Perbedaan Kata Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu (Malaysia) dalam Sistem Ejaan Wiwik Darmini Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Univet Bantara Sukoharjo, Jalan Letjen S. Humardani Nomor 1 Jombor, Sukoharjo, Telepon 0271 593156 Faksimile 0271 591065 Abstrak Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia merupakan bahasa serumpun. Selain serumpun letaknya pun berdekatan. Bahasa yang letaknya berdampingan biasanya saling mempengaruhi. Selain itu kedua bahasa tersebut memiliki sistem ejaan masing-masing. Sistem ejaan kedua bahasa tersebut diusahakan sama. Hal itu terbukti secara berkala Panitia Kerja Sama Kebahasaan bertemu untuk membahas bidang kebahasaan salah satunya ejaan. Namun demikian masih terdapat lima perbedaan kata bahasa Indonesia dengan bahasa Malaysia dalam sistem ejaannya yakni dalam hal : 1) cara menyerap, 2) kata yang digunakan memang berbeda, 3) perbedaan satu/dua fonem, 4) perbedaan kata tetapi masih sinonim, dan 5) perbedaan kaidah. Kata-kata kunci : Perbedaan Kata, Bahasa Indonesia, Bahasa Malaysia, Sistem Ejaan
Pendahuluan Bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu merupakan dua bahasa dalam satu rumpun. Keserumpunan antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu masuk kelompok Pasifik (Austronesia). Kelompok ini pada umumnya terdiri atas empat kelompok (Ohoiwutun, 2007 : 30 ). Pertama, kelompok bahasa-bahasa Aborigin Australia. Kedua, kelompok bahasa-bahasa Tasmania yang sudah musnah. Ketiga adalah kelompok bahasa-bahasa daerah di pulau Papua serta pulau - pulau kecil di sekitarnya. Keempat kelompok terbesar di kawasan Pasifik, yang diberi nama MelayuPolinesia. Kawasan bahasa ini terbentang dari Pulau Madagaskar di barat sampai ke Hawai dan Pulau Paskah di Timur, termasuk Selandia Baru di selatan. Kelompok ini masih dibagi lagi atas tiga subkelompok yakni: Indonesia, Melanesia, dan Polinesia. Subkelompok Indonesia adalah bahasa Malagasi (Madagaskar), Melayu (Malaysia), Indonesia, Formosa, dan Filipina. Bahasa-bahasa penting dalam sub kelompok ini antara lain bahasa Melayu, Indonesia, Jawa, Sunda, Dayak, Batak, Tolour, Bali, Bugis, Formosa, Tagalog, Ilcam, dan Visaya. Berkaitan dengan uraian di atas jelas Bahasa Indonesia dengan Bahasa Malaysia ada dalam satu rumpun. Kedua bahasa itu satu rumpun dan letaknya pun berdekatan serta berusaha untuk menyamakan ejaannya. Walau demikian, masih ada penggunaan kata yang berbeda dalam ejaan. Dalam tulisan yang sederhana ini hanya dibicarakan perbedaan kata yang digunakan sebatas pada data yang diperoleh dari sumber data yang dicantumkan di bagian belakang tulisan ini. Sebelum itu, secara sekilas dibicarakan sejarah ejaan bahasa Indonesia maupun bahasa Malaysia berikut ini.
103
No.2 / Volume 21 / 2012
WIDYATAMA
Sumber Data 1.
2.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang disalin dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2009. Oleh Yrama Widya. Sistem Ejaan Bahasa Melayu yang diperoleh dari internet yang beralamatkan staff.itu.edu.my/mascitah/sistem ejaan doc yang diakses Rabu, 17 Maret 2010.
Sekilas Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (Malaysia) Menurut Badudu (1979 : 34 – 42) Ejaan Van Ophuysen ialah ejaan resmi untuk bahasa Melayu, yang disusun oleh Prof. Ch. A. Van Ophuysen dengan bantuan guru bahasa Melayu seperti Engku Nawawi Gelar Sutan Makmur dan Muhammad Taib Sutan Ibrahim atas perintah Pemerintah Hindia Belanda ketika itu. Ejaan itu diterbitkan pada tahunn 1901 dalam Kitab Logat Melayu. Karena Van Ophuysen seorang Belanda dan Indonesia pada masa itu dijajah oleh Belanda, ejaan bahasa Melayu disesuaikan dengan ejaan Bahasa Belanda, seperti huruf j untuk menuliskan kata-kata seperti jang, pajah huruf oe untuk kata-kata seperti goeroe, doedoek. Ejaan bahasa Melayu di Malaysia disesuaikan dengan bahasa Inggris, sehingga huruf j dipakai menuliskan jahat, maju, huruf y untuk kata-kata yang, payah. Kekurangan yang timbul dalam Ejaan Van Ophuysen kemudian diadakan perubahan yakni pada tanggal 19 Maret 1947, pemerintah Indonesia menetapkan ejaan baru yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Setelah itu pada tanggal 16 Agustus 1972 pemerintah Indonesia menetapkan ejaan baru bagi bahasa Indonesia yang menyempurnakan ejaan sebelumnya dan dinamakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Setelah Malaysia merdeka, mereka menyusun ejaan bahasa Malaysia yang berpedoman kepada ejaan bahasa Inggris. Kemudian terjadi pendekatan di antara pakar Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia, walaupun, istilah yang digunakan oleh Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu masih banyak yang berbeda, namun mereka berusaha untuk menyamakan ejaannya. Kesamaan itu muncul pada tahun 1972 dalam bentuk Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan ini pun merupakan hasil kesepakatan bersama Majelis Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia. Adapun Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan pun sudah direvisi yang sudah dikeluarkan bersama terbitnya Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, nomor 0543a/V/1987 tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu Tanggal 16--20 oleh Majelis Bahasa Brunei Darussalam – Indonesia – Malaysia di Bandar Seri Begawan Tanggal 4-6 Maret 1991 (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, 2009 : i)
104
WIDYATAMA
Wiwik Darmini. Perbedaan Kata Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu……….
Perbedaan Kata Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu (Malaysia) dalam Sistem Ejaan Berikut ini disampaikan perbedaan yang terdapat dalam sistem Ejaan Bahasa Melayu (Malaysia) yang sumbernya ditulis di bagian belakang tulisan ini dengan sistem ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan hanya terbatas pada penggunaan kata. Perbedaan Cara Menyerap yang berbeda Perbedaan penyerapan tampak pada contoh berikut : (1) Sistem ejaan bahasa Melayu telah bermula pada tahun 1904 dan distribusi penggunaannya secara resmi pada 16 Ogos 1972. Kata Ogos dalam data (1) di atas dalam bahasa Indonesianya, Agustus, yakni nama bulan yang dalam bahasa Malaysia merupakan serapan dari bahasa Inggris. August yang diserap sesuai dengan lafal kata itu disesuaikan dengan tulisannya. Hal itu tampak juga dalam data (2) di bawah ini. (2) Universiti Kata universiti dalam bahasa Malaysia juga merupakan kata serapan dari bahasa Inggris university yang ditulis sesuai dengan lafal kata itu dalam bahasa Inggris namun penulisannya disesuai dengan ejaan bahasa Malaysia, universitas dalam bahasa Indonesia menyesuaikan aturan mengenai penyesuaian akhiran, imbuhan asing yang ada pada buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2009 : 92) kata yang berakhiran asing –teit dan -ty menjadi –tas (universieit, university menjadi universitas). Demikian juga terjadi pada data (3). (3) Kalendar Kata kalendar diserap dari bahasa Inggris calendar. Dalam bahasa Malaysia, penyerapan disesuaikan dengan fonem dan lafal bahasa Malaysia sedangkan dalam bahasa Indonesia menjadi kalender, jadi ada perbedaan fonem /a/ dalam bahasa Malaysia, menjadi fonem /ə/ dalam bahasa Indonesia. Perbedaan kata yang digunakan memang betul-betul berbeda Perbedaan ini dapat dilihat pada data di bawah ini : (1) Dalam bahasa Melayu ada enam fonem atau bunyi ialah a,e,i,o,u,ə seperti dalam rajah di bawah (2) Dalam bahasa Melayu ada 25 fonem konsonan yang dilambangkan oleh 26 huruf, seperti rajah di bawah. (3) Dalam bahasa Melayu ada tiga fonem diftong yang dilambangkan oleh gabungan dua huruf seperti dalam rajah di bawah (4) Huruf pertama bagi kata sendi dan kata hubung tertentu seperti yang di, ke, dan, atas, dan lain-lain pada tajub ditulis dengan huruf kecil (5) Tanda sempang (-) didalam bahasa Melayu digunakan untuk tujuan-tujuan seperti di bawah (6) Tanda sempang digunakan untuk menyambung suku kata yang dipisahkan oleh penggantian baris seperti (7) Tanda sempang digunakan untuk mengaitkan kata sendi ke dengan angka, seperti : (8) Berfungsi sebagai imbuhan ditulis bercantum dengan kata selepasnya. WIDYATAMA
105
No.2 / Volume 21 / 2012
WIDYATAMA
(9) Menulis kata ganda penuh Kata rajah dalam data (1), (2), dan (3) dalam bahasa Indonesia digunakan kata tabel. Kata sendi dalam data (4), (7), dan (8) dalam bahasa Indonesia disebut kata depan atau preposisi. Kata sempang dalam data (5), (6), dan (7) digunakan dalam bahasa Melayu (Malaysia) dalam bahasa Indonesia digunakan tanda hubung. Adapun kata bercantum dalam data (8) bahasa Indonesianya serangkai, sedangkan kata ganda dalam data (9), dalam bahasa Indonesia digunakan kata ulang (kata ganda penuh = kata ulang penuh). Perbedaan hanya pada beberapa fonem dalam kata Data yang diperoleh tentang hal itu dapat dilihat di bawah ini (1) Qur’an (2) Lazat (3) Iaitu (4) Inggeris (5) Amerika Syarikat (6) Antara bangsa (7) Mahupun (8) Sahaja Data (1) sampai dengan (8) di atas perbedaan-perbedaannya hanya pada beberapa fonem saja. Hal itu dapat dijelaskan di bawah ini: Bahasa Malaysia Bahasa Indonesia (1a) Qur’an Quran (2a) Lazat lezat (3a) Iaitu yaitu (4a) Inggeris Inggris (5a) Amerika Syarikat Amerika Serikat (6a) Antarabangsa Antarbangsa (7a) Mahupun maupun (8a) Sahaja saja Pada (1a) deretan itu, perbedaan terdapat pada tanda yang dalam bahasa Indonesia ragam tulisan tidak digunakan tanda itu tetapi dalam ragam lisan masih dilafalkan seperti itu. Pada data (2a) dalam bahasa Malaysia /a/ menjadi /ə/ dalam bahasa Indoneisa, pada data (3a) /i/ bahasa Malaysia menjadi /y/ dalam bahasa Indonesia. Pada data (4a) /ə/ dalam bahasa Malaysia lesap dalam bahasa Indonesia. Pada data (5a) /sy/ dalam bahasa Melaysia menjadi /s/ dalam bahasa Indonesia. Pada data (6a) /a/ dalam bahasa Malaysia dilesapkan dalam bahasa Indonesia. Adapun data (7a) /h/ pada bahasa Malaysia lesap dalam bahasa Indonesia, pada data (8a) suku kata /ha/ dalam bahasa Malaysia, sedangkan dalam bahasa Indonesia dilesapkan. Jadi, berdasarkan data itu dapat dikatakan perbedaan sebagian kata dalam bahasa Malaysia dengan kata bahasa Indonesia terjadi karena perubahan dan pelesapan fonem.
106
WIDYATAMA
Wiwik Darmini. Perbedaan Kata Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu……….
Perbedaan kata tetapi masih bersinonim Bersinonim menurut Wijana dan Rohmadi (2008 : 28) adalah bentuk – bentuk kebahasaan yang memiliki kesamaan makna. Walaupun kata-kata bersinonim tersebut memiliki kesamaan makna, tetapi makna itu tidak bersifat menyeluruh (total). Oleh karena itu kata-kata yang bersinonim belum tentu dapat saling menggantikan. Perbedaan kata tetapi masih bersinonim dapat ditemukan dalam data berikut : (1) Pada asasnya, ejaan nama tempat dan negeri ditulis menurut…. (2) Nama tempat dalam Malaysia yang dibentuk sebelum tahun 1972 dikekalkan dengan ejaan cara lama (3) Bagaimana tempat dalam Malaysia yang dibentuk selepas tahun 1972 digalakkan menggunakan ejaan baru (4) Nama tempat di luar negeri yang sudah biasa dieja dengan cara Melayu dikekalkan demikian (5) Partikel pun yang bermaksud ‘juga’ ditulis terpisah daripada kata yang ada disampingnya yaitu : … (6) Kata sampang digunakan untuk mengaitkan kata sandi ke dengan angka, seperti : … Kata asasnya pada data (1) digunakan dalam bahasa Malaysia, dalam bahasa Indonesia digunakan kata dasarnya. Walaupun kedua kata itu bersinonim, tetapi dalam bahasa Indonesia lazimnya digunakan dasarnya bukan asasnya. Kata dikekalkan dalam data (2) dan (4) digunakan dalam bahasa Malaysia, dalam bahasa Indonesia digunakan ditetapkan. Kata selepas dalam bahasa Malaysia, dalam bahasa Indonesia digunakan setelah (sesudah) kata bermaksud dalam data (5) dalam bahasa Malaysia, dalam bahasa Indonesia digunakan kata bermakna (lazim digunakan). Adapun kata mengaitkan dalam bahasa Indonesia lazimnya digunakan merangkaikan. Perbedaan penggunaan kata tidak sesuai dengan kaidah dalam bahasa Indonesia Perbedaan itu tampak pada data di bawah ini : (1) Partikel pun yang bermaksud ‘juga’ ditulis terpisah daripada kata yang ada disampingnya yaitu (2) Berfungsi sebagai kata sendi untuk menunjukkan tempat atau arah ditulis terpisah daripada kata nama yang mengikutinya. Pengguaan kata daripada pada data (1), dan (2) di atas digunakan dalam sistem Ejaan Bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia. Kata tersebut dalam bahasa Indonesia dipakai untuk membandingkan dua hal (untuk menyatakan perbandingan) (Arifin dan farid Hadi, 1991 : 59). Kalau bukan menunjukkan makna perbandingan, penggunaan kata daripada tergolong pemakaian yang keliru. Pemakaian kata daripada pada data (1) dan (2) di atas menurut kaidah dalam bahasa Indonesia keliru karena tidak ada dua hal yang dibandingkan. Dalam data (1) dan (2) di atas lebih tepat digunakan kata dari menurut aturan dalam bahasa Indonesia, sehingga menjadi (1a) dan (2a) dibawah ini : (1a) Partikel pun yang bermaksud ‘juga’ ditulis terpisah dari kata yang ada di sampingnya itu (2a) Berfungsi sebagai kata sendi untuk menunjukkan tempat atau arah ditulis terpisah dari kata nama yang mengikutinya WIDYATAMA
107
No.2 / Volume 21 / 2012
WIDYATAMA
Penutup Berdasarkan uraian di atas, kata yang digunakan dalam Ejaan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Malaysia terdapat lima perbedaan terbatas pada sumber data yang digunakan. Perbedaan itu antara lain : 1) perbedaan cara menyerap; 2) perbedaan kata yang digunakan memang berbeda; 3) perbedaan hanya pada beberapa fonem satu sampai dua fonem); 4) perbedaan kata masih bersinonim; dan 5) perbedaan karena kaidah yang berbeda.
Daftar Rujukan Arifin, Zaenal dan Farid Hadi. 1991. 1001 Kesalahan Berbahasa; Bahan Penyuluh Bahasa Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo. Badudu , J.S, 1979. Pelik – pelik Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Prima. Moeliono, Anton M (Penyuting Penyedia. 1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung:Yrama Widya. Ohoiwulan, Paul. 2007. Lingiuistik : Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Kebudataan. Jakarta : Kesaint Blanc. Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2008. Semantik : Teori dan Analis. Surakarta : Yuma Pustaka.
108
WIDYATAMA