PERBEDAAN PEMBERIAN TEH MANIS DAN LARUTAN GULA GARAM TERHADAP TINGKAT KELELAHAN (Survei pada Bagian Produksi Percetakan dan Peleburan di CV. Matahari Cikoneng Kabupaten Ciamis) Roni Candra Nurhidayat¹ Sri Maywati dan Yuldan Faturrahman² Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Siliwangi (
[email protected])¹ Dosen Pembimbing Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi² ABSTRAK Bekerja pada suhu panas dapat meningkatkan kejadian kelelahan akibat dari dehidrasi. Upaya untuk menurunkan tingkat kelelahan adalah memberi kecukupan pada konsumsi minum terutama yang mengandung elektrolit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan pekerja berdasarkan pemberian teh manis dan larutan gula garam pada pekerja bagian produksi percetakan dan peleburan di CV. Matahari Cikoneng Kabupaten Ciamis. Penelitian ini termasuk jenis penelitian Explanatory dengan metode penelitian Quasi Experiment (eksperimen semu) dan desain penelitian post test only. Sampel penelitian sebanyak 25 orang pekerja dari 35 orang populasi yang diberi perlakuan konsumsi teh manis dan larutan gula garam. Hasil pengukuran kelelahan setelah kerja berdasarkan pemberian teh manis sebanyak 40 % termasuk kategori kelelahan ringan, 56 % termasuk kategori kelelahan sedang dan yang termasuk kelelahan berat sebanyak 4 %, sedangkan hasil pengukuran kelelahan setelah kerja berdasarkan pemberian larutan gula garam sebanyak 76 % termasuk kategori kelelahan ringan, dan yang termasuk kategori kelelahan sedang sebanyak 24 %. Bila dibandingkan hasil pengukuran kelelahan antara pemberian teh manis dan larutan gula garam, maka ada penurunan kelelahan dari kelelahan kelelahan sedang ke kelelahan ringan sebesar 52 % dan dari kelelahan berat ke kelelahan sedang sebesar 4 %. Hasil uji statistik Wilcoxon menghasilkan nilai probabilitas (ρ = 0,000) lebih kecil dari nilai α = 0,05, artinya ada perbedaan bermakna antara kelelahan pekerja berdasarkan pemberian teh manis dan larutan gula garam. Disarankan pekerja bila bekerja dalam area panas agar minum minuman yang mengandung elektrolit atau oralit dengan kadar garam tidak melebihi 0,2 % gram per liter air.
Kata Kunci : teh manis, larutan gula garam, kelelahan Kepustakaan : 31 (1990-2005)
ABSTRACT Working in hot temperatures can increase the incidence of fatigue due to dehydration. Efforts to reduce the level of fatigue is giving sufficiency in consumption of drinking especially those containing electrolytes. This research aims to know the difference in the level of worker fatigue based on the granting of sweet tea and sugar solution of salt on the printing and production workers in foundries in CV. MatahariCikonengKabupatenCiamis. This research includes the kind of Explanatory research with research methods quasy experiment and design research experiment quasy post test only. Sample research as many as 25 people working from the 35 people who were given the treatment population consumption of sweet tea and sugar solution of salt. Measurement results of fatigue after work based on granting sweet tea as much as 40% categories include mild fatigue, 56 % of categories include fatigue and severe fatigue that included as much as 4%, while the results of the measurement of fatigue after work based on granting sugar solution of salt as much as 76% categories include mild fatigue, and that includes categories of fatigue was as much as 24%. In comparison there was a decrease of fatigue fatigue being a mild fatigue to 52% and from heavy to moderate fatigue kelelehan by 4%. Results of statistical tests produces a probability value of Wilcoxon (ρ = 0.000) is smaller than the value of α = 0.05,it means there is a meaningful difference between the worker's fatigue based on the granting of sweet tea and sugar solution of salt.Recommended workers when working in the area of heat so drink drinks containing electrolytes or ORS with levels of salt not exceeding 0.2% grams per liter. Key Words : sweet tea, sugar solution of salt, fatigue Librarianship : 31 (1990-2005)
1. PENDAHULUAN Kesehatan dan Keselamatan kerja adalah hal yang utama dalam meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja, guna memperoleh suatu efisiensi dan produktivitas pekerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja. Dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 1996 : 1). Agar derajat kesehatan pekerja dan produktivitas kerja tetap dalam keadaan meningkat, maka pekerja memerlukan energi untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya (Jusuf, 2003 : 154). Energi ini dihasilkan dari makanan sumber energi melalui proses metabolisme sel. Besar kecilnya energi yang dihasilkan, disesuaikan dengan kebutuhan energi pada waktu itu. Apabila seseorang pada suatu waktu bekerja berat, misalnya berlari cepat, jalan, mencangkul, dan lain-lain, maka proses metabolisme akan menghasilkan energi yang dibutuhkan (Poedjiadi, 1994 : 361-362). Disamping itu energi juga dapat diperoleh melalui teh manis, karena teh manis mengandung glukosa. Teh manis juga dapat memperbaiki konsentrasi, ketajaman perhatian, dan kemampuan memecahkan masalah (Luize, 2002). Glukosa mudah larut dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi (Almatsier, 2002 : 28). CV. Matahari adalah salah satu badan usaha milik perseorangan yang terletak di Desa Sindangkasih Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis, yang merupakan perusahaan kuali alumunium yang bergerak dalam produksi barang rumah tangga yaitu katel, kastrol, citel, dandang serbaguna, dan kancah dalam berbagai bentuk dan ukuran. Berdasarkan survey awal yang dilakukan diketahui bahwa potensi bahaya sebagian besar bersumber dari lingkungan kerja atau beban tambahan disamping beban kerja dan kapasitas kerja. Seperti halnya suhu ruangan kerja area panas melebihi 30ºC, sumber panas berasal dari tungku peleburan alummunium sebagai bahan baku yang menyala dengan bantuan kompressor selama proses produksi dengan tingkat suhu sekitar 800ºC dan
sumber panas juga berasal dari proses pencetakan yang merupakan beban tambahan pada pekerja yang memiliki kapasitas kerja bervariasi. Berdasarkan uraian di atas, CV Matahari memiliki potensial bahaya untuk terjadinya mekanisme kelelahan akibat faktor lingkungan kerja, di dapat adanya keluhan subjektif selama bekerja di area panas oleh pekerja diantaranya merasa haus 90 %, berkeringat berlebihan 50 % dan merasa bahwa suhu di lingkungan kerjanya panas 100 %. Hasil wawancara dengan pemilik CV. Matahari sebagai industri dengan kategori industri sektor informal, perusahaan sudah menyediakan APD lengkap namun para pekerja tidak memakainya dengan alasan tidak nyaman dipakai dan menghambat proses produksi. Berdasarkan survey awal yang dilakukan, 8 dari 10 pekerja mengaku mengalami kelelahan dan tubuh terasa panas akibat paparan panas pada area lingkungan kerja bagian produksi. Para pekerja membutuhkan asupan minuman untuk meminimalkan kelelahan kerja yang di alami pekerja. Sesuai dengan kenyataan-kenyataan diatas, diperlukan penelitian untuk mengatasi masalah yang ada berdasarkan pertimbangan urgensi, kemudahan untuk melaksanakan serta pendekatan secara partisipasi dengan pemilik perusahaan dan pekerja, maka alternatif rencana intervensi yang dipilih adalah pemberian teh manis dan larutan garam yang ditempatkan di dekat tempat kerja.
2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survey dengan desain penelitian ‘’post test only’’ dan pendekatan rancangan penelitian ‘’quasi experiment’’. Quasi Experiment atau eksperimen semu adalah eksperimen yang tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan. Variabel yang diteliti adalah asupan teh manis dan larutan gula garam yang diberikan pada saat istirahat pertama dan kedua yaitu pukul 08.00 dan 11.00 selama 2 hari berturut-turut. Pengukuran kelelahan setelah kerja dilakukan setelah pemberian intervensi pada hari ke dua dengan menggunakan reaction timer sebanyak 20 kali aksi-reaksi, kemudian diambil pengukuran yang ke 6–15 lalu dirata-ratakan dan dilakukan pada pukul 12.00 WIB.
Teknik pengambilan sampel dengan cara purvosive sampling karena ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya yaitu responden yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: pekerja yang berumur kurang dari 45 tahun, berstatus gizi normal, tidak sedang mengalami penyakit tertentu dan tidak rutin berolahraga. Kriteria eksklusi adalah responden yang pada saat penelitian tidak bersedia untuk diteliti. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 orang dari jumlah populasi 35 orang. Data kelelahan dianalisis dengan menggunakan program Software Statistical Product and Service Solution (SPSS) for window Versi 16.0 dengan uji statistik non parametrik Wilcoxon, untuk melihat perbedaan kelelahan berdasarkan pemberian Teh Manis dan Larutan Gula Garam.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi di CV. Matahari meliputi 5 tahap yaitu pemasukan bahan, peleburan setelah proses penyortiran dan penimbangan, pencetakan, pembubutan/penghalusan, sortir. Iklim Kerja Hasil Pengukuran Suhu Ruang Kerja di Bagian Produksi Peleburan dan Percetakan CV. Matahari Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2013 Suhu Min Max Rata-rata
ISBB 28 30,9 29,7
Kelembaban/Rh (%) 50 53 52
Berdasarkan pengukuran iklim kerja pada bagian produksi percetakan dan peleburan CV. Matahari Cikoneng Kabupaten Ciamis menunjukkan hasil rata-rata 29,7 °C dan kelembaban udara 52 % ini berarti telah melebihi Nilai Ambang Batas faktor fisik di tempat kerja yaitu maksimal 28,0°C itu pun untuk beban kerja sedang dengan persentase kerja 75 % dan 25 % istirahat setiap jamnya dengan persyaratan No.51/Men/1999 (Suma’mur, 1995 : 89). Sumber
paparan radiasi panas berasal dari tungku peleburan yang letaknya di ujung ruangan. Pengukuran faktor fisik iklim kerja dengan Indeks Suhu Bola Basah di tempat pengecoran logam sebesar 29,7 °C melebihi ketentuan yaitu 28,0 °C. Sedangkan menurut Suma’mur (1996 : 89) menjelaskan bahwa suhu nikmat kerja di Indonesia adalah berkisar 24 – 26 °C. Merujuk kepada ketentuan tersebut sebagai standar yang ideal bagi suhu kerja, tenaga kerja dianjurkan selama 45 menit bekerja dan 15 menit istirahat setiap jam.
Gambaran Tingkat Kelelahan Kerja Kelelahan sebelum bekerja Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Sebelum Kerja di Bagian Produksi Percetakan dan Peleburan CV. Matahari Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2013 No. Kecepatan Waktu Reaksi (milidetik) 1. < 240,00 2. 240,00-409,00 3. 410,00-580,00 4. > 580 Total
Kategori Kelelahan Normal Ringan Sedang Berat
Frekuensi
Persentase (%)
21 4 0 0 25
84 16 0 0 100
Pengukuran kecepatan waktu reaksi sebelum kerja memperoleh angka rata-rata 227,49 milidetik dengan kategori normal. Kelelahan sebelum kerja diukur sebelum pekerja melakukan aktifitas kerja pada pukul 06.00 WIB. Sutaryono (2002 : 56), mengemukakan hasil penelitiannya bahwa ada hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan tenaga kerja pada bagian tapel PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Cut Nurmasyto (2000 : 61) yaitu tenaga kerja PT. Mega Rubber yang bekerja di ruangan panas lebih tinggi tingkat kelelahannya dibanding yang di ruang lebih dingin. Suma’mur (1996 : 89) menjelaskan bahwa faktor lingkungan suhu yang tinggi merupakan salah satu faktor penyebab kelelahan kerja yang ditandai adanya perasaan lelah dan penurunan kesiagaan. Disamping itu suhu lingkungan kerja yang tinggi menyebabkan kelelahan baik fisik maupun psikis.
Kelelahan kerja setelah pemberian teh manis Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja Sesudah Pemberian Teh Manis di Bagian Produksi Percetakan dan Peleburan CV. Matahari Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2013
No. 1. 2. 3. 4.
Kecepatan Waktu Reaksi (Milidetik)
Kategori Kelelahan
< 240,00 240,00-409,00 410,00-580,00 >580,00 Total
Normal Ringan Sedang Berat
Asupan Teh Manis frekuensi 0 10 14 1 25
% 0 40 56 4 100
Hasil pengukuran kelelahan berdasarkan pemberian teh manis sebanyak 40 % termasuk kategori kelelahan ringan, 56 % termasuk kategori kelelahan sedang dan yang termasuk kelelahan berat sebanyak 4 %. Energi dihasilkan dari makanan sumber energi melalui proses metabolisme sel. Energi juga dapat diperoleh melalui teh manis, karena teh manis mengandung glukosa (Luize, 2002). Glukosa mudah larut dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi (Almatsier, 2002 : 28). Energi yang didapat digunakan untuk aktivitas tubuh, misalnya oleh otot untuk melakukan kontraksi dan relaksasi (Guyton, 1997 : 96-100). Penambahan glukosa atau sukrosa pada minuman akan menimbulkan energi pada otot, stimulasi absorbsi usus dan memberi rasa pada minuman (Grandjean, 1995). Menurut Luize (2002) minum teh dapat memperbaiki konsentrasi ketajaman perhatian, dan kemampuan memecahkan masalah. Dalam teh manis mengandung energi sebesar 34 kkal per 100 gram porsi makanan, sedangkan menurut tea board Insia, dalam secangkir teh manis terkandung energi sekitar 4 kkal.
Kelelahan kerja setelah pemberian larutan gula garam Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja Sesudah Pemberian Larutan Gula Garam di Bagian Produksi Percetakan dan Peleburan CV. Matahari Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2013
No.
Kecepatan Waktu Reaksi (Milidetik)
Kategori Kelelahan
< 240,00 240,00-409,00 410,00-580,00 >580,00 Total
Normal Ringan Sedang Berat
1. 2. 3. 4.
Asupan Larutan Gula Garam frekuensi % 19 76 6 24 0 0 0 0 25 100
Hasil pengukuran kelelahan dengan pemberian larutan gula garam dengan kebanyakan pekerja berada dalam tingkat kategori kelelahan ringan sebanyak 76 % dan yang termasuk kelelahan sedang sebanyak 24 %. Cuaca panas akan menyebabkan pengeluaran dan peningkatan produksi keringat serta meningkatnya suhu tubuh, peningkatan produksi keringat akan menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga tubuh cepat lelah (Suma’mur, 1996 : 82). Bersamaan dengan keluarnya keringat tubuh kehilangan sejumlah besar garam-garam mineral, kehilangan garam-garam mineral tersebut dapat mencapai 1 % dimana 0,4 – 0,6 % garam-garam mineral (Guyton, 1997). Untuk pekerjaan di tempat-tempat yang bersuhu tinggi, perlu disediakan minuman dan air yang mengandung garam untuk mengganti kehilangan air dan garam sebagai pengganti cairan untuk penguapan melalui keringat supaya tubuh berada dalam kesetimbangan. Dalam lingkungan kerja panas dan pada pekerjaan berat, diperlukan sekurang-kurangnya 2,8 liter minum bagi seorang pekerja, sedangkan untuk kerja ringan dianjurkan sekitar 1,9 liter.kadar garam-garam tidak boleh terlalu tinggi, melainkan sekitar 0,2 % gram per liter air mineral (Suma’mur, 1996 : 204). Menurut produsen Pharolit PT. Novell Pharmaceutical Laboratories Bogor (2005) bahwa larutan gula garam tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Analisis Perbedaan Kelelahan Kerja Berdasarkan Pemberian Teh Manis dan Larutan Gula Garam. Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja Sesudah Pemberian Teh Manis dan Larutan Gula Garam di Bagian Produksi Percetakan dan Peleburan CV. Matahari Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2013
No. 1. 2. 3. 4.
Kecepatan Waktu Reaksi (Milidetik)
Kategori Kelelahan
< 240,00 240,00-409,00 410,00-580,00 >580,00 Total
Normal Ringan Sedang Berat
Jenis Perlakuan Teh Manis Larutan Gula Garam frekuensi % frekuensi % 0 0 19 76 10 40 6 24 14 56 0 0 1 4 0 0 25 100 25 100
Hasil pengukuran kelelahan berdasarkan pemberian teh manis sebanyak 40 % termasuk kategori kelelahan ringan, 56 % termasuk kategori kelelahan sedang dan yang termasuk kelelahan berat sebanyak 4 %. Sedangkan hasil pengukuran kelelahan berdasarkan pemberian larutan gula garam dengan kebanyakan pekerja berada dalam tingkat kategori kelelahan ringan sebanyak 76 % dan yang termasuk kelelahan sedang sebanyak 24 %. Bila dibandingkan hasil pengukuran kelelahan antara pemberian teh manis dan larutan gula garam, maka ada penurunan kelelahan dari kelelahan sedang ke kelelahan ringan sebesar 52 % dan dari kelelahan berat ke kelelahan sedang sebesar 4 %. Penyebab penurunan kelelahan pada penelitian ini adalah adanya absorbsi ion natrium yang dibantu oleh glukosa. Dengan menambahkan glukosa ke dalam larutan garam, jika glukosa diserap usus maka natriumpun akan ikut diserap, demikian juga cairan (Sylva, 1994 dalam Kiuk, 2004). Menurunkan atau menghambat kelelahan tidak cukup dengan hanya mengkonsumsi glukosa atau sukrosa saja untuk membantu mempertahankan dan menambah kadar glukosa dalam darah, tetapi garam natriumpun sangat dibutuhkan untuk mengatasi kelelahan dan dehidrasi karena produksi keringat yang banyak pada pekerja di area panas. Glukosa atau sukrosa akan menimbulkan energi pada otot, stimulasi absorbsi usus, sedangkan cairan yang mengandungn natrium seperti larutan gula garam tidak hanya menimbulkan energi pada otot dan stimulasi usus tetapi akan menyebabkan natrium plasma
pekerja bagian produksi percetakan dan peleburan di CV. Matahari Cikoneng Kabupaten Ciamis tetap tinggi selama rehidrasi. Sebagai kation utama dalam cairan ekstraseluler, natrium menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut. Natriumlah yang sebagian besar mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel-sel. Natrium juga berperan dalam transmisi syaraf dan kontraksi otot (Grandjean, 1995). Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Hari Sutanto (2005) menyatakan bahwa pemberian larutan gula garam ternyata mampu membuat hasil kelelahan melalui rangsang cahaya pada pekerja yang bekerja di area atau lingkungan panas menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan pemberian teh manis. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan ada perbedaan kelelahan baerdasarkan pemberian teh manis dan larutan gula garam yang telah dikemukakan peneliti dapat diterima.
4. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada responden di CV. Matahari Ciamis, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Hasil pengukuran tingkat kelelahan berdasarkan pemberian teh manis sebanyak 40 % termasuk kategori kelelahan ringan, 56 % termasuk kategori kelelahan sedang dan yang termasuk kategori kelelahan berat sebanyak 4 %. Hasil pengukuran tingkat kelelahan dengan pemberian larutan gula garam sebanyak 76 % termasuk kategori kelelahan ringan, dan yang termasuk kategori kelelahan sedang sebanyak 24 %. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon, didapatkan nilai ρ value = 0,000 dengan α = 0,05, karena ρ value kurang dari α maka dapat disimpulkan ada Perbedaan Pemberian Teh Manis dan Larutan Gula Garam Terhadap Tingkat Kelelahan pada pekerja bagian produksi percetakan dan peleburan CV. Matahari Cikoneng Kabupaten Ciamis.
Saran Perusahaan perlu melakukan evaluasi lingkungan kerja yaitu : memperhatikan kesehatan pekerja, yaitu dengan melakukan pemeriksaan pada pekerja agar pekerja tidak bekerja dalam kondisi sakit karena bisa berbahaya bagi keselamatan diri pekerja, memperhatikan pemakaian APD (alat pelindung diri) agar di pakai dengan baik dan benar oleh pekerja, menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan masing-masing pekerja agar tidak mengakibatkan kecelakaan kerja. Bila bekerja dalam area panas disarankan pekerja minum minuman yang mengandung elektrolit dengan kadar garam tidak melebihi 0,2 % gram per liter air mineral dan larutan gula garam tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Daftar Pustaka Almatsier Sunita, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 2002. Guyton A.C, Buku Ajar Fiosiologi Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997. Grandjean E, Fitting The Task To The Man : a. Text Book of Occupational Ergonomisc, Taylor and Francis, London – New York – Philadelphia, 1995. Kiuk, Beng Avriazar, Perbedaan Kelelahan Sebelum dan Sesudah Pemberian Larutan Pocari Sweat pada Pengecor Logam ‘’W’’ Ceper Klaten, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang, 2004. Luize, Audrey, Mengenal Ragam dan Manfaat Teh, www.indomedia.com, 2002. Jusuf R.M.S, Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Universitas Diponegoro, Semarang, 2003 Novel Pharmaceutical Laboratories, Bubuk Oralit Pharolit, Bogor, Juni 2005. Poedjiadi Anna, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta : 1994. Suma’mur, Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja, Gunung Agung, Jakarta : 1996.