PERBEDAAN PERKEMBANGAN BICARA PADA BAYI USIA 2-4 TAHUN YANG DIBERI ASI DAN NON ASI DI PAUD NUR HIDAYAH SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Srata 1 pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
Siti Mahriwati Supu J 120 151 015
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
i i
HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
PERBDAAN PERKEMBANGAN BICARA PADA BAYI USIA 2-4 TAHUN YANG DIBERI ASI DAN NON ASI DI PAUD NUR HIDAYAH SURAKARTA
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dalam Sidang Skripsi Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Diajukan Oleh : SITI MAHRIWATI SUPU J120151015
Telah disetujui Oleh : Pembimbing
ii ii FT. M. Kes Agus Widodo, SST.
‘
iii iii
PERBEDAAN PERKEMBANGAN BICARA PADA BAYI USIA 2-4 TAHUN YANG DIBERI ASI DAN NON ASI DI PAUD NUR HIDAYAH SURAKARTA Abstrak ASI bermanfaat terhadap tumbuh kembang bayi terutama dalam perkembangan bicara bayi, karena ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan dalam jumlah yang tepat, mengandung zat kekebalan atau antibodi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perkembangan bicara pada bayi usia 2-4 tahun yang diberi ASI dan Non ASI. Untuk mengetahui perbedaan perkembangan bicara bayi usia 2-4 tahun yang diberi ASI dan Non ASI. Penelitian deskriptif secara cross-sectional, dengan metodepurposive sampling.Teknik analisis data menggunakan analisis Uji Chy Square.Subjek penelitian60 anak usia 2-4 tahun di Paud Nur Hidayah Surakarta. Instrumen penelitian yaitu alat skrining yang dipakai ELM scale-2, kuesioner terhadap wali anak. Hasil pengolahan data menggunakan Uji Chy Square,diperoleh hasil p-value 0,000 dimana p<0,05 maka Ha diterima. Ada perbedaan perkembangan bicara pada bayi yang diberi ASI lebih baik dibanding dengan perkembangan bicara bayi yang tidak diberi ASI. Kata Kunci:ASI, Non ASI, Perkembangan bicara, Bayi usia 2-4 tahun. Abstracts Breastfeeding is beneficial to infant growth, especially in the development of baby talk, because breast milk contains all the necessary nutrients in the right amounts, containing antibodies or antibody. This study aims to determine differences in speech development in infants aged 2-4 years who were breastfed and non-breastfed. To determine differences in speech development of infants aged 2-4 years who were breastfed and non-breastfed. Descriptive study is cross-sectional, with purposive sampling method. Data were analyzed using analysis Test Chy Square.Subjek study 60 children aged 2-4 years in early childhood Nur Hidayah Surakarta. The research instrument is a screening tool used ELM-2 scale, a questionnaire to guardians..The results of data processing using Chy Square Test, the results obtained p-value of 0.000 where p <0.05, Ha accepted. There are differences in speech development in infants fed breast milk is better than speech development babies are not breastfed. Keywords: Breastfed and non-breastfed speech development, Infants aged 2-4 years. 1. PENDAHULUAN Semua orang tua pasti menginginkan anaknya bisa tumbuh sehat, cerdas dan menjadi orang sukses. Agar harapan itu dapat terwujud tidak membutuhkan biaya mahal, asalkan ibu mau memberikan apa yang sudah diberikan oleh Yang Maha Esa dengan memberikan apa yang menjadi hak dari buah hatinya yaitu air susu ibu (ASI). Dari sudut pandang ilmiah ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan dalam jumlah yang tepat, ASI juga mengandung zat kekebalan
1
atau antibodi yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai kuman penyakit (Widuri 2013). Menurut WHO global data Bank Pemberian ASI eksklusif secara nasional pada tahun 2010-2012 hanya mencapai 33,6-35% (Kurniawan 2013). Islam telah mengajarkan kepada setiap ibu cara memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya yaitu dengan memberikan ASI (air susu ibu) kepada anak-anaknya selama dua tahun penuh ( saleh ,2012). Sebagaimana hal itu tertera di awal ayat 233 surah al-Baqarah yang artinya, ”Para ibu hendaklah menyusukan anakanaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”. (QS. al-Baqarah: 233).Ada beberapa kemungkinkan bayi baru lahir memperoleh air susu ibu yaitu dengan rooting refleks (refleks mencium) , sacking refleks (refleks menghisap), refleks menelan. Refleks menyusui ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan bicara anak (Widuri, 2013). Perkembangan anak merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat lepas dari pengamatan orang tua. Perkembangan seorang anak pertama kali dimulai dari lingkungan keluarga dan interaksi antara anak dengan orang tua. Anak merupakan individu yang masih dalam usia tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spritual serta masa anak merupakan proses menuju kematangan. Sejak dini anak harus disiapkan berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, namun tidak setiap anak terlahir normal. Beberapa anak terlahir dengan kondisi mengalami hambatan dan keterbatasan diantaranya adalah anak terlambat bicara (Sturaya dkk, 2013). Gangguan bicara anak merupakan suatu persoalan yang rumit bagi anak maupun orang tua. Tidak sedikit anak yang mengalami gangguan bicara akan menjadi beban mental pada anak sehingga memberi dampak pada psikologis anak itu sendiri, misalnya timbul rasa minder dalam bergaul dan akan dikucilkan oleh teman-teman sebayanya. Keterlambatan bicara dan berbahasa adalah masalah yang cukup umum pada anak-anak usia 2-5 tahun. Keterlambatan berbicara dan berbahasa bervariasi antara 1%-32% pada populasi normal. Keterlambatan dalam berbicara dapat dipicu oleh beberapa faktor penyakit yaitu keterbelakangan mental, gangguan pendengaran, gangguan bahasa ekspresif, autisme, selektif mutisme, afasia reseptif, cerebral palsy dan penyakit lainnya (Tjandrajani dkk, 2012).
2
Untuk menilai apakah ada gangguan bahasa pada anak, dengan menggunakan ELM scale. Bahasa Milestone Scale (ELM), dikembangkan oleh James Copian. Bahasa Awal Milestone Scale, sebuah skrining tes untuk perkembangan bahasa pada anak dari lahir sampai usia 36 bulan. Skala ELM sangat terbukti untuk mengevaluasi pasien gangguan bahasa (Coplan dan Gleason, 2016). Banyak pendapat bahwa perkembangan bicara pada anak belum dimulai sampai usia 12 bulan dan orang tua tidak perlu cemas akan adanya keterlambatan bicara sampai anak berusia 24 bulan. Seharusnya tidak demikian karena perkembangan bicara anak dapat dilihat sejak usia 0-3 bulan karena pada usia itu anak sudah dapat mengeluarkan suara . 2. METODE Jenis penelitian ini adalah dekriptif analitik yaitu suatu penelitian yang berfungsi untuk memberikan gambaran terhadap suatu obyek penelitian yang diteliti melalui sampel atau data yang telah dikumpulkan. Dengan Judul Perbedaan Perkembangan Bicara Pada Bayi Usia 2-4 Tahun Yang diberi ASI dan Non ASI di Paud Nur Hidayah Surakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian ini bertempat di Paud Nur Hidayah Surakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada 10-13 Januari 2017. Sampel pada penelitian ini sebanyak 60 anak yang merupakan siswa Paud Nur Hidayah Surakarta. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode purposive sampling, yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: kriteria inklusi a. Bersedia menjadi responden atas persetujuan orang tua atau pengasuh, b. Mengikuti jalannya penelitian dari awal sampai penelitian berakhir. Kriteria eksklusi: Responden yang tidak bersedia mengikuti proses jalannya penelitian sampai penelitian berakhir. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Kategori ASI dan Non ASI terhadap perkembangan Bicara Perkembangan Bicara ASI
50,0%
Terlambat 8,3%
Perkembangan Bicara
Tidak Terlambat
41,7%
Non ASI
50,0%
Terlambat 43,3%
Tidak Terlambat 6,7%
Berdasarkan tabel 4.1 bahwa jumlah bayi yang diberi ASI dan tidak diberi ASI rata-rata sama sebesar 50,0%. Dari data diatas bayi yang mengalami keterlambatan
3
bicara didominasi pada bayi yang tidak diberi ASI (Non ASI)
sebesar 43,3%
dibanding dengan bayi yang diberi ASI sebesar 8,3%. Tabel 2. Corsstabs variabel terhadap perkembangan bicara Perkembangan Bicara Kategori
Terlambat
Tidak Terlambat
n (%)
n (%)
25-36 bulan
50,0 %
50,0%
37-48 bulan
49,1%
50,9%
Laki-laki
50,0%
50,0%
Perempuan
55,0%
45,0%
ASI
16,7%
83,3%
Non ASI
86,7%
13,3%
Usia Responden
Jenis Kelamin
Status Pemberian ASI
Berdasarkan kategori usia yang mengalami perkembangan bicara terlambat, didominasi pada usia 25-36 bulan, sebesar (50,0%) dimana pada usia ini anak belum mampu menguasai 800 -1000 kata.Berbeda dengan penelitian National
Center
for
Health
Statistics
(NCHS),
yang
mengatakan
berdasarkanlaporan orang tua (di luar gangguan pendengaran), angka kejadian gangguan bicara pada anak di bawah usia 5 lebih rendah dibanding dengan di atas usia 5-14 tahun (Gunawan dkk, 2011). Hasil yang didapatkan berdasarkan jenis kelamin yang mengalami perkembangan bicara terlambat didominasi pada perempuan sebesar (55,0%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang mengatakan bahwa keterlambatan bicara didapatkan lebih banyak pada laki-laki (Maddepungeng,dkk 2007). Sedangkan berdasarkan kategori pemberian ASI dan Non ASI perkembangan bicara baik didominasi pada sampel yang diberi ASI sebesar 83,3% . 3.2 Analisis Data Tabel 3. Analisis Perbedaan Perkembangan Bicara pada bayi yang diberi ASI dan Non ASI di Paud Nur Hidayah Surakarta dengan Menggunakan Uji Chy Square. Penilaian
Pengunaan ASI/ Non ASI
ELMS-2
ASI
Terlambat
Total
P value
Ket
0,000
Hα diterima
Non ASI
N
%
N
%
N
%
5
8,3
26
43,3
31
51,6
4
Tidak
25
41,7
4
6,7
29
48,4
30
50
30
50
60
100
Terlambat Total
Berdasarkan hasil uji Chi-Square diketahui bahwa nilai p-value 0,000<0,05, maka H0 ditolak dan Hα diterima. Kesimpulannya adalah ada perbedaan perkembangan bicara yang signifikan antara bayi 2-4 tahun yang diberi ASI dan Non ASI di paud Nur Hidayah Surakarta.Hal ini menunjukan bahwa Bayi yang tidak diberi ASI lebih beresiko mengalami keterlambatan bicara dibanding dengan bayi yang diberi ASI. Menurut laporan IDAI berdasarkan buku Indonesia Menyusui 2013, untuk mensukseskan agar bayi hanya diberi ASI eksklusif sampai usia 2 tahun dianjurkan untuk tidak memberikan susu formula dengan dot, karena penggunaan dot pada bayi-bayi akan menimbulkan implikasi yang merugikan seperti, terjadinya gangguan pola pengisapan bayi, terjadi penyapihan awal dan bayi akan menolak untuk menetek. 3.3 Pembahasan Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10-13 Januari 2017 di Paud Nur Hidayah Surakarta. Setelah melakukan penelitian mengenai cakupan perkembangan bicara pada bayi usia 2-4 tahun yang diberi ASI dan Non ASI dapat diketahui bahwa, berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil p-value 0,000 dimana p <0,05 maka Ha diterima, sehingga dapat disimpulkam bahwa ada beda pengaruh perkembangan bicara kelompok bayi usia 2-4 tahun yang diberi ASI dan Non ASI. Usia responden dalam penelitian ini adalah bayi usia 2-4 tahun. Hal tersebut sesuai dengan laporan IDAI pada buku Indonesia Menyusui 2013. Ada44% bayi baru lahir mendapat ASI dalam 1 jam setelah lahir, 62% bayi mendapat ASI hari pertama dan 32% bayi di Indonesia mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan.Dilaporkan juga, bahwa pengenalan dot secara awal dapat menyebabkan teknik menghisap yang salah , bayi menjadi terbiasa dengan puting buatan dan menolak payudara alami. Akibatnya, bayi kurang sering menyusu pada payudara ibunya, dan akhirnya akan menyebabkan penyapihan secara dini. Pemberian susu formula atau tambahan ASI yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan (Puspitasari, 2012).
5
Periode kritis bagi perkembangan bicara dan bahasa bayi adalah pada usia 9-24 bulan dari awal kehidupan (Gunawan,2011). Penelitian National Institute of Child Health and Human Development menemukan bahwa bayiberumur di atas 6 bulan yang memiliki pengalaman dipusat perawatan anak menunjukkan perkembangankognitif dan bahasa yang lebih baik.Penelitian National Institute of child Health and Human Developmentjuga menyatakan bayi berusia diatas 10 bulan memiliki perkembangan bicara dan bahasa yang lebih baik. Berdasarkan jenis kelamin keterlambatan bicara didominasi oleh perempuan sebesar 55,0%, hal ini berbeda dengan penelitian yang mengatakan bahwa keterlambatan bicara didapatkan lebih banyak pada laki-laki(Maddepungeng,dkk 2007). Penelitian lain juga menunjukan hal berbeda bahwa berdasarkan jenis kelamin anak, dengan keterlambatan bicara lebih banyak anak laki laki yang mengalami keterlambatan bicara
sebesar (77,8%) dibandingkan dengan anak perempuan
(Hartanto dkk, 2011). Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa bayi yang diberi ASI perkembangan bicaranya lebih baik dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI (Non ASI). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan Virgian(2012) menunjukan lama pemberian ASI > 1-2 tahun memiliki efek baik pada anak yaitu IQ yang tinggi berjumlah 67,3 % (Puspariny, 2015).Berdasarkan data dari profil kesehatan Kabupaten atau kota di Provinsi Jawa Tengah, bahwa pencapaian target menyusui dini pada tahun 2014 masih sangat rendah, hanya ada 4 Kabupaten saja yang telah mencapai pemberian ASI eksklusif di atas 60% yaitu Kabupaten Banyumas, Klaten, Sukoharjo, dan Blora, di mana Kabupaten Boyolali tidak termasuk didalamnya (Wulandari,dkk 2013).UNICEF menyampaikan temuan bahwa pemberian ASI di 139 Negara hanya mencakup 20% negara yang melakukan pemberian ASI,selebihnya 80 % dari negara-negara tersebut melakukan pemberian ASI jauh lebih rendah termasuk Indonesia (Kadir, 2014). Kebijakan pemerintah Indonesia pada 1 Maret 2012 yang
mendukung
pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tahun 2012. Aturan ini mengharuskan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, intitusi tempat bekerja, ruang publik dan seluruh masyarakat untuk mendukung pemenuhan periode laktasi sebagai hak ibu
6
(Kusumaningrum, 2016).Pemenuhan periode laktasi selama 2 (dua) tahun dapat
menghindarkan bayi dari ancaman cacat dan mengurangi resiko paparan penyakit. ASI juga dapat memperkuat sistem imun dan perkembangan biologis anak di masa depan (Kusumaningrum, 2016). Bayi mengalami proses tumbuh kembang yang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah gizi. Perkembangan yang dimaksud salah satunya adalah perkembangan bicara. Unsur gizi pada bayi dapat dipenuhi dengan pemberian ASI eksklusif ( Fitri dkk, 2014). Air Susu Ibu (ASI) berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak karena ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi mulai dari hormon, antibodi, faktor kekebalan sampai anti oksidan. Anak yang tidak diberi ASI perkembangannya mengalami sedikit keterlambatan dibandingkan dengan anak yang mendapatkan ASI (Nurlila, 2013). 4. PENUTUP Berdasarkan dari hasil analisis dan perhitungan uji statistik dapat disimpulkam bahwa ada perbedaan perkembangan bicara bayi usia 2-4 tahun yang diberi ASI dan Non ASI di Paud Nur Hidayah Surakarta dengan p-value 0, 000. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan dengan beberapa saran sebagai berikut: Diharapkan penelitian ini bisa menjadi informasi tambahan atau pedoman penelitian-penelitian berikutnya untuk dapat dikembangkan lagi. Diharapkan pada penelitian selanjutnya: jumlah pertanyaan dalam kosioner dibuat singkat dan jelas dan melakukan wawancara terpimpin. Diharapkan penelitian dapat diteruskan oleh penelitian selanjutnya selain dapat mengetahui perbedaan perkembangan bicara pada bayi usia 2-4 tahun yang diberi ASI dan Non ASI di TPA Nur Hidayah Surakarta, juga dapat mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi di TPA Nur Hidayah Surakarta. 5. PERSANTUNAN Alhamdulillahi Rabbil’alamiin, terimakasih kupanjatkan hanyalah pada-Mu Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tiada tara dalam perjalanan hidupku selama ini, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Kupersembahkan skripsi ini untuk Bapak ibuku tercinta, yang telah memberikan dukungan, semangat, cinta kasih dan sayangnya serta memanjatkan do’a untuk mewujudkan impian-impian ananda. Seluruh keluarga besarku, terimakasih atas segala dukungan dan do’a selama 7
ananda menempuh pendidikan. Bapak ibu dosen dan seluruh staff Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah banyak membimbing dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi. Para sahabat yang tidak bisa kusebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan warna, canda tawa bersama kalian mengajarkanku arti kenyamanan. Teman-teman S1 Fisioterapi angkatan 2015 khususnya, yang sudah memberikan moment-moment terindah selama perkuliahan DAFTAR PUSTAKA Fitri Dian Insana, Eva Chundrayetti, Rima Semiarty. 2014. Hubungan Pemberian ASI dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggal.Jurnal Kesehatan Andalas. Diakses 2014. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Gunawan Gladys, Destiana R, Kusnandi Rusmil. 2011. Gambaran Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak Usia 0-3 Tahun. Departmen Ilmu Kesehatan Anak, FK Unpad, Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Volume 13 Nomor 1, Diakses Juni 2011. Hartanto Fitri, Hendriani Selina, Zuhriah H, Saldi Fitra.2011. Pengaruh Perkembangan Bahasa Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia 1-3 Tahun. Jurusan Ilmu Kesehatan Anak, FK, Universitas Diponegoro. Volume 12 Nomor 6. Diakses tanggal 6 April 2011, Semarang. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang DKI Jakarta. Buku Indonesia Menyusui. Jakarta :2013. Kadir Nurhira Abdul. 2014. Menelusuri Akar Masalah Rendahnya Presentase Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Dosen Prodi Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Alaudin Makassar. Volume XV Nomor 1. Diakses 2014 Kusumaningrum Demeiati Nur. 2016. Rasionalitas Kebijakan Pro Laktasi Indonesia. Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, UMM. Volume 2 Nomor 1. Diakses Juli-Desember 2016 , Jakarta. Kurniawan Bayu. 2013. Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Volume 27 (4), Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Maddeppungeng Martira dan Soedjatmiko. 2007. Penilaian Early Language Milestone Scale 2 (Elm Scale 2) Pada Anak dengan Keterlambatan Bicara. Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS. Volume 9 Nomor 2. Diakses Agustus 2007, Makassar.
8
Nurlila Ratna Umi
dan Jumarddin La Fua. 2013. Perbedaan Perkembangan Motorik
Kasar dan Halus pada Bayi 6 Bulan yang Mendapat Asi Eksklusif dan Non Asi Eksklusif di Desa Penanggotu Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari. Diakses 15 Maret 2013, Kendari. Puspitasari Ririn Indrawati. 2012. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Susu Formula Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia 0-6 Bulan. Jurusan DIII Kebidanan Stikes Harapan Bangsa. Volume 3 Nomor 1. Diakses Juni 2012. Puspariny Cynthia, Triani Yuliastanti, Anggun Suhastina. 2015. Korelasi Pemberian ASI Eksklusif Dengan Tingkat IQ Pada Anak TK.
Prodi D III Kebidanan STIKES
Muhammadiyah Pringsewu Lampung dan Prodi D III Kebidanan STIKES Estu Utomo Boyolali. Volume VII Nomor 02. Diakses Desember 2015 Saleh Nanang Rokhman. 2012. Laktasi dalam Perspektif Al-qur’an dalam perspektif Al-Qur’an. Surabaya Sturaya Inas, Sri Maryanti Deliana, Rulita Hendriyani. 2013. Kecemasan pada Orang Tua yang Memiliki Anak terlambat Bicara ( Speech Delay). Jurusan Psikologi, FIP Unnes. Diakses Oktober 2013 dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp. Tjandrajani Anna, Attila Dewanti, Amril A. Burhany, Joanne Angelica Widjaja. 2012.Keluhan Utama pada Keterlambatan
Perkembangan Umum di Klinik
Khusus Tumbuh Kembang. Jurusan S1 Profesi, FK UI, Volume 13 Nomor 6. Diakses 6 April 2012, Jakarta. Widuri Hesti. 2013. Buku Ajar Cara Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Wulandari Fitria Ika, Riska Rosita, Natalia Riski Iriana. 2013. Karakteristik
Ibu
Menyusui Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif.Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, Volume 3 Nomor 2, Diakses Tanggal 2 Agustus 2013.
9