Perbedaan makna ..., Annisa Septiyani, FIB UI, 2013
PERBEDAAN MAKNA SIMBOLIK GUNUNGAN WAYANG KULIT GAGRAG YOGYAKARTA DAN GAGRAG BANYUMAS
Annisa Septiyani
Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia
[email protected]
Abstrak
Gunungan wayang kulit adalah salah satu perlengkapan yang sangat penting dalam pertunjukan wayang kulit. Gunungan wayang kulit memiliki beberapa gagrag atau gaya, seperti gagrag Yogyakarta, gagrag Banyumas, gagrag Surakarta, gagrag Cirebon, dan sebagainya. Gunungan wayang kulit dengan berbagai macam gagrag memiliki simbol yang berbeda-beda satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan apa saja yang terdapat pada gunungan wayang kulit gagrag Yogyakarta dan gagrag Banyumas dengan metode analisis. Hasil penelitian ini berupa perbedaan makna simbolik yang terdapat pada gunungan wayang kulit gagrag Yogyakarta dan gagrag Banyumas.
The Differences in Symbolic Meaning of Gunungan Shadow Puppet’s Gagrag Yogyakarta and Gagrag Banyumas
Abstract
There is one important property called gunungan in shadow puppet’s show. Gunungan shadow puppet’s have some gagrag or style, such as gagrag Yogyakarta, gagrag Banyumas, gagrag Surakarta, gagrag Cirebon, etc. Gunungan shadow puppet’s with various gagrag have different symbols from each other. This study aims to find out what the differences between gunungan gagrag Yogyakarta and gagrag Banyumas using analysis method. This result in the form of differences in symbolic significance contained in gunungan shadow puppet’s Yogyakarta and Banyumas.
Keywords: gunungan shadow puppet’s, different symbols, gagrag or style.
Perbedaan makna ..., Annisa Septiyani, FIB UI, 2013
Durga yang bermuka jelek karena kutukan Bhatara
1. Pendahuluan
Guru” (Haryanto, 1988: 200). Wayang merupakan kesenian asli Jawa yang
Sampai saat ini belum ada ahli yang dapat
telah ada sejak ribuan tahun lalu. Secara etimologi,
menjelaskan
wayang berasal dari bahasa Jawa yang berarti bayang-
berkembang di Indonesia. Ir. Sri Mulyono dalam
bayang. Wayang sebagai seni pertunjukan drama
bukunya yang berjudul Wayang, Asal-usul, Filsafat,
sangat populer di wilayah Pulau Jawa, terutama Jawa
dan Masa Depannya (1975) berpendapat bahwa ia
Tengah dan Jawa Timur. Wayang adalah “gambar atau
tidak setuju jika ada yang mengatakan pertunjukan
tiruan
untuk
wayang berasal dari India. Dr. G.A.J. Hazeu memiliki
(Poerwadarminta,
pendapat serupa dengan Ir. Sri Mulyono, pertunjukan
1976: 1150). Wayang juga bisa diartikan sebagai
bayang-bayang di Jawa merupakan pertunjukan asli
pertunjukan bayang-bayang dengan media boneka
Jawa (Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche
pipih yang terbuat dari kulit kerbau.
Tooneel, 1897).
orang
yang
mempertunjukkan
terbuat
suatu
dari
lakon”
kayu
kapan
tepatnya
wayang
mulai
Menurut S. Haryanto mengatakan bahwa
Umumnya dalam setiap pertunjukan wayang,
“suatu pertunjukan yang mengandung cerita, dalang
sang dalang menampilkan gaya pertunjukan yang
atau sutradara serta boneka-boneka sebagai alat
berbeda, antara lain gaya Surakarta dan gaya
peraganya dapat disebut sebagai wayang” (1988: XV).
Yogyakarta. Selain kedua gaya pertunjukan tersebut,
Salah satu jenis wayang yang paling menonjol adalah
ada pula gagrag atau gaya lain, yaitu gagrag
wayang
Banyumas. Pertunjukan wayang tidak terlepas dari
kulit
Purwa.
Wayang
purwa
adalah
“pertunjukan wayang dengan menampilkan lakon yang
ubarampe
bersumber dari dua epos besar, yaitu Mahabharata dan
pertunjukan wayang adalah boneka wayang itu sendiri,
Ramayana” (Mulyono, 1988: 5) yang menggunakan
kelir (layar putih berukuran panjang 5 meter dan lebar
wayang kulit Purwa. Selain wayang kulit Purwa, ada
1,5 meter yang dibentangkan), blencong atau “lampu
pula wayang Klithik (wayang yang terbuat dari kayu
minyak untuk pakeliran wayang kulit” (Utomo, 2007:
pipih berbentuk wayang kulit dan hanya bagian tangan
92). Bentuk fisik dari blencong menyerupai burung
yang terbuat dari kulit, biasa digunakan untuk
dengan sayap yang melebar dan ekor terangkat yang
pagelaran cerita Damarwulan-Menakjingga), wayang
“berfungsi sebagai reflektor yang memantulkan cahaya
Golek (wayang yang digunakan untuk pertunjukan
lampu kepada kelir” (Guritno, 1988: 53). Selain itu ada
anak-anak dan menampilkan cerita menak), wayang
pula kotak untuk menaruh boneka-boneka wayang
Wong (menampilkan manusia sebagai pengganti
yang jumlahnya sekitar 200 buah, debog atau batang
boneka wayang), dan sebagainya. Selain sebagai seni
pohon pisang, cempala (alat pukul yang terbuat dari
pertunjukan, wayang juga bisa digunakan sebagai
kayu jati yang diketukkan pada bagian dalam kotak),
media dalam upacara ruwatan, yaitu “suatu jalan atau
kepyak (Surakarta) atau keprak (Yogyakarta) atau
usaha untuk membebaskan manusia dari aib dan dosa,
kecrek (Banyumas) adalah lembaran-lembaran yang
yang sekaligus menghindarkan malapetaka, dimakan
terbuat dari besi atau perunggu, dan gamelan sebagai
Batara Kala” (Sudibyoprono, 1991: 264). Upacara
peralatan vital dalam pertunjukan wayang selain
ruwatan biasanya menggunakan lakon Murwakala dan
boneka wayang itu sendiri.
Sudamala, yaitu “kisah Sadewa yang meruwat Batari
atau
perlengkapan.
1.1 Latar Belakang
Perbedaan makna ..., Annisa Septiyani, FIB UI, 2013
Perlengkapan
Saya memilih topik tentang gunungan wayang
penelitian bisa menambah pengetahuan masyarakat
karena saya ingin membandingkan aspek simbolik
umum tentang budaya ragam gunungan yang dipakai
yang
dalang dalam seni pertunjukan wayang gagrag
terdapat
pada
gunungan
wayang
gagrag
Yogyakarta atau gagrag Banyumas. Setiap seni
Yogyakarta dengan gagrag Banyumas.
pertunjukan wayang di setiap daerah satu dengan 1.2 Studi Sebelumnya
daerah lainnya.
Sebelumnya sudah ada mahasiswa Sastra Jawa yang bernama Radhita Yuka Heragoen, yang
1.6 Metode
Penelitian
dan
Proses
Pengumpulan Data
sudah membuat skripsi dengan judul Aspek-aspek Simbolik Gunungan Wayang Kulit Gaya Surakarta.
Metode yang akan saya gunakan dalam
berisi tentang makna simbolik
penelitian ini adalah tinjauan kepustakaan yang
gunungan wayang gagrag Surakarta yang jelas berbeda
bersumber dari naskah-naskah Jawa atau buku yang
dengan gunungan-gunungan lain.
berisi tentang pengetahuan mengenai wayang sebagai
Skripsi tersebut
sumber data primer. Setelah mendapatkan data primer, 1.3 Masalah
segera dilakukan analisis untuk mendapatkan sumber
Gunungan selalu digunakan sang dalang
data yang lebih spesifik. Untuk mendukung data
untuk memberitahu kapan pembukaan dan penutupan
primer, saya akan menggunakan data sekunder berupa
pertunjukan wayang. Sudah saya singgung diatas salah
buku teks seperti Pratiwimbha Adhiluhung dan
satu
Wayang Asal-usul, Filsafat, dan Masa Depannya.
fungsi
gunungan
adalah
sebagai
penanda
pergantian adegan. Perumusan masalah dari topik yang akan saya teliti adalah: 1.
Simbol apa saja yang terdapat pada gunungan wayang gagrag Yogyakarta dan gunungan wayang gagrag Banyumas?
2.
Perbedaan apakah yang terdapat pada kedua gunungan wayang tersebut?
3.
Makna simbolik apa yang terdapat pada gunungan wayang? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan saya melalakukan penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan apa saja yang terdapat pada gunungan gagrag Yogyakarta dan gagrag Banyumas. 1.5 Manfaat Penelitian Berkaitan dengan kajian bidang ilmu yang saya ambil yaitu kajian budaya, semoga manfaat
Perbedaan makna ..., Annisa Septiyani, FIB UI, 2013
2. Analisis dan Interpretasi Data
Gaya Yogyakarta: Bentuk dan Cirinya adalah sebagai berikut (2004: 582):
Sebuah pertunjukan wayang memiliki unsurunsur penting didalamnya, salah satunya gunungan.
“(1) Banaspati (stilasi dari kepala raja hutan)
Gunungan adalah perlengkapan yang tidak boleh
terletak tepat di ujung bawah pohon dan di
tertinggal
Sebagai
atas kolam atau rumah pintu gerbang, (2)
gambaran kehidupan, “gunungan merupakan simbol
bentuk cabang-cabang digambarkan dengan
mikro kosmos atau jagat kecil dan makro kosmos atau
bentuk relung, tidak menjalar, (3) tidak
jagat gede” (Sunarto dkk., 2004: 588-589). Simbol
terdapat bidang di tepi bentuk gunungan
mikro kosmos terlihat dalam gambaran segala sesuatu
yang berfungsi sebagai kontur atau tidak ada
yang ada pada manusia yang digambarkan secara utuh
lis bagian luar. Pembentukan bentuk kerucut
melalui simbol-simbol, sedangkan simbol makro
terjadi dari penataan kuncup bunga atau daun
kosmos adalah perwujudan alam semesta beserta sifat-
yang disusun semakin ke atas semakin
sifatnya (Sunarto dkk., 2004: 588-589). Meskipun
mengecil, sehingga dapat membentuk sebuah
terdapat gambar yang hampir serupa dalam gunungan
kerucut, (4) sunggingan pada bunga atau
wayang
gagrag
buah pada pohon itu dinamakan dengan
Banyumas, tentunya gambar tersebut memiliki filosofis
sunggingan pancawarna, (5) bagian bawah
yang berbeda satu dengan yang lainnya.
kayon terdapat lemahan yang berwarna
dalam
kulit
pertunjukan
gagrag
wayang.
Yogyakarta
dan
merah.”
Gunungan wayang memiliki dua macam bentuk, yaitu kayon laki-laki yang bentuknya agak meruncing dan kayon perempuan yang bentuknya agak
Gunungan wayang gagrag Yogyakarta terbagi
melebar di bagian bawah yang dalam bahasa Jawa
dalam dua jenis, yaitu kayon gapuran (gunungan
disebut blenduk (Haryanto, 1988: 162). Disebut
lanang) dan kayon blumbangan (gunungan wadon).
sebagai gunungan lanang dan gunungan wadon karena
Disebut gunungan lanang karena “bagian atas agak
sebagai simbol dari mikro kosmos dan makro kosmos.
meruncing, sedangkan gunungan wadon agak melebar
Bentuk
menyerupai
di bagian bawah” (Haryanto, 1988: 162). Sunarto dkk.
gunung memiliki makna bahwa semua yang hidup akan
(2004: 582) mengatakan bahwa “ciri utama kayon
kembali ke asalnya. Gunungan juga diibaratkan
gapuran adalah adanya gambaran gapura atau pintu
sebagai alam bagi pertunjukan wayang. Kayon atau
gerbang istana pada bagian bawah kayon yang
gunungan memiliki bentuk-bentuk yang berbeda sesuai
ditunggu oleh dua raksasa yang membawa senjata
dengan gaya pedalangan. Seperti gaya Surakarta,
pedang dan gada.” Gada adalah pemukul yang dibuat
Yogyakarta, Cirebon, dan Banyumas.
dari kayu (Poerwadarminta: 1976: 286). Berbeda
gunungan yang mengerucut
Kota Yogyakarta adalah pusat kebudayaan
dengan kayon blumbangan, ciri utamanya adalah
Jawa. Salah satu kebudayaan Jawa yang paling terkenal
sebuah kolam berisi air yang jernih. Arti kata
adalah wayang. Bentuk wayang Yogyakarta jelas
blumbang
berbeda dengan wayang Surakarta. Begitu pula dengan
(Penyusun, 2001: 71) atau kolam besar berisi air.
adalah
Selain
gunungan wayang atau kayon. Ciri-ciri gunungan
“jugangan
gedhe
isi
banyu”
gunungan wayang kulit gagrag
wayang kulit gagrag Yogyakarta menurut Drs. Sunarto
Yogyakarta, terdapat pula gunungan wayang kulit
dan Sagio dalam bukunya yang berjudul Wayang Kulit
gagrag
Banyumas.
Perbedaan makna ..., Annisa Septiyani, FIB UI, 2013
Perbedaan
antara
gagrag
Banyumas dengan gagrag Surakarta dan Yogyakarta
Banyumas lebih kecil bila dibandingkan dengan
terlihat dari ukuran wayang dan ukuran gunungan
wayang gagrag Surakarta dan Yogyakarta” (Guritno,
wayangnya.
gagrag
1988: -). Perbedaan keduanya juga terlihat dari sifat
tokoh Bagong atau Bawor (Carub) yang “dalam gagrag
Gunungan wayang kulit gagrag Yogyakarta
Yogyakarta bersifat kekanak-kanakan” (Jatmika, 1009:
dan gagrag Banyumas memiliki perbedaan dalam
195). Sedangkan dalam gagrak Banyumas tokoh
bentuk dan ukurannya. Gunungan wayang kulit gagrag
Bagong atau Bawor bersifat narima atau sabar, sabar,
Yogyakarta memiliki dua jenis gunungan, yaitu
ksatria, jujur, rajin, dan berbicara apa adanya tanpa
gunungan
tedheng aling-aling, proposisi dalam bahasa Jawa yang
Keduanya memiliki ukuran, bentuk, dan ornamen yang
berarti tidak basa-basi (Jatmika, 2009: 73). Gunungan
berbeda. Gunungan wayang kulit gagrag Banyumas
wayang yang digunakan dalam pertunjukan wayang
berukuran lebih kecil dan lebih ramping. Warna hitam
kulit gagrag Banyumas juga berbeda dengan gunungan
dan kuning menjadi warna yang mendominasi dalam
gagrag Yogyakarta.
gunungan wayang kulit gagrag Banyumas. Ornamen
Umumnya
bentuk
“wayang
gapuran
dan
gunungan
blumbangan.
Gunungan wayang kulit gagrag Banyumas
yang terdapat dalam gunungan wayang kulit gagrag
terlihat lebih ramping dengan dominasi warna kuning
Banyumas juga berbeda dengan ornamen yang ada
dan hitam. Pada gunungan wayang kulit gagrag
dalam gunungan gapuran dan gunungan blumbangan.
Banyumas tidak terdapat pintu atau gapura seperti pada gunungan wayang kulit gagrag Yogyakarta. Pintu atau
2.1 Perbedaan Makna Simbolik Gunungan
gapura tersebut digantikan oleh makhluk hitam besar
Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta dan Gagrag
yang sedang duduk membawa senjata dan diapit oleh
Banyumas
dua makhluk bertanduk. Pertunjukan wayang pada daerah di Jawa
daerah memiliki gunungan wayang yang berbeda.
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur memiliki
Perbedaan tersebut memiliki makna filosofis yang
keunikan tersendiri. Masing-masing gagrag memiliki
berkaitan dengan sosial budaya daerahnya masing-
sejarah
dengan
masing. Ornamen yang terdapat pada gunungan
bergulirnya kekuasaan di Pulau Jawa (Pramana dkk.,
wayang yang ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
2007: 183). Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
Timur, dan Bali pasti berbeda satu dengan lainnya.
bentuk
masing-masing
fisik
wayang
yang
dan
berkaitan
gunungan.
Untuk
membedakan wayang kulit gagrag Yogyakarta dengan gagrag lainnya memang tidak mudah. Kekhususan
2.2 Makna Simbolik Gunungan Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta
yang dimiliki hanya terbatas pada gejala-gejala
Seperti kita ketahui, gunungan wayang kulit
tampilan fisik yang tidak semua orang mampu untuk
gagrag Yogyakarta terbagi dua, yaitu gunungan lanang
mengidentifikasi (Sunarto dkk., 2004: 36). Salah satu
(gapuran) dan gunungan wadon (blumbangan). Selain
kekhususan wayang gagrag Yogyakarta terlihat dari
berbeda fisik atau bentuknya, lukisan yang tergambar
sunggingan
pada kedua gunungan tersebut juga berbeda.
atau
gegambaran
sing
disungging
(Penyusun, 2001: 747). Arti kata disungging adalah
a.
Gunungan Lanang (gapuran) Gunungan lanang
lukisan berwarna dengan cat.
atau
gapuran
wayang,
disebut juga sebagai gunungan laki-laki.
perbedaan juga terlihat dari gunungan wayang. Setiap
Disebut gunungan lanang karena bentuk
Selain
perbedaan
dari
bentuk
Perbedaan makna ..., Annisa Septiyani, FIB UI, 2013
kerucutnya tampak langsing dan ukurannya
harus dihadapi manusia. Semakin ke atas,
lebih tinggi. Rincian gunungan lanang adalah
semakin sulit hidup yang dijalani.
bagian bawah gunungan berwarna merah, lalu
-
Dua
sayap
di
atas
pintu
gerbang
terdapat anak tangga dengan pintu gerbang
menggambarkan matahari yang selalu
yang dijaga oleh dua raksasa yang membawa
menyinari dunia.
pedang dan tameng. Di samping atap pintu
-
Air
dalam
kolam
melambangkan
gerbang terdapat dua kepala raksasa yang
kehidupan, karena jika tidak ada air maka
memiliki sayap saling berhadapan.
tidak akan ada kehidupan.
Di
tengah
dua
kepala
raksasa,
-
Kepala raksasa yang ditempatkan pada
digambarkan sebuah kolam dengan air yang
bawah pohon berkaitan dengan nasehat,
jernih. Di belakang kolam terdapat pohon
agar waspada dalam menempuh jalan
besar yang bagian bawahnya tertutup oleh
kesempurnaan (Sunarto dkk., 2004: 587).
kepala raksasa bermuka merah dan berambut
Kepala raksasa itu juga bertujuan untuk
hitam
menakut-nakuti roh jahat yang akan
yang sedang menjulurkan lidahnya.
memasuki rumah.
Pohon besar tersebut dililit oleh seekor ular. Pada bagian kanan pohon digambarkan seekor
-
Ular merupakan lambang dari dunia
banteng yang sedang marah dengan tanduknya
bawah. Masyarakat Jawa mengenal ular
yang siap menyergap. Pada bagian kiri
atau naga sebagai penjaga arah angin.
digambarkan seekor harimau loreng yang siap
-
Kerbau merupakan hewan yang kuat dan
menerkam. Ada empat cabang yang dimiliki
tidak pantang menyerah. Hewan ini
oleh pohon itu dan setiap cabang pohon dihuni
ditempatkan di sebelah kanan karena
oleh binatang yang berlainan. Pada ujung
melambangkan
kayon terdapat pustaka.
kekuatan yang ada pada diri manusia.
Simbol-simbol yang telah disebutkan
-
sifat
kebaikan
dan
Harimau diletakkan di sebelah kiri kayon
di atas memiliki makna dalam kehidupan yang
berfungsi sebagai simbol dari hal yang
akan diuraikan sebagai berikut.
kurang baik.
-
Dua
raksasa
penjaga
pintu
yang
-
Pustaka yang berada di ujung kayon
membawa pedang dan tameng merupakan
melambangkan
bentuk simbolisasi dari etika hidup
manusia.
tujuan
akhir
umat
(Sunarto dkk., 2004: 587). Jika etika yang dimiliki manusia tidak dipahami secara
b. Gunungan Wadon (blumbangan) Pada
benar akan berbahaya seperti pedang. -
dasarnya
pemberian
nama
Menurut Drs. Sunarto dan Sagio (2004:
gunungan blumbangan atau gunungan wadon
588) pintu gerbang dan tangga merupakan
tidak ada kaitannya sama sekali. Blumbang
simbol
dalam
yang
berkaitan
dengan
bahasa
Indonesia
berarti
kolam.
kesempurnaan, dengan persiapan akhir
Gunungan ini disebut gunungan wadon
hidup menuju alam lain manusia. Tangga
karena bentuk kayon yang lebih melebar jika
yang
dibandingkan dengan gunungan gapuran dan
ada
di
depan
pintu
gerbang
melambangkan tingkat kesulitan yang
ujungnya
lebih
Perbedaan makna ..., Annisa Septiyani, FIB UI, 2013
tumpul.
Gunungan
blumbangan tidak memiliki pintu gerbang
sayap besar. Bagian tengah gunungan wayang kulit
seperti gunungan gapuran. Kolam dengan air
gagrag Banyumas digambarkan pohon besar yang pada
yang jernih menggantikan pintu gerbang
bagian bawahnya dililit oleh dua ekor ular yang
tersebut.
bertolak belakang. Bagian kanan gunungan terdapat Gambaran dari gunungan wadon
secara keseluruhan terdiri dari penggambaran
ayam jago, sedangkan bagian kiri digambarkan pula ayam jago tetapi berwarna merah.
tangga lalu ada sebuah kolam besar berisi air
Pohon besar yang berada di tengah gunungan
yang sangat jernih. Di samping kanan dan kiri
memiliki dua cabang yang masing-masing cabang
tangga terdapat dua raksasa yang menjaga
dihuni oleh hewan-hewan seperti kera. Pada gunungan
dengan rambut hitam. Di samping kolam ada
gagrag Banyumas terdapat hewan berwarna emas yang
dua
menyerupai burung.
kepala
raksasa
dengan
sayap
dibelakangnya. Pada bagian pangkal pohon terdapat
kepala
raksasa.
Sama
seperti
2.4
Perbandingan
Makna
Simbolik
gunungan gapuran, pohon yang ada pada
Gunungan Wayang Gagrak Yogyakarta dan Gagrak
gunungan blumbangan dililit seekor ular.
Banyumas Perbedaan antara gunungan wayang kulit
Bagian pohon yang lain diisi dengan berbagai macam
hewan.
“Kayon
blumbangan
gagrag Yogyakarta dan gagrag Banyumas sudah
hutan-
terlihat pada bentuk fisik dan ornamen yang ada pada
hutan, gunung-gunung, beserta aneka satwa
kedua gunungan tersebut. Perbedaan makna simbolik
penghuninya” (Sunarto dkk., 2004: 591).
pada gunungan wayang gagrag Yogyakarta dan
merupakan
bentuk
penggambaran
gagrag Banyumas terletak pada bagian anak tangga 2.3 Makna Simbolik Gunungan Wayang
dan pintu gerbang (gunungan gapuran Yogyakarta), sedangkan anak tangga dan pintu gerbang tersebut
Kulit Gagrag Banyumas Gunungan gagrag Banyumas berbentuk lebih
tidak
terlihat
pada
gunungan
wayang
gagrag
ramping dibandingkan dengan gunungan gapuran
Banyumas, melainkan gambar raksasa hitam besar
gagrag Yogyakarta. Warna kuning dan hitam menjadi
yang sedang membawa senjata.
warna yang mendominasi pada gunungan gagrag
Drs. Sunarto dan Sagio dalam bukunya yang
Banyumas. Bagian bawah gunungan wayang berwarna
berjudul Wayang Kulit Gaya Yogyakarta: Bentuk dan
merah. Pada gunungan gagrag Banyumas tidak
Ceritanya mengatakan bahwa pintu gerbang dan anak
terdapat lukisan gerbang atau pintu. Lukisan raksasa
tangga merupakan simbol yang berkaitan dengan
hitam besar menggantikan posisi gerbang atau pintu
kesempurnaan dan persiapan akhir hidup menuju alam
yang ada pada gunungan wayang kulit gagrag
lain manusia. Raksasa hitam besar pada gunungan
Yogyakarta. Raksasa besar yang membawa senjata itu
wayang gagrak Banyumas menyimbolkan dunia lain
dijaga oleh dua makhluk hitam yang berukuran lebih
selain alam manusia.
kecil yang saling berhadapan. Makhluk hitam tersebut memiliki ekor dan dua tanduk. Pada bagian atas raksasa hitam terdapat dua kepala raksasa yang memiliki moncong seperti buaya. Kepala raksasa saling bertolak belakang dan memiliki
Perbedaan makna ..., Annisa Septiyani, FIB UI, 2013
dipengaruhi oleh letak geografis suatu daerah dan
3. Simpulan
kondisi
masyarakatnya.
Ornamen-ornamen
yang
Gunungan wayang adalah perlengkapan yang
tergambar pada gunungan wayang bukan hanya
selalu ada pada pertunjukan wayang. Selain berfungsi
sebagai hiasan semata tetapi juga memiliki makna
sebagai pergantian adegan, gunungan wayang juga
didalamnya.
memiliki makna simbolik terkait dengan ornamen-
menggambarkan bumi beserta isinya. Salah satu
ornamen yang ada pada gunungan wayang. Gunungan
ornamen pada gunungan wayang menyimbolkan etika
wayang atau kayon di setiap daerah seperti Cirebon,
hidup. Sebagai manusia bisa, kita bisa belajar
Banyumas, Yogyakarta, Surakarta, dan Bali berbeda-
bagaimana
beda. Perbedaan terletak pada ukuran, bentuk, dan
mengetahui makna di balik ornamen-ornamen pada
ornamen yang ada pada gunungan wayang tersebut
gunungan wayang.
Pada
dasarnya
menjalani
Perbedaan makna ..., Annisa Septiyani, FIB UI, 2013
hidup
gunungan
yang
baik
wayang
dengan
Daftar Pustaka Gurito, Pandam. (1988). Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila. Jakarta: Universitas Indonesia. Haryanto, S. (1988). Pratiwimba Adhiluhung. Jakarta: Djambatan. Hatley, Barbara. (2008). Javanese Performances on an Indonesia Stage: Sontesting Culture, Embracing Change. Singapore: NUS Press. Jatmika, Sidik, DR. M.Si. (2009). Urip Mung Mampir Ngguyu: Telaah Sosiologis Folklor Jogja. Yogyakarta: Kanisius. Mulyono, Sri, Ir. (1982). Wayang Asal-usul, Filsafat, dan Masa Depannya. Jakarta: PT. Gunung Agung. Poerwadarminta, W. J. S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Pramana, Moh. Isa, Yustiono, dan Wiyoso Yudoseputro. (2007: 181 – 185). “Unsur Tasawuf dalam Perupaan Wayang Kulit Purwa Cirebon dan Surakarta.” Sudibyoprono, R. Rio. (1991). Ensiklopedi Wayang Purwa. Jakarta: Balai Pustaka. Sunarto, Drs. M. Hum., dan Sagio. (2004). Wayang Kulit Gaya Yogyakarta: Bentuk dan Ceritanya. Yogyakarta: Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tim Penyusun. Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa). (2001). Yogyakarta: Kanisius. Utomo, Sutrisno Sastro. Kamus lengkap Jawa-Indonesia. (2007).Yogyakarta: Kasinius. http://ko-kr.connect.facebook.com/note.php?note_id=10150379419946110&comments http://www.ki-demang.com/galeria256/index.php/gambar-kayon/4-03-kayon-banyumasan-gito
Perbedaan makna ..., Annisa Septiyani, FIB UI, 2013
Lampiran
Gambar 1. Gunungan wayang kulit Gagrag Yogyakarta
Gambar 2. Gunungan wayang kulit gagrag Banyumas
Perbedaan makna ..., Annisa Septiyani, FIB UI, 2013