangani Anak Underachiever : Anak Cerdas Prestasi Rendah, Puspa Swara, Jakarta, 2002. Hamid, J, Akmal, KM, Hasmiza, H, Pim, CD, Ng, LO, & Wan Manan, WM, Effect Of Gender and Nutritional Status on Academic Achievement and Cognitive Funcsion Among Primary School Children in Rular Distric in Malaysia.Mal J Nutr, [internet] Vol.17 (2) pp 189-200 tersedia dalam http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22303573 [diakses 20 April 2014] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), [internet] tersedia dalam http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskedas2010.pdf [diakses 23 April 2014]. Khomsan, A. Ekologi Masalah Gizi, Pangan, dan Kemiskinan, Alfabeta, Bandung, 2013. Notoatmodjo, Soekidjo., Ilmu Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010. Notoatmodjo, Soekidjo., Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010. Paul, J, Veugelers, Pentingnya Asupan Makanan Sehat terhadap Prestasi Anak Sekolah di Nova Scotia Kanada, Jurnal of School Health edisi April, 2008. Ridwan, Ketercapaian Prestasi Belajar, Alfabeta, Bandung, 2008. Sediaoetama, A., Ilmu Gizi, Dian Rakyat, Jakarta, 2004. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2003. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2013. Suharjo, Perencaan Pangan dan Gizi,Bumi Aksara, Jakarta, 2003. Supariasa, I.D.N., Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2002. Syah, M. Psikologi Belajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010. WHO, The WHO Child Growth Standards, 2005. Willis, S., Psikologi Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2012.